❖ Landasan filosofis1
Alasan kuat mengapa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi
diubah :
1
Hinca IP Pandjaitan, 2000, Undang-Undang Telekomunikasi Partisipasi public dan pengaturan setengah hati,
Jakarta: INTERNEWS INDONESIA
❖ Tabel perbandingan2
2
Danrivanto Budhijanto, 2013, Hukum Telekomunikasi Penyiaran & Teknologi Informasi Regulasi & Konvergensi,
Bandung: PT Refika Adhitama, hlm. 46
Sebelum berlaku Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, kondisi
regulasi penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia lebih bernuansa monopolistic,
anti-kompetisi, usaha dan orientasi lebih mengarah kepada operator. Negara sangat
mendominasi perannya sebagai regulator sekaligus operator.
Di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1989 hanya ada satu penyelenggara yang
diberikan izin untuk meneyelanggarakan telekomunikasi dasar sebagai hak eksklusif yaitu
BUMN.
Perubahan lingkungan global menciptakan lingkungan dan cara pandang baru dalam
telekomunikasi sehingga terjadi penataan kembali penyelenggaraan telekomunikasi
nasional.3
3
Ade Didik Irawan, “Hukum Telekomunikasi”, diakses dari
http://kuliahhukumonline.blogspot.com/2015/02/hukum-telekomunikasi_23.html, pada tanggal 26 September
2018 pukul 18:07 WIB
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Budhijanto, Danrivanto. 2013. Hukum Telekomunikasi Penyiaran & Teknologi Informasi
Regulasi & Konvergensi. Bandung: PT Refika Adhitama.
Jurnal
Pandjaitan, Hinca IP. 2000. Undang-Undang Telekomunikasi Partisipasi public dan
pengaturan setengah hati. Jakarta: INTERNEWS INDONESIA.
Sumber lain
Irawan, Ade Didik. “Hukum Telekomunikasi. 26 September 2018.
http://kuliahhukumonline.blogspot.com/2015/02/hukum-telekomunikasi_23.html.