Anda di halaman 1dari 6

RESUME PENGELOLAAN LIMBAH

JOURNAL “CLEANER PRODUCTON FOR PROCESS INDUSTRIES”

RETNO WIDYATI (1406533491)


RIZKI LARASATI (1406533541)
SAFIRA CANDRA ASIH (1406579151)
YASMIN EKA PRATIWI (1406533610)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
Pendahuluan
Secara historis, upaya pemenuhan lingkungan berfokus pada penanganan
pencemaran hasil dari proses dibandingkan dengan pencegahan atau daur ulang,
dua pendekatan yang dengan biaya yang lebih rendah. Penerapan teknologi
produksi bersih memungkinkan industri proses mengurangi dan mengelola risiko
pencemaran dengan penekanan dan strategi berkelanjutan pada pencegahan
pencemaran dan daur ulang.
Perspektif Secara Historis
Konsep produksi bersih muncul pada pertengahan tahun 1970-an sebagai
respons terhadap meningkatnya kompleksitas dan ketatnya persyaratan lingkungan.
Pelopor pendekatan pencegahan pada pengelolaan lingkungan industri adalah 3M
yang meluncurkan Pollution Prevention Pays (program 3P) pada tahun 1975 .
Konsep dan Manfaat Produksi Bersih
Produksi bersih didefinisikan sebagai "penerapan terus menerus strategi
pencegahan pencemaran lingkungan terhadap proses, produk, dan layanan untuk
meningkatkan eco-efficiency dan mengurangi risiko pada manusia dan lingkungan"
(UNEP, 1994; ANZECC, 1998). Untuk proses produksi, produksi bersih bertujuan
untuk melestarikan bahan baku dan energi, menghilangkan bahan baku beracun,
dan mengurangi jumlah dan toksisitas semua emisi dan limbah sebelum
meninggalkan proses. Dalam kasus produk, produksi bersih bertujuan untuk
mengurangi dampak lingkungan sepanjang siklus suatu produk, mulai dari ekstraksi
bahan baku hingga pembuangan akhir. Untuk layanan, produksi bersih
menggabungkan rancangan dan pemberian layanan masalah lingkungan yaitu
diantaranya menghendaki perubahan sikap, pengelolaan lingkungan yang
bertanggung jawab dan evaluasi pilihan teknologi.
Produksi bersih bertujuan penggunaan sumber alam (bahan baku, energi,
dan air) secara efisien dan mengurangi sampah dan emisi dari sumbernya. Hal ini
dapat dilakukan melalui beberapa tahap (USEPA,1992), yaitu modifikasi produk
diantaranya karakteristik produk dan kemasan sehingga mengurangi polusi dari
pembuatan produk; penggantian input dengan meggunakan bahan yang mengurangi
polusi dengan waktu pemakaian lebih lama; modifikasi teknologi dengan outomasi
proses, optimasi proses, redesain peralatan, dan penggantian proses; penjagaan
yaitu penggantian prosedur operasional dan manajemen untuk mengurangi sampah
dan emisi; On site recycling yaitu penggunaan sampah atau polutan yang masih
dapat digunakan. Contoh bisnis yang menerapkan produksi bersih, yaitu Nowra
Chemical Manufacturers, dimana proses pembersihan tangki menghasilkan waste
water yang di netralisasi dan menghasilkan sludge. Untuk menghindari hal
tersebut, air pembersihan tangki di kumpulkan dan diolah secara berpisah untuk
mencegah terjadinya reaksi kimia antar bahan kimia yang menghasilkan sludge.
Dengan usaha ini, perusahaan memperoleh keuntungan dengan mengurangi sludge,
konservasi bahan kimia dan energi, dan meningkatkan keuntungan.
Keuntungan ekonomi yang diperoleh dari produksi bersih diperoleh
melalui, pengurangan pengeluaran input material seperti energi dan air,
pengurangan pengeluaran waste treatment, meningkatkan pendapatan produk,
meningkatkan kualitas produk. Secara teknik, produksi bersih dapat direkayasa
menjadi beberapa level, yaitu skala mikro, skala meso, dan skala makro.
Produksi Bersih pada Skala Mikro: Ekologi Industri
Produksi besih pada skala makro disebut dengan ekologi industri. Ekologi
industri mengaplikasikan prinsip ekologi yang natural, mekanismenya untuk
industri, dan identifikasi untuk mengurangi efek kegiatan manusia pada lingkungan.
Alat yang digunakan untuk analisa adalah Material Flow Analysis. Material
Flow Analysis menganalisa dan mengkuantifikasi aliran materal pada system
produksi dan konsumsi. Material flow analysis dapat memberikan keterangan
tentang volume, mekanisme struktur dan regulasi, serta memberikan proses
ekstraksi produksi, transformasi, konsumsi, serta daur ulang (re-cycle).
Prinsip Material Flow Analysis digunakan pada beberapa indikasi
Ecological Accounting, yang mengkarakterisasi intensitas material atau efisiensi
produk dan servis, seperti ecological footprints dan ecological rucksacks.
Perubahan dan inovasi dilakukan pada skala makro bertujuan untuk
mengidentifikasi kesempatan untuk efisiensi sumber servis dan produk pada siklus
material dan mengurangi aliran material secara keseluruhan, yaitu inovasi system.
Pemanfaatan kembali limbah, produk sampingan dan energi merupakan
pengaplikasian Ekologi Industri yang akan mendorong ekosisten dan simbiosi antar
pelaku industri di suatu area. Seperti di Kalimdborg, Demark yang telah berhasil
mengembangkan simbiosis dari industri proses yaitu power station oleh Asnaes,
refinery oleh Statoil dan farmasi oleh Novo Nordisk dan Gyproc Wallboard.
Dimana Statoil menyediakan bahan bakar gas, cooling dan air limbah ke Asnaes.
Gyproc Wallboard juga menggunakan gas dari Statoil dan scrubber sludge dari
Asnaes. Limbah panas dimanfaatkan untuk greenhouse, dan pamanas peternakan
ikan. Sludge di treatment untuk dijadikan pupuk oleh Novo Nordisk.
Area pengaplikasian yang sedang berkembang adalah program Sustainable
Technology seperti di Belanda yang bertujuan untuk menunjukkan bagaimana
inovasi dalam proses inovasi dapat menghasilkan perspektif baru dalam penelitian
dan pengembangan sebuah industri.
Metode dan pengembangan didasarkan pada 5 studi kasus yang dilakukan,
adalah: nutrisi; transportasi / mobilitas; bangunan dan ruang kota; layanan yang
disediakan oleh air; dan layanan yang diberikan oleh bahan baku dan bahan kimia.
Area inovasi yang diidentifikasi untuk industri kimia adalah (Weaver et all, 2000) :
1. Bahan Kimia C-1 : menggunakan bahan organik seperti biomassa sebagai
feedstock dalam industry kimia.
2. Pendekatan teknik kimia dalam industry kimia murni : dengan menggunakan
kondisi reaksi yang telah teruji pada skala laboratorium untuk mendapatkan
reaksi yang lebih bersih dan minim residu.
Produksi Besih pada Skala Meso: Eko-efisiensi
Eco-efisiensi merujuk pada inovasi pada produk, services dan prosess
dengan mengurangi intensitas material barang dan jasa; mengurangi intensitas
energi barang dan jasa; mengurangi dispersi toksik; meningkatkan daur ulang
materi; memaksimalkan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya terbarukan;
memperluas daya tahan produk; dan meningkatkan intensitas layanan barang dan
jasa (DeSimone et al, 1997).
Sarana analisis dapat menggunakan keseimbangan material dan energi,
analisis PINCH (untuk energi dan air), analisis fishbone, quality circles, analisis
biaya manfaat, flowsheeting dll.
Sebagai contoh diagnosa dengan penilaian produksi bersih yang terbagi
menjadi 5 tahap (Crul et al, 1991; Van Berkel, 1996):
 Perencanaan dan penyusunan
 Pra- penilaian
 Penilaian
 Studi kelayakan
 Implementasi dan keberlanjutan
Sarana analisis untuk produksi bersih pada skala meso adalah penilaian
siklus kehidupan (life cycle) atau produk siklus kehidupan meliputi pengolahan
bahan baku produk, pembuatan produk, distribusi produk, konsumsi, dan
penggunaan kembali, daur ulang dan pembuangan.
Penilaian siklus kehidupan terdiri dari 4 bagian yaitu : definisi tujuan dan
ruang lingkup; penyimpanan, dampak dan evaluasi siklus kehidupan.
Konsep inovasi lain yang juga diajukan oleh Eco-Compass yang
dikembangkan oleh DOW adalah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
perbaikan proyek sebagai metode yang kreatif untuk mencapai masa depan yang
berkelanjutan. 6 dimensi yang dimiliki oleh Eco-Compass yaitu: potensi risiko
lingkungan dan kesehatan; konservasi sumber daya; intensitas energi; intensitas
material; revalorisasi limbah, dan pemanjangan jasa/servis. Eco-Compass sendiri
merupakan alat untuk membandingkan berbagai macam pilihan baru terhadap
masalah/kasus dasar.
Bidang aplikasi Eco-Compass pada awalnya adalah desain dan operasi
peralatan. Namun aplikasi yang baru adalah pemilihan, desain, dan optimisasi
proses. Namun, dalam pemilihan dan desain proses, tool ini masih menyuguhkan
perbandingan secara kualitatif (belum kuantitatif). Sebagai alat untuk manajemen
proses, Life Cycle Assesment memiliki 2 tujuan utama; yang pertama adalah untuk
menghitung (mengkuantifikasi) dan mengevaluasi performa lingkungan sehingga
membantu pengambil keputusan untuk memutuskan alternatif mana yang akan
dipilih; dan yang kedua adalah menyediakan dasar untuk mengevaluasi perbaikan
yang potensial untuk performa lingkungan di suatu sistem. Terdapat 2 masalah
utama yang berhubungan dengan kedua tujuan tersebut yaitu:yang pertama adalah
munculnya banyak sekali pilihan untuk perbaikan namun tidak selalu jelas mana
diantaranya yang melambangkan solusi paling optimum; dan yang kedua adalah
terdapat lebih dari 1 solusi optimum.
Produksi yang Lebih Bersih Pada Skala Mikro: Green Chemistry
Tujuan keseluruhan dari poin ini adalah untuk mengembangkan jalur
sintesis dan rute proses yang secara intrinsik lebih bersih dikarenakan limbah yang
lebih sedikit dan pembentukan by-product, konsumsi material dan energi yang lebih
rendah, dan penggunaan bahan kimia berbahaya yang lebih sedikit. Pada awal
perkembangannya, produksi bersih pada skala mikro fokus pada desain sistematis
pada material substitusi. Namun, pada dekada sekarang areanya menjadi lebih luas,
dan bidang ini disebut dengan Green Chemistry. Green Chemistry adalah
penggunaan satu set prinsip dimana mengurangi atau mengeliminasi penggunaan
atau pembentukan zat berbahaya baik itu di desain, manufaktur, dan aplikasi bahan
kimia.
Green Chemistry diaplikasikan dalam perkembangan dan evaluasi sintesis
pathways dan produk kimia. Area aplikasinya terbagi menjadi 6 kategori:
Alternative Feedstock/Starting Materials; Alternative Reagents; Alternative
solvents; Alternative product/target molecule; process analytical chemistry;dan
alternative catalysts.

Anda mungkin juga menyukai