Anda di halaman 1dari 14

Teori Pertumbuhan Endogenous

Bayu Wijayanto

Abstract
Endogenous growth theory is one of the new issues on the
economic development theory in the neoclassical tradition which
emerged in the late of 1980s. Let’s by Paul Romer and Robert
Lucas articles who unsatisfied with the Solow growth model in
order to explain the key determinant of long-run growth. This
article would explain about the definition, characteristics, and
development of the thought of the new theory, also the
comparison between the Solow growth model and the
endogenous growth model. However, as a model, the new
growth theory gets many criticisms, especially to explain the
empirical reality in the developing countries.

Key words : growth theory, endogenous groeth model, Solow


growth model.

Abstrak
Teori pertumbuhan edogenous merupakan salah satu isu
baru dalam ranah perkembangan teori pertumbuhan
ekonomi dalam tradisi kelompok neo klasik yang muncul
pada akhir tahun 1980an. Muncul dalam satu artikel yang
ditulis oleh Paul Romer dan Robert Lucas dimana mereka
mengkritik model pertumbuhan Solow melalui
penjelasannya mengenai kunci utama pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang. Artikel ini menjelaskan
tentang pengertian, karakteristik dan perkembangan
pemikiran dari teori baru ini. Selain itu juga memberikan
perbandingan antara model pertumbuhan Solow dan
model pertumbuhan endogenous. Namun teori ini juga
tidak lepas dari kritikan, terutama dalam menjelaskan
realitas empiris di negara-negara sedang berkembang.

Kata kunci: teori pertumbuhan, model pertumbuhan


endogenous, model pertumbuhan Solow.

Teori pertumbuhan memiliki peranan sentral dalam perkembangan ilmu


ekonomi (Stern, 1989), sejak ekonom klasik seperti Adam Smith.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

David Ricardo, Thomas Malthus, hingga Frank Ramsey, Frank Knight


dan Joseph Schumpeter hingga masa ekonom neoklasik seperti Solow
dan Swan, Cass dan Koopmans, Arrow, Sheshinski, Romer, Lucas dan
Rebelo telah memberikan kontribusi bagi pengembangan teori ekonomi
modern dan mampu memberikan penjelasan yang baik khususnya
mengenai fenomena perkembangan ekonomi jangka panjang1 hingga
tak heran mereka mendominasi dalam perkembangan pemikiran
ekonomi.

Dipihak lain wacana yang muncul dari teori pertumbuhan telah


menimbulkan perdebatan dalam tataran disiplin ekonomi
pembangunan. Hal ini didasarkan atas temuan Kuznets (1955)
mengenai hipotesa kurva U terbalik dimana adanya trade-off antara
pertumbuhan dan pemerataan dalam proses pembangunan khususnya
pada negara-negara sedang berkembang. Meskipun hal tersebut di
muka telah disangkal oleh Anand dan Kanbur (1989), maupun
Deininger dan Squire (1997), namun wacana itu masih terus hidup
karena nampaknya wacana tersebut lebih mudah diterima oleh akal
sehat dari pada menolaknya.2

Makalah ini tidak bermaksud untuk mengupas perdebatan mengenai


masalah pertumbuhan ekonomi dan pemerataan tetapi justru secara
khusus akan mengupas perkembangan pemikiran terakhir dalam
wacana teori pertumbuhan yaitu teori pertumbuhan endogenous (TPE)
dan secara khusus ingin melihat kontribusinya pada pemikiran ekonomi
pembangunan. Pembahasan dalam makalah ini akan mengikuti alur
berpikir sebagai berikut: (1) mencari batasan dan karakteristik TPE, (2)
mencari benang merah perkembangan pemikiran teori-teori
pertumbuhan sehingga memunculkan TPE, (3) menjelaskan
perbandingan model TPE dengan model pertumbuhan Solow.

Batasan dan Karakteristik TPE

Untuk mendapatkan penjelasan mengenai batasan dan karakteristik


TPE maka akan dikutip beberapa pernyataan beberapa ekonom
pertumbuhan sekitar TPE. Pernyataan yang pertama berasal dari Paul
Romer (1994), salah seorang penggagas TPE, yang menyatakan bahwa

1
Lihat buku-buku teori ekonomi, khususnya teori ekonomi makro yang terakhir, analisis ekonomi jangka
panjang mendapat perhatian tersendiri misalnya dalam Mankiw (1997), Dornbusch at.al (1998) dan
Blanchard (2000).
2
Hal itu mungkin yang menyebabkan munculnya pikiran bahwa teori pertumbuhan hanya relevan untuk
negara-negara maju dari pada negara sedang berkembang, khusus di Indonesia saat ini topik ini tidak populer
karena diyakini bahwa karena strategi pembangunan inilah yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

istilah pertumbuhan endogenous muncul pada tahun 1980-an yang


didasarkan pada temuan-temuan empiris maupun teoretis. Temuan
tersebut diklasifikasikan sebagai perkembangan dalam teori
pertumbuhan neoklasik yang menekankan bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan hasil dari dalam sistim ekonomi itu sendiri
bukannya datang dari luar.

Sedangkan Barro dan Sala-I-Martin (1995) yang menyatakan bahwa


penggagas TPE pertama kali adalah Paul Romer3 dan dilatar belakangi
oleh ketidak puasan terhadap model yang menjelaskan produktivitas
pertumbuhan jangka panjang yang ada. Lalu dibentuklah suatu model
pertumbuhan jangka panjang dimana faktor kunci penentunya adalah
variabel perkembangan teknologi dan variabel tersebut merupakan
variabel endogenous bukannya exogenous seperti dalam model
Neoklasik Solow.

Adapun Richard Pomfret (1997) menyatakan bahwa pada akhir tahun


1980-an, ahli-ahli teori pertumbuhan mulai menggugat asumsi-asumsi
model pertumbuhan neoklasik, yaitu constant return to scale dan
diminishing return. Lalu muncullah teori pertumbuhan baru yang
dikenal sebagai teori pertumbuhan endogenous karena berusaha untuk
menjelaskan sumber-sumber pertumbuhan dari variabel-variabel di
dalam model, yang berbeda teori pertumbuhan neoklasik sebelumnya.
Hal ini bisa terjadi oleh karena adanya asumsi increasing return to scale
atau non-diminishing return dalam modelnya.

Jadi mendasarkan diri pada ke tiga pernyataan tersebut di atas dapat


disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan TPE adalah salah satu
pemikiran yang muncul dalam khasanah teori pertumbuhan ekonomi
jangka panjang dan dalam tradisi neo-klasik, yang mengidentifikasi
sumber pertumbuhan jangka panjangnya melalui variabel yang terdapat
di dalam model (endogenous), khususnya berkaitan dengan determinan
kemajuan teknologi.4 Adapun ciri lain dari TPE ini adalah muncul pada
tahun 1980-an, dan yang membedakannya dengan teori yang ada
sebelumnya adalah dasar modelnya dibangun atas asumsi increasing
return to scale atau non-diminishing return.

Selanjutnya Bardhan (1995) mengatakan, kontribusi utama dari TPE


adalah memformalkan pemikiran peranan kemajuan teknologi sebagai
suatu faktor endogenous dalam suatu model dan dalam kerangka
asumsi imperfect competition. Sehingga perilaku temporary monopoly
3
Melalui artikelnya yang berjudul “Increasing Return and Long Run Growth” yang dimuat dalam Journal of
Political Economy, tahun 1986, No.94 : 1002-1037.
4
Lihat Dornbusch, Fischer dan Startz (1998),” Macroeconomics” 7th edition, Irwin, McGraw Hill, hal 48.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

power dianggap sebagai faktor pendorong bagi pihak swasta untuk


melakukan inovasi. Oleh karena itu pemikiran TPE dikenal juga sebagai
teori pertumbuhan neo-schumpeterian.

Meskipun pemikiran mengenai peranan faktor endogenous dalam


pertumbuhan ekonomi telah lama dikenal, bahkan pemikiran Adam
Smith mengenai spesialisasi tenaga kerja dapat dikelompokkan dalam
pemikiran ini, namun formalisasi dalam suatu model dan dengan
asumsi imperfect competition baru diawali oleh Paul Romer dalam
artikelnya yang berjudul Growth based on increasing returns due to
specialization yang dimuat dalam jurnal American Economic Review
pada tahun 1987.

Asumsi imperfect competition dan dynamic externalities memegang


peranan penting dalam pemikiran ini karena menopang terjadinya
increasing return di dalam model5. Berlakunya asumsi ini memunculkan
karakteristik lainnya yaitu tingginya biaya tetap karena menekankan
pada cara dan produk baru. Dalam aplikasinya pada aktivitas
perdagangan, dalam teori TPE aktivitas perdagangan dipandang tidak
hanya sebatas transaksi barang dan jasa, namun juga dianggap
mampu mentransmisikan ide-ide baru dalam rekayasa produksi dan
informasi tentang perubahan karakteristik produk baru. Transmisi ide
atau intarnational spillovers dalam hal informasi merupakan wujud dari
adanya dynamic externalities. Selanjutnya keunggulan dalam cara
produksi atau menghasilkan produk baru menempatkan perusahaan
untuk mendapatkan profit monopolis sesaat sampai munculnya
teknologi yang lebih baru.

Benang merah perkembangan pemikiran TPE

Bardhan (1995) dalam artikelnya membuat pemilahan dalam dua


kelompok, yaitu kelompok The “old” growth theories dan The “new”
growth theories, untuk menjelaskan perkembangan pemikiran TPE.
Pikiran-pikiran pertumbuhan ekonomi yang dimasukkan dalam
kelompok pertama dimulai oleh hasil pemikiran Harrod-Domar yang
menjelaskan mengenai pentingnya peranan tabungan dalam proses
pembangunan, model ini dikembangkan lagi melalui the Fel’dman-
Mahalonobis planning model hingga the “turnpike” feature of optimum
growth model, model-model tersebut memperlihatkan karakteristik
konvergensi dari jalur optimal dalam model perencanaan. Kelompok lain
yang dimasukkan dalam pemikiran kelompok pertama adalah model
5
Model sederhana yang menggambarkan kaitan imperfect competition dan terjadinya increasing return
dijelaskan melalui model duopoly oleh Hotelling dalam Dean, Leahy dan McKee (1970).

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

pertumbuhan klasik dari Adam Smith, Ricardo dan Marx termasuk


Lewis.

Kelompok yang kedua mencakup pemikiran-pemikiran model


pertumbuhan yang berusaha melakukan endogenisasi kemajuan
teknologi didalam modelnya. Dimulai oleh hasil pemikiran Arrow (1962)
melalui learning-by-doing model, Haavelmo (1956) dan Uzawa’s (1965)
melalui model investasi human capital untuk menciptakan perubahan
teknologi, dan terdapat beberapa model Kaldor seperti the Kaldor-
Mirrlees model (1962) dimana investasi dipandang sebagai media
kemajuan teknologi dan Shell’s (1967) dengan model inventive activity.
Hingga pemikiran “klasik” yang mendukung “infant” industri yang
dikemukakan Bardhan (1970), Clemhout dan Wan (1970), Romer
(1986) dan Lucas (1988). Masih dalam kelompok yang sama yaitu neo-
Schumpeterian yang memformalisasi endogenous kemajuan teknologi
dalam kerangka imperfect competition dimana temporary monopoli
power dipandang sebagai motivasi untuk melakukan inovasi, yaitu
Romer (1987,1990), Grossman dan Helpman (1991), Segerstrom,
Anant dan Dinopolous, dan Aghion dan Howitt (1992).

Sementara Meier (1995) melihat bahwa dalam sejarah pemikiran yang


menekankan increasing return sebagai penjelasan peranan faktor
endogen terhadap pertumbuhan ekonomi sudah dimulai sejak Adam
Smith melalui pembagian kerja, Alfred Marshall melalui penekanan
peranan manusia, J.M Clark melalui peranan Knowledge, Allyn Young
penekanan pentingnya spesialisasi dan metode produksi, hingga
Kenneth Arrow dengan learning by doing-nya. Lalu Meier menyebut
kelompok pemikir yang mendasarkan model endogenousnya atas Solow
Model, sebagai kelompok new endogenous, mereka adalah Romer
(1986), Lucas (1988).

Sedangkan Todaro (2000) dalam bukunya Economic Development


menyebut TPE dengan istilah the New Growth Theory, seperti halnya
Bardhan (1995). Namun bedanya the New Growth Theory yang
dimaksud Todaro tersebut merujuk pada pemikiran Lucas dan Romer
mengenai TPE. Sedangkan istilah the Old Growth Theory merujuk pada
teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Solow.

Perbedaan pandangan mengenai perkembangan pemikiran TPE, hal ini


terjadi karena ada perbedaan sudut pandang dari penulisnya. Misalkan
Bardhan (1995) ingin meletakkan penjelasan pemikiran TPE dalam
perspektif perkembangan pemikiran teori pertumbuhan sejak PD II dan

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

kontribusinya kepada disiplin ekonomi pembangunan 6, sedangkan


Meier ingin meletakkan perbedaannya dalam perspektif yang lebih luas,
yaitu kapan pemikiran mengenai peranan faktor endogen mulai
dibicarakan. Maka menurutnya sejak Adam Smith hal itu telah
dilakukan.

Cara klasifikasi seperti yang dilakukan Bardhan (1995), yang


mengkatogerikan pemikiran bahwa sejak Harrod-Domar sebagai
kelompok the old growth theorist sebagai sesuatu yang dirasakan
kurang tepat. Misal kita pertemukan dengan pernyataan Solow (1988)
yang menyatakan bahwa pemikiran tentang teori pertumbuhan
bukannya baru muncul sejak artikelnya muncul pada tahun 1956 dan
1957, namun sejak terbitnya buku the Wealth of Nations yang ditulis
oleh Adam Smith pemikiran tersebut kemungkinan telah ada.

Untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat maka disini digunakan


metode klasifiksi yang digunakan oleh Sumitro Djojohadikusumo (1994)
dimana pengelompokkan pemikiran mengenai pertumbuhan ekonomi
didasarkan atas pendekatan teori yang dipakai7, yaitu :

1. Pendekatan Neo Keynes.


Dimana dalam kelompok ini melihat bahwa dalam proses
pertumbuhan melekat secara inheren unsur ketidakstabilan
yang sewaktu waktu dapat mengganggu kondisi ekuilibrium.
Hal ini yang disebut sebagai instability theorem yang
membawa konsekwensi diperlukannya intervensi
kebijaksanaan negara untuk menanggulangi gangguan
ketidakstabilan yang melekat dalam proses pertumbuhan itu
sendiri.

2. Pendekatan Neo-Klasik.
Kelompok ini melihat bahwa pertumbuhan ekonomi
mengandung ciri yang inheren stabil dalam pola keadaan
ekuilibrium.

3. Pendekatan Kaldor
Pendekatan ini berusaha untuk menjembatani jarak perbedaan
pendapat antara pandangan Neo-Keynes dengan pandangan

6
Awal berkembangnya disiplin Ekonomi Pembangunan
7
Pembatasan ruang lingkup pemikiran dari segi waktu yang disesuaikan dengan mulai berkembangnya
disiplin ekonomi pembangunan yaitu setelah PD II. Dalam tulisannya dibedakan pengertian pertumbuhan dan
pembangunan. Pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi masyarakat. Sedang pembangunan ekonomi mengandung arti yang lebih luas dan
mencakup perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

Neo-Klasik, dengan mengembangkan metodologi tentang


stylized facts.

4. Pendekatan Kuznets
Pandangan ini melihat bahwa kegiatan kegiatan ekonomi
masyarakat berpangkal pada kerangka perhitungan nasional
dengan penjabaran tentang unsur-unsur komponen dalam
pendapatan nasional. Metodologi dalam kajian Kuznets
didasarkan atas pemantauan empiris menurut pentahapan
waktu.

Dengan mendasarkan pada kerangka di atas maka pengelompokkan


pemikiran ekonomi tentang pertumbuhan ekonomi dapat diletakkan
secara lebih proporsional. Berkaitan dengan perkembangan pemikiran
teori pertumbuhan, maka munculnya pemikiran TPE terletak pada
perspektif pemikiran neo-klasik, dimana kemunculannya dikaitkan atau
lebih tepat merupakan perkembangan lebih lanjut dari pemikiran neo-
klasik tentang pertumbuhan ekonomi khususnya pemikiran yang
tertuang dalam model Solow-Swan.8 Jadi TPE yang dimaksud disini
adalah pemikiran baru dalam mazab neo-klasik tentang pertumbuhan
ekonomi, dan hal ini menunjuk pada apa yang telah dilakukan oleh Paul
Romer, Robert Lucas, dan Sergio Rebelo, dengan kata lain klasifikasi
yang dilakukan oleh Todaro (2000) lebih tepat.

Sehingga klasifikasi pemikiran mengenai teori pertumbuhan dalam


tradisi neoklasik dapat dipilah dalam dua kelompok. Kelompok-
kelompok tersebut yaitu teori-teori pertumbuhan neoklasik yang
mendasarkan diri pada model Solow-Swan, disini mencakup pemikiran-
pemikiran dari Cass dan Koopmans, Arrow, Sheshinski. Sedangkan
kelompok kedua yang mendasarkan pada model endogenous, yaitu
Romer, Lucas dan Rebelo.

Namun dalam perspektif yang lebih luas, berkaitan dengan


perkembangan TPE, menarik kutipan Bardhan (1995) atas pernyataan
Paul Romer yang menyatakan. “New growth theory (TPE) may not be
new, but it is about newness. And newness, like history, matters”. Jadi
pada intinya pemikiran dalam TPE bukan sesuatu hal yang baru, namun
suatu keterbaruan karena tuntutan keadaan. Mungkin kelebihan TPE
yang muncul pada dasawarsa 1980-an adalah kemampuannya
mengkuantitatifkan pemikiran sesuai dengan tuntutan perkembangan
teori ekonomi modern.

8
Bandingkan dengan klasifikasi mengenai pendekatan teori ekonomi pembangunan yang dilakukan oleh
Todaro (2000).

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

Model TPE

Dalam menjelaskan model TPE akan diperbandingkan dengan model


pertumbuhan Solow. Secara grafis9 perbedaan model TPE dengan
model pertumbuhan Solow mudah ditangkap. Hal ini bisa dilihat pada
gambar di bawah ini:

Gambar 1. Perbandingan Model Pertumbuhan Solow (a) dengan Model


TPE (b).
(a)

y
B

y y  f (k )

(n  d )k
A
sy

k

k

(b)

y
f (k )
sf (k )
(n  d )k

9
Lihat Dornbusch, Fischer dan Startz (1998),”Macroeconomics”, 7 th edition, Irwin-McGraw Hill, hal 64.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

Gambar 1a menjelaskan model pertumbuhan Solow dan gambar 1b


menjelaskan model TPE. Perbedaannya terletak pada kondisi kurva
tabungan dan produksi, dimana pada model pertumbuhan Solow
digambarkan sebagai kurva cembung sebagai refleksi dipenuhinya
asumsi constant return to scale dan diminishing return dalam fungsi
produksinya. Sedangkan pada model TPE kedua kurva tersebut
digambarkan sebagai kurva linier sebagai refleksi berlakunya asumsi
increasing return to scale dan non-diminishing return. Penjelasan secara
matematis adalah sebagai berikut10

a. Model Solow

Misalkan fungsi produksi dengan mengabaikan teknologi di


formalisasikan :

Y  F K , L  (1)
dimana Y merupakan out-put, K merupakan capital dan L
adalah labour. Untuk memenuhi karakteristik sebagai fungsi
produksi neo-klasik maka harus memenuhi asumsi : (1) untuk
seluruh K>0 dan L>0, F() adalah positif dan memenuhi
kondisi the law of diminishing return.

F 2F
 0, 0 (2a)
K K 2

F 2F
 0, 0
L L2

(2) F() memenuhi constant return to scale :

F (K , L)  F ( K , L) , untuk seluruh  >0 (2b)

Dengan memenuhi Inada conditions11:

K
Y  F ( K , L)  L.F ( ,1)  L. f (k ) (3)
L

10
Untuk ilustrasi ini digunakan model pertumbuhan endogenous sederhana tanpa mengurangi kebenaran dari
kesimpulan umum yang didapatkan.
11
Lihat Barro dan Sala-I-Martin (1995:16), Romer, David (1996:9)

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

K
dimana : k , dan
L

Y
y
L

K Y
dimana k  adalah rasio capital dan labour sedangkan y 
L L
adalah output percapita. Persamaan (3) dapat ditulis :

y  f (k ) (4)

Dengan mengintroduksikan fungsi Cobb-Douglas pada


persamaan (1) dan mengasumsikan constant return to scale :

F ( K , L)  K  L1 , 0 <  < 1 (5)

Maka persamaan (4) dapat ditulis :


K K
f (k )  F ( ,1)     k  (6a)
L L

f ' (k )  k  1 (6b)

f '' (k )  (1   )k   2 (6c)

Kondisi-kondisi persamaan (6b) dan (6c) memberikan bukti


bahwa kurva produksi pada model pertumbuhan Solow
berbentuk cembung. Hal ini mengindikasikan dalam model ini
berlaku the law of diminishing return. Implikasi dari berlakunya
asumsi ini adalah berlakunya kondisi konvergensi yaitu negara
yang memiliki rasio capital dan labour yang rendah cenderung
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dan akhirnya
terjadi konvergensi antar negara pada kondisi steady state
tercapai.

Dengan mengasumsikan bahwa K terdepresiasi pada tingkat


yang konstan yaitu d>0, maka perubahan K netto pada satu
titik waktu sama dengan I-dK atau diformulasikan :


K  I  dK  s.F ( K , L)  dK (7)

10

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

apabila kedua sisi persamaan di atas dibagi dengan L maka :


K
 s. f (k )  dk (8)
L

dan


  ( K / L) K
k   nk
t L

maka :

k  s. f (k )  (n  d ).k (9)

Persamaan (9) merupakan persamaan fundamental bagi model


Solow. Notasi n  d di sisi sebelah kanan persamaan (9) dapat
dipandang sebagai tingkat depresiasi efektif dari rasio capital
K 
dan labour, k  . Jika tingkat tabungan, s = 0, maka k akan
L
menurun karena depresiasi K pada tingkat d atau karena
pertumbuhan L pada tingat n. Dengan kata lain kenaikan stok
capital sepanjang waktu (yang akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi) dalam model Solow-Swan tergantung
pada investasi12 dan tingkat depresiasi efektif dari rasio capital
dan labour.


Kondisi steady state13 terpenuhi pada saat nilai k  0 , atau :

s. f (k )  (n  d ).k (10)

Sedang persamaan petumbuhan jangka panjangnya diperoleh


apabila persamaan (9) masing-masing sisi dibagi dengan k :


k f (k )
 k   s.  (n  d ) (11)
k k

12
karena i  sf (k ) , dimana i adalah investasi perkapita, lihat Mankiw (1997)
13
Steady state terjadi pada saat income perkapita dan capital perkapita konstan.

11

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

b. Model TPE

Karakteristik kunci model TPE adalah berlakunya asumsi non-


diminishing return to K. Versi sederhana dari fungsi produksi
yang mengakomodasi asumsi di atas adalah fungsi AK.

Y  AK (12)

dimana A adalah bilangan positif dan konstan yang


merefleksikan tingkat teknologi. Tidak berlakunya asumsi
diminishing return sepintas dirasakan tidak realistik. Namun
hal itu menjadi masuk akal apabila kita pandang K dalam arti
yang luas termasuk di dalamnya human capital. Dari
persamaan (12) output percapita adalah y  Ak , dan tingkat
rata-rata dan marginal product of capital adalah konstan pada
saat A>0.

f (k )
Jika kita substitusikan  A , kedalam persamaan (11),
k
maka akan kita peroleh :

 k  s. A  (n  d ) (13)

Jadi perbedaan antara model Solow dan TPE terletak pada


faktor s. f (k ) / k dalam persamaan 11 dengan s.A pada
persamaan 13 atau kurva cembung pada fungsi produksi dan
tabungan dalam Solow model dan kurva garis lurus pada
model TPE. Hal ini mengindikasikan dalam model ini berlaku
asumsi increasing return. Implikasi dari asumsi ini maka
prediksi kondisi kenvergensi antar perekonomian negara,
seperti halnya dalam model Solow, tidak bisa terjadi.

Dari pemaparan di atas memperlihatkan suatu upaya dari satu mazab


dalam teori ekonomi ( d.h.i klasik) yang selalu berusaha untuk
melakukakan self correcting untuk menjaga relevansinya dengan
realitas jaman. Sehingga tak mengherankan apabila pemikiran mazab
klasik tetap mendominasi perkembangan teori ekonomi. Salah satu
aplikasi TPE dikembangkan oleh Krugman (1992) pada disiplin ekonomi
geografi yang memberikan perhatian pada masalah urban concentration
pembangunan regional di negara sedang berkembang yang

12

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

menjelaskan bahwa pola pertumbuhan kota dan ketidakmerataan


pembangunan regional dipertajam oleh suatu tekanan antara kekuatan
yang cenderung untuk menarik populasi dan produksi dalam aglomerasi
dan kekuatan yang cenderung melumpuhkan aglomerasi tersebut.

Namun TPE tidak lepas dari kritik-kritik tajam terhadapnya. Salah


satunya dilakukan oleh Todaro (2000) yang menyatakan bahwa meski
TPE telah berhasil memberikan kontribusi penting dalam
pengembangan teori pertumbuhan neoklasik namun TPE juga masih
tergantung pada sejumlah asumsi neoklasik tradisional yang seringkali
tidak relevan dengan kondisi di negara-negara sedang berkembang.
Misalnya asumsi sektor produksi tunggal atau yang memandang sektor-
sektor adalah simetris. Hal ini tentunya tidak memungkinkan terjadinya
realokasi tenaga kerja atau capital (modal) antar sektor yang
mengalami transformasi dalam suatu proses perubahan struktural.

Terlebih pertumbuhan ekonomi di negara sedang berkembang


seringkali memiliki ciri adanya inefisiensi yang diakibatkan oleh adanya
keterbatasan infrastruktur, struktur kelembagaan, dan ketidak
sempurnaan pasar barang dan jasa. Karena kurangnya perhatian pada
masalah-masalah tersebut maka aplikasinya dalam ekonomi
pembangunan terbatas. Misalnya TPE gagal menjelaskan rendahnya
tingkat penggunaan kapasitas pabrik di negara sedang berkembang
yang mengalami kekurangan modal. Jadi rendahnya terhadap insentif
struktur yang mengakibatkan rendahnya pertumbuhan ekonomi selain
dikarenakan rendahnya tingkat akumulasi tabungan dan human capital.
Inefisiensi alokasi sumber daya yang banyak terjadi pada perekonomian
yang sedang mengalami perubahan dari ekonomi pasar tradisional
menuju ekonomi pasar komersial. Selain itu penekanan yang berlebih
pada determinan pertumbuhan jangka panjang membatasi
penjelasannya pada kondisi jangka menengah dan pendek. Juga masih
kurang didukung dalam studi-studi empirisnya.

Daftar Pustaka :

Barro, Robert; Sala-I-Martin, Xavier (1995),”Economic Growth”,


McGraw-Hill.
Bardhan, Pranab (1995),”The Contribution of Endogenous Growth
Theory to the Analysis of Development Problem : an Assessment”,
dalam Hand book of Development Economics, Vol. III, Elsevier Science
B.V.

13

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961


Teori Pertumbuhan Endogenous
Bayu Wijayanto

Blanchard, Olivier (2000),”Macroeconomics”, 2nd edition, Phipe


Prentice-Hall.
Djojohadikusumo, Sumitro (1994),”Dasar Teori Ekonomi
Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan,” LP3ES.
Deininger, Klaus dan Squire, Lyn (1997),”Economic Growth and
Income Inequality : Reexamining the Links”, Finance and Development,
March.
Dornbusch, Rudiger; Fischer, Stanley; Startz, Richard
(1998),”Macroeconomics,”7 edition, Irwin-McGraw Hill.
th

Grossman, Gene M; Helpman, Elhanan (1994),”Endogenous


Innovation in the Theory of Growth”, dalam Journal Economic
Perspective, Vol.8,No.1, Winter.
Gatak, Subrata (1995), “Introduction to Development Economics”, 3rd
edition, Routledge.
Krugman, Paul (1992),” Toward a Counter-Counter Revolution in
Development Theory”, dalam Proceeding of the World Bank Annual
Conference on Development Economics, 1992 : 15-38.
Mankiw, N. Gregory (1997) ,” Macroeconomics”, 3rd edition, Worth
Publishers
Meier, Gerald M (1995),”New Endogenous Growth Theory”, dalam
Leading Issues in Economic Development, New York : Oxford University
Press.
Pomfret, Richard (1995),”Development Economics”, Prentice Hall
Romer, Paul (1986),”Increasing Return and Long Run Growth,”
Journal of Political Economy, vol.94, No.5
------------------ (1994),”The Origin of Endogenous Growth”, dalam
Journal Economic Perspective, Vol.8,No.1, Winter.
Romer, David (1996),”Advanced Macroeconomics”, McGraw-Hill.
Rebelo, Sergio (1991),”Long-Run Policy Analysis and Long-Run
Growth”, Journal Political Economy, Vol.99, No.3
Solow, Robert (1988),”Growth Theory and After”, American Economic
Review, June.
------------------ (1994),”Perspective Growth Theory”, dalam Journal
Economic Perspective, Vol.8,No.1, Winter.
Stern, Nicholas (1989),”The Economics of Development : a Survey”,
The Economic Journal, Vol.94, September.
Todaro, Michael. P (2000),”Economic Development”, 7th edition,
Addison Wesley Longman.

14

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3317961

Anda mungkin juga menyukai