Disusun oleh
Fakultas Informatika
Bekasi
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami
berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan. Dengan
kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami
bisa.menyelesaikan laporan makalah ini dengan baik. Ucapan terima kasih tidak lupa kami
haturkan kepada dosen dan teman-teman yang banyak membantu dalam penyusunan laporan
ini. Kami menyadari di dalam penyusunan laporan ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam
hal pengkonsolidasian. Oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidaksempurnaanya dan
juga memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat karya
tulis ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun ini bisa memberikan manfaat
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................19
3.2 Saran..............................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kriptografi klasik mungkin masih menjadi suatu istilah yang asing bagi sebagian orang
di berbagai Negara. Kriptografi klasik adalah cara penyamaran berita yang dilakukan oleh
orang-orang dulu ketika belum ada komputer. Tujuannya adalah untuk melindungi informasi
meskipun mungkin hanya sebagian kecil dari masyarakat di dunia yang mampu merasakan
langsung kegunaan dari kriptografi tersebut. Dalam makalah ini akan dijelaskan apa itu
pengaplikasiannya dalam kehidupan masyarakat, dan prinsip apa yang digunakan sehingga
kriptografi mampu diaplikasikan dalam suatu barang elektronik terutama dalam bidang
keamanan dan proteksi. Dengan demikian, kriptografi meliputi semua hal mengenai cara
menghindari dan menemukan semua penipuan dan semua ketidakjujuran yang terjadi pada
suatu pengiriman informasi baik secara manual pada kriptografi klasik ataupun secara
matematika pada kriptografi modern. Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk
memberi penjelasan tentang berbagai aplikasi dari kriptografi dalam kehidupan modern.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kriptografi
Secara etimologi kata kriptografi (Cryptography) berasal dari bahasa Yunani, yaitu
kryptos yang artinya yang tersembunyi dan graphein yang artinya tulisan. Awal mula
perkembangan zaman hingga saat ini pengertian kriptografi berkembang menjadi ilmu
tentang teknik matematis yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan keamanan berupa
a. Enkripsi adalah proses dari penyandian pesan asli menjadi pesan yang tidak dapat diartikan
seperti aslinya.
b. Dekripsi adalah merubah pesan yang sudah disandikan menjadi pesan aslinya. Pesan asli
biasanya disebut plaintext, sedangkan pesan yang sudah disandikan disebut ciphertext.
(Cryptography is the art and science of keeping messages secure) “Crypto” berarti “secret”
(rahasia) dan “graphy” berarti “writing” (tulisan). Jadi, kriptologi adalah ilmu dan seni untuk
menjaga keamanan pesan yang akan dikirim ke penerima sehingga data atau pesan tersebut
aman dan tidak diketahui oleh pihak ketiga[1]. Data atau pesan yang akan di kirim di ubah
menjadi kode-kode yang tidak dipahami oleh pihak ketiga. Sejarah penulisan rahasia tertua
dapat ditemukan pada peradaban Mesir kuno, yakni tahun 3000 SM. Bangsa Mesir
menggunakan ukiran rahasia yang disebut dengan hieroglyphics untuk menyampaikan pesan
kepada orang-orang yang berhak. Awal tahun 400 SM bangsa Spartan di Yunani
memanfaatkan kriptografi di bidang militer dengan menggunakan alat yang disebut scytale,
yakni pita panjang berbahan daun papyrus yang dibaca dengan cara digulungkan ke sebatang
silinder. Sedangkan peradaban Cina dan Jepang menemukan kriptografi pada abad 15 M.
Kriptografi membuat data atau pesan menjadi kode-kode terlebih dahulu oleh pengirim.
Proses ini dikenal dengan enkripsi. Enkripsi diartikan sebagai proses diubahnya data atau
pesan yang hendak dikirim menjadi bentuk yang hampir tidak dikenali oleh pihak ketiga.
Setelah data atau pesan itu sampai kepada penerima, maka penerima melakukan dekripsi
yang merupakan kebalikan dari enkripsi. Dekripsi diartikan sebagai proses mengubah data
atau pesan kembali kebentuk semula sehingga data atau pesan dapat tersampaikan dan
dimengerti oleh penerima. Data atau pesan asli dinamakan plaintext sedangkan sesudah
dikodekan dinamakan chipertext. Proses enkripsi dan dekripsi memerlukan kunci dalam
2. Kriptografi Hill
Diciptakan oleh Lester S. Hill pada tahun 1929. Hill Cipher menggunakan
matriks persegi sebagai dasar dalam melakukan proses enkripsi dan proses dekripsi,
algoritma ini dibuat dengan tujuan untuk menciptakan kode yang tidak dapat
dipecahkan dengan teknik analisis frekuensi. Hill Cipher tidak mengganti elemen
pada plaintext dengan elemen lainnya yang sama pada ciphertext. Hill Cipher
karena plaintext yang akan diproses terlebih dahulu dibagi menjadi beberapa block
tertentu. Setiap elemen dalam satu blok akan mempengaruhi elemen lainnya di blok
tersebut dalam
proses enkripsi dan proses dekripsinya sehingga elemen yang sama belum tentu akan
Hal tersebutlah yang membuat Hill Cipher menjadi suatu algoritma yang
sangat sulit dipecahkan oleh kriptanalis apabila dilakukan hanya dengan mengetahui
chipertext-nya saja. Namun, jika sang kriptanalis memiliki ciphertext serta potongan
Dasar dari Hill Cipher adalah aritmatika modulo terhadap matriks. Hill Cipher
menggunakan perkalian matriks dan invers matriks dalam penerapannya. Kunci pada
Hill Cipher merupakan matriks n × n dengan n merupakan ukuran blok. Matriks yang
menjadi kunci harus merupakan matriks yang invertible, yaitu matriks yang memiliki
invers. Hal tersebut dikarenakan invers dari matriks tersebutlah yang menjadi kunci
Proses enkripsi pada Hill Cipher dilakukan per blok plaintext. Ukuran blok
sama dengan ukuran matriks kunci yang dipilih. Sebelum membagi teks menjadi
P = ILOVEALJABARGEOMETRI
1. Melakukan konversi dari alfabet ke angka terhadap
P = 9 12 15 22 5 1 12 10 1 2 1 18 7 5 15 13 5 20 18 9
2. Memilih sebuah kunci matriks n × n yang invertible secara acak, dalam hal ini
diambil:
310
K= 1 1 1
0 12
3. Membagi plaintext menjadi beberapa blok sesuai dengan ukuran matriks kunci.
Dalam hal ini, karena matriks kunci K berukuran 3 × 3, maka plaintext dibagi
menjadi blok yang masing-masing bloknya berukuran 3 karakter. Karena pada blok
karakter terakhir. Dalam hal ini karakter yang ditambahkan yaitu I. Berikut
9
B1 = 12
15
4. Melakukan enkripsi pada blok plaintext dengan melakukan perkalian antara
matriks kunci K dengan matriks blok B. Berikut hasil enkripsi dari blok pertama:
310 9 39
E1 = 1 1 1 x 12 = 36
012 15 42
5. Matriks hasil enkripsi kemudian di modulo 26 agar angka dari matriks tersebut
dapat berkorespondensi dengan huruf-huruf yang ada. Berikut hasil modulo dari
E = 13 10 16 19 2 7 20 23 12 7 21 11 0 1 9 18 12 19 11 10 1
C = MJPSBGTWLGUKZAIRLSKJA
Dapat dilihat bahwa hasil enkripsi dengan metode Hill Chiper memiliki pola yang
tidak mirip dengan plaintextnya. Hal inilah yang menyebabkan Hill Cipher menjadi
algoritma yang sangat sulit untuk dipecahkan oleh kriptanalis jika hanya diketahui
ciphertext-nya saja.
Proses dekripsi Hill Cipher pada dasarnya memiliki metode yang sama dengan
proses enkripsi Hill Cipher. Hanya saja kunci yang digunakan merupakan invers dari
C = MJPSBGTWLGUKZAIRLSKJA
1 −2 1
K -1 =−2 6 −3
1 −3 2
1. Melakukan konversi dari alfabet ke angka terhadap ciphertext. Hasil dari konversi
ciphertext C:
C = 13 10 16 19 2 7 20 23 12 7 21 11 0 1 9 18 12 19 11 10 1
2. Membagi plaintext menjadi beberapa blok sesuai dengan ukuran matriks kunci.
Dalam hal ini, karena matriks kunci K berukuran 3 × 3, maka ciphertext dibagi
13
B1= 10
16
3. Melakukan dekripsi pada blok ciphertext dengan melakukan perkalian antara
matriks kunci dengan matriks blok B. Berikut hasil dekripsi dari blok pertama:
1 −2 1 13 9
D1= −2 6 −3 x 10 = -14
1 −3 2 16 15
4. Matriks hasil edekripsi kemudian di modulo 26 agar angka dari matriks tersebut
dapat berkorespondensi dengan huruf-huruf yang ada. Berikut hasil modulo dari
9
D1 mod 26 = 12
15
5. Mengulangi langkah 3 dan 4 sampai semua blok matriks berhasil terenkripsi.
D = 9 12 15 22 5 1 12 10 1 2 1 18 7 5 15 13 5 20 18 9 9
D = ILOVEALJABARGEOMETRII
3. Kriptografi One-TimePad
One Time Pad (OTP) adalah salah satu algoritma simetris yang ditemukan
pada tahun 1917 oleh G. Vernam dan Major Joseph Mauborgne. OTP merupakan
algoritma yang relatif gampang untuk dipelajari dan sudah dinyatakan oleh para ahli
kriptografi sebagai “perfect encryption algorithm”.
Sistem cipher One Time Pad ini tidak dapat dipecahkan karena barisan kunci
acak yang ditambahkan ke pesan plaintext yang tidak acak menghasilkan ciphertext
yang seluruhnya acak. Panjang kunci harus sama dengan panjang plaintext. Beberapa
barisan kunci yang digunakan untuk mendekripsi ciphertext mungkin menghasilkan
pesan-pesan plaintext yang mempunyai makna, sehingga kriptanalis tidak punya cara
untuk menentukan plaintext mana yang benar.
Dalam hal ini, pi adalah plaintext ke-i, ki adalah kunci ke-i, dan ci adalah
huruf ciphertext ke-i. Panjang kunci sama dengan panjang plaintext, sehingga tidak
ada kebutuhan mengulang penggunaan kunci selama proses enkripsi. Setelah
pengirim mengenkripsikan pesan dengan kunci, ia menghancurkan kunci tersebut.
Penerima pesan menggunakan kunci yang sama untuk mendekripsikan karakter-
karakter ciphertext menjadi karakter-karakter plaintext dengan persamaan :
Proses enkripsi pada algoritma One Time Pad membutuhkan barisan bilangan
acak sebagai kunci. Setiap pesan yang akan dienkripsi harus diubah ke dalam bentuk
decimal untuk bisa dilakukan perhitungan, maka digunakanlah tabel ASCII. Sebagai
contoh, untuk mengenkripsi pesan “ DO “ terlebih dahulu setiap karakter mengalami
perubahan ke bentuk decimal menjadi “ 68 79 “.Plainteks (P) = DO
Dikonversi ke decimal menjadi :
P = 68 79
Plainteks dienkripsi dengan menggunakan bilangan acak sebagai kunci.
Kunci (k) = 23 240
Sesuai dengan persamaan enkripsi, maka plainteks diubah menjadi cipherteks:
ci= (pi+ ki) mod 256
C (1) =(68 + 23 ) mod 256
=91 ( [ )
C (2) =(79 + 240 ) mod 256
=63 ( ? )
Sehingga :
P = “DO”
K= 23 240
C= “[ ?”
Proses dekripsi bertujuan untuk mengubah cipherteks ke bentuk semula
dengan menggunakan kunci yang sama pada persamaan dekripsi berikut :
pi = (ci - ki) mod 256
C=“[?“
Diubah ke bentuk decimal dengan table ASCII
C = 91 63
K = 23 240
P(1) =( 91 – 23 ) mod 256
=68 ( D )
P(2) =( 63 – 240 ) mod 256
=79 ( O )
P = “ DO”
Berdasarkan proses enkripsi dan dekripsi yang telah dikerjakan, diperoleh
plainteks yang sama dengan plainteks yang mengalami proses enkripsi.
4. Kriptografi ROT-13
ROT13 (Rotate 13) adalah cipher pengganti dari cipher yang biasa digunakan
pada sistem operasi UNIX. Dalam sistem pengkodean ROT13, sebuah huruf diganti
dengan huruf dalam 13 posisi. Metode rot13 adalah metode enkripsi yang mengubah
huruf menjadi huruf yang berjarak 13 tempat dari huruf aslinya. Misalnya, `A` akan
berubah menjadi `N`, `B` akan berubah menjadi `O`, `C` akan berubah menjadi `P` dan
seterusnya.
Plainteks : DAHLANKURNIAWAN
Cipherteks : QNUYNAXHEAVAJNA
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Adapun Saran dari kami penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini,
kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih
dalam tentang bagaimana memahami kriptografi klasik karena kriptografi klasik
merupakan awal dari terbentuknya kriptografi di era modern. Kriptografi klasik
merupakan dasar awal terbentuknya ilmu kriptografi dan munculnya kriptografi modern
yang banyak digunakan untuk mengamankan sebuah informasi atau data.