Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KRIPTOGRAFI KLASIK II

Disusun oleh

RIDAR SETIAWAN EFFENDI 2023310078


SAPTO RAHARJO 2023310079

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Informatika

Universitas Bina Insani

Bekasi

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami

berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan. Dengan

kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami

bisa.menyelesaikan laporan makalah ini dengan baik. Ucapan terima kasih tidak lupa kami

haturkan kepada dosen dan teman-teman yang banyak membantu dalam penyusunan laporan

ini. Kami menyadari di dalam penyusunan laporan ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam

hal pengkonsolidasian. Oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidaksempurnaanya dan

juga memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat karya

tulis ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun ini bisa memberikan manfaat

untuk diri kami sendiri,teman-teman, serta orang lain.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3

1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6

2.1 Pengertian Kriptografi...................................................................................................6

2.2 Sejarah dari Kriptografi.................................................................................................6

2.3 Jenis – Jenis dari Kriptografi Klasik..............................................................................17

2.4 Elemen- elemen dari Kriptografi...................................................................................17

2.5 Fungsi dari Kriptografi..................................................................................................18

BAB III PENUTUP.............................................................................................................19

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................19

3.2 Saran..............................................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kriptografi klasik mungkin masih menjadi suatu istilah yang asing bagi sebagian orang

di berbagai Negara. Kriptografi klasik adalah cara penyamaran berita yang dilakukan oleh

orang-orang dulu ketika belum ada komputer. Tujuannya adalah untuk melindungi informasi

dengan cara melakukan penyandian.Namun sebenarnya kriptografi amat mudah dijumpai

meskipun mungkin hanya sebagian kecil dari masyarakat di dunia yang mampu merasakan

langsung kegunaan dari kriptografi tersebut. Dalam makalah ini akan dijelaskan apa itu

kriptografi, teori-teori yang berhubungan dengan kriptografi bidang proteksi,

pengaplikasiannya dalam kehidupan masyarakat, dan prinsip apa yang digunakan sehingga

kriptografi mampu diaplikasikan dalam suatu barang elektronik terutama dalam bidang

keamanan dan proteksi. Dengan demikian, kriptografi meliputi semua hal mengenai cara

menghindari dan menemukan semua penipuan dan semua ketidakjujuran yang terjadi pada

suatu pengiriman informasi baik secara manual pada kriptografi klasik ataupun secara

matematika pada kriptografi modern. Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk

memberi penjelasan tentang berbagai aplikasi dari kriptografi dalam kehidupan modern.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Kriptografi,
2. Sejarah dari Krtiptografi,
3. Jenis – Jenis dari Kriptografi Klasik,
4. Elemen- elemen dari Kriptografi,
5. Fungsi dari Kriptografi.

1.3 Tujuan Masalah


1. Menambah wawasan dan ilmu tentang Kriptografi klasik, Semoga setelah pembaca
membaca makalah ini apa yang menjadi tujuan penulisan makalah ini dapat tercapai.
2. Mengetahui jenis - jenis kriptografi klasik yang digunakan dimasa lalu sebelum era
modern dan komputerisasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kriptografi
Secara etimologi kata kriptografi (Cryptography) berasal dari bahasa Yunani, yaitu

kryptos yang artinya yang tersembunyi dan graphein yang artinya tulisan. Awal mula

kriptografi dipahami sebagai ilmu tentang menyembunyikan pesan, tetapi seiring

perkembangan zaman hingga saat ini pengertian kriptografi berkembang menjadi ilmu

tentang teknik matematis yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan keamanan berupa

privasi dan otentikasi.

Kriptografi mempunyai 2 (dua) bagian yang penting, yaitu :

a. Enkripsi adalah proses dari penyandian pesan asli menjadi pesan yang tidak dapat diartikan

seperti aslinya.

b. Dekripsi adalah merubah pesan yang sudah disandikan menjadi pesan aslinya. Pesan asli

biasanya disebut plaintext, sedangkan pesan yang sudah disandikan disebut ciphertext.

2.2 Sejarah dari Kriptografi


Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni untuk menjaga pesan agar aman.

(Cryptography is the art and science of keeping messages secure) “Crypto” berarti “secret”

(rahasia) dan “graphy” berarti “writing” (tulisan). Jadi, kriptologi adalah ilmu dan seni untuk

menjaga keamanan pesan yang akan dikirim ke penerima sehingga data atau pesan tersebut

aman dan tidak diketahui oleh pihak ketiga[1]. Data atau pesan yang akan di kirim di ubah

menjadi kode-kode yang tidak dipahami oleh pihak ketiga. Sejarah penulisan rahasia tertua

dapat ditemukan pada peradaban Mesir kuno, yakni tahun 3000 SM. Bangsa Mesir

menggunakan ukiran rahasia yang disebut dengan hieroglyphics untuk menyampaikan pesan

kepada orang-orang yang berhak. Awal tahun 400 SM bangsa Spartan di Yunani

memanfaatkan kriptografi di bidang militer dengan menggunakan alat yang disebut scytale,

yakni pita panjang berbahan daun papyrus yang dibaca dengan cara digulungkan ke sebatang
silinder. Sedangkan peradaban Cina dan Jepang menemukan kriptografi pada abad 15 M.

Kriptografi membuat data atau pesan menjadi kode-kode terlebih dahulu oleh pengirim.

Proses ini dikenal dengan enkripsi. Enkripsi diartikan sebagai proses diubahnya data atau

pesan yang hendak dikirim menjadi bentuk yang hampir tidak dikenali oleh pihak ketiga.

Setelah data atau pesan itu sampai kepada penerima, maka penerima melakukan dekripsi

yang merupakan kebalikan dari enkripsi. Dekripsi diartikan sebagai proses mengubah data

atau pesan kembali kebentuk semula sehingga data atau pesan dapat tersampaikan dan

dimengerti oleh penerima. Data atau pesan asli dinamakan plaintext sedangkan sesudah

dikodekan dinamakan chipertext. Proses enkripsi dan dekripsi memerlukan kunci dalam

mekanismenya dan biasanya berupa string atau deretan bilangan.

2.3 Jenis – Jenis dari Kriptografi Klasik


1. Kriptografi Affine
Sandi affine merupakan jenis sandi substitusi monoalfabet, dimana setiap
huruf dalam alfabet dipetakan menjadi angka yang setara dengan urutan huruf yang
pada umumnya menggunakan modulus 26 panjang karakter. Maksud dari teknik
substitusi dalam affine cipher sendiri yaitu menggantikan karakter dalam plaintext
menjadi karakter lain yang hasilnya adalah ciphertext. sedangkan transposisi yaitu
teknik mengubah plaintext menjadi ciphertext dengan cara mengubah posisi letak
urutan karakter. Rumus yang digunakan berarti bahwa setiap huruf mengenkripsi ke
satu huruf lain dan kembali lagi setelah didekripsi.
Sandi affine pada dasarnya adalah sandi substitusi dengan aturan memiliki dua
kunci a dan b, setiap huruf dienkripsi dengan fungsi (ax + b) mod N, yang mana a
adalah sebagai kunci bilangan prima integer, b adalah besarnya pergeseran, dan
operator yang digunakan pada aritmatika modulus adalah mod. Operator mod
memberikan sisa pembagian. Sandi affine adalah teknik perluasan dari caesar cipher
yang mengalikan plaintext dengan sebuah nilai dan menambahkannya dengan sebuah
pergeseran. affine cipher tergolong dalam algoritma simetris yang merupakan
algoritma memiliki kunci yang sama dalam proses enkripsi dan dekripsi. Dalam segi
waktu proses enkripsi dan dekripsi cipher affine ini tergolong cepat. Kekuatan cipher
ini terletak pada kedua kuncinya yaitu kunci a dan b yang menunjukkan pergeseran
karakter-karakter.

Proses Enkripsi Affine Cipher


Proses enkripsi menggunakan affine cipher membutuhkan dua buah kunci
yaitu kunci a dan kunci b untuk dapat menghasilkan ciphertext. Plaintext (Pi) akan
dikonversikan menggunakan tabel konversi sehingga menjadi bentuk desimal,
kemudian ciphertext (Ci) akan diperoleh dengan mengenkripsi plaintext dengan
persamaan:
Ci = (a 𝑃𝑖 + b) mod N
Ci merupakan ciphertext dari pergeseran karakter yang terdapat pada plaintext. Pi
merupakan pergeseran karakter pada plaintext. a merupakan kunci berupa bilangan
bulat yang relatif prima dengan N, apabila a tidak relatif prima dengan N maka
dekripsi tidak akan bisa dilakukan. Sedangkan kunci b merupakan pergeseran nilai
relatif prima dari a. dan N merupakan ukuran alfabet karakter. Agar dapat
memperoleh ciphertext maka perlu dilakukan perhitungan dengan persamaan (1)
adapun hasil yang diperoleh masih berupa bilangan desimal. Dapat dilihat pada
gambar 1.

Gambar 1 Proses Enkripsi Affine Cipher


Gambar diatas menjelaskan bahwa untuk memperoleh ciphertext
menggunakan affine cipher dibutuhkan input berupa plaintext yang akan dienkripsi
menggunakan dua buah kunci. Pada gambar 1 plaintext ILMAN akan dienkripsi dan
didekripsi dengan menggunakan affine cipher dengan kunci pertama (a=3) kunci
kedua (b=7). Plaintext ILMAN dikonversikan menjadi 8 11 12 0 13 lalu dengan
substitusikan hasil konversi ke persamaan.

Tabel 1. Perhitungan Enkripsi Affine Cipher


Proses dekripsi Affine Cipher
Proses dekripsi menggunakan Affine Cipher membutuhkan dua buah kunci
yang mana kedua kunci yang dipakai harus sama dengan kunci yang digunakan pada
proses enkripsi. Agar dapat memperoleh plaintext maka kunci a akan dirubah dalam
bentuk invers a (mod 26), dinyatakan dengan 𝑎−1. maka dekripsi akan dilakukan
dengan persamaan:
𝐶𝑖 = a 𝑃𝑖 + b (mod N)
𝐶𝑖 - b ≡ a 𝑃𝑖 (mod N)
a 𝑃𝑖 ≡ 𝐶𝑖 - b (mod N)
𝑃𝑖 ≡ 𝑎−1 (𝐶𝑖 - b) (mod N)
Pi merupakan plaintext dari pergeseran karakter yang terdapat pada ciphertext. Ci
merupakan pergeseran karakter pada ciphertext. a dan b merupakan kunci yang sama
dengan kunci yang digunakan pada proses enkripsi. Agar dapat memperoleh plaintext
maka diperlukan perhitungan menggunakan persamaan. Sebelum melakukan
perhitungan terlebih dahulu Pi dan Ci harus dikonversikan kedalam bentuk desimal
menggunakan tabel konversi. Hasil dari perhitungan yang dilakukan akan berbentuk
bilangan desimal yang kemudian akan dikonversi menggunakan tabel konversi untuk
memperoleh plaintext. Dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2 Proses Dekripsi Affine Cipher


Gambar diatas menjelaskan bahwa untuk memperoleh plaintext menggunakan Affine
Cipher dibutuhkan input berupa ciphertext yang akan dienkripsi menggunakan dua
buah kunci. Kekuatan dari Affine Cipher ini terletak pada kunci yang dipakai. Kunci
ini merupakan nilai integer yang menunjukkan pergeseran karakter-karakter. Pada
gambar 2 ciphertext FORHU akan didekripsi dengan menggunakan Affine Cipher
dengan kunci pertama (a=3) kunci kedua (b=7). Untuk pengembalian teks yang telah
dienkripsi menjadi pesan rahasia maka pertama-tama yang dapat dilakukan dengan
menghitung:
𝑎−1. 𝑎 ≡ 1 (mod N) ……………. (3)
Keterangan:
𝑎 = kunci pertama
𝑎−1 = invers dari a (mod N)
N = ukuran alphabet

Tabel 2 Contoh invers dari a (mod N)

Untuk dekripsi dengan hasil 1 maka solusinya adalah 27 (mod 26)


dikarenakan 9.3 = 27 mod 26 hasilnya adalah 1. Ciphertext FORHU dikonversikan
sehingga menjadi 5 14 17 7 20 lalu dengan substitusikan hasil konversi ke persamaan
(2) dengan 𝑎−1 = 9, sehingga diperoleh masing-masing plaintext dari Affine Cipher
pada tabel 2.2, aturan konversi pada Affine Cipher.

Tabel 3 Perhitungan dekripsi Affine Cipher

2. Kriptografi Hill

Diciptakan oleh Lester S. Hill pada tahun 1929. Hill Cipher menggunakan

matriks persegi sebagai dasar dalam melakukan proses enkripsi dan proses dekripsi,

algoritma ini dibuat dengan tujuan untuk menciptakan kode yang tidak dapat

dipecahkan dengan teknik analisis frekuensi. Hill Cipher tidak mengganti elemen

pada plaintext dengan elemen lainnya yang sama pada ciphertext. Hill Cipher

merupakan polyalphabetic cipher yang dapat dikategorikan sebagai block cipher

karena plaintext yang akan diproses terlebih dahulu dibagi menjadi beberapa block

tertentu. Setiap elemen dalam satu blok akan mempengaruhi elemen lainnya di blok

tersebut dalam
proses enkripsi dan proses dekripsinya sehingga elemen yang sama belum tentu akan

berubah menjadi elemen yang sama pula.

Hal tersebutlah yang membuat Hill Cipher menjadi suatu algoritma yang

sangat sulit dipecahkan oleh kriptanalis apabila dilakukan hanya dengan mengetahui

chipertext-nya saja. Namun, jika sang kriptanalis memiliki ciphertext serta potongan

plaintext maka algoritma ini dapat dengan sangat mudah dipecahkan.Teknik

kriptanalis ini disebut known-plaintext attack.

Dasar dari Hill Cipher adalah aritmatika modulo terhadap matriks. Hill Cipher

menggunakan perkalian matriks dan invers matriks dalam penerapannya. Kunci pada

Hill Cipher merupakan matriks n × n dengan n merupakan ukuran blok. Matriks yang

menjadi kunci harus merupakan matriks yang invertible, yaitu matriks yang memiliki

invers. Hal tersebut dikarenakan invers dari matriks tersebutlah yang menjadi kunci

dalam melakukan proses dekripsi.

Proses enkripsi pada Hill Cipher dilakukan per blok plaintext. Ukuran blok

sama dengan ukuran matriks kunci yang dipilih. Sebelum membagi teks menjadi

deretan blok-blok, plaintext terlebih dahulu dikonversi menjadi angka.

Pengkonversian dilakukan dengan aturan A = 1, B = 2, C = 3, hingga Y = 25.

Karakter Z diubah menjadi 0.

Tahap-tahap dalam melakukan enkripsi Hill Cipher:

Misalkan plaintext yang akan dienkripsi adalah:

P = ILOVEALJABARGEOMETRI
1. Melakukan konversi dari alfabet ke angka terhadap

plaintext. Hasil dari konversi plaintext P:

P = 9 12 15 22 5 1 12 10 1 2 1 18 7 5 15 13 5 20 18 9

2. Memilih sebuah kunci matriks n × n yang invertible secara acak, dalam hal ini

diambil:

310

K= 1 1 1

0 12

3. Membagi plaintext menjadi beberapa blok sesuai dengan ukuran matriks kunci.

Dalam hal ini, karena matriks kunci K berukuran 3 × 3, maka plaintext dibagi

menjadi blok yang masing-masing bloknya berukuran 3 karakter. Karena pada blok

terakhir hanya terdapat 2 karakter, maka diberi tambahan 1 karakter berdasarkan

karakter terakhir. Dalam hal ini karakter yang ditambahkan yaitu I. Berikut

merupakan blok pertama dari plaintext P:

9
B1 = 12
15
4. Melakukan enkripsi pada blok plaintext dengan melakukan perkalian antara

matriks kunci K dengan matriks blok B. Berikut hasil enkripsi dari blok pertama:

310 9 39
E1 = 1 1 1 x 12 = 36
012 15 42
5. Matriks hasil enkripsi kemudian di modulo 26 agar angka dari matriks tersebut

dapat berkorespondensi dengan huruf-huruf yang ada. Berikut hasil modulo dari

enkripsi blok pertama:


13
1 mod 26 = 10
16
6. Mengulangi langkah 4 dan 5 sampai semua blok matriks berhasil terenkripsi.

Berikut merupakan hasil enkripsi semua blok:

E = 13 10 16 19 2 7 20 23 12 7 21 11 0 1 9 18 12 19 11 10 1

7. Mengkonversi hasil enkripsi menjadi alfabet. Berikut hasil konversi dari E:

C = MJPSBGTWLGUKZAIRLSKJA

Dapat dilihat bahwa hasil enkripsi dengan metode Hill Chiper memiliki pola yang

tidak mirip dengan plaintextnya. Hal inilah yang menyebabkan Hill Cipher menjadi

algoritma yang sangat sulit untuk dipecahkan oleh kriptanalis jika hanya diketahui

ciphertext-nya saja.

Proses dekripsi Hill Cipher pada dasarnya memiliki metode yang sama dengan

proses enkripsi Hill Cipher. Hanya saja kunci yang digunakan merupakan invers dari

kunci yang digunakan dalam proses enkripsi.

Tahap-tahap dalam melakukan dekripsi Hill Cipher:

Misalkan ciphertext yang akan didekripsi adalah:

C = MJPSBGTWLGUKZAIRLSKJA

Dan kunci yang digunakan untuk dekripsi adalah:

1 −2 1
K -1 =−2 6 −3
1 −3 2
1. Melakukan konversi dari alfabet ke angka terhadap ciphertext. Hasil dari konversi

ciphertext C:

C = 13 10 16 19 2 7 20 23 12 7 21 11 0 1 9 18 12 19 11 10 1

2. Membagi plaintext menjadi beberapa blok sesuai dengan ukuran matriks kunci.

Dalam hal ini, karena matriks kunci K berukuran 3 × 3, maka ciphertext dibagi

menjadi blok yang masing-masing bloknya berukuran 3 karakter. Berikut merupakan

blok pertama dari ciphertext C:

13
B1= 10
16
3. Melakukan dekripsi pada blok ciphertext dengan melakukan perkalian antara

matriks kunci dengan matriks blok B. Berikut hasil dekripsi dari blok pertama:

1 −2 1 13 9
D1= −2 6 −3 x 10 = -14
1 −3 2 16 15
4. Matriks hasil edekripsi kemudian di modulo 26 agar angka dari matriks tersebut

dapat berkorespondensi dengan huruf-huruf yang ada. Berikut hasil modulo dari

enkripsi blok pertama:

9
D1 mod 26 = 12
15
5. Mengulangi langkah 3 dan 4 sampai semua blok matriks berhasil terenkripsi.

Berikut merupakan hasil dekripsi semua blok:

D = 9 12 15 22 5 1 12 10 1 2 1 18 7 5 15 13 5 20 18 9 9

6. Mengkonversi hasil dekripsi menjadi alfabet. Berikut


hasil konversi dari D:

D = ILOVEALJABARGEOMETRII

3. Kriptografi One-TimePad

One Time Pad (OTP) adalah salah satu algoritma simetris yang ditemukan
pada tahun 1917 oleh G. Vernam dan Major Joseph Mauborgne. OTP merupakan
algoritma yang relatif gampang untuk dipelajari dan sudah dinyatakan oleh para ahli
kriptografi sebagai “perfect encryption algorithm”.

Sistem cipher One Time Pad ini tidak dapat dipecahkan karena barisan kunci
acak yang ditambahkan ke pesan plaintext yang tidak acak menghasilkan ciphertext
yang seluruhnya acak. Panjang kunci harus sama dengan panjang plaintext. Beberapa
barisan kunci yang digunakan untuk mendekripsi ciphertext mungkin menghasilkan
pesan-pesan plaintext yang mempunyai makna, sehingga kriptanalis tidak punya cara
untuk menentukan plaintext mana yang benar.

Prinsip enkripsi pada algoritma ini adalah dengan mengkombinasikan masing-


masing karakter pada plaintext dengan satu karakter pada kunci. Oleh karena itu,
panjang kunci harus sama dengan panjang plaintext. Enkripsi dapat dinyatakan
sebagai penjumlahan modulo 256 (menggunakan kode ASCII 8 bit) dari satu karakter
plaintext dengan satu karakter kunci OTP :

ci= (pi+ ki) mod 256

Dalam hal ini, pi adalah plaintext ke-i, ki adalah kunci ke-i, dan ci adalah
huruf ciphertext ke-i. Panjang kunci sama dengan panjang plaintext, sehingga tidak
ada kebutuhan mengulang penggunaan kunci selama proses enkripsi. Setelah
pengirim mengenkripsikan pesan dengan kunci, ia menghancurkan kunci tersebut.
Penerima pesan menggunakan kunci yang sama untuk mendekripsikan karakter-
karakter ciphertext menjadi karakter-karakter plaintext dengan persamaan :

pi = (ci - ki) mod 256

Proses enkripsi pada algoritma One Time Pad membutuhkan barisan bilangan
acak sebagai kunci. Setiap pesan yang akan dienkripsi harus diubah ke dalam bentuk
decimal untuk bisa dilakukan perhitungan, maka digunakanlah tabel ASCII. Sebagai
contoh, untuk mengenkripsi pesan “ DO “ terlebih dahulu setiap karakter mengalami
perubahan ke bentuk decimal menjadi “ 68 79 “.Plainteks (P) = DO
Dikonversi ke decimal menjadi :
P = 68 79
Plainteks dienkripsi dengan menggunakan bilangan acak sebagai kunci.
Kunci (k) = 23 240
Sesuai dengan persamaan enkripsi, maka plainteks diubah menjadi cipherteks:
ci= (pi+ ki) mod 256
C (1) =(68 + 23 ) mod 256
=91 ( [ )
C (2) =(79 + 240 ) mod 256
=63 ( ? )
Sehingga :
P = “DO”
K= 23 240
C= “[ ?”
Proses dekripsi bertujuan untuk mengubah cipherteks ke bentuk semula
dengan menggunakan kunci yang sama pada persamaan dekripsi berikut :
pi = (ci - ki) mod 256
C=“[?“
Diubah ke bentuk decimal dengan table ASCII
C = 91 63
K = 23 240
P(1) =( 91 – 23 ) mod 256
=68 ( D )
P(2) =( 63 – 240 ) mod 256
=79 ( O )
P = “ DO”
Berdasarkan proses enkripsi dan dekripsi yang telah dikerjakan, diperoleh
plainteks yang sama dengan plainteks yang mengalami proses enkripsi.

4. Kriptografi ROT-13

ROT13 (Rotate 13) adalah cipher pengganti dari cipher yang biasa digunakan
pada sistem operasi UNIX. Dalam sistem pengkodean ROT13, sebuah huruf diganti
dengan huruf dalam 13 posisi. Metode rot13 adalah metode enkripsi yang mengubah
huruf menjadi huruf yang berjarak 13 tempat dari huruf aslinya. Misalnya, `A` akan
berubah menjadi `N`, `B` akan berubah menjadi `O`, `C` akan berubah menjadi `P` dan
seterusnya.
Plainteks : DAHLANKURNIAWAN
Cipherteks : QNUYNAXHEAVAJNA

Gambar 3. Algoritma Cipher

2.4 Elemen – Elemen Kriptografi


1. Pesan, Plainteks dan Cipherteks
Pesan adalah data atau informasi yang dapat dibaca dan dimengerti maknanya.
Nama lain untuk pesan adalah plainteks. Agar pesan tidak bisa dimengerti maknanya
oleh pihak lain, maka pesan perlu disandikan ke bentuk lain yang tidak dapat
dipahami. Bentuk pesan yang tersandi disebut cipherteks.
2. Pengirim dan Penerima
Pengirim adalah entitas yang mengirim pesan kepada entitas lainnya.
Penerima adalah entitas yang menerima pesan. Entitas di sini dapat berupa orang,
mesin (komputer), kartu kredit dan sebagainya.
3. Enkripsi dan dekripsi
Proses menyandikan plainteks menjadi cipherteks disebut enkripsi. Sedangkan
proses mengembalikan cipherteks menjadi plainteks semula dinamakan dekripsi.
4. Cipher
Algoritma kriptografi disebut juga cipher yaitu aturan untuk enciphering dan
deciphering, atau fungsi matematika yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi.
Konsep matematis yang mendasari algoritma kriptografi adalah relasi antara dua buah
himpunan yaitu himpunan yang berisi elemen-elemen plainteks dan himpunan yang
berisi cipherteks. Enkripsi dan dekripsi adalah fungsi yang memetakan elemen-elemen
antara kedua himpunan tersebut.
5. Sistem kriptografi
Sistem kriptografi merupakan kumpulan yang terdiri dari algoritma
kriptografi, semua plainteks dan cipherteks yang mungkin dan kunci.
6. Penyadap
Penyadap adalah orang yang berusaha mencoba menangkap pesan selama
ditransmisikan dengan tujuan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai
sistem kriptografi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan maksud untuk
memecahkan cipherteks.
7. Kriptanalisis dan kriptologi
Kriptanalisis (cryptanalysis) adalah ilmu dan seni untuk memecahkan
cipherteks menjadi plainteks tanpa mengetahui kunci yang digunakan. Pelakunya
disebut kriptanalis. Kriptologi adalah studi mengenai kriptografi dan kriptanalisis.

2.5 Fungsi Kriptografi


Dalam teknologi informasi, terus menerus dikembangkan cara untuk
menangkal berbagai bentuk serangan seperti penyadapan dan pengubahan data yang
dikirimkan. Salah satu cara yang ditempuh mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan kriptografi yang menggunakan transformasi data sehingga data yang
dihasilkan tidak dapat dimengerti oleh pihak yang tidak berhak mengakses. Transformasi
ini memberikan solusi pada dua macam masalah keamanan data, yaitu masalah privasi
(privacy) dan keautentikan (authenticatioan). Privasi mengandung arti bahwa data yang
dikirimkan hanya dapat dimengerti informasinya oleh penerima yang sah atau berhak.
Sedangkan keotentikan mencegah pihak ketiga untuk mengirimkan data yang salah atau
mengubah data yang dikirimkan. Sehingga, kriptografi diharapkan dapat memenuhi
kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Kerahasiaan (confidentiality), yang dapat terjamin dengan adanya enkripsi
(penyandian).
2. Keutuhan (integrity) atas data-data pembayaran, yang dapat terjamin dengan
penggunaan fungsi hash. Fungsi hash adalah fungsi yang secara efisien mengubah
string input dengan panjang berhingga menjadi string output dengan panjang tetap yang
disebut nilai hash.
3. Jaminan atas identitas dan keabsahan (authenticity) pihak-pihak yang melakukan
transaksi, yang terjamin dengan digunakannya password atau sertifikat digital.
Sedangkan keautentikan data transaksi dapat terjamin dengan menggunakan tanda
tangan digital.
4. Transaksi dapat dijadikan barang bukti yang tidak bisa disangkal (non-
repudiation)dengan memanfaatkan tanda tangan digital dan sertifikat digital.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Kriptografi Klasik


adalah sebuah teori kriptografi paling awal dan telah ada sejak zaman Kerajaan
Romawi. Dalam Kriptografi Klasik terdapat dua algoritma klasik yaitu Chiper
Substitusi dan Chiper Transposisi. Kedua algoritma ini memiliki beberapa jenis
algoritma lagi dengan teori dan perhitungan yang berbeda beda. Kriptografi Klasik
sendiri dinilai oleh banyak kalangan sebagai teori kriptografi yang mudah digunakan
juga mudah dipecahkan.Hal ini disebabkan karena algoritma klasik beroperasi dalam
mode karakter bukan dalam metode bit seperti pada Kriptografi Modern. Dalam
Kriptografi Klasik, proses pengenkripsian plainteks menjadi chiperteks tetap
menggunakan karakter, hanya saja terjadi perubahan komposisi karakter atau huruf
yang diubah ubah sesuai aturan tiap algoritma dan juga kunci atau key. Tetapi apabila
menggunakan Kriptografi Modern proses pengenkripsian pesan menggunakan satuan
bit, plainteks dikonversi kedalam bit lalu dienkripsi, dan chiperteksnya pun
menggunakan format bit.

3.2 Saran

Adapun Saran dari kami penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini,
kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih
dalam tentang bagaimana memahami kriptografi klasik karena kriptografi klasik
merupakan awal dari terbentuknya kriptografi di era modern. Kriptografi klasik
merupakan dasar awal terbentuknya ilmu kriptografi dan munculnya kriptografi modern
yang banyak digunakan untuk mengamankan sebuah informasi atau data.

Anda mungkin juga menyukai