Anda di halaman 1dari 19

Tugas : Individu

Dosen pengampuh : Alim Surya Saruman, S.Kom., M.Pd.

KEAMANAN JARINGAN
“Kriptografi Klasik”

SUMARNI SUPRIADI
1904411117

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK KOMPUTER
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengatahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga Penulis ucapkan pada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi. Dalam rangka memenuhi tugas dari Bapak Alim Surya
Saruman, S.Kom., M.Pd selaku dosen pendamping pada mata kuliah Keamanan
Jaringan maka penulis memberi judul makalah ini Keamanan Komputer
“Kriptografi Klasik”.
Penulis berharap makalah ini bisa menambah pengatahuan dan wawasan
para pembaca. Namun terlepas dari itu, Penulis memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Palopo, Juni 2022


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...............................................................................................
i

DAFTAR ISI..............................................................................................................
ii

BAB I PENDHULUAN.............................................................................................
1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................


1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1
1.3 Tujuan............................................................................................................
1
1.4 Manfaat..........................................................................................................
2
BAB II PEMBAHANSAN........................................................................................
3

2.1 Pengertian Kriptografi....................................................................................


3
2.2 Sejarah Kriptografi.........................................................................................
7
2.3 Pengertian Kriptografi Klasik........................................................................
14
2.4 Macam-macam Kriptografi Klasik................................................................
17
2.5 Penerapan Kriptografi Klasik dalam kehidupan sehari-hari..........................
20
BAB III PENUTUP....................................................................................................
24

3.1 Kesimpulan....................................................................................................
24
3.2 Saran...............................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kriptografi klasik merupakan cara penyamaranaan data atau infomasi yang
di lakukan oleh orang – orang dulu Ketika belum ada computer dengan tujuan
untuk melindungi informasi dengan cara melakukan penyandian. Perlindungan
infomasi perlu di lakukan untuk mengamamkan data yang bersifat rahasia agar
tidak dapat diketahui oleh orang lain. Pada era computer, pengiriman data atau
informasi dilakukan menggunakan jaringan computer dan data atau infomasi
tersebut disimpan di dalam computer. Kriptografi juga di lakukan di era
computer tetapi di era computer kriptografi yang di gunakan disebut dengan
kriptografi modern.
Konsep kriptografi telah di gunakaan sejak zaman dahulu oleh jelius
Caesar dan terrus berkembang sampai saat ini. Berdasarkan eranya kriptografi
terbagi menjadi dua bagian yaitu kriptografi klasik dan kriptografi modern.
Persamaan dari keduannya adalah sama – sama menggunakan konsep
matematika dalam teknik pembuatan dan pemecahan suatu pesan. Tetapi dalam
kriptografi klasik, konsep matematika yang di pakai masih sangat sederhana,
seperti subsitusi, permutasi dan transpos. Sedangkan dalam kriptografi modern
konsep matematika yang di gunakan sudah tidak sederhana lagi, seperti
polinom, bilangan prima, grupring dan lapangan.
Kelebihan dari kriptografi klasik adalah kemudahaannya dalam
mengkripsi pesan, tetapi beberapa teknik pengkripsiannya juga memiliki
kelemahan yang cukup fatal yaitu sangat mudah untuk dipecahkan. Contohnya
kriptografi klasik yang sangat mudah di buat dan di pecahkan adalah Caesar
cipher yang hanya memiliki kunci yang mungkin sebanyak 26 buah. Caesar
cipher termasuk kedalam enkripsi substitution cipher, dimana kode atau naskah
acak di dapatkan dengan mengganti setiap karakter pada naskah asli.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kriptografi?
2. Apa pengertian Kriptografi Klasik?
3. Bagaimana Penerapan Kriptografi klasik dalam kehidupan sehari-hari?
I.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian Kriptografi.
2. Dapat mengetahui pengertian Kriptografi Klasik.
3. Dapat mengetahui penerapan Kriptografi klasik dalam kehidupan sehari-
hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kriptografi


Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi dimana “naskah asli”
(plaintext) diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi “naskah acak
yang sulit dibaca” (ciphertext) oleh seseorang yang tidak memiliki kunci
dekripsi. Dekripsi menggunakan kunci dekripsi bisa mendapatkan kembali
data asli. Probabilitas mendapat kembali naskah asli oleh seseorang yang
tidak mempunyai kunci dekripsi dalam waktu yang tidak terlalu lama adalah
sangat kecil.
Teknik enkripsi yang digunakan dalam kriptografi klasik adalah enkripsi
simetris dimana kunci dekripsi sama dengan kunci enkripsi. Untuk public key
cryptography, diperlukan teknik enkripsi asimetris dimana kunci dekripsi
tidak sama dengan kunci enkripsi. Enkripsi, dekripsi dan pembuatan kunci
untuk teknik enkripsi asimetris memerlukan komputasi yang lebih intensif
dibandingkan enkripsi simetris, karena enkripsi asimetris menggunakan
bilangan – bilangan yang sangat besar. (Kromodimoeljo, 2010).
2.2 Aspek Keamanan Kriptografi
Kriptografi memiliki beberapa aspek keamanan antara lain :

1. Kerahasiaan (confidentiality), menjamin bahwa data-data tersebut hanya


bisa diakses oleh pihak-pihak tertentu saja. Kerahasiaan bertujuan untuk
melindungi suatu informasi dari semua pihak yang tidak berhak atas
informasi tersebut.
2. Otentikasi (authentication), merupakan identifikasi yang dilakukan oleh
masing – masing pihak yang saling berkomunikasi, maksudnya beberapa
pihak yang berkomunikasi harus mengidentifikasi satu sama lainnya.
Informasi yang didapat oleh suatu pihak dari pihak lain harus diidentifikasi
untuk memastikan keaslian dari informasi yang diterima.
3. Integritas (integrity), menjamin setiap pesan yang dikirim pasti sampai
pada penerimanya tanpa ada bagian dari pesan tersebut yang diganti,
diduplikasi, dirusak, diubah urutannya, dan ditambahkan. Integritas data
bertujuan untuk mencegah terjadinya pengubahan informasi oleh pihak-
pihak yang tidak berhak atas informasi tersebut. Untuk menjamin
integritas data ini pengguna harus mempunyai kemampuan untuk
mendeteksi terjadinya manipulasi data oleh pihak-pihak yang tidak
berkepentingan. Manipulasi data yang dimaksud di sini meliputi
penyisipan, penghapusan, maupun penggantian data.
4. Anti penyangkalan (Non-repudiation), mencegah pengirim maupun
penerima mengingkari bahwa mereka telah mengirimkan atau menerima
suatu pesan. Jika sebuah pesan dikirim, penerima dapat membuktikan
bahwa pesan tersebut memang dikirim oleh pengirim yang tertera.
Sebaliknya, jika sebuah pesan diterima, pengirim dapat membuktikan
bahwa pesannya telah diterima oleh pihak yang ditujunya. (Ariyus, 2008).
2.3 Sejarah Kriptografi
Penggunaan kriptografi awalnya dilakukan oleh Julius Caesar sejak zaman
Romawi Kuno. Teknik ini dijuluki Caesar cipher untuk mengirim pesan
secara rahasia, meskipun teknik yang digunakannya sangat tidak memadai
untuk ukuran kini. Untuk mengenkripsi pesan, pengirim harus memanipulasi
konten menggunakan beberapa metode sistematis, yang dikenal sebagai
algoritma. Pesan asli, yang disebut plain text, dapat diacak sehingga surat-
suratnya berbaris dalam urutan yang tidak dapat dipahami atau setiap huruf
dapat diganti dengan yang lain. Omong kosong yang dihasilkan dikenal
sebagai cipher text, menurut Crash Course Computer Science.
Pada zaman Yunani, militer Spartan mengenkripsi pesan menggunakan
alat yang disebut scytale, yang terdiri dari potongan tipis luka kulit di sekitar
tongkat kayu. Strip itu tampaknya mengandung serangkaian karakter acak,
tetapi jika melingkari tongkat dengan ukuran tertentu, huruf-huruf itu sejajar
menjadi kata-kata. Teknik kriptografi yang menggunakan pengocokan huruf
ini dikenal sebagai sandi transposisi. Pengetahuan khusus yang diperlukan
untuk mengembalikan atau mengubah ciphertext menjadi plaintext, yang
dikenal sebagai kunci untuk menjaga kerahasiaan dan memastikan aspek
keamanan informasi dan pesan. Untuk memecahkan sandi tanpa kuncinya
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang hebat.
Cipher substitusi tidak dikacaukan selama milenium pertama M. – sampai
ahli matematika Arab al-Kindi menyadari kelemahannya, menurut Simon
Singh, penulis “The Code Book”. Memperhatikan bahwa huruf-huruf
tertentu digunakan lebih sering daripada yang lain, al-Kindi mampu
membalikkan substitusi dengan menganalisis huruf mana yang paling sering
dipotong dalam ciphertext. Sarjana Arab menjadi cryptanalyst terkemuka di
dunia, memaksa cryptographers untuk mengadaptasi metode mereka. Ketika
metode kriptografi semakin maju, cryptanalyst melangkah untuk menantang
mereka. Di antara pertempuran kecil yang paling terkenal dalam
pertempuran adalah upaya Sekutu untuk menghancurkan mesin Enigma
Jerman selama Perang Dunia II.
Mesin ini Enigma tujuannya mengenkripsi pesan menggunakan algoritma
substitusi yang kunci kompleksnya berubah setiap hari; pada
gilirannya, cryptanalyst Alan Turing mengembangkan perangkat yang
disebut “bom” untuk melacak pengaturan Enigma yang berubah. Pengirim
pesan rahasia harus datang dengan metode sistematis memanipulasi konteks
pesan, yang hanya dapat diuraikan oleh penerima. Pesan yang campur aduk
dikenal sebagai ciphertext .Di era digital seperti sekarangh ini tujuan
kriptografi tetap sama untuk mencegah pertukaran informasi antara dua
pihak diketahui oleh pihak lain.
2.4 Kriptografi Klasik
Kriptografi klasik adalah kriptografi dalam pembuatannya maupun
analisisnya sama sekali tidak melibatkan komputer atau perangkat mesin.
Alat-alat yang digunakan berkutat pada pemanfaatan kertas, pena, batu, serta
alat-alat lain yang tidak tergolong dalam perangkat mesin modern sama
sekali. Ciri khas dari kriptografi klasik ialah lebih berbasis pada karakter,
baik karakter tulisan maupun karakter pesan yang disampaikan. Ciri lainnya
berupa penggunaan alat-alat yang masih terbilang tradisional karena pada
waktu kemunculannya belum mengenal komputer. Itulah cara kerja
kriptografi klasik. Semua alogaritma kriptografi (chipper) dari kriptografi
klasik termasuk dalam sistem kriptografi yang bersistem simetris. Teknik
enkripsi pada kriptografi klasik semuanya sama seperti kunci enkripsi.
Maksudnya, untuk memahami sebuah teks tersembunyi dapat dilakukan
secara serupa seperti saat pembuatannya.
2.5 Macam – macam Kriptografi Klasik
1. Vigenere Cipher
Sandi Vigenère adalah salah satu penyandian teks alfabet dengan
menggunakan sandi Caesar Cipher akan tetapi alfabet yang dijadikan
sebagai kata kuncinya. Sandi Vigenère merupakan bentuk sederhana dari
sandi substitusi polialfabetik. Vigenere Chiper termasuk dalam cipher
abjadmajemuk (polyalphabetic substitution Chiper) yang dipublikasikan
oleh diplomat (sekaligus seorang kriptologis) Perancis, Blaise de
Vigenere pada abad 16 tahun 1586 (Arjana et al. 2012).
Sandi Vigenère sebenarnya merupakan pengembangan dari sandi
Caesar. Pada sandi Caesar, setiap huruf teks terang digantikan dengan
huruf lain yang memiliki perbedaan tertentu pada urutan alfabet.
Misalnya pada sandi Caesar dengan geseran
3, A menjadi D, B menjadi E and dan seterusnya. Sandi Vigenère terdiri
dari beberapa sandi Caesar dengan nilai geseran yang berbeda.

Gambar 1.1 Tabel Vigenere


Untuk menyandikan suatu pesan, digunakan sebuah tabel alfabet yang
disebut Tabel Vigenère (gambar 1,1). Tabel Vigenère berisi alfabet yang
dituliskan dalam 26 baris, masing-masing baris digeser satu urutan ke kiri dari
baris sebelumnya, membentuk ke-26 kemungkinan sandi Caesar. Setiap huruf
disandikan dengan menggunakan baris yang berbeda-beda, sesuai kata kunci
yang diulang misalnya, teks terang yang hendak disandikan adalah perintah
"Serbu Berlin": serbuberlin.
Sedangkan kata kunci antara pengirim dan tujuan adalah "Pizza"
"PIZZA" diulang sehingga jumlah hurufnya sama banyak dengan teks terang:
PIZZAPIZZAP
Huruf pertama pada teks terang, S, disandikan dengan menggunakan baris
berjudul P, huruf pertama pada kata kunci. Pada baris P dan kolom S di tabel
Vigenère, terdapat huruf H. Demikian pula untuk huruf kedua, digunakan huruf
yang terletak pada baris I (huruf kedua kata kunci) dan kolom E (huruf kedua teks
terang), yaitu huruf M. Proses ini dijalankan terus sehingga :
Teks terang: serbuberlin
Kata kunci: PIZZAPIZZAP
Teks bersandi: HMQAUQMQKIC
Proses sebaliknya (disebut dekripsi), dilakukan dengan mencari huruf teks
bersandi pada baris berjudul huruf dari kata kunci. Misalnya, pada contoh di atas,
untuk huruf pertama, kita mencari huruf H (huruf pertama teks tersandi) pada
baris P (huruf pertama pada kata kunci), yang terdapat pada kolom S, sehingga
huruf pertama adalah S. Lalu M terdapat pada baris I di kolom E, sehingga
diketahui huruf kedua teks terang adalah E, dan seterusnya hingga didapat
perintah "serbuberlin".
 Rumus - Rumus Vigenere Cipher
a. Rumus enkripsi vigenere cipher: Ci = ( Pi + Ki ) – 26 kalau hasil
penjumlahan Pi dan Ki lebih dari 26
b. Rumus dekripsi vigenere cipher: Pi = ( Ci – Ki ) + 26 kalau hasil
pengurangan Ci dengan Ki minus

Dimana:
Ci = nilai desimal karakter ciphertext ke-i
Pi = nilai desimal karakter plaintext ke-i
Ki = nilai desimal karakter kunci ke-i
Nilai desimal karakter:
A=0 B=1 C=2 ... Z=25
2. Playfair Cipher
Playfair cipher atau bisa juga disebut Playfair square adalah teknik
enkripsi simetrik yang termasuk dalam sistem substitusi pasangan huruf.
sistem sandi ini diciptakan oleh Charles Wheatstone pada tahun 1854, namun
dipopulerkan penggunaannya oleh Lord Playfair. Playfair Cipher termasuk
kedalam polygram cipher. Cipher ini mengenkripsi pasangan huruf, bukan
huruf tunggal seperti pada cipher klasik lainnya
Adapun beberapa tahapan dalam pembuatan kunci pada Playfair Cipher
yaitu :
a. Kunci Kriptogrfinya adalah 25 huruf abjad yang disusun dalam
bujursangkar 5×5 dengan menghilangkan salah satu huruf yaitu huruf J.
Lebih jelasnya yaitu :
c. Menghilangkan huruf J dan huruf – huruf yang berulang.
d. Menambahkan huruf – huruf yang belum ada. kecuali huruf J.
Susunan kunci dalam bujur sangkar diperluas dengan menambahkan kolom
keenam dan baris keenam yang nilainya sama dengan baris pertama dan kolom
pertama. Pesan atau text yang akan di enkripsi diatur lebih dahulu, lebih jelasnya
yaitu :
a. Bila ada huruf J, maka digantikan oleh huruf I.
b. Tulis pesan dengan huruf berpasangan.
c. Jika ada huruf yang sama berpasangan, maka sisipkan huruf Z
ditengahnya.
d. Jika jumlah huruf ganjil, maka harus menambahkan huruf Z diakhir.

Adapun beberapa tahapan dalam Algotirma Enkripsi Playfair Cipher :


a. Jika dua huruf terdapat pada baris kunci yang sama maka tiap huruf
diganti dengan huruf di kanannya.
b. Jika dua huruf terdapat pada kolom kunci yang sama maka tiap huruf
diganti dengan huruf di bawahnya.
c. Jika dua huruf tidak pada baris yang sama atau kolom yang sama, maka
huruf pertama diganti dengan huruf pada perpotongan baris huruf pertama
dengan kolom huruf kedua. Huruf kedua diganti dengan huruf pada titik
sudut keempat dari persegi panjang yang dibentuk dari 3 huruf yang
digunakan sampai sejauh ini.
Algoritma Kriptografi Playfair Cipher.
Contoh kata kunci yaitu “JALAN YANG DITEMPUH”
A L N Y G

D I T E M

P U H B C

F K O Q R

S V W X Z

ALNYGDITEMPUH + BCFKOQRSVWXZ

A L N Y G A

D I T E M D

P U H B C P

F K O Q R F

S V W X Z S

A L N Y G

belum di perluas

sesudah di perluas
BE LA IA RD IU NI MA LZ

QB NL DL FM UK LT DG GV

        

Setelah melakukan enkripsi sesuai dengan langkah – langkah diatas, maka


ciphertext nya yaitu “QBNLDLFMUKLTDGGV”

3. Enigma Cipher
Enigma Cipher atau bisa disebut Mesin Enigma adalah sebuah mesin
penyandi yang digunakan untuk mengenkripsi atau mendekripsi pesan rahasia.
Mesin Enigma ditemukan dan dipatenkan oleh Arthur Scherbius pada tahun 1918.
Mesin Enigma ini juga dipakai oleh tentara Jerman pada Perang Dunia ke-2.
Mesin Enigma ini adalah kombinasi dari sistem mekanikal dan elektrikal, dimana
disisi mekanikal terdapat 4 buah rotor, dengan rincian rotor tengah, kanan, kiri,
dan rotor reflektor. Untuk melakukan subsitusi, Mesin Enigma membutuhkan 4
buah rotor yg sudah disebutkan diatas. Enigma menggunakan sistem rotor (mesin
berbentuk roda yang berputar) untuk membentuk huruf cipherteks yang berubah-
ubah. Setelah setiap huruf dienkripsi, rotor kembali berputar untuk membentuk
huruf cipherteks baru untuk huruf plainteks berikutnya.
Steganografi
a = f, n = k
b = y, o = t
c = z, p = m
d = a, q = n
e = j, r = o
f = c, s = p
g = d, t = q
h = e, u = z
i = n, v = s
j = g, w = t
k = n, x = u
l = i, y = v
m = j, z = w
Penjelasan nya yaitu setiap huruf konsonan digeser ke kiri 3x, sedangkan setiap
huruf vokal digeser ke kanan 5x.
Contohnya, plaintext “Darkzone, waspada” maka ciphertext nya adalah “afonwtk,
tfpmfaaf”.
4. Affine Cipher
Metode Affine Cipher adalah pengembangan dari metode Caesar Cipher,
yang mengalikan plainteks dengan sebuah nilai P dan menambahkannya dengan
sebuah pergeseran b menghasilkan cipherteks C dinyatakan dengan fungsi
kongruen :
C ≡ m P + b (mod n). Yang mana n adalah ukuran alphabet, m adalah bilangan
bulat yang harus relatif prima dengan n (jika tidak relatif prima, maka dekripsi
tidak bisa dilakukan) dan b adalah jumlah pergeseran (Caesar Cipher adalah
bentuk khusus dari Affine Cipher dengan m=1).

Contoh :
Misal plaintext nya “F A U Z I” yang ekivalennya yaitu 5 0 20 25 8 dengan
memisalkan A=0, B=1 dan seterusnya.
Dienkripsi menggunakan Affine Cipher ini mengambil m=7 (karena 7 relatif
prima dengan 26), dan b=10, dan juga huruf yang digunakan berjumlah 26, maka
n=26. Enkripsi plaintext dapat di hitung dengan :
C≡7P + 10 (mod 26)
Cara menghitungnya sebagai berikut :
P1 = 5 > C1 = (7.5) + 10 = 45 = 3 (mod 26), berarti huruf D
P2 = 0 > C2 = (7.0) + 10 = 10 = 10 (mod 26), berarti huruf K
P3 = 20 > C3 = (20.7) + 10 = 0 (mod 26), berarti huruf A
P4 = 25 > C4 = (25.7) + 10 = 19 (mod 26), berarti huruf T
P5 = 8 > C5 = (8.7) + 10 = 14 (mod 26), berarti huruf O
Jadi chipertext yang dihasilkan dari plaintext “F A U Z I” adalah DKATO.
5. Hill Cipher
Hill Cipher merupakan salah satu algoritma kriptografi kunci
simetris yang memiliki beberapa kelebihan dalam enkripsi data. Untuk
menghindari matrik kunci yang tidak invertible, matrik kunci dibangkitkan
menggunakan koefisien binomial newton.  Proses enkripsi dan deskripsi
menggunakan kunci yang sama, plaintext dapat menggunakan media gambar atau
text. Algoritma Hill Cipher menggunakan matriks berukuran m x m sebagai kunci
untuk melakukan enkripsi dan dekripsi. Dasar teori matriks yang digunakan dalam
Hill Cipher antara lain adalah perkalian antar matriks dan melakukan invers pada
matriks.
Hill Cipher merupakan penerapan aritmatika modulo pada kriptografi.
Teknik kriptografi ini menggunakan sebuah matriks persegi sebagai kunci yang
digunakan untuk melakukan enkripsi dan dekripsi.
Hill Cipher diciptakan oleh Lester S. Hill pada tahun 1929 [2]. Teknik kriptografi
ini diciptakan dengan maksud untuk dapat menciptakan cipher (kode) yang tidak
dapat dipecahkan menggunakan teknik analisis frekuensi. Hill Cipher tidak
mengganti setiap abjad yang sama pada plaintext dengan abjad lainnya yang sama
pada ciphertext karena menggunakan perkalian matriks pada dasar enkripsi dan
dekripsinya.
Hill Cipher yang merupakan polyalphabetic cipher dapat dikategorikan
sebagai block cipher [2] karena teks yang akan diproses akan dibagi menjadi
blokblok dengan ukuran tertentu. Setiap karakter dalam satu blok akan saling
mempengaruhi karakter lainnya dalam proses enkripsi dan dekripsinya, sehingga
karakter yang sama tidak dipetakan menjadi karakter yang sama pula.
Hill Cipher termasuk kepada algoritma kriptografi klasik yang sangat sulit
dipecahkan oleh kriptanalis apabila dilakukan hanya dengan mengetahui berkas
ciphertext saja. Namun, teknik ini dapat dipecahkan dengan cukup mudah apabila
kriptanalis memiliki berkas ciphertext dan potongan berkas plaintext. Teknik
kriptanalisis ini disebut known-plaintext attack [1].
 Dasar Teknik Hill Cipher
Dasar dari teknik Hill Cipher adalah aritmatika modulo terhadap matriks.
Dalam penerapannya, Hill Cipher menggunakan teknik perkalian matriks dan
teknik invers terhadap matriks. Kunci pada Hill Cipher adalah matriks n x n
dengan n merupakan ukuran blok. Matriks K yang menjadi kunci ini harus
merupakan matriks yang invertible, yaitu memiliki inverse K-1 sehingga :
Kunci harus memiliki invers karena matriks K-1 tersebut adalah kunci yang
digunakan untuk melakukan dekripsi.

2.6 Penerapan Kriptografi dalam Kehidupan Sehari-hari


1. Metode Caesar
Di Amerika Serikat (AS) kriptografi telah mulai diperkenalkan sejak dini
kepada anak-anak, dengan tujuan mencari kader-kader terbaik untuk dijadikan
kriptografer atau kriptoanalis di instansi-instansi pemerintah AS. Tehnik
pengenalan kriptografi bagi anak-anak ini berupa permainan sederhana tentang
kriptografi. Di Indonesia hal serupa pernah dilakukan dalam skala lebih kecil dan
ringan, yaitu dalam kegiatan kepramukaan. Sehingga bila berbicara tentang
kriptografi, anak-anak sekolah dasar (SD) pada tahun 70-an sampai dengan 90-an
akan teringat dengan Pramuka. Kini kegiatan Pramuka sudah bukan merupakan
kegiatan wajib bagi anak-anak SD sehingga tentu saja kriptografi semakin tidak
dikenal. Teknik kriptografi sederhana yang dapat diajarkan kepada anak-anak
tingkat SD atau Pramuka Siaga / Penggalang kali ini adalah sistem kripto/sandi
Caesar. Yaitu sistem sandi yang diciptakan oleh kaisar Romawi sekitar tahun 50-
60 sebelum masehi, saat Julius Caesar mengirim pesan rahasia kepada tentaranya
di medan perang. Karena diciptakan oleh Julius Caesar maka dinamailah sistem
sandi ini dengan sistem sandi Caesar.
Alfabet biasa :
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTU
VWXYZ
Alfabet sistem sandi Caesar :
DEFGHIJKLMNOPQRSTUVW
XYZABC
Sehingga A = D, B = E, C = F, … dst sampai Z = C
contoh :
pesan asli : CARILAH COIN EMAS DI DALAM GUA
pesan tersandi : FDULODK FRLQ HPDV GL GDODP JXD
2. Metode Vigenére
Teknik kriptografi berikut dapat diperkenalkan kepada para pemula, anak-
anak Pramuka Penggalang ataupun sebagai permainan saat boot champ adalah
sistem sandi Vigenère.Sistem sandi ini pertama kali dipopulerkan oleh Blaise de
Vigenère seorang diplomat Perancis pada abad 15, sehingga disebutlah metode ini
dengan sistem sandi Vigenère Sistem sandi Vigenère adalah sistem sandi
substitusi multi-alfabet, yaitu sistem sandi Caesar tetapi dengan pergeseran alfabet
yang berlainan disesuaikan dengan kata kuncinya. Yang dimaksud sistem sandi
substitusi adalah menyandi dengan cara mengganti hurufhuruf pesan/teks aslinya
dengan huruf-huruf sandi. Sistem sandi Caesar dan Viginère termasuk metode
sistem sandi ini. Bahkan sistem sandi substitusi merupakan sistem sandi yang
dipakai pula dalam kriptografi modern, dengan variasi-variasi yang terus
berkembang.
PQRSTUVWXYZABCDEFGHIJKLMNO
IJKLMNOPQRSTUVWXYZABCDEFGH

sehingga S dengan pergeseran M = E; U dengan pergeseran E = Y; K dengan


pergeseran R = B; S dengan pergeseran A = S; E dengan pergeseran P = T; S
dengan pergeseran I = A; A dengan pergeseran M = M; D dengan pergeseran E =
H; dsb….. sampai N dengan pergeseran A = N
pesan tersandi : EYBSTA MHRLPP BIIMPQZEE PXSUVRN Permainan
menemukan pesan tersandi dengan sistem sandi Vigenère sangat menarik dan
menantang untuk dilakukan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kriptografi klasik adalah kriptografi dalam pembuatannya maupun
analisisnya sama sekali tidak melibatkan komputer atau perangkat mesin. Alat-
alat yang digunakan berkutat pada pemanfaatan kertas, pena, batu, serta alat-alat
lain yang tidak tergolong dalam perangkat mesin modern sama sekali.
3.2 Saran
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kromodimoeljo, Sentot.2009. Teori dan Aplikasi Kriptografi.SPK IT Consulting.
Andika, Dwiky.2015. Pengertian dan Sejarah Kriptografi. https://www.it-
jurnal.com/pengertian-dan-sejarah-kriptografi/. Diakses pada 30 Mei
2015.

Sekar. 2019. Sejarah Kriptografi, Temuan Kaya Manfaat Lintas Zaman.


https://ajaib.co.id/sejarah-pentingnya-kriptografi-yang-perlu-kamu-tahu/.
Diakses pada 10 November 2019.

Choiri, Eril Obiet. Pengertian Kriptografi, Sejarah & Jenis Algoritmanya.


https://qwords.com/blog/pengertian-kriptografi/. Diakses pada 12 Januari
2020.

Fauzi. 2020. Macam Macam Kriptografi Klasik.


https://fauzimhmd.home.blog/2020/03/18/macam-macam-kriptografi-
klasik/. Diakses pada 18 Maret 2020.

Andy. 2020. Vigenere Cipher. https://www.itugasmu.com/2020/06/vigenere-


cipher.html. Diakses pada 4 Juni 2020.

muamalkhoerdin. 2015. Algoritma Hill Cipher (Sandi Hill).


https://muamalkhoerudin.wordpress.com/2015/03/22/algoritma-hill-
cipher-sandi-hill/. 22 Maret 2015.

https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:2vCH2t-71u8J:https://
informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2006-2007/Makalah/
Makalah0607-88.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id.

Anda mungkin juga menyukai