Konsep Demonstrasi Kontekstual
Konsep Demonstrasi Kontekstual
MENSTABILKAN IDENTITAS
a. Menanyakan alasan melakukan kesalahan/menanyakan kebenaran laporan bahwa ada
masalah yang dilakukan/dihadapi siswa.
b. Guru menanyakan apakah hal yang dilakukan itu salah atau benar?
c. Mengatakan bahwa hal yang dilakukan sah-sah saja secara manusiawi
d. Mengatakan bahwa guru tidak menyalahkan masalah yang dilakukan
MENANYAKAN KEYAKINAN
a. Menanyakan tindakan siswa tersebut, sesuai atau tidak sesuai dengan keyakinan
sekolah/kelas.
b. Menanyakan siswa tentang kesediaannya memperbaiki keslahan
c. Menanyakan siswa, apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki masalah yang dibuatnya.
Pelaksanaan Restitusi
Apa yang bisa kamu lakukan untuk menggantikan/menebus kesalahan kamu tadi?
Kapan melakukannya?
Kasus I
Fares dan Salfa merupakan murid kelas IX A. Pada jam istirahat, mereka berkelahi merebut
uang yang mereka temukan di kelas, sebesar Rp 10.000. Karena masalah itu, mereka dipanggil ke
ruang guru.
Menstabilkan Identitas
Pak Rian : Sekarang, kita bicara tentang keyakinan sekolah kita. Apa yang kalian percaya?
Kalian melanggar keyakinan yang mana?
Salfa : Hidup berdamai dengan orang lain, Pak.
Fares : Saling menghormati, Pak.
Pak Rian : Apakah yang kalian lakukan menunjukkan keyakinan sekolah kita?
Fares & Salfa : Tidak, Pak.
Pak Rian : Sekarang, apa kalian bersedia memperbaiki keslahan ini?
Salfa & Fares : Siap, Pak.
Pak Rian : Apa yang bisa kalian lakukan untuk memperbaikinya?
Salfa : Saling memaafkan, Pak.
Fares : Mengembalikan uang yang kami temukan, Pak.
Pak Rian : Kapan kalian saling memaafkan?
Salfa & Fares : Sekarang, Pak.
Pak Rian : Baiklah, kalian bisa saling merangkul?
Salfa & Fares : Bisa, Pak (merangkul).
Pak Rian : Janji tidak mengulanginya lagi?
Fares & Salfa : Janji, Pak.
Pak Rian : Luar biasa. Jadi, kita itu tidak boleh berkelahi menghadapi masalah. Kita bisa bicara
baik-baik. Sekarang, kapan kira-kira kalian mencari tahu pemilik uang dan
mengembalikannya?
Fares & Salfa : Setelah ini, Pak.
Pak Rian : Baiklah. Bapak yakin, kalian melakukannya.
KASUS II
Suatu hari, Alva, murid kelas VIII B tidak mengikuti kegiatan ekstra setelah ujian semester
selesai.
Menstabilkan identitas
Pak Rian : Alva, Bapak dengar, kemarin kamu tidak datang ikut ekstra ya?
Alfa : Benar, Pak.
Pak Rian : Apakah itu baik dilakukan seoerang siswa, Alfa?
Alfa : Tidak, Pak.
Pak Rian : Baiklah, Bapak tidak menyalahkan yang kamu lakukan. Bapak yakin kamu pasti
memiliki alasannya.
Pak Rian : Sekarang, jelaskan ke Bapak alasan kamu tidak datang kemarin.
Alfa : Sepatu saya hilang, Pak. Mau pakai sandal, saya takut dihukum.
Pak Rian : Bapak bisa maklumi, Alfa. Tapi, apa tidak bisa kamu datang pakai sandal dan
menjelaskan ke guru piket saat di sekolah?
Alfa : Bisa, Pak.
Pak Rian : Kenapa kamu tidak melakukannya?
Alfa : Saya takut, Pak. Saya tidak berani.
Menanyakan Keyakinan
Pak Rian : Baiklah. Mari kita bicara tentang keyakinan sekolah kita. Kira-kira keyakinan mana
yang belum kamu lakukan?
Alfa : Berani dan tanggung jawab, Pak.
Pak Rian : Baik. Saya kembali terkait ketidakhadiran kamu kemarin. Apa sudah menunjukkan
keyakinan sekolah, tentang keberanian dan tanggung jawab?
Alfa : Tidak, Pak.
Pak Rian : Alfa, apa yang bisa kamu lakukan untuk memperbaiki ini?
Alfa : Saya berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Saya berjanji untuk ke depannya berani
menghadap guru piket.
Pak Rian : Sekarang, apa tindakan kamu untuk menyelesaikan ini?
Alfa : Menghadap kesiswaan, Pak. Saya mau bertertus terang tentang ketidakhadiran saya
kemarin.
Pak Rian : Luar biasa, Alfa. Ke depannya, jangan pernah merasa takut untuk menghadapi
masalah. Belajarlah untuk siap menerima hukuman/teguran sebagai resiko dari
keslaahan.