Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat untuk memberikan pembinaan
terhadap narapidana di Indonesia. Sebelum dikenal dengan istilah Lapas, tempat ini lebih sering disebut sebagai penjara. Lembaga Pemasyarakatanadalah Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jendral Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berada di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DIY. Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Yogyakarta merupakan satu- satunya Lapas di Yogyakarta yang dijadikan sebagai tempat untuk membina warga binaan perempuan dari segala kasus dan seluruh lapisan manusia. Dalam beroperasi, menjaga keamanan dan ketertiban Lapas merupakan hal pokok yang harus dilaksanakan seluruh petugas agar lingkungan Lapas tetap aman dan kondusif. Namun, masih terdapat beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki dan ditingkatkan yang kemudian menjadi isu, seperti belum maksimalnya pengawasan lalu lintas di blok hunian WBP, belum optimalnya pelaksanaan kunjungan online melalui Video Call, kurangnya kebersihan dan ketertiban di lingkungan blok hunian WBP, kurangnya kedisiplinan petugas dalam melakukan tugas pokoknya, dan belum optimalnya pelaksanaan pembinaan kemandirian. Beberapa isu yang ditemukan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Yogyakarta kemudian dianalisis menggunakan alat analisis AKPK (Aktual, Kekhalayakan, Problematika, Kelayakan) dan USG (Urgency, Seriousness, Growth). Dari hasil analisis isu, didapatkan core issue dengan kriteria dan kualitas tertinggi yaitu belum optimalnya pelaksanaan kunjungan online melaluiVideo Call. Kemudian, core issue dianalisis menggunakan diagram fishboneuntukmencaripenyebab dan akibatdariadanyaisutersebut. Berdasarkan hasil analisis isu menggunakan diagram fishbone di atas, penyebab munculnya isu belum optimalnya pelaksanaan kunjungan online melalui Video Call disebabkan oleh beberapa hal. Faktor penyebab dari sisi surroundings adalah informasi kepada keluarga WBP tentang pelaksanaan kunjungan online masih kurang, sehingga terjadi miskomunikasi antara WBP dan keluarga. Dari sisi system dan supplier yaitu jadwal kunjungan online terbatas dan jumlah komputer yang tersedia juga terbatas. Hal ini terjadi karena ruang dan komputer yang digunakan untuk Video Call juga digunakan untuk siding online bagi tahanan. Dari sisi skills yaitu tidak semua WBP dan keluarga WBP mempunyai kemampuan berteknologi yang baik. Dari sisi safety yaitu ketertiban WBP saat berada di antrean kunjungan online masih kurang dan WBP yang sedang Video Call mengalami gangguan karena WBP lain yang ramai. Penyelesaian dari permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan solusi mengoptimalkan pemberian informasi kepada warga binaan maupun keluarga warga binaan tentang informasi pendaftaran kunjungan online melalui Video Call beserta pendaftaran nomor Video Call serta jadwal kunjungan online melalui Video Call. Berdasarkan akarpenyebab masalah sesuai dengan kondisi di atas maka diperlukan kegiatan untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam rangka penyelesaian isu tersebut dengan mengadopsi nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) maka diuraikan rencana kegiatan berikut ini, yaitu: 1. Membuat banner di blok hunian WBP yang berisi tentang informasi tata cara pendaftaran kunjungan online melalui Video Call. 2. Membuat banner dan leaflet yang berisi tentang informasi tata cara pendaftaran kunjungan online melalui Video Call untuk keluarga. 3. Membuat bon daftar WBP yang akan melakukan kunjungan online melalui Video Call. 4. Mengebon WBP yang akan Video Call ke Regu Pengamanan (Rupam). 5. Mengawasi WBP saat melakukan Video Call.