Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
FAKULTAS PSIKOLOGI
PENDAHULUAN
Psikologi adalah salah satu itu ilmu yang memiliki fokus aspek kejiwaan manusia.
Gangguan psikologis merupakan adanya seseorang yang memiliki cara berfikir dan
perilaku, serta emosi yanng abnormal. Gangguan psikologis yang terjadi pada suatu
individu didasari oleh faktor-faktor salah satunya adalah ingatan masalalu yang
membayang- bayangi dapat mempengaruhi kepribadian, dimana tekanan-tekanan yang
ditimbulkan dari ingatan tersebut akan meberikan dorongan untuk menghancurkan
dirinya dan bisa berujung pada kematian (Freud, 2015:36).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyalahgunaan zat kimia dan kecanduan.
2. Untuk mengetahui tentang gangguan mood.
3. Untuk mengetahui tentang skizofrenia.
2
MODUL 15.1
kotak Skinner, tempat tikus dapat menghasilkan stimulasi otak mandiri dengan cara
menekan sebuah tuas untuk mendapatkan stimulasi listrik pada otak. Tikus menekan
3
tuas sebanyak 200 kali per jam ketika elektroda di letakkan pada spektum dan
berbagai area pada otak.
4
menyukai, tidak lebih banyak daripada mencit normal. Akan tetaapi, jika mencit
tersebut memiliki kesempatan untuk berlari ke lorong untuk memperoleh makanan,
mereka akan berlari keluar dari kotak start terlebih dahulu dari mencit yang lain dan
lebih mengabaikan gangguan. Peneliti lain telah menguji mencit terhadap defisiensi
pembentukan dopamin. Mencit-mencit tersebut tidak menghampiri makanan, akan
tetapi jika makanan didekatkan ke mereka, mereka akan makan sebanyak mencit
nromal. Ternyata mereka “menyukai” makanan tersebut, tetapi tidak cukup
“mengingink”n" untuk berjalan mendekatinya.
5
terdapat bahaya terhadap kesehatan ataupun kehidupan sosial, yang dapat muncul bahkan
setelah seseorang memutuskan untuk berhenti atau menurunkan konsumsi alkohol.
Alkohol menghambat aliran ion natrium melintasi membran, mengembangkan
permukaan membran, menurunkan aktivitass serotonin, memfasilitasi respons oleh
reseptor GABAA, menghambat reseptor glutamat, dan meningktakkan aktivitas dopamin.
Banyaknya pengaruh yang ditimbulkan alkohol, tidak mengherankan jika alkohol
memengaruhi perilaku dengan berbaagai macam cara.
1. Genetika
Pada penyakit Huntington, orang yang memiliki banyak pengulangan C-A-G
pada gen yang mengode protein huntingtin akan mengembangkan gejala penyakit
tersebut pada masa awal perkembangan, sementara orang yang memiliki pengulangan
C-A-G dalam jumlah yang lebih sedikit akan mengembangkan gejala penyakit ketika
tua atau bahkan tidak sama sekali. Hal yang sama juga terjadi pada ketergantungan
alkohol. Dasar-dasar genetika merupakan faktor kuat yang memengaruhi munculnya
ketergantungan alkohol pada usia muda, terutama pada pria. Para peneliti membagi
ketergantungan alkohol menjadi dua tipe.
1) Tipe I (Tipe A)
Muncul di usia lebih tua(biasanya di atas 25 tahun)
Muncul bertahap
Lebih sedikit kerabat yang menjadi pecandu alkohol
Jumlah pria dan wanita penderita kurang lebih sama
Secara umum tidak terlalu parah
2) Tipe II (Tipe B)
Muncul di usia lebih muda(biasanya di bawah umur 20 tahun)
Muncul lebih cepat
Lebih banyak kerabat yang menjadi pecandu alkohol
Lebih banyak diderita pria daripada wanita
Sering kali parah, sering kali diasosisikan dengan tindak kriminal
6
b. Anak kandung dari orang tua yang ketergantungan alkohol memiliki resiko yang
lebih besar untuk menjadi pecandu alkohol, meskipun jika mereka diadopsi oleh
orang tua yang bukan pecandu alkohol.
2. Faktor Risiko
Sebuah studi mengungkapkan bahwa ketergaantungan alkohol lebih mungkin
terjadi pada individu yang di masa kecilnya digambarkan sebagai individu yang
impulsif, pecinta risiko, mudah bosan, pecinta sensasi, dan terbuka. Peneliti lain
mengidentifikasi sekelompok pria muda yang tidak memiliki masalah ketergantungan
alkohol. Bandingkan di antara mereka yang memiliki ayah pecandu alkohol dengan
yang tidak memiliki kerabat dekat pecandu alkohol. Pada situasi yang sulit, alkohol
akan menurunkan stress pada sebagian individu. Namun, penurunan stres terjadi lebih
besar pada putra pecandu alkohol. Putraa pecandu alkohol memiliki sejumlah
keanehan otak, termasuk ukuran amigdala belahan otak kanan yang lebih kecil dari
normal. Pria-pira muda tersebut belum menjadi pecandu alkohol, sehingga adanya
abnormalitas otak mempresentasikan predisposisi terhadap alkohol dan bukan hasil
dari kecanduan alkohol.
7
dapat mengurangi dorongan yang tidak tertahankan. Banyak kemungkinan yang masih
ada dalam tahap eksperimen.
1. Antabus
Menjadi asetaldehida Sebuah enzim yang bernama asetaldehida,
dehidrogenase akan mengubah asetaldehida menjadi asam asetat, sebuah zat kimia
yang dapat digunakan tubuh sebagai sumber energi. Berikut adalah alur reaksinya.
Asetaldehida
dehidrogenase
8
2. Metadon
Metadon mirip dengan heroin dan morfin, tetapi memiliki keunggulan karena
dapat dikonsumsi dalam bentuk pil (jika heroin dan morfin dikonsumsi dalam bentuk
pil, maka sebagian besar akan dipecahkan oleh asam lambung). Metadon dalam
bentuk pil secara bertahap akan memasuki secara berima pembuluh darah lalu
memasuki otak, sehingga peningkatan kadarnya terjadi secara lambat. menghindarkan
adanya pengalaman "naik" (rush). Oleh karena metadon dimetabolisme secara
perlahan, gejala penarikan diri juga timbul secara bertahap. Di samping itu, pengguna
metadon akan menghindari penggunaan jarum suntik yang terinfeksi. Buprenorfin dan
levomethadyl acetate (LAAM) adalah obat tambahan yang serupa dengan metadon
yang juga digunakan untuk mengobati ketergantungan opiate. Individu yang
mengunakan obat-obatan tersebut, secara rata-rata hidup lebih lama dan lebih sehat
serta jauh lebih mungkin mempertahankan pekerjaan daripada pengguna heroin atau
morfin. Individu yang berhenti menggunakan metadon dan obat yang mirip
dengannya, kemungkinan akan mengalami dorongan yang tidak tertahankan untuk
mengonsumsi obat tersebut.
Apa yang dapat mencegah pecandu obat. untuk melarutkan pil metadon dalam
air dan menyuntikkannya untuk mendapatkan efek seperti heroin? Para dokter
menemukan solusi yang cerdas. Mereka menggabungkan metadon dengan obat
bernama nalokson yang menghambat pengaruh obat-obatan opiate. Jika seseorang
mengonsumsi sebuah pil yang merupakan kombinasi metadon dan nalokson, maka
sebagian besar nalokson akan dipecah oleh asam lambung dan metadon a tetap
berfungsi seperti tujuan awal. Akan tetapi, seseorang melarutkan pil tersebut lalu
menyuntikkannya. maka asam lambung tidak dapat memecah nalokson sehingga akan
menghambat efek metadon.
9
otaknya. Akan tetapi, dari cara pandang yang berbeda, penyataan tersebut benar.
Sebagai contoh, seseorang memutuskan "Saya akan berhenti" dan kemudian beberapa
minggu atau bahkan beberapa jam kemudian ia tidak dapat menahan keinginan untuk
kembali ke perilaku adiktif mereka. Tampaknya, bagian-bagian otak tertentu telah
mengalami perubahan sehingga menenggelamkan bagian yang berkata, "Saya akan
berhenti". Kecanduan mengaburkan perbedaan antara sesuai kemauan dan di luar
kemauan yang biasanya kita ketahui.
10
MODUL 15.2
GANGGUAN MOOD
Depresi mayor dua kali lebih banyak didiagnosis pada wanita dibanding pria. Depresi
mayor dapat terjadi pada umur berapa pun, walaupun tidak umum ditemukan pada anak-
anak. Sebuah survei di Amerika Serikat melaporkan bahwa dari seluruh penduduk dewasa,
5% menderita depresi yang "secara klinis signifikan" (cukup parah). Seiring dengan
perjalanan waktu, lebih dari 10% (penduduk dewasa di Amerika Serikat) menderita
depresi.
11
tidak hanya spesifik untuk depresi. Kerabat dekat penderita depresi lebih mungkin
menderita depresi daripada orang lain. Tidak hanya depresi, kerabat tersebut juga
lebih mungkin menderita gangguan kecemasan, gangguan kurangnya perhatian,
penyalahgunaan alkohol dan mariyuana, gangguan obsesif kompulsif, bulimia, sakit
kepala migren, sindrom usus rengsa, serta beberapa kondisi lainnya.
Walaupun adanya presdiposisi terhadap depresi sudah pasti bergantung pada
banyak gen, beberapa gen tersebut telah teridentifikasi. Sebuah bentuk gen tertentu
menyebabkan penurunan kemampuan otak untuk memproduksi neurotransmiter
serotonin sebanyak 80%.
Gen lain yang menarik adalah gen pengendali protein pengangkut serotonin.
Protein tersebut mengendalikan kemampuan sebuah akson untuk menyerap kembali
serotonin setelah dilepaskan, yaitu kemampuan untuk mendaur ulang serotonin untuk
digunakan kembali. Pengaruh gen tersebut terhadap depresi berkaitan dengan
pengalaman seseorang.
2. Hormon
Depresi terjadi lebih banyak dalam kurun waktu tertentu daripada terus-
menerus. Salah satu kemungkinan pemicunya adalah stres, yang akan melepaskan
kortisol. Kortisol menyiapkan tubuh untuk bertindak, tetapi kadar tinggi kortisol
dalam jangka panjang akan menguras energi tubuh, mengganggu tidur, mengganggu
sistem imunitas, dan memicu terjadinya depresi.
Peran hormon seks kurang begitu jelas. Sekitar 20% wanita mengalami
depresi pospartum, yaitu depresi setelah melahirkan. Depresi posportum lebih
banyak ditemukan pada wanita yang pernah menderita depresi mayor dan wanita yang
mengalami ketidaknyamanan parah saat menatruasi. Sebuah studi mengungkapkan
bahwa setelah terjadi penurunan kadar estradiol dan progesteron yang dipicu obat,
wanita yang memiliki riwayat depresi pospartum tiba-tiba memperlihatkan gejala
depresi baru, sementara wanita normal tidak.
Depresi pada anak-anak dimulai pada saat masa pubertas. Kemungkinan
terjadinya depresi pada wanita dua kali lebih bisar dibandingkan pria.
12
3. Abnormalitas Dominansi Belahan Otak
Studi mengungkapkan adanya kaitan erat antara suasana hati bahagia dan
peningkatan aktivitas pada korteks prafontal kiri. Sebagian besar penderita depresi
mengalami penurunan aktivitas pada korteks prafontal kiri dan peningkatan aktivitas
pada korteks prafontal kanan.
Banyak individu menderita depresi berat setelah mengalami kerusakan
belahan otak kiri; lebih sedikit individu yang menderita depresi berat setelah
mengalami kerusakan belahan otak kanan. Terkadang penderita kerusakan belahan
otak kanan menjadi manik, yaitu kebalikan dari depresi.
4. Virus
Beberapa kasis depresi mungkin berkaitan dengan infeksi virus. Pada tahun
1980, penyakit Borna hanya dikenal sebagai infeksi pada hewan ternak Eropa. Pada
kasus yang parah, penyakit tersebut berakibat fatal. Pada kasus yang ringan, penyakit
Borna ditandai dengan adanya pengaruh terhadap perilaku, seperti adanya periode
aktivitas sangat tinggi yang berseling dengan leriode inaktif.
Pada tahun 1985, peneliti melaporkan hasil pengujian darah terhadap 370
orang. Hanya 12 orang yang menperlihatkan hasil positif terhadap penyakit Borna,
mereka juga menderita depresi mayor atau kelainan bipolar. Virus Borna ditemukan
pada 2% dari individu normal, 30% dari penderita depresi parah, dan 13-14% dari
penderita penyakit otak kronis. Akan tetapi, virus Borna juga ditemukan pada
penderita penyakit kejiwaan lain selain depresi. Ternyata, virus Borna menimbulkan
predisposisi terhadap penyakit kejiwaan secara umum bukan hanya depresi secara
fisik.
5. Obat Antidepresi
Seperti kebanyakan obat-obatan psikiatri, obat-obatan antidepresi awal juga
ditemukan karena ketidaksengajaan.
Tipe-tipe Obat Antidepresi
Obat-obatan antidepresi dapat dibagi menjadi empat kategori utama; trisiklik,
selevtive serotonin reuptake inhibitors (SRRI), monoamine oxidase inhibitor (MAOI),
dan antidepresi atipikal. Kategori trisiklik (impramin atau Tofranil) bekerja dengan
cara mencegah neuron prasinaptik mengabsorpsi ulang serotonin dopamin, atau
13
norepinefrin setelah neuron tersebut melepaskan neurotransmiter tersebut. Oleh
karena itu, neurotransmiter tersebut akan berada di celah sinaptik lebih lama dan terus
menstimulasi sel postsinaptik. Akan tetapi, trisiklik juga menghambat reseptor
histamin, asetil kolin, dan kanal-kanal natrium tertentu. Pengguna trisiklik harus
membatasi diri untuk mengurangi efek sampingnya.
Obat antidepresi kategori selective serotonin reuptakeinhibitors (SRRI) cara
kerjanya serupa dengan trisiklik, namun SRRI spesifik untuk neurotransmiter
serotonin. Efek samping yang ditimbulkan SRRI masih dalam tingkat ringan, hanya
sedikit mual atau pusing kepala, tetapi terkadang dapat menimbulkan kecemasan.
Obat antidepresi kategori monoamine oxidase inhibitor (MAOI),
menghambat enzim monoamina oksidase (MAO), yaitu sebuah enzim pada terminal
prasinaptik yang memetabolisme katekol amina dan serotonin menjadi bentuk inaktif.
Apabila MAOI menghambat enzim tersebut, terminal prasinaptik memiliki lebih
banyak ketersediaan neurotransmiter untuk dilepaskan. Pengguna MAOI harus
menghindari makanan yang mengandung tiramin-termasuk keju, kismis, dan masih
banyak lagi, karena kombinasi tiramin dan MAOI akan meningkatkan tekanan darah.
Obat antidepresi kategori antidepresi atipikal adalah bermacam-macam
kelompok obat yang memiliki efek antidepresi dan menyebabkan efek samping
ringan. Satu contohnya adalah bupropion (Wellbutrin) yang menginhibisi
pengambilan ulang dopamin dan norepinefrin dalam batasan tertentu, juga
menginhibisi pengambilan ulang norepinefrin, tetapi bukan serotonin.
Sebagai tambahan, banyak orang memanfaatkan herba St. John's wort
(Hypericum perforatum). Herba tersebut dipasarkan sebagai suplemennutrisi daripada
sebagai obat. St. John's wort ini memiliki keunggulan karena lebih murah daripada
obat-obatan antidepresi. Herba tersebut dapat dibeli tanpa resep dan dapat diperoleh
dengan mudah, tetapi seringkali digunakan dengan jumlah yang tidak tepat.
14
menurunkan kadar serotonin secara tiba-tiba dengan cara mengonsumsi semua asam
amino, kecuali triptofan yang merupakan prekursor serotonin. Masalah selanjutnya
ialah waktu obat antidepresi menimbulkan efek pada sinapais serotonin dan katekol
amina dalam hitungan, tetapi pengguna obat tersebut harus mengonsumsinya
berminggu-minggu sebelum mereka mengalami adanya peningkatan suasana hati
(Stewart dkk., 1995).
Apa yang terjadi dalam waktu 2 minggu atau lebih sebelum obat tersebut
menghasilkan pengaruh pada perilaku? satu kemungkinan mengaitkan fakta bahwa
neuron pada suatu bagian di hipokampus dan korteks serebrum dari sebagian
penderita depresi mengalami penyusutan (Cotter, Mackay, Landau, Kerwin, &
Everall, 2001). Ketika obat antidepresi meningkatkan pelepasan
neurotransmiter, neuron juga melepaskan neurotrofin yang disebut dengan
brainderived neurotrophic factor (BDNF) (Gullin dkk, 2001). Bahwa neurotrofin
membantu ketahanan, pertumbuhan, dan hubungan neuron. Peningkatan pelepasan
(BDNF) memicu ketahanan dan pertumbuhan neuron di hipokampus (Sairanen, Luca,
Erfros, Castrén, & Cartrin, 2005) ada efek tersebut mungkin berkontribusi pada
manfaat obat antidepresi tersebut (Santarelli dkk, 2003).
Hingga saat ini jawaban paling jujur adalah kita tidak tahu bagaimana tepatnya
cara kerja obat antidepresi. Pengaruh obat tersebut pada serotonin sudah jelas, tetapi
pengaruh yang muncul berminggu-minggu setelahnya masih membutuhkan penelitian
lebih lanjut.
6. Terapi Lainnya
15
terkadang menimbulkan efek samping yang serius (Jureidani dkk, 2004). Jika
aktivitas mental adalah hal yang sama dengan aktivitas otak, maka perubahan pikiran
seseorang seharusnya memang mengubah kimiawi otak. Seperti halnya obat
antidepresi, manfaat psikoterapi dirasakan oleh 50-60% dari semua pasien dalam
kurun waktu beberapa bulan. Ternyata dari 30% penderita depresi mengalami
perubahan tanpa perlakuan apa pun, kemudian 20-30% penderita depresi yang lain
memberi respons yang baik terhadap perlakuan dan sisanya lebih menantang. Akan
tetapi, manfaat psikoterapi tahan lebih lama. Berdasarkan sebuah laporan, 76% patien
yang pulih dengan menggunakan obat antidepresi akan mengalami depresi kembali di
tahun berikutnya, sementara hanya 31% pasien yang pulih dengan melakukan
psikoterapi akan mengalami hal yang sama (Hollon dkk, 2005)
16
Di samping kehilangan memori, efek samping ECT yang lebih serius adalah
adanya resiko tinggi terjadinya kembali depresi dalam beberapa bulan (Riddle &
Scott, 1995). Setelah ECT menurunkan gejala depresi, strategi yang biasa digunakan
adalah mencegah terjadinya depresi kembali dengan menggunakan obat, psikoterapi,
atau perlakuan ECT secara periodik (Swoboda, Conca, König, Waanders, & Hansel,
2001).
B. GANGGUAN BIPOLAR
Depresi dapat berupa gangguan unipolar atau bipolar. Penderita gangguan unipolar
keadannya berseling antara keadaan normal dan depresi.Penderita gangguan bipolar
yang dulu dikenal dengan nama gangguan manik depresif (manic-depressive disorder),
keadaannya berseling antara depresi dan kebalikannya, yaitu mania. Mania ditandai
dengan adanya aktivitas resah, kegembiraan, tertawa, percaya diri, berbicara tidak
terfokus, dan hilangnya kendali diri. Individu yang menderita periode mania penuh
disebut dengan penderita gangguan bipolar I. Individu penderita gangguan bipolar II
17
memiliki periode mania yang lebih ringan yang disebut hipomania, ditandai sebagian
besar dengan adanya agitasi dan kecemasan.
1. Genetika
Jika salah satu kembaran monozigot menderita gangguan bipolar, maka
kembaran yang lain paling tidak memiliki 50% kesempatan untuk menderita
gangguan yang sama. Sementara itu, kembaran dizigot, saudara kandung atau anak
dari penderita gangguan bipolar memiliki probabilitas sebesar 5-10%. Anak asuh
yang menderita gangguan bipolar mungkin memiliki kerabat biologis yang menderita
gangguan mood (mood disorder).
2. Pengobatan
Pengobatan gangguan bipolar pertama yang berhasil dan masih umum
digunakan hingga saat ini, yaitu menggunakan garam litium. Manfaat litium
digunakan pada pencegahan dan pengobatan mania, pada pencegahan gangguan
bipolar (gangguan manik–depresif) dan pada pencegahan depresi kekambuhan
(penyakit unipolar atau depresi unipolar). Larutan tersebut memang bermanfaat,
walaupun akhirnya para peneliti menyadari bahwa zat aktif yang berguna adalah
litium dan bukan asam urat. Litium, valproate, dan karbamazepin memiliki banyak
pengaruh terhadap otak. Sebuah strategi penelitian yang baik adalah dengan
mengasumsikan bahwa keduanya menurunkan gejala gangguan bipolar karena
keduanya memiliki suatu efek yang sama. Sebagai contoh, valproate dan karbamazin
meningkatkan aktivitas pada sinapsis GABA. Litium tidak melakukan hal yang sama,
sehingga mungkin efek tersebut tidak terlalu penting.
Sebuah pengobatan lain membutuhkan perhatian lebih. Pasien penderita
gangguan bipolar yang berada dalam tahap depresi cenderung tidur lebih lambat dan
tidur dalam waktu yang lama. Ketika mereka dalam tahap mania, mereka akan tidur
lebih awal, tetapi terbangun lebih awal dan hanya tidur sekitar 3-4 jam. Peneliti
meminta seorang pasien gangguan bipolar untuk mengikuti jadwal tidur yang
konsisten di dalam sebuah ruangan gelap dan sunyi. Prosedur tersebut dapat sangat
menurunkan intensitas perubahan suasana hati pasien tersebut (Wehr dkk., 1998).
18
Peneliti berspekulasi bahwa sinar buatan, televisi, dan teknologi yang ada di dalam
masyarakat akan menggoda kita untuk tetap terjaga hingga larut malam sehingga
dapat meningkatkan prevalensi gangguan bipolar.
Bentuk lain depresi adalah gangguan afektif musiman (seasonal affective disorder-
SAD), yaitu depresi yang secara teratur muncul pada musim musim tertentu, misalnya
ketika musim dingin. Prevalensi tertinggi SAD terdapat di daerah kutub, daerah yang
malamnya berlangsung lebih lama ketika musim dingin, jarang terjadi di daerah dengan
iklim subtropis, dan tidak pernah tercatat muncul di daerah tropis.kecenderungan umum
tersebut.
Gangguan afektif musiman (SAD) berbeda. dengan tipe depresi-depresi lainnya dalam
berbagai hal. Sebagai contoh, penderita SAD memiliki tidur fase tertunda (phase delayed)
dan ritme suhu menjadi lebih mengantuk dan bangun dari tidur lebih lambat dari
biasanya-yang berbeda dengan penderita depresi lainnya.Pengobatan SAD dapat
dilakukan dengan menggunakan lampu yang sangat terang selama satu jam atau lebih
setiap hari.
19
MODUL 15.3
SKIZOFRENIA
A. KARAKTERISTIK
Skizofrenia adalah suatu kelainan yang ditandai oleh penurunan kemampuan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari karena adanya suatu kombinasi dari halusinasi, delusi,
gangguan pikiran, gangguan pergerakan, dan ekspresi emosi yang tidak sesuai Pada
sebagian penderita lain gangguan pikiran merupakan hal yang menonjol. Sebagian
penderita lain memperlihatkan tanda- tanda kerusakan otak yang jelas, tetapi sebagian
penderita lain tidak memperlihatkan tanda-tanda yang sama. Singkatnya, kita dapat
menemukan beberapa individu yang telah didiagnosis mengidap skizofrenia, dapat berupa
kondisi akut ataupun kronis. Kondisi akut kemunculannya terjadi secara tiba-tiba dan
pemulihannya berprospek baik. Kondisi kronis kemunculannya terjadi secara bertahap
dan berlangsung dalam jangka panjang.
20
psikotik dan disorganized. Kelompok gejala psikotik terdiri dari delusi (keyakinan
yang tidak terbukti, misalnya; penderita seolah-olah sedang dianiaya atau penderita
yang menyatakan bahwa makhluk luar angkasa sedang berusaha mengendalikan
perilakunya) dan halusinasi (pengalaman sensoris yang tidak normal, misalnya;
pasien mendengar suara ketika sendirian). Pindai PET telah memperlihatkan bahwa
halusinasi terjadi dalam periode peningkatan aktivitas pada talamus, hipokampus, dan
sejumlah bagian pada korteks, termasuk area-area yang mengalami aktivasi ketika
mendengar sesuatu yang nyata.
Kelompok gejala disorganized terdiri dari ekspresi emosi yang tidak sesuai,
perilaku aneh, dan gangguan pikiran. Gangguan pikiran yang paling umum terjadi
pada skizoferenia adalah kesulitan untuk memahami dan menggunakan konsep
abstrak. Gejala lain yang terkait; antara lain kurangnya perhatian dan memori kerja.
Sebapian bear penderita skizofrenia memperlihatkan gangguan serius pada kegiatan-
kegiatan yang mengharuskan mereka mengingat untuk memilih sesuatu.
a) Gangguan mood dengan ciri psikotik: penderita depresi sering kali mengalami
delusi, terutama delusi tentang rasa bersalah dan kegagalan. Sebagian penderita
depresi juga melaporkan adanya halusinasi.
b) Penyalahgunaan substansi adiktif: banyak gejala positif skizofrenia dapat muncul
sebagai akibat dari lamanya penggunaan amfetamin, metamfetamin, kokain,
lysergic acid diethylamide (LSD), atau fensiklidin (“angel dust”). Seseorang yang
berhenti menggunakan obat-obatan tersebut mungkin-walaupun belum pasti-akan
pulih dari gejala-gejala positif skizofrenia. Penyalahgunaan substansi adiktif lebih
mungkin menimbulkan halusinasi visual daripada skizofrenia.
c) Kerusakan otak: balur pada korteks emporal atau prafrontal, atau adanya tumor
pada salah satu bagian korteks tersebut dapat menimbulkan gejala-gejala yang
menyerupai skozofrenia.
d) Kekurangan pendengaran yang tidak terdeteksi: terkadang seseorang yang mulai
mengalami kesulitan mendengar, berpikir bahwa semua orang sedang berbisik dan
mulai menjadi khawatir, “Mereka berbisik-bisik membicarakan tentang saya.”
21
Delusi tentang adanya penuduhan mungkin akan muncul.
e) Penyakit Huntington: gejala-gejala penyakit Huntington; antara lain halusinasi,
delusi, dan pikiran yang tidak teratur serta ada juga gejala-gejala motorik.
Skizofrenia katatonik (catatonic schizophrenia) adalah sebuah tipe skizofrenia
yang jarang terjadi, termasuk abnormalitas motorik (selain gejala skizofrenia pada
umumnya). Oleh karena itu, gabungan antara gejala psikologis dan motorik dapat
merepresentasikan penyakit skizofrenia atau penyakit Huntington.
f) Abnormalitas terhadap makanan: defisiensi niasin menimbulkan halusinasi dan
delusi Begitu pula dengan defisiensi vitamin C atau alergi terhadap protein susu
(berbeda dengan ketidaktoleranan terhadap laktosa). Seseorang yang tidak dapat
menoleransi gandum, gluten, atau protein lainnya memberikan reaksi dalam
bentuk halusinasi dan delusi.
2. Data Demografi
Setiap waktu, sekitar 1% populasi manusia menderita skizofrenia.
Perkiraantersebutdapatbertambahatauberkurang tergantung apakah kita menyertakan
kasus-kasus skizofrenia ringan atau hanya menyertakan kasus/kasus berat dalam
perhitungan. Sejak pertengahan tahun 1900-an, laporan prevalensi skizofrenia yang
dilaporkan dari berbagai negara telah mengalami penurunan.
Skizofrenia terjadi pada semua kelompok etnis di seluruh dunia, walaupun
skizofrenia 10-100 kali lebih mungkin ditemukan di Amerika Serikat dan negara-
negara benua Eropa daripada di negara dunia ketiga. Perbedaan tersebut sebagian
mungkin disebabkan adanya perbedaan penyimpanan rekam medis, tetapi ada banyak
kemungkinan lainnya. Prevalensi terjadinya skizofrenia seumur hidup lebih tinggi
pada pria daripada wanita dengan rasio tujuh berbanding ima. Secara rata-rata, pria
menderita skizofrenia yang lebih parah daripada wanita. Pria juga mengalami
kemunculan skizofrenia lebih awal daripada wanita, pada pria biasanya terjadi pada
sekitar awal umur 20 tahunan dan pada wanita pada akhir umur 20 tahunan.
Satu lagi kejanggalan yang belum dapat dijelaskan: semakin tua umur bapak
saat kelahiran anak, semakin bear risiko anak tersebut mengidap skizofrenia.
Sepertinya, umur ibu tidak penting. Satu hipotesis menyatakan hahwa semakin tua
umur bapak, maka semakin banyak mutasi yang terjadi pada gennya, namun hipotesis
tersebut tidak didukung bukti yang kuat.
22
B. GENETIKA
Hampir setiap individu yang menderita penyakit Huntington memiliki abnormalitas
pada gen yang sama dan siapa pun yang memiliki gen abnormal tersebut akan terkena
penyakit Huntington. Pada suatu kesempatan, banyak peneliti yang yakin bahwa
skizofrenia mungkin juga adalah penyakit genetik. Akan tetapi, semakin banyak bukti
yang terkumpul mengindikasikan bahwa skizofrenia bukan penyakit yang terkait hanya
dengan 1 gen.
1. Studi terhadap Kembar
Semakin dekat kekerabatan biologis kita terhadap seseorang yang menderita
skizofrenia, semakin besar pula probabilitas kita terhadap skizofrenia. kembar
monozigot memiliki konkordans (kesesuaian) terhadap skizofrenia yang lebih besar
daripada kembar dizigot. Selain itu, kembar monozigot yang menyangka bahwa
mereka bukan kembar monozigot memiliki kesamaan lebih besar daripada kembar
yang bukan kembar monozigot, tetapi menyangka bahwa mereka adalah kembar
monozigot. Artinya, keadaan kembar monozigot lebih penting artinya daripada
diperlakukan sebagai kembar monozigot.
Kesamaan tinggi untuk kembar monozigot telah lama digunakan sebagai bukti
pengaruh genetik yang kuat. Akan tetapi, perhatikanlah dua batasan di bawah ini:
a) Kesamaan antar kembar monozigot hanya sekitar 50%, bukan 100%. Perbedaan
antar kembar monozigot mungkin terjadi karena pada satu individu, suatu gen
teraktivasi dan pada individu lain gen tersebut dinaktivasi, atau perbedaan
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan.
b) Terdapat kesamaan yang lebih bear pada kembar dizigot daripada saudara
kandung. Kembaran dizigot secara genetik serupa dengan saudara kandung, tetapi
kembaran dizigot memiliki kemiripan faktor lingkungan yang lebih bear daripada
saudara kandung, termasuk lingkungan pranatal dan postnatal.
23
probabilitas yang cukup tinggi untuk menderita skizofrenia, bahkan jika mereka
diadopsi oleh orang tua yang tidak menderita skizofrenia.
24
risiko mengidap skizofrenia tertinggi.
Kemungkinan lain adalah bahwa beberapa kasus skizofrenia ditimbulkan oleh
pengaruh lingkungan daripada pengaruh genetik atau ditimbulkan oleh pengaruh
lingkungan dan bukan hanya merupakan tambahan pengaruh genetik. Semakin besar
pengaruh faktor lingkungan, semakin sulit pula mencari gen yang bertanggung jawab
terhadap skizofrenia.
25
Jika seorang ibu memiliki Rh-negatif (faktor Rhesus dalam darah) dan bayi yang
dikandungnya memiliki Rh-positif, sejumlah kecil darah bayi mungkin akan bocor ke
persediaan darah ibu sehingga memicu reaksi imunitas. Reaksi tersebut terhadap bayi
Rh-positif yang pertama lebih lemah, namun akan lebih kuat pada kehamilan
berikutnya. Reaksi tersebut intensitasaya lebih tinggi pada bayi laki-laki daripada bayi
perempuan Bayi kedua yang dilahirkan dan bayi-bayi yang dilahirkan selanjutnya
memiliki peningkatan risiko terhadap gangguan pendengaran, keterbelakangan
mental, dan beberapa gangguan lainnya, serta probabilitas munculnya skizofrenia naik
sekitar dua kali lipat dari normal (Hollister, Laing, & Mednick, 1996).
Untuk menguji peran infeksi pranatal, cara yang paling baik adalah dengan
menguji ibu hamil yang terinfeksi dan mengetahui pada tahap kehamilan mana
mereka terinfeksi, kemudian kaitkan data- data tersebut dengan keadaan psikiatri yang
akan muncul pada anak mereka. Tidak ada yang menyimpan rekaman yang baik dari
kasus-kasus flu tiap individu.
26
Metode 15.1
Pakar neurofisiologi memanfaatkan banyak uji perilaku untuk mengukur kerja korteks
prafrontal. Salah satunya adalah uji pemilahan kartu Wisconsin (Wisconsin card sorting
task). Dalam uji ini, individu diberikan setumpuk kartu yang telah dikocok, kartu-kartu
tersebut berbeda angka, warna, dan bentuk objek- misalnya, tiga lingkaran merah, lima
segitiga biru, dan empat bujur sangkar hijau. Pertama tama, individu tersebut diminta
untuk mengatur kartu berdasarkan satu peraturan, misalnya memisahkan kartu-kartu
tersebut berdasarkan warnanya. Kemudian, peraturan diubah dan individu tersebut harus
diminta untuk mengatur kartu berdasarkan peraturan yang baru, misalnya berdasarkan
angka. Pengubahan peraturan membutuhkan penekanan aktivitas peraturan yang lama dan
membangkitkan aktivitas pada korteks prafrontal (Konishi dkk., 1998). Individu yang
menderita kerusakan korteks prafrontal dapat mengatur kartu.
Penyebab terjadinya abnormalitas otak belum jelas Sebagian besar peneliti telah
berhati-hati dengan membatasi studi mereka terhadap pasien penderita skizofrenia yang
belum pernah atau tidak menggunakan obat antipsikotik dalam waktu deka, sehingga
kerusakan yang ada bukanlah hasil dari pengobatan skizofrenia: Akan tetapi, sebuah studi
mengungkapkan adanya penurunan volume (otak) hanya pada penderita skizofrenia yang
juga pecandu alkohol (Sullivan dkk., 2000). Studi lain Lanjut mengungkapkan terjadinya
penurunan volume (otak) yang sama pada penderita skizofrenia yang bukan pecandu
alkohol dan yang merupakan pecandu alkohol (Mathalon, Pfetterbaum, Lim,
Rosenbloom, & Sullivan, 2003).
Hasil mengenai apakah kerusakan otak yang dialami penderita skizofienia adalah
kerusakan otak progresif atau tidak, masih belum pasti Kerusakan progresif adalah
kerusakan yang semakin bertambah seiring dengan waktu. Kerusakan otak yang
diasosiasikan dengan penyaki: Parkinson, Huntington, dan Alzheimer bertambah buruk
seiring
27
tersebut mungkin tidak sesulit yang terlihat sebelumnya (Weinberget 1996) Sebagian
besar Individu yang menderita skizofrenia ketika mereka berumur sekitar 20 tahunan
atau lebih, telah memperlihatkan adanya sejumlah permasalahan Isin sejak masa
kanak- kanak, antara lain kurangnya perhatian, memori, dan pengendalian impuls
(Keshavan, Diwadkar. Montiose, Rajarethinam, & Sweeney, 2005) Selain itu, sebuah
area otak yang secara konsisten.
28
telah dilabel secara radioaktif. Obat tersebut bernama IBZM, yang mengikatkan diri
ke reseptor dopamin tipe D2. obat kedua, yaitu AMPT yang menghambat seluruh
proses sintesis dopamin, kemudian mereka menggunakan lagi IBZM untuk tenghitung
jumlah reseptor dopamin tipe D2 yang kosong. Oleh karena AMPT mencegah sintesis
dopamin, semua reseptor dopamin tipe D2 seharusnya kosong pada saat itu, sehingga
peneliti dapat menghitung jumlah total reseptor dopamin tipe D2 yang ada.
Para peneliti tersebut mengungkapkan bahwa reseptor dopamin tipe D2 yang
berikatan dengan dopamin pada penderita skizofrenia lebih banyak hampir dua kali
lipat daripada individu normal. Studi lai mengungkapkan bahwa di antara pasien
penderita skizofrenia, semakin banyak jumlah reseptor dopamin tipe D2 yang
teraktivasi pada korteks prafrontal, gangguan kognitif yang terjadi akan semakin
besar.
Akan tetapi, hipotesis dopamin menghadapi sejumlah keterbatasan dan
permasalahan. Secara umum, hasil pengukuran langsung terhadap dopamin dan
metabolitnya pada penderita skizofreni memperlihatkan kadar yang mendekati
normal. Oleh karena itu, penghambatan terhadap sinapsis dopamin mungkin dapat
menjadi langkah pertama yang penting bagi obat-obat antipsikotik, namun jelaslah
sudah bahwa harus ada langkah-langkah selanjutuya.
2. Peran Glutamat
Berdasarkan hipotesis glutamat pada skizofrenia, sebagian permasalahan
terletak pada kurangnya aktivitas pada sinapsis glutarat yang khususnya terjadi pada
korteks prafrontal. Pada banyak area otak, dopamin menghambat pelepasan glutamat
atau glutamat menstimulasi neuron yang menghambat pelepasan dopamin. Oleh
karena itu, peningkatan dopamin akan menghasilkan efek yang sama seperti
pengurangan glutamat, sehingga efek obat antipsikotik yang menghambat dopamin
sesuai dengan hipotesis dopamin berlebih atau hipotesis glutamat defisiensi glutamat.
Skizofrenia diasosiasikan dengan kadar pelepasan glutamat yang lebih rendah
dari normal serta jumlah reseptor glutamat pada korteks prafrontal dan hipokampus
yang lebih sedikit dari normal. Pada dosis rendah, obat PCP tersebut menimbulkan
keracunan dan bicara tidak jelas. Pada dosis yang lebih tinggi, obat tersebut
menimbulkan gejala positif dan negatif skizofrenia, termasuk halusinasi, gangguan
pikiran, dan kehilangan memori. Efek fensiklidin juga merupakan model skizofernia
yang menarik berbagai hal.
29
3. Obat-obatan Baru
Obat-obatan yang menghambat sinapsis dopamin menghasilkan efeknya
dengan cara memengaruhi neuron dalam sistem mesolimbocortical, yaitu sebuah
kelompok neuron yang keluar dari tegmentum otak bagian tengah menuju sistem
limbik. Akan tetapi,obat-obatan tersebut juga menghambat neuron dopamin dalam
sistem mesostriatal yang keluar menuju ganglia basal.
Apabila diskinesia tardif telah muncul, maka kondisi tersebut dapat
berlangsung lama setelah individu (penderita skizofrenia) berhenti mengonsumsi obat.
Oleh sebab itu, strategi terbaik adalah dengan melakukan pencegahan terhadap
kemunculan diskinesia tardif. Sejumlah obat obatan baru tertentu yang disebut dengan
obat antipsikotik generasi kedua atau obat antipsikotik atipikal mengobati skizofrenia,
tetapi sejauh yang diketahui, jarang menimbulkan gangguan pergerakan.
Jika obat-obatan antipsikotik generasi kedua dibandingkan dengan obat lain
seperti haloperidol, maka obat-obatan antipsikotik generasi kedua menimbulkan efek
yang lebih rendah terhadap reseptor dopamin tipe D2, tetapi efek antagonis mereka
lebih tinggi terhadap reseptor serotonin tipe 5-HT2. Obat-obatan antipsikotik generasi
kedua juga meningkatkan pelepasan glutamat.
Singkatnya, skizofrenia bukanlah sebuah kelainan yang hanya ditimbulkan
oleh sebuah gen atau sebuah neurotransmiter. Selain adanya abnormalitas pada
dopamin, glutamat, dan serotonin, penderita skizofrenia juga memperlihatkan adanya
penurunan be aktivitas GABA.
30
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
Kalat, James W. (2012). Biological Psychology 9th ed. Jakarta: Salemba Humanika.
Dayana, Ika Nur; Qur’ani, Hidayah Budi. (2019). Refresentasi Gangguan Psikologis Tokoh
Orang Pertama dan Orang Kedua dalam Naskah Drama “ Aljabar”. Pena Literasi, 93-94.
32