Mata kuliah ini membahas tentang prosedur keperawatan yang menjadi dasar ilmiah dalam praktik
keperawatan yang mencakup pengukuran tanda vital, pengkajian keperawatan dan pemeriksaan fisik,
pengendalian fisik dan prosedur pemeberian medikasi.
E. Pelaksanaan Praktikum
Sesuai jadwal
F. Metode Evaluasi
1. Sikap dan penampilan : 10 %
2. Kehadiran : 10 %
3. Pretes : 10 %
4. Ujian Praktek Intensif : 70 %
G. Pembimbing Praktikum
Terlampir sesuai jadwal
H. Tata Tertib
1
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Kegiatan 1
PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL
Tujuan Pembelajaran:
a. Memahami tujuan pemeriksaan tanda-tanda vital
b. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan tepat
Kasus
Seorang laki-laki 52 tahun datang ke klinik dengan keluhan batuk berdahak, sesak nafas, dahak tidak
bisa keluar. Pasien mengalami demam naik turun sejak 2 hari yang lalu. Pasien tampak lemas, pucat
dan keluar keringat dingin. Klien mengatakan nafsu makan menurun dan mual muntah terus
menerus.
Pertanyaan minimal
1. Tanda-tanda vital yang perlu di kaji oleh perawat yaitu?
Masalah keperawatan
1. Hipertemi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1. Tekanan Darah
Darah yang mengalir dan menyurut dalam sistem arteri seperti gerakan gelombang, menyebabkan dua
tekanan darah : tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada puncak gelombang,
pada saat ventrikel kiri kontraksi. Inilah yang pertama dicatat dalam pengukuran tekanan darah. Tekanan diastolik
adalah tekanan antara dua kontraksi ventrikuler, saat jantung pada fase istirahat.
2. Denyut Nadi
Denyut nadi dapat dibedakan menjadi denyut nadi apikal dan perifer. Denyut nadi apikal adalah
denyut yang dirasakan pada daerah apeks jantung. Denyut perifer adalah denyut yang dirasakan pada perifer
tubuh seperti leher, pergelangn dan kaki. Pada klien yang sehat, laju denyut perifer sama dengan denyut
jantung. Perubahan kesehatan klien dapat memperlemah denyut perifer dan membuatnya sulit untuk
dideteksi. Sehingga pengkajian denyut perifer merupakan suatu komponen penting dalam pengkajian
kesehatan menyeluruh. Beberapa arteri yang bisa digunakan sebagai lokasi menghitung denyut nadi antara
lain :
a. Arteri rasialis di pergelangan tangan
b. Arteri brankialis di siku bagian dalam
c. Arteri karotis di leher
d. Arteri temporalis di pelipis
e. Arteri femoralis di lipatan paha (selangkangan)
f. Arteri dorsalis di kaki
g. Arteri frontalis di Bun-ubun (bayi)
Lokasi denyut perifer yang paling umum digunakan adalah denyut radial. Palpasi denyut radial
dilakukan dengan meletakan dua atau tiga ujung jari pada pergelangan anterior sepanjang tulang radius. Jika
denyut teratur, hitunglah denyut selama 30 detik lalu hasilnya di kali 2. Jika denyut tidak teratur, kaji denyut,
perhatikan empat hal yaitu: laju, ritme, kekuatan dan elastisitas arteri.
a. Laju denyut kurang 60 kali permenit disebut Bradikardi (dapat dijumpai pada atlet yang sehat dan
terlatih). Denyut yang melebihi 100 kali permenit disebut Takikardi, dapat juga dijumpai pada klien sehat
yang cemas atau baru selesai berolahraga
b. Ritme denyut nadi reltif konstan dan interval diantara dua denyut teratur pada orang sehat
c. Mengkaji kekuatan denyut nadi dilakukan dengan memeriksa tekanan yang dikeluarkan sebelum denyut
dirasakan
d. Elastisitas arteri dikaji dengan melakukan palpasi sepanjang arteri radius dengan arah dari proksimal ke
distal. Arteri yang normal teraba halus, lurus dan lunak
3. Pernafasan
Kajilah lajupernafasan klien dengan menghitung jumlah nafas selama 30 detik, dan hasilnya kalikan
2
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
dengan dua. Jika pemeriksa mendeteksi ketidakteraturan atau kesulitan bernafas, hitung nafas selama 1
menit penuh. Perhatikan : laju pernafasan pada beberapa klien dapat meningkat jika mereka sadar bahwa
nafas mereka sedang dihitung Untuk itu tetaplah pertahankan posisi atau postur saat menghitung denyut
radial pada saat menghitung pernafasan.
4. Suhu Tubuh
Suhu tubuh merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Suhu
permukaan tubuh (suhu kulit, jaringan sub kutan dan lemak) berfluktuasi sesuai respon terhadap faktor lingkungan
sehingga tidak ajeg (unreliable) untuk pemantauan status kesehatan klien .Oleh karena itu lebih tepat mengukur
suhu inti atau jaringan tubuh bagian dalam seperti thorax dan rongga abdomen karena suhunya relatif konstan (±
370). Sampai saat ini, suhu inti tubuh diukur biasanya dengan termometer air raksa. Perawat lebih menyukai
menggunakan termometer elektronik yang memberikan pengukuran lebih akurat hanya dalam waktu 2-60 detik.
Pengukuran suhu inti tubuh inti dapat dilakukan dengan empat cara yaitu oral, rektal, dan aksila
3
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Untuk pengukuran suhu tergantung suhu yang diinginkan, baik itu aksila, rektal, maupun oral dengan
prosedur asing-masing :
1. Pemeriksaan Suhu Oral
a. Jelaskan prosedur pada klien.
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Atur posisi klien.
e. Tentukan letak bawah lidah.
f. Turunkan suhu termometer dibawah 340C –350C.
g. Letakkan termometer di bawah lidah sejajar dengan gusi.
h. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 menit.
i. Angkat termaometer dan baca hasilnya.
j. Catat hasil.
k. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
l. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih, dan keringkan.
m. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2. Pemeriksaan Suhu rektal
b. Jelaskan prosedur pada klien.
c. Cuci tangan
d. Gunakan sarung tangan
e. Atur posisi klien.
f. Tentukan termometer dan atur pada nilai nol lalu oleskan vaselin jelly
g. Letakkan telapak tangan pada pada sisi glutea klien dan masukkan termometer ke dalam rektal
jangan sampai berubah tempatnya dan ukur suhu.
h. Setelah 3-5 menit angkat termaometer dan baca hasilnya.
i. Catat hasil.
j. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
k. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih, dan keringkan.
l. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
3. Pemeriksaan suhu aksila
a. Jelaskan prosedur pada klien.
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Atur posisi klien.
e. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan tisu.
f. Letkkan termometer pada daerah aksila dan lengan klien fleksi diatas dada.
g. Setelah 3-10 menit angkat termometer dan baca hasilnya.
h. Catat hasil.
i. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
j. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih, dan keringkan.
k. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Tujuan :
Tanda-tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah. Mengukur tanda-tanda vital
bertujuan untuk memperoleh data dasar, mendeteksi atau memantau perubahan klien dan memantau klien yang
berisiko untuk perubahan kesehatan.
4
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Prosedur Tindakan Mengukur Tanda-Tanda Vital
NO LANGKAH-LANGKAH Score
2. Cuci Tangan
• Bengkok
• Kertas tisu
• Selimut
• Stetoskop
• Arloji
• Buku catatan
• Tempat sampah
5
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
air sabun selama 5 menit di keringkan dengan tisu lalu di celupkan
dengan air bersih dan di keringkan dengan tisu
13. Menurunkan tingkat air raksa ke harga awal
14. Alat di bereskan
15. Mencuci tangan
16. Mendokumentasikan
Mengukur tekanan darah
1. Mendekatkan alat kedekat pasien
2. Cuci tangan
3. Mengatur posisi pasien: duduk / berbaring nayaman dengan
lengan terkosong setinggi jantung dan telapak tangan
menghadap ke atas
4. Membuka pakaian yang menutupi lengan atas
5. Palpasi arteri brahkialis dan menempatkan manset 2,5 cm di
atas sisi denyut arteri brakhialis
6. Pusatkan anak apanah yang tertera pada manset ke arteri
brakhialis dan lingkarkan manset pada lengan atas secara rapi
7. Palpasi arteri brakhialis, meletakkan stetoskop pada daerah
arteri brakhialis
8. Skrup balon karet di tutup pengunci air raksa di
buka’mempompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas titik
di mana denyut nadi menhilang
9. Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan air raksa
turuun rata –rata 2-3 mmHg per detik
10. Perhatikan titik pada manometer saat bunyi pertama jelas
terdengar
11. Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan perhatikan titik
di mana bunyi mmenghilang
12. Kempiskan manset dengan cepat dan total
13. Ulangi proseudr sebanyak 2 kali, tetapi tunggu sampai 30 detik
dari masing- masing prosedur
14. Rapikan alat-alat dan pasien
Menghitung denyut nadi dan pernafasan
1. Mendekatkan alat ke samping pasien
2. Cuci tangan
3. Membantu pasien untuk melakukan posisi terlentang atau
duduk
• Bila terlentang letakkan tangannya menyilang di dada
bawahnya dengan pergelangan terbuka dan telapak tangan
ke bawah
• Bila duduk, tekuk sikunya 90 ° dan sangga lengan
bawahnya di atas kursi. Julurkan pergelangan dengan
telapak tangan ke bawah
4. Menempatkan dua atau tiga jari tangan pemeriksa di atas
lekukan radial serah ibu jari, sisi dalam pergelangan tangan
klien
5. Saat denyutan teratur, mulai menghitung frekuensi denyut,
hitung selama 1 menit penuh
6. Kemudian menghitung pernafasan tanpa diketahui oleh pasien
7. Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali
eksppirasi)
8. Hitung respirasi selama 1 menit penuh
9. Bantu klien dalam posisi nyaman
10. Rapikan alat
11. Rapikan pasien
III Tahap Evaluasi
Kegiatan 2
ANAMNESA & PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan Pembelajaran:
a. Memahami tujuan pemeriksaan fisik
7
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
b. Mendemontrasikan prosedur pemeriksaan fisik
Kasus
Seorang perempuan 60 tahun datang di sebuah klinik dengan keluhan pusing.
Klien merasa lebih cepat lelah, keluar keringat berlebihan dan nyeri perut kiri
atas. Didapatkan hasil pemeriksaan sementara yaitu mukosa bibir dan warna
kuku pucat, konjungtiva merah muda pucat, TD=100/80, RR:24x/menit, S: 37,
N: 98x/menit, kadar Hb: 7,6 g/dl, eritrosit: 2,9 10^6/uL. Saat ini pasien juga
mengalami anoreksia.
Pertanyaan minimal
Tindakan apa yang dilakukan perawat jika ada pasien mengalami hal tersebut untuk
melengkapi pengkajian kasus diatas dan mendapatkan data(subyektif & obyektif)
dari pasien?
Masalah keperawatan
1. Nyeri akut
2. Hambatan rasa nyaman
Anamnesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara pasien/keluarga pasien dan
dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-
keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien
b. Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang terlihat
tidak normal
c. Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian tubuh
dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan meneliti
resistensinya
1. Head to toe
8
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
2. Pendekatan melalui fungsi tubuh (refiew of system)
NO LANGKAH-LANGKAH Score
I Tahap Pre Interaksi 0 1 2
1. Cek catatan perawatan klien dan validasi kebutuhan klien
2. Cuci Tangan
3. Persiapan Alat dan lingkungan klien
• Stetoskop
• Lampu senter
• Reflek hamer
• Metlin
• Pengukur tinggi badan
• Garpu tala
• Perlak dan alas
• Kapas VH dan air DTT
• Timbangan badan
• Snellen card
• Bengkok
• Tempat sampah
• Jam tangan
• Tersedia dalam bak instrument : pinset, spatel
lidah,hansdcoon)
4. Dekatkan alat-alat ke pasien
II Tahap Orientasi
1. Berikan salam, menanyakan nama lengkap pasien
2. Panggil klien dengan nama yang disukai
3. Menanyakan kondisi terkini pasien
4. Jelaskan tujuan tindakan, prosedur dan lamanya tindakan
kepada klien/keluarga
5. Meminta kesedian waktu dan kontrak waktu untuk dilakukan
tindakan
III Tahap Kerja
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berdoa sebelum
dilakukan tindakan
4. Menganjurkan pasien BAB/BAK terlebih dahulu
5. Jaga privacy klien
6. ANAMNESA
1. Tanyakan tentang identitas pasien
2. Keluhan pasien
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit masa lalu
5. Riwayat penyakit keluarga
7. PEMERIKSAAN
1. Keadaan Umum : Kesadaran, GCS, Tanda-Tanda Vital
2. Pemeriksaan kepala (inspeksi,palpasi)
(bentuk kepala, ubun-ubun,kulit kepala, rambut)
3. Mata meliputi konjungtiva,sclera,pupil,visus,tekanan bola
mata
4. Hidung meliputi posisi septum, selaput lendir, dan benda
asing
9
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
5. Telinga : lubang telinga, membrane tympani, ketajaman
pendengaran
6. Mulut dan faring : mukosa, rongga mulut,
gigi,lidah,tonsil,pharing
7. Leher : letak trakea, kelenjar tiroid,kondisi suara, vena
juguralis
8. Pemeriksaan dada (paru-paru)
Inspeksi : bentuk dada, pola nafas, gerakan
pernafasan dan kesimetrisan dada, batuk/produksi
sputum
Palpasi : vocal vremitus, ekspansi paru,nyeri
tekan, massa
Perkusi : mulai dari intercosta pertama (resonan),
tentukan ujung bawah paru
Auskultasi : dengarkan suara nafas pasien dari
intercosta pertama
(vesikuler,bronkovesikuler,bronchial,trakeal)
9. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : pulsasi
Palpasi : dengan 4 telapak jari raba apek jantung,
getaran
Perkusi : dengan di dasari tangan lakukan perkusi
untuk mengetahui batas jantung
Auskultasi :
BJ I : katup trikuspidalis dan mitralis
menutup (ICS 4 dan ICS 5 midklavikula
kiri)= LUP
BJ II : katup aorta dan pulmonal
menutup (ICS 2 kanan dan ICS 2) =
DUP
10. Pemeriksaan Abdomen
• Inspeksi : bentuk, permukaan ,pulsasi, gerakan
dinding perut
• Palpasi : dilakukan pada semua kuadran
(liver,lien, usus besar), turgor,nyeri tekan, massa
• Perkusi : lakukan pada semua kuadran (suara,
ginjal, cairan ascites, massa,udara)
• Auskultasi : motilitas usus, peristaltic
11. Pemeriksaan genitalia
• Kebersihan
• Warna
• Luka
• Lendir
12. Pemeriksaan ekstremitas
Reflek patella, bisep, trisep, achiles
8. Rapikan alat dan pasien
III Tahap Evaluasi
1. Catat respon yang terjadi (respon subjective dan objektif)
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci tangan
5. Pencatatan dan pelaporan (Dokumentasi)
10
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Kegiatan 3
Pemeriksaan Penunjang
Tujuan Pembelajaran:
a. Memahami tujuan pemeriksaan penunjang
b. Mendemontrasikan prosedur pemeriksaan penunjang
Kasus
Anak “A” usia 15 tahun diantar keluarga ke IGD dengan keluhan demam sejak 3 hari disertai batuk, hidung berair. Ibu
klien juga mengatakan anak muntah 3x sejak pagi ini, nafsu makan menurun. Didapatkan pemeriksaan vital sign
TD:100/80 N: 85x/menit RR 24X/menit S: 39,5 C.
Klien tampak menangis, rewel dan lemas. Ketika ditanya klien mengatakan nyeri kepala dan sakit seluruh badan.
Pertanyaan minimal
Tindakan kolaborasi apa yang dilakukan untuk lebih mengetahui diagnosis dari klien?
Masalah keperawatan
1. Nyeri akut
2. Hambatan rasa nyaman
11
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Pengertian
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut Biasanya juga
disebut dengan ecpectoratorian (Dorland, 1992). Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan
berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada klien yang
dahaknya akan diperiksa.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang klien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan
konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada
pembentukan sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran
pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih kental dan tidak
terdapat gelembung busa di atasnya, sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur encer dan terdapat
gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang
bercampur air liur diambil dari tenggorokan.
Indikasi :
Pemeriksaan diagnostik
Tujuan :
Mengumpulkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik
3. akhiri kegiatan
6. Pencatatan/pelaporan (Dokumentasi)
Catatan :
a. Jangan menyentuh bagaian dalam wadah specimen,
b. Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,
c. Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
d. Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
e. Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup anali
Pengertian
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan laboratorium.
Tujuan
1. Mengambil sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa urine rutin atau test diagnostik
yang meliputi test kultur dan sensitivitas.
2. Mengetahui adanya mikroorganisme dalam urine.
IV Tahap Terminasi
3. akhiri kegiatan
7. Cuci Tangan
8. Pencatatan/pelaporan (Dokumentasi)
Kegiatan 4
PEMASANGAN RESTRAIN
16
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Tujuan Pembelajaran:
a. Memahami tujuan identifikasi pasien resiko jatuh
b. Menjelaskan cara identifikasi pasien resiko jatuh
Kasus
Laki-laki usia 30 tahun di bawa ke IGD dengan keluhan demam, kejang dan muntah GCS 456. Pasien terpasang infus
di lengan kanan. Diketahui pasien memliki riwayat kejang sejak dulu dan keluarga mengatakan telah diberi obat
penurun demam.
Pertanyaan minimal
1. Tindakan apa yang dilakukan perawat jika ada pasien mengalami hal tersebut.
Masalah keperawatan
1. Resiko jatuh
2. Hambatan mobilitas
==========================
Pengertian
Suatu tindakan keperawatan untuk membatasi gerak klien
Tujuan
Memungkinkan klien mendapatkan perawatan dan mengikuti program perawatan tanpa perlawanan (misalnya untuk
mencegah pergerakan yang dapat menggangu terapi dengan menggangu hubungan silang atau peralatan lain)
Fokus pengkajian
Perilaku yang mengidentifikasikan kebutuhan restraint, keadaan kulit pada daerah yang akan dipasang restraint,
keadaan sirkulasi distal dan ekstermitas, keefektifan alat pengaman yang lain.
Persiapan alat
Seleksi jenis dan ukuran restraint yang dibutuhkan oleh klien. Berikut ini adalah enam jenis restraint.
1. Restraint Sabuk (belt restraint)
2. Restraint rompi (vest restraint)
3. Restraint sarung tangan (mitt restraint)
4. Restraint pergelangan tangan atau pergelangan kaki (wrist or ankle restraint)
5. Restraint siku (elbow restraint)
6. Restraint mumi (mummy restraint)
Prosedur pelaksanaan
1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan prosedur penggunaan restraint.
3. Pasang restraint yang sudah diseleksi
Cara Kerja
1. Cuci tangan
2. Gunakan renstrain yang dipilih
3. Gunakan bantalan sebelum memasang rentrain
4. Tingkatkan rainstrain
5. Cuci Tangan
6. Buka /Longgarkan Rainstrain setiap 4 jam selama 30 menit
7. Kaji kembali kemungkinan adanya luka setiap 4 jam (observasi warna kulit dan denyut pada ekstermitas
8. Catat hasil pengkajian sebelum dan sesudah pemasangan renstrain
17
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
2. Cek catatan perawatan klien dan validasi kebutuhan klien
3. Cuci Tangan
4. Persiapan Alat
• Restraint Sesuai kebutuhan
• Sarung tangan bersih
• Kasa
• Plester
• Gunting
• Bengkok
• Perlak dan pengalas
II Tahap Orientasi
1. Cuci tangan
2. Baca doa sebelum melakukan tindakan
3. Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
4. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berdoa sebelum
dilakukan tindakan
5. Atur Posisi klien (tangan/kaki yang mau dipasang restraint)
6. Beri kain pengalas pada tulang yang menonjol pada
pergelangan tangan atau kaki jika dibutuhkan.
7. Letakkan restraint yang telah disiapkan disekitar pergelangan
tangan atau kaki
8. Tarik pengikat pada bagian restraint melalui celah pada bagian
pergelanagn tangan atau lewat kancing
9. Dengan menggunakan ikatan setengah busur atau segiempat
yang sesuai, ikatkan bagian akhir dari restraint pada bagian
yang dapat bergerak ke kerangka tempat tidur. Jangan pernah
mengingatkan bagian akhir restraint pada bagian tempat tidur
yang tidak bergerak. Jika ikatan diikatkatkan pada bagian yang
dapat digerakkan, pergelangan tangan atau kaki akan tertarik
ketika posisi tempat tidur berubah.
10. Pasien di rapikan dan alat-alat di bereskan
11. Mencuci tangan
III EVALUASI
18
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
RESIKO JATUH
Pengertian
Risiko jatuh (risk for fall) merupakan diagnosa keperawatan berdasarkan North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA), yang didefinisikan sebagai peningkatan kemungkinan
terjadinya jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik (Ahmadi, 2015: 1).
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian,
yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Azizah, 2015: 19)
Intrinsic factor :
1. Previous fall : riwayat jatuh sebelumnya memberikan korelasi besar dengan kejadian jatuh
berulang
19
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
2. Reduced vision : penurunan ketajaman penglihatan, pencahayaan ruangan yang tidak memadai
dan ketidakmampuan mempersepsikan suatu ketinggian memberikan dampak kepada seorang
terhadap resiko jatuh
3. Unsteady gait : perlu memperhatikan perilaku dan sikap berjalan
4. Musculoskeletal system : kondisi ini bisa dipengaruhi oleh kondisi atropi otot, kalsifikasi tendon
dan ligamen, kondisi osteoporosis. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi tubuh dalam menjaga
keseimbangan dan postur tubuh.
5. Mental status : status mental seperti kebingungan, disorientasi, ketidakmampuan memahami
suatu lingkungan dan kerusakan memori memberikan resiko terhadap kemungkinan jatuh
6. Acute illnesses : kejang, stroke, hipotensi orthostatik dan kondisi demam
7. Chronic illness : Arthritis, cataract, glaukoma, dementia, diabetes dan parkinson
Intrinsic factor :
1. Medications : obat yang berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh seperti : golongan sedative,
tranquilizer, benzodiazepam dll
2. Bathtubs dan toilet : peralatan tanpa support seperti grabs bars
3. Design of furnishing
4. Condition of ground surfaces
5. Poor illumination of footwear : kurang pencahayaan ataupun terlalu silau
6. Improper use of device
7. Inadequate assistive device : walker, wheelchair and lifting device
20
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Identifikasi Risiko Jatuh
Morse (Morse Fall Scale)
Untuk mengkaji apakah lansia beresiko jatuh atau tidak, dapat menggunakan pengkajian skala jatuh dari
Morse (Morse Fall Scale) berikut ini:
Keterangan:
Nilai 0-24 = tidak beresiko jatuh
25-50 = risiko rendah
≥ 51 = risiko tinggi untuk jatuh
Kegiatan 5
PEMBERIAN OBAT
21
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Tujuan Pembelajaran:
a. Memahami tujuan pemberian obat intracutan
b. Mendemostrasikan pemberian obat intracutan
Kasus
Seorang perempuan berusia 42 tahun sudah 4 hari dirawat di ruang paru. Dokter memberikan advis
kepada perawat untuk pemberian antibiotik jenis lain, karena antibiotik yang sudah diberikan
sebelumya tidak menunjukkan perbaikan kondisi pasien. Tindakan awal yang dilakukan oleh
perawat untuk mengetahui apakah pasien alergi terhadap antibiotik tersebut?
Pertanyaan minimal
1. Tindakan apa yang dilakukan perawat jika ada pasien mengalami hal tersebut.
Masalah keperawatan
1. Nyeri akut
2. Hambatan rasa nyaman
Pengertian
Obat merupakan substansi yang diberikan kepada manusia sebagai perawatan, pengobatan, atau pencegahan
terhadap berbagai gangguan yang terjadi dalam tubuh.
Memberikan obat dengan aman dan akurat merupakan salah satu tanggung jawab perawat. Tanggung jawab
perawat dalam pengobatan adalah :
1. Memahami reaksi dan efek samping obat
2. Memberikan obat dengan benar
3. Memonitor respon klien
4. Membantu klien menggunakan obat dengan benar
2. Parenteral
Pemberian obat melalui parenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh. Ada beberapa cara
pemberian obat melalu parenteral :
a. Subcutan (SC)
Yaitu obat disuntikan melalu jaringan antara dermis dan kulit. Tindakan ini biasanya berupa
22
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
pemberian/injeksi obat insulin, dengan sudut penyuntikan 450 dari permukaan kulit. Lokasi penyuntikan
yaitu pada lengan atas sebelah luar (area skapula), perut, paha bagian luar/depan (ventrogluteal, dan
dorsogluteal) atau pada daerah dada.
b. Interadermal (ID)
Yaitu obat disuntikan melaui dermis, dibawah epidermis. Tindakan ini biasanya berupa
skintest/pemberian obat antibiotik yang dilakukan untuk mengetahui reaksi
alergi terhadap obat yang diberikan. Tindakan ini dilakukan dengan sudut penyuntikan 150-200. Lokasi
penyuntikan yaitu pada lengan bawah bagian dalam atau di bagian lain yang dianggap perlu.
c. Intramuskular (IM)
Yaitu obat disuntikan ke jaringan otot. Lokasi penyuntikan dilakukan pada daerah yang memiliki otot yang
tebal, antara lain pada otot pangkal lengan, otot paha luar (1/3 tengah paha sebelah luar) atau pada otot
bokong pada 1/3 bagian dari spina iliaka anterior superior.
23
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
A B
C D
Gambar. Posisi pemberian injeksi intramuscukar. A. Daerah lokasi intramuscular.
B. Daerah ventragluteal. C. Daerah veatus lateralis. D. Daerah deltoid
d. Intravena (IV)
Yaitu obat disuntikan melaui vena. Pemberian obat lewat intravena bisa dilakukan secara langsung lewat
vena, lewat selang intravena maupun lewat wadah cairan intravena, tergantung pada kebutuhan mediasi
dari klien. Pemberian obat melalui wadah cairan intravena dilakukan dengan infus IV. Pemberian obat
dengan cara ini dilakukan jika obat yang dierikan berjumlah cukup besar dan membutuhkan waktu yang
lama untuk menginjeksikannya.
A
B
3. Topical
Pemberian Obat Kulit Topikal Tujuan
pemberian obat topical :
1. Mempertahankan hidrasi permukaan kulit
2. Melindungi bagian atas kulit
3. Mengurangi iritasi kulit local
4. Membuat anestesi local
5. Mengobati infeksi, abrasi atau iriatasi
Peralatan:
1. Agens topical yang diresepkan (krim, losion, aerosol, spray, bubuk/serbuk, koyo)
2. Baskom yang berisi air hangat, lap, handuk, dan sabun yang tidak mengeringkan
3. Kain perban, plastik penutup, atau plester
4. Hands scoon steril atau sekali pakai
5. Catatan pemberian medikasi
24
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Mencatat KU; hasil dari pemberian obat; Tanggal dan jam pemberian obat, nama obat yang diberikan dan
nama perawat yang memberikan obat
LANGKAH
1. Tinjau kembali kekuatan, waktu pemberian dan tempat pengolesan obat Perhatikan kondisi kulit klien
secara menyeluruh. Cuci area yang sakit, bang sema debris dan kulit yang mengering (gunakan sabun
yang tidak mengeringkan). Memastikan bahwa obat akan diberikan secara aman dan akurat
2. Pengoles berujung kapas ata spatel lidah. Memberikan dasar untuk menentkan perubahan kondisi kulit
dalam menjalani terapi. Kulit hars bersih untuk pengkajian yang benar Membuang debris untuk
meningkatkan penetrasi obat topical terhadap kulit. Pembersihan dapat menghilangkan tempat hidup
MO dalam debris. Pembersihan juga membuang sisa-sisa obat sebelumnyaehingga tidak akan terjadi
over dosis.
3. Keringkan kulit atau pajanan keudara yang kering. Kelembapan yang berlebihan dapat mengganggu
pemerataan agens topical
4. Jika kulit sangat kering dan mengelupas, oleskan agens topical sewaktu kulit masih lembab.
mempertahankan kelembapan lapisa kulit
5. Letakkan agens topikal pada sarung tangan jika diindikasikan. Sarung tangan sekali pakai digunakan
ketika mengoleskan agens pada lesi kulit
6. Oleskan agens topikal
Spray Aerosol
1. Baca label sesuai jarak yang dianjurkan untuk pemakaian yang efektif. Mencampur isi dengan propelan
ntk memastikan penyebaran spray yang baik dan merata.
2. Jika dada atas atau leher terkena spray, beritahu klien untuk memalingkan wajah menjauhi spray. Pegang
handuk didepan wajah klien untuk saat penyemprotan obat.
Jarak yang tepat menjamin spray mengenai permukaan kulit. Memeganggang botol terlal kuat
mengakibatkan
3. Semprotkan medikasi secara merata disekitar daerah yang terkena (pada beberapa kasus spray diberi waktu
untuk beberapa detik tertentu)
25
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
3. Bengkok
4. Kapas atau tisu
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Atur posisi klien sehungga kepala klien lebih rendah daripada bahu. Misalnya : mengganjal bahu dengan
bantal, membuat posisi dorsal rekumben, atau memposisikan kepala menggantung di pinggir tempat tidur
dan ditopang dengan satu tangan perawat
4. Isi pipet dengan obat yang sudah ditentukan
5. Berikan terkesan obat pada setiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)
6. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah selama 5-10 menit agar obat tidak mengalir keluar
7. Bersihkan terkesan obat dengan kapsul/tisu
8. Rapikan dan kembalikan alat ke tempatnya
9. Cuci tangan, catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat
27
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Menetapkan adanya perdarahan rektal aktif
5. Kenakan sepasang sarung tangan baru. Mengurangi penularan infeksi
6. Lepaskan supositoria dari wadahnya dan beri pelumas pada sekitar jung dengan jeli. Beri pelumas
sarng tangan pada jari telunjuk tangan dominan anda. Pelumasan mengurangi friksi saat supositoria
masuk kerektum
7. Minta klien untuk merilekskan spinter anal. Mendorong supositoria melalui spinngter yang konstriksi
menyebabkan nyeri
8. Regangkan bokong klien dengan tangan nondominan anda. Dengan jari telunjuk
yang tersarungi, masukkan supositoria dengan perlahan melalui anus, melalui spinter anal internal dan
mengenai dinding rektal : masukkan seluruh jari pada orang dewasa, kira-kira 5 cm pada anak-anak dan
bayi. Supositoria harus ditempatkan mengenai mukaosa rektal untuk absorpsi dan kerja terapeutik.
9. Tarik jari anda dan bersihkan area anal klien. Memberikan klien rasa nyaman
10. Instruksikan klien ntk tetap berbaring telentang ata miring selama 5 menit. Mencegah keluarnya
supositoria
11. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses ,tempatkan lampu pemanggil dalam jangjauan
klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot ata kamar mandi. Mampu untk
memanggil bantuan memberikan klien rasa kontrol terhadap eliminasi
12. Buang sarung tangan membalik bagian dalam keluar dan buang dalam wadah yang tepat. Membuang
sarng tangan dengan cara ini mengurangi pemindahan mikroorganisme
Kewaspadaan perawat
Mungkin perlu merapatkan bokong klien sebentar untuk menahan dorongan defekasi
Respon klien yang membuthkan tindakan dengan segera
1. Reaksi Alergi :
Tetap tenang dan tenangkan klien. Cari bantuan tetapi tetap bersama klien. Mulai pemberian oksigen bila
klien merasa sesak nafas. Ukur tanda vital sesuai kebutuhan Ikuti kebijakan lembaga mengenai reaksi alergi
2. Respons vagal refleks (melambatnya frekuensi jantung) sebagai akibat stimulasi rektal berlebihan:
Tetap tenang dan tenangkan klien. Tetap bersama klien ,cari bantuan dan berikan pelumas tambahan.
3. Klien melaporkan rasa terbakar atau nyeri pada insersi: Berikan
pelumas tambahan
4. Klien menolak obat:
Identifikasi alasan klien menolak obat,bila obat disembunyikan dokumentasikan penolakan.Bila obat penting
dokumentasikan penolakan dan beritahu dokter.
28
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
NO LANGKAH-LANGKAH
2. Cuci Tangan
3. Persiapan Alat
• Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat
• Obat dalam tempatnya
• Bak injeksi
• Spuit dan jarum sesuai dengan ukuranya
• Kapas alcohol dalam tempatnya
• Cairan pelarut
• Sarung tangan bersih
• Bengkok berisi desinfektan untuk tempat semprit dan
jarumnya yang sudah di pakai
• Bengkok
• Perlak dan pengalas
II Tahap Orientasi
29
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
15. Catat reaksi pemberian, jumlah dosisi, dan waktu pemberian
16. Cuci tangan
III EVALUASI
2. Cuci Tangan
3. Persiapan Alat
• Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat
• Obat dalam tempatnya
• Bak injeksi
• Spuit dan jarum sesuai dengan ukuranya
• Kapas alcohol dalam tempatnya
• Cairan pelarut
• Sarung tangan bersih
• Bengkok berisi desinfektan untuk tempat semprit dan
jarumnya yang sudah di pakai
• Bengkok
• Perlak dan pengalas
II Tahap Orientasi
1. Cuci tangan
2. Baca doa sebelum melakukan tindakan
3. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
4. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berdoa sebelum
dilakukan tindakan
5. Menyiapkan dan membaca daftar obat pasien mengenai obat
yang di berikan dan cara pemberiannya
6. Melarutkan obat bila di perlukan
7. Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan
dosis
8. Spuit serta kapas alcohol letakkan pada bak injeksi dan
30
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
dekatkan pada pasien
9. Memakai sarung tangan
10. Membebaskan daerah yang akan di suntik, bila menggunakan
baju lengan panjang di buka dan di keataskan
11. Pasang perlak / pengalas di bawah bagian yang akan di suntik
12. Mendesinfeksi kulit dengan kapas alcohol, tegangkan dengan
tangan kiri (daerah yang akan di lakukan suntikan subcutan)
13. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas
dan membuat sudut 45° dengan permukaan kulit
14. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat
perlahan-lahan hingga habis, bila ada darah obat jangan di
semprotkan
15. Setelah obat habis, jangan di tarik dengan cepat, dan bekas
tusukan di tahan dengan kapas alcohol
16. Masukkan spuit yang telah di pakai pada bengkok yang berisi
desinfektan
17. Pasien di rapikan dan alat-alat di bereskan
18. Mencuci tangan
III EVALUASI
31
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Prosedur Tindakan Injeksi Intracutan
2. Cuci Tangan
3. Persiapan Alat
• Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat
• Obat dalam tempatnya
• Bak injeksi
• Spuit dan jarum sesuai dengan ukuranya
• Kapas alcohol dalam tempatnya
• Cairan pelarut
• Sarung tangan bersih
• Bengkok berisi desinfektan untuk tempat semprit dan jarumnya
yang sudah di pakai
• Bengkok
• Perlak dan pengalas
II Tahap Orientasi
33
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
I Tahap Pre Interaksi 0 1 2
2. Cuci Tangan
3. Persiapan Alat
• Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat
• Obat dalam tempatnya
• Bak injeksi
• Spuit dan jarum sesuai dengan ukuranya
• Kapas alcohol dalam tempatnya
• Cairan pelarut
• Sarung tangan bersih
• Bengkok berisi desinfektan untuk tempat semprit dan jarumnya
yang sudah di pakai
• Bengkok
• Perlak dan pengalas
II Tahap Orientasi
34
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
daerah penusukkan dengan kapas alcohol, dan souit yang telah di
gunakan letakkan ke dalam bengkok yang berisi desinfektan
III EVALUASI
NO LANGKAH-LANGKAH Score
I Tahap Pre Interaksi 0 1 2
1. Cek catatan perawatan klien dan validasi kebutuhan klien
2. Cuci Tangan
3. Persiapan Alat dan lingkungan klien ( jumlah 13 item)
• Obat yang diperlukan dalam bentuk suppositoria
• Pelumas
• Handscoon
• Pembalut
35
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
• Handuk bersih
• Sampiran
• Baskom berisi air hangat dan bersih
• Selimut
• Washlap
4. Dekatkan alat-alat ke pasien
II Tahap Orientasi
1. Berikan salam, menanyakan nama lengkap pasien
2. Panggil klien dengan nama yang disukai
2. Menanyakan kondisi terkini pasien
3. Jelaskan tujuan tindakan, prosedur dan lamanya tindakan kepada
klien/keluarga
4. Meminta kesedian waktu dan kontrak waktu untuk dilakukan
tindakan
III Tahap Kerja
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berdoa sebelum
dilakukan tindakan
4. Jaga privacy klien
5. Memakai Saraung Tangan
6. Atur posisi pasien senyaman mungkin
7. Selalu menjaga komunikasi dalam melakukan tindakan
8. Inspeksi orifisium vagina , catat adanya rabas, bau, atau
ketidaknyamanan
9. Lakukan perawatan perineum
10. Ganti handscoon
11. Buka kemasan obat suppositoria dan oleskan pelumas larut air pada
ujung suppositoria. Berikan pelumas pada jari tangan dominan
12. Buka lipatan labia menggunakan tangan non dominan
13. Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm di sepanjang dinding vagina
posterior menggunakan tangan dominan
14. Keluarkan jari tangan dan bersihkan pelumas disekitar orifisium dan
labia
15. Minta klien untuk tetap berada pada posisi berbaring terlentang
dengan lutut fleksi dan pinggul rotasi internal selama 5-10 menit
setelah insersi
16. Tawarka dan pasangkan pembalut perineal sebelum klien melakukan
ambulasi
17. Lepasakan sarung tangan dan masukkan ke tempat sampah medis
18. Rapikan alat
19. Rapikan pasien
III Tahap Evaluasi
1. Catat respon yang terjadi (respon subjective dan objektif)
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci tangan
5. Pencatatan dan pelaporan (Dokumentasi)
36
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Prosedur Tindakan Pemberian Obat Via Rektal
NO LANGKAH-LANGKAH Score
I Tahap Pre Interaksi 0 1 2
1. Cek catatan perawatan klien dan validasi kebutuhan klien
2. Cuci Tangan
3. Persiapan Alat dan lingkungan klien
• Kartu obat atau catatan pemberian obat
• Oabt suppositoria rektal
• Jeli pelumas
• Sarung tangan
• Kertas tissue
• Selimut
• Sampiran
4. Dekatkan alat-alat ke pasien
II Tahap Orientasi
1. Berikan salam, menanyakan nama lengkap pasien
2. Panggil klien dengan nama yang disukai
37
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
3. Menanyakan kondisi terkini pasien
4. Jelaskan tujuan tindakan, prosedur dan lamanya tindakan kepada
klien/keluarga
5. Meminta kesedian waktu dan kontrak waktu untuk dilakukan
tindakan
III Tahap Kerja
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berdoa sebelum
dilakukan tindakan
4. Jaga privacy klien
5. Memakai Saraung Tangan
6. Atur posisi pasien senyaman mungkin
7. Selalu menjaga komunikasi dalam melakukan tindakan
8. selimut mandi dan buka selimut mandi hanya pada area yang
diperlukan
9. Buka obat suppositoria dan beri pelumas pada ujungnya dengan jeli
10. Beri pelumas jari telunjuk tangan dominan anda
11. Minta klien untuk menarik napas dalm melalui mulut dan
mengendurkan sfingter ani
12. Buka area pantat klien menggunakn tangan non dominan dengan
telunjuk , masukan suppositoria ke dalam anus melalui sfingter ani
dan mengenai dinding rektal sekitar 10 cm pada klien dewasa dan 5
cm pada bayi atau anak anak
13. Keluarkan jari anda dan bersihkan area anal klien
14. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama 5
menit
15. Jika suppositoria mengandung laksatif atau pelunak feses , letakkan
tombol pemanggil dalam jangkauan klien
16. Lepaskan sarung tangan dan masukkan dalam tempat sampah khsus
17. Rapikan alat
18. Rapikan pasien
III Tahap Evaluasi
1. Catat respon yang terjadi (respon subjective dan objektif)
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
2. Akhiri Kegiatan
3. Cuci tangan
4. Pencatatan dan pelaporan (Dokumentasi)
38
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Prosedur Tindakan Pemberian Obat Via Topikal
NO LANGKAH-LANGKAH Score
I Tahap Pre Interaksi 0 1 2
1. Cek catatan perawatan klien dan validasi kebutuhan klien
2. Cuci Tangan
3. Persiapan Alat dan lingkungan klien
• Obat topical sesuai resep (krim , losion, aerosol, bubuk, )
• Buku catatan pemberian obat
• Kasa kecil steril sesuai kebutuhan
• Sarung tangan
• Lidi kapas
• Sepatula
• Baskom berisi air hangat
• Waslap
• Handuk
• Sabun
• Kasa balut
• Hipafik
• Plester
4. Dekatkan alat-alat ke pasien
II Tahap Orientasi
1. Berikan salam, menanyakan nama lengkap pasien
2. Panggil klien dengan nama yang disukai
3. Menanyakan kondisi terkini pasien
4. Jelaskan tujuan tindakan, prosedur dan lamanya tindakan kepada
klien/keluarga
5. Meminta kesedian waktu dan kontrak waktu untuk dilakukan
39
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
tindakan
III Tahap Kerja
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berdoa sebelum
dilakukan tindakan
4. Jaga privacy klien
5. Memakai Saraung Tangan
6. Inspeksi kondisi kulit , bersihkan lokasi yang akan diberi obat
menggunakan sabun ringan. Berihkan debris dan kerak pada kulit
7. Keringkan area
8. Gunakan agens topical saat kulit masih basah.
9. Kemudian oleskan agens topical
A. Krim , losion dan salep yang mengandung minyak
a. Letakkkan 1-2 sendok teh obat ke telapak tangan anda,
kemudian lunakkan dengan menggosokkannya pada
telapak tangan anda.
b. Usapkan obat secara merata pada kulit klien. lakukan
gerkan memanjang searah pertumbuhan rambut.
c. Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa
berminyak setelah pemberian obat
B. Losion yang mengandung suspense
a. Kocok wadah secara merata
b. Oleskan sejumlah kecil losion pada kasa balutan atau
bantalan kecil dan oleskan juga pada kulit. Berikan
tekanan ringan ketika mengoleskan obat dan oleskan
secara merata searah pertumbuhan bulu.
c. Jelaskan bahwa obat akan terasa dingin dan kering.
C. Bubuk
a. Pastikan bahwa permukaan kulit klien kering secara
menyeluruh
b. Regangkan area lipatan kulit, seperti sela jari atau
ketiak
c. Bubuhkan oabt secara tipis
D. Semprotan aerosol
a. Kocok wadah secara merata
b. Baca lebel untuk jarak yang dianjurkan ketika
menyemprotkan 15-30 cm
c. Jika leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta
klien untuk memalingkan wajah dari arah semprotan
d. Semprotkan aerosol secara merata. Pada beebrpa kasus
durasi penyemprotan di tentukan.
10. Tutp area yang disemprot dengan balutan jika ada instruksi
11. Bantu klien kembali memperoleh posisi yang nyaman dan
mengenakan pakaian
19. Rapikan alat
20. Rapikan pasien
III Tahap Evaluasi
1. Catat respon yang terjadi (respon subjective dan objektif)
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci tangan
5. Pencatatan dan pelaporan (Dokumentasi)
40
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Prosedur Tindakan Pemberian Obat Oral
NO LANGKAH-LANGKAH Score
I Tahap Pre Interaksi 0 1 2
1. Cek catatan perawatan klien dan validasi kebutuhan klien
2. Cuci Tangan
3. Persiapan Alat dan lingkungan klien ( jumlah 13 item)
• Obat yang diperlukan
• Tempat Obat
• Catatan Medis
• Buku obat
II Tahap Orientasi
1. Berikan salam, menanyakan nama lengkap pasien
2. Panggil klien dengan nama yang disukai
3. Menanyakan kondisi terkini pasien
4. Jelaskan tujuan tindakan, prosedur dan lamanya tindakan kepada
klien/keluarga
5. Meminta kesedian waktu dan kontrak waktu untuk dilakukan tindakan
III Tahap Kerja
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
3. Membagi obat ke tempat obat
4. Perawat mencuci tangan
5. Membaca instruksi pada daftar obat
6. Mengambil obat-obat
7. Menyiapkan obat dengan tempat menurut daftar obat
8. Menyiapkan obat cair besertagelas obat
9. Membagi obat ke pasien
10. Mengambil daftar obat dan obat kemudian di teliti kembali, sambil
membuka pembungkus obat
11. Menuangkan obat cair kedalam gelas obat,jaga kebersihan etiket obat
12. Membawa obat dan daftar obat ke pasien sambil mencocokan nama pada
tempat tidur dengan nama pada daftar obat
13. Memastikan pasien sesuai dengan nama pada daftar obat
14. Memberi obat satu persatu ke pasien sambil menunggu sampai pasien
minum
15. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berdoa sebelum meminum
obat
III Tahap Evaluasi
1. Catat respon yang terjadi (respon subjective dan objektif)
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci tangan
5. Pencatatan dan pelaporan (Dokumentasi)
41
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Kegiatan 6
MENGGUNAKAN APD
Tujuan Pembelajaran:
a. Memahami tujuan penggunaan APD
b. Mendemostrasikan penggunaan APD
Kasus
Seorang pria 67 tahun dirawat di ruang bedah dengan kondisi terdapat luka ganggren grade III ,
rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu perawatan luka. Perawat A yang saat itu
dinas akan mempersiapkan peralatan perawatan luka untuk klien tersebut.
Pertanyaan minimal
Sebagai seorang perawat tindakan apa yang anda lakukan sebelum merawat luka untuk mencegah
kontaminasi bakteri lebih lanjut ?
Masalah keperawatan
1. Resiko infeksi
2. Nyeri akut
Pengertian
Adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD (Alat Pelindung Diri) merupakan satu
bentuk proteksi yang harus digunakan oleh perawat dalam melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya
infeksi nasokomial.
Tujuan
1. Sebagai proteksi diri ( Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis
cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien)
2. Mencegah infeksi nasokomial
Ada berbagai macam APD yang sering digunakan di rumah sakit, antara lain : sarung tangan bersih/steril,
masker, gaun operasi, penutup kepala, celemek, sepatu, dll.
1. Memakai Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk mencegah terjadinya transmisi pathogen baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penggunaan sarung tangan menurut CDC (Centrr for Disease Control and Prevention ) akan
menurunkan :
a. Kemugkinan terjadinya kontak dengan mikroorganisme yang infeksius
b. Resiko penyebaran flora endogen dari perawat ke klien
c. Resiko penyebaran mikroorganisme dari klien ke perawat
Sarung tangan digunakan pada saat :
a. Mengalami luka pada kulit
b. Melakukan tindakan invasive
c. Beresiko untuk terpapar dengan darah dan cairan tubuh
Sarung tangan yang dipakai di rumah sakit untuk tindakan yaitu sarung tangan bersih dan steril. Untuk
42
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
memakai saru tangan bersih tidak memerlukan proseduran khusus, tapi untuk memakai sarung tangan steril
ada protap tertentu yang harus dijalankan.
2 3
2. Penutup Kepala
Tujuan :
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat daerah
steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan bahan bahan dari pasien.
Indikasi Pemakaian Tutup Kepala :
a. Tindakan operasi
b. Tindakan invasi
c. Tindakan intubasi
d. Penghisapan lendir
Prosedur Kerja :
Cuci tangan, mempersiapkan alat, mengambil penutup kepala lalu pasang di kepala dengan posisi pengikat
berada di belakang kepala. Usahakan agar seluruh rambut tertutup/berada di dalam penutup kepala. Ikat
penutup kepala sesuai kenyamanan. Lepas penutup kepala dengan melepas ikatan tali.
3. Memakai Masker
Tujuan :
a. Mencegah membran mukosa petugas terkena kontak dengan percikan darah dan cairan tubuh
b. Mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung yang mengandung mikroorganisme
saat bicara, batuk, bersin
Prosedur kerja :
a. Cuci tangan
b. Tentukan tepi atas atau bawah masker
c. Pasang masker menutupi hidung dan mulut, kemudian ikat tali-talinya. Tali bagian atas diikat ke kepala
belakang melewati bagian atas telinga. Tali bagian bawah diikat ke belakang leher.
d. Tanggalkan masker dengan melepas ikatan tali-talinya, kemudian lipat masker dengan bagian
luar di sebelah dalam
e. Cuci tangan kembali
4. Memakai Skort/Celemek
Celemek adalah bentuk pakaian untuk penutup pakaian yang digunakan pada waktu melakukan satu
43
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
tindakan.
Tujuan memakai celemek yaitu :
a. Melindungi pakaian dari kotoran
b. Mengurangi bahaya penularan
Prosedur kerja :
a. Mencuci tangan
b. Peganglah tali penggantung celemek serta masukkan melalu kepala
c. Kedua tali pada sisi kanan dan kiri diikat pada bagian belakang tubuh dengan ikatan yang mudah di
lepas.
d. Untuk melepas, buka ikatan celemek yang ada dibelakang tubuh
e. Lepaskan celemek melalui kepala
f. Gantung celemek.
g. Mencuci tangan kembali
44
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Prosedur Tindakan Memakai Sarung Tangan Steril
1 Persiapan alat :
a. Sepasang handscoon steril
b. Wastafel/air mengalir untuk cuci tangan
c. Handuk bersih
d. Sabun
2 Lepaskan jam tangan, cincin dan gelang
3 Lakukan cuci tangan (lihat prosedur cuci tangan)
4 Buka kemasan sarung tangan steril, pertahankan sarung tangan pada
permukaan dalam pembungkus
5 Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri
6 Kenakan sarung tangan pada tangan yang lebih dominan (tangan
kanan) dengan cara :
d. Pegang tepi sarung tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan
non dominan
e. Masukkan jari tangan ke dalam sarung tangan
Hanya boleh memegang bagian dalam sarung tangan saja, dan pastikan
sarung tangan tidak menyentuh bagian yang tidak steril
7 Ambil sarung tangan yang kedua dengan tangan dominan dengan
memegang bagian luar sarung tangan, lalu masukan jari tangan ke
dalam sarung tangan
8 Lakukan penyesuaian sarung tangan dengan jari-jari, pastikan jari-jari
pada posisi yang tepat
9 Menjaga tangan agar tidak menyentuh area yang tidak steril, dengan
menekuk siku, telapak tangan sejajar dengan kepala atau kedua tangan
Mengatup
TOTAL
45
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
TOTAL
46
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
Kegiatan 7
PERAWATAN LUKA SEDERHANA
Tujuan Pembelajaran:
c. Memahami tujuan perawatan luka
d. Mendemostrasikan perawatan luka
Kasus
Seorang wanita usia 25 tahun diantar oleh keluarga ke UGD karena kecelakaan lalu lintas. Hasil
pemeriksaan fisik: GCS 456, terdapat luka robek dengan diameter 4 cm di lutut kanan, darah keluar aktif,
RR 20x/mnt, TD 100/80 mmHg, Suhu 37 °C, frekuensi nadi 84x/menit.
Pertanyaan minimal
Sebagai seorang perawat tindakan apa yang anda lakukan?
Masalah keperawatan
3. Nyeri akut
4. Hambatan rasa nyaman
1. Pengertian
Luka dapat diartikan sebagai hanmgguan atau kerusakan integritas dan fungsi jaringan pada tubuh. Luka adalah terputusnya
kontinuitas dari suatu jaringan yang disebabkan oleh karena trauma.
2. Tujuan
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatakan proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan luka oleh karena itu perawat harus terampil dan melakukan perawatan luka
II Tahap Orientasi
48
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
1. Cuci tangan
2. Baca doa sebelum melakukan tindakan
3. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
4. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berdoa sebelum
dilakukan tindakan
5. Memakai hansdcoon steril
6. Balutan lama di buka dan di buang dalam tempatnya,
sebelumnya di ambil pinset chirurgic dengan korentang)
7. Ambil depress di beri alcohol di gosokkan pada tempat
plester sampai plester terlepas
8. Kassa di jepit dengan pinset cirurgic dengan cara di gulung,
kassa sampai lepas
9. Handscoon di lepas
10. Plester di siapkan sesuai kebutuhan
11. Handscoon steril di pasang
12. Ambil pinset dan deppres di ambil dengan pinset di
masukkan ke dalam cucing yang berisi cairan Na Cl
13. Luka di bersihkan dengan deppres yang ada larutan Na Cl
dari arah dalam kea rah luar, lakukan 2 kali
14. Ambil 2 pinset dipegang tangan kanan dan kiri dan ambil 2
deppres untuk masing-masing pinset
15. Tekan luka dengan deppres dari pinggir luka kearah tengan
untuk mengeluarkan pus / darah dalam luka
16. Bersihkan luka dengan depress
17. Ambil kapas lidi masukkan ke dalam cucing yang berisi
bethadine
18. Oleskan kapas lidi yang ada bethadine kea rah luka
19. Tutup luka dengan kassa
20. Pasang plester
21. Masukkan alat yang di pakai ke dalam bengkok berisi
larutan klorin
22. Buanng sampah medis
23. Hansdcoon steril di lepas
III EVALUASI
49
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Alimul. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Alimul. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Alimul. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi konsep dan Proses Keperawatan. Buku 1. Jakarta: Salemba
Medika
Alimul. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi konsep dan Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba
Medika
Barnest., Vichi Vine., 1989. Clinical Skill and Assessment Techniques in Nursing Practice. London : Scoth
Foreman and Company.
Belland, Kethleen Hoerth & Wells, Marry Ann. 1986. Clinical Nursing Prosedures. California: Jones and
Battlett Publisher
Carol., Taylor., 1989., Fundamental of Nursing : The Art and Science of Nursing Care, Philadelphia : JB.
Lippincott Company.
Craven R and Hirnle C.J. 2000. Fundamentals of Nursing, Human Health and Function. Third Edition.
Philadelphia : Lippincott
Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2008). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice. New Jersey:
Prentice Hall Health
Lynn, P. B.. 2011. Taylor’s Clinical Nursing proachSkill;.Third EditionANursing. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius. FKUI.
Meeker, B. & Rhoads, J. 2011. Davis Guide To Clinical Nursing Skills. Philadelphia : F A Davis Co.
Potter, P.A., 2000., Pocket Guide ti Basic Skill and Procedures (3rd ed)., Toronto : Mosby
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing. 7th Edition. Singapore: Elsevier Pte.Ltd
Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara
Publisher
Sjamsuhidajat, R. & De Jong, W. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2002, Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth, Alih Bahasa : Monica
Ester, Jakarta : EGC
Tarwoto. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Tim Penyusun Pusdiklatnakes. 2013. Pedoman Praktik Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta :
Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
50
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro
51
Modul Keterampilan Dasar Keperawatan– STIKes ICsada Bojonegoro