PENYUSUN
TIM KEPERAWATAN DASAR II
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
karunia-Nya Modul Praktikum Keterampilan Dalam Keperawatan ini dapat kami
susun. Modul praktikum ini disusun untuk memberikan gambaran dan panduan
kepada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan berbagai gangguan sistem dengan menitik beratkan pada keperawatan
dasar. Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa untuk
pencapaian kompetensi Keperawatan Dasar
Modul ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab itu saran
dan masukan yang positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul ini. Mudah-
mudahan modul ini bisa memberikan manfaat bagi yang membacanya.
1. Harus memakai pakaian uniform lengkap dengan pin dan papan nama
2. Harus memakai jas labor
3. Tidak mengenakan perhiasan (cincin, gelang, dan kalung)
4. Bagi mahasiswi yang tidak pakai jilbab menyanggul/mengikat rambut dengan rapi.
5. Bagi mahasiswa laki-laki rambut rapi tidak boleh gondrong./panjang.
6. Memakai sepatu seragam berwarna putih.
7. Datang tepat waktu dengan membawa perlengkapan ujian.
8. Mahasiswa tidak dibenarkan membawa makanan dan minuman ke dalam ruangan
praktek.
9. Selama ujian praktek berlangsung tidak dibenarkan mengaktifkan handphone.
10. Mahasiswa harus menjaga ketenangan ruangan selama ujian praktek, tidak dibenarkan
keluar masuk ruangan kecuali ada urusan penting.
11. Semua alat yang dipergunakan selamaujian praktek menjadi tangggung jawab mahasiswa
12. Harus mengisi absen praktek laboratorium yang telah disediakan akademik
13. Bagi yang tidak mengindahkan tata tertib diatas, tidak diizinkan mengikuti ujian.
Mata kuliah ini membahas tentang prosedur keperawatan yang menjadi dasar dalam
praktik keperawatan yang mencakup pengukuran tanda vital, pengkajian keperawatan dan
pemeriksaan fisik, pengendalian infeksi dan prosedur pemberian medikasi. Pengalaman
belajar meliputi pembelajaran di kelas, laboratorium keperawatan, dan klinik
1. Pendahuluan
Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengkaji
keadaan klien sebelum kita menentukan diagnosa keperawatan yang selanjutnya sebagai
dasar melakukan asuhan keperawatan. Pemeriksaan tanda-tanda vital wajib dilakukan untuk
memberi gambaran awal klien yang akan kita asuh. Dengan pemeriksaan tanda-tanda vital
yang akurat dapat diketahui keadaan klien baik yang baru maupun yang sudah lama dirawat,
karena perubahan tanda vital merupakan indikator perkembangan klien
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital meliputi
a. mengukur tekanan darah
b. menghitung denyut nadi
c. mengukur suhu badan
d. menghitung frekuensi pernafasan
2. Tujuan Pembelajaran
Diharapkan setelah melakukan kegiatan keterampilan pemeriksaan Tanda Vital ini,
mahasiswa mampu :
a. Melakukan pemeriksaan tekanan darah.
b. Melakukan pemeriksaan nadi.
c. Melakukan pemeriksaan respiratory rate.
d. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh.
e. Menginterpretasikan data yang didapat untuk membuat langkah diagnostik selanjutnya.
4) Prosedur pemeriksaan :
a) Pemilihan sphymomanometer (blood pressure cuff)
b) Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk pengukuran tekanan
darah, yang terdiri dari cuff, bladder dan alat ukur air raksa. Dalam melakukan
pemeriksaan ini harus diperhatikan :
(1) Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas (12 - 14 cm pada
dewasa).
(2) Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.
(3) Sphygmomanometer harus dikalibrasi secara rutin.
Bladder Cuf
b) Auskultatoir
(1) Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari.
(2) Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas arteri brachialis.
(3) Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa bulb sampai tekanan
sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg.
(4) Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik.
(5) Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi Korotkoff I
terdengar pertama kali. Ini merupakan hasil tekanan darah sistolik.
(6) Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyi Korotkoff V (bunyi
terakhir terdengar). Ini merupakan hasil tekanan darah diastolik.
(7) Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal diulang 3 kali.
Hasilnya diambil rata- rata dari hasil pemeriksaan tersebut.
Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII (JNC-VII)
adalah :
Tabel 2. Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII
(JNC-VII)
Tekanan Tekanan
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik Diastolik
Normal (mmH
<120 (mmH
<80
g) g)
Pre-Hipertensi 120- 80-
139 89
Hipertensi Stage 1 140- 90-
159 99
Hipertensi Stage 2 >160 >100
Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran tekanan darah :
a) Ukuran bladder dan cuff tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar). Bila terlalu
kecil, tekanan darah akan terukur lebih tinggi dari yang sebenarnya, dan
sebaliknya bila terlalu besaR
b) Pemasangan bladder dan cuff terlalu longgar, tekanan darah terukur lebih tinggi
dari yang seharusnya.
c) Pusat cuff tidak berada di atas arteri brachialis.
d) Cuff dikembangkan terlalu lambat, mengakibatkan kongesti vena, sehingga
bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
e) Saat mencoba mengulang pemeriksaan, kembali menaikkan tekanan cuff tanpa
mengempiskannya dengan sempurna atau re-inflasi cuff terlalu cepat. Hal ini
mengakibatkan distensi vena sehingga bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan
jelas.
b. Pemerikasaan Nadi
Denyut nadi adalah getaran/denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat
kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi dapat dirasakan dengan palpasi yaitu
dengan tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat
tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Faktor yang
mempengaruhi frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, yakni: usia, jenis
kelamin, ukuran tubuh, kehamilan, keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, kebiasaan
konsumsi rokok dan kafein, intensitas dan lama kerja, sikap kerja, faktor fisik dan
kondisi psikis.
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke
paru (dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah disemburkan melalui aorta dan
kemudian diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu
gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai
denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi
denyut jantung dalam 1 menit.
Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di mulut, aksila atau rektal dan ditunggu selama
3–5 menit. Pemeriksaan suhu dilakukan dengan menggunakan termometer baik
dengan glass thermometer atau electronic thermometer. Bila menggunakan glass
thermometer, sebelum digunakan air raksa pada termometer harus dibuat sampai
menunjuk angka 350C atau di bawahnya.
Pengukuran suhu oral biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat, tetapi termometer
air raksa dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk pengukuran suhu oral, yaitu
pada penderita yang tidak sadar, gelisah atau tidak kooperatif, tidak dapat menutup
mulutnya atau pada bayi dan orang tua.
1. Prosedur Pemeriksaan Suhu secara Oral :
a) Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer menunjuk
angka 350C atau di bawahnya dengan cara mengibaskan termometer beberapa
kali.
b) Letakkan ujung termometer di bawah salah satu sisi lidah. Minta pasien untuk
menutup mulut dan bernafas melalui hidung.
c) Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.
d) Apabila penderita baru minum dingin atau panas, pemeriksaan harus ditunda
selama10-15 menit agar suhu minuman tidak mempengaruhi hasil pengukuran.
0 1 2
A Pra interaksi :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara
lain nama pasien dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan mengukur
tekanan darah
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang
diperlukan dalam perlindungan privacy pasien antara
lain pemasangan pembatas pasien bila perlusiapkan
restrain
Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
Tensi meter raksa
Stetoskop
Buku catatan dan alat tulis
APD sesuai kebutuhan
B Fase Interaksi/kerja:
1. Mahasiswa kebersihan tangan, memasang APD sesuai
kebutuhan
2. Mahasiswa mendekatka nalat- alat
3. Mahasiswa menentukan dan bebaskan lokasi pengukuran
tekanan darah
4. Mahasiswa memasang manset 2,5 cm di atas fossa
kubiti (pada lengan) atau dorsalispedis (pada kaki), pipa
penghubung berada tepat disebelah atas arteri (jangan
terlalu kencang dan jangan terlalu longgar)
5. Mahasiswa meletakan tensi meter dengan posisi datar
setinggi jantung pasien.
6. Mahasiswa membuka kunci reservoir air raksa
7. Mahasiswa melakukan palpasi arteri brachialis.
8. Mahasiswa meletakkan bagian diafragma stetoskop tepat
diatasnya dengan pin chest piece stetoskop tertutup.
9. Mahasiswa mempalpasi arteri radislis lalu memompa
balon sampai arteri radialis tidak teraba lagi, naik kan
sampai air raksa 30 mmhg
10. Mahasiswa menekan stetoskop yang berada diatas arteri
brachialis
11. Mahasiswa i membuka skrup balon perlahan-lahan (air
raksa turun 2-3 mmHg) sambil melihat skala dan
dengarkan bunyi detak pertama (sistolik) sampai
mendengarkan bunyi detak terakhir (Diastolik)
12. Mahasiswa menurunkan air raksa sampai 0 (nol) dan
kunci reservoir
13. Mahasiswa membereskan alat–alat, lepaskan APD dan
melakukan kebersihan tangan
14. Mahasiswa mendokumentasikan tindakan yang sudah
dilakukan
C Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien
setelah dilakukan tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam &terima kasih atas
kerjasamanya
NILAI
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
(………………)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
B Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang /
sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi
pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a) Jam tangan yang ada jarum
detiknya
b) Buku catatan dan alat tulis
C Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan
2. Mahasiswa melakukan palpasi di arteri
(dewasa : radialis, brachialis,dorsalis
pedis, pada bayi apical dan frontalis)
3.Mahasiswa menghitung frekuensi denyut
nadi selama 1 menit penuh.
4. Mahasiswa mengamati volume dan irama
nadi (keras/ lemah denyutan)
5. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan
6. Mahasiswa mendokumentasikan tindakan
yang sudah dilakukan
D Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang
dirasakan pasien setelah dilakukan
tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan
kunjungan berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima
kasih atas kerjasamanya
Nilai
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
NamaMahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan
B Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore
/ malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a. Termometer
b. Alkohol swab/tissue antiseptik
c. Bengkok
d. Jam Tangan
e. Buku Catatan dan alat tulis
f. APD sesuai kebutuhan
g. Tissu / kassa kering
h. Bengkok
C Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa mencuci tangan , memasang APD
sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa mendekatkan alat- alat
3. Mahasiswa mengeringkan axila pasien (tissu /
kassa kering)
4. Mahasiswa memastikan air raksa termometer
berada pada garis paling bawah.
5. Assesi menjepitkan reservoar termometer
ditengah axila pasien 5-10 menit.
6. Assesi mengangkat termometer dan langsung
membaca hasil.
7. Assesi membersihkan termometer dengan
alkohol swab dan menurunkan kembali air
raksa thermometer ke titik paling bawah
8. Assesi membereskan alat –alat , lepaskan
APD dan lakukan kebersihan tangan tangan
9. Assesi mendokumentasikan tindakan yang
sudah dilakukan
D Fase Terminasi
1. Assesi menanyakan apa yang dirasakan
pasien setelah dilakukan tindakan
2. Assesi Merencanakan tindakan dan
kunjungan berikutnya
3. Assesi Mengucapkan Salam & terima kasih
atas kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
40
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
Dosen
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
NamaMahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan
B Fase Orientasi :
1. Mahahasiswa melakukan kebersihan
tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore
/ malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa mempersiapkan alat:
a) Jam tangan yang dilengkapi dengan
jarum detik
b) Buku catatan dan alat tulis
c) APD sesuai kebutuhan
C Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan ,
memasang APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa memposisikan tangan seperti
menghitung denyut nadi, mata
memperhatikan gerakkan dada / perut
3. Mahasiswa menghitung pernafasan ketika
inspirasi dada / perut selama satu menit
(sebaiknya jangan ajak pasien berbicara)
4. Mahasiswa mengamati kedalaman, irama,
bunyi dan jumlah pernafasan
5. Mahasiswa mengkomunikasikan pada klien
bahwa tindakan selesai
6. Mahasiswa melepaskan APD dan
melakukan kebersihan tangan
7. Mahasiswa mendokumentasikan tindakan
yang sudah dilakukan
D Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan
pasien setelah dilakukan tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan
kunjungan berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima
kasih atas kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
28
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
NamaMahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
0 1 2
A Tahap Pre Interaksi
1. Mengecek file (catatan medis/keperawatan) klien
2. Persiapan Alat
a. Format pengkajian
b. Buku catatan dan alat tulis
B Tahap Orientasi
1. Mahasiswa melakukan cuci tangan
2. Mahasiswa mengucapkan salam: Assalamualaikum/ Selamat
pagi / siang /sore / malam.
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
5. Menjaga privasi pasien dan menghidupkan lampu
C Tahap Kerja
1. Fokus wawancara adalah klien
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian
3. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
4. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada
waktunya
5. Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaannya. Jika situasi
memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan terapeutik,
yang bertujuan untukmemberikan dorongan spiritual, merasa
diperhatikan.
6. Menanyakan keluhan utama yang paling dirasakan oleh klien
7. Menanyakan riwayat kesehatan sekarang
8. Menanyakan riwayat kesehatan dahulu
Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi reaksi klien saat dan setelah dilakukan
wawancara.
2. Membuat kontrak selanjutnya dan mendokumentasikan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan
3. Mahasiswa mencuci tangan
Ucapkan salam dan terima kasih pada pasien atas kerja samanya
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
13. Genetalia
Inspeksi :.........................................................
Anus :(adanya hemoroid)...... Colok Dubur...................................................
14. Kulit
Warna kulit : .............................................................................................................
Ada tidaknya jaringan parut/lesi :..............................................................................
Turgor kulit: ................................................................................................................
V. Pola Nutrisi :
Keterangan Sehat Sakit
Berat Badan
Tinggi Badan
Frekuensi Makan
Jenis Makan
Makanan Yang disukai
2. Persepsi diri
Hal yang amat dipikirkan saat ini :...............................................................
Harapan setelah menjalani perawatan :.........................................................
Perubahan yang dirasa setelah sakit :.............................................................
3. Hubungan /Komunikasi
Bahasa utama:...................................Bahasa Daerah :.....................................
Bicara :Jelas......relevan.....mampu mengekspresikan ........................
Kehidupan keluarga :
Adat istiadat yang dianut......................................................................
Pembuat keputusan dalam Keluarga :.................................................
Pola komunikasi :.................................................................
Keuangan :.................................................................
Kesulitan dalam keluarga : Hubungan dengan orang tua..., sanak.....
4. Kebiasaan seksual
Gangguan hubungan seksual :
5. Spiritual
Keyakinan agama :........................................................................................
Kegiatan agama/ kepercayaan yg dilakukan : ................................................
Kegiatan agama/ kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah sakit :
..............................................................................................................................
XII. Informasi Penunjang
Therapy Pengobatan : .....................................................................................
Pemeriksaan diagnostik :
*Laboratorium * Rontgen * EKG * USG * CT Scan
PANDUAN PRAKTIKUM 2
C. PRA INSTRUMENTASI
Tahapan pra instrumentasi meliputi:
a) Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
b) Persiapan penderita
c) Persiapan alat yang akan dipakai
d) Cara pengambilan sampel
e) Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) dan transportasi.
2) Persiapan Penderita
a) Puasa. Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan
berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan
kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
b) Obat. Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya
: asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan
jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan
trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga
menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian
hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan
hemostasis.
c) Waktu Pengambilan. Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi
hari terutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan
menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya
rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter. Selain itu juga
ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan
pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa
parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan
variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi
serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-
100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari
dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
d) Posisi pengambilan, Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma
10 % demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita
adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan
santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing
atau menjadi obyek.
2. URINE
a) Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen
urine.
Antara lain :
Asam urat : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada
penyakit ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam dan leukemia.
Bilirubin : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit obstruktif
saluran empedu, penyakit hepar dan kanker hepar.
Human Chorionic Gonadotropin ( HCG ) : Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya kehamilan
b) Jenis urine
1. Urine sewaktu. Urine yang dikeluarkan seawaktu- waktu bila diperlukan
pemeriksaan
2. Urine pagi. Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur
3. Urine pasca prandial. Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan
4. Urine 24 jam : urine yang dikumpulkan selama 24 jam Pemeriksaan lain yang
menggunakan spesimen urine antara lain, pemeriksaan urilinogen untuk
menentukan kadar kerusakan hepar, penyakit hemolisis dan infeksi berat.
Pemeriksaan urinealisasi digunakan untuk menentukan berat jenis kadar glukosa
dan pemeriksaan lainnya.
3. FESES
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman seperti,
salmonella, shigella, escherichiacoli, staphylococcus dll.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a) Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril
b) Tempatkan feses dalam wadah steril dan ditutup
c) Feses jangan dicampur dengan urine
d) Jangan berikan Barium atau minyak mineral yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri
e) berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan
4. SPUTUM
Pemeriksaan dengan bahan sekret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi adanya
kuman.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a) Siapkan wadah dalam keadaan steril
b) Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan
c) Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum
d) Pertahankan wadah dalam keadaan tertutup
e) Bila kultur untuk pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam) ikut instruksi yang
ada pada botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc sputum yang dilakukan
selama 3 hari berturut turut
2. RONTGEN
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada berbagai
organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokan dan
rangka.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a) Lakukan informed consent
b) Tidak ada pembatasan makanan / cairan
c) Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (Posterior Anterior) dapat
dilakukan dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga dilakukan.
d) Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada wakru
pengambilan foto sinar X.
e) Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi
ukuran dan bentuk jantung.
f) Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien tidur
terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus dilindungi.
g) Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus dlepaskan
sebelum pelaksanaan foto.
h) Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan
immobilisasi pada daerah fraktur.
4. MAMMOGRAFI
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada bagian
payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai payudara secara
periodik.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a) Lakukan informed consent
b) Tidak ada pembatasan cairan dan makanan
c) Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher
d) Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
e) Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu diatas meja
kaset sinar X.
f) Lalu lakukan pemeriksaan
5. ENDOSKOPI
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi adanya kelainan
pada saluran cerna.
Contoh : varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer
6. KOLONOSKOPI
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk mendeteksi adanya
kelainan pada saluran colon.
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll
7. CT. Scaning
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan terlokalisir
serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen
8. EEG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak (melihat kelainan
pada gel. Otak) Indikasi : epilepsy, trauma capitis Dengan memasangkan elektroda
pada bagian kepal klien.
9. EKG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi dari jantung indikasi
: MCI, Angina fektoris, gagal jantung
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
0 1 2
A TAHAP PRE –INTERAKSI
1. Mengecek medical record (catatan medic / keperawatan)
2. Menyiapkan alat :
a. Tabung specimen darah
b. Sharp container (tempat sampah khusus jarum)
c. Pengalas
d. Tourniquet
e. Syringe 3 ml
f. Alcohol swab
g. Bengkok
h. Ban aid
i. Sarung tanganbersih
B TAHAP ORIENTASI
1. Mencuci tangan sebelum kelingkungan pasien
2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri,
3. Menjelaskan prosedur beserta tujuan prosedur yang akan
dilakukan
4. Menjaga privacy klien
C TAHAP KERJA
1. Cek kembali rencana pemeriksaan penunjang
2. Mengidentifikasi pasien menggunakan gelang identitas
3. Memberitahukan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien
4. Menjaga privasi pasien dengan menutup gorden/ sampiran
5. Mendekatkan alat-alat ke pasien
6. Mencari vena yang akan diinsersi (vena medina cubiti,
cephalicha, basalicha, dll)
7. Meletakkan pengalas di bawah vena yang akan ditusuk/
diinsersi
8. Mencuci tangan
9. Memasang sarung tangan
10. Memastikan vena yang akan ditusuk besar, teraba, dan
terjangkau dengan baik oleh jaringan.
11. Menganjurkan pasien untuk mengepal tangan.
12. Memasang tourniquet 5 – 7.5 cm dari letak insersi*
13. Menggunakan jari telunjuk untuk meraba vena guna
membantu mengetahui ukuran, kedalaman, dan arah dari
vena*
14. Melakukan desinfektan dengan alcohol swab secara sirkuler,
tunggu sampai kering, jangan ditiup/lap/kipas, biarkan
kering sendiri
15. Melakukan venipuncture (penusukan) ke dalam vena dengan
sudut 15o – 30o dengan menggunakan syringe sesuai
kebutuhan*
16. Memastikan darah masuk ke dalam syringe*
17. Bila darah sudah cukup, tarik syringe, sambil menekan
daerah yang ditusuk dengan kasa/kapas alcohol swab*
18. Masukkan darah ke dalam tabung specimen yang sudah
diberi label pasien, biarkan darah mengalir sendiri tanpa di
dorong dan cabut syringe dari tabung bila sudah berhenti*
19. Bila perlu lakukan pengocokan tabung specimen dengan
gerakan membentuk angka 8 (sesuai jenis tabungnya)
20. Plester daerah penusukan dengan ban aid bila darah sudah
berhenti
21. Merapikan pasien dan alat
22. Membuka sarung tangan
23. Mencuci tangan
24. Membuang sampah sesuai tempatnya (sampahmedis) dan
mengembalikan peralatan pada tempatnya.
25. Mencuci tangan
26. Memberitahukan pada pasien dan atau keluarga bahwa
prosedur sudah selesai
27. Mengantar darah ke laboratorium dengan menggunakan
kotak container
TAHAP TERMINASI
1. Mengecek respon pasien.*
2. Memperhatikan adakah hematoma.*
3. Melakukan pendokumentasian di rekam medis pasien.*
TOTAL
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
Dosen
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
0 1 2
A TAHAP PRE INTERAKSI
1. Mengecek medical record (catatan medic / keperawatan )
2. Menyiapkan alat :
a. Tabung Spesimen yang sudah diberi label :
Identitas pasien
Nomor medical record
Usia
b. Jenis urin yang diambil
UrineRandom; analisis rutin
Urine Sewaktu; 24-jam
Urine Steril (kateterisasi)
Urine Postpandial
c. Sarung tangan jika urin steril (kateterisasi)
B TAHAP INTERAKSI
1. Mencuci tangan sebelum kelingkungan pasien*
2. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan*
C TAHAP KERJA
1. Pastikan tabung specimen dan konteiner pembawa tabung
urin tersegel*
2. Pastikan pasien sudah diberikan informasi mengenai
persiapan sebelum pemeriksaan penunjang*
3. Jika pasien mandiri; informasikan
4. Jumlah urin yang harus diambil ke dalam tabung specimen
5. Jikadalam proses kateterisasi, pastikan urin yang diambil
langsung dari kateter urin, bukan dari urin bag. Pastikan
dalam jumlah yang sesuai*
TAHAP TERMINASI
1. Informasikan kepada pasien kapan hasilnya bisa dibaca
2. Catat hasil pemeriksaan urin meliputi :Pemeriksaan urin
untuk melihat kuantitas, makroskopik urin, berat jenis,
protein, glukosuria, bakteri, eritrosit, bakteri,
sedimen,leukosit.
TOTAL
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
Dosen
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
0 1 2
A TAHAP PRE INTERAKSI
1. Mengecek medical record (catatan medic / keperawatan )
2. Menyiapkan pasien :
a. Memastikan pasien tidak memakai benda logam apapun*
b. Mempersiapkan pasien sesuai dengan rencana
pemeriksaan penunjang
B TAHAP INTERAKSI
1. Mencuci tangan sebelum kelingkungan pasien
2. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
C TAHAP KERJA
Dilakukan oleh petugas radiologi
D TAHAP TERMINASI
1. Informasikan kepada pasien kapan hasilnya bisa dibaca
2. Catat hasil pemeriksaan x-ray
TOTAL
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
Dosen
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
0 1 2
A TAHAP PRE INTERAKSI
1. Mengecek medical record (catatan medic / keperawatan )
2. Menyiapkan pasien :
a. Memastikan pasien tidak memakai benda logam apapun*
b. Mempersiapkan pasien sesuai dengan rencana
pemeriksaan penunjang
B TAHAP INTERAKSI
1. Mencuci tangan sebelum kelingkungan pasien
2. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
C TAHAP KERJA
Dilakukan oleh petugas CT-SCAN
D TAHAP TERMINASI
1. Informasikan kepada pasien kapan hasilnya bisa dibaca
2. Catat hasil pemeriksaan CT-SCAN
TOTAL
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
Dosen
( )
PANDUAN PRAKTIKUM 3
0 1 2
A Tahap Pra Interaksi
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara lain
nama pasien, nomor rekam medis dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain…..
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan tindakan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang diperlukan
dalam perlindungan privacy pasien antara lain pemasangan
pembatas pasien bila perlu siapkan restrain
B Tahap Orientasi
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan
2. Mahasiswa mengucapkan salam
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien
4. Mahasiswa menyiapkan alat
C Tahap Kerja
1. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
2. Gosokan punggung dan sela-sela jari tangan dengan tangan
kanan dan sebaliknya
3. Gosokan kedua telapak tangan dan sela-sela jari
4. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
5. Kemudian gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
6. Gosok dengan memutar ujung jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dan bereskan alat-alat
5. Cuci tangan
TOTAL
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
Dosen
( )
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
0 1 2
A Tahap Pra Interaksi
1. Mahasiswa mampu menyebutkan identitas pasien antara lain
nama pasien, nomor rekam medis dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang termasuk
dalam general consent antara lain…..
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan tindakan
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal yang diperlukan
dalam perlindungan privacy pasien antara lain pemasangan
pembatas pasien bila perlu siapkan restrain
B Tahap Orientasi
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan
2. Mahasiswa mengucapkan salam
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien
4. Mahasiswa menyiapkan alat
C Tahap Kerja
1. Buka kemasan sarung tangan bagian luar dengan hati-hati
2. Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan
datar yang bersih tepat diatas ketinggian permukaan
pergelangan tangan
3. Buka kemasan pertahankan sarung tangan pada permukaan
dalam pembungkus
4. Identifikasi sarung tangan kanan atau kiri, setiap sarung
tangan mempunyai manset lebih kurang 5 cm
5. Kenakan sarung tangan pada tangan yang lebih dominan
6. Pegang tepi manset dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari
tangan yang tidak dominan. Pastikan bahwa manset tidak
menggulung pada tangan, pastikan juga jari-jari ada pada
posisi yang tepat
7. Masukkanlah jari-jari dibawah manset sarung tangan kedua
dengan tangan yang telah memakai sarung tangan
8. Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan.
Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari satu tangan yang
dominan menyentuh bagian tangan yang non dominan yang
terbuka. Pertahankan ibujari tangan non dominan abduksi ke
belakang
9. Jika sarung tangan kedua telah terpasang, lakukan
penyesuaian sarung tangan dengan jari-jari seperti biasa.
D TAHAP TERMINASI
1. Membuat kontrak selanjutnya dan mendokumentasikan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan
2. Ucapkan salam dan terima kasih pada pasien atas kerja
samanya
TOTAL
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
Dosen
( )
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selama tpagi / siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan komponen identifikasi pasien)*
B Fase interaksi/kerja
1. Mahasiswa mengidentifikasi pasien dengan
menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien,
nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien
dengan bar-code.
2. Mahasiswa berdiri di sisi kanan pasien
3. Mahasiswa menjelaskan manfaat gelang pasien
4. Mahasiswa menjelaskan bahaya untuk pasien yang
menolak, melepas, menutup gelang.
5. Mahasiswa meminta pasien untuk mengingatkan petugas
bila akan melakukan tindakan atau memberi obat,
memberikan pengobatan tidak mengkonfirmasi nama dan
mengecek ke gelang.
Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan
pasiensetelahdilakukantindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terimakasih atas
kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
54
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x
1 = jikapekerjaan benar dan tidak 100%
sempurna Nilai = Jumlah Bobot
2 = jika pekerjaan benar dan
sempurna
Evaluasi
.............................................................................................................................................
....................................................................................................
Rekomendasi (oleh observer, lulus, atau tidak lulus)
.............................................................................................................................................
....................................................................................................
Padang, ......../........./20...
Dosen
( )
PANDUAN PRAKTIKUM 4
3. BENTUK OBAT
a) Kaplet : bentuk dosis padat untuk pemberian oral; bentuk seperti kapsul bersalut,
sehingga mudah ditelan
b) Kapsul : bentuk dosis padat untuk pemberian oral; obat dalam bentuk bubuk, cairan,
atau minyak dan dibungkus oleh selongsong gelatin, kapsul diwarnai untuk
membantu identifikasi produk
c) Eliksir : cairan jernih berisi air dan alkohol; dirancing untuk penggunaan oral;
biasanya di tambah pemanis
d) Tablet enterik bersalut : tablet untuk pemberian oral,yang dilapisi bahan yang tidak
larut dalam lambung; lapisan larut di dalam usus, tempat obat diabsorbsi.
e) Ekstrak : bentuk obat pekat yang dibuat dengan memindahkan bagian aktif obat dari
komponen lain obat tersebut ( misalnya, ekstrak cairan adalah obat yang dibuat
menjadi larutan dari sumber sayur-sayuran )
f) Gliserit : larutan obat yang di kombinasi dengan gliserin untuk penggunaan luar,
berisi sekurang-kurangnya 50% gliserin
g) Cakram intraokular ( intraocular disk) : bentuk oval, fleksibel berukuran kecil terdiri
dari dua lapisan luar yang lunak dan sebuah lapisan tengah berisi obat. Saat
dilembabkan oleh cairan okuler (mata), cakram melepas obat sampai satu minggu
h) Obat gosok (liniment) : preparat biasanya mengandung alkohol, minyak atau
pelembut sabun yang dioles pada kulit
i) Losion : obat dalam cairan, suspense yang di oles pada kulit untik melindunginya
j) Salep : semisolid (agak padat), preparat yang di oles pada kulit, biasanya
mengandung satu atau lebih obat
k) Pasta : preparat semisolid, lebih kental dan lebih kaku dari pada salep; diabsorbsi
melalui kulit lebih lambat dari pada salep
l) Pil : bentuk dosis padat berisi satu atau lebih obat, dibentuk kedalam bentuk tetesan,
lonjong, atau bujur; pil yang sesungguhnya jarang digunakan karena telah digantikan
oleh tablet
m) Larutan : preparat cairan yang dapat digunakan per oral, parenteral, atau secara
eksternal; dapat juga dimasukkan ke dalam organ atau rongga tubuh (mis. Irigasi
kantong kemih); berisi air dan mengandung satu atau lebih senyawa terlarut; harus
steril untuk penggunaan parenteral
n) Supositoria : bentuk dosis padat yang di campur dengan gelatin dan dibentuk dalam
bentuk peluru untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh (rektum atau vagina);
meleleh saat mencapai suhu tubuh, melepas obat untuk diabsorbsi
o) Suspense : partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair, saat
dibiarkan, partikel berkumpul di bagian bawah wadah; umumnya merupakan obat
oral dan tidakdiberikan perintravena
p) Sirup : obat yang larut dalam larutan gula pekat, mengandung perasa yang membuat
obat terasa lebih enak
q) Tablet : bentuk dosis bubuk yang dikomperesi ke dalam cakram atau slinder yang
keras; selain obat utama, mengandung zat pengikat (perakat untuk membuat bubuk
menyatu), zat pemisah ( untuk meningkatkan pelarutan tablet), lubrika (supaya
mudah dibuat di pabrik), dan zat pengisi (supaya ukuran tablet cocok)
r) Cakram atau lempeng transdermal : obat beradadalam cakram (disks) atau patch
membrane semipermeable yang membuat obat dapat diabsorbsi perlahan-lahan
melalui kulit dalam periode waktu yang lama
s) Tingtura : alkohol atau larutan obat air-alkohol
t) Tablet isap (troche, lozenge) : bentuk dosis datar, bundar mengandung obat, citarasa,
gula, dan bahan perekat cair; larut dalam mulut untuk melepas obat
Kondisi penyimpanan khusus beberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk
memudahkan pengawasan,yaitu :
a) Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari
tertutup dan terkunci.
b) Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk
menjamin stabilitas sediaan.
c) Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton,eter dan alkohol disimpan dalam lemari
yang berventilasi baik,jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan elektronik.
Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.
6. PEMBERIAN OBAT
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan,pengobatan,atau bahkan pencegah terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam
keamanan obat dan pemberian secara langsung ke pasien. Hal ini semata-mata
untukmemenuhi kebutuhan pasien.
7. STANDAR OBAT
Obat yang di gunakan sebaiknya memenuhi standar persyaratan obat,diantaranya
kemurnian,yaitu suatu keadaan yang dimiliki oleh obat karena unsur keasliannya, tidak
ada percampuran,dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian obat juga
harusmemiliki bioavailabilitas berupa keseimbangan obat,keamanan,dan efektivitas.
Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat
itu sendiri
8. REAKSI OBAT
Sebuah bahan atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh,obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi melalui suatu reaksi obat, reaksi obat dapat dihitung dalam satuan
waktu paruh,yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses
eliminasi,sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat
dalam tubuh.
Obat memiliki dua efek yaitu efek terapeutik dan efek samping. Efek terapeutik obat
memiliki kesesuaian terhadap efek yang di harapkan sesuai kandungan obatnya seperti
paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuaratif (memiliki efek pengobatan), suportif
(berefek untuk menaikkan fungsi atau nrespons tubuh), dubtitutif (berefek sebagai
pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan restorative
(berefek untuk memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan efek yang
tidak diharapkan,tidak bisa diramal,dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti
adanya alergi, toksisitas (keracunan),penyakit iatrogenik,kegagalan dalam pengobatan,dan
lain-lain.
A. BENTUK TOPIKAL
Bentuk ini dipakai untuk permukaan luar dan berfungsi melindungi atau sebagai vehikel
untuk menyampaikan obat. Bentuk penting adalah salep dan krim. Salep dipakai untuk
lesi kering dan bertahan dikulit lebih lama. Krim umumnya dipakai untuk lesi basah.
B. BENTUK SUPOSITORIA
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu badan.
Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi setempat atau agar
diserap sistemik.
C. BENTUK PESARRI
Serupa dengan supositoria namun bentuknya dirancanag khusus untuk vagina.
D. BENTUK CAIRAN
Bentuk obat cairan terdapat tiga kelompok utama yaitularutan,suspense dan emulsi.
NamaMahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan
Fase Orientasi :
D Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan
pasien setelah dilakukan tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan
kunjungan berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima
kasih atas kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
28
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Fase Orientasi:
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi /siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a. Spuit sesuai kebutuhan
b. Obat-obat yang diperlukan
c. Alcohol swab
d. Nierbekken
e. Plaster
f. Pengalas
g. Buku injeksi
h. Bak instrumen bersih kecil / menengah
i. Obat anafilatik syok shock (Beta adrenergik (adrenalin,
epinefrin) dan kortikosteroid (Dexametashon) berada
dalam troly emergency
j. Handschoen dalam kemasan
k. Tourniquet.
l. Kassa steril dalam kemasan
m. Aqua injeksi
n. Wadah khusus sampah medis benda tajam
o. Sampiran
5. Mahasiswa memasukkan obat dalam spuit sesuai dosis yang
dibutuhkan, keluarkan udara (jarum tetap dalam keadaan
tertutup), tempatkan dalam bak instrumen
B Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan, memasang APD
sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa memastikan pemberian obat dengan prinsip 6
benar ( nama pasien, obat, waktu, dosis, cara,
dokumentasi)*.
3. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur posisi
dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
4. Mahasiswa mendekatkan trolly kesamping tempat tidur
pasien
5. Mahasiswa membebaskan area penyuntikan (tangan)
lengan baju
6. Mahasiswa memiilih vena /area penusukan yang bebas dari
tanda lesi, kaku, peradangan atau rasa gatal
7. Mahasiswa memasang pengalas
8. Assesi memasang torniquet 10-15 cm dari atas area
penyuntikan
9. Mahasiswa melakukan desinfeksi pada area penusukan
(insersi) dengan alcohol swab dengan gerakan scrubbing
maju mundur selama 30 detik dengan area sekitar 5 cm
sekeliling lokasi area akses vena)*
10. Mahasiswa memegang spuit dengan 4 (empat) jari bagian
bawah dan ibu jari dibagian atas, lobang jarum menghadap
keatas.
11. Mahasiswa menusukan jarum hingga menembus vena
dengan membentuk sudut 15 - 20 ⁰.
12. Mahasiswa mengatur posisi jarum sejajar dengan
permukaan lengan dan dorong jarum perlahan kedalam
vena.
13. Mahasiswa melakukan aspirasi dengan menarik plunger
dengan tangan dominan dan tangan non dominan menahan
barel spuit.
14. Mahasiswa melepaskan pembendung (torniquet) jika
keluar darah, dan masukkan obat dengan mendorong
plunger perlahan - lahan , perhatikan respon pasien (tanda-
tanda syok ), Hentikan dan cabut segera spuit bila terdapat
tanda-tanda syock.
15. Mahasiswa melakukan penekanan pada area bekas
penusukan dengan alkohol swab setelah jarum keluar dan
fiksasi dengan plester.
16. Mahasiswa membereskan alat-alat, melepaskan APD dan
melakukan kebersihan tangan
17. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format ( buku )
pemberian obat
Fase Terminasi :
4. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
5. Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya.
6. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
58
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Fase Orientasi :
5. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
6. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi / siang / sore / malam).
7. Mahasiswa melakukan komponen identifikasi pasien)*
8. Mempersiapkan alat
a) Bak injeksi
b) Spuit disposible sesuai kebutuhan
c) Obat – obat yang diperlukan
d) Obat anafilatik syok shock (Beta adrenergik
(adrenalin, epinefrin) dan kortikosteroid
(Dexametashon) berada dalam trolley emergensi
e) Alat pelindung diri ( APD )sesuai kebutuhan
f) alkohol swab
g) Nierbeken dan tempat sampah benda tajam
h) Aqua injeksi
i) Sampiran
9. Mahasiswa memasukkan obat dalam spuit sesuai dosis yang
dibutuhkan, keluarkan udara (jarum tetap dalam keadaan
tertutup), tempatkan dalam bak instrument
B Fase Interaksi / kerja :
18. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan ,memasang APD
sesuai kebutuhan
19. Mahasiswa memastikan pemberian obat dengan prinsip
6 benar ( nama pasien, obat, waktu , dosis, cara, dokumentasi
).
20. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur posisi
dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
21. Mahasiswa mendekatkan nierbeken kesisi area
penyuntikan pasien
22. Mahasiswa membebaskan area penyuntikan: (pilih salah
satu)
a. Area ventrogluteal (posisi pasien telungkup, bagian
bokong dibagi 4, daerah injeksi ¼ bagian atas luar)
b. Area dorsogluteal (posisi sim kiri, ibu jari di trochanter
mayor, telunjuk di SIAS, jari tengah menjauhi telunjuk
sejauh mungkin, area injeksi adalah daerah ‘ V’ yaitu
antar jari telunjuk dan jari tengah atau 1/3 dari SIAS ke
coxigis
c. Area vastus lateralis (1/3 bagian tengah lateral arah ke
pangkal paha)
d. Area deltoid (1/3 bagian atas lateral lengan)
e. Area rektus femoris (1/3 bagian lateral arah kepangkal
paha)
23. Mahasiswa melakukan desinfeksi pada area penusukan
(insersi) dengan alcohol swab dengan gerakan scrubbing
maju mundur selama 30 detik dengan area sekitar 5 cm
sekeliling lokasi area akses)*
24. Mahasiswa menusukan jarum spuit dengan posisi 90 0an
25. Mahasiswa melakukan aspirasi dengan menarik plunger
dengan tangan dominan dan tangan non dominan menahan
barel spuit.
26. Mahasiswa memasukan obat Jika tidak ada keluar darah,
dengan mendorong plunger perlahan-lahan , perhatikan
respon pasien (tanda – tanda syok. Hentikan dan cabut segera
spuit bila terdapat tanda-tanda syock.
27. Mahasiswa melakukan penekanan pada area bekas
penusukan dengan kapas alkohol .
28. Mahasiswa membereskan alat – alat, melepaskan APD dan
melakukan kebersihan tangan
29. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format ( buku )
pemberian obat
Fase Terminasi :
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya
Nilai : total K : X 100 =
48
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi /siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a) Bak injeksi
b) Spuit disposible 1 ml sesuai kebutuhan
c) Obat anafilatik syok shock (Beta adrenergik (adrenalin,
epinefrin) dan kortikosteroid (Dexametashon) berada
dalam troly emergency
d) Alat pelindung diri ( APD )sesuai kebutuhan
e) Alcohol swab
f) Nierbeken /Bengkok
g) Cairan pelarut (Aquadest steril)
h) Sampiran
5. Mahasiswa memasang handscoen, masukkan obat dalam
spuit sesuai dosis yang dibutuhkan, keluarkan udara (jarum
tetap dalam keadaan tertutup), tempatkan dalam bak
injeksi (dilakukan diruangan peracikan obat)
B Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan, memasang
APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa i memastikan pemberian obat dengan prinsip
6 benar (nama pasien, obat, waktu, dosis, cara,
dokumentasi)*.
3. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur posisi
dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
4. Mahasiswa mendekatkan nierbeken kesisi area
penyuntikan pasien
5. Mahasiswa membebaskan area penyuntikan
6. Mahasiswa melakukan desinfeksi pada area penusukan
(insersi) dengan alcohol swab dengan gerakan scrubbing
maju mundur selama 30 detik dengan area sekitar 5 cm
sekeliling lokasi area akses vena)*
7. Mahasiswa memberikan aseptik dan dibiarkan kering
sendiri)*
8. Mahasiswa memegang spuit dengan 4 ( empat ) jari
dibagian bawah dan ibu jari dibagian atas, lobang jarum
menghadap keatas, bentuk sudut 150 dari permukaan
lengan, kemudian menusukkan jarum hingga masuk di
dalam kulit
9. Mahasiswa melakukan aspirasi dengan menarik plunger
dengan tangan dominan dan tangan non dominan
menahan barel spuit.
10. Mahasiswa memasukan obat Jika tidak ada keluar darah,
dengan mendorong plunger perlahan-lahan , perhatikan
respon pasien (tanda-tanda syok). Hentikan dan cabut
segera spuit bila terdapat tanda-tanda syock.
11. Mahasiswa memberi tanda lingkaran dengan diameter
1,5-2 cm
12. Mahasiswa membereskan alat-alat, melepaskan APD
dan melakukan kebersihan tangan
13. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format (buku )
pemberian obat
Fase Terminasi :
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
2. Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya.
3. Mahasiswa mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya.
Nilai : total K : X 100 =
50
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi /siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a) Bak injeksi
b) Spuit disposible 3 ml sesuai kebutuhan
c) Obat anafilatik syok shock (Beta adrenergik (adrenalin,
epinefrin) dan kortikosteroid (Dexametashon) berada
dalam troly emergency
d) Alat pelindung diri ( APD )sesuai kebutuhan
e) Alcohol swab
f) Nierbeken /Bengkok
g) Cairan pelarut (Aquadest steril)
h) Sampiran
5. Mahasiswa memasang handscoen, masukkan obat dalam
spuit sesuai dosis yang dibutuhkan, keluarkan udara (jarum
tetap dalam keadaan tertutup), tempatkan dalam bak
injeksi (dilakukan diruangan peracikan obat)
B Fase Interaksi / kerja :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan, memasang
APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa i memastikan pemberian obat dengan prinsip
6 benar (nama pasien, obat, waktu, dosis, cara,
dokumentasi)*.
3. Mahasiswa memasang sampiran dan mengatur posisi
dalam keadaan nyaman sesuai kebutuhan.
4. Mahasiswa mendekatkan nierbeken kesisi area
penyuntikan pasien
5. Mahasiswa membebaskan area penyuntikan
6. Mahasiswa melakukan desinfeksi pada area penusukan
(insersi) dengan alcohol swab dengan gerakan scrubbing
maju mundur selama 30 detik dengan area sekitar 5 cm
sekeliling lokasi area akses vena)*
7. Mahasiswa memberikan aseptik dan dibiarkan kering
sendiri)*
8. Mahasiswa menarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu
jari dan jari tangan non dominan dengan ujung jarum
menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum dengan sudut 450-900 dari permukaan
lengan, kemudian menusukkan jarum hingga masuk di
dalam kulit
9. Mahasiswa melakukan aspirasi dengan menarik plunger
dengan tangan dominan dan tangan non dominan
menahan barel spuit.
10. Mahasiswa memasukan obat Jika tidak ada keluar darah,
dengan mendorong plunger perlahan-lahan, perhatikan
respon pasien (tanda-tanda syok). Hentikan dan cabut
segera spuit bila terdapat tanda-tanda syock.
11. Mahasiswa membereskan alat-alat, melepaskan APD
dan melakukan kebersihan tangan
12. Mahasiswa mendokumentasikan dalam format (buku )
pemberian obat
Fase Terminasi :
1. Mahasiswa menanyakan apa yang dirasakan pasien setelah
dilakukan tindakan
2. Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan
berikutnya.
3. Mahasiswa mengucapkan Salam & terima kasih atas
kerjasamanya.
Nilai : total K : X 100 =
48
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIFAH PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi /siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
5. Mahasiswa memberikan obat pada kulit
a) Obat yang diperlukan
b) Kapas lidi steril
c) Kasa steril
d) Nierbeken
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam (senyum,
assalamualaikum, selamat pagi /siang / sore / malam).
3. Mahasiswa melakukan identifikasi pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
a) Obat suppositoria dalam tempatnya.
b) Sarung tangan.
c) Kain kasa.
d) Vaselin/pelicin/pelumas.
e) Kertas tisu.
f) Nierbeken
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )
PANDUAN PRAKTIKUM 5
PERAWATAN LUKA
A. Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.
Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan
dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan
kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan
bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan
yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil
yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain
yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen
perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan
semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai
dalam merawat luka
B. Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak
atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
a) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b) Respon stres simpatis
c) Perdarahan dan pembekuan darah
d) Kontaminasi bakteri
e) Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang
melibatkan lapisan epidermis, partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan
dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan
bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi,
tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke
ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai
dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua
yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka
waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda
untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka
akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal
tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan
(delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
NamaMahasiswa : __________________________________
NIM : __________________________________
Semester/Kelas : __________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________
Petunjuk :
1. Beri tanda V, jika kegiatan dilakukan
2. Beri tanda - , jika kegiatan tidak dilakukan
0 1 2
A Pra interaksi
1. Mahasiswa mampu menyebutkan
identitas pasien antara lain nama pasien
dan nama ibu kandung
2. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang termasuk dalam general consent
antara lain.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan
perawatan luka
4. Mahasiswa mampu menyebutkan hal-hal
yang diperlukan dalam perlindungan
privacy pasien antara lain pemasangan
pembatas pasien bila perlu siapkan
restrain
B. Fase Orientasi :
1. Mahasiswa melakukan kebersihan
tangan*
2. Mahasiswa mengucapkan salam
(senyum, assalamualaikum, selamat
pagi / siang / sore / malam)
3. Mahasiswa melakukan identifikasi
pasien)*
4. Mahasiswa menyiapkan alat :
Trolley/bakiberisi :
a) Set perawatan luka steril, berisi:
kom kecil 2 buah, pinset anatomis
2 buah dan chirurgis1 buah,
gunting jaringan 1 buah
b) Bak instrument bersih berisi 1 buah
pinset anatomi
c) Handscoen bersih 1 pasang
d) Handscoen steril 1 pasang dalamk
emasan
e) Kassa steril sesuai kebutuhan
dalam kemasan
f) Verban sesuai kebutuhan.
g) Plester sesuai kebutuhan
h) Gunting verban 1 buah
i) Cairan NaCl 0,9 %
j) Antiseptik sesuai rekomendasi
k) Kantong sampah infeksius
l) Pengalas
m) Penggaris
n) Nierbekken1 buah
C Fase interaksi/kerja
1. Mahasiswa melakukan kebersihan
tangan, pasang APD sesuai kebutuhan
2. Mahasiswa menjaga keamanan,
kenyamanan dan privacy pasien
3. Mahasiswa mendekatkan trolly yang
berisikan alat – alat kedekat pasien
4. Mahasiswa meletakkan nierbekken
didekat luka pasien
5. Mahasiswa memasang pengalas
dibawah lokasi luka
6. Mahasiswa memasang handscoen
bersih dan buka balutan luka dengan
pinset anatomi bersih, jika balutan
kering basahi dengan larutan fisiologis
steril (aquadest/NaCl 0,9%) dan kaji
kondisi luka( lihat measure):
Measure: kaji lama, lebar,
kedalaman
Exudate: dikaji kuantitas dan
kualitas(serous, purulen,
hemoserous,blood)
pearance: dikaji dasar luka, jenis
jaringan dan jumlah
Suffering : dikaji jenis nyeri dan
tingkat
Undermining,: dikaji apakah luka
ada goa atau tidak
Re-evaluate: dilakukan pengkajian
secara teratur
Edge : dikaji kondisi tepi luka
sekitar kulit
7. Mahasiswa memasukkan bekas balutan
luka kedalam nierbekken
8. Mahasiswa memasukkan pinset yang
telah digunakan kedalam bak instrumen
yang bersih
9. Mahasiswa melepaskan handscoen
kotor dan memasukkan ke tempat
sampah infeksius
10. Mahasiswa melakukan kebersihan
tangan
11. Mahasiswa membuka set perawatan
luka, kassa steril dalam kemasan dan
memasukkannya ke dalam bak
instrumen
12. Mahasiswa memasang handscoen steril
pada tangan yang dominan
13. Mahasiswa menuangkan cairan
antiseptic dan NaCl0,9% kedalam
masing-masing kom dengan tangan
yang belum terpasang handschoen
14. Mahasiswa memasang handscoen steril
pada tangan yang belum terpasang
handschoen
15. Mahasiswa membersihkan luka dengan
kassa yang dibasahi dengan cairan
antiseptik dengan prinsip dari bersih ke
kotor)*
16. Mahasiswa membersihkan luka dengan
kassa yang di basahi Nacl 0,9% dengan
prinsip dan bersih ke kotor)*
17. Mahasiswa membersihkan area sekitar
luka
18. Mahasiswa memberikan topical sesuai
kebutuhan (jika ada)
19. Mahasiswa menutup luka dengan kassa
kering sesuai ukuran luka
20. Mahasiswa menutup luka dengan kassa
kering sesuai ukuran luka
21. Mahasiswa mengkomunikasikan
dengan klien bahwa perawatan luka
telah selesai dilakukan dan jelaskan
kondisi luka.
22. Mahasiswa menganjurkan pada pasien
untuk menjaga kebersihan sekitar luka
23. Mahasiswa membereskan alat-alat,
melepaskan APD dan melakukan
kebersihan tangan
24. Mahasiswa mendokumentasikan
kegiatan
D Fase Terminasi
1. Mahasiswa menanyakan apa yang
dirasakan pasien setelah dilakukan
tindakan
2. Mahasiswa Merencanakan tindakan
dan kunjungan berikutnya
3. Mahasiswa Mengucapkan Salam &
terima kasih atas kerjasamanya
TOTAL
Skala penilaian :
0 = jika pekerjaan tidak dilakukan Jumlah nilai yang diperoleh x 100%
1 = jika pekerjaan benar dan tidak Nilai = Jumlah Bobot
sempurna
2 = jika pekerjaan benar dan sempurna
( )