Anda di halaman 1dari 15

TEORI PERTUMBUHAN LINEAR

( TEORI PERTUMBUHAN ADAM SMITH, KARL MARX DAN ROSTOW )

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

ESTI FITRIANI 220101027

ENIAR ENDRIANI ASNURJANA 220101025

NIKI ARSITA 220101028

ERIYANTI 220101030

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA/PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS LAKIDENDE

UNAAHA

2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia dan hidayah-
Nya, kami kelompok 1 kelas B dapat menyelesaikan makalah tentang Teori Pertumbuhan Linear
sebagai tugas matakuliah Teori Pembangunan. Kami berharap makalah ini dapat berguna dan
menambah wawasan serta menjadi sumber pengetahuan bagi setiap pembacanya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk
perbaikan makalah kami di kemudian hari.

Unaaha , 16 November 2021

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata.


Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh
suatu Negara, namun lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif yang luas. Dimensi social
yang sering terabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi, justru mendapat tempat
strategis bagi proses pembangunan. Dalam proses pembangunan, selain mempertimbangkan
aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga mempertimbangkan dampak aktifitas ekonomi
terhadap kehidupan social masyarakat. Lebih dari itu, dalam proses pembangunan dilakukan
upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik

Begitu kompleknya pembangunan menyebabkan hingga saat ini tidak ada satu teori
pembangunan yang tepat diterapkan bagi semua Negara di dunia. Harus diakui, teori-teori
pembangunan yang ada, khususnya diawal perkembangan cabang ilmu ekonomi ini, sangat
didominasi oleh hasil pemikiran para ekonom barat. Pola pikir dan buah pikiran seorang pakar
tentunya tidak akan pernah lepas dari tatanan nilai dan kondisi lingkungan yang ada disekitarnya.
Demikian pula halnya dengan ekonom barat yang mencoba memformulasikan strategi
pembangunan dalam suatu kerangka teori yang sistematis, dimana dasar teori yang mereka
hasilkan hanya dapat terpenuhi bila teori tersebut diterapkan di Barat. Itulah sebabnya mengapa
teori-teori pembangunan yang merupakan hasil pemikiran ekonom barat pada banyak kasus
ternyata kurang tepat diterapkan begitu saja di Negara berkembang. Perbedaan tata nilai, system
social dan kondisi lingkungan antara Negara maju yang umumnya berada dibenua eropa dan
amerika dengan NSB yang umumnya terletak di di benua afrika dan asia menyebabkan
penerapan teori-teori pembangunan yang ada banyak yang menjumoai “kegagalan”

Lepas dari permasalahan tersebut terdapat banyak teori pembangunan yang telah
diformulasikan oleh para ekonom dan sulit untuk mengelompokkan teori-teori tersebut pada
suatu aliran tertentu. Teori pembangunan (Todari, 1991;1994) khususnya pembangunan ekonomi
dikenal 4 pendekatan yang dominan yaitu 1) Teori Pertumbuhan Linier 2) Teori Pertumbuhan
Struktural 3) Teori Revolusi ketergantungan internasional (Dependensia) 4) teori neo klasik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pertumbuhan Linear

Model pertumbuhan linier mendominasi perkembangan teori pembangunan sejak pertama


kali ditemukan oleh Adam Smith dan mengalami puncaknya kejajayaannya dengan lahirnya teori
pertumbuhan yang dikemukakan oleh Rostow. Teori-teori pembangunan yang dikemukakan oleh
Adam Smit, Karl Max, dan Rostow termasuk dalam teori pertumbuhan linier. Dasar pemikiran
dari model ini adalah evolusi proses pembangunan yang dialami suatu Negara selalu melalui
tahapan-tahapan tertentu. Tahapan tersebut merupakan proses urutan seperti halnya aliran air
sungai. Artinya pentahapan tersebut adalah mutlak harus dilalui oleh suatu Negara yang sedang
membangun dimana tahap-tahap pembangunan tersebut harus dilalui satu persatu berurutan
menuju tingkat yang semakin tinggi.

1. Teori Pertumbuhan Adam Smith

Adam smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang berurutan
yaitu dari masa perburuan, masa beternak, masa bercocok tanam, masa perdangangan dan yang
terakhir masa tahap perindustrian. Menurut teori ini masyarakat akan bergerak dari masyarakat
tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan
semakin terpacu dengan adanya system pembagian kerja antarpelaku ekonomi. Dalam hal ini
adam smith memandang pekerja sebagai salah satu input (masukan) bagi proses produksi.
Pembagian kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori Adam Smith, dalam upaya
meningkatkan produktifitas tenaga kerja . spesialisasi yang dilakukan oleh tiap-tiap pelaku
ekonomi tidak lepas dari factor-faktor pendorong yaitu 1) peningkatan keterampilan tenaga kerja,
dan 2) penemuan mesin-mesin yang menghemat tenaga. Spesialisasi akan terjadi jika tahap
pembangunan ekonomi talah menuju ke system perekonomian modern yang kapitalistik.
Meningkatnya kompleksitas aktivitas ekonomi dan kebutuhan hidup masyarakat, mengharuskan
masyarakat untuk tidak lagi melakukan semua pekerjaan secara sendiri, namun lebih ditekankan
pada spesialisasi untuk mengeluti bidang tertentu.

Dalam pembangunan ekonomi, modal memegang peranan yang penting. Menurut teori
ini akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi
pada suatu Negara. Modal tersebut diperoleh dari tabungan yang dilakukan masyarakat. Adanya
akumulasi modal yang dihasilkan dari tabungan, maka pelaku ekonomi dapat menginvestasikan
ke sector riil dalam upaya untuk meningkatkan penerimaannya. Perlu dicatat bahwa kaumulasi
modal dan investasi sangat bergantung pada perilaku penabung. Sementara disisi lain
kemampuan menabung masyarakat ditentukan oleh kemampuan masyarakat menguasai dan

4
mengeksplorasi sumberdaya yang ada. Artinya bahwa orang yang mampu menabung pada
dasarnya adalah kelompok masyarakat yang menguasai dan mengusahakan sumber-sumber
ekonomi yaitu para pengusaha dan tuan tanah. Pekerja merupakan satu-satunya pelaku ekonomi
yang tidak memiliki kemampuan menabung karena mereka tidak mampu menguasai dan
mengusahakan sumber-sumber ekonomi yang ada.

Menurut adam smith proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki
hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sector
akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi,
meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan
ekonomi semakin pesat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu “fungsi tujuan” pada
akhirnya harus tunduk terhadap “fungsi kendala” yaitu keterbatasan sumber-sumber ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi akan mulai mengalami perlambatan jika daya dukung alam tidak mampu
lagi mengimbangi aktivitas ekonomi yang ada. Keterbatasan sumberdaya merupakan factor yang
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi tersebut, bahkan dalam perkembangannya hal tersebut
justru menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Penurunan pertumbuhan ekonomi akan terus
terjadi karena mata rantai tabungan, akumulasi modal dan investasi tetap terjalin dan berkaitan
erat satu sama lain. Jika investasi rendah, maka kemampuan menabung akan turun, sehingga
akumulasi modal akan mengalami penurunan pula. Jika hal tersebut terjadi berarti laju investasi
juga akan rendah dan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Akhirnya kapitalisme dalam hal
ini akan berada pada kondisi stationer, yaitu pada tingkat pertumbuhan sama dengan nol.

Semua tahap pembangunan diatas tidak lepas dari konisi dasar, yaitu bahwa pasar yang
dihadapi adalah pasar persaingan sempurna. Persaingan sempurna mempunyai karateristik 1) ada
banyak penjual dan pembeli di pasar 2) produk yang diperjual belikan bersifat homogen 3) tidak
ada kolusi antara penjual maupun pembeli 4) semua sumberdaya memiliki sumberdaya sempurna
5) baik pembeli maupun penjual memiliki informasi sempurna mengenai kondisi pasar. Pasar
persaingan sempurna pada dasarnya tidak pernah ada di dunia. Suatu hal yang mustahil bagi
perekonomian untuk berada pada kondisi dimana semua asumsi dasar persaingan sempurna
berlaku. Penetapan asumsi tidak realistis ini adalah salah satu kelemahan teori pembanguna versi
Adam Smith.

Teori pembangunan adam smith tidak dapat dilepaskan dari evolusi pentahapan proses
pembangunan yang terjadi secara berjenjang dan harus dilewati satu persatu. Demikian pula
halnya dengan tingkat pertumbuhan, yaitu dimulai suatu titik tertentu, kemudian secara lambat
mulai meningkat. Laju pertumbuhan akan terjadi secara cepat sampai titik optimal tertentu dan
akan menurun hingga mencapai titik nol. Pentahapan ini merupakan hal yang nampaknya tidak
dapat ditawar-tawar lagi. Kemungkinan terjadinya gelombang konjungtur dalam proses
pertumbuhan ekonomi nampaknya merupakan hal yang tidak mungkin terjadi. Teori tersebut
menetapkan bahwa akhir dari kapitalisme adalah kondisi stationer, tanpa terjadinya gelombang
konjungtur.

5
Kritik lain mengenai teori pertumbuhan adam smith ini adalah pembagian kelompok
masyarakat yang secara eksplisit dapat menabung dan tidak dapat menabung hanya didasarkan
pada jenis usaha yang digelutinya. Sangat tidak realistis jika para pekerja diasumsikan tidak
memiliki kemampuan untuk menabungkan uangnya dari sisa pendapatan yang dibelanjakan.
Adam smith mengabaikan peran perbankan sebagai badan penghimpun dan penyalur surplus
dana dari masyarakat, dan juga mengabaikan adanya kecendrungan orang untuk menabung
meski pendapatannya relative tidak besar.

Adam smith mengasumsikan hanya para tuan tanah dan pengusaha yang mampu
melakukan aktivitas menabung, untuk kemudian modal tersebut diinvestasikan ke sector riil.
Dalam hal ini secara eksplisit adam smith menyatakan bahwa gaji pekerja demikian kecilnya,
sementara di sisi lain laba pengusaha demikian besarnya sehingga mereka mampu
mengakumulasikan modalnya. Artinya dalam system ekonomi kapitalis posisi tawar menawar
(bargaining position) pekerja terhadap pengusaha relative sangat kecil. Jika hal ini terjadi maka
konsekuensinya adalah terjadi eksploitasi para pengusaha terhadap para pekerja. Asumsi ini
menunjukkan “kekejaman” teori adam smith dengan system kapitalisnya. Suatu hal yang
menyakitkan bahwa dalam suatu system yang diciptakan manusia terjadi eksploitasi manusia
atas manusia lain. Letak ketidakadilan system tersebut adalah pada diskriminasi kesempatan
untuk menabung yang berkaitan erat dengan diskriminasi kemampuan penguasaan factor dan
konsumsi sumberdaya.

2. Teori Pembangunan Karl Marx

Karl Marx dalam bukunya das capital membagi evolusi pembangunan masyarakat
menjadi tiga yaitu dimulai dari feodalisme, kapitalisme dan kemudian yang terakhir yaitu
sosialisme. Evolusi perkembangan masyarakat ini akan sejalan dengan proses pembangunan
yang dilaksanakan. Masyarakat feodalisme mencerminkan kondisi dimana perekonomian yang
ada masih bersifat tradisional. Dalam tahap ini tuan tanah merupakan pelaku ekonomi yang
memiliki posisi tawar menawar yang tertinggi relative terhadap pelaku ekonomi lain.
Perkembangan teknologi yang ada menyebabkan terjadinya pergeseran di sector ekonomi,
dimana masyarakat yang semula agraris-feodal kemudian mulai beralih menjadi masyarakat
industry yang kapitalis.

Seperti halnya pada masa feudal, pada masa kapitalis ini para pengusaha merupakan
pihak yang memiliki tingkat posisi tawar menawar tertinggi relative terhadap pihak lainnya
khususnya kaum buruh. Karl Marx menyesuaikan asumsinya terhadap cara pandang ekonomi
klasik ketika itu dengan memandang buruh sebagai salah satu factor input dalam proses
produksi. Artinya buruh tidak memiliki posisi tawar menawar sama sekali terhadap para
majikanya yang merupakan kaum kapitalis. Konsekwensi logis penggunaan asumsi dasar
tersebut adalah kemungkinan terjadinya eksploitasi besar-besaran yang dilakukan pengusaha
terhadap buruh. Disisi lain pada masa itu pemupukan modal kemudian menjadi kata kunci bagi

6
upaya peningkatan pendapatan yang lebih besar dimasa yang akan dating. Sejalan dengan
perkembangan teknologi, para pengusaha yang menguasai factor produksi akan berusaha
memaksimalkan keuntungannya dengan menginvestasikan akumulasi modal yang diperolehnya
pada input modal yang bersifat padat capital. Eksploitasi terhadap kaum buruh dan peningkatan
pengangguran yang terjadi akibat subtitusi tenaga manusia dengan input modal yang padat
capital, pada akhirnya akan menyebabkan revolusi social yang dilakukan oleh kaum buruh. Fase
ini merupakan tonggak baru bagi munculnya suatu tatanan social alternative disamping tatananan
masyarakat kapitalis yaitu tatanan masyarakat sosialis.

Sepanjang teori pembangunan yang dikemukakannya marx selalu mendasarkan


argumennya pada asumsi bahwa masyarakat pada dasarnya terbagi menjadi dua golongan yaitu
masyarakat pemilik tanah dan masyarakat bukan pemilik tanah, masyarakat pemilik modal dan
masyarakat bukan pemilik modal. Asumsi lain yang mendukung adalah bahwa antara kedua
kelompok masyarakat tersebut sebenarnya terjadi konflik kepentingan diantara mereka. Oleh
karena itu, dalam pola berfikirnya marx selalu mendasarkan teorinya pada kondisi pertentangan
antar kelas dalam masyarakat.

Menurut marx, kemampuan para pengusaha untuk melakukan akumulasi modal terletak
pada kemampuan mereka dalam memanfaatkan nilai lebih dari produktifitas buruh yang
dipekerjakan. Nilai buruh yang dinyatakan dalam bentuk upah merupakan jumlah tenaga kerja
yang diperlukan untuk menghasilkan tenaga buruh tersebut. Artinya upah akan sama dengan
nilai sarana kehidupan yang diperlukan seorang buruh untuk mempertahankan kehidupannya.
Pada kenyataannya nilai upah yang diberikan jauh lebih kecil dibandingkan dengan produktivitas
buruh dan nilai tenaga buruh yang dinyatakan dalam bentuk inilah yang kemudian disebut
dengan nilai lebih.

Nilai lebih merupakan keuntungan yang diperoleh oleh para pengusaha. Karena tingkat
keuntungan yang diperoleh para pengusaha adalah fungsi dari nilai lebih, maka untuk
memaksimumkan keuntungan, para pengusaha tidak akan segan-segan mengeksploitasi pekerja.
Nilai lebih akan meningkat jika upah diturunkan atau produktivitas dinaikkan dengan asumsi
semua factor lain tidak berubah. Penurunan upah buruh nampaknya sulit untuk dilakukan
mengingat tingkat upah yang terjadi pada masa kapitalisme semata-mata diberikan agar buruh
tetap hidup dan dapat bekerja. Artinya penetapan upah tersebut tidak lebih besar daripada
kebutuhan hidup pada tingkat subsisten. Hal ini merupakan dampak dari asumsi dasar bahwa
buruh dipandang seperti input yang lain.

Upaya untu memaksimalkan keuntungan yang nantinya akan diakumulasikan dalam


bentuk capital yang ada akhirnya akan diinvestasikan kembali oleh para pengusaha, hanya dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas kerja. Peningkatan efisiensi kerja ini tidak
terlepas dari kondisi pasar yang kian kompetitif. Semakin sengitnya persaingan antar pemilik
modal akan menujurus pada upaya merebut pangsa pasar sebesar-besarnya. Jika diasumsikan

7
bahwa kualitas barang yang diperdangangkan adalah homogen, maka produsen hanya dapat
melaksanakan strategi penurunan harga output sebagai upaya mengusai pasar. Prasyarat untuk
kondisi semacam itu adalah system produksi yang semakin efisien dan produktif. Dengan kata
lain, peningkatan produktivitas kerja dan efisiensi produksi merupakan hal yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan investasi khususnya pada barang modal
yang bersifat pada capital untuk meningkatkan produktivitas kerja tersebut. Konsekuensinya
pengusaha akan menurunkan penggunaan tenaga buruh dan diganti dengan penggunaan mesin-
mesin yang lebih produktif dan efisien.

Akibat penggunaan mesin-mesin tersebut tingkat penggangguran akan semakin


meningkat, dan daya beli masyakarat akan semakin turun akibat banyaknya tingkat
pengangguran yang terjadi. Akumulasi ketertindasan kaum buruh dalam perekonomian kapitalis
yang terus dieksploitasi, meningkatnya pengangguran dan ditambah konflik antara kelas yang
terus terjadi, maka Karl Marx kemudian menyimpulkan bahwa kapitalisme akan berakhir dengan
timbulnya revolusi social yang dilakukan oleh kaum buruh. Revolusi ini akan membawa
perubahan mendasar pada segala bidang, terutama pada system produksi dan pemilikan
sumberdaya. Akumulasi modal dalam system kapitalis akan diganti dengan pemerataan
kesempatan kepemilikan sumberdaya, individualis dalam masyarakat kapitalis akan berubah
menjadi system kemasyarakatan yang sosialis. Pada tahap ini Marx, menawarkan suatu system
baru yaitu system perekonomian sosialis, sebagai alternative dari system kapitalis yang saat ini
merupakan satu-satunya system perekonomian yang dikenal.

Kritik terhadap teori Marx terutama tertuju pada asumsi adanya nilai lebih dalam suatu
perekonomia. Dalam dunia nyata tidak dikenal adanya istilah nilai lebih karena memang di dunia
nyata kita bekutat dengan harga yang terwujud dan nyata. Jadi marx dalam hal ini telah
menciptakan dunia nilai yang abstrak yang membuat teorinya agak kaku.

Kritik lain adalah adanya keharusan perubahan dari masyarakat kapitalis menuju sosialis
hanya dapat dilakukan dengan jalan revolusi. Haruskah suatu upaya untuk menuju kepada suatu
kondisi yang dianggap baik harus dilakukan dengan revolusi yang tentunya akan membawa
korban yang besar? Apakah sudah tidak ada lagi kejernihan pemikiran dari kedua belah pihak
untuk berdialog satu dengan yang lainnya? Kekakuan Marx dalam mendeskripsikan proses
perubahan dari masyarakat agraris-feodal menuju masyarakat kapitalis dan terakhir adalah
masyarakat sosialis, nampaknya sangat diwarnai subjektifitas dan kebenciannya pada system
kapitalis. Itulah sebabnya mengapa marx mendeskripsikan bahwa kehancuran kapitalis yyang
akan digantikan oleh sosialis harus melalui suatu revolusi. Artinya marx tidak menginginkan
keberadaan para pengusaha yang Berjaya dimasa kapitalis untuk menghirup udara sosialisme,
mengingat revolusi kaum b uruh jelas-jelas melawan kaum pengusaha tersebut.

Kendati demikian, ternyata Marx justru banyak menyumbang terhadap kelanggengan


kehidupan ekonomi kapitalis. Dengan adanya kritik dan sinyalemen terhadap perkiraan dampak

8
negative system kapitalis, terutama terhadap buruh, maka hal tersebut justru menjadi masukan
bagi ekonom kapitalis untuk menyempurnakan system yang ada, hingga dampak negative yang
digambarkan Marx dapat dihindari. Marx merupakan orang pertama yang memberikan gambaran
sisi negative dari system kapitalis jika system tersebut diterapkan berdasarkan perhitungan
ekonomi semata tanpa pertimbangan unsure kemanusiaan dan nilai social kemasyarakatan. Marx
manunjukkan kepada dunia bahwa tahap pembangunan ekonomi tidaklah semulus yang
diperkirakan sebelumnya. Untuk mencapai perekonomian sosialis, terlebih dahulu harus
melewati tahap depresi ekonomi akibat kapitalisme yang merajalela tanpa terkendali. Teori Marx
tentang depresi ekonomi inilah yang pada akhirnya justru memperkuat argument Keynes yang
merekomendasikan peningkatan peran pemerintah bagi upaya mengatasi depresi ekonomi yang
ada.

3. Teori Pertumbuhan Rostow

Teori Rostow didasarkan pada pengalaman pembangunan yang telah dialami oleh
Negara-negara maju terutama dieropa. Dengan mengamati proses pembangunan di Negara-
negara eropa dari mulai abad pertengahan hingga abad modern, maka kemudian Rostow
memformulasikan pola pembangunan yang ada menjadi tahap-tahap evolusi dari suatu
pembangunan ekonomi yang dilakukan dinegara-negara tersebut.

Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu Negara menjadi lima tahap yaitu
1) tahap perekonomian tradisional 2) tahap prakondisi tinggal landas 3)tahap tinggal landas 4)
tahap menuju kedewasaan dan 5) tahap konsumsi massa tinggi.

Tahap I : Perekonomian Tradisional

Perekonomian pada masyarakat tradisional cenderung bersifat subsisten. Pemanfaatan


teknologi dalam system produksi masih sangat terbatas. Dalam perekonomian semacam ini
sector pertanian memegang peranan penting. Masih rendahnya pemanfaatan teknologi dalam
proses produksi sebagian besar adalah komoditas pertanian dan bahan mentah lainnya. Struktur
social kemasyarakatan dalam system masyarakat seperti ini bersifat berjenjang. Kemampuan
penguasaan sumberdaya yang ada sangat dipengaruhi oleh hubungan darah dan keluarga.

Tahap II : Prakondisi Tinggal Landas

Merupakan proses transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industry. Sector
industry mulai berkembang disamping sector pertanian yang masih memegang peranan penting
dalam perekonomian. Tahap kedua ini merupakan tahap yang menentukan bagi persiapan
menuju tahap-tahap pembangunan berikutnya yaitu tahap tinggal landas.

Sebagai tahapan yang berfungsi mempersiapkan dan memenuhi prasyarat pertumbuhan


swadaya, diperlukan adanya semangat baru dari masyarakat. Menurut pengamatan Rostow

9
Negara-negara dieropa mengalami tahap ke dua ini kira-kira pada abad ke 15 sampai 16. Pada
saat itu terjadi perubahan radikal dalam masyarakat eropa dengan munculnya semangat
Renaissance. Semangat ini telah membalikkan semua tatanan nilai masyarakat eropa saat itu
yang cenderung statis menjadi sangat dinamis. Perubahan paradigma berfikir nampaknya
merupakan istilah yang lebih tepat untuk menilai fenomena itu.

Pada tahap ini perekonomian mulai bergerak dinamis, industry-industri bermunculan,


perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga keuangan resmi sebagai penggerak dana
masyarakat mulai bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada industry
manufaktur. Tahap ini merupakan tonggak dimulainya industrialisasi. Industrialisasi dapat
dipertahankan jika dipenuhi prasyarat sebagai berikut : 1) peningkatan investasi disektor
infrastruktur/prasarana terutama prasarana komunikasi 2) terjadi revolusi teknologi dibidang
pertanian untuk memenuhi peningkatan permintaan penduduk kota yang semakin besar 3)
perluasan impor, termasuk impor modal yang dibiayai oleh produksi yang efisien dan pemasaran
sumber alam untuk ekspor. Proses pembangunan dan industrialisasi yang berkelanjutan akan
terjadi dengan menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh dalam sector yang
menguntungkan.

Tahap III : Tinggal Landas

Tinggal landas merupakan tahap yang menentukan dalam keseluruhan proses


pembangunan bagi kehidupan masyarakat. Pengalaman Negara eropa menunjukkan bahwa tahap
ini berlaku dalam waktu yang relative pendek yaitu kira-kira dua dasawarsa. Dalam tahap ini
akan terjadi suatu revolusi industry yang berhubungan erat dengan revolusi metode produksi.
Tinggal landas didefinisikan sebgai tiga kondisi yang saling berkaitan sebagai berikut :

1. Kenaikan laju investasi produktif 5-10 persen dari pendapatan nasional

2. Perkembangan salah satu atau beberapa sector manufaktur penting dengan laju
pertumbuhan tinggi.

3. Hadirnya secara cepat kerangka politik, social dan institusional yang menimbulkan hasrat
ekspansi disektor modern dan dampak eksternalitasnya akan memberikan daya dorong
pada pertumbuhan ekonomi.

Prasyarat pertama dan kedua sangat berkaitan erat sata sama lain. Kenaikan laju investasi
produktif antara 5-10 persen dari GNP pada akhirnya akan menyebabkan pertumbuhan yang
tinggi pada sector-sektor dalam perekonomian, khususnya sector manufaktur. Sector manufaktur
diharapkan memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi karena sector tersebut merupakan indicator
bagi perkembangan industrialisasi yang dilakukan. Disamping itu sector manufaktur adalah
sector yang memiliki keterkaitan terbesar dengan sector-sektor lain. Jika sector manufaktur
berkembang pesat, maka sector –sektor lain pun akan terpengaruh untuk berkembang pesat pula.

10
Pada akhirnya pertumbuhan yang tinggi pada semua sector ini akan berakibat pada
perkembangan GNP yang lebih tinggi dari kondisi semula.

Prasyarat ketiga merupakan kondisi yang harus dipenuhi agar prasyarat pertama dan
kedua dapat terpenuhi dengan baik. Prasyarat ke tiga merupakan “Iklim” yang memungkinkan
terpenuhinya prasyarat pertama dan kedua terpenuhi. Tanpa terpenuhinya prasyarat ketiga,
praktis prasyarat pertama dan kedua tidak akan terpenuhi. Prasyarat ketiga ini menunjukkan
kesadaran Rostow bahwa perubahan perekonomian pada dasarnya merupakan konsekuensi dari
perubahan motif dan inspirasi nonekonomi dari seluruh lapisan masyarakat. Artinya perubahan
ekonomi dalam skala besar tidak akan terjadi selama tidak ada iklim kondusif yang
memungkinkan perubahan tersebut. Iklim kondusif tersebut adalah perubahan factor-faktor non
ekonomi dari masyarakat yang sejalan dengan proses pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Tahap IV : Menuju Kedewasaan

Tahap ini ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap
sumberdaya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan tahapan jangka panjang dimana produksi
dilakukan secara swadaya. Tahapan ini juga ditandai dengan munculnya beberapa sector penting
yang baru. Pada saat Negara berada pada tahap kedewasaan teknologi,terdapat tiga perubahan
penting yang terjadi yaitu : 1) tenaga kerja berubah dari tidak terdidik menjadi terdidik 2)
perubahan watak pengusaha dari pekerja keras dan kasar berubah menjadi manajer efisien yang
halus dan sopan 3) masyarakat jenuh terhadap industrialisasi dan menginginkan perubahan lebih
jauh.

Tahap V : Komsumsi Masa Tinggi

Tahap Konsumsi masa tinggi merupakan akhir dari pembangunan yang dikemukakan
Rostow. Pada tahap ini akan ditandai dengan terjadinya migrasi besar-besaran dari masyarakat
pusat perkotaan ke pinggiran kota, akibat pembangunan pusat kota sebagai sentral bagi tempat
bekerja. Penggunaan alat transportasi pribadi maupun yang bersifat umum seperti halnya kereta
api merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan. Pada fase ini terjadi perubahan orientasi dari
pendekatan penawaran menuju kependekataj permintaan dalam system produksi yang dianut.
Semenstara itu terjadi pula pergeseran prilaku ekonomi yang semula lebih banyak menitik
beratkan pada sisi produksi kini beralih ke sisi konsumsi. Orang mulai berfikir bahwa
kesejahteraan bukanlah permasalahan individu, yang hanya dipecahkan dengan mengkonsumsi
barang secara individu sebanyak mungkin, namun lebih dari itu mereka memandang
kesejahteraan dalam cakupan yang lebih luas yaitu kesejahteraan masyarakat bersama dalam arti
luas.

Terlepas dari permasalahan diatas terdapat tiga kekuatan utama yang cenderung
meningkatkan kesejahteraan dalam tahap konsumsi besar-besaran ini (Jhingan 1988) :

11
1. Penerapan kebijakan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui
batas-batas nasional.

2. Ingin memiliki satu Negara kesejahteraan (Welfare state) dengan pemerataan pendapatan
nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan jaminan social, dan fasilitas
hiburan bagi para pekerja.

3. Keputusan untuk membangun pusat perdangangan dan sector penting seperti mobil,
jaringan rel kereta api, rumah murah, dan berbagai peralatan rumah tangga yang
menggunakan listrik dan sebagainya.

Amerika merupakan satu-satunya Negara yang pertama kali mencapai era konsumsi masa
tinggi ini yaitu sekitar tahun 1920. Hal yang sama kemudian diikuti oleh beberapa Negara eropa
barat. Satu-satunya Negara di Asia yang telah mencapai tahap tersebut adalah jepang.

4. Kritik Terhadap Rostow

Pentahapan pembangunan yang digambarkan oleh Rostow adalah system pentahapan


dimana suatu tahapan tidak dapat terjadi tanpa melalui tahapan yang lain. Tahap kedua tidak
dapat terjadi tanpa tahap pertama, tahap ketiga tidak akan terjadi tanpa tahap kedua dan
seterusnya. Hal ini terjadi karena pertumbuhan rostow merupakan pola penggambaran sejarah
pembangunan yang dilakukan Negara-negara eropa yang memiliki struktur social dan budaya
yang mapan. Kondisi tersebut tidak terjadi pada Negara-negara asia dan afrika yang belum
memiliki system social yang teratur. Interaksi budaya barat, akibat kolonialisme dalam
kebudayaan timur menyebabkan tahapan dalam teori rostow terjadi secara simultan. Ketika
didaerah perkotaan modern di Negara sedang berkembang sudah berada pada tahap tinggal
landas bahkan lebih tinggi lagi sementara itu di daerah perdesaan system perekonomian dan
kemasyarakatan masih berada pada tahap tradisional. Didaerah perkotaan berkembang system
social yang telah berkiblat pada system social barat. Pada saat yang bersamaan diperdesaan
sangat diwarnai system social tradisional.

Kenyataannya ada Negara-negara di dunia yang tidak pernah melewati tahhap pertama
dari pertumbuhan ekonomi rostow, namun langsung menginjak tahap ke dua. Amerika serikat
dan Australia merupakan Negara yang mengalami pola pertumbuhan ini. Hal ini terjadi karena
kedua Negara tersebut merupakan benua temuan orang-orang eropa, dimana penduduknya
adalah orang –orang eropa yang menstransfer ilmu dan pengetahuannya ke benua tersebut.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi ekonomi di suatu


negara secara terus menerus untuk menuju ke kondisi yang lebih baik dari periode sebelumnya.
Dalam pembahasan mengenai pertumbuhan ekonomi linear, terdapat dua teori yang menguarikan
tentang pertumbuhan ekonomi yaitu teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh adam smith,
karl marx dan Rostow .

Dalam teori Adam smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang
berurutan yaitu dari masa perburuan, masa beternak, masa bercocok tanam, masa perdangangan

13
dan yang terakhir masa tahap perindustrian. Menurut teori ini masyarakat akan bergerak dari
masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis.

Dalam teori Karl Marx dalam bukunya das capital membagi evolusi pembangunan
masyarakat menjadi tiga yaitu dimulai dari feodalisme, kapitalisme dan kemudian yang terakhir
yaitu sosialisme.

Dalam teori pertumbuhan Rostow, pertumbuhan ekonomi dibagi kedalam lima tahap
yakni tahap tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, tahap menuju
kedewasaan, dan masa konsumsi tinggi. Pada tiap-tiap tahapan memiliki karakteristik masing –
masing. Perubahan dari tahap tradisional ke arah industri modern sebagai syarat pembangunan
dan kemajuan ekonomi suaru negara.

DAFTAR PUSTAKA

Todaro.P Michael dan Stephen C. Smith.2008.Economic Development Edisi 11.diterjemahkan


oleh Agus Dharma.Jakarta.Erlangga

https://sosiologimarxir.wordpres.com/2013/2015/05/11/tahap-tahap-pertumbuhan-ekonomi-
menurut-rostow/

https://ardra.biz/ekonomi/-makro/model-pertumbuhan-ekonomi-suatu-negara/model-
pertumbuhan-ekonomi-harrod-domar/

http://sabarila.blogspot.com/2014/12/teori-pembangunan.html?m=1

14
15

Anda mungkin juga menyukai