Anda di halaman 1dari 125

PANDUAN PRAKTIKUM

KETERAMILAN DALAM KEPERAWATAN

PENYUSUN
TIM KEPERAWATAN DASAR II

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

VISI PRODI KEPERAWATAN PADANG


MENGHASILKAN NERS YANG UNGGUL DI BIDANG CMHN YANG
BERKEPRIBADIAN LUHUR DAN BERJIWA ENTERUPREUNERSHIP YANG
MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL TAHUN 2021

MISI PRODI KEPERAWATAN PADANG


1. MEYELENGGARAKAN PENDIDIKAN NERS YANG BERORIENTASI
PADA CMHN
2. MEGEMBANGKAN PENELITIAN DI BIDANG KEPERAWATAN
KHUSUSNYA CMHN
3. MELAKUKAN PENGABDIAN MASYARAKAT YANG BERORIENTASI
PADA HASIL PENELITIAN
4. MELAKSANAKAN KERJA SAMA DENGAN LINTAS SEKTOR,
LINTAS PROGRAM DAN KOMUNITAS GLOBAL
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
karunia-Nya Modul Praktikum Keterampilan Dalam Keperawatan ini dapat kami
susun. Modul praktikum ini disusun untuk memberikan gambaran dan panduan
kepada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan berbagai gangguan sistem dengan menitik beratkan pada keperawatan
dasar. Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa untuk
pencapaian kompetensi Keperawatan Dasar

Modul ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab itu saran
dan masukan yang positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul ini. Mudah-
mudahan modul ini bisa memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Padang Februari 2023

Tim Keperawatan Dasar


TATA TERTIB
PEMAKAIAN FASILITASLABORATORIUM
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN ALIFAH PADANG

1. Setiap mahasiswa wajib mengikuti semua praktikum laboratorium


2. Mahasiswa harus hadir diruang praktikum 15 menit sebelum kegiatan dimulai
dalam ruang praktikum dilarang makan dan minum snack atau makanan apapun
3. Sebelum masuk praktikum mahasiswa harus sudah mempelajari hal – hal yang
berhubungan dengan apa yang akan dikerjakan hari itu dan sudah membuat persiapan
sebelumnya
4. Mengisi daftar hadir praktikum
5. Pemakai harus dapat menggunakan alat sesuai dengan instruksi kerja alat
6. Mengembalikan alat tepat pada waktunya dan harus dikembalikan pada tempatnya
semula dalam keadaan baik dan bersih
7. Sampah dan segala bentuk kotoran harus dibuang ditempat sampah
8. Setiap mahasiswa harus menjaga keutuhan atau kelengkapan dan kebersihan alat dan
Ruangan
9. Mengganti atau memperbaiki bila peralatan hilang atau rusak ( dengan model dan
spesifikasi yang sama )
10. Dilarang mengubah atau memodifikasi peralatan yang dipinjam
11. Dilarang membawa alat keluar dari ruang laboratorium kecuali ada izin dari penanggung
jawab laboran
12. Setelah selesai praktik pengguna fasilitas ruangan laboratorium harus membersihkan
ruangan dan alat – alat yang digunakan
13. Mahasiswa yang akan menggunakan lab diluar jam kerja wajib lapor kepada petugas lab
14. Mahasiswa yang meminjam alat untuk praktek di lapangan, di beri waktu 3 hari setelah
peminjaman, bila melewati akan diberikan denda rp. 5000/ hari
15. Mahasiswa / dosen/ pihak luar yang meminjam alat untuk praktek di lapangan,
dikenakan biaya pemeliharaan sebesar Rp. 50.000/ minggu.
TATA TERTIB UJIAN
PRAKTIK LABORATORIUM PRODI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

1. Harus memakai pakaian uniform lengkap dengan pin dan papan nama
2. Harus memakai jas labor
3. Tidak mengenakan perhiasan (cincin, gelang, dan kalung)
4. Bagi mahasiswi yang tidak pakai jilbab menyanggul/mengikat rambut dengan rapi.
5. Bagi mahasiswa laki-laki rambut rapi tidak boleh gondrong./panjang.
6. Memakai sepatu seragam berwarna putih.
7. Datang tepat waktu dengan membawa perlengkapan ujian.
8. Mahasiswa tidak dibenarkan membawa makanan dan minuman ke dalam ruangan
praktek.
9. Selama ujian praktek berlangsung tidak dibenarkan mengaktifkan handphone.
10. Mahasiswa harus menjaga ketenangan ruangan selama ujian praktek, tidak dibenarkan
keluar masuk ruangan kecuali ada urusan penting.
11. Semua alat yang dipergunakan selamaujian praktek menjadi tangggung jawab mahasiswa
12. Harus mengisi absen praktek laboratorium yang telah disediakan akademik
13. Bagi yang tidak mengindahkan tata tertib diatas, tidak diizinkan mengikuti ujian.

Demikianlah kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.


PENDAHULUAN

Mata kuliah ini membahas tentang prosedur keperawatan yang menjadi dasar dalam
praktik keperawatan yang mencakup pengukuran tanda vital, pengkajian keperawatan dan
pemeriksaan fisik, pengendalian infeksi dan prosedur pemberian medikasi. Pengalaman
belajar meliputi pembelajaran di kelas, laboratorium keperawatan, dan klinik

Kegiatan pembelajaran mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berpikir


sistematis dan komprehensif dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan sebagai dasar
penyelesaian masalah

Setelah mengikuti proses pembelajaran mata ajar Keterampilan Dalam Keperawatan


diharapkan mahasiswa dapat melakukan
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif yang mencakup
pengukuran tanda vital, pengkajian keperawatan dan pemeriksaan fisik
2. Mampu mempersiapka pasien yang akan melakukan pemeriksaan penunjang
3. Menerapkan prinsip dan prosedur pengendalian infeksi dan patient safety
4. Mendemonstrasikan prosedur intervensi dalam pemberian medikasi oral, parenteral,
topikal dan suppositori dengan menerapkan prinsip benar
5. Mendemonstrasikan prosedur intervensi perawatan luka sederhana pada pasien simulasi
PANDUAN PRAKTIKUM 1

PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL


PEMERIKSAAN FISIK
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
PENGUKURAN TANDA TANDA VITAL

1. Pendahuluan
Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengkaji
keadaan klien sebelum kita menentukan diagnosa keperawatan yang selanjutnya sebagai
dasar melakukan asuhan keperawatan. Pemeriksaan tanda-tanda vital wajib dilakukan untuk
memberi gambaran awal klien yang akan kita asuh. Dengan pemeriksaan tanda-tanda vital
yang akurat dapat diketahui keadaan klien baik yang baru maupun yang sudah lama dirawat,
karena perubahan tanda vital merupakan indikator perkembangan klien
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital meliputi
a. mengukur tekanan darah
b. menghitung denyut nadi
c. mengukur suhu badan
d. menghitung frekuensi pernafasan

2. Tujuan Pembelajaran
Diharapkan setelah melakukan kegiatan keterampilan pemeriksaan Tanda Vital ini,
mahasiswa mampu :
a. Melakukan pemeriksaan tekanan darah.
b. Melakukan pemeriksaan nadi.
c. Melakukan pemeriksaan respiratory rate.
d. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh.
e. Menginterpretasikan data yang didapat untuk membuat langkah diagnostik selanjutnya.

3. PEMERIKSAAN TANDA – TANDA VITAL


a. Pemeriksaan Tekanan Darah
1) Defenisi
Pemeriksaan tekanan darah merupakan suatu tindakan untuk mengetahui tekanan
darah. Metode klasik memeriksa tekanan ialah dengan menentukan tinggi kolom
cairan yang memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang diukur. Alat
yang mengukur tekanan dengan metode ini disebut manometer. Alat klinis yang
biasa digunakan dalam mengukur tekanan adalah sphygmomanometer, yang
mengukur tekanan darah. Dua tipe tekanan gauge dipergunakan dalam
sphygmomanometer. Pada manometer merkuri, tekanan diindikasikan dengan
tinggi kolom merkuri dalam tabung kaca. Pada manometer aneroid, tekanan
mengubah bentuk tabung fleksibel tertutup, yang mengakibatkan jarum bergerak ke
angka.

Gambar 1. Manometer merkuri dan manometer aneroid


2) Prinsip Pengukuran :

Tekanan darah diukur menggunakan sebuah


manometer berisi air raksa. Alat itu dikaitkan
pada kantong tertutup yang dibalutkan
mengelilingi lengan atas (bladder & cuff).
Tekanan udara dalam kantong pertama
dinaikkan cukup di atas tekanan darah
sistolik dengan pemompaan udara ke
dalamnya. Ini memutuskan aliran arteri
brakhial dalam lengan atas, memutuskan
aliran darah kedalam arteri lengan bawah.
Kemudian, udara dilepaskan secara
perlahan-lahan dari kantong selagi stetoskop
digunakan untuk mendengarkan kembalinya
denyut dalam lengan bawah.

Gambar 2.Pemeriksaan tekanan darah

3) Jenis tekanan darah:

a) Tekanan darah sistolik


Tekanan darah sistolik yaitu tekanan maksimum dinding arteri pada saat
kontraksi ventrikel kiri.
b) Tekanan darah diastolik
Tekanan darah diastolik yaitu tekanan minimum dinding arteri pada saat
relaksasi ventrikel kiri.
c) Tekanan arteri atau tekanan nadi.
Tekanan nadi yaitu jarak antara tekanan sistolik dan diastolik.
Pengukuran tekanan darah merupakan gambaran resistensi pembuluh darah,
cardiac output, status sirkulasi dan keseimbangan cairan. Tekanan darah ini
dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : aktifitas fisik, status emosional, nyeri,
demam atau pengaruh kopi dan tembakau.

4) Prosedur pemeriksaan :
a) Pemilihan sphymomanometer (blood pressure cuff)
b) Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk pengukuran tekanan
darah, yang terdiri dari cuff, bladder dan alat ukur air raksa. Dalam melakukan
pemeriksaan ini harus diperhatikan :
(1) Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas (12 - 14 cm pada
dewasa).
(2) Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.
(3) Sphygmomanometer harus dikalibrasi secara rutin.
Bladder Cuf

Gambar 3. Bagian-bagian manometer

Gambar 4. Bagian-bagian stetoskop

5) Persiapan pengukuran tekanan darah


Pada saat akan memulai pemeriksaan, sebaiknya :
a) Pasien dalam kondisi tenang.
b) Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang mengandung kafein
minimal 30 menit sebelum pemeriksaan.
c) Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan.
d) Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian.
e) Raba arteri brachialis dan pastikan bahwa pulsasinya cukup.
f) Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring,
duduk, maupun berdiri tergantung dari tujuan pemeriksaan. Hasil
pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh posisi pasien.
g) Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang lebih pada
level setinggi jantung.
h) Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas pinggang dan
kedua kaki menapak di lantai.
i) Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer
selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris
horisontal dengan level air raksa.
6) Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah pengukuran
pertama.Pengukuran tekanan darah
Tekanan sistolik, ditentukan berdasarkan bunyi Korotkoff 1, sedangkan diastolik
pada Korotkoff 5. Pada saat cuff dinaikkan tekanannya, selama manset menekan
lengan dengan sedikit sekali tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan darah,
tidak ada bunyi yang terdengar melalui stetoskop. Kemudian tekanan dalam cuff
dikurangi secara perlahan. Begitu tekanan dalam cuff turun di bawah tekanan
sistolik, akan ada darah yang mengalir melalui arteri yang terletak di bawah
cuff selama puncak tekanan sistolik dan kita mulai mendengar bunyi berdetak
dalam arteri yang sinkron dengan denyut jantung. Bunyi-bunyi pada setiap
denyutan tersebut disebut bunyi korotkoff.

Ada 5 fase bunyi korotkoff :


Tabel 1. Bunyi Korotkoff

Bunyi Korotkoff Deskripsi


Fase 1 Bunyi pertama yang terdengar setelah tekanan cuff diturunkan
perlahan. Begitu bunyi ini terdengar, nilai tekanan yang
ditunjukkan pada manometer dinilai sebagai tekanan sistolik.
Fase 2 Perubahan kualitas bunyi menjadi bunyi berdesir
Fase 3 Bunyi semakin jelas dan keras
Fase 4 Bunyi menjadi meredam
Fase 5 Bunyi menghilang seluruhnya setelah tekanan dalam cuff
turun lagi sebanyak 5-6 mmHg. Nilai tekanan yang
ditunjukkan manometer pada fase ini dinilai sebagai tekanan
diastolik

Adapun Prosedur Pengukuran Tekanan Darah terdiri dari 2 teknik :


a) Palpatoir
(1) Siapkan tensimeter dan stetoskop.
(2) Posisi pasien boleh berbaring, duduk atau berdiri tergantung tujuan
pemeriksaan
(3) Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebas dari pakaian.
(4) Pasang bladder sedemikian rupa sehingga melingkari bagian tengah
lengan atas dengan rapi, tidak terlalu ketat atau terlalu longgar. Bagian
bladder yang paling bawah berada 2 cm/ 2 jari diatas fossa cubiti.
Posisikan lengan sehingga membentuk sedikit sudut (fleksi) pada siku.

Gambar 5. Memasang bladder/manset


(5) Carilah arteri brachialis/arteri radialis, biasanya terletak di sebelah medial
tendo muskulus biceps brachii.
(6) Untuk menentukan seberapa besar menaikkan tekanan pada cuff,
perkirakan tekanan sistolik palpatoir dengan meraba arteri
brachialis/arteri radialis dengan satu jari tangan sambil menaikkan
tekanan pada cuff sampai nadi menjadi tak teraba, kemudian tambahkan 30
mmHg dari angka tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari
ketidaknyamanan pasien dan untuk menghindari auscultatory gap. Setelah
menaikkan tekanan cuff 30 mmHg tadi, longgarkan cuff sampai teraba
denyutan arteri brachialis (tekanan sistolik palpatoir). Kemudian kendorkan
tekanan secara komplit (deflate)
(7) Hasil pemeriksaan tekanan darah secara palpatoir akan didapatkan
tekanan darah sistolik dan tidak bisa untuk mengukur tekanan darah
diastolik.

b) Auskultatoir
(1) Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari.
(2) Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas arteri brachialis.

Gambar 6. Memompa bladder/ manset

(3) Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa bulb sampai tekanan
sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg.
(4) Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik.
(5) Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi Korotkoff I
terdengar pertama kali. Ini merupakan hasil tekanan darah sistolik.
(6) Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyi Korotkoff V (bunyi
terakhir terdengar). Ini merupakan hasil tekanan darah diastolik.
(7) Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal diulang 3 kali.
Hasilnya diambil rata- rata dari hasil pemeriksaan tersebut.

Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII (JNC-VII)
adalah :
Tabel 2. Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII
(JNC-VII)

Tekanan Tekanan
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik Diastolik
Normal (mmH
<120 (mmH
<80
g) g)
Pre-Hipertensi 120- 80-
139 89
Hipertensi Stage 1 140- 90-
159 99
Hipertensi Stage 2 >160 >100
Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran tekanan darah :
a) Ukuran bladder dan cuff tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar). Bila terlalu
kecil, tekanan darah akan terukur lebih tinggi dari yang sebenarnya, dan
sebaliknya bila terlalu besaR
b) Pemasangan bladder dan cuff terlalu longgar, tekanan darah terukur lebih tinggi
dari yang seharusnya.
c) Pusat cuff tidak berada di atas arteri brachialis.
d) Cuff dikembangkan terlalu lambat, mengakibatkan kongesti vena, sehingga
bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
e) Saat mencoba mengulang pemeriksaan, kembali menaikkan tekanan cuff tanpa
mengempiskannya dengan sempurna atau re-inflasi cuff terlalu cepat. Hal ini
mengakibatkan distensi vena sehingga bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan
jelas.

b. Pemerikasaan Nadi
Denyut nadi adalah getaran/denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat
kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi dapat dirasakan dengan palpasi yaitu
dengan tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat
tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Faktor yang
mempengaruhi frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, yakni: usia, jenis
kelamin, ukuran tubuh, kehamilan, keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, kebiasaan
konsumsi rokok dan kafein, intensitas dan lama kerja, sikap kerja, faktor fisik dan
kondisi psikis.
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke
paru (dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah disemburkan melalui aorta dan
kemudian diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu
gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai
denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi
denyut jantung dalam 1 menit.

1. Prosedur pemeriksaan nadi/arteri radialis :


a) Penderita dapat dalam posisi duduk atau berbaring. Lengan dalam posisi
bebas dan rileks.
b) Periksalah denyut arteri radialis di pergelangan tangan dengan cara
meletakkan jari telunjuk dan jari tengah atau 3 jari (jari telunjuk, tengah
dan manis) di atas arteri radialis dan sedikit ditekan sampai teraba pulsasi yang
kuat.
c) Penilaian nadi/arteri meliputi: frekuensi (jumlah) per menit, irama
(teratur atau tidaknya), pengisian, dan dibandingkan antara arteri radialis kanan
dan kiri .
d) Bila iramanya teratur dan frekuensi nadinya terlihat normal dapat dilakukan
hitungan selama 15 detik kemudian dikalikan 4, tetapi bila iramanya tidak teratur
atau denyut nadinya terlalu lemah, terlalu pelan atau terlalu cepat, dihitung
sampai 60 detik.
e) Apabila iramanya tidak teratur (irregular) harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan auskultasi jantung (cardiac auscultation) pada apeks jantung.
Gambar 7. Pemeriksaan nadi arteri radialis

2. Pemeriksaan nadi/arteri karotis


Perabaan nadi dapat memberikan gambaran tentang aktivitas pompa jantung
maupun keadaan pembuluh itu sendiri. Kadang-kadang nadi lebih jelas jika
diraba pada pembuluh yang lebih besar, misalnya arteri karotis.
Catatan : pada pemeriksaan nadi/arteri karotis kanan dan kiri tidak boleh
bersamaan.

Gambar 8. Pemeriksaan nadi (arteri karotis)

3. Pemeriksaan nadi/arteri ekstremitas lainnya

Pemeriksaan pulsasi arteri brachialis pada orang dewasa dan anak

Pemeriksaan nadi/arteri femoralis


Pemeriksaan nadi/ arteri tibialis posterior

Pemeriksaan nadi/arteri dorsalis pedis

Hasil pemeriksaan nadi/arteri :


1. Jumlah frekuensi nadi per menit (Normal pada dewasa : 60-100 kali/menit)
2. Takikardia bila frekuensi nadi > 100 kali/menit, sedangkan bradikardia bila
frekuensi nadi< 60 kali/menit
3. Irama nadi: Normal irama teratur
4. Pengisian : tidak teraba, lemah, cukup (normal), kuat, sangat kuat
5. Kelenturan dinding arteri : elastis dan kaku
6. Perbandingan nadi/arteri kanan dan kiri (Normal : nadi kanan dan kiri sama)
7. Perbandingan antara frekuensi nadi/arteri dengan frekuensi denyut jantung
(Normal : tidak ada perbedaan).\
8. Abnormalitas pemeriksaan nadi/arteri :
a) Pulsus defisit: frekuensi nadi/arteri lebih rendah daripada frekuensi
denyut jantung (misalnya pada fibrilasi atrium).
b) Pulsus seler (bounding pulse, collapsing pulse, water-hammer pulse,
Corrigan's pulse), disebabkan upstroke dan downstroke mencolok dari pulsus,
misalnya pada tirotoksikosis, regurgitasi aorta, hipertensi, Patent Ductus
Arteriosus (PDA), fistula arteriovenosus.
c) Pulsus tardus (plateau pulse) : disebabkan karena upstroke dan downstroke
yang per- lahan, misalnya pada stenosis katup aorta berat.
d) Pulsus alternan : perubahan kuatnya denyut nadi yang disebabkan oleh
kelemahan jan- tung, misalnya pada gagal jantung, kadang-kadang lebih
nyata dengan auskultasi saat mengukur tekanan darah.
e) Pulsus bigeminus : nadi teraba berpasangan dengan interval tak sama
dimana nadi kedua biasanya lebih lemah dari nadi sebelumnya. Kadang-
kadang malah tak teraba sehingga seolah-olah merupakan suatu bradikardia
atau pulsus defisit jika dibandingkan denyut jantung
f) Pulsus para doksus : melemah atau tak terabanya nadi saat inspirasi. Sering
lebih nyata pada auskultasi saat pengukuran tekanan darah, di mana pulsus
terdengar melemah saat inspirasi, dan biasanya tak melebihi 10 mmHg. Bisa
pula disertai penurunan tekanan vena jugularis saat inspirasi, misalnya pada
gangguan restriksi pada effusi perikardium, tamponade perikardium,
konstriksi perikard, sindrom vena kava superior, atau emfisema paru.

c. Pemeriksaan Respiratory Rate


Pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem
pernafasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam-basa
Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh batang otak dan
dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi, diafragma dan otot-otot
interkostalis berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan mengembangkan paru-paru.
Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan dan ke lateral, sedangkan diafragma
terdorong ke bawah. Saat inspirasi berhenti, paru-paru kembali mengempis, diafragma
naik secara pasif dan dinding dada kembali ke posisi semula.
1. Persiapan pemeriksaan
a. Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur.
b. Meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas.
2. Cara pemeriksaan pernapasan:
a. Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan pernafasan pasien secara
menyeluruh (lakukan inspeksi ini tanpa mempengaruhi psikis penderita).
1) Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut
epigastrium, adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal,
interkostal, epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan aksesoria serta
penambahan ukuran anteroposterior rongga dada.

2) Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut


epigastrium dan pengurangan diameter anteroposterior rongga dada.
b. Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk
merasakan naik turunnya gerakan dinding dada.
c. Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada
dinding dada di luar lokasi bunyi jantung.
3. Interpretasi pemeriksaan pernapasan :
a. Frekuensi : Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit dengan inspeksi,
palpasi, atau dengan menggunakan stetoskop. Normalnya frekuensi nafas orang
dewasa sekitar 14 – 20 kali per menit dengan pola nafas yang teratur dan tenang
b. Irama pernapasan : reguler atau ireguler

d. Pemeriksaan Suhu Tubuh


Suhu badan adalah derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia sebagai
keseimbangan pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran panas melalui keringat,
pernapasan, sisa pembuangan (eksresi)
Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.Termogenesis (produksi panas
tubuh) dan termolisis (panas yang hilang) secara normal diatur oleh pusat
thermoregulator hipothalamus.

Gambar : Pengukuran suhu oral Termometer Aksila Raksa dan Digital

Gambar : Bagian Termometer

Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di mulut, aksila atau rektal dan ditunggu selama
3–5 menit. Pemeriksaan suhu dilakukan dengan menggunakan termometer baik
dengan glass thermometer atau electronic thermometer. Bila menggunakan glass
thermometer, sebelum digunakan air raksa pada termometer harus dibuat sampai
menunjuk angka 350C atau di bawahnya.
Pengukuran suhu oral biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat, tetapi termometer
air raksa dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk pengukuran suhu oral, yaitu
pada penderita yang tidak sadar, gelisah atau tidak kooperatif, tidak dapat menutup
mulutnya atau pada bayi dan orang tua.
1. Prosedur Pemeriksaan Suhu secara Oral :
a) Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer menunjuk
angka 350C atau di bawahnya dengan cara mengibaskan termometer beberapa
kali.
b) Letakkan ujung termometer di bawah salah satu sisi lidah. Minta pasien untuk
menutup mulut dan bernafas melalui hidung.
c) Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.
d) Apabila penderita baru minum dingin atau panas, pemeriksaan harus ditunda
selama10-15 menit agar suhu minuman tidak mempengaruhi hasil pengukuran.

2. Prosedur Pengukuran suhu aksila :

a. Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada


termometer menunjuk angka 350C atau di bawahnya.
b. Letakkan termometer di lipatan aksila. Lipatan aksila
harus dalam keadaan kering. Pastikan termometer
menempel pada kulit dan tidak terhalang baju pasien.
c. Jepit aksila dengan merapatkan lengan pasien ke
tubuhnya.
d. Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.

3. Prosedur Pengukuran suhu Rektal:


a) Pemeriksaan suhu melalui rektum ini
biasanya dilakukan terhadap bayi.
b) Pilihlah termometer dengan ujung
bulat, beri pelumas di ujungnya
c) Masukkan ujung termometer ke
dalam anus sedalam 3-4 cm.
d) Cabut dan baca setelah 3 menit

(Catatan : pada prakteknya, untuk


menghemat waktu pemeriksaan, sambil
menunggu pemeriksaan suhu dilakukan
pemeriksaan nadi dan frekuensi nafas).
Rata-rata suhu normal dengan pengukuran
oral adalah 370C. Suhu rektal lebih tinggi
daripada suhu oral ± 0,4 - 0,50C. Suhu aksila
lebih rendah dari suhu oral sekitar 0,50C - 1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


MENGUKUR TEKANAN DARAH
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN

0 1 2
A Pra interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara
lain nama pasien dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan mengukur
tekanan darah
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
diperlukan dalam perlindungan privacy pasien antara
lain pemasangan pembatas pasien bila perlusiapkan
restrain

Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
 Tensi meter raksa
 Stetoskop
 Buku catatan dan alat tulis
 APD sesuai kebutuhan

B Fase Interaksi/kerja:
1. Mahasiswa kebersihan tangan, memasang APD sesuai
kebutuhan
2. Mahasiswa mendekatka nalat- alat
3. Mahasiswa menentukan dan bebaskan lokasi pengukuran
tekanan darah
4. Mahasiswa memasang manset 2,5 cm di atas fossa
kubiti (pada lengan) atau dorsalispedis (pada kaki), pipa
penghubung berada tepat disebelah atas arteri (jangan
terlalu kencang dan jangan terlalu longgar)
5. Mahasiswa meletakan tensi meter dengan posisi datar
setinggi jantung pasien.
6. Mahasiswa membuka kunci reservoir air raksa
7. Mahasiswa melakukan palpasi arteri brachialis.
8. Mahasiswa meletakkan bagian diafragma stetoskop tepat
diatasnya dengan pin chest piece stetoskop tertutup.
9. Mahasiswa mempalpasi arteri radislis lalu memompa
balon sampai arteri radialis tidak teraba lagi, naik kan
sampai air raksa 30 mmhg
10. Mahasiswa menekan stetoskop yang berada diatas arteri
brachialis
11. Mahasiswa i membuka skrup balon perlahan-lahan (air
raksa turun 2-3 mmHg) sambil melihat skala dan
dengarkan bunyi detak pertama (sistolik) sampai
mendengarkan bunyi detak terakhir (Diastolik)
12. Mahasiswa menurunkan air raksa sampai 0 (nol) dan
kunci reservoir
13. Mahasiswa membereskan alat–alat, lepaskan APD dan
melakukan kebersihan tangan
14. Mahasiswa mendokumentasikan tindakan yang sudah
dilakukan
C Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien
setelah dilakukan tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam &terima kasih atas
kerjasamanya
NILAI

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

(………………)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


MENGUKUR NADI
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

NO. PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN


0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas
pasien antara lain nama pasien dan nama
ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang termasuk dalam general consent
antara lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan
mengukur nadi
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang diperlukan dalam perlindungan
privacy pasien antara lain pemasangan
pembatas pasien bila perlu siapkan restrain

B Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang /
sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi
pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a) Jam tangan yang ada jarum
detiknya
b) Buku catatan dan alat tulis
C Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan
2. Mahasiswa melakukan palpasi di arteri
(dewasa : radialis, brachialis,dorsalis
pedis, pada bayi apical dan frontalis)
3.Mahasiswa menghitung frekuensi denyut
nadi selama 1 menit penuh.
4. Mahasiswa mengamati volume dan irama
nadi (keras/ lemah denyutan)
5. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan
6. Mahasiswa mendokumentasikan tindakan
yang sudah dilakukan
D Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang
dirasakan pasien setelah dilakukan
tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan
kunjungan berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima
kasih atas kerjasamanya

Nilai

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...
Dosen

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


MENGUKUR SUHU TUBUH AXILLA

NamaMahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

NO. PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN


0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas
pasien antara lain nama pasien dan nama ibu
kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang termasuk dalam general consent antara
lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan
mengukur suhu axilla
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang diperlukan dalam perlindungan privacy
pasien antara lain pemasangan pembatas
pasien bila perlu siapkan restrain

B Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore
/ malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a. Termometer
b. Alkohol swab/tissue antiseptik
c. Bengkok
d. Jam Tangan
e. Buku Catatan dan alat tulis
f. APD sesuai kebutuhan
g. Tissu / kassa kering
h. Bengkok
C Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa mencuci tangan , memasang APD
sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa mendekatkan alat- alat
3. Mahasiswa mengeringkan axila pasien (tissu /
kassa kering)
4. Mahasiswa memastikan air raksa termometer
berada pada garis paling bawah.
5. Assesi menjepitkan reservoar termometer
ditengah axila pasien 5-10 menit.
6. Assesi mengangkat termometer dan langsung
membaca hasil.
7. Assesi membersihkan termometer dengan
alkohol swab dan menurunkan kembali air
raksa thermometer ke titik paling bawah
8. Assesi membereskan alat –alat , lepaskan
APD dan lakukan kebersihan tangan tangan
9. Assesi mendokumentasikan tindakan yang
sudah dilakukan
D Fase Terminasi
1. Assesi menanyakan apa yang dirasakan
pasien setelah dilakukan tindakan
2. Assesi Merencanakan tindakan dan
kunjungan berikutnya
3. Assesi Mengucapkan Salam & terima kasih
atas kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
40

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

Dosen

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


MENGUKUR FREKWENSI PERNAFASAN

NamaMahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

NO. PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN


0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas
pasien antara lain nama pasien dan nama ibu
kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang termasuk dalam general consent antara
lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan
mengukur frekwensi pernafasan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang diperlukan dalam perlindungan privacy
pasien antara lain pemasangan pembatas
pasien bila perlu siapkan restrain

B Fase Orientasi :
1. Mahahasiswa melakukan kebersihan
tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore
/ malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa mempersiapkan alat:
a) Jam tangan yang dilengkapi dengan
jarum detik
b) Buku catatan dan alat tulis
c) APD sesuai kebutuhan
C Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan ,
memasang APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa memposisikan tangan seperti
menghitung denyut nadi, mata
memperhatikan gerakkan dada / perut
3. Mahasiswa menghitung pernafasan ketika
inspirasi dada / perut selama satu menit
(sebaiknya jangan ajak pasien berbicara)
4. Mahasiswa mengamati kedalaman, irama,
bunyi dan jumlah pernafasan
5. Mahasiswa mengkomunikasikan pada klien
bahwa tindakan selesai
6. Mahasiswa melepaskan APD dan
melakukan kebersihan tangan
7. Mahasiswa mendokumentasikan tindakan
yang sudah dilakukan

D Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan
pasien setelah dilakukan tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan
kunjungan berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima
kasih atas kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
28

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PEMERIKSAAN FISIK

NamaMahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

NO. PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN


0 1 2
A Tahap Pra Interaksi
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas
pasien antara lain nama pasien, nomor rekam
medis dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
termasuk dalam general consent antara lain…..
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan
tindakan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
diperlukan dalam perlindungan privacy pasien
antara lain pemasangan pembatas pasien bila
perlu siapkan restrain
B Tahap Orientasi
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan
2. Mahasiswa mengucapkan salam
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien
4. Mahasiswa menyiapkan alat
C Tahap Kerja
1. Pemeriksaan kepala
a. Umum
 Inspeksi : perhatikan keadaan rambut,
kulit kepala
 Palpasi : telusuri kulit kepala mulai
dari depan ke belakang termasuk bagian
samping (fraktur, massa dan nyeri)
b. Mata
 Inspeksi : kesimetrisan mata kiri/kanan,
palpebra (minta kilen membuka/
menutup mata), N.Oculomotorius (minta
klien menggerakkan bola mata ke kiri/
kanan/ memutar bola mata), pemeriksaan
visus (jarak 6 meter, menutup salah satu
mata secara bergantian)
 Palpasi : Pemeriksaan konjungtiva
(anemis/ tidak), sclera (ikterik/ tidak),
tekanan intraokuler (ada tahanan-
kekenyalan bola mata sama/ tidak)
c. Telinga
 Anamnesa : telinga terasa penuh/ tidak,
tinnitus, otore)
 Periksa fungsi pendengaran dengan cara:
 Sederhana : uji arloji, berbisik
 Secara kualitatif: uji dengan garpu
tala, uji rinne, uji webber dan uji
swabach
 Periksa uji keseimbangan dengan cara :
tes berjalan dengan satu garis, tes
berputar dan tes Romberg
 Inspeksi : kesimetrisan daun telingan,
kelainan pada daun telinga, liang telinga
(serumen, secret, edema), membrane
timpani (menggunakan senter, utuh
adalah saat terdapat pantulan putih
mengkilat
 Palpasi : daun telingan (nyeri, bengkak),
tulang mastoid (nyeri, bengkak)
d. Hidung
 Fungsi N.Olfaktorius (klien diminta
menutup mata, diberikan sesuatu yang
menyengat ke hidung dank lien
mendeskripsikan baunya)
 Inspeksi : bentuk hidung, cavum nasi
(kesimetrisan kiri/ kanan dengan cahaya
perhatikan lobang dan mukosa hidung:
lihat secret atau adanya hiperemesis,
polip), perhatikan septum nasi
 Palpasi: tulang hidung (bengkok, udema,
nyeri, fraktur), sinus paranasalis (sinus
maksilaris, sinus temporalis, sinus
ethmoidalis dan sinus spenoidalis)
e. Mulut
 Inspeksi : bibir (mukosa, sianosis, kering,
pecah-pecah), gigi dan gusi (karies, gigi
palsu, stomatitis, berlubang, keutuhan
gigi), lidah (bercak putih, kotor,
stomatitis, celah pada lidah), sensasi rasa
pada lidah (manis, asin, asam, pahit),
paring ucapkan “lah” , perhatian
kesimetrisan uvula, keadaan dan
pembesaran tonsil
f. Leher
 Inspeksi : bentuk leher (pembesaran
kelenjar tiroid), kaku kuduk
 Palpasi
 Kelenjar getah bening: raba sekitar
daerah telinga bawah apakah ada
benjolan/ nyeri
 Kelenjar tiroid : dengan dua tangan
dari belakang atau satu tangan dari
samping, raba daerah sekitar jakun/
depan leher dan minta klien menelan,
rasakan pembesaran kelenjar tiroid
 JVP (Jugularis Vena Pressure): raba
daerah supraklavikula, lihat
bendungan vena jugularis
menggunakan 2 penggaris. Penggaris
pertama vertical dari sudut ludivicii/
bagian atas sternum dan garis kedua
horizontal. Perhatikan apakah
bendungan vena berada diatas garis
horizontal/ dibawah dan lakukan
pengukuran
2. Pemeriksaan Thorak
a. Paru
 Inspeksi: perhatikan kondisi dada,
ukuran dada, serta kelainan yang ada di
dada dengan menyeluruh klien menarik
dan mengeluarkan nafas
 Palpasi: letakkan kedua tangan diatas
dada/ di punggung sambil klien berucap
vocal “tujuh puluh tujuh” dan rasakan
getaran diantara keduanya
 Perkusi : letakkan tangan kiri diatas dada
dimulai dari daerah yang terjauh lalu
ketuk dengan jari tengah dan dengarkan
perubahan bunyi yang ada
 Auskultasi : letakkan stetoskop di
seluruh paru di daerah bronkus dan di
trakea, klien diminta menarik dan
mengeluarkan nafas
b. Jantung
 Inspeksi : perhatikan ictus di ruang
LMCS
 Palpasi : raba ictus dan hitung denyut
dalam 1 menit
 Perkusi : letakkan tangan kiri mulai dari
daerah terjauh dan lakukan pengetukkan
dengan tangan kanan serta dengarkan
perubahan bunyi yang dihasilkan
 Auskultasi : letakkan stetoskop di RIC II
kanan, RIC II, kiri, RIC III, RIC IV serta
daerah apex cordis
c. Payudara
 Inspeksi : anjurkan klien mengangkat
kedua tangan dan perhatikan
kesimetrisan payudara kanan/ kiri
 Palpasi : angkat tangan klien letakkan di
belakang kepala, dan raba payudara
searah jarum jam dan perhatikan adanya
benjolan, nyeri dll
3. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi :
 Kandung kencing dalam keadaan
kosong
 Posisi berbaring bantal dikepala dan
lutut sedikit fleksi
 Kedua lengan disamping atau di dada
 Mintalah penderita untuk
menunjukkan daerah sakit untuk
dilakukan pemeriksaan terakhir
 Lakukan inspeksi dan perhatikan
keadaan kulit dan permukaan perut
 Perhatikan bentuk perut
 Perhatikan gerakan dinding perut
 Perhatikan umbilicus catat adanya
tanda radang dan hernia
 Auskultasi
 Gunakan stetoskop sisi membrane
dan hangatkan dulu
 Lakukan auskultasi pada satu tempat
saja ( kwadaran kanan bawah), catat
bising dan peristaltic usus
 Dengan merubah posisi/
menggerakkan abdomen, catat
gerakan air (tanda asites)
 Letakkan stetoskop pada daerah
ephigastrik catat bising aorta
 Perkusi
 Lakukan perkusi dari kwadran kanan
atas memutar searah jarum jam catat
adanya perubahan suara perkusi
 Lakukan perkusi di daerah hepar
untuk menentukan batas dan tanda
pembesaran hepar
 Palpasi
 Beritahu pasien untuk bernafas
dengan mulut, lutut sedikit fleksi
 Lakukan palpasi perlahan dengan
tekanan ringan pada seluruh daerah
perut
 Tentukan ketegangan, adanya nyeri
tekan dan adanya masa superficial
atau masa feces yang mengeras
 Lanjutkan dengan pemeriksaan organ
4. Pemeriksaan Ekstremitas Atas dan Bawah
 Inspeksi dan palpasi Ekstremitas Atas
1. Lihat warna kulit kedua tangan catat
jika ada persebaran warna kulit yang
tidak merata
2. Periksa kondisi sendi, tanda-tanda
radang dan deformitas, periksa
apakah ada atrofi, hipertrofi atau
hipotrofi otot
3. Perhatikan kelengkapan jari pada
masing-masing tangan. Jika jari lebih
dari lima disebut polidaktili,
sedangkan jika ada jari yang
menyatu disebut sindaktil
4. Perhatikan bentuk dan ukuran lengan
dan tangan, bandingkan proporsinya
dengan tubuh. Lengan yang lebih
pendek akibat gangguan
pertumbuhan disebut dwarfism
5. Periksa adanya tumor, jaringan parut
dan lesi pada kedua tangan. Nodul
yang teraba keras tidak terasa nyeri
dan ditemukan pada persendian
bagian distal interfalangeal di bagian
dorsolateral (nodul Heberden) adalah
tanda utama adanya penyakit sendi
degenerative atau osteoarthritis
6. Periksa adanya edema pada tangan.
Jika ada edema pada daerah yang
ditekan akan tampak cekungan yang
akan kembali dalam waktu lebih dari
2 detik (pitting edema)
7. Periksa Capillary Refill Time (CRT).
Warna normal di bawah kuku adalah
merah muda karena ada banyak
pembuluh darah kapiler. Jika aliran
darah ke kapiler terganggu, pengisian
darah kapiler akan terjadi dalam
waktu yang lama. Lakukan palpasi
pada ujung jari. Saat dipalpasi, warna
ujung jari akan memucat. Saat
dilepas, darah akan masuk lagi dan
menyebabkan warna kemerahan.
Norrmalnya warna kemerahan akan
kembali dalam waktu kurang dari
dua detik
8. Raba kedua ujung tangan.
Normalnya akan terasa hangat dan
tidak lembab
9. Periksa kemampuan ekstensi dan
fleksi pada jari. Kontraktur fleksi jari
di jari kelingking, jari manis dan jari
tengah (kontraktur dupuytren) dapat
menghambat ekstensi penuh jari-jari
tangan. Artritis ditandai dengan
adanya keterbatasan gerak pada
semua jari
10. Kaji kemampuan tangan untuk
menggenggam. Letakkan jari
telunjuk dan jari tengah dominan
anda pada tangan dominan klien, lalu
minta klien untuk meremas kedua
jari anda sekeras mungkin. Ada dua
cara lain, yaitu minta klien berjabat
tangan dengan anda lalu minta untuk
menarik sambil meremas tangan
anda dan cara kedua yaitu minta
klien untuk memegang tangan anda
lalu mendorong tangan anda sekuat-
kuatnya. Rasakan kekuatan tangan
klien saat menggenggam jari anda
lalu minta klien melepaskan
remaskan tangannya. Kelemahan
oposisi jari dan kelemahan jari
ipsilateral terhadap tahanan
menandakan kelainan pada nervus
medialis
11. Palpasi sendi metakarpofalangeal
bagian medial dan lateral jari-jari.
Rasakan adanya pembengkakan,
tulang yang menonjol dan teraba
keras serta deformitas. Jika
ditemukan pembesaran pada bagian
distal sendi interfalangeal
kemungkinan besar ada penyakit
sendi degenerative. Pembesaran
tulang yang disertai dengan
pembengkakan sendi interfalangeal
proksimal diasosiasikan dengan
rematoid arthritis akut
12. Lakukan palpasi pada sendi jari di
bagian distal, rasakan apakah ada
pembesaran, deformitas dan nyeri.
Jika ditemukan hal tersebut
kemungkinan klien menderita
rheumatoid arthritis kronis
13. Lanjutkan dengan pengkajian pada
siku. Topang lengan klien dan
biarkan siku menekuk dan sedikit
fleksi. Lakukan inspeksi dan palpasi
pada masing-masing siku,
permukaan ekstensor tulang ulna dan
olekranon. Catat adanya nyeri,
pembengkakan atau nodul. Palpasi
sisi pada cekungan olekranon, catat
adanya nyeri atau pembengkakan.
Periksa rentang gerak klien.
Normalnya jika siku diangkat
ketinggiannya akan sama dan tidak
ada tahanan saat digerakkan. Jika
ketinggian siku tidak sama ketika
diangkat kemungkinan terjadi
dislokasi pada tempat tersebut. Jika
ditemukan bengkak, kemerahan, dan
disertai nyeri kemungkinan besar
klien menderita osteoarthritis.
14. Lakukan inspeksi pada bagian depan
bahu. Catat dan perhatikan
kesimetrisan kedua bahu, adanya
luka, bengkak, atrofi, distropi
jaringan atau rasa nyeri saat
disentuh. Lakukan inspeksi dan
palpasi pada daerah scapula dan
rasakan otot yang ada disekitarnya.
Normalnya sendi bahu dapat dengan
bebas digerakkan dan tidak timbul
nyeri, tidak tampak menonjol, dan
tidak bengkak saat dipalpasi. Bahu
yang menonjol dan nyeri saat
dipalpasi mungkin terjadi jika ada
dislokasi sendi glenohumerus
 Inspeksi dan palpasi ekstremitas bawah
1. Pengkajian kaki dan tumit dilakukan
dengan posisi berbaring. Inspeksi
adanya pembengkakan, kalus, tulang
di kaki yang menonjol, nodul atau
deformitas. Catat jika ada
abnormalitas
2. Lakukan palpasi pada bagian anterior
sendi pada tumit. Catat adanya
pembengkakan, nyeri atau
deformitas. Lakukan juga palpasi
pada tendon Achilles, catat jika
ditemukan nodul dan nyeri tekan
3. Lakukan palpasi pada sendi di jari
kaki. Catat jika menemukan
abnormalitas. Lakukan inspeksi pada
telapak kaki, catat jika ada bagian
kulit yang pecah-pecah atau terluka.
Perhatikan pula daerah penonjolan di
tumit jika klien tidak sadar atau tirah
baring lama. Biasanya daerah tumit
akan mengalami ulkus dekubitus
karena tertekan terlalu lama
4. Kaji kemampuan gerak daerah tumit
dan kaki. Normalnya kaki dan tumit
bisa bergerak tanpa ras nyeri. Selain
itu, gerakan kaki bagian bawah akan
sejajar dengan bagian paha
5. Kaki kekuatan otot kaki. Minta klien
untuk mengangkat kakinya tahan
dengan tangan anda lalu minta klien
untuk mendorong tangan anda
sekuat-kuatmya. Penilaian kekuatan
otot kaki sama dengan penilaian
kekuatan otot pada tangan
6. Kaji lutut klien. Inspeksi adanya
perubahan bentuk atau abnormalitas
pada patella. Lakukan palpasi pada
semua sisi patella. Catat jika
ditemukan pembengkakan atau nyeri
di sekitar patella. Normalnya lutut
dan patella sejajar degan kaki bagian
atas dan bawah, tidak menonjol ke
bagian lateral atau medial
7. Lakukan pengkajian pada punggung
dan pinggul dengan posisi klien
berdiri. Perhatikan kesimetrisan
pantat dan pinggul serta cara berdiri
klien. Normalnya klien bisa berjalan
dengan tegak dan kedua kaki
berayun simetris
8. Minta klien berbaring lalu lakukan
palpasi pinggul. Tekan pinggul kea
rah dalam minta klien untuk member
tau jika terasa nyeri. Jangan
mengulangi prosedur ini jika klien
mengeluh nyeri atau terjadi fraktur
pelvis
9. Lakukan palpasi pada daerah
pretibial untuk mencari adanya
edema. Jika ada edema daerah yang
ditekan tidak akan kembali dalam
waktu yang cepat dan terbentuk
cekungan pada daerah tersebut
(pitting edema)
5. Pemeriksaan fisik genetalia
 Inspeksi pada genetalia wanita
1. Posisikan klien secara litotomi minta
klien untuk relaks dan tidak kaku
2. Jika klien terpasang kateter, catat
ukuran kateter dan karakteristik urine
dan volume urin. Buang urin dalam
kantong urin sebelum melakukan
pemeriksaan. Produksi urin normal
adalah 1-2 cc/kgBB/ jam
3. Jika klien tidak terpasang kateter,
tanyakan apakah klien bisa buang air
kecil dengan lancar, adakah rasa
perih atau panas saat buang air kecil
dan apakah klien memiliki hasrat
untuk berkemih tetapi tidak bisa
keluar atau keluar hanya sedikit. Jika
klien mengalami gejala tersebut
periksakan urin klien k labor
kemungkinan klien mendeita Infeksi
Saluran Kemih (ISK)
4. Inspeksi pada bagian mons pubis dan
vulva, catat jika ada bekas luka,
tumor atau keluar produksi secret
yang abnormal. Lihat warna dan
persebaran rambut pada mons pubis
dan perineum
5. Sebelum mempalpasi perineum
sentuh dengan perlahan daerah paha
supaya klien tidak terkejut
6. Pisahkan labia mayora dengan ibu
jari dan telunjuk tangan yang
dominan. Lihat kesimetrisan. Catat
jika ada massa, nyeri tekan atau
perlukaan
7. Inspeksi labia minora lihat
kesimetrisan, persebaran warna,
adanya bercak kemerahan atau ada
secret abnormal yang dihasilkan
(warna, bau, berapa lama dihasilkan
serta rasa gatal). Normalnya labia
minora berwarna merah muda cerah
8. Retraksikan labia minora ke
samping, lihat klitoris klien.
Normalnya berdiameter lebih kurang
0,5 cm. normalnya berwarna merah
muda pucat. Catat jika ada lesi
9. Tetap retraksikan labia minora, lihat
kondisi meatus uretralis. Normalnya
berwarna merah muda
10. Lihat kondisi meatus vaginalis klien.
Normalnya tampak berwarna merah
muda, bisa dalam kondisi lembab
dan mengeluarkan cairan. Jika ada
secret yang abnormal atau keputihan
yang berlebihan tanyakan berapa
lama dan catat karakteristik secret
11. Lihat kondisi perineum dan anus.
Normalnya perineum dalam kondisi
utuh dan halus. Warna kulit
perineum lebih gelap dari daerah
sekitarnyaa. Lihat apakah ada bekas
kula episiotomy
12. Lihat kondisi anus. Anus dalam
kondisi retraksi (kulit sekitarnya
mengkerut) dan warnanya jauh lebih
gelap dari sekitarnya. Lihat adanya
hemoroid eksterna atau interna
13. Jika wanita tersebut baru melahirkan,
maka keluar darah dari vagina
dengan karakteristik:
 Lokia rubra dihasilkan hingga
tiga hari postpartum warnanya
merah segar dan berbau khas
darah
 Lokia alba dihasilkan pada
Sembilan hari postpartum
warnanya putih agak kuning
tidak berbau dan gatak
14. Secret vagina abnormal
 Cokelat : mungkin ada infeksi
monilia atau candida
 Putih mukoid: infeksi
stafilokokus, streptokokus
 Putih berbusa: infeksi
Trichomonas vaginalis
 Kuning kehijauan, lengket:
gonorea
 Inspeksi pada genetali pria
1. Posisi pemeriksaan dapat dilakukan
dalam posisi supine dengan kaki
sedikit terbuka atau dalam posisi
berdiri
2. Inspeksi persebaran rambut pubis
dan warnanya
3. Perhatikan apakah klien terpasang
kateter urine atau tidak. Jika
terpasang kateter catat ukurannya,
produksi urine, dan karakteristik
urine. Jika klien tidak menggunakan
kateter minta klien untuk BAK
terlebih dahulu
4. Perhatikan letak ujung uretra.
Normalnya meatus uretra dan di
ujung glans penis. Pada beberapa
kondisi ujung meatus uretra bisa
terletak di bagian bawah penis
(hipospadia) atau di atas penis
(epispadia). Kelainan ini adalah
kelainan congenital
5. Tanyakan kemampuan berkemih
klien. Apakah klien mampu BAK
dengan normal dan mandiri
6. Tanyakan apakah ada hambatan saat
berkemih.
7. Perhatikan skrotum dan penis. Catat
jika ada bekas luka atau secret yang
keluar dari penis. Lihat meatus
uretralisnya, jika ada secret yang
keluar dari meatus uretralis segera
periks ke laboratorium. Jika ada
secret bernanah yang keluar dari
penis mungkin klien menderita
gonorrhea
8. Perhatikan adanya ulkus atau
benjolan abnormal yang ada di
sekitar penis dan skrotum
9. Jika klien belum disirkumsisi,
retraksikan prepusium ke belakang.
Periksa daerah sekitar lipatan kulit,
periksa apakah ada kerak yang
berwarna kekuningan, adanya
pembengkakan, massa, lesi pada
korona glandis
10. Perhatikan jumlah testis yang ada
dalam skrotum. Normalnya testis
berjumlah dua buah dan bisa
bergerak dengan bebas dalam
skrotum. Tanyakan pada klien
apakah ada nyeri yang dirasakan.
Nyeri pada skrotum menandakan
klien menderita orkitis atau radang
pada testis
11. Jika saat palpasi hanya teraba satu
testis atau tidak ada sama sekali klien
menderita kriptorkismus (testis tidak
masuk ke dalam skrotum dan tetap
ada di dalam rongga abdomen.
12. Pada anak kecil, perhatikan adanya
fimosis. Fimosis adalah infeksi yang
menyebabkan pembengkakan pada
prepusium. Tata laksana fimosis
adalah sirkumsisi
 Palpasi pada genetalia pria
1. Minta klien untuk berdiri. Setelah
berdiri, posisikan tangan di bawah
skrotum, palpasi hingga pangkal pita
sperma di cincin eksternal inguinal
2. Minta klien untuk mengedan atau
batuk. Lihat apakah ada penonjolan
pada daerah inguinal. Jika ada
benjolan pasti akan tersentuh oleh
ujung jari pemeriksa (hernia
inguinalis)
3. Pakai sarung tangan, lapisi ujung
sarung tangan dengan pelumas.
Minta klien untuk berbaring dengan
posisi miring (sim’s) dan rileks
4. Pada saat menghembuskan nafas,
masukkan jari telunjuk ke dalam
anus. Arahkan ujung jari ke arah
umbilicus. Rasakan mukosa dinding
anus, apakah teraba massa
5. Arahkan ujung jari kea rah dinding
atas bagian medial untuk menilai
besar kelenjar prostat. Normalnya
kelenjer prostat hanya sebesar
kacang. Jika teraba membesar,
berarti klien menderita Benign
Prostat Hyperplasia (BPH)
6. Pemeriksaan mandiri
a. Lakukan tes ini sebulan sekali
untuk mendeteksi kanker testis
b. Struktur testis adalah bulat oval
dan teraba kenyal, sedangkan
epididimis terletak di belakang
testis berbentuk melingkar
seperti tali
c. Berdirilah di depan cermin dan
perhatikan adanya tanda yang
tidak normal atau adanya
pembengkakan
d. Lakukan pemeriksaan ini setelah
mandi dengan air hangat.
Sangga testis dengan jari tengah,
jari manis dan jari kelingking.
Dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari secara
perlahan palpasi kedua testis.
Normalnya permukaan testis
teraba halus dan epididimis
teraba lembut
e. Testis harus bisa bergerak bebas
dalam skrotum, jika ditemukan
kelainan selama pemeriksaan
segera ke dokter
D Tahap Terminasi
1. Membuat kontrak selanjutnya dan
mendokumentasikan tindakan keperawatan
yang telah dilakukan
2. Ucapkan salam dan terima kasih pada
pasien atas kerja samanya
TOTAL

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


MENGUKUR TEKANAN DARAH
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN

0 1 2
A Tahap Pre Interaksi
1. Mengecek file (catatan medis/keperawatan) klien
2. Persiapan Alat
a. Format pengkajian
b. Buku catatan dan alat tulis
B Tahap Orientasi
1. Mahasiswa melakukan cuci tangan
2. Mahasiswa mengucapkan salam: Assalamualaikum/ Selamat
pagi / siang /sore / malam.
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
5. Menjaga privasi pasien dan menghidupkan lampu
C Tahap Kerja
1. Fokus wawancara adalah klien
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian
3. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
4. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada
waktunya
5. Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaannya. Jika situasi
memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan terapeutik,
yang bertujuan untukmemberikan dorongan spiritual, merasa
diperhatikan.
6. Menanyakan keluhan utama yang paling dirasakan oleh klien
7. Menanyakan riwayat kesehatan sekarang
8. Menanyakan riwayat kesehatan dahulu
Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi reaksi klien saat dan setelah dilakukan
wawancara.
2. Membuat kontrak selanjutnya dan mendokumentasikan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan
3. Mahasiswa mencuci tangan
Ucapkan salam dan terima kasih pada pasien atas kerja samanya

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

( )
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

Nama Mahasiswa : ...........................


Tanggal Praktek : ............................
Tempat praktek : .........................

I. Identitas Diri Klien


Nama : ............................ Tanggal masuk Rs : ........................
Tempat/tgl lahir : ............................ Sumber Informasi : .........................
Jenis Kelamin : ............................
Status Kawin : ............................
Agama : ............................
Pendidikan : ............................
Pekerjaan : ............................
Alamat : ............................

II. Identitas Keluarga klien


Keluarga Terdekat yang dapat segera dihubungi ( Orang tua, Suami,Istri)
Nama : ............................
Pendidikan : ...........................
Pekerjaan : ............................
Alamat : ............................

II. Alasan Masuk


............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................
III. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang :
..........................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
................................................................................................................................

1. Riwayat Kesehatan Dahulu :


..........................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
................................................................................................................................

3. Riwayat Kesehatan Keluarga :


..........................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
................................................................................................................................
Genogram :

IV. Pemeriksaan Fisik :


1. Tanda-tanda Vital :
TD : ......................
N:.....................
S : ......................
RR: ..................
2. Pemeriksaan Kepala

Inspeksi Kepala :Bentuk ........................................................


Karakteristik rambut : ...................................................................
Kebersihan : ...................................................................
Palpasi kepala :Adanya Massa/Benjolan/Lesi...........................
3. Pemeriksaan mata
Inspeksi :Sklera...... .Conjungtiva........, Kornea......, Iris........,Reflek
Pupil.....
Tanda-tanda radang : ...................................................................................................
Edema palpebra: : ........................................................................................
Rasa sakit : ...................................................................................................
4. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : ....................................................................................................
Tes pendengaran : Garpu tala : Rinne, Swabach,Weber............................................
5. Hidung
Simetris/Tidak : .....................................................................................................
Membran mukosa :....................................................................................................
Test Penciuman/ Ketajaman Membedakan Bau : ..................................................
Alergi terhadap sesuatu : .....................................................................................
Cara mengatasinya : ..........................................................................................
6. Mulut & Tenggorokan
Inspeksi : ....................................................................................................
Tes rasa (Ketajaman mengecap rasa) :.....................................................................
Kesulitan menelan : ....................................................................................................
7. Leher
Inspeksi leher : ....................................................................................................
Palpasi : ....................................................................................................
8. Thorak
Inspeksi : Bentuk thorak:.......Warna kulit: ...............Pola nafas: ..................
Palpasi : Vocal Fremitus:..................................................................................
Perkusi : Batas paru:.........................................................................................
Auskultasi : Suara Nafas :......................................................................................
9. Payudara
Inspeksi : ....................................................................................................
Palpasi : ....................................................................................................
10. Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis......................Heart rate :................................................
Perkusi : Batas jantung ....................................................................................
Auskultasi : Bunyi jantung I & II........................Adanya suara tambahan..........
11. Abdomen
Inspeksi : Kuadrregio.....Umbilikus........Distensi.......Membuncit....................
Auskultasi : Bising usus frekuensi ..........................,kualitas.................................
Palpasi : Adanya massa ...................nyeri..............pada hepar...... lien.....,ginjal........
Perkusi : Tympani..............................................................................................
12. Ekstremitas
Nyeri :.............................................
Kekakuan : ............................................
Tonus otot : .................................................................................................................
Kekuatan otot : .......................................................................................
Ki Ka
Ki Ka

13. Genetalia
Inspeksi :.........................................................
Anus :(adanya hemoroid)...... Colok Dubur...................................................

14. Kulit
Warna kulit : .............................................................................................................
Ada tidaknya jaringan parut/lesi :..............................................................................
Turgor kulit: ................................................................................................................
V. Pola Nutrisi :
Keterangan Sehat Sakit
Berat Badan
Tinggi Badan
Frekuensi Makan
Jenis Makan
Makanan Yang disukai

VI. Pola Eliminasi


a. Buang Air Besar
Keterangan Sehat Sakit
Frekuensi
Warna
Konsistensi
Pengguna Pencahar

b. Buang Air Kecil (BAK)


Keterangan Sehat Sakit
Frekuensi
Warna
Bau

VII. Pola Tidur dan Istirahat


Keterangan Sehat Sakit
Waktu tidur
Lama tidur
Kebiasaan saat Tidur
Kesulitan Tidur

Vlll. Pola Aktivitas & Latihan


Keterangan Sehat Sakit
Kegiatan dalam Pekerjaan
Olah Raga
Kegiatan Waktu Luang
IX. Pola Bekerja
 Jenis pekerjaan :........................................................................................
 Lama bekerja :........................................................................................
 Jumlah jam kerja :........................................................................................
X. Aspek psikososial
1. Pola pikir & persepsi
Alat bantu yang digunakan : (1) Kacamata (2). Alat bantu pendengaran
Kesulitan yang dialami : Sering pusing, membaca/menulis

2. Persepsi diri
 Hal yang amat dipikirkan saat ini :...............................................................
 Harapan setelah menjalani perawatan :.........................................................
 Perubahan yang dirasa setelah sakit :.............................................................

3. Hubungan /Komunikasi
 Bahasa utama:...................................Bahasa Daerah :.....................................
 Bicara :Jelas......relevan.....mampu mengekspresikan ........................
 Kehidupan keluarga :
 Adat istiadat yang dianut......................................................................
 Pembuat keputusan dalam Keluarga :.................................................
 Pola komunikasi :.................................................................
 Keuangan :.................................................................
 Kesulitan dalam keluarga : Hubungan dengan orang tua..., sanak.....
4. Kebiasaan seksual
 Gangguan hubungan seksual :
5. Spiritual
 Keyakinan agama :........................................................................................
 Kegiatan agama/ kepercayaan yg dilakukan : ................................................
 Kegiatan agama/ kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah sakit :
..............................................................................................................................
XII. Informasi Penunjang
 Therapy Pengobatan : .....................................................................................
 Pemeriksaan diagnostik :
*Laboratorium * Rontgen * EKG * USG * CT Scan
PANDUAN PRAKTIKUM 2

PROSEDUR PERSIAPAN PENUNJANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan dan pemeriksaan
khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita dapat berupa urine (air
kencing), darah, sputum (dahak ), atau sampel dari hasil biopsi

B. TUJUAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Adapun beberapa tujuan dari pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai berikut.
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan risiko
3. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
4. Konfirmasi pasti diagnosis
5. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis
6. Membantu pemantauan pengobatan
7. Menyediakan informasi prognostik/perjalanan penyakit
8. Memantau perkembangan penyakit
9. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan
10. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit

C. PRA INSTRUMENTASI
Tahapan pra instrumentasi meliputi:
a) Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
b) Persiapan penderita
c) Persiapan alat yang akan dipakai
d) Cara pengambilan sampel
e) Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) dan transportasi.

1) Pemahaman Instruksi dan Pengisian Formulir


Pemahaman instruksi harus diperhatikan, hal ini penting untuk menghindari pengulangan
pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan
pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi
identitas pasien: nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter
pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini
penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil
terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.

2) Persiapan Penderita
a) Puasa. Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan
berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan
kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
b) Obat. Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya
: asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan
jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan
trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga
menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian
hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan
hemostasis.
c) Waktu Pengambilan. Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi
hari terutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan
menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya
rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter. Selain itu juga
ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan
pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa
parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan
variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi
serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-
100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari
dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
d) Posisi pengambilan, Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma
10 % demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita
adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan
santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing
atau menjadi obyek.

3) Persiapan Alat yang Akan Dipakai


a) Persiapan Alat. Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan
instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam
bekerja.
b) Pengambilan Darah. Yang harus dipersiapkan antara lain, kapas alkohol 70 %, karet
pembendung (torniket), spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung
kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau
mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter.
Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung
antikoagulan.
c) Penampungan Urine. Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar,
berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril.
Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet
urin.
d) Penampung khusus. Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau
pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis
lengkap identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan
sehingga tidak tertukar.

4) Cara pengambilan sampel


Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan
pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan
dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar
pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan
mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi. Darah dapat diambil dari
vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada
kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan
darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat
pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang
dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral. Darah arteri
dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri
radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari
tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu
jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.

5) Penanganan Awal Sampel dan Transportasi


Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada
disini. Yang harus dilakukan :
a. Catat dalam buku ekspedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau
sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas).
b. Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
c. Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
d. Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
e. Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa
gas darah, harus menggunakan suhu 4-8°C dalam air es bukan es batu sehingga tidak
terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30
menit. Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil
laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan
penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan
salah pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat
bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain
itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu.

D. PERSIAPAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM/SPESIMEN


1. DARAH
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen
darah. Antara lain :
a) Darah Rutin :
 Hemoglobin/HB : Untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
 Hematokrit/HT : Mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
 Trombosit : Mendeteksi adanya trombositopenia dan trombositosis
b) Darah Kimia :
 SGPT (serum glumatik piruvik transaminase) : Pemeriksaan SGPT digunakan
untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler.
 Albumin : Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan
albumin yang disintesis oleh hepar, yang bertujuan untuk menentukan adanya
gangguan hepar seperti luka bakar, gangguan ginjal.
 Asam Urat : Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada
ginjal, luka bakar dan kehamilan.
 Bilirubin : Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin.
Bilirubin direct dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh batu/
neoplasma, hepatitis. Bilirubin indirect dilakukan untuk mendeteksi adanya
anemia, malaria.
 Ekstrogen : Pemeriksaan ekstrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi
ovarium, gejala menopause dan pasca menopause.
 Gas Darah Arteri : Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi
gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh gangguan respiratorik/
gangguan metabolik.
 Gula Darah Puasa : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanaya
diabetes.
 Gula Darah Postprandial: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya
diabetes, pemeriksaan dilakukan setelah makan.
 Gonadotropin Korionik Manusia (HCG). Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendeteksi kehamilan.

2. URINE
a) Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen
urine.
Antara lain :
 Asam urat : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada
penyakit ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam dan leukemia.
 Bilirubin : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit obstruktif
saluran empedu, penyakit hepar dan kanker hepar.
 Human Chorionic Gonadotropin ( HCG ) : Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya kehamilan

b) Jenis urine
1. Urine sewaktu. Urine yang dikeluarkan seawaktu- waktu bila diperlukan
pemeriksaan
2. Urine pagi. Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur
3. Urine pasca prandial. Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan
4. Urine 24 jam : urine yang dikumpulkan selama 24 jam Pemeriksaan lain yang
menggunakan spesimen urine antara lain, pemeriksaan urilinogen untuk
menentukan kadar kerusakan hepar, penyakit hemolisis dan infeksi berat.
Pemeriksaan urinealisasi digunakan untuk menentukan berat jenis kadar glukosa
dan pemeriksaan lainnya.

3. FESES
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman seperti,
salmonella, shigella, escherichiacoli, staphylococcus dll.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a) Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril
b) Tempatkan feses dalam wadah steril dan ditutup
c) Feses jangan dicampur dengan urine
d) Jangan berikan Barium atau minyak mineral yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri
e) berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan

4. SPUTUM
Pemeriksaan dengan bahan sekret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi adanya
kuman.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a) Siapkan wadah dalam keadaan steril
b) Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan
c) Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum
d) Pertahankan wadah dalam keadaan tertutup
e) Bila kultur untuk pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam) ikut instruksi yang
ada pada botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc sputum yang dilakukan
selama 3 hari berturut turut

E. PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Ultrasonografi ( USG )
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas permukaan kulit/ di
rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan ini
digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi berbagai kelainan
pada abdomen, otak, jantung dan ginjal.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a) Lakukan informed consent
b) Anjurkan pasien untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan USG aorta abdomen, kantung empedu, hepar, limpa dan
pankreas.
c) Oleskan Jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
d) Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke belakang
diatas permukaan kulit.
e) Lakukan antara 10-30 menit
f) Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan gelisah
g) Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya
udara.
h) Pada pemeriksan obstruktif ( Trimester pertama & kedua ) pelvis dan ginjal
pasien ketiga, pemeriksaan dilakukan pada saat kandung kemih kosong.
i) Bila pemeriksaan pada jantungn anjurkan untuk bernafas secara perlahan-
lahan
j) Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit
rambut dari kepala.

2. RONTGEN
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada berbagai
organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokan dan
rangka.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a) Lakukan informed consent
b) Tidak ada pembatasan makanan / cairan
c) Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (Posterior Anterior) dapat
dilakukan dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga dilakukan.
d) Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada wakru
pengambilan foto sinar X.
e) Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi
ukuran dan bentuk jantung.
f) Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien tidur
terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus dilindungi.
g) Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus dlepaskan
sebelum pelaksanaan foto.
h) Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan
immobilisasi pada daerah fraktur.

3. PAP SMEAR (Papanicolaou Smear)


Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi
adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks
serta mengkaji respons terhadap kemoterapi dan radiasi.
Persiapan dan pelaksanaan :
a) Lakukan informed consent
b) Tidak ada pembatasan makanan dan cairan
c) Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina ( pembersihan vagina
dengan zat lain ) memasukan obat melalui vagina atau melakukan hubungan
seks sekurang- kurangnya 24 jam
d) Spekulum yang sudah dilumasi dengan air dengan air megalir dimasukan ke
vagina.
e) Pap stick digunakan untuk mengusap serviks kemudian pindahkan ke kaca
mikroskop dan dibenamkan ke dalam cairan fiksasi.
f) Berikan label nama dan tanggal pemeriksaan

4. MAMMOGRAFI
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada bagian
payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai payudara secara
periodik.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a) Lakukan informed consent
b) Tidak ada pembatasan cairan dan makanan
c) Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher
d) Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
e) Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu diatas meja
kaset sinar X.
f) Lalu lakukan pemeriksaan
5. ENDOSKOPI
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi adanya kelainan
pada saluran cerna.
Contoh : varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer

6. KOLONOSKOPI
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk mendeteksi adanya
kelainan pada saluran colon.
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll

7. CT. Scaning
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan terlokalisir
serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen

8. EEG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak (melihat kelainan
pada gel. Otak) Indikasi : epilepsy, trauma capitis Dengan memasangkan elektroda
pada bagian kepal klien.

9. EKG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi dari jantung indikasi
: MCI, Angina fektoris, gagal jantung
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PENGAMBILAN DARAH VENA
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN

0 1 2
A TAHAP PRE –INTERAKSI
1. Mengecek medical record (catatan medic / keperawatan)
2. Menyiapkan alat :
a. Tabung specimen darah
b. Sharp container (tempat sampah khusus jarum)
c. Pengalas
d. Tourniquet
e. Syringe 3 ml
f. Alcohol swab
g. Bengkok
h. Ban aid
i. Sarung tanganbersih
B TAHAP ORIENTASI
1. Mencuci tangan sebelum kelingkungan pasien
2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri,
3. Menjelaskan prosedur beserta tujuan prosedur yang akan
dilakukan
4. Menjaga privacy klien
C TAHAP KERJA
1. Cek kembali rencana pemeriksaan penunjang
2. Mengidentifikasi pasien menggunakan gelang identitas
3. Memberitahukan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien
4. Menjaga privasi pasien dengan menutup gorden/ sampiran
5. Mendekatkan alat-alat ke pasien
6. Mencari vena yang akan diinsersi (vena medina cubiti,
cephalicha, basalicha, dll)
7. Meletakkan pengalas di bawah vena yang akan ditusuk/
diinsersi
8. Mencuci tangan
9. Memasang sarung tangan
10. Memastikan vena yang akan ditusuk besar, teraba, dan
terjangkau dengan baik oleh jaringan.
11. Menganjurkan pasien untuk mengepal tangan.
12. Memasang tourniquet 5 – 7.5 cm dari letak insersi*
13. Menggunakan jari telunjuk untuk meraba vena guna
membantu mengetahui ukuran, kedalaman, dan arah dari
vena*
14. Melakukan desinfektan dengan alcohol swab secara sirkuler,
tunggu sampai kering, jangan ditiup/lap/kipas, biarkan
kering sendiri
15. Melakukan venipuncture (penusukan) ke dalam vena dengan
sudut 15o – 30o dengan menggunakan syringe sesuai
kebutuhan*
16. Memastikan darah masuk ke dalam syringe*
17. Bila darah sudah cukup, tarik syringe, sambil menekan
daerah yang ditusuk dengan kasa/kapas alcohol swab*
18. Masukkan darah ke dalam tabung specimen yang sudah
diberi label pasien, biarkan darah mengalir sendiri tanpa di
dorong dan cabut syringe dari tabung bila sudah berhenti*
19. Bila perlu lakukan pengocokan tabung specimen dengan
gerakan membentuk angka 8 (sesuai jenis tabungnya)
20. Plester daerah penusukan dengan ban aid bila darah sudah
berhenti
21. Merapikan pasien dan alat
22. Membuka sarung tangan
23. Mencuci tangan
24. Membuang sampah sesuai tempatnya (sampahmedis) dan
mengembalikan peralatan pada tempatnya.
25. Mencuci tangan
26. Memberitahukan pada pasien dan atau keluarga bahwa
prosedur sudah selesai
27. Mengantar darah ke laboratorium dengan menggunakan
kotak container
TAHAP TERMINASI
1. Mengecek respon pasien.*
2. Memperhatikan adakah hematoma.*
3. Melakukan pendokumentasian di rekam medis pasien.*
TOTAL
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PENGAMBILAN DARAH ARTERI
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

N URAIAN/ SISTEMATIKA TINDAKAN Nilai Catatan


O. 0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien
antara lain nama pasien dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
termasuk dalam general consent antara lain….
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan, indikasi
pengambilan darah arteri
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
diperlukan dalam perlindungan privacy pasien antara
lain pemasangan pembatas pasien bila perlu siapkan
restrain Obs
erv
B Fase Orientasi : asi
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore /
malam).
3. Mahasiswa melakukan komponen identifikasi
pasien)*
4. Mempersiapkan alat
a. Spuit 3cc berisi heparin 0,1cc
b. Alcohol swab
c. Pengalas
d. Tutup gabus
e. Handscoen
f. Nierbekken dan sharp box
g. Kassa
h. Plester
i. Betadine
j. Sampiran
C Fase Interaksi / kerja : Obs
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan ,memasang erv
APD sesuai kebutuhan asi
2. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur
posisi dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
3. Mahasiswa mengukur suhu pasien( lihat SPO
pengukuran suhu)
4. Mahasiswa membilas spuit dengan heparin
5. Mahasiswa menentukan lokasi arteri yang akan
dilakukan tindakan (a.radialis,a.dorsalis pedis,
a.brachialis, a.femoralis)
6. Mahasiswa melakukan desinfeksi pada area penusukan
(insersi) dengan alcohol swab tepat pada permukaan
kulit dimana arteri jelas teraba
7. Mahasiswa meregang kulit di atas arteri yang akan
ditusuk dengan menggunakan telunjuk dan jari tengah
tangan kiri (tidak dominan)
8. Mahasiswa melakukan penusukan dengan posisi
jarum sesuai lokasi(a.radialis 30-45,a.dorsalis pedis
15-20,a.brachialis 45-60,a.femoralis 90)
9. Mahasiswa menusukan yang tepat maka pengisap
(suiker) akan terdorong sendiri ke atas oleh tekanan
arteri (pengisap tidak perlu ditarik),ambil darah 1-2
cc,jarum segera dicabut dan ikuti dengan menekan
bekas tusukan 5-10 menit dengan kassa steril yang
kering.
10. Mahasiswa menutup ujung jarum segera dengan
gabus dengan cara menusukannya
11. Mahasiswa memberi etiket pada sampel darah (nama
dan nomor medical record) yang ditempelkan di
dinding spuit.
12. Mahasiswa melengkapi formulir permintaan
pemeriksaan, sesuaikan nama dan nomor medical
record serta suhu dan hb pasien .
13. Mahasiswa mengirim sampel ke laboratorium dengan
buku ekspedisi bagian pengirim.
14. Mahasiswa men utup dengan rapi bekas tusukan
dengan kasa steril yang diberi betadin, kemudian
plester.
15. Mahasiswa melakukan observasi bekas tusukan dan
hematom.
16. Mahasiswa membereskan alat – alat, melepaskan
APD dan melakukan kebersihan tangan
17. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format ( buku
) pemberian obat
D Fase Terminasi : Obs
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien erv
setelah dilakukan tindakan asi
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima kasih
atas kerjasamanya

Nilai : total K : X 100 =


56

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

Dosen

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PENGAMBILAN SAMPEL URINE
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
3. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
4. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN

0 1 2
A TAHAP PRE INTERAKSI
1. Mengecek medical record (catatan medic / keperawatan )
2. Menyiapkan alat :
a. Tabung Spesimen yang sudah diberi label :
 Identitas pasien
 Nomor medical record
 Usia
b. Jenis urin yang diambil
 UrineRandom; analisis rutin
 Urine Sewaktu; 24-jam
 Urine Steril (kateterisasi)
 Urine Postpandial
c. Sarung tangan jika urin steril (kateterisasi)
B TAHAP INTERAKSI
1. Mencuci tangan sebelum kelingkungan pasien*
2. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan*
C TAHAP KERJA
1. Pastikan tabung specimen dan konteiner pembawa tabung
urin tersegel*
2. Pastikan pasien sudah diberikan informasi mengenai
persiapan sebelum pemeriksaan penunjang*
3. Jika pasien mandiri; informasikan
4. Jumlah urin yang harus diambil ke dalam tabung specimen
5. Jikadalam proses kateterisasi, pastikan urin yang diambil
langsung dari kateter urin, bukan dari urin bag. Pastikan
dalam jumlah yang sesuai*
TAHAP TERMINASI
1. Informasikan kepada pasien kapan hasilnya bisa dibaca
2. Catat hasil pemeriksaan urin meliputi :Pemeriksaan urin
untuk melihat kuantitas, makroskopik urin, berat jenis,
protein, glukosuria, bakteri, eritrosit, bakteri,
sedimen,leukosit.
TOTAL

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

Dosen

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN

0 1 2
A TAHAP PRE INTERAKSI
1. Mengecek medical record (catatan medic / keperawatan )
2. Menyiapkan pasien :
a. Memastikan pasien tidak memakai benda logam apapun*
b. Mempersiapkan pasien sesuai dengan rencana
pemeriksaan penunjang
B TAHAP INTERAKSI
1. Mencuci tangan sebelum kelingkungan pasien
2. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
C TAHAP KERJA
Dilakukan oleh petugas radiologi
D TAHAP TERMINASI
1. Informasikan kepada pasien kapan hasilnya bisa dibaca
2. Catat hasil pemeriksaan x-ray
TOTAL

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

Dosen

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PEMERIKSAAN CT-SCAN
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN

0 1 2
A TAHAP PRE INTERAKSI
1. Mengecek medical record (catatan medic / keperawatan )
2. Menyiapkan pasien :
a. Memastikan pasien tidak memakai benda logam apapun*
b. Mempersiapkan pasien sesuai dengan rencana
pemeriksaan penunjang
B TAHAP INTERAKSI
1. Mencuci tangan sebelum kelingkungan pasien
2. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
C TAHAP KERJA
Dilakukan oleh petugas CT-SCAN
D TAHAP TERMINASI
1. Informasikan kepada pasien kapan hasilnya bisa dibaca
2. Catat hasil pemeriksaan CT-SCAN
TOTAL

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

Dosen

( )
PANDUAN PRAKTIKUM 3

PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI


DAN
PATIENT SAFETY
PENGENDALIAN INFEKSI
1. Definisi
Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi termasuk didalamnya bakteri, virus,
jamur dan parasit. Untuk tujuan pencegahan infeksi bakteri dapat dibagi dalam tiga kategori
yaitu vegetative (staphylococcus), mikrobakteri (tuberculosis) dan endospore (gangrene dan
tetanus)
2. Tujuan
a. Mengurangi terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme penyebab luka
infeksi berat, abses abdominal dan abses skrotum, penyebab radang panggul, tetanus
b. Mencegah penyebaran penyakit-penyakit berat yang mengancam jiwa seperti
hepatitid B dan HIV-AIDS
c. Menghilangkan kotoran dan bahan organik serta kontaminasi mikroba
3. Peralatan
a. Handrub
b. handwash

4. Mencuci Tangan Bersih


Selama proses keperawatan, perawat melakukan kontak dengan banyak klien dirumah sakit,
oleh karena itu perawat harus menyadari dan mengetahui akan prinsip-prinsip aseptik
sebagai upaya untuk menghindari transfer kuman dari klien ke perawat, dari perawat ke
klien, dari perawat ke perawat lain atau petugas kesehatan lain, serta dari satu klien ke klien
lainnya. Suatu objek atau benda dikatakan terkontaminasi apabila objek tersebut menjadi
tidak steril atau dicurigai mengandung kuman patogen, contoh: tempat tidur yang telah
dipakai oleh klien, lantai dan kasa basah yang telah dipakai. Mata rantai infeksi yang paling
mudah untuk diputus adalah mencegah cara penularan. Dalam perawatan kesehatan
lingkungan, mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan
dan pengontrolan penularan infeksi nosokomial. Mencuci tangan harus dilakukan oleh
perawat dengan tepat sesuai prinsip enam langkah sebelum dan sesudah perawat melakukan
tindakan kepada klien dan kontak dengan klien. Mencuci tangan yang kurang tepat
menyebabkan klien dan tenaga perawatan kesehatan berresiko terkena infeksi atau penyakit.
Tenaga perawatan kesehatan yang mencuci tangan kurang adekuat dapat memindahkan
organisme-organisme seperti staphylococcus, eschercia coli, pseudomonas dan klebsiella
secara langsung kepada hospes yang rentan, yang menyebabkan infeksi nasokomial dan
endemik pada semua jenis lingkungan klien
Tujuan mencuci tangan Tujuan mencuci tangan adalah menurunkan bioburden (jumlah
mikroorganisme) pada tangan dan untuk mencegah penyebarannya ke area yang tidak
terkontaminasi.
5. Mencuci Tangan Steril
Mencuci tangan steril dan memakai gown steril harus dilakukan oleh petugas di ruang
bedah dan perawat yang menjadi asisten pembedahan maupun menjadi perawat sirkuler
yang bertugas menyediakan peralatan pembedahan di ruang bedah.

6. Moment hand hygiene menurut WHO (2009):


A. Sebelum menyentuh pasien
B. Sebelum melakukan prosedur aseptic
C. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
D. Setelah menyentuh pasien
E. setelah menyentuh peralatan di sekitar pasien
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


HAND HYGIENE
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN

0 1 2
A Tahap Pra Interaksi
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara lain
nama pasien, nomor rekam medis dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain…..
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan tindakan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang diperlukan
dalam perlindungan privacy pasien antara lain pemasangan
pembatas pasien bila perlu siapkan restrain
B Tahap Orientasi
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan
2. Mahasiswa mengucapkan salam
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien
4. Mahasiswa menyiapkan alat
C Tahap Kerja
1. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
2. Gosokan punggung dan sela-sela jari tangan dengan tangan
kanan dan sebaliknya
3. Gosokan kedua telapak tangan dan sela-sela jari
4. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
5. Kemudian gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
6. Gosok dengan memutar ujung jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dan bereskan alat-alat
5. Cuci tangan
TOTAL

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

Dosen

( )
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


HANDSCONE
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
3. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
4. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN

0 1 2
A Tahap Pra Interaksi
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara lain
nama pasien, nomor rekam medis dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain…..
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan tindakan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang diperlukan
dalam perlindungan privacy pasien antara lain pemasangan
pembatas pasien bila perlu siapkan restrain
B Tahap Orientasi
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan
2. Mahasiswa mengucapkan salam
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien
4. Mahasiswa menyiapkan alat
C Tahap Kerja
1. Buka kemasan sarung tangan bagian luar dengan hati-hati
2. Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan
datar yang bersih tepat diatas ketinggian permukaan
pergelangan tangan
3. Buka kemasan pertahankan sarung tangan pada permukaan
dalam pembungkus
4. Identifikasi sarung tangan kanan atau kiri, setiap sarung
tangan mempunyai manset lebih kurang 5 cm
5. Kenakan sarung tangan pada tangan yang lebih dominan
6. Pegang tepi manset dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari
tangan yang tidak dominan. Pastikan bahwa manset tidak
menggulung pada tangan, pastikan juga jari-jari ada pada
posisi yang tepat
7. Masukkanlah jari-jari dibawah manset sarung tangan kedua
dengan tangan yang telah memakai sarung tangan
8. Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan.
Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari satu tangan yang
dominan menyentuh bagian tangan yang non dominan yang
terbuka. Pertahankan ibujari tangan non dominan abduksi ke
belakang
9. Jika sarung tangan kedua telah terpasang, lakukan
penyesuaian sarung tangan dengan jari-jari seperti biasa.
D TAHAP TERMINASI
1. Membuat kontrak selanjutnya dan mendokumentasikan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan
2. Ucapkan salam dan terima kasih pada pasien atas kerja
samanya
TOTAL

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...

Dosen

( )
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


KEAMANAN DAN KESELAMATAN PASIEN “KETETAPAN IDENTIFIKASI
PASIEN”

Nama Mahasiswa : __________________________________


NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN Nilai Catatan


0 1 2
A Fase Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara
lain nama pasien dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-halyang termasuk
dalam general consent antara lain.
3. Mahasiswa mampumenyebutkan tujuan dari pasien safety
4. Mahasiswa mampumenyebutkan hal-hal yang diperlukan
dalam perlindungan privacy pasien antara lain
pemasangan pembatas pasien bila perlusiapkan restrain

Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selama tpagi / siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan komponen identifikasi pasien)*

B Fase interaksi/kerja
1. Mahasiswa mengidentifikasi pasien dengan
menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien,
nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien
dengan bar-code.
2. Mahasiswa berdiri di sisi kanan pasien
3. Mahasiswa menjelaskan manfaat gelang pasien
4. Mahasiswa menjelaskan bahaya untuk pasien yang
menolak, melepas, menutup gelang.
5. Mahasiswa meminta pasien untuk mengingatkan petugas
bila akan melakukan tindakan atau memberi obat,
memberikan pengobatan tidak mengkonfirmasi nama dan
mengecek ke gelang.

Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan
pasiensetelahdilakukantindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terimakasih atas
kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
54

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x
1 = jikapekerjaan benar dan tidak 100%
sempurna Nilai = Jumlah Bobot
2 = jika pekerjaan benar dan
sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
......................................................................................................

Evaluasi
.............................................................................................................................................
....................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
....................................................................................................
Padang, ......../........./20...

Dosen

( )
PANDUAN PRAKTIKUM 4

PROSEDUR INTERVENSI DALAM PEMBERIAN


MEDIKASI ORAL, PARENTERAL, TOPIKAL
DAN SUPPOSITORI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT
1. KONSEP DASAR OBAT
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau
menyembuhkan penyakit.

2. DEFINISI PEMBERIAN OBAT


Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang di maksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis,mencegah,mengurangi,menghilangkan,menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit,luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia
atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia.

3. BENTUK OBAT
a) Kaplet : bentuk dosis padat untuk pemberian oral; bentuk seperti kapsul bersalut,
sehingga mudah ditelan
b) Kapsul : bentuk dosis padat untuk pemberian oral; obat dalam bentuk bubuk, cairan,
atau minyak dan dibungkus oleh selongsong gelatin, kapsul diwarnai untuk
membantu identifikasi produk
c) Eliksir : cairan jernih berisi air dan alkohol; dirancing untuk penggunaan oral;
biasanya di tambah pemanis
d) Tablet enterik bersalut : tablet untuk pemberian oral,yang dilapisi bahan yang tidak
larut dalam lambung; lapisan larut di dalam usus, tempat obat diabsorbsi.
e) Ekstrak : bentuk obat pekat yang dibuat dengan memindahkan bagian aktif obat dari
komponen lain obat tersebut ( misalnya, ekstrak cairan adalah obat yang dibuat
menjadi larutan dari sumber sayur-sayuran )
f) Gliserit : larutan obat yang di kombinasi dengan gliserin untuk penggunaan luar,
berisi sekurang-kurangnya 50% gliserin
g) Cakram intraokular ( intraocular disk) : bentuk oval, fleksibel berukuran kecil terdiri
dari dua lapisan luar yang lunak dan sebuah lapisan tengah berisi obat. Saat
dilembabkan oleh cairan okuler (mata), cakram melepas obat sampai satu minggu
h) Obat gosok (liniment) : preparat biasanya mengandung alkohol, minyak atau
pelembut sabun yang dioles pada kulit
i) Losion : obat dalam cairan, suspense yang di oles pada kulit untik melindunginya
j) Salep : semisolid (agak padat), preparat yang di oles pada kulit, biasanya
mengandung satu atau lebih obat
k) Pasta : preparat semisolid, lebih kental dan lebih kaku dari pada salep; diabsorbsi
melalui kulit lebih lambat dari pada salep
l) Pil : bentuk dosis padat berisi satu atau lebih obat, dibentuk kedalam bentuk tetesan,
lonjong, atau bujur; pil yang sesungguhnya jarang digunakan karena telah digantikan
oleh tablet
m) Larutan : preparat cairan yang dapat digunakan per oral, parenteral, atau secara
eksternal; dapat juga dimasukkan ke dalam organ atau rongga tubuh (mis. Irigasi
kantong kemih); berisi air dan mengandung satu atau lebih senyawa terlarut; harus
steril untuk penggunaan parenteral
n) Supositoria : bentuk dosis padat yang di campur dengan gelatin dan dibentuk dalam
bentuk peluru untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh (rektum atau vagina);
meleleh saat mencapai suhu tubuh, melepas obat untuk diabsorbsi
o) Suspense : partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair, saat
dibiarkan, partikel berkumpul di bagian bawah wadah; umumnya merupakan obat
oral dan tidakdiberikan perintravena
p) Sirup : obat yang larut dalam larutan gula pekat, mengandung perasa yang membuat
obat terasa lebih enak
q) Tablet : bentuk dosis bubuk yang dikomperesi ke dalam cakram atau slinder yang
keras; selain obat utama, mengandung zat pengikat (perakat untuk membuat bubuk
menyatu), zat pemisah ( untuk meningkatkan pelarutan tablet), lubrika (supaya
mudah dibuat di pabrik), dan zat pengisi (supaya ukuran tablet cocok)
r) Cakram atau lempeng transdermal : obat beradadalam cakram (disks) atau patch
membrane semipermeable yang membuat obat dapat diabsorbsi perlahan-lahan
melalui kulit dalam periode waktu yang lama
s) Tingtura : alkohol atau larutan obat air-alkohol
t) Tablet isap (troche, lozenge) : bentuk dosis datar, bundar mengandung obat, citarasa,
gula, dan bahan perekat cair; larut dalam mulut untuk melepas obat

4. PRINSIP DASAR PEMBERIAN OBAT


Sebelum memberikan obat pada pasien,ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan
untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat,diantaranya :
a) Tepat obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memerhatikan
kebenaran obat sebanyak 3x, yakni : ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat, saat obat di programkan, dan mengembalikan obat ketempat
penyimpanan.
b) Tepat dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat,maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat
tetes,gelas ukur,spuit atau sendok khusus : alat untuk membelah tablet; dan lain-lain.
Dengan demikian,perhitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.
c) Tepat pasien
Obat yang diberikan hendaknya benar pada pasien yang di programkan. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi identitas kebenaran obat,yaitu mencocokan
nama,nomor register,alamat,dan program pengobatan pada pasien.

d) Tepat Jalur Pemberian


Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek sistematik yang fatal pada
pasien. Untuk itu,cara pemberiannya adalah dengan cara melihat cara pemberian atau
jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
e) Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogamkan,karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat
f) Tepat pendokumentasi
g) Dokumentasi snagat penting, jadi setelah memberikan obat kita harus segera
memberikan obat ke format dokumentasi dengan benar. Fungsi dokumentasi adalah
sebagai catatan perkembangan pasien dan sebagai alat untuk bukti melakukan
tindakan.

5. PROSEDUR PENYIMPANAN OBAT


Harus diperhatikan tiga faktor utama yaitu suhu,letak dan kadaluarsa.
a) Suhu
Suhu adalah satu faktor terpenting,karena kebanyakan obat itu bersifat termo-labil
(rusak atau diubah oleh panas). Untuk itu penyimpanan obat: di tempat sejuk : <15°C
(misalnya,insulin tidak boleh beku) dalam lemari es suhu antara 2-10° C
(misalnya,vaksid tifoid) beku (misalnya,vaksin cacar air harus ≤5° C)
b) Letak
Obat itu bersifat toksik,karena itu tempat penyimpanan harus terang,letak setinggi
mata, bukan tempat umum. Lemari obat harus terkunci.
c) Kadaluwarsa
Kurangi kemungkinan kekadaluwarsaan obat dengan cara rotasib stok,artinya obat
baru (pengganti) diletakan dibelakang. Obat yang kadaluwarsa akan berkurang
khasiatnya. Yang perlu diperhatikan adalah perubahan warna (dari belakang jadi
keruh) dan tablet menjadi basah
Cara penyimpanan obat :
 Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/kemasan
 Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
 Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung
 Jangan menyimpan obat pada tempat panas atau lembab
 Jangan menyimpan obat bentuk cair pada lemari pendingin agar tidak beku,
kecuali jika tertulis pada etiket obat
 Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak
 Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu yang lama
 Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak

Beberapa sistem dalam penyimpanan obat


 Alfabetis berdasarkan nama generic
Obat disimpan berdasarkan urutan alafabet nama generiknya Saat menggunakan
sistem ini,pelabelan harus diubah ketika daftar obat esensial direvisi atau
diperbaharui.
 Kategori terapetik atau farmakologi
Obat disimpan berdasarkan indikasi terapetik dan kelas farmakologinya
 Bentuk sediaan
obat mempunyai bentuk sediaan yang berbeda-beda, seperti sirup, tablet, injeksi,
salep atau krim. Dalam sistem ini, obat disimpan berdasarkan bentuk sediaannya.
Selanjutnya metode-metode pengelompokan lain dapat digunakan untuk mengatur
obat secara inci.
 Frekuensi penggunaan
Untuk obat yang digunakan (fast moving) seharusnya disimpan pada ruangan yang
dekat dengan tempat penyiapan obat.

Kondisi penyimpanan khusus beberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk
memudahkan pengawasan,yaitu :
a) Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari
tertutup dan terkunci.
b) Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk
menjamin stabilitas sediaan.
c) Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton,eter dan alkohol disimpan dalam lemari
yang berventilasi baik,jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan elektronik.
Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.
6. PEMBERIAN OBAT
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan,pengobatan,atau bahkan pencegah terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam
keamanan obat dan pemberian secara langsung ke pasien. Hal ini semata-mata
untukmemenuhi kebutuhan pasien.

7. STANDAR OBAT
Obat yang di gunakan sebaiknya memenuhi standar persyaratan obat,diantaranya
kemurnian,yaitu suatu keadaan yang dimiliki oleh obat karena unsur keasliannya, tidak
ada percampuran,dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian obat juga
harusmemiliki bioavailabilitas berupa keseimbangan obat,keamanan,dan efektivitas.
Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat
itu sendiri

8. REAKSI OBAT
Sebuah bahan atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh,obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi melalui suatu reaksi obat, reaksi obat dapat dihitung dalam satuan
waktu paruh,yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses
eliminasi,sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat
dalam tubuh.

9. FAKTOR YANG MEMENGARUHI REAKSI OBAT


Beberapa faktor yang dapat memengaruhi reaksi pengobatan diantaranya absorpsi
obat,distribusi obat dalam trubuh,metabolisme (biotransformasi) obat,dan eksresi.
 Absorpsi obat
Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh
melalui aliran darah kecuali dari jenis topical. Hal ini dipengaruhi oleh cara dan jalur
pemberian obat,jenis obat,keadaan tempat,makanan dan keadaan pasien.
 Distribusi obat ke dalam tubuh
Setelah obat diabsorpsi,kemudian obat di distribusikan ke dalam darah melalui
vascular dan sistem limfatis menuju sel dan masuk ke dalam jaringan tertentu. Proses
ini dapat dipengaruhi oleh keseimbangan cairan,elektrolit,dan keadaan patologis.
 metabolisme obat
Setelah melalui sirkulasi,obat akan mengalami proses metabolism. Obat akan ikut
sirkulasi ke dalam jaringan,kemudian berinteraksi dengan sel dan melakukan sebuah
perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif. Obat yang tidak bereaksi akan
diekresikan.
 eksresi sisa
 Setelah obat mengalami metabolism atau pemecahan,akan terdapat sisa zat yang
tidak dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dalam
bentuk urin,dari intestinaldalam bentuk veses,dan dari paru-paru dalam bentuk udara.

Obat memiliki dua efek yaitu efek terapeutik dan efek samping. Efek terapeutik obat
memiliki kesesuaian terhadap efek yang di harapkan sesuai kandungan obatnya seperti
paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuaratif (memiliki efek pengobatan), suportif
(berefek untuk menaikkan fungsi atau nrespons tubuh), dubtitutif (berefek sebagai
pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan restorative
(berefek untuk memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan efek yang
tidak diharapkan,tidak bisa diramal,dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti
adanya alergi, toksisitas (keracunan),penyakit iatrogenik,kegagalan dalam pengobatan,dan
lain-lain.

10. TEKNIK PEMBERIAN OBAT


Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya : oral,
parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga,hidung dan lain-lain. Pemberian di lakukan
dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat
dosis obat, tepat cara pemberian, dan tepat waktu pemberian.

11. BENTUK OBAT


a) Bentuk Oral
Pemberian obat oral dilakukan melalui mulut. Dalam pemberian obat oral,ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat,yaitu adanya alergi terhadap obat
yang akan diberikan,kemampuan klien untuk menelan obat,adanya muntah atau diare
yang dapat mengganggu absorpsi obat,efek samping obat,interaksi obat dan
kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan. Bentuk oral ini adalah tablet,
kapsul dan lozenges (obat isap).
b) Tablet
Bentuk, ukuran dan berat tablet itu bervariasi. Tablet itu dapat mengandung obat
murni, atau diencerkan dengan subtansi inert agar mencapai berat sesuai, atau
mengandung dua atau lebih obat dalam kombinasi. Tablet ini dapat berupa tablet
padat biasa, tablet sublingual (di larutkan di bawah lidah), tablet bukal (dilarutkan
antara pipi dan gusi), tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak), tablet
bersalut enteric (untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus halus
baru pecah), atau tablet lepas berkala (untuk melepaskan obat selang waktu panjang).
c) Kapsul
Kapsul mengandung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan ketebalan berbeda
agar larut dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras, atau cairan dalam kapsul
lunak.
d) Lozenges
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila
diperlukan kerja setempat di mulut atau tenggorokan.
Tujuan
 Memberi obat yang memiliki efek lokal atau sistematik melalui saluran cerna.
 Memberi obat tanpa harus merusak kulit dan jaringan.
 Memberi obat tanpa menimbulkan nyeri.

A. BENTUK TOPIKAL
Bentuk ini dipakai untuk permukaan luar dan berfungsi melindungi atau sebagai vehikel
untuk menyampaikan obat. Bentuk penting adalah salep dan krim. Salep dipakai untuk
lesi kering dan bertahan dikulit lebih lama. Krim umumnya dipakai untuk lesi basah.

B. BENTUK SUPOSITORIA
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu badan.
Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi setempat atau agar
diserap sistemik.
C. BENTUK PESARRI
Serupa dengan supositoria namun bentuknya dirancanag khusus untuk vagina.

D. BENTUK CAIRAN
Bentuk obat cairan terdapat tiga kelompok utama yaitularutan,suspense dan emulsi.

Pemberian Obat Pada bayi dan Anak-Anak


 Pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberi obat pada bayi dan anak-anak,
seperti mangkuk plastik sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastik tanpa jarum, atau
spuit tuberkulin.
 Larutkan obat oral dengan sedikit air.
 Gerus obat yang berbentuk padat dan campurkan dengan zat lain yang dapat mengubah
rasa pahit, misalnya madu atau pemanis buatan.
 Posisikan bayi setengah duduk ketika memberi obat dan berikan obat secara perlahan
 Jika menggunakan spuit, letakan spuit disepanjang sisi lidah bayi.
 Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua mengenai cara pemberian obat yang
terbaik bagi anak yang bersangkutan.
 Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat,lakukan langkah berikut :
o Letakkan anak di atas pangkuan anda dengan tangan kanan di belakang tubuh anda.
o Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
o Amankan kepala anak dengan tangan kiri dan tubuh anda.
 Berikan anak air minum setelah obat ditelan.

12. MACAM – MACAM PEMBERIAN OBAT :


A. PEMBERIAN OBAT SUBLINGUAL
Pemberian obat sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah lidah
hingga obat habis diabsorpsi ke dalam pembuluh darah.
Tujuan
 Memberi obat yang mempunyai efek lokal atau sistemik.
 Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan pemberian secara oral
 Mencegah kerusakan obat oleh hati
B. PEMBERIAN OBAT BUKAL
Pemberian obat bukal dilakukan dengan meletakkannya diantara gusi dan membrane
mukosa pipi.
Tujuan
 Memberi obat yang memiliki efek sistemik atau lokal.
 Memberi obat yang memiliki aksi kerja lebih cepat dibandingkan obat oral.
 Mencegah kerusakan obat oleh hati.

C. PEMBERIAN OBAT PARENTERAL


Obat parenteral diberikan melalui pembuluh darah menggunakan spuit, yaitu dengan
memberikan obat dengan menginjeksi ke seluruh tubuh, bisa dengan cara intracutan,
subcutan, intra muscular dan intravena.
Tujuan
 Menyediakan obat yang memberi reaksi lebih cepat disbanding pemberian obat
melalui rute lain.
 Memicu reaksi setempat, misalnya tes alergi. Membantu pemeriksaan diagnostic,
misalnya menyuntikan zat kontras.

D. Pemberian Obat Melalui Jaringan Intracutan


Memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes
reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan di gunakan. pemberian obat melalui
jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis. Secara umum,
dilakukan pada daerah lengan, tangan bagian ventral.

E. Pemberian Obat Melalui Jaringan Subcutan


Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan
atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luara, daerah dada, dan
daerah sekitar umbilicus (abdomen). Umumnya, pemberian obat melalui jaringan
subkutan ini dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah.
Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan,yaitu jernih dan keruh. Larutan
keruh dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin regular). Larutan yang
keruh termasuk tipe lambat karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorpsi obat.

F. Pemberian Obat Melalui Intravena (secara langsung)


Memberikan obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana
cubitus/cephalika
(daerah lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena
frontalis/temporalis di daerah frontalis dan temporal dari kepala. Tujuannya agar
eaksi berlangsung cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.

G. Pemberian Obat Melalui Wadah Intravena (secara tidak langsung)


Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena. Tujuannya
untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam
darah.

H. Pemberian Obat Melalui Selang Intravena


I. Pemberian Obat Melalui Intramuskular
Memberikan obat melalui intramuskular merupakan pemberian obat dengan
memasukkannya kedalam jaringan otot. Loasi penyuntikannya dapat dilakukan di
dorsog luteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi berbaring), vastus lateralis
(daerah paha), atau deltoid (lengan atas). Tujuannya agar absorpsi obat dapat lebih
cepat.
J. Pemberian Obat Melalui Rektum
Memberikan obat melalui rektum merupakan pemberian obat dengan memasukkan
obat melalui anus dan kemudian rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan
sistematik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang
bertujan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses,
dan merangsang buang air besar
Pemberian obat yang memiliki efek lokal, seperti obat dulcolac supositoria, berfungsi
untuk meningkatkan defekasi secara lokal. Pemberian obat dengan efek sistemik,
seperti obat aminofilin supositoria, berfugsi mendilatasi bronkhus. Pemberian obat
supositoria ini di berikan tepat pada dinding rektal yang melewati spichnter ani
interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.

K. Pemberian Obat per Vagina


Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui
vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran
vagina atau serfiks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang
digunakan untuk mengobati infeksi lokal. Apabila menggunakan obat jenis krim, isi
aplikator krim atau ikuti petunjuk krim yang tertera pada kemasan, renggangkan
lipatan labia, dan masukkan aplikator ± 7,5 cm, serta dorong penarik aplikator untuk
mengeluarkan obat.

L. Pemberian Obat pada Kulit


Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya di
kulit yang bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat
bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan spray.

M. Pemberian Obat Pada Mata


Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau salep mata digunakan untuk
perisapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran
refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.

N. Pemberian Obat pada Telinga


Memberikan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga atau salep. Pada
umumnya, obat tetes telinga yang dapat berupa obat antibiotic di berikan pada
gangguan infeksi telinga, khususnya otitis media pada telinga tengah.
O. Pemberian Obat pada Hidung
Memberikan obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan
keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PEMBERIAN OBAT ORAL

NamaMahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

NO. PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN


0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas
pasien antara lain nama pasien dan nama ibu
kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang termasuk dalam general consent antara
lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan
pemberian obat
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang diperlukan dalam perlindungan privacy
pasien antara lain pemasangan pembatas
pasien bila perlu siapkan restrain

Fase Orientasi :

1. Mahahasiswa melakukan kebersihan


tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore
B / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa mempersiapkan alat:
Meja baki berisi :
 Obat-obat yang diperlukan dalam
tempatnya
 Gelas obat
 Sendok
 Gelas ukuran (jika diperlukan)
 Air minum pada tempatnya
 Lap makan atau tissue
 Martil dan lumpang penggerus (bila
diperlukan)
 Spuit steril
 Kartu atau buku berisi rencana
pengobatan
Kalau perlu kartu obat berisi
a) Nama pasien
b) Nomor tempat tidur
c) Dosis obat
d) Jadwal pemberian obat
C Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan ,
memasang APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa mengkaji kemampuan klien
untuk dapat minum obat per oral (menelan,
mual, muntah, adanya program tahan makan
atau minum, akan dilakukan pengisapan
lambung dll)
3. Mahasiswa memperiksa kembali perintah
pengobatan (nama klien, nama dan dosis
obat, waktu dan cara pemberian) periksa
tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian
pada perintah pengobatan laporkan pada
perawat/bidan yang berwenang atau dokter
yang meminta.
4. Mahasiswa mengambil obat sesuai yang
diperlukan (baca perintah pengobatan dan
ambil obat yang diperlukan)
5. Mahasiswa menyiapkan obat-obatan yang
akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang
sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa
mengkontaminasi obat (gunakan tehnik
aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
a) Tablet atau kapsul
 Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam
mangkuk disposibel tanpa menyentuh
obat
 Gunakan alat pemotong tablet bila
diperlukan untuk membagi obat
sesuai dengan dosis yang diperlukan
 Jika klien mengalami kesulitan
menelan, gerus obat menjadi bubuk
dengan menggunakan martil dan
lumpang penggerus, kemudian
campurkan dengan menggunakan air.
Cek dengan bagian farmasi sebelum
menggerus obat, karena beberapa
obat tidak boleh digerus sebab dapat
mempengaruhi daya kerjanya.
b) Obat dalam bentuk cair
 Kocok /putar obat/dibolak balik agar
bercampur dengan rata sebelum
dituangkan, buang obat yang telah
berubah warna atau menjadi lebih
keruh.
 Buka penutup botol dan letakkan
menghadap keatas. Untuk
menghindari kontaminasi pada tutup
botol bagian dalam.
 Pegang botol obat sehingga sisa
labelnya berada pada telapak tangan,
dan tuangkan obat kearah menjauhi
label. Mencegah obat menjadi rusak
akibat tumpahan cairan obat,
sehingga label tidak bisa dibaca
dengan tepat.
 Tuang obat sejumlah yang diperlukan
ke dalam mangkuk obat berskala.
 Sebelum menutup botol usap bagian
tutup botol dengan menggunakan
kertas tissue. Mencegah tutup botol
sulit dibuka kembali akibat cairan
obat yang mengering pada tutup
botol.
 Bila jumlah obat yang diberikan
hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka
gunakan spuit steril untuk
mengambilnya dari botol.
6. Mahasiswa menganjurkan untuk obat yang
sangat asam misalnya aspirin tawarkan
makanan kecil tanpa lemak, misal biskuit.
7. Mahasiswa menemani klien sampai semua
obat ditelan. Apabila anda ragu apakah obat
telah ditelan minta klien membuka
mulutnya.
8. Mahasiswa Setelah selesai membantu
merapikan dan membantu pasien kembali ke
posisi yang nyaman
8. Mahasiswa membersihkan Alat-alat dan
dikembalikan ketempatnya

D Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan
pasien setelah dilakukan tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan
kunjungan berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima
kasih atas kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
28

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...
Dosen

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PEMBERIAN OBAT INJEKSI IV
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN Nilai Catatan


0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara
lain nama pasien dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-halyang termasuk
dalam general consent antara lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan, indikasi dan
kontra indikasi pemberian obat melalui injeksi intravena
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
diperlukan dalam perlindungan privacy pasien antara
lain pemasangan pembatas pasien

Fase Orientasi:
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi /siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a. Spuit sesuai kebutuhan
b. Obat-obat yang diperlukan
c. Alcohol swab
d. Nierbekken
e. Plaster
f. Pengalas
g. Buku injeksi
h. Bak instrumen bersih kecil / menengah
i. Obat anafilatik syok shock (Beta adrenergik (adrenalin,
epinefrin) dan kortikosteroid (Dexametashon) berada
dalam troly emergency
j. Handschoen dalam kemasan
k. Tourniquet.
l. Kassa steril dalam kemasan
m. Aqua injeksi
n. Wadah khusus sampah medis benda tajam
o. Sampiran
5. Mahasiswa memasukkan obat dalam spuit sesuai dosis yang
dibutuhkan, keluarkan udara (jarum tetap dalam keadaan
tertutup), tempatkan dalam bak instrumen
B Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan, memasang APD
sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa memastikan pemberian obat dengan prinsip 6
benar ( nama pasien, obat, waktu, dosis, cara,
dokumentasi)*.
3. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur posisi
dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
4. Mahasiswa mendekatkan trolly kesamping tempat tidur
pasien
5. Mahasiswa membebaskan area penyuntikan (tangan)
lengan baju
6. Mahasiswa memiilih vena /area penusukan yang bebas dari
tanda lesi, kaku, peradangan atau rasa gatal
7. Mahasiswa memasang pengalas
8. Assesi memasang torniquet 10-15 cm dari atas area
penyuntikan
9. Mahasiswa melakukan desinfeksi pada area penusukan
(insersi) dengan alcohol swab dengan gerakan scrubbing
maju mundur selama 30 detik dengan area sekitar 5 cm
sekeliling lokasi area akses vena)*
10. Mahasiswa memegang spuit dengan 4 (empat) jari bagian
bawah dan ibu jari dibagian atas, lobang jarum menghadap
keatas.
11. Mahasiswa menusukan jarum hingga menembus vena
dengan membentuk sudut 15 - 20 ⁰.
12. Mahasiswa mengatur posisi jarum sejajar dengan
permukaan lengan dan dorong jarum perlahan kedalam
vena.
13. Mahasiswa melakukan aspirasi dengan menarik plunger
dengan tangan dominan dan tangan non dominan menahan
barel spuit.
14. Mahasiswa melepaskan pembendung (torniquet) jika
keluar darah, dan masukkan obat dengan mendorong
plunger perlahan - lahan , perhatikan respon pasien (tanda-
tanda syok ), Hentikan dan cabut segera spuit bila terdapat
tanda-tanda syock.
15. Mahasiswa melakukan penekanan pada area bekas
penusukan dengan alkohol swab setelah jarum keluar dan
fiksasi dengan plester.
16. Mahasiswa membereskan alat-alat, melepaskan APD dan
melakukan kebersihan tangan
17. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format ( buku )
pemberian obat
Fase Terminasi :
4. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
5. Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya.
6. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
58

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...
Dosen

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PEMBERIAN OBAT INTRAMUSKULAR
Nama Mahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN Nilai Catatan


0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara
lain nama pasien dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan, indikasi dan
kontra indikasi pemberian obat melalui suntikan
intramuskuler
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang diperlukan
dalam perlindungan privacy pasien

Fase Orientasi :
5. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
6. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore / malam).
7. Mahasiswa melakukan komponen identifikasi pasien)*
8. Mempersiapkan alat
a) Bak injeksi
b) Spuit disposible sesuai kebutuhan
c) Obat – obat yang diperlukan
d) Obat anafilatik syok shock (Beta adrenergik
(adrenalin, epinefrin) dan kortikosteroid
(Dexametashon) berada dalam trolley emergensi
e) Alat pelindung diri ( APD )sesuai kebutuhan
f) alkohol swab
g) Nierbeken dan tempat sampah benda tajam
h) Aqua injeksi
i) Sampiran
9. Mahasiswa memasukkan obat dalam spuit sesuai dosis yang
dibutuhkan, keluarkan udara (jarum tetap dalam keadaan
tertutup), tempatkan dalam bak instrument
B Fase Interaksi / kerja :
18. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan ,memasang APD
sesuai kebutuhan
19. Mahasiswa memastikan pemberian obat dengan prinsip
6 benar ( nama pasien, obat, waktu , dosis, cara, dokumentasi
).
20. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur posisi
dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
21. Mahasiswa mendekatkan nierbeken kesisi area
penyuntikan pasien
22. Mahasiswa membebaskan area penyuntikan: (pilih salah
satu)
a. Area ventrogluteal (posisi pasien telungkup, bagian
bokong dibagi 4, daerah injeksi ¼ bagian atas luar)
b. Area dorsogluteal (posisi sim kiri, ibu jari di trochanter
mayor, telunjuk di SIAS, jari tengah menjauhi telunjuk
sejauh mungkin, area injeksi adalah daerah ‘ V’ yaitu
antar jari telunjuk dan jari tengah atau 1/3 dari SIAS ke
coxigis
c. Area vastus lateralis (1/3 bagian tengah lateral arah ke
pangkal paha)
d. Area deltoid (1/3 bagian atas lateral lengan)
e. Area rektus femoris (1/3 bagian lateral arah kepangkal
paha)
23. Mahasiswa melakukan desinfeksi pada area penusukan
(insersi) dengan alcohol swab dengan gerakan scrubbing
maju mundur selama 30 detik dengan area sekitar 5 cm
sekeliling lokasi area akses)*
24. Mahasiswa menusukan jarum spuit dengan posisi 90 0an
25. Mahasiswa melakukan aspirasi dengan menarik plunger
dengan tangan dominan dan tangan non dominan menahan
barel spuit.
26. Mahasiswa memasukan obat Jika tidak ada keluar darah,
dengan mendorong plunger perlahan-lahan , perhatikan
respon pasien (tanda – tanda syok. Hentikan dan cabut segera
spuit bila terdapat tanda-tanda syock.
27. Mahasiswa melakukan penekanan pada area bekas
penusukan dengan kapas alkohol .
28. Mahasiswa membereskan alat – alat, melepaskan APD dan
melakukan kebersihan tangan
29. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format ( buku )
pemberian obat
Fase Terminasi :
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
48

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi diri
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi Peer Group
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...
Dosen

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PEMBERIAN OBAT INTRA CUTAN

Nama Mahasiswa : __________________________________


NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN Nilai Catatan


0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara
lain nama pasien dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-halyang termasuk
dalam general consent antara lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan, indikasi dan
kontra indikasi pemberian obat melalui suntikan
intracutan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
diperlukan dalam perlindungan privacy pasien antara
lain pemasangan pembatas pasien bila perlu siapkan
restrain

Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi /siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a) Bak injeksi
b) Spuit disposible 1 ml sesuai kebutuhan
c) Obat anafilatik syok shock (Beta adrenergik (adrenalin,
epinefrin) dan kortikosteroid (Dexametashon) berada
dalam troly emergency
d) Alat pelindung diri ( APD )sesuai kebutuhan
e) Alcohol swab
f) Nierbeken /Bengkok
g) Cairan pelarut (Aquadest steril)
h) Sampiran
5. Mahasiswa memasang handscoen, masukkan obat dalam
spuit sesuai dosis yang dibutuhkan, keluarkan udara (jarum
tetap dalam keadaan tertutup), tempatkan dalam bak
injeksi (dilakukan diruangan peracikan obat)
B Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan, memasang
APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa i memastikan pemberian obat dengan prinsip
6 benar (nama pasien, obat, waktu, dosis, cara,
dokumentasi)*.
3. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur posisi
dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
4. Mahasiswa mendekatkan nierbeken kesisi area
penyuntikan pasien
5. Mahasiswa membebaskan area penyuntikan
6. Mahasiswa melakukan desinfeksi pada area penusukan
(insersi) dengan alcohol swab dengan gerakan scrubbing
maju mundur selama 30 detik dengan area sekitar 5 cm
sekeliling lokasi area akses vena)*
7. Mahasiswa memberikan aseptik dan dibiarkan kering
sendiri)*
8. Mahasiswa memegang spuit dengan 4 ( empat ) jari
dibagian bawah dan ibu jari dibagian atas, lobang jarum
menghadap keatas, bentuk sudut 150 dari permukaan
lengan, kemudian menusukkan jarum hingga masuk di
dalam kulit
9. Mahasiswa melakukan aspirasi dengan menarik plunger
dengan tangan dominan dan tangan non dominan
menahan barel spuit.
10. Mahasiswa memasukan obat Jika tidak ada keluar darah,
dengan mendorong plunger perlahan-lahan , perhatikan
respon pasien (tanda-tanda syok). Hentikan dan cabut
segera spuit bila terdapat tanda-tanda syock.
11. Mahasiswa memberi tanda lingkaran dengan diameter
1,5-2 cm
12. Mahasiswa membereskan alat-alat, melepaskan APD
dan melakukan kebersihan tangan
13. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format (buku )
pemberian obat
Fase Terminasi :
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
2. Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya.
3. Mahasiswa mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya.
Nilai : total K : X 100 =
50

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi diri
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi Peer Group
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...
Dosen

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PEMBERIAN OBAT SUBCUTAN

Nama Mahasiswa : __________________________________


NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN Nilai Catatan


0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara
lain nama pasien dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan, indikasi dan
kontra indikasi pemberian obat melalui suntikan
subcutan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
diperlukan dalam perlindungan privacy pasien antara
lain pemasangan pembatas pasien bila perlu siapkan
restrain

Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi /siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a) Bak injeksi
b) Spuit disposible 3 ml sesuai kebutuhan
c) Obat anafilatik syok shock (Beta adrenergik (adrenalin,
epinefrin) dan kortikosteroid (Dexametashon) berada
dalam troly emergency
d) Alat pelindung diri ( APD )sesuai kebutuhan
e) Alcohol swab
f) Nierbeken /Bengkok
g) Cairan pelarut (Aquadest steril)
h) Sampiran
5. Mahasiswa memasang handscoen, masukkan obat dalam
spuit sesuai dosis yang dibutuhkan, keluarkan udara (jarum
tetap dalam keadaan tertutup), tempatkan dalam bak
injeksi (dilakukan diruangan peracikan obat)
B Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan, memasang
APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa i memastikan pemberian obat dengan prinsip
6 benar (nama pasien, obat, waktu, dosis, cara,
dokumentasi)*.
3. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur posisi
dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
4. Mahasiswa mendekatkan nierbeken kesisi area
penyuntikan pasien
5. Mahasiswa membebaskan area penyuntikan
6. Mahasiswa melakukan desinfeksi pada area penusukan
(insersi) dengan alcohol swab dengan gerakan scrubbing
maju mundur selama 30 detik dengan area sekitar 5 cm
sekeliling lokasi area akses vena)*
7. Mahasiswa memberikan aseptik dan dibiarkan kering
sendiri)*
8. Mahasiswa menarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu
jari dan jari tangan non dominan dengan ujung jarum
menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum dengan sudut 450-900 dari permukaan
lengan, kemudian menusukkan jarum hingga masuk di
dalam kulit
9. Mahasiswa melakukan aspirasi dengan menarik plunger
dengan tangan dominan dan tangan non dominan
menahan barel spuit.
10. Mahasiswa memasukan obat Jika tidak ada keluar darah,
dengan mendorong plunger perlahan-lahan, perhatikan
respon pasien (tanda-tanda syok). Hentikan dan cabut
segera spuit bila terdapat tanda-tanda syock.
11. Mahasiswa membereskan alat-alat, melepaskan APD
dan melakukan kebersihan tangan
12. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format (buku )
pemberian obat
Fase Terminasi :
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
2. Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya.
3. Mahasiswa mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya.
Nilai : total K : X 100 =
48

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi diri
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi Peer Group
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...
Dosen

( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

Nama Mahasiswa : __________________________________


NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN Nilai Catatan


0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara
lain nama pasien dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan, indikasi dan
kontra indikasi pemberian obat topikal
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
diperlukan dalam perlindungan privacy pasien antara
lain pemasangan pembatas pasien bila perlu siapkan
restrain

Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi /siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
5. Mahasiswa memberikan obat pada kulit
a) Obat yang diperlukan
b) Kapas lidi steril
c) Kasa steril
d) Nierbeken

B Fase Interaksi / kerja :


1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan, memasang
APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa i memastikan pemberian obat dengan prinsip
6 benar (nama pasien, obat, waktu, dosis, cara,
dokumentasi)*.
3. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur posisi
dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
4. Mahasiswa Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
5. Membersihkan kulit dengan kasa steril.
6. Mahasiswa merapikan pasien kembali
7. Mahasiswa membereskan alat-alat, melepaskan APD dan
melakukan kebersihan tangan
8. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format (buku)
pemberian obat
Fase Terminasi :
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
2. Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya.
3. Mahasiswa mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya.
Nilai : total K : X 100 =
50

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi diri
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi Peer Group
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...
Dosen
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PEMBERIAN OBAT SUPPOSITORIA

Nama Mahasiswa : __________________________________


NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN Nilai Catatan


0 1 2
A Pra Interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara
lain nama pasien dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan, indikasi dan
kontra indikasi pemberian obat suppositoria
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
diperlukan dalam perlindungan privacy pasien antara
lain pemasangan pembatas pasien bila perlu siapkan
restrain

Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi /siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a) Obat suppositoria dalam tempatnya.
b) Sarung tangan.
c) Kain kasa.
d) Vaselin/pelicin/pelumas.
e) Kertas tisu.
f) Nierbeken

B Fase Interaksi / kerja :


1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan, memasang
APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa memastikan pemberian obat dengan prinsip
6 benar (nama pasien, obat, waktu, dosis, cara,
dokumentasi)*.
3. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur posisi
dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
4. Mahasiswa Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
5. Mahasiswa Menawarkan pasien untuk buang air
kecil/besar.
6. Mahasiswa membantu pasien membebaskan pakaian
bagian bawah dan letakkan bengkok dibawah anus
7. Mahasiswa membuka pembungkus obat dan pegang
dengan kain kasa.
8. Mahasiswa mengoleskan pelicin pada ujung obat
suppositoria.
9. Mahasiswa meregangkan glutea dengan tangan kiri,
kemudian masukkan obat sambil menyuruh pasien
menarik nafas panjang. Selama 20 menit pasien istirahat
baring. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan
daerah sekitar anal dengan tisu
10. Mahasiswa Merapikan pakaian pasien dan
lingkungannya
11. Mahasiswa membereskan alat-alat, melepaskan APD
dan melakukan kebersihan tangan
12. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format (buku)
pemberian obat
Fase Terminasi :
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
2. Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya.
3. Mahasiswa mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya.
Nilai : total K : X 100 =
50

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
Evaluasi diri
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi Peer Group
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi Pembimbing
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...
Dosen

( )
PANDUAN PRAKTIKUM 5

PERAWATAN LUKA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.
Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan
dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan
kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan
bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan
yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil
yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain
yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen
perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan
semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai
dalam merawat luka

B. Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak
atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
a) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b) Respon stres simpatis
c) Perdarahan dan pembekuan darah
d) Kontaminasi bakteri
e) Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang
melibatkan lapisan epidermis, partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan
dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan
bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi,
tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke
ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai
dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua
yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka
waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda
untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka
akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal
tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan
(delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

C. Mekanisme terjadinya luka


1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal
yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura
seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau
pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca
atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)

D. Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :


1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt).
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% - 11%.

E. Proses Penyembuhan Luka


1) Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi
tumpang tindih (overlap)
2) Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab
luka tersebut
3) Fase penyembuhan luka :
a) Fase inflamasi :
 Hari ke 0-5
 Respon segera setelah terjadi injuri
 Pembekuan darah
 Untuk mencegah kehilangan darah
 Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
 Fase awal terjadi haemostasis
 Fase akhir terjadi fagositosi
 Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b) Fase proliferasi or epitelisasi
 Hari 3 – 14
 Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan
granulasi pada luka
 Luka nampak merah segar, mengkilat
 Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi,
pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
 Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan
lapisan epidermis pada tepian luka
 Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c) Fase maturasi atau remodelling
 Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
 Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
 Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
 Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan
vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan

F. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka


1) Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan
jaringan
2) Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah
ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3) Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4) Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan
yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
5) Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu
cairan yang kental yang disebut dengan nanah
6) Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat
dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu
adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
7) Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
8) Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera, Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif
diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang
spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat
koagulasi intravaskular.

G. Pemilihan Balutan Luka


Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai
dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962
yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk
penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan
suasana lembab ini antara lain:
a) Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil
dan sel endotel dalam suasana lembab.
b) Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih
pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
c) Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan
kering.
d) Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum
corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat
terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
e) Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif
f) Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan
limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

H. Perawatan Luka Bersih


Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga untuk
mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit biasanya
luka yang bersih tanpa kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya.
Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya
mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

CHEK LIST TINDAKAN KEPERAWATAN


PERAWATAN LUKA

NamaMahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan

No PROSEDUR TINDAKAN NILAI CATATAN

0 1 2
A Pra interaksi
1. Mahasiswa mampu menyebutkan
identitas pasien antara lain nama pasien
dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang termasuk dalam general consent
antara lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan
perawatan luka
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang diperlukan dalam perlindungan
privacy pasien antara lain pemasangan
pembatas pasien bila perlu siapkan
restrain

B. Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan
tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam
(senyum, assalamualaikum, selamat
pagi / siang / sore / malam)
3. Mahasiswa melakukan identifikasi
pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
Trolley/bakiberisi :
a) Set perawatan luka steril, berisi:
kom kecil 2 buah, pinset anatomis
2 buah dan chirurgis1 buah,
gunting jaringan 1 buah
b) Bak instrument bersih berisi 1 buah
pinset anatomi
c) Handscoen bersih 1 pasang
d) Handscoen steril 1 pasang dalamk
emasan
e) Kassa steril sesuai kebutuhan
dalam kemasan
f) Verban sesuai kebutuhan.
g) Plester sesuai kebutuhan
h) Gunting verban 1 buah
i) Cairan NaCl 0,9 %
j) Antiseptik sesuai rekomendasi
k) Kantong sampah infeksius
l) Pengalas
m) Penggaris
n) Nierbekken1 buah
C Fase interaksi/kerja
1. Mahasiswa melakukan kebersihan
tangan, pasang APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa menjaga keamanan,
kenyamanan dan privacy pasien
3. Mahasiswa mendekatkan trolly yang
berisikan alat – alat kedekat pasien
4. Mahasiswa meletakkan nierbekken
didekat luka pasien
5. Mahasiswa memasang pengalas
dibawah lokasi luka
6. Mahasiswa memasang handscoen
bersih dan buka balutan luka dengan
pinset anatomi bersih, jika balutan
kering basahi dengan larutan fisiologis
steril (aquadest/NaCl 0,9%) dan kaji
kondisi luka( lihat measure):
 Measure: kaji lama, lebar,
kedalaman
 Exudate: dikaji kuantitas dan
kualitas(serous, purulen,
hemoserous,blood)
 pearance: dikaji dasar luka, jenis
jaringan dan jumlah
 Suffering : dikaji jenis nyeri dan
tingkat
 Undermining,: dikaji apakah luka
ada goa atau tidak
 Re-evaluate: dilakukan pengkajian
secara teratur
 Edge : dikaji kondisi tepi luka
sekitar kulit
7. Mahasiswa memasukkan bekas balutan
luka kedalam nierbekken
8. Mahasiswa memasukkan pinset yang
telah digunakan kedalam bak instrumen
yang bersih
9. Mahasiswa melepaskan handscoen
kotor dan memasukkan ke tempat
sampah infeksius
10. Mahasiswa melakukan kebersihan
tangan
11. Mahasiswa membuka set perawatan
luka, kassa steril dalam kemasan dan
memasukkannya ke dalam bak
instrumen
12. Mahasiswa memasang handscoen steril
pada tangan yang dominan
13. Mahasiswa menuangkan cairan
antiseptic dan NaCl0,9% kedalam
masing-masing kom dengan tangan
yang belum terpasang handschoen
14. Mahasiswa memasang handscoen steril
pada tangan yang belum terpasang
handschoen
15. Mahasiswa membersihkan luka dengan
kassa yang dibasahi dengan cairan
antiseptik dengan prinsip dari bersih ke
kotor)*
16. Mahasiswa membersihkan luka dengan
kassa yang di basahi Nacl 0,9% dengan
prinsip dan bersih ke kotor)*
17. Mahasiswa membersihkan area sekitar
luka
18. Mahasiswa memberikan topical sesuai
kebutuhan (jika ada)
19. Mahasiswa menutup luka dengan kassa
kering sesuai ukuran luka
20. Mahasiswa menutup luka dengan kassa
kering sesuai ukuran luka
21. Mahasiswa mengkomunikasikan
dengan klien bahwa perawatan luka
telah selesai dilakukan dan jelaskan
kondisi luka.
22. Mahasiswa menganjurkan pada pasien
untuk menjaga kebersihan sekitar luka
23. Mahasiswa membereskan alat-alat,
melepaskan APD dan melakukan
kebersihan tangan
24. Mahasiswa mendokumentasikan
kegiatan
D Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang
dirasakan pasien setelah dilakukan
tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan
dan kunjungan berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam &
terima kasih atas kerjasamanya
TOTAL

Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna

Dokumentasi (Tuliskan hasil evaluasi tindakan)


..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Evaluasi
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Padang, ......../........./20...
Dosen

( )

Anda mungkin juga menyukai