Anda di halaman 1dari 3

c   

  




 

Penulis: Kadriah

Sampai hari ini Indonesia masih menyatakan dirinya sebagai negara hukum, yang memiliki
³basic requirement´ pengakuan jaminan hak-hak dasar manusia yang dijunjung tinggi. Dengan
demikian dalam negara hukum yang terpenting adalah adanya pembatasan kekuasaan oleh
hukum sedemikian sehingga hak-hak rakyat terbebas dari tindakan sewenang-wenang penguasa.
Di dalam negara hukum kekuasaan tidak didasarkan pada kekuasaan semata-mata, tetapi
kekuasaan dibatasi atau didasarkan pada hukum ³rule of law´ (Mien Rukmini, Perlindungan
HAM melalui Asas Praduga Tidak Bersalah dan Persamaan Kedudukan Dalam Hukum pada
sistem Peradilan Pidana Indonesia, Hal 35).

Ada beberapa ahli hukum coba merumuskan unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu negara
hukum. Scheltema misalnya merumuskan unsur-unsur dari suatu negara hukum adalah: (1)
kepastian hukum, (2) persamaan, (3) demokrasi. Philipus M. Hadjon mengemukakan ciri-ciri
dari negara hukum adalah: (1) adanya UUD atau konstitusi yang memuat ketentuan tertulis
tentang hubungan antara penguasa dan rakyat, (2) adanya pembagian kekuasaan negara, (3)
diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat. Dari unsur-unsur di atas terlihat bahwa
tujuan utama dari negara hukum adalah pengakuan dan perlindungan terhadap HAM yang
bertumpu pada prinsip kebebasan dan persamaan. Dengan kata lain negara harus menjunjung
tinggi hak asasi manusia, menjamin segala hak warga negara untuk mendapatkan persamaan
kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan.

UUD 1945 secara tegas telah memberikan jaminan bahwa ³segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27 ayat (1). Pasal ini memberikan makna
bahwa setiap warga negara tanpa harus melihat apakah dia penduduk asli atau bukan, berasal
dari golongan terdidik atau rakyat jelata yang buta huruf, golongan menengah ke atas atau kaum
papa yang bergumul dengan kemiskinan harus dilayani sama di depan hukum.
Sementara yang dimaksudkan dengan kedudukan yang sama dalam hukum´ sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menurut Solly Lubis meliputi baik bidang hukum
privat maupun hukum publik, dengan demikian setiap warga negara mempunyai hak untuk
mendapatkan perlindungan dengan mempergunakan kedua kelompok hukum tersebut dan jika
ditilik selanjutnya tampak bahwa ³hukum´ yang dimaksud sebagai alat, sudah mencakup segi-
segi keperdataan dan kepidanaan, serta cabang-cabang hukum publik lainnya, seperti hukum tata
negara, hukum tata pemerintahan, hukum acara pidana/perdata dan sebagainya (Mien Rukmini,
Perlindungan HAM melalui asas praduga tidak bersalah dan asas persamaan kedudukan dalam
hukum, 2007; 27).

Permasalahannya sekarang adalah apakah semua teori dan konsep yang telah tertuang dalam
rumusan undang-undang telah dijalankan dalam kehidupan nyata. Untuk melihat apakah hukum
sudah berjalan atau tidak kita tidak boleh hanya terpaku pada rumusan undang-undang namun
harus melihat bagaimana aplikasi hukum dalam masyarakat. Lili Rasjidi seorang pemikir hukum
realis pragmatis menyatakan bahwa; yang terpenting adalah bagaimana hukum itu dapat
diterapkan/ditegakkan dalam kenyataan, hukum yang sebenarnya adalah hukum yang dijalankan,
bukanlah apa yang tertulis dengan indah dalam undang-undang, melainkan apa yang dilakukan
oleh aparat penyelenggara hukum, polisi, jaksa, hakim, atau siapa saja yang melakukan fungsi
pelaksanaan hukum.

Sudahkah pelaksana hukum ini melaksanakan tugasnya sesuai asas praduga tak bersalah dan asas
persamaan kedudukan dalam hukum. Atau asas ini hanya dijalankan sepotong-sepotong untuk
orang-orang tertentu saja. Kita lihat dalam kasus Sengkon dan Karta yang proses beracaranya
masih menggunakan HIR, penegak hukum telah melakukan upaya paksa yang berlebihan dengan
sistem pemeriksaan inkuisitor sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan dalam menghukum
orang dan salah dalam menerapkan hukum nya. Juga dalam kasus Marsinah, kasus yang dalam
penyelesaian kasus-kasus ini dilakukan rekayasa sedemikian rupa sehingga menyebabkan orang
yang seharusnya tidak bersalah harus dihukum.

Dari segelintir kasus di atas terlihat sering dilakukannya upaya paksa dan kekerasan terhadap
tersangka atau pelaku sedemikian rupa sehingga melanggar HAM tersangka atau terdakwa.
Berkaitan dengan pelanggaran HAM tersebut terlihat bahwa para penegak hukum maupun
masyarakat belum memahami arti dan makna penegakan asas praduga tidak bersalah dan asas
persamaan kedudukan dalam hukum.

Anda mungkin juga menyukai