Anda di halaman 1dari 5

Junkers Ju-52 ‘Iron Annie’, Pesawat Multi Peran Dengan

Segudang Inovasi
Ditulis oleh : Ridwan Harry Sungguh untuk Airportman.id

a
Junkers Ju 52 maskapai Jerman Lufthansa. Perhatikan desain flap ujung sayap belakang yang terpisah dari sayap utama
yang dikenal dengan desain Junkers Flap atau doppelfleugel (double wing).
(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/File:Junkers_Ju_52-3mg2.jpg)

Jika amerika dan negara anggota Blok Sekutunya memiliki Douglas C-47 skytrain sebagai work horse
selama Perang Dunia 2, maka Jerman sebagai Blok Axis mengandalkan pesawat angkut jenis Junkers
Ju 52 untuk operasi transport militernya. Pesawat yang dikembangkan sejak era 1930-an ini dikenal
sebagai pesawat angkut dengan konfigurasi all metal airplane pertama didunia. Sebanyak 4.845 unit
berhasil dibuat pabrikan Junkers selama 21 tahun sejak produksi pertamanya pada tahun 1931. Dalam
kurun waktu tersebut Ju 52 melakukan berbagai fungsi sebagai pesawat komersial maupun militer.

Ju 52 dikembangkan oleh Insinyur Penerbangan Jerman Ernst Zindel beserta timnya dari pabrikan
Junkers pada tahun 1930. Desain Ju 52 dikembangkan langsung dari desain Junker W-33 yaitu pesawat
angkut monoplane sayap rendah bermesin tunggal yang diluncurkan pada tahun 1920-an. Junkers W
33 dikenal sebagai pesawat pertama yang berhasil melintasi Samudera Atlantik. Penerbangan
pertama prototipe Ju 52 sukses dilaksanakan pada 13 Oktober 1930. Pesawat ini masih menggunakan
satu mesin piston konfigurasi V-12 dengan daya 800 hp. Setelah membuat beberapa prototipe dengan
beberapa perubahan seperti dimensi sayap yang diperlebar, perkuatan struktur dan spesifikasi mesin
yang ditingkatkan akhirnya pada desain finalnya Ju 52 dibekali dengan tiga mesin yaitu dua di kedua
sayap dan satu mesin di moncong depan.

Junkers dikenal sebagai pesawat all metal pertama di dunia. Ketika pesawat-pesawat lain masih
menggunakan campuran metal, kayu dan fabric untuk sayapnya, Junkers sudah menawarkan inovasi
penggunaan all metal berjenis aluminium untuk kulit pesawat. Tidak hanya itu pabrikan pesawat yang
berbasis di Dessau, Jerman ini memiliki beberapa ciri khas lain yang cukup maju di zamannya yaitu
badan pesawat/fuselage dan sayapnya dibalut plat corrugated metal (metal bergelombang) dan
desain flap yang berbeda dengan desain flap pesawat lain.

Junkers Ju 52 milik Luftwaffe, Angkatan Udara Jerman sedang unloading sepeda motor BMW R75 dan suplai logistik ketika
melaksanakan operasi militer di Kreta, Yunani tahun 1941. Perhatikan garis-garis corrugated metal disekujur badan pesawat
dan sayap utama. Metal bergelombang ini merupakan inovasi dari Junkers yang berfungsi menambah kekuatan dan
kekakuan struktur pesawat (sumber:https://www.flying-tigers.co.uk/wp-content/uploads/2016/05/ju52-8-Junkers-JU52-
Unloading-Supplies-in-Crete-in-1941.jpg)

Junkers mematenkan desain flap mereka yang kemudian dikenal dengan nama Junkers flap. Flap atau
sirip pesawat adalah bagian tepi belakang sayap yang memiliki engsel yang dapat dirubah
kemiringannya sehingga berefek pada perubahan kecepatan, arah laju dan daya angkat pesawat. Flap
Junkers ditemukan di Jerman pada 1920-an oleh O. Mader Junkers. Flap dirancang untuk mengurangi
jarak lepas landas dan mendarat, serta meningkatkan daya tanggap ketika berbelok dalam manuver
penerbangan. Desainnya sukses besar pada tahun 1920-an dan 30-an, dan digunakan pada banyak
desain pesawat Junkers termasuk Junkers Ju 52.

Desain Junkers adalah flap polos berlubang, di mana flap dipasang di bawah tepi belakang sayap atau
terpisah dari sayap utama. Desain ini memungkinkan aliran udara melewati antara sayap dan sayap,
bahkan saat flap ditarik lurus. Karena peningkatan aliran udara menghasilkan peningkatan daya angkat
yang signifikan pada sayap bahkan pada kecepatan lambat. Model flap junkers ini seolah-olah pesawat
memiliki dua sayap bertumpuk sehingga dikenal juga dengan sebutan doppelfleugel atau doubelwing.
Desain junkers flap (sumber: https://www.boldmethod.com/learn-to-fly/aircraft-systems/junkers-flap/)

maskapai Lufthansa mulai menerbangkan Ju-52 untuk rute domestik atau rute internasional seperti
Berlin ke London dan Berlin ke Roma pada akhir 1932. Dua puluh lima negara di Eropa dan Amerika
Utara dan Selatan membeli Ju 52 untuk penggunaan komersial selama tahun 1930-an. Beberapa
diantaranya antara lain: Argentina, Austria, Belgia, Brazil, Kanada, China, Prancis, Yunani, Italia, Afrika
Selatan, Turki, dll. Selama pengoperasian sebagai pesawat komersial pesawat yang memiliki kapasitas
17 kursi ini mendapat beberapa nickname seperti Tante Ju (Aunt Ju) atau Eisen Annie (Iron Annie)
karena realibilitas dan ketangguhannya ketika digunakan di unprepared air strip.

Ju 52 pertama kali mengikuti operasi militer dalam Perang Saudara Spanyol melawan Republik Spanyol
sebagai pesawat pengebom dan transportasi pada tahun 1936. Ju 52 kembali digunakan sebagai
pengebom selama pengeboman Warsawa selama Invasi Polandia pada September 1939. Selama
Perang Dunia II Luftwaffe mengandalkan Ju 52 untuk peran transportasi penerjun payung, pesawat
ambulan, pengebom ringan, angkut VVIP, hingga sebagai pesawat detektor ranjau di laut.

Ju 52 dapat membawa 18 tentara berperalatan lengkap, atau 12 tandu bila digunakan sebagai
ambulans udara. Pasokan yang dijatuhkan dari udara dibuang melalui dua peluncuran ganda;
kontainer pasokan dijatuhkan dengan parasut melalui pintu tempat bom, dan pasukan terjun payung
melompat melalui pintu samping. Ekor Ju 52 juga didesain untuk dapat menarik pesawat layang
barang. Ju 52 dapat menderek hingga dua pesawat layang DFS 230. Jika pesawat dirubah menjadi
pengebom ringan, Ju 52 dapat membawa hingga 500 kg saja. Banyak Ju 52 yang ditembak jatuh ketika
dalam misi pengeboman karena kecepatannya yang rendah dan hanya memiliki senjata pertahanan
diri yang minim.
Ju 52 ketika akan mendarat di lapangan udara Stalingrad. Dalam pertempuran Battle of Stalingrad dimana Nazi Jerman
mengalami kekalahan terbesarnya dimana mereka kehilangan 800.000 pasukan terbaiknya atau sepertiga dari total
pasukannya, kehadiran Ju 52 memberikan harapan bagi pasukan Jerman untuk bisa keluar dari kepungan tentara Soviet dan
juga membutuhkan banyak logistik untuk tetap bertahan
(Sumber: ttps://commons.wikimedia.org/wiki/File:Ju_52_approaching_Stalingrad_late_1942.jpg)

Pada tahun 1938, Divisi Udara ke-7 memiliki lima grup angkutan udara dengan 250 Ju 52s. Luftwaffe
memiliki 552 Ju 52 pada awal Perang Dunia II. Meski dibangun dalam jumlah besar, Ju 52 secara teknis
sudah usang karena memiliki kecepatan yang rendah dan rentan diserang pesawat musuh. Antara
1939 dan 1944, 2.804 Ju 52 dikirim ke Luftwaffe dan hingga kira-kira musim panas 1944; ketika perang
berakhir, hanya tersisa 100 hingga 200 pesawat yang serviceable atau tidak sampai 1%. Saat ini hanya
tersisa 8 unit yang layak terbang sebagai pesawat koleksi museum atau pesawat pribadi, sisanya
disimpan di museum-museum aviasi yang tersebar di eropa dan amerika.

Namun ada kabar gembira datang dari pabrikan Junkers di Swiss. Dilansir dari artikel Republika
berjudul “ Tante Ju, Andalan Nazi Jerman Pada Perang Dunia II Akan Diproduksi Lagi” pada 15 Mei
2022, pesawat yang dikenal dengan sebutan Tante Ju ini akan diproduksi kembali di Swiss sebagai
pesawat penumpang yang kompetitif. Pejabat Junkers Flugzeugwerke AG, sebuah perusahaan
penerbangan Swiss, bertekad menciptakan pesawat ramah lingkungan bernama Ju 52 New
Generation. Iron Annie, julukan lain Ju-52, juga akan lebih modern. Penerbangan perdana diharapkan
dapat dilakukan sebelum 2026.

Anda mungkin juga menyukai