Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

“ TEORI KEPERAWATAN DOROTHEA OREM”

DISUSUN OLEH :
-

PROGRAM AHLI JENJANG

TAHUN 2022 / 2023


I. TEORI KEPERAWATAN DOROTHEA OREM

Penerapan asuhan keperawatan teori self care Orem pada Ny. S menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian
Bila mengacu pada teori self care, maka hal-hal yang perlu dikaji adalah
faktor personal, universal self care, development self care, health deviation,
medical problem and plan dan self care deficit, dan data yang dapat dikumpulkan
dari kasus Ny. S, adalah sebagai berikut:
a. Faktor personal: usia 50 tahun, suku melayu, WNI, agama Islam, janda,
pekerjaan ibu rumah tangga, tinggi badan 156 cm dan berat badan 45 kg.
b. Universal self care requisites: Ny. S mengeluh nyeri pada dada sebelah
kiri, nafas sesak dengan frekuensi 30 kali/menit, berkeringat dingin,
wajah tampak meringis, tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 88
kali/menit, terpasang oksigen 3 liter/menit, terpasang infus RL 20
tetes/menit, mandi dan BAB di bantu oleh perawat dan keluarga.
c. Development self care requisites: Ny S seorang janda dan tinggal dengan
anak laki-lakinya, keterbatasan melakukan aktivitas karena mengalami
nyeri pada dada sebelah kiri akibat angina pectoris, membutuhkan bantuan
sepenuhnya / total, membutuhkan latihan melakukan aktivitas ringan yang
tidak memberatkan kerja jantung.
d. Health Deviation self care requisites: Aktual gangguan sistem
kardiovaskuler dan tidak dapat melakukan aktivitas berat.
e. Medical problem and plan: diagnosa medik adalah Agina Pectoris.
f. Perencanaan: istirahat, berikan Oksigen 2 liter/menit, Monitor TTV
(tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu), Monitor hasil EKG, membantu
dalam pemenuhan kebutuhan ADL, mengajarkan pasien dan keluarga
secara bertahap tentang perawatan Ny S, relaksasi dengan tarik nafas
dalam pada saat nyeri muncul.
2
g. Self Care Deficit: ketergantungan pasien dengan keluarga dan perawat
karena kondisi penyakit sehingga pasien tidak mampu dalam memenuhi
self care dan aktivitas lain terutama aktivitas berat.

3.2.2 Diagnosa
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data beberapa diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan pada Ny. S adalah :
a. Tidak efetifnya pola nafas
b. Nyeri akut
c. Self care deficit
d. Intoleransi aktivitas

3.2.3 Intervensi
Perencanaan perawatan yang dapat diberikan pada Ny. S yaitu; menyusun
tujuan, intervensi dan rasionalisasi sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
muncul.
Dignosa keperawatan : Tidak efektifnya pola nafas
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola nafas klien
efektif dengan criteria: frekuensi nafas 16 – 20 x/m, irama nafas reguler, tidak terpasang
O2.
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan 1. Mempertahankan
oksigen sesuai dengan program oksigen arteri
2. Monitor jumlah
pernafasan, penggunaan otot bantu 2. Mengetahui status
pernafasan, batuk, bunyi paru, tanda pernafasan
vital, warna kulit dan AGD
3. Laksanakan
program pengobatan
4. Posisi pasien 3. Meningkatkan
3
fowler pernafasan
5. Bantu dalam 4. Meningkatkan
terapi inhalasi pengembangan paru
6. Alat-alat 5. Membantu
emergensi disiapkan dalam kondisi mengeluarkan sekret
baik 6. Kemungkinan
7. Pendidikan terjadi kesulitan bernafas yang akut
kesehatan : perubahan gaya hidup, 7. Perlu adaptasi baru
menghindari alergen, tehnik dengan kondisi Sekarang
bernafas, tehnik relaksasi
3.2.4 Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun
pada perencanaan berdasarkan 6 area yang dikemukan Orem.
3.2.5 Evaluasi
a. Jalan nafas efektif
b. Nyeri hilang
c. Mampu melakukan perawatan diri
d. Ny. S dapat melakukan aktivitas

4
II. TEORI KEPERAWATAN PEPLAU

Ny. T, umur 46 th, yang dirawat dirumah Sakit xx sejak 3 minggu yang

lalu, didiagnosis mengalami  Ca stadium lanjut (stadium IV). Kondisi  Ny. T

seorang wanita karier yang bekerja sebagai karyawan disebuah perusahaan

terkemuka, mempunyai  3 orang anak yang masih menjalani pendidikan. Setelah

Ny. T mendapat informasi dari tim medis tentang penyakitnya (Ca servix stadium

IV) setelah itu kondisi Ny. T mulai menurun. tidak mau makan, mengurung diri,

tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak dan suaminya, kadang

marah tanpa sebab, ekspresi wajah terlihat sedih, kadang terilahat menangis, Ny.

T menolak pengobatan  dan perawatan yang diberikan oleh perawat. Ny. T

mengatakan dia tidak perlu lagi diperhatikan karena umurnya tidak akan lama

lagi.

Dalam kasus yang digambarkan diatas maka perawat perlu memahami

perilaku yang ditunjukkan oleh Ny. T yaitu dengan  membantu Ny. T dalam

mengatasi masalah yang dirasakan dan   menerapkan prinsip hubungan manusia

pada masalah yang muncul pada Ny. T selama pengalaman tersebut. Berdasarkan

data diatas Ny. T berada dalam kondisi Depressi. Perawat perlu untuk melakukan

hubungan interpersonal dengan Ny. T yang sedang mengalami kondisi depresi

karena pada saat seseorang mengalami kondisi depresi maka sebenarnya dia

membutuhkan orang lain yang dapat  mendengarkan, menerima dan memahami

dirinya.

5
Konsep Sentral Keperawatan Dengan Menggunakan Model Hubungan
  

Interpersonal Peplau :

1. Manusia

Manusia dalam kasus ini adalah Ny. T yang pada saat ini mengalami

ketidak stabilan pada kondisi psikologisnya dimana Ny. T kadang marah

tanpa sebab, Ny. T menolak pengobatan  dan perawatan yang

diberikan dengan  oleh perawat, ketidakstabilan pada fisik dimana Ny. T

menderita Ca servik dan ketidakstabilan social dimana menolak

berinteraksi dengan orang lain termasuk dengan keluarganya. Oleh karena

itu dipandang perlu untuk mencapai kestabilan Ny. T tersebut  melalui

hubungan interpersonal antara perawat dan Ny. T.

2. Lingkungan

Lingkungan  dalam kasus ini adalah  orang – orang yang dekat dengan Ny.

T yatu terutama adalah keluarga ( suami dan anak-anaknya ) yang sangat

diperlukan dalam mensupport Ny. T dengan melakukan hubungan

interpersonal yang adekuat.

3. Sehat dan sakit

Tejadinya  kondisi  sebagai berikut pada Ny. T yaitu : Tidak mau makan,

mengurung diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak

dan suaminya, kadang marah tanpa sebab, Ny. T menolak pengobatan  dan

perawatan yang diberikan oleh perawat. Ny. T mengatakan dia tidak perlu

lagi diperhatikan karena umurnya tidak akan lama lagi. Semua data

tersebut menunjukan adanya kondisi sakit khususnya terjadinya depressi

6
pada Ny. T akibat dari penyakit fisik yang dialaminya ( akibat Ca cervik

yang terjadi ).

4. Keperawatan

Pada kasus Ny. T ini maka sangat penting adanya hunungan interpersonal

yang terapeutik antara perawat dan Ny. T. Klien Ny. T dalam kondisi

depressi sangat memerlukan adanya orang lain yang dapat memahaminya,

menerimanya, memperhatikan dan membantunya dalam mengatasi

masalah yang terjadi. Perawat melalui hubungan interperosonal terapeutik

yang dibina dapat melakukan perannya ( sebagai narasumber, wali, guru,

pemimpin, konselor ) dan mengguanakan seni  dan ilmunya dalam

meberikan dorongan pada pertumbuhan dan perkembangan Ny. T

sehingga Ny. T dapat kembali dalam kondisi yang lebih baik pada

psikholgis ma

Keluarga dapat Keluarga dapat

menggunakan mengenal masalah ISPA

tempat pelayanan a. Pengetahuan:Proses

kesehatan penyakit

yang tepat untuk  

mengatasi penyakit Keluarga dapat

ISPA setelah mengambil keputusan

kunjungan rumah. perawatan ISPA

  a. Berpartisipasi dalam

memutuskan perawatan

7
kesehatan

Keluarga mampu

merawat anggota

keluarga yang sakit

a. Vital sign

b. Penampian care giver

perawatan langsung

upun fisiologisnya.

Anda mungkin juga menyukai