PENDAHULUAN
Bentuk-bentuk struktur dalam statistika bangunan sebagian besar dapat digolongkan sebagai
berikut : balok (beam), kerangka atau portal (frame) dan rangka batang (struss). Balok adalah
merupakan batang structural yang pada umumnya hanya menerima beban vertical / tegak dan
dapat dianalisa dengan lengkap gaya-gaya dalamnya (reaksi perletakan, gaya lintang dan
momen) bila beban-beban yang bekerja diketahui, pada balok di atas lebih dari dua perletakan,
analisa gaya-gaya dalam batang secara lengkap dapat dilakukan setelah momen-momen ujung
/ momen tumpuan batang telah didapatkan. Kerangka portal adalah batang-batang yang
dihubungkan dengan sambungan kaku yang pada umumnya berupa gabungan balok dan kolom.
Portal dapat dianalisa dengan lengkap bila gaya normal, geser dan momen disepanjang
bentangan batang telah didapatkan. Rangka batang adalah struktur yang batang-bantangnya
dihubungkan dengan sendi. Pada rangka batang susunan batangnya berbentuk segitiga dan
membentuk kesetabilan batang.sedangkan rangka batang dapat dianalisa dengan lengkap bila
gaya normal yang bekerja pada batang sudah diketahui.
(bebas)
(jepit) L
g
P
(balok)
(sendi) (rol)
L
c) Balok sederhana dengan kantilever
P q1 q2
(sendi) (rol)
L1 L2 L3
P q P
P q P P q
e) Portal / frame
PV
(balok) q
PH
h
(kolom)
L L
f) Rangka batang
P
A B
LP LP
A B C D
RA RB RC RD
A C
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dicari derajat ketidaktentuan statis berbagai
macam struktur dengan cara pemeriksaan kelebihan reaksi perletakkan untuk membuat
struktur menjadi statis tertentu. Pada rangka batang bidang statis tertentu, jumlah
persamaan statika sama dengan jumlah yang tidak diketahui yaitu 2j = m + 3 dimana j
merupakan banyaknya sambungan dan m adalah jumlah batang. Bila struktur stabil,
jumlah batang (m) dan komponen reaksi perletakkan (r) dapat ditukarkan sehingga
syarat 2j = m + r harus dipenuhi supaya struktur bersifat statis tertentu. Dengan
demikian derajat ketidaktahuan statis untuk rangka batang adalah :
i = (m + n) – 2j
Dimana :
i = tingkat derajat ketidaktentuan statis
m = jumlah batang
n = jumlah reaksi perletakkan
j = jumlah titik buhul / titik kumpul
Beberapa contoh cara menghitung derajat ketidaktentuan statis struktur rangka batang
disajikan di bawah ini :
Contoh 1 : hitung derajat ketidaktentuan statis dari suatu rangka batang seperti dibawah
ini.
RH
RV2 RV1
Jawab :
Jumlah batang (m) = 21
Jumlah reaksi perletakkan (r) = 3 dan
Jumlah titik buhul (J) = 12
Derajat ketidaktentuan statis (i) = (m + r) – 2J
= (21 + 3) – 2(12) = 0 (struktur statis tertentu)
Contoh 2 :
RHA RHB
RV2 RV1
Jawab :
RH
RV2 RV1
Jawab :
Jumlah batang (m) = 19
Jumlah reaksi perletakkan (r) = 3 dan
Jumlah titik buhul (J) = 10
Derajat ketidaktentuan statis (i) = (m + r) – 2J
= (19 + 3) – 2(10)
= 2 (struktur statis taktentu tingkat 2)
Pada portal / balok, bidang yang kaku akan bersifat statis tertentu bila 3J = 3m + r
dimana J adalah jumlah titik sambungan, m adalah jumlah batang dan r adalah jumlah
reaksi perletakkan. Sehingga derajat ketidaktentuan statisnya adalah :
i = (3m + r) – 3j
Dimana :
i = Derajat ketidaktentuan statis untuk balok atau portal
m = Jumlah batang
r = Jumlah raksi perletakkan
J = Jumlah titik buhul / titik kumpul / titik sambungan
Contoh 1 : periksa derajat ketidaktentuan statis struktur balok dan portal di bawah ini :
RH
M
RV2 RV1
Jumlah batang (m) = 1
Jumlah reaksi perletakkan (r) = 4 dan
Jumlah titik buhul (J) = 2
Derajat ketidaktentuan statis (i) = (3m + r) – 3J
= (3x1 + 4) – 3(2)
= 1 (struktur statis taktentu tingkat 1)
Contoh 2 :
RH1 RH2
M1 M2
RV1 RV2
Contoh 3 :
RH1
RH2
M1 M2
Jawab :
Jumlah batang (m) = 2
Jumlah reaksi perletakkan (r) = 6 dan
Jumlah titik buhul (J) = 3
Derajat ketidaktentuan statis (i) = (3m + r) – 3J
= (3x2 + 6) – 3(3)
= 3 (struktur statis taktentu tingkat 3)
Contoh 4:
M1 M1
H1 H2 H3
Jawab :
Jumlah batang (m) = 15
Jumlah reaksi perletakkan (r) = 8 dan
Jumlah titik buhul (J) = 12
Derajat ketidaktentuan statis (i) = (3m + r) – 3J
= (3x15 + 8) – 3(12)
= 17 (struktur statis taktentu tingkat 17)
Soal :
Hitunglah derajat ketidaktentuan statis struktur dibawah ini :
a)
b)
c)
d) e)
Ketidaktentuan Kinematis
Pada suatu struktur balok menerus yang terdiri dari beberapa batang yang dibebani
diatasnya, maka titik-titik ujung batang / perletakkannya akan mengalami rotasi / perputaran
sudut seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini :
P
Rotasi sudut B
θ1 θ2
θ1
A B C
Garis elastis
Gambar di atas merupakan suatu struktur balok menerus yang terjepit di A dan
bertumpu pada perletakkan sandi di B serta perletakkan rol di C. Perletakkan di A akan
mencegah terjadinya perpindahan translasi maupun rotasi sudut, sedangkan tumpuan di
B dan C mencegah perpindahan translasi tetapi masih terjadi perputaran sudut / rotasi
sudut. Jika kekakuan aksial balok dianggap sangat besar, sehingga perubahan panjang
akibat beban aksial diabaikan, maka perputaran sudut yang tidak diketahui adalah θ1di
B dan θ2 di C. Perputaran sudut θ1 di B dan θ2 di C tidak saling tergantung karena
masing-masing mempunyai harga sembarang. Suatu system perpindahan titik kumpul
disebut bebas, bila setiap perpindahan dapat berharga sembarang dan bebas terhadap
lainnya. Jumlah perpindahan titik kumpul yang bebas pada struktur disebut derajat
ketidaktentuan kinematis atau jumlah derajat kebebasan. Derajat kebebasan dapat
berupa perputaran sudut / rotasi dan translasi / pergoyangan. Sebagai contoh penentuan
jumlah derajat kebebasan di perlihatkan pada gambar di bawah ini :
Δ Δ
C D
P
θ = rotasi sudut
θ Δ = perpindahan
/ translasi
B
A
Titik A merupakan perletakkan jepit dan titik B berupa perletakkan sendi. Titik A tidak
mempunyai perpindahan translasi dan rotasi, sedangkan titik B mempunyai
perpindahan rotasi tetapi tidak mempunyai perpindahan translasi. Pada titik C dan D
masing-masing mempunyai perpindahan translasi sehingga struktur mempunyai derajat
kebebasan 3.
Pada contoh 2 seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini adalah contoh portal yang
mengalami perpindahan translasi dan rotasi.
θ
C D
θ
Δ Δ
A B
Pada titik A dan B tidak mengalami perpindahan baik translasi maupun rotasi
(perletakkan jepit).
Sedangkan pada titik C dan D masing-masing mengalami perpindahan translasi yang
mengakibatkan gaya horizontal di C dan perpindahan rotasi akibat gaya aksial yang
bekerja di batang CD. Sehingga struktur mempunyai derajat kebebasan 4.
Contoh ketiga di bawah ini adalah contoh lain dari ketidaktentuan kinematis dan
ketidaktentuan statis.
P
θ1 B
θ3 θ2
A θ3 D
dl
M N
u u
y’ dx
gn
C
δ1 δ3
δ δ2
Gambar (a)
dl
M N
s s
y
dx Gambar (b)
C
1 Δ1 2 gn 3Δ3
Δ Δ2
P1 P2 P3
1 C 2 3 gn
P1 P2 P3
P = 1 satuan
Sebuah balok di atas dua tumpuan sederhana (gambar b) yang menerima beban P1, P2
dan P3. Resultan beban ini akan menimbulkan tegangan dalam balok tersebut. Misalnya
ditinjau tegangan dalam sebesar S yang bekerja pada pias sepanjang MN yang luas
penampangnya dA. Akibat S, serat sepanjang MN akan diperpendek sebesar dL dan
beban-beban yang bekerja pada balok tersebut, misalnya sebesar Δ1 di P1, Δ2 di P2, Δ3
di P3. Besarnya kerja luar tersebut jika beban-beban tersebut di berikan sedikit demi
1 1 1
sedikit adalah P1 1 + P2 2 + P3 3 . Energi dalam total akibat beban luar yang
2 2 2
bekerja adalah sebesar ,,,,,,,. Menurut hukum kekekalan energi, kerja luar total yang
dilakukan sama dengan energi dalam yang disimpan pada balok, yaitu :
1 1 1 1
P1 1 + P2 2 + P3 3 = Sdl ………………(1)
2 2 2 2
Sekarang bila pada balok AB tersebut sebelumnya terlebih dahulu diberikan beban
satuan sebesar P = 1 satuan di titik C (gambar a), maka beban satuan ini akan
menyebabkan defleksi sebesar δ di C, δ1 di titik 1, δ2 di titik 2 dan δ3 di titik 3. Jika
beban P1, P2 dan P3 ditambahkan sedikit demi sedikit ke balok dari gambar (a) di atas,
dimana beban satuan di C sudah diberikan terlebih dahulu, maka besarnya defleksi yang
terjadi di titik C adalah δ + Δ , δ1 + Δ1 di titik 1, δ2 + Δ2 di titik 2 dan δ3 + Δ3 di titik 3.
Bila beban satuan di C diberikan, terlebih dahulu, hubungan kerja luar δ energi dalam
adalah :
1 1
(1)( ) = Udl ………………..(2)
1 2
Dimana U adalah tekanan total pada serat MN dengan luas dA yang disebabkan beban
satuan, dan dL adalah perpendekan serat tersebut.
Bila beban-beban P1, P2 dan P3 diberikan secara sedikit demi sedikit, maka kerja luar
1 1 1
tambahan yang dilakukan pada balok tersebut adalah P1 1 + P2 2 + P3 3
2 2 2
karena beban tetap sebesar 1 satuan di C sudah diberikan terlebih dahulu. Sehingga
memberikan defleksi tambahan Δ dan beban-beban P1, P2 P3 yang diberikan secara
sedikit demi sedikit di atas balok menyebabkan defleksi bebasan Δ1, Δ2 dan Δ3.
1
Energi dalam yang terjadi pada balok tersebut adalah SdL + Udl . Sedangkan
2
kerja luar total yang bekerja pada balok tersebut adalah sebesar
1 1 1 1
(1)( ) + P11 + P 2 2 + P33 + (1)() dan energi dalam totalnya adalah
2 2 2 2
1 1
UdL + Sdl + Udl sehingga menurut hukum kekekalan energy kerja luar
2 2
total sama dengan energi dalam total maka :
1 1 1 1 1 1
(1)( ) + P1 1 + P2 2 + P3 3 + (1)() = UdL + Sdl + Udl ……..(3)
2 2 2 2 2 2
Dengan mengurangkan persamaan (3) dengan jumlah persamaan (2) dan persamaan (1)
maka didapat : (1)(Δ) = ∑ u dl ……………..(4)
Persamaan (4) ini merupakan rumus dasar darai cara beban satuan.
dl
M N
s s
y dx
1 C 2 3 gn
Gambar (a)
Δ
P1 P2 P3
dl
M N
u u
y
dx C gn
P = 1 satuan
Gambar (b)
Bila momen yang bekerja di MN gambar (a) adalah sebesar M dan momen titik yang
bekerja di MN gambar (b) adalah m dan panjang MN semula adalah dx maka :
my
U = .dA …………….(5)
I
S 1
dL = . .dx …………….(6)
dA E
My
Dengan memasukkan harga .dA ke persamaan (6) maka :
I
My
dL =.dx ……………….(7)
EI
Dengan memasukkan persamaan (6) dan (7) ke persamaan (4) maka :
my My
Δ = ∑U dL = ( .dA)( .dx)
I EI
2
L A Mmy
= dA.dx
0 0 EI 2
L Mm A L Mm
= 2
dx Y 2 .dA = .dx …………..(8)
0 EI 0 0 EI
Persamaan (8) adalah rumus umum defleksi di setiap titik dari sebuah balok statis
tertentu akibat pembebanan yang diberikan pada balok tersebut, dimana M dan m
adalah momen akibat beban luar dan momen akibat beban satuan sejauh x dan EI
adalah kekakuan batang.
Contoh 1 : carilah ΔB dengan metode beban satuan pada gambar dibawah ini
(a) P
A B
ΔB
X
L
P = 1 Satuan
(b)
A B
Penyelesaian :
Mx = - P (x)
mx = -1 (x)
Batas : x = 0 s/d x =L
(− Px)(− x)
L
L L Px
2
P 1 3 PL3
= .dx = .dx = x = ( )
0 EI 0 EI EI 3 0 3EI
Contoh 2 : carilah defleksi ΔB dengan metode beban satuan pada gambar di bawah ini.
(a) g
A B
ΔB
X
L
(b)
1
Penyelesaian : Mx = − qx 2
2
mx = - 1( x )
Batas : x = 0 s/d x =L
1 2
− qx (− x)
L Mm.dx L
2
B = = dx
0 EI 0 EI
1 3
qx L
L q 1 4 qL4
B = 2 dx = X =
0 EI 2 EI 4 0 8 EI
Contoh 3 : carilah defleksi ditengah bentang pada gelagar sederhana pada gambar di
bawah ini.
L/2
P
x
A B
C
ΔC
RA = 1/2P RB = 1/2P
L
P = 1 Satuan
A B
C
RA = 1/2 RB = 1/2
Penyelesaian :
1
Mx = Px
2
1
mx = x
2
Batas : A - C = 0 – ½ L
C - B =0- ½L
Lendutan di C :
1 1
Px .x .dx
= 2
Mm.dx 2 2
C = 2
0 EI 0 EI
1
L
P 1 3 2
1
L Px 2 PL3
= 2 2 .dx = x =
0 4 EI EI 3 0 48 EI
q t/m’
x
A B
C
ΔC
RA = 1/2qL RB = 1/2qL
L/2 L/2
L/2
P = 1 Satuan
A B
C
RA = 1/2 RB = 1/2
Penyelesaian :
Bagian balok AC CB
Titik awal A B
Mx 1 1 1 1
qLx − qx 2 qLx − qx 2
2 2 2 2
1 1
mx x x
2 2
1 1
Batas x = 0 s/d x = L x = 0 s/d x = L
2 2
Lendutan di C :
P = 12 ton
A B
C D
4m 8m
6m 6m E = 100.000 kg/cm2
= 106 tm2
P = 12 ton I = 0,017 m4
C D
A B
ΔC ΔD
RA = 8t RB = 4t
P = 12 ton
C
A B
RA = 2/3 RB = 1/3
P = 1 Satuan
A B
D
RA = 1/2 RB = 1/2
Penyelesaian :
a) Defleksi di C, beban 1 satuan diletakkan di titik C
Bagian balok AC CB
Titik awal A B
Mx 8x 4x
2 1
mx x x
3 3
Batas 0–4m 0–8m
2 1
8 x. x (4 x) x
4 3 dx + 8 3 dx
ΔC =
0 EI 0 EI
113,78 + 227,56
4 8
1 16 3 1 4 3
= x + x = = 0,02m 2,00cm
EI 9 0 EI 9 0 10 6 x0,017
1 1 1
(8 x) x 8 x − 12( x − 4) x (4 x) x
=
4 2 + 6 2 dx + 2 dx
ΔD
0 EI 0 EI EI
1
(−4 x + 48) x
2 dx + 4 2 x dx
2 2
4 4x 6
= + 0 EI
0 EI 0 EI
6 ( −2 x + 24 x)
2 2
4 4x 4 2 x dx
= + dx +
0 EI 0 EI 0 EI
4 6 6
1 4x 3 1 2 3 2 1 2x3
+ − x + 12 x +
EI 3 0 EI 3
=
0 EI 3 0
EI . ΔD = [(85,33)+{(-144+42,67)+(432-192)}+144]
= 638
368
Δ = = 0,0216M 2,16cm
1.000.000 x0,017
Contoh 6 : hitunglah defleksi dititik C (ΔC ) pada gelagar sederhana dengan beban
seperti pada gambar.
x q = 2t/m’
A B
21 C I
ΔC
RA = 9t R = 3t
Penyelesaian :
Bagian balok AC CB
Titik awal A B
Mx 9x – x2 3x
1 1
Mx x x
2 2
Batas 0-6 0-6
1 1
1 (9 x − x 2 ) x (3 x) x
=
L Mm 6
dxF 2 + 6 2
ΔC
0
2
EI 0 2 EI 0 EI
6 (9 x − x )
2 3 2
6 3x
= +
0 4 EI 0 2 EI
6
1 x3
6
1 3 1 4
= 3 x − x +
4 EI 4 0 EI 2 0
=
1
648 − 324 + 1 108
4 EI EI
= 81 + 108 =
1 189
EI EI
189
ΔC = 1,1cm
1.000.000 x0,017
Soal :
1. carilah defleksi balok dengan menggunakan metode beban satuan (unit load) soal-
soal dibawah ini.
(a)
P
A B
C
1/2L 1/2L
q t/m’
(b)
A B
C
(a)
P = 4t
C
A B
4m 4m
E = 100.000 kg/cm2
I = 720.000cm4
(b)
q = 3t/m’
P = 5t
A B
C D
6m 6m
E = 100.000 kg/cm2
I = 2.100.000 cm4
(c)
P = 4t q = 2t/m’
A B
C D D
2m 2m 2m 2m
E = 100.000 kg/cm2
I = 720.000 cm4
(d)
q = 2t/m’
P = 4t
B
D C
A
2m 4m 4m
E = 100.000 kg/cm2
I = 720.000 cm4
y dx
gn
Gambar (a)
δ1 δ δ2 δ3
1 C 2 3
dl
M N
s s
y dx
gn Gambar (b)
Δ1 Δ Δ2 Δ3
1 C 2 3
Gambar (c)
1 C 2 3 gn
Perlu diperhatikan pada saat mencari defleksi atau rotasi di titik pada balok struktur
statis tertentu dengan cara beban satuan, arah defleksi atau rotasinya sama atau
berlawanan dengan arah dari beban satuan atau momen satuannya tergantung apakah
hasilnya positif atau negative.
Contoh 1 : carilah rotasi sudut dengan metode beban satuan pada balok kenti lever di
bawah ini.
PL A B
ΘB
L
I A B
m = satuan
Penyelesaian :
Bagian balok AB
Titik awal B
Mx - Px
mx -1
Batas x = 0 s/d x =L
L
(− Px)(−1)dx Px 2
L PL2
= = = (searah dengan jarum jam)
0 EI 2 EI 0 2 EI
Contoh 2 : hitung θB dengan metode beban satuan pada balok kanti lever di bawah ini.
A B
ΘB
L
I A B
m = satuan
Penyelesaian :
Bagian balok AB
Titik awal B
Mx 1
− qx 2
2
mx -1
1
(− qx n )(−1)dx 3 L
L qx
B = 2 =
0 EI 6 EI 0
qL 3
B = (searah jarum jam)
6 EI
Contoh 3 : hitung θA atau θB pada balok dengan dua tumpuan sederhana di bawah ini.
P
x x
A B
θA C θB
P/2 P/2
L/2 L/2
x C x
A B
1/L 1/L
m=1
Penyelesaian :
Bagian balok AC CB
Titik awal A B
Mx 1 1
P.x P.x
2 2
mx x x
1−
L L
1 1
Batas x = 0 s/d x = L x = 0 s/d x = L
2 2
1 x 1 x
Px 1 − dx
1 L p.x dx
A =
2 L
+ 2 L
2
2
0 EI 0 EI
I 2 1 Px 1 L px 2
L 2
EI 0 2 2 L EI 0 2 L
= Px − dx + dx
1
L
1 1
L
I L P 1 2 2
=
EI
0
2
p.x.dx +
2 EI
0
=
EI 4 x
0
PL2
θA = (searah jarum jam)
16 EI
PL2
θB = (berlawanan arah dengan jarum jam)
16 EI
Contoh 4 : hitung θA atau θB pada balok dengan tumpuan sederhana dengan beban
merata seperti gambar di bawah ini dengan metode beban satuan.
q kg/m’
A B
θA C θB
RA = 1/2qL RA = 1/2qL
L/2 L/2
C
A B
RA = 1/L RA = 1/L
m=1
Penyelesaian :
Bagian balok AC CB
Titik awal A B
Mx 1 1 1 1
qLx − qx 2 qLx − qx 2
2 2 2 2
x x
mx 1−
L L
1 1
Batas x = 0 s/d x = L x = 0 s/d x = L
2 2
1 1 x 1 1 x
L gLx − gx 2 1 − dx L gLx − gx 2 dx
= 2 L + 2 2 L
2 2 2
θA
0 EI 0 EI
1 21 1 2 1 2 1 x 1 L 1 2 1 x3
L 3
EI 0 2 2 L EI 0 2
= gLx − gx − gx + g + gx − g dx
2 2 2 L
1 21 1 x 1 L 1 2 1 x
L 3 3
EI 0 2 2 L EI 0 2
= gLx − gx 2
+ g + gx − g dx
2 L
L
1 gLx 2 x 3 gx 4 gx 3 gx 4 2
= − g + + −
EI 4 3 8L 6 8L 0
1 gL3 gL3 gL3 gL3
= − + = (Searah jarum jam)
EI 16 24 48 24 EI
gL3
θB = (Berlawanan arah dengan jarum jam)
24 EI
Contoh 5 : hitung θA dan θB dengan cara beban satuan pada balok sederhana dibawah
ini.
A B
θA C θB
RA = 6t RB = 2t
2m 6m
A B
C
1/8 - 1/8
A B
A B
C
A B
Penyelesaian :
Bagian balok AC CB
Titik awal A B
Mx 6x 2x
x x
mx 1−
8 8
Batas x = 0 s/d x = 2 x = 0 s/d x = 26
x x
(6 x )1 − dx (2 x ) dx
2 8 6 8
θA =
0 EI
+
0 EI
x2
6 x − 6 dx
= +
2 8 6 x2
0 EI 0 4 EI
dx
2
1 2 x3
6
1 1 3
= 3x − + x
EI 4 0 4 EI 3 0
1
EIθA = (12 – 2) + (72) = 28
4
28
θA = 6
10 .0,017
= 0,00165 Rad (Searah jarum jam)
Bagian balok AC CB
Titik awal A B
Mx 6x 2x
x x
Mx 1−
8 8
Batas x = 0 s/d x = 2 x = 0 s/d x = 6
x x
0 (6 x ) dx + 0 (2 x )1 − dx
2 6
EIθB =
8 8
6
2
2 6x x2
= dx + 2 x −
dx
0 8 0
4
2 6
1 1
= x3 + x 2 − x3
4 0 12 0
= ( 2 ) + (36 – 18)
= 20
20
θB = 6 = 0,0012Rad (Berlawanan arah dengan jarum jam)
10 .0,017
Soal :
1. carilah θB dengan cara beban satuan (unit load)
P
A B
C
1/2L 1/2L
q t/m’
A B
1/2L C 1/2L
q = 2 t/m’
A B
5m 5m
E = 100.000 kg/cm2
I = 2.300.000 cm4
P = 5t
q = 2 t/m’
A B
2m 2m 2m 2m
E = 100.000 kg/cm2
I = 7200.000 cm4
EI
P2 = 6t EI
2m
P1 = 12t
C D ∑MA = 0
12(4) + 6(2)
F RB =
8
= 7,5t ()
2m
∑H = 0
HA = P2 = 66
∑MB = 0
12(4) + 6(1) − 6(1)
()
P2 = 6t
RA = = 4,5t
2m 8
MCA = HA x 4 – P2 (2)
B = 6 x 4 – 6 x 2 = 12tm
HA = 6t
RB
MCD + MCA = 0 → MCD = -12tm
12 x 4 − 12
A
RCD =
8
()
= 4,5t
12 x 4 + 12
()
RA
RDC = = 7,5t
8
MDE = 0
a) Rotasi di A (θA)
Free body akibat beban luar.
12 0
C D
0 C D
F
4,5 7,5t
12 0
Free body pemberian M = 1 satuan di A
1/8
C D 0 C D 0
1
F 0
0
C D
1 1/8 1/8
B
0 A B
RA = 1/8
A RA = 1/8
M=1
M=1
Bagian balok AE CE CF DF DB
Titik awal A C C D B
I A I 21 21 1
M I 12 4,5x +12 7,5x 0
m 6x 1 1 1 0
1− x x
8 8
Batas x=0 x=0 x=0 x=0 x=0
x = 2m x = 2m x = 4m x = Фm x = 3m
Mm.dx
L 2 6 x (1) 2 (12)(1)
θ A= = dx + dx
0 EI 0 EI 0 EI
1 1
(4,5 x + 12)1 − (7,5 x) x
= +
4 8 .dx + 4 8 dx
0 2 EI 0 2 EI
4 4
=
1 2
3x 2 0 +
1
12 x02 + 1 4,5 x 2 + 12 x − 4,5 x 3 − 12 x 2 + 1 7,5 3
24 x
EI EI 2 EI 2 24 16 0 2 EI 0
EIθA = (12 + 24 + 18 + 24 – 6 – 6 + 10
76tm 2
θA =
EI
b) Rotasi di C (θC)
C D 1/8 1/8
C D
1
C F D
1/8 1/8
E
E
B
A B
A 1/8 1/8
M=1
Bagian balok AE CE CF DF DB
Titik awal A C C D B
I I I I I I
M 6x 12 4,5x +12 7,5x 0
m 0 0 1 1 0
1− x
8x 8
Batas x=0 x=0 x=0 x=0 x=0
x = 2m x = 2m x = 4m x = 4m x = 3m
Mm.dx
θC =
Ei
1 1
(4,5 x + 12)1 − x (7,5 x) x
2 6 x ( 0) 2 12(0) 4 8 dx + 4 8 dx
= dx + +
0 EI 0 EI 0 2 EI 0 2 EI
Defleksi / lendutan :
Δ = Momen ujung akibat Luasan Kurva Bidang Momen pada titik yang ditinjau
EI
Defleksi :
Momen pada titik yang ditinjau akibat Luasan Kurva Bidang Momen
EI
A B gL3 3 gL4
EIΔB = L =
ΔB
6 4 8
θB
gl 4
ΔB =
8EI
PL 2
θA = (searah jarum jam)
16 EI
PL 2
P’=1/16PL 2 θB = (berlawanan jarum jam)
1/16PL2 16 EI
1/16PL2
EIΔC = MC akibat kurva MAC
1/3L 1/6L PL2 1 PL3
= L =
16 3 48
C
A B
θA ΔC θB PL3
ΔC = (kebawah)
48EI
Beban merata :
g
1
A B RA = RB = qL
θA θB
2
1 1 1 1
1/2gL 1/2gL MC = qL( L) − qL( L)
2 2 2 4
L2 L2 EIθA = EIθC + luasan kurva MAC
1/8gL2
2 qL2 L qL3
= 0 + =
3 8 2 24
1/24gL3 gL3
θA = q (searah jarum jam)
1/24gL3 1/24gL3 24 EI
qL3
5/16L 3/16L θB = (berlawanan jarum jam)
24 EI
5qL4
ΔC =
384 EI
Soal-soal
A1. Hitung θB, ΔB dan ΔC pada balok kantilever dengan beban seperti di bawah ini
P
A B
C
½l EI ½l
2. Hitung θB dan ΔB pada balok kantilever dengan beban seperti di bawah ini :
P
q
A B
EI
L
3. Hitung θA, θB dan ΔC serta ΔD pada balok kantilever dengan beban seperti di bawah
ini :
P P P
C D E
B
A
¼l ¼l ¼ l ¼l
4. hitung θA, θB dan ΔC pada balok kantilever dengan beban seperti di bawah ini :
P
q
C
B
A (EI)
½l ½l