UTS - Reg A - Bebas - Marion Mutiara Matauch - 1906385613
UTS - Reg A - Bebas - Marion Mutiara Matauch - 1906385613
a. Saya tidak setuju bahwa hasil investigasi dari KOMNAS HAM yang
menyatakan bahwa terdapat kerja paksa pada kasus diatas sebab unsur dari kerja
paksa sendiri tidak terpenuhi dimana yang dimaksud dengan “pekerjaan atau jasa
yang dipaksakan pada setiap orang” dimaksudkan pada Pasal 2 ayat (1) UU
Perdagangan Orang. Sehingga pekerjaan yang dipaksakan pada setiap orang tersebut
memang bersifat diwajibkan oleh pejabat yang berwenang. Para penghuni
kerangkeng bukanlah subjek yang memenuhi unsur pasal 2 ayat (1) tersebut. Adapun
mereka melakukan pekerjaan atas dasar paksaan yang bukan timbul karena adanya
kewajiban sehingga tidak termasuk dalam kategori kerja paksa ayat (2). Oleh sebab
itu, pada kasus di atas lebih tepat penggunaan istilah perbudakan karena unsur-unsur
yang telah memenuhi berasal dari Pasal 2 ayat (1) UU Perdagangan Orang dimana
unsur “tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban” telah terpenuhi dibuktikan
dengan tindakan pembangunan kerangkeng dan penyiksaan tubuh korban. Bupati
langkat selaku pemberi kerja tidak memiliki niat untuk melakukan penguatan
keterampilan dan pembekalan para penghuninya. Unsur-unsur perbuatan perbudakan
di Indonesia diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU Perdagangan Orang, yaitu “perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang
atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang
tersebut.” Unsur yang terpenuhi dalam kasus ini adalah sebagai berikut: