Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI
ACARA 1
PENGENALAN ALAT, TEKNIK ASEPTIS, DAN PEMBUATAN MEDIA

Disusun oleh :
Habib Achmad Prasetyo
H0922046
B

PROGRAM STUDI ILMU TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
ACARA 1
PENGENALAN ALAT, TEKNIK ASEPTIS, DAN PEMBUATAN MEDIA

A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara 1 ”Pengenalan Alat, Teknik Aseptis,
dan Pembuatan Media” adalah :
1. Mahasiswa mampu mengenali peralatan-peralatan analisis yang biasa
digunakan dalam penelitian mikrobiologi, melatih Teknik aseptis, dan
pembuatan media mikrobiologi.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1.1 Peralatan Laboratorium Mikrobiologi dan Fungsinya
No Nama Alat Prinsip Alat Fungsi Alat
1 Menggunakan uap Berfungsi
air panas dengan sebagai alat
tekanan yang pemanas
umumnya sebesar 15 tertutup yang
psi atau 2 atm dengan digunakan untuk
suhu 121°C selama mensterilkan
15 menit untuk suatu benda atau
menghilangkan dan media (Aljamali
Gambar 1.1 Autoclave
membunuh pengotor et al., 2020).
serta mikroba yang
terdapat pada alat
atau bahan yang akan
digunakan suatu
percobaan (Andriani,
2016).
2 Menggunakan suhu Mensterilkan
yang sangat tinggi alat, umumnya
(sekitar 170℃ untuk alat yang terbuat
1 jam dan 160℃ dari gelas
untuk 2 jam) untuk dengan
melakukan menggunakan
Gambar 1.2 Oven pemanasan kering metode panas
atau sterilisasi kering kering (Hafsan,
pada suau bahan 2014)
(Sulistiani et al.,
2021)
3 Memfiltrasi sirkulasi Digunakan
udara sebelum untuk
dibuang untuk melakukan
menjaga sterilitas di kegiatan
sekitar alat (Sari et sterilisasi pada
al., 2014). suatu media
(Baruno, 2021).
Gambar 1.3 Laminar Air
Flow
4 Menyimpan bakteri Untuk proses
di suatu ruangan inkubasi biakan
pada suhu tertentu setelah
dan secara konstan diinokulasi
untuk melakukan sesuai dengan
inkubasi bakteri temperatur yang
(Halla et al., 2019). diperlukan oleh
Gambar 1.4 Inkubator
mikroba
(Ikhwan et al.,
2015).
5 Menggerakkan plat Digunakan
yang terdapat pada sebagai alat
inkubator dengan inkubasi yang
gerakan memutar dilengkapi
sehingga dapat pengocok untuk
mengocok sampel aerasi biakan
pada suhu dan waktu (Hafsan, 2014).
Gambar 1.5 Incubator
tertentu (Ikhwan et
Shaker
al., 2015).
6 Prinsipnya Untuk
menggunakan mengamati
perbesaran dari 40x sesuatu
sampei 100x untuk berukuran mikro
melihat morfologi sel yang tidak dapat
mikroorganism e dilihat dengan
dengan diameter mata telanjang,

Gambar 1.6 Mikroskop yang lebih kecil dari seperti


0,1 mm (Hafsan, mikroorganisme
2014). dengan
memberikan
perbesaran
(Andriani,
2016).
7 Menghitung Digunakan
persentase berkas untuk mengukur
cahaya yang transmitan atau
dilewatkan untuk absorban suatu
mengukur tingkat contoh sebagai
kekeruhan kultur fungsi panjang
Gambar 1.7 (Hafsan, 2014). gelombang,
Spektrofotometer
pengukuran
terhadap sampel
pada suatu
panjang
gelombang (Day
dan Underwood,
1989).
8 Prinsipnya Menghitung
menggunakan koloni yang
perbesaran lup untuk tumbuh di dalam
menghitung jumlah cawan setelah
koloni mikroba dan diinkubasi
menggunakan (Hafsan, 2014).
bulpoin yang

Gambar 1.8 Colony Counter terdapat pada colony


counter atau tombol
hitung untuk
menandai koloni
yang terdapat pada
cawan petri (Hafsan,
2014)
9 Terdapat Untuk
pergerakkan apabila membantu
wadah ditekan ke proses
dalam tempat karet, pencampuran
kemudian akan larutan pada
muncul gerakan ke tabung reaksi
cairan sehingga sehingga dapat
Gambar 1.9 Vortex
terbentuk pusaran terbentuk
yang membuat larutan
larutan tercampur homogen yang
dengan rata. sempurna
Kecepatan (Ikhwan et al.,
pengadukan vortex 2015).
dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan
(Laboffe dan Pierce,
2010)
10 Prinsipnya adalah Untuk
menggunakan heater memanaskan
yang dialiri listrik larutan pada alat
sebagai sumber gelas dan
panas untuk menstabilkan
Gambar 1.10 Waterbath
meningkatkan suhu sampel pada
pada penangan air suhu tertentu
(Winaya dan NN, melalui media
2014). air dalam selang
waktu tertentu
(Salim et al.,
2012).
11 Menampung suatu Sebagai tempat
larutan dan dapat media
digunakan untuk pertumbuhan
proses pemanasan atau
dengan memiringkan penampungan
posisi tabung dan cairan lainnya
tidak menghadapkan seperti pelarut

Gambar 1.12 Tabung Reaksi mulut tabung ke arah dalam


kita atau orang lain pengenceran
(Andriani, 2016). (Hafsan, 2014)
12 Medium yang di uji Cawan petri
dituangkan ke cawan digunakan
bagian bawah dan sebagai wadah
cawan bagian atas penyimpanan
digunakan sebagai dan pembuatan
penutup (Andriani, kultur media
2016) (Andriani, 2016)
Gambar 1.13 Cawan Petri
Sumber : Hasil Pengamatan
Aseptis merupakan suatu keadaan bebas dari adanya
mikroorganisme yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Teknik
aseptis merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan untuk mencegah
masuknya suatu mikroorganisme kemungkinan dapat menyebabkan
timbulnya infeksi ke dalam tubuh (Apriani, 2019). Menurut Hafsan (2014),
teknik aseptis merupakan suatu sistem cara kerja yang menjaga sterilitas.
Salah satu prosedur teknik aseptis adalah dengan cara mensterilisasi alat-
alat yang digunakan saat melakukan praktikum, pada hakikatnya sterilisasi
digunakan dengan autoklaf sebagai mesin pemanas basah bertekanan tinggi.
Pada dasarnya tindakan aseptis dilakukan untuk menciptakan dan
memelihara lingkungan yang steril dan menvegah terjadinya infeksi ulang
(Sucipta)
Fiksasi adalah proses pensterilan alat dari mikroorganisme yang
berlangsung dengan waktu yang cepat, hal ini dilakukan dengan tujuan agar
seluruh tahap di dalam praktikum selalu bebas dari kontaminan (Pratomo,
2016). Prosedur fiksasi alat dapat dilakukan dengan membakar ujung jarung
ose sebelum digunakan dengan menggunakan bunsen, memutarkan keliling
cawan petri ke dekat bunsen sebelum dibuka dan setelah ditutup, serta
memanaskan leher labu Erlenmeyer atau botol berisi inokulum ke dekat
bunsen. Fiksasi pada pipet volume dan cawan petri agar steril dapat
dilakukan dengan cara memasukkan alat-alat tersebut ke dalam oven. Proses
percobaan juga harus selalu dilakukan di dekat bunsen yang menyala agar
kondisi tetap steril (Leboffe dan Pierce, 2010)
Dalam membungkus cawan petri, pada saat cawan petri disterilkan
cawan petri terlebih dahulu dibungkus dengan kertas pembungkus coklat
tanpa celah dan untuk tabung reaksi disumbat dengan kapas, hal ini
dilakukan agar saat proses sterilisasi menggunakan uap panas autoklaf
cawan petri maupun tabung tidak termasuki oleh air kondensasi dan sebagai
langkah preventif dalam menjaga media inokulasi yang disterilkan (Yesaya
2015). Hal ini sudah sesuai dengan referensi tutorial membungkus cawan
petri yang terdapat pada internet.
Mekanisme streak plate diawali dengan mensterilkan jarum ose
dengan cara memanaskannya di atas bunsen, kemudian didinginkan sesaat
dengan posisi jarum ose masih berada di sekitar bunsen. Setelah itu, kikis
permukaan cawan petri secara halus agar koloni dapat terkumpul pada
jarum ose. Secara perlahan, pindahkan LB auger plate dengan menggosok
jarum ose dengan perlahan melintasi sudut atas, cawan sebanyak 10 kali.
Setelah itu, kembali sterilkan jarum ose dengan cara yang sama. Pelat
diputar seperempat putaran dan tarik lingkaran melalui salah satu ujungnya
dari goresan pertama, kemudian gesek bolak-balik pada kuadran kedua
sebanyak 10 kali. Setelah itu, jarum ose kembali disterilkan dengan cara
yang sama, kemudian ulangi langkah yang sama pada kuadran ketiga dan
keempat. Jarum ose kemudian kembali disterilkan dengan cara yang sama.
Balikkan cawan dan letakkan di dalam inkubator dengan suhu 37°C selama
24 hingga 48 jam. Setelah itu, koloni akan mulai tumbuh dan dapat
diperiksa. Mekanisme tersebut telah sesuai dengan teori yang dipaparkan
oleh Sanders (2012), yaitu menggunakan metode kuadran. yang tumbuh.
Teknik streak plate yang dilakukan dalam video sudah sesuai dengan teori
yang ada. Streak plate adalah teknik untuk menumbuhkan mikroorganisme
pada media agar dengan cara menggoreskan permukaan agar yang bertujuan
untuk memisahkan mikroba menjadi tunggal. Pada teori yang ada dijelaskan
bahwa hal pertama yang dilakukan untuk mekanisme streak plate adalah
menyiapkan baikan bakteri. Selanjutnya lakukan pembakaran jarum
oose/inokulasi. Kemudian lakukan pendinginan. Kemudian menyentuhkan
ujung jarum kepada koloni bakteri dan menggoreskan jarum oose/inokulasi.
Putar cawan petri dan oles kembali pada permukaan agar yang kosong.
Kemudian, bakar jarum ose yang setelah itu dapat di inkubasi (Bharathi dan
Reka, 2015).
Pada video yang menunjukkan mekanisme pour plate, hal pertama
yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Selanjutnya, siapkan media kultur dengan mencampurkan agar media
dengan air yang terdestilasi. Kemudian sterilkan media kultur dengan
merebusnya pada suhu 100℃ di dalam waterbath atau dapat juga
menggunakan autoclaving pada suhu 121℃ dan 15 lb selama 15 menit.
Selain itu, dapat juga dilakukan sterilisasi di dalam microoven selama 2
menit. Selanjutnya dinginkan media yang telah steril pada suhu 45 − 48℃.
Setelah itu, lakukan penyiapan seluruh material pada Biological Safety
Cabinet dan berikan label pada seluruh plate Petridis dengan nama media,
nama sampel, metode, tanggal, dll. Kemudian lakukan vortex pada sampel
container sebelum dilakukan pengambilan sampel untuk pengetesan. Lalu
putar sampel beberapa kali lalu ambil 1 ml sampel pertama menggunakan
mikro pipet dan letakkan dalam bagian tengah plate yang berlabel sampel-
1. Buanglah tip dan ambil lagi tip yang steril. Lakukanlah cara yang sama
pada sampel 2. Ambil media dari waterbath dan putar media hingga
tercampur Kembali. Setelah itu tuang ke dalam pelat sampel sebanyak 15-
17 ml. Kemudian putar media secara perlahan searah dan tidak searah jarum
jam. Selanjutnya kocok perlahan ke arah depan dan belakang, tunggu
hingga media dingin dan padat. Lalu balik dan letakkan Petridis ke dalam
inkubator untuk melakukan tes tipe atau SOP. Setelah waktu inkubasi
selesai, keluarkan Petridis dan lakukan observasi menggunakan colony
counter. Langkah terakhir adalah lakukan pengamatan hasil dengan
mneghitung jumlah koloninya.
Teknik pour plate yang ditunjukkan pada video sudah sesuai dengan
teori yang ada. Pour plate adalah suatu teknik menumbuhkan
mikroorganisme dengan cara menuangkan media yang masih cair dengan
suspensi bakteri secara bersamaan, lalu dihomogenkan dan dibiarkan
memadat. Teknik pour plate bertujuan untuk mengisolasi kultur murni dan
juga kuantifikasi atau menghitung jumlah bakteri yang hidup (Mehrotra,
2009)
Pada video yang membahas spread plate, hal pertama yang
dilakukan adalah dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, yaitu
ib agar yang digunakan sebagai Petridis untuk pertumbuhan bakteri karena
di dalamnya terkandung nutrisi dan spreader yang digunakan sebagai
pengganti loop. Spreader dibuat secara mandiri dengan memanfaatkan pipet
dan dipanaskan hingga meleleh sehingga dapat dibentuk. Spreader tersebut
harus diletakkan di dalam etanol sehingga bakteri yang ada di dalamnya bisa
mati. Lakukan pembakaran spreader untuk menghilangkan etanol yang
tersisa. Setelah spreader steril, ambil 50 microliter bakteri menggunakan
micropipette tor dan letakkan pada plate. Putarkan spreader pada plate
sehingga bakteri bisa menyebar ke seluruh bagian plate. Pemutaran
dilakukan hingga spreader terasa mulai tertarik ke permukaan plate.
Selanjutnya, tutup dan balik plate lalu letakkan dalam inkubator. Langkah
terakhir, lakukan sterilisasi spreader dengan menggunakan etanol.
Teknik spread plate yang ditunjukkan pada video sudah sesuai
dengan teori yang ada. Spread plate adalah suatu teknik menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menyebarkan stok kultur
bakteri di atas media agar yang telah memadat (Citra, 2017). Alat dan bahan
yang digunakan dalam teori, antara lain adalah mikropipet, batang L (L rod
atau hockey-stick-shape-glassrod) atau glasss preader atau Drigalsky
spatulas, bunsen, dan cawan petri (Hafsan, 2014). Contoh dari bakteri yang
dapat ditumbuhkan dengan spread plate adalah bakteri Edwardsiella dan
Corynebacterium (Hefdiyah dan Shovitri, 2014).
Media Nutrient Agar (NA) merupakan salah satu jenis media padat
yang mengandung kurang lebih 15% komposisi agar atau zat pemadat. NA
adalah media biakan yang sering digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakan bakteri. NA terbuat dari agar, ekstrak daging sapi, dan
pepton (Radji, 2011). Media Nutrient Broth (NB) merupakan salah satu
jenis media cair yang mengandung nutrisi dan tidak ditambahi dengan
bahan pemadat, seperti agar dan gelatin. Tujuan dibuatnya media cair ini
adalah sebagai media kultur bakteri sebelum diisolasi (Napitupulu et al.,
2019). NB adalah media kultur yang mengandung nitrogen cukup tinggi
(Goldman dan Green, 2015). Media Potato Dextrose Agar (PDA)
merupakan salah satu jenis media padat yang mengandung sekitar 15%
komposisi agar atau zat pemadat. PDA adalah media biakan yang sering
digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan kapang dan ragi.
Media ini terbuat dari bahan agar dan kentang (Radji, 2011).
C. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Mikroniologi Acara I ”Pengenalan Alat,
Teknik Aseptis, dan Pembuatan Media”, dapat disimpulkan bahwa
1. Terdapat berbagai jenis peralatan yang digunakan dalam penelitian
mikrobiologi, melatih teknik aseptis, dan pembuatan mikrobiologi.
Peralatan-peralatan tersebut memiliki fungsi yang berbeda dan saling
melengkapi dalam penggunaannya.
2. Pada pengamatan, diperoleh hasil bahwa terdapat pertumbuhan mikroba
yang kemungkinan merupakan jamur pada media PDA yang mendapatkan
perlakuan tangan kotor dan tangan cuci sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Aljamali, N. M., Abdullabass, H. K., Jawad, A. M., Alfatlawi, I. O., dan
Jawd, S. M. 2020. Review on Types of Automatic Sterilization
Systems in Hospitals. International Journal of Industrial
Biotechnology and Biomaterials, 6(1): 15-21.
Andriani, R. 2016. Pengenalan Alat-alat Laboratorium Mikrobiologi untuk
Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal
Mikrobiologi, 1(1) : 1–7.
Baruno, A. 2021. Modifikasi Laminar sebagai Alat Pembelajaran Biologi
SMA Materi Mikroorganisme. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah
Guru,6(1): 44-49.
Bharathi, V. dan Reka, K. 2015. Isolation and identification of
microorganisms from goat intestine. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research, 7(7): 117-123.
Citra, L. D. D. A. A. 2017. Pengaruh Pasteurisasi Terhadap Jumlah Koloni
Bakteri pada Susu Segar dan UHT sebagai Upaya Menjaga
Kesehatan. IJMS-indonesian Journal on Medical Science, 4(1): 199-
134.
Corynebacterium dari Pulau Poteran Sumenep sebagai pelarut fosfat. Jurnal
Sains dan Seni ITS, 3(2): E75-E79.
Day, R.A., dan Underwood, A. L. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif.
Erlangga. Jakarta.
Goldman, E., Green, L.H. 2015. Practical Handbook of Microbiology Third
Edition. Washington D.C: CRC Press
Hafsan. 2014. Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press.
Halla, S., Rohmi, R., dan Agrijanti, A. 2019. Efektivitas Inkubator Portable
Sebagai Alat Inovasi Penunjang Laboratorium Mikrobiologi. Jurnal
Analis Medika Biosains (JAMBS), 6(1): 66-72.
Hefdiyah, H. dan Shovitri, M. 2014. Potensi isolat bakteri Edwardsiella dan
Corynebacterium dari Pulau Poteran Sumenep sebagai pelarut
fosfat. Jurnal Sains dan Seni ITS, 3(2): E75-E79.
Ikhwan, A., Winaya, A., & Zainudin, A. 2015. Teknik Dasar Analisis
Biologi Molekuler. Malang: Deepublish.
Irawati, W. (2021). Praktikum sederhana di rumah tentang pengaruh
penggunaan Hand Sanitizer terhadap keberadaan koloni bakteri di
tangan. Jurnal Pendidikan Biologi undiksha, 8(3), 126-137.
Leboffe, M. J., & Pierce, B. E. 2010. Microbiology Laboratory Theory and
Application Third Edition. Colorado: Morton Publishing Company
Mehrotra, R. S. 2009. Principles of microbiology. Tata McGraw-Hill
Education. New Delhi.
Pengamatan, I. I., & Tabel, I. I. LAPORAN RESMI INOKULASI
MIKROORGANISME DAN MIKROSKOP.
Radji, M. 2011. Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran.Jakarta: EGC.
Salim, T. A., Triwiyanto, & Pudji, A. 2012. Modifikasi Water Bath Merk
Memmert Berbasis Microcontroller At89S51. 7(1) : 483–490
Sanders, Erin. R. 2012. Aseptic Laboratory Techniques: Plating Methods.
JoVE (Journal of Visualized Experiments). 63(e3064) : 1-18
Sari, D. F., Parnaadji, R. R. dan Sumono, A. 2013. Pengaruh teknik
desinfeksi dengan berbagai macam larutan desinfektan pada hasil
cetakan alginat terhadap stabilitas dimensional. Pustaka
Kesehatan,1(1): 29-34.
Sucipta, I. N. PENGEMASAN ASEPTIS.
Sulistiani, S., Fitriana, N. E., dan Nurwanti, W. 2021. Sterilisasi Alat
Kedokteran Gigi Dengan Sterilisator (Dry Heat) Dan Teknik
Boiling. JDHT Journal of Dental Hygiene and Therapy, 2(1): 34-38.
Pratomo, Guntur Satrio. 2016. Pengaruh Jenis Media dengan Hormon
Tumbuh NAA BAP terhadap Pertumbuhan dan Kandungan
Flavonoid Kalus Daun Echinaceae purpurea (L.) Moench. Jurnal
Surya Medika. 1(2) : 51-57.
Winaya, I. A. dan MM, M. S. 2015. Teknik Dasar Analisis Biologi
Molekuler. Deepublish. Yogyakarta.
LAMPIRAN DOKUMEN TASI

Gambar 1.14 Alat dan bahan

Gambar 1.15 Penggulungan kapas dan kasa

Gambar 1.16 Penutupan tabung menggunakan kapas


yang sudah digulung
Gambar 1.17 Pemasukan sampel ke dalam tabung
dengan jarum oose dengan metode fiksasi

Gambar 1.18 Pembungkusan cawan petri setelah sterilisasi

Anda mungkin juga menyukai