Anda di halaman 1dari 2

Perilaku Kelompok Menurut Teori FIRO-B

Seperti halnya dengan otoritas, teori ini juga mendasarkan dirinya pada psikoanalisis yang mempunyai
teori sendiri mengenai terjadinya kelompok. Menurut teori ini ada tiga tahap dalam proses
pembentukan kelompok :

1. Tahap inklusi
Disini individu baru pertama kali bergabung dengan individu lain dalam kelompok.Pada tahap ini
juga identitas pribadi masih dominan dan hasrat untuk bergabung dengan kelompok. Berkonflik.
Dengan hasrat untuk mempertahankan identitas diri.
Kalau individu merasa bahwa kelompok itu tidak terlalu penting bagi dirinya, ia akan
meninggalkan kelompok. Namun, kalua kelompok itu sangat oenting buat dirinya, ia akan
berusaha untuk tetap dalam kelompok dan berusaha agar ia dapat termasuk dalam kelompok.

2. Tahap control
Tahap ini kelompok mulai mengatur diri dengan tata tertib, kesepakatan tentang peraturan,
tujuan kelompok, pemabgian tugas antaranggota kelompok dan sebagainya.

3. Tahap afeksi
Pada tahap ini para anggota saling mengenal satu sama lain, timbul perasaan saling suka atatu
saling tidak suka antaranggota sehingga akhirnya terbentuk sub kelompok, seperti geng atau klik
yang merupakan bagian dari kelomppok yang besar tersebut.

Perlu diketahui bahwa ketiga tahap ini dapat berputar-putar sesperti daur ulang selama periode
tertentu. Dalam keluarga misalnya, afeksi yang sudah positif antara orang tua dan anak selama masa
kanak-kanak dapat berubahh ketika anak masuk remaja.

Teori Sintalitas Kelompok

Sintalitas adalah istilah yang dikemukakan Cattel yang artinya adalah kepribadian yang khusus digunakan
untuk kelompok. Cattell berpendapat bahwa untuk mempelajari kelompok perlu ada cara untuk
menguraikan dan mengukur sifat-sifat dan perilaku kelompok.

Dasar pendapat Cattell ini berakar dari pandangan MC Dougall (1920) tentang kelompok, yaitu sebagai
berikut :

1. Perilaku dan struktur yang khas dari suatu kelompok tetap ada, walaupun anggotanya berganti-
ganti.
2. Pengalaman-pengalaman kelompok direkam dalam ingatan.
3. Kelompok mampu berespons secara keseluruhan terhadap rangsangan yang tertuju kepada
salah satu bagiannya.
4. Kelompok menunjukkan adanya dorongan-dorongan.
5. Kelompok menunjukkan emosi yang bervariasi.
6. Kelompok menunjukkan adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif (bersama).

Selanjutnya, untuk meramalkan perilaku kelompok, menurut Cattell kita harus mengetahui adanya tiga
dimensi dari sintalitas kelompok sebagai berikut :
1. Dimensi sifat-sifat sintalitas
Yaitu pengaruh dari keberadaan kelompok dan perilaku kelompok, naikk terhadap kelompok lain
maupun lingkungan. Sifat sintalitas ini dapat terlihat antara lain dari agresivitas terhadap
kelompok lain, dan perilaku kelompok terhadap lingkungan.

2. Dimensi struktur kelompok


Yaitu bagaimana hubungan antar anggota kelompok, perilaku-perilaku dalam kelompok, dan
pola organisasi kelompok. Dimensi ini terlihat antara lain dari pola kepemimpinan dalam
kelompok, klik, geng, pembagian peran, status, dan pola komunikasi dlam kelompok.

3. Dimensi sifat populasi


Yaitu sifat-sifat rata-rata anggota kelompok, misalnya taraf intelegensi rata-rata anggita
kelompok, keadaan social-ekonomi, tingkat pendidikan, banyaknya oeristiwa criminal dan sikap
rata-rata terhadap berbagai masalah social.

Cattell mengatakan bahwa eksistensi suatu kelompok tergantung pada seberapa jauh kelompok dapat
memenuhi kebutuhan individu. Selain itu, setiap anggota kelompok dapat menjadi anggota dari dua
atau lebih kelompok yang lain.

Anda mungkin juga menyukai