Anda di halaman 1dari 30

TATA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

DI INDONESIA

Mudemar A. Rasyidi
mudemar.a.rasyidi@gmail.com

ABSTRAK

Sebagai warga Negara Republik Indonesia yang Pancasilais dan dengan bersumber /
berpedoman dari pandangan hidup bangsa yang mengamalkan Pancasila dan menjunjung
tinggi UUD 1945, maka kita sebagai warga Negara yang baik harus dapat berlaku dan
bertindak secara konsisten, kreatif, dinamik, tegas, jujur dan adil serta bermartabat, di dalam
melaksanakan kenyataan praktek berbangsa dan bernegara baik lahir maupun bathin.
Pemahaman mendalam terhadap NKRI adalah sangat penting bagi setiap warga negara, baik
terhadap latar belakang historis, konseptual maupun institusional, hal ini sangat penting agar
kita dapat melaksanakan nilai-nilai dalam kehidupan dalam berpribadi, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun berinternasional. Hal tersebut dimaksudkan
agar kita dapat mengerti maksud hukum dasar suatu negara, karena tidak cukup hanya
menyelidiki pasal-pasal undang-undang dasarnya saja, tetapi juga harus mengerti, mengetahui,
faham dan jelas dalam suasana apa undang-undang dasar itu disusun, apa aliran pikiran yang
menjadi dasarnya, apa suasana kebathinannya, serta bagaimana prakteknya. Bahwa bagi
setiap warga negara yang baik, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri harus
mengetahui, memahami, mengerti dan mematuhi ketentuan dan keberadaan tentang NKRI, juga
mengerti dan memahami mengenai Pemerintahan Pusat maupun Daerah. Hal ini berlaku mulai
dari TNI, POLRI, PNS/ASN dan semua masyarakat Indonesia dari berbagai Profesi dan
golongan, serta Agama, agar tercipta ketertiban, ketentraman, keamanan dan kenyamanan
untuk mencapai masyarakat sejahtera yang adil dan makmur

Kata Kunci : Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, Budaya Bangsa,
Semua Adat Istiadat, dan Akhlakul Karimah serta Agama.

PENDAHULUAN Pancasila dan UUD 1945 ini dilaksana-


A. Latar Belakang kan dalam kenyataan oleh para penye-
Sebagai warga Negara Republik lenggara negara dan oleh masyarakat,
Indonesia, yang Pancasilais dan dengan semakin maju bangsa Indonesia, baik
bersumber / berpedoman dari pandangan lahir dan batin, maka semakin konsisten
hidup bangsa Indonesia serta menjunjung kita mengamalkan Pancasila dan UUD
tinggi UUD 1945 maka, kita harus 1945 sebagai Falsafah Bangsa Indonesia
mengamalkan secara konsisten, kreatif dan sebagai UUD Negara Republik
dan dinamik tentang semua ketentuan Indonesia. Maka semakin maju pula
Peraturan yang ada di Negara Republik bangsa Indonesia, baik lahir maupun
Indonesia yang kita cintai ini dan juga batin.
sekaligus mengamalkannya secara sung-
guh-sungguh dan ikhlas. Hal ini juga Pemahaman mendalam terhadap
harus dilakukan oleh seluruh lapisan dan latar belakang Historis, konseptual, dan
golongan yang ada dalam masyarakat Institusional, baik Pancasila maupun
bangsa Indonesia itu sendiri. Semakin UUD 1945 didalam Tatanan berbangsa
konsisten, kreatif dan dinamik maka dan Bernegara, adalah mutlak perlu bagi

89
kita bangsa Indonesia, sebelum kita dapat merupakan Ideologi Terbuka. Maka
melaksanakan nilai-nilai dalam kehidu- benarlah bahwa Pancasila Sebagai
pan ini. Baik dalam cara bermasyarakat, Ideologi Dan Dasar Negara Serta
berbangsa, dan bernegara, maupun ber Sumber Dari Segala Sumber Hukum.
Internasional. Maka setiap warga Negara maupun
penduduk Negara Republik Indonesia,
Secara khusus, pemahaman menda- berhak dan berkewajiban menjunjung
lam tersebut perlu untuk melaksanakan tinggi Pancasila dan UUD 1945 apapun
secara murni dan konsekuen seluruh profesi yang disandangnya. Profesi
ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. tersebut hendaknya bermanfaat untuk
Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dirinya sendiri, keluarganya, masyarakat
itu sendiri mengingatkan kita dengan di sekitarnya serta untuk bangsa dan
jelas untuk dapat mengerti maksud negaranya, serta Agama yang dipeluknya
Hukum Dasar suatu Negara, tidak cukup / dianutnya. Sebagai warga Negara wajib
hanya menyelidiki pasal-pasal undang- mentaati Agama yang dianutnya serta
undang dasarnya saja, tetapi juga harus menjunjung Hukum Negaranya. “Dimana
mengetahui dalam suasana apa undang- Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung”.
undang dasar itu disusun, apa aliran Khususnya bagi para penegak hukum,
pikiran yang menjadi dasarnya, apa seperti: Polisi, Jaksa, Hakim dan
suasana kebatinannya, serta bagaimana Advokat, dituntut untuk mempunyai
praktiknya. suatu kemampuan dalam hal mengindra,
menganalisis, menyim-pulkan dan akhir-
Pesan para pendiri negara ini amat- nya menetapkan keputusan yang sesuai
lah tepat karena antara tahun 1945 dan dengan keadilan. Disamping itu para
tahun 1965 Negara kita penuh dengan penegak hukum dituntut pula untuk
gejolak, yang disebabkan oleh belum bertanggung jawab secara moril dan
dilaksanakannya amanat tersebut. Aliran materil, serta secara Vertical maupun
pikiran yang menjadi dasar Undang- Horizontal. Begitu pula masyarakat
Undang Dasar 1945 belum dipahami bangsa Indonesia dituntut dan diwajibkan
dengan baik. Antara tahun 1959 dan menjunjung tinggi hukum, karena Negara
1965, pada saat Undang-Undang Dasar kita adalah “Negara Hukum”. Disamping
tersebut sudah diberlakukan kembali, harus berbuat dalam kehidupan ini yang
bahkan terjadi demikian banyak penyim- benar dan adil serta bersifat jujur. Oleh
pangan dalam pelaksa-naannya. Baru karenanya bangsa Indonesia betul-betul
sejak tahun 1966 kita dapat dengan harus dapat memahami dan mengamalkan
sungguh-sungguh melaksanakan amanat nilai-nilai dari Pancasila dalam kehidupan
para pendiri Negara ini. Pengalaman sehari-hari.
menunjukkan bahwa sejak itu kita
mengalami demikian banyak kemajuan B. Tujuan Penulisan
meskipun masih jauh dari sempurna. Tujuan penyusunan / penulisan ini
dengan mengambil judul “Tata Peme-
Aliran pikiran yang menjadi acuan rintahan Pusat dan Daerah”. Tujuan
penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 utamanya adalah agar setiap Warga
adalah Pancasila, yang dirumuskan secara Negara Republik Indonesia, baik yang
singkat dan padat dalam Pembukaan berada di dalam maupun luar negeri agar
Undang-Undang Dasar 1945. Dalam dapat memahami tentang NKRI, men-
hubungan itulah. Sejak tahun 1986, junjung tinggi Pancasila dan UUD 1945,
Presiden menyatakan bahwa Pancasila serta dapat berpartisipasi aktif terhadap

90
Negara sesuai dengan bidang profesinya Bebas Aktif” yang dianut Indonesia di
masing-masing. dalam perkembangan dunia.

C. Pembatasan Penelitian Bab II Tata Pemerintahan Pusat dan


Dalam melakukan penyusunan / Daerah, dalam bab ini menguraikan atau
penulisan ini, penyusun / penulis menjelaskan secara singkat, antara lain :
memperoleh dan mengambil bahan / 1. Pengertian, 2. Persamaan dan
data-data dari buku-buku yang penulis Perbedaan antara Pemerintah Desa dan
miliki, pengetahuan penulis di bidang Kelurahan serta Pemerintahan Pusat, 3.
ilmu hukum, dan materi-materi yang Hal-hal yang berkaitan / berkenaan
telah penulis terima dari pada guru besar dengan Pemerintahan Desa dan
Ilmu Hukum dan berdasarkan Pengala- Kelurahan, dan Pemerintahan Pusat, 4.
man penghimpun / penyusun / penulis di Tingkat Perkembangan Desa dan
lapangan baik secara teori maupun dalam Kelurahan, serta Pemerintahan Pusat, 5.
praktek. Dalam hal ini pengalaman LKMD dan Dewan Kelurahan.
sebagai Mahasiswa / Dosen / Advokat
dan di dalam Organisasi Masyarakat Bab III Kesimpulan dan Saran,
maupun Politik. Pengalaman di Bidang antara lain tentang : A. Kesimpulan,
Hukum / Ilmu Kenegaraan / Ilmu Politik. didalam kesimpulan ini penyusun /
Dari perpustakaan, serta informasi dari penulis menyimpulkan secara singkat
Mass Media Cetak dan Elektronik yang atau secara garis besar dari isi
berkenaan dengan hal tersebut serta penyusunan / penulisan ini, dan B. Saran-
melihat dan mengamati kenyataan di saran, pada bagian ini penyusun / penulis
lapangan. menyarankan, hal-hal yang perlu
disarankan dalam hal yang berkenaan
D. Sistematika Penulisan dengan masalah yang perlu disarankan
Tulisan ini, terdiri dari III BAB, dalam hal yang berkenaan dengan
dengan perincian sebagai berikut : BAB I masalah yang perlu diperbaiki atau
Pendahuluan, bab ini mencakup antara disempurnakan atau dilengkapi.
lain: A. Latar Belakang, yakni mengapa
tulisan ini dibuat / disusun sedemikian Daftar Kepustakaan: Hal ini
rupa. B. Tujuan Penulisan, untuk merupakan bagian dari sumber Inspirasi
mengetahui/ memahami / mengerti penulisan dalam menyusun tulisan ini.
tentang keadaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) secara benar PEMERINTAHAN PUSAT
sesuai dengan Peraturan Perundang- 1. Pengertian Pemerintahan Pusat
undangan yang ada dan berlaku sehingga Menurut UU No. 5/1974 bahwa
kita sebagai Warga Negara Indonesia Pemerintah Pusat adalah perangkat
dapat berperan aktif untuk kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam perkembangan masyarakat / yang terdiri atas Presiden beserta
bangsa dan negara kita untuk mencapai pembantu-pembantunya.
masyarakat adil dan makmur, yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan Yang dimaksud dengan para
dan teknologi yang modern serta di dalam pembantu Presiden adalah Wakil
meningkatkan Sumber Daya Manusia Presiden dan para menteri (UUD 1945),
(SDM)nya untuk mengimbangi pasar yakni: Pasal 4, ayat (2) “Dalam
bebas dan globalisasi, dan “Politik melakukan kewajibannya Presiden
dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”.

91
Pasal 17, ayat (1) : “Presiden dibantu oleh b. Istilah Mandataris berarti “orang
menteri-menteri negara”. yang diberikan mandat”. Kata
mandat berarti “kekuasaan /
Menyimpang dari definisi di atas, wewenang”. Jadi, mandataris berarti
yang dimaksudkan dengan pemerintah “orang / lembaga yang diberikan
pusat di sini adalah semua lembaga atau mandat/kekuasaan”. Presiden disebut
badan dalam sistem ketatanegaraan Mandataris (MPR) berarti bahwa
Republik Indonesia yang berkedudukan Presiden diberikan kekuasaan (oleh
di Jakarta sebagai pusat dari Ibu kota MPR) untuk melaksanakan apa yang
Negara Kesatuan Republik Indonesia. telah diputuskan oleh MPR, seperti
Jadi yang termasuk di dalamnya adalah : melaksanakan GBHN sekarang yang
1) Lembaga tertinggi negara : MPR sekarang dikenal sebagai PHPN
2) Lembaga-lembaga Tinggi Negara: (Pokok Haluan Pemba-ngunan
(a) Presiden, (b) DPR, (c) DPA yang Negara yang kemudian dituangkan
sekarang berubah menjadi ke dalam / menjadi / disebut RPJP
Wantimpres, (d) BPK, (e) MA dan (Rancangan / Rencana Pembangunan
lain-lain. Jangka Pendek dst), yang merupakan
3) Para pembantu Presiden : (a) Wakil salah satu putusan MPR.
Presiden dan (b) para menteri c. MPR melalui Tap MPR No.
I/MPR/1983 tentang Peraturan Tata
2. Lembaga Tertinggi Negara Tertib Majelis Permusya-waratan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Rakyat, Pasal 104 berketetapan
(MPR) untuk memper-tahankan UUD 1945
MPR adalah penyelenggara negara dan tidak berkehendak untuk
yang tertinggi. MPR adalah penjelmaan mengubahnya serta akan melaksana-
seluruh rakyat Indonesia dan merupakan kannya secara murni dan konsekuen
lembaga tertinggi negara, pemegang dan dan sekarang telah dilakukan 4
pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. (empat) kali Amanden (perubahan).
Tugas MPR :
1) Menetapkan UUD; Susunan Keanggotaan MPR
2) Menetapkan GBHN dan sekarang MPR terdiri atas :
dikenal sebagai PHPN / RPJP; (1) Seluruh anggota DPR;
3) Memilih dan mengangkat Presiden Seluruh anggota DPR secara
dan Wakil Presiden. otomatis juga menjadi anggota MPR.
Catatan : Jumlah anggota MPR adalah dua kali
a. Istilah tugas dan wewenang perlu lipat jumlah anggota DPR. Misalnya,
dibedakan, sekalipun kedua istilah untuk periode 1992-1997 jumlah
itu mempunyai persamaan. Kata anggota MPR adalah 1000 orang,
tugas mengacu kepada sesuatu yang sedangkan anggota DPR adalah 500
mesti dilaksanakan karena dia orang (untuk perbandingan).
merupakan “suatu tugas/kewajiban”. (2) Utusan Daerah
Sedangkan wewenang mengacu Setiap daerah tingkat I atau provinsi
kepada “suatu kekuasaan”. di Indonesia pun mempunyai wakil
Wewenang yang dimiliki oleh yang duduk dalam MPR. Jumlahnya
seseorang / suatu lembaga karena bergantung kepada jumlah penduduk
jabatannya itu dia diberikan provinsi yang bersangkutan.
kekuasaan untuk melakukan / Misalnya, dalam UU No. 5/1975
menetapkan sesuatu”. diatur bahwa jumlah anggota

92
tambahan MPR yang berkedudukan (7) Nyata-nyata tidak sedang terganggu
sebagai Utusan Daerah adalah 4-7 jiwanya/ingatannya.
untuk tiap-tiap daerah Tingkat I (8) Harus bertempat tinggal di wilayah
dengan rincian sebagai berikut : RI, dan
a. Dati I yang berpenduduk <1 juta (9) Diresmikan keanggotaannya oleh
mendapat 4 orang utusan; Presiden.
b. Dati I yang berpenduduk 1-5
juta mendapat 5 orang utusan; Masa jabatan keanggotaan MPR :
c. Dati I yang berpenduduk 5-10 Masa jabatan keanggotaan MPR
juta mendapat 6 utusan; adalah lima tahun dan mereka berhenti
d. Dati I yang penduduknya > 10 bersama-sama setelah keanggotaan
juta mendapat 7 orang utusan. MPRnya berakhir.
(3) Utusan/Wakil Golongan
Adapun yang dimaksud dengan Anggota MPR berhenti antar waktu
utusan/wakil golongan disini adalah sebagai anggota, karena :
anggota tambahan MPR, seperti (1) Meninggal dunia;
ABRI dan non ABRI (golongan (2) Atas permintaan sendiri secara
cendekiawan, ulama, pemuda, tertulis kepada Pimpinan MPR;
pengusaha dan koperasi, serta (3) Bertempat tinggal di wilayah di luar
kelompok lain yang perlu wilayah negara;
mendudukkan wakilnya dalam (4) Berhenti sebagai anggota DPR;
MPR). Anggota tambahan MPR (5) Tidak lagi memenuhi persyaratan
utusan/wakil golongan itu diangkat sebagai anggota MPR;
oleh Presiden baik atas usul (6) Diganti oleh organisasi/ golongan
organisasi maupun atas prakarsa yang diwakilinya; dan
Presiden. Sedangkan utusan daerah (7) Karena merangkap jabatan.
dipilih oleh DPRD I.
Anggota MPR yang berhenti antar
Syarat menjadi anggota MPR : waktu di atas, tempatnya diisi oleh :
(1) WNI yang telah berusia 17 tahun dan (1) Calon dari organisasi yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha bersangkutan;
Esa; (2) Calon dari pejabat yang berwenang
(2) Dapat berbahasa Indonesia, cakap untuk itu.
menulis dan membaca huruf Latin,
serta berpendidikan minimal SMTP/ Hak Anggota MPR
sederajat dan berpengalaman dalam Setiap anggota MPR mempunyai
bidang kemasyarakatan dan/atau hak:
kenegaraan; (1) Suara,
(3) Bukan bekas organisasi terlarang, (2) Bicara dan mengeluarkan pendapat,
seperti PKI dan organisasi massanya; (3) Memberi usul dan menyokong usul
(4) Tidak sedang dicabut hak pilihnya perubahan (amandemen) Rancangan
berdasarkan keputusan pengadilan ketetapan/keputusan MPR;
yang tidak dapat diubah lagi; (4) Menilai kebijaksanaan Presiden/
(5) Tidak sedang menjalani pidana Mandataris pada Sidang Umum/
penjara 5 tahun oleh pengadilan; Sidang Istimewa;
(6) Setia kepada Pancasila, UUD 1945, (5) Mencalonkan dan memilih Presiden
dan Proklamasi Kemerdekaan dan Wakil Presiden; dan
Indonesia 17 Agustus 1945;

93
(6) Keuangan / administrative dan mengenai GBHN sekarang dikenal
kedudukan protokoler sebagai PHPN/RPJP;
anggota / Pimpinan MPR. (2) Komisi B, diketuai oleh Drs. Cosmas
Batubara (dari FKP), bertugas
Fraksi MPR membahas rancangan ketetapan
Fraksi MPR adalah pengelompokan mengenai non-GBHN;
anggota MPR yang mencerminkan (3) Komisis C, diketuai oleh Wahono
konstelasi politik dan pengelompokan (dari FUD), bertugas membahas
fungsional dalam masyarakat. laporan pertanggungjawaban
Presiden, pengangkatan, dan
Tugas dan Wewenang MPR pemilihan Presiden dan Wakil
- Mengubah dan menetapkan UUD. Presiden.
- Melantik Presiden dan Wakil Presiden
hasil Pemilihan Umum (Pemilu) Catatan : Panitia Adhok MPR ialah
- Memutuskan usul DPR untuk mem- suatu panitia yang khusus
berhentikan Presiden dan/atau Wakil dibentuk oleh MPR (adhok
Presiden dalam masa jabatannya berarti ‘khusus’)
menurut UUD.
- Memilih Presiden dan Wakil Presiden Pimpinan MPR
apabila keduanya berhenti secara Pimpinan MPR adalah suatu
bersamaan dalam masa jabatannya. kesatuan pimpin an yang bersifat
kolektif. Pimpinan MPR terdiri atas satu
Dan pada MPR itu sendiri terdapat orang ketua dan beberapa orang wakil
fraksi-fraksi. ketua yang mencerminkan fraksi-fraksi
yang ada. Jadi, berdasarkan jumlah fraksi
Alat-alat kelengkapan MPR yang ada selama ini jumlah wakil ketua
Alat-alat kelengkapan MPR MPR terdiri atas lima orang. Misalnya,
disusun menurut pengelompokan untuk periode 1993-1998 ada lima orang
kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas Wakil Ketua MPR, yakni:
MPR. (1) Soetedjo, dari FABRI;
(2) Prof. Dr. John Ario Katili, dari FKP;
MPR mempunyai alat-alat (3) H. Ismail Hasan Metareum, SH., dari
kelengkapan sebagai berikut : FPP;
(1) Pimpinan MPR; (4) Soerjadi, dari FPDI; dan
(2) Badan Pekerja MPR; (5) Prof. Dr. H. Ahmad Aminuddin, dari
(3) Komisi MPR; dan FUD.
(4) Panitia Adhok MPR.
Sedangkan orang-orang yang
Badan pekerja MPR dan Komisi pernah menjabat sebagai ketua MPRS
MPR dapat membentuk alat dan MPR untuk setiap periode adalah
kelengkapannya sendiri. Misalnya, dalam sebagai berikut :
Sidang Umum 1988 MPR membentuk (1) Ketua MPRS periode 1966 : Abdul
tiga komisi, yang masing-masing Haris Nasution
mempunyai tugas berikut : (2) Ketua DPR/MPR 1973-1978 : KH.
(1) Komisi A, diketuai oleh Ir. Ginanjar Dr. Idham Chalid
Kartasasmita (dari FABRI), bertugas (3) Ketua DPR/MPR 1978-1982 :
membahas rancangan ketetapan Daryatmo

94
(4) Ketua DPR/MPR 1983-1988 : Amir masa sidang, baik untuk sidang umum
Machmud maupun istimewa.
(5) Ketua DPR/MPR 1988-1993 : H.
Moh. Haris Suhud Sidang Umum MPR adalah sidang
(6) Ketua DPR/MPR 1993-1998 : yang diadakan pada permulaan masa
Wahono jabatan keanggotaan MPR.

Dan seterusnya, sampai sekarang Sidang Istimewa MPR adalah


yang telah beberapa kali mengalami per- sidang-sidang yang diadakan di luar
gantian sidang umum itu.

Ketua MPR selama ini sering MPR bersidang paling sedikit


merangkap pula sebagai Ketua DPR sekali dalam lima tahun di ibukota
sehingga sering disebut sebagai Ketua negara.
DPR/MPR, sedangkan setelah Reformasi
Ketua DPR dipisahkan dengan Ketua Jenis rapat-rapat MPR
MPR atau bukan jabatan rangkap, jadi MPR mengenal tujuh jenis rapat,
Ketua DPR dan Ketua MPR masing- yaitu:
masing tersendiri. (1) Rapat Gabungan Pimpinan MPR
dengan Pimpinan-pimpinan Komisi /
Pimpinan MPR dipilih oleh dan Panitia Adhok MPR;
dari anggota MPR. Selama Pimpinan (2) Rapat Paripurna MPR;
MPR belum terpilih, maka rapat-rapat (3) Rapat Pimpinan MPR;
MPR untuk sementara dipimpin oleh (4) Rapat Badan Pekerja MPR;
anggota MPR yang tertua dan anggota (5) Rapat Komisi MPR;
yang termuda usianya, yang disebut (6) Rapat Panitia Adhok MPR; dan
Pimpinan Sementara. (7) Rapat Fraksi MPR.

Rangkap jabatan Pimpinan MPR Badan Pekerja MPR mengenal


Jabatan yang tidak dirangkap Rapat Panitia Adhok Badan Pekerja
dengan Pimpinan MPR : MPR; dan Komisi MPR mengenal Rapat
(1) Presiden; Subkomisi MPR.
(2) Wakil Presiden;
(3) Menteri; Bentuk-bentuk putusan MPR
(4) Jaksa Agung; Putusan MPR terdiri atas dua
(5) Ketua dan para hakim anggota MA; bentuk, yaitu :
(6) Ketua dan anggota DPR; dan (1) Ketetapan MPR; dan
(7) Ketua dan anggota DPA; dan (2) Keputusan MPR
sekarang Wantimpres
(8) Jabatan-jabatan lain yang tidak Ketetapan MPR adalah putusan
mungkin dirangkap sesuai dengan MPR yang mempunyai kekuatan hukum
peraturan perundang-undangan yang mengikat keluar dan ke dalam MPR.
berlaku.
Keputusan MPR adalah putusan
Persidangan MPR MPR yang mempunyai kekuatan hukum
Rentetan rapat-rapat paripurna mengikat ke dalam MPR.
MPR pada suatu masa tertentu disebut

95
Catatan : Uraian yang lengkap Salah satu ciri utama dalam sistem
mengenai MPR itu diatur Presidensiil adalah masa jabatan
dalam Tap MPR mengenai pemerintahan atau Presiden telah
Peraturan Tata Tertib MPR. ditentukan (Fixed Term of Office).

3. Lembaga Tinggi Negara Berdasarkan UUD 1945, masa


a. Presiden jabatan Presiden dan/atau Wakil Presiden
Presiden adalah penyeleng-gara telah ditentukan, yaitu 5 (lima) tahun dan
kekuasaan pemerintahan negara tertinggi hanya dapat dipilih kembali pada jabatan
di bawah MPR. yang sama untuk satu kali masa jabatan
lagi (Pasal 7 UUD 1945).1
Dalam melakukan kewa-jibannya
Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Berdasarkan Pasal 7A dan Pasal 7B
Presiden. UUD 1945 dapat diketahui bahwa proses
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden bersama-sama dengan Presiden, melalui tiga tahapan, yaitu
DPR membentuk undang-undang dan tahapan di DPR, tahapan di MK RI dan
menetapkan APBN. Karena itu, Presiden tahapan di MPR.
harus bekerja sama dengan DPR. Akan
tetapi, presiden tidak bertanggung jawab Dalam hal sebagaimana tersebut di
kepada DPR. Artinya, kedudukan atas tentang pemberhentian Presiden
Presiden tidak bergantung kepada DPR. dan/atau Wakil Presiden dalam masa
Singkatnya, DPR tidak dapat memecat jabatannya dalam UUD 1945, pasca
Presiden. perubahan tersebut memunculkan istilah
baru, dalam Hukum Tata Negara, yaitu
Presiden tidak dapat mem-bubarkan Impeachment dan Pemakzulan.
DPR. Presiden harus memperhatikan
dengan sungguh-sungguh suara DPR. Pemakzulan merupakan proses
DPR senantiasa mengawasi tindakan- pemberhentian seorang Pejabat Publik
tindakan Presiden dan jika DPR dalam masa jabatannya, atau sebelum
menganggap bahwa Presiden sungguh masa jabatan tersebut berakhir atau
melanggar haluan negara yang ditetapkan disebut dengan istilah Removal from
melalui UUD atau oleh MPR, maka DPR Office.
dapat mengundang MPR untuk
mengadakan sidang istimewa guna Dalam proses Pemakzulan tersebut
meminta pertanggung jawaban Presiden. terdapat mekanisme Impeachment, yaitu
perbedaan atas suatu perbuatan tertentu
Dan sekarang ketentuan tentang yang dapat menjadi alasan
Pemberhentian Presiden dan/ atau Wakil pemberhentian.
Presiden dalam masa jabatannya
merupakan hasil perubahan keempat Impeachment adalah prosedur di
UUD 1945 yang diatur dalam Pasal 7A, mana seorang Pejabat Publik yang
7B serta Pasal 24 C ayat (2). dipilih, di dalam melaksanakan pelang-
Pemberhentian di atur secara khusus garan hukum (Pasal 7A dan Pasal 7B
untuk Presiden dan / atau Wakil Presiden
dengan istilah “dapat diber-hentikan 1
Pasal 7 UUD 1945. UUD 1945, Amandemen,
dalam masa jabatannya”. terbaru, terlengkap, dengan Kabinet Kerja
Periode 2014-2019 (Reshuffle), untuk SD, SMP,
SMA & Umum, hal. 13.

96
UUD 1945)2 serta (Pasal 24C ayat 2 (12) Tidak pernah terlibat dalam
UUD 1945)3. kegiatan pengkhianatan terhadap
Negara Kesatuan Republik
Presiden ialah kepala kekuasaan Indonesia;
eksekutif dalam negara. Untuk menjalan- (13) Tidak sedang menjalani pidana
kan undang-undang, ia mempunyai berdasarkan putusan pengadilan
kekuasaan untuk menetapkan peraturan yang tidak dapat diubah lagi; dan
pemerintah. Selain itu, Presiden bersama- (14) Tidak terganggu jiwa/ingataannya.
sama dengan DPR menjalankan
kekuasaan legislatif. Catatan : Persyaratan di atas juga
berlaku bagi calon Wakil
Presiden dengan persetujuan DPR Presiden. Hal ini diatur dalam
menyatakan perang, membuat perdamai- Tap MPR No. II/MPR/1973
an dan perjanjian dengan negara lain. tentang Tata Cara Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden
Persyaratan menjadi Presiden : Republik Indonesia.
Untuk dapat menjadi Presiden,
seseorang harus memenuhi syarat-syarat Sedangkan di dalam melaksanakan
sebagai berikut : penyelenggaraan Negara dan pemba-
(1) Orang Indonesia asli; ngunan di Indonesia MPR RI juga
(2) Telah berusaha 40 tahun; menetapkan 4 Pilar, yang dikenal dengan
(3) Bukan orang yang sedang dicabut sebutan 4 Pilar MPR RI, sebagai Pokok
haknya untuk dipilih dalam Hukum Pembangunan Negara di NKRI,
pemilihan umum; yaitu :
(4) Bertakwa kepada Tuhan Yang - Pancasila
Maha Esa; - UUD 1945
(5) Setia kepada cita-cita Proklamasi - NKRI
17 Agustus 1945, Pancasila, dan - Bhinneka Tunggal Ika
UUD 1945;
(6) Bersedia menjalankan GBHN Kedudukan dan fungsi Presiden RI:
sekarang PHPN, yang kemudian Di Indonesia, seorang Presiden
dituangkan ke dalam RPJP dan mempunyai dua kedudukan, yakni :
seterusnya dan putusan-putusan (1) Sebagai Kepala Negara; dan
MPR yang lain; (2) Sebagai Kepala Pemerintahan
(7) Berwibawa;
(8) Jujur; Sebagai Kepala Negara, Presiden
(9) Cakap; mempunyai sejumlah hak pererogatif atau
(10) Adil; hak istimewa, yakni hak yang dimiliki
(11) Mendapat dukungan dari rakyat seorang kepala negara.
yang tercermin dalam MPR;’
Yang menjadi hak prerogatif
2 Presiden adalah sebagai berikut :
Pasal 7A dan 7B UUD 1945. UUD 1945,
Amandemen, terbaru, terlengkap, dengan
(1) Memberikan pengampunan, yang
Kabinet Kerja Periode 2014-2019 (Reshuffle), terdiri atas :
untuk SD, SMP, SMA & Umum, hal. 14. a. Grasi, yakni pengampunan yang
3
Pasal 24C ayat 2 UUD 1945. UUD 1945, diberikan kepada seseorang yang
Amandemen, terbaru, terlengkap, dengan telah dijatuhi hukuman oleh
Kabinet Kerja Periode 2014-2019 (Reshuffle), pengadilan. Grasi itu dapat
untuk SD, SMP, SMA & Umum, hal. 34.

97
berupa pengurangan masa 4. Satya Lencana Peristiwa
hukuman, penghapusan Perang Kemerdekaan
hukuman, ataupun penggantian 5. Satya Lencana Saptamarga
jenis hukuman seperti hukuman 6. Satya Lencana Gerakan
penjara diganti dengan hukuman Operasi Militer (GOM)
denda. Misalnya, menjelang 7. Satya Lencana Perintis
peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan
Kemerdekaan RI 17 Agustus 8. Satya Lencana Karya Setia
1993 Presiden Suharto telah 9. Satya Lencana Kebaktian
memberikan grasi kepada Sosial
sejumlah narapidana, seperti 10. Satya Lencana Kebudayaan
Xanana Gusmao diberikan grasi 11. Satya Lencana Penegak
berupa hukuman dari hukuman c. Tanda jasa, seperti :
seumur hidup menjadi hukuman 1. Bintang Gerilia
penjara 20 tahun; d. Gelar, seperti :
b. Amnesti ‘pengampunan’, yakni 1. Pahlawan Nasional
pernyataan umum bahwa orang- 2. Pahlawan Revolusi
orang yang telah melakukan 3. Pahlawan Ampera
kesalahan yang seharusnya
mendapat hukuman, akan tetapi, Sedangkan sebagai Kepala
berdasarkan pertimbangan Pemerintahan, Presiden RI merupakan
tertentu, akhir-nya mereka penyelenggara kekuasaan pemerin-tahan
dibebaskan dari hukuman itu; negara tertinggi di bawah MPR. Ia
c. Abolisi ‘penghentian tuntutan’, mengepalai seluruh kegiatan penyeleng-
yakni menghentikan penun-tutan garaan pemerintahan negara. Untuk itu, ia
dan pemeriksaan yang sedang dibantu oleh menteri-menteri. Para
berjalan atas seseorang yang menteri itu diangkat dan diberhentikan
dianggap bersalah berdasarkan oleh Presiden. Para menteri itu
pertimbangan tertentu; bertanggung jawab kepada Presiden.
d. Rehabilitasi ‘perbaikan nama Menteri-menteri itu memimpin departe-
baik’, yakni mengembalikan men/ Kementerian pemerintahan.
nama baik seseorang karena
suatu perkara tertentu yang dapat Di samping itu, Presiden sebagai
merusak nama baiknya. Kepala negara bertugas :
(2) Memberikan tanda kehormatan, (1) Mengangkat duta dan konsulat RI
sebagai berikut : untuk negara lain;
a. Tanda kehormatan, seperti : (2) Menerima duta dan konsulat dari
1. Bintang Republik Indonesia negara lain.
2. Bintang Mahaputra
3. Bintang Sakti Pemberhentian Presiden
4. Bintang Darma MPR dapat memberhentikan
5. Bintang Garuda Presiden sebelum habis masa jabatannya,
6. Medali Sewindu Angkatan karena :
Perang RI (1) Atas permintaannya sendiri;
b. Tanda penghargaan, seperti : (2) Berhalangan tetap; dan
1. Satya Lencana Bhakti (3) Sungguh-sungguh melanggar haluan
2. Satya Lencana Teladan negara.
3. Satya Lencana Kesetiaan

98
Yang dimaksud dengan berhala- hari Presiden sampai Presiden dan Wakil
ngan tetap adalah mangkat, berhenti, atau Presiden yang dipilih oleh MPR meme-
tidak dapat melaksanakan kewajiban gang jabatannya.
dalam masa jabatannya. Hal itu berlaku
bagi Presiden dan Wakil Presiden. Wakil Presiden berhalangan tetap
Apabila Wakil Presiden berhala-
Presiden berhalangan tetap atau ngan tetap, maka MPR mengadakan
berhalangan sementara Sidang Istimewa Khusus untuk memilih
Apabila Presiden berhalangan tetap, dan mengangkat Wakil Presiden, yakni
maka ia digantikan oleh Wakil Presiden jika Presiden dan/atau DPR memintanya.
sampai habis masa jabatannya.
Masa jabatan Wakil Presiden yang
Sedangkan apabila Presiden ber- menggantikan Wakil Presiden yang ber-
halangan sementara, maka ia dapat me- halangan tetap itu, akan berakhir
nugaskan Wakil Presiden untuk melak- bersamaan dengan masa jabatan Presiden
sanakan tugas-tugas Presiden. yang dibantunya.

Akan tetapi, jika Wakil Presiden Hubungan Presiden dengan MPR


juga dalam keadaan berhalangan, maka Presiden dengan MPR mempunyai
Presiden menunjuk seorang menteri un- hubungan sebagai berikut :
tuk melaksanakan tugas-tugas Presiden. (1) MPR memilih dan mengangkat
Presiden, termasuk Wakil Presiden;
Presiden dan Wakil Presiden ber- (2) Presiden tunduk dan bertanggung
halangan tetap jawab kepada MPR;
Apabila Presiden dan Wakil (3) Presiden memberikan pertanggung
Presiden berhalangan tetap, maka MPR jawaban atas pelaksanaan GBHN
dalam waktu selambat-lambatnya satu yang sekarang menjadi PHPN yang
bulan setelah Presiden dan Wakil kemudian dituangkan ke dalam RPJP
Presiden berhalangan tetap sudah menye- dan seterusnya yang ditetapkan oleh
lenggarakan Sidang Istimewa MPR untuk UUD atau MPR pada sidang MPR
memilih dan mengangkat Presiden dan pada akhir masa jabatannya;
Wakil Presiden, yang masa jabatannya (4) Presiden wajib memberikan pertang-
berakhir sesuai dengan masa jabatan gung jawaban di hadapan Sidang
Presiden dan Wakil Presiden yang Istimewa MPR yang khusus diada-
digantikannya. kan untuk meminta pertang-gung
jawaban Presiden mengenai pelak-
Sejak Presiden dan Wakil Presiden sanaan haluan negara yang ditetap-
berhalangan tetap, maka para menteri kan oleh UUD atau MPR;
yang memegang Jabatan Menteri Dalam (5) Presiden merupakan Mandataris
Negeri, Menteri Luar Negeri, dan MPR;
Menteri Pertahanan dan Keamanan secara (6) Presiden meresmikan / membe-rikan
bersama-sama melaksanakan Jabatan keputusan mengenai keanggotaan
Pemangku Sementara Jabatan Presiden, dan pember-hentian anggota MPR.
yang pengaturan kerjanya ditentukan oleh
para menteri yang bersangkutan. Hubungan Presiden dengan DPR
Presiden dan DPR mempunyai
Pemangku Sementara Jabatan hubungan kerja sebagai berikut :
Presiden melaksanakan pekerjaan sehari-

99
(1) Presiden bersama-sama dengan (12) Peraturan pemerintah itu harus
DPR membentuk undang-undang; mendapat persetujuan DPR dalam
(2) Presiden tidak dapat membubarkan persidangan yang berikut;
DPR; (13) Jika tidak mendapat persetujuan
(3) Presiden tidak bertanggung jawab DPR, maka peraturan pemerintah
kepada DPR; itu harus dicabut; dan
(4) DPR senantiasa mengawasi tin- (14) Presiden meresmikan / memberikan
dakan-tindakan Presiden tentang keputusan mengenai keanggotaan
pelaksanaan GBHN dan sekarang dan pemberhentian anggota DPR.
PHPN/RPJP;
(5) Apabila DPR menganggap Presiden Masa jabatan Presiden dan Wakil
sungguh melanggar haluan negara, Presiden
maka DPR dapat menyampaikan Presiden dan Wakil Presiden me-
memorandum untuk memberikan megang jabatannya selama lima tahun,
peringatan kepada Presiden; dan sesudahnya dapat dipilih kembali.
(6) Apabila dalam waktu satu bulan
memorandum yang kedua itu tidak Presiden RI memegang kekuasaan
diindahkan oleh Presiden, maka tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
DPR menyampaikan memorandum Laut dan Angkatan Udara serta
yang kedua; Kepolisian RI.
(7) Apabila dalam waktu satu bulan
memorandum yang kedua itu tidak Adapun orang-orang yang pernah
diindahkan oleh Presiden, maka memegang jabatan Presiden RI sejak
DPR dapat meminta MPR meng- Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
adakan Sidang Istimewa untuk 1945 adalah :
meminta pertanggung jawaban (1) Ir. Soekarno (18 Agustus 1945-1967)
Presiden; ia lahir di Blitar, Jawa Timur pada 6
(8) Setiap undang-undang harus men- Juni 1901 dan wafat di Jakarta pada
dapat persetujuan DPR; 21 Juni 1970.
(9) Jika suatu rancangan undang- (2) Soeharto atau H. Muhammad
undang tidak mendapat persetujuan Soeharto (1967-1998). Ia lahir di
DPR, maka rancangan tadi tidak Desa Kemusuk, Argomulyo, DI
boleh diajukan lagi dalam persi- Yogyakarta, pada tanggal 8 Juni
dangan DPR pada masa itu; 1921. Selanjutnya, Prof. Dr. H. BJ.
(10) Jika suatu rancangan sudah dise- Habibie, KH. Abdurrahman Wahid,
tujui oleh DPR, tetapi tidak Megawai Soekarnoputri, H. Susilo
disahkan oleh Presiden, maka Bambang Yudhoyono, dan sekarang
rancangan itu tidak boleh diajukan Ir. H. Joko Widodo.
lagi dalam persidangan DPR pada
masa itu; Sedangkan orang-orang yang
(11) Dalam hal-ikhwal kepentingan pernah memangku jabatan sebagai Wakil
yang memaksa, Presiden berhak Presiden adalah sebagai berikut:
menetapkan peraturan pemerintah
sebagai pengganti undang-undang;

100
No. Nama Periode
1. Drs. Mohammad Hatta 1945 – 1950
2. Sri Sultan Hamengku Buwono IX 1971 – 1978
3. H. Adam Malik 1978 – 1983
4. H. Umar Wirahadikusumah 1983 – 1988
5. Sudharmono, SH. 1988 – 1993
6. H. Try Sutrisno 1993 – 1998
7. Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie 1998 – 1999
8. Megawati Soekarno Putri 1999 – 2001
9. Hamzah Haz 2001 – 2004
10. Drs. M. Jusuf Kalla 2004 – 2009
11. Prof. Dr. Boediono, M.Ec. 2009 – 2014
12. Drs. H.M. Jusuf Kalla 2014 – 2019
13. Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin 2019 – 2024

Kuorum Rapat Paripurna Pemilihan Tata cara pemilihan Presiden


Presiden dan Wakil Presiden Kuorum (1) Pemilihan Presiden dan Wakil
adalah persyaratan jumlah suara (mini- Presiden dilaksanakan secara
mal) yang harus dipenuhi dalam terpisah.
pengambilan keputusan. (2) Pemilihan Presiden dilaksanakan
(1) Kuorum Rapat Paripurna MPR untuk lebih dahulu daripada pemilihan
pemilihan Presiden dan Wakil wakil Presiden.
Presiden adalah sekurang-kurangnya (3) Calon Presiden diusulkan oleh
2/3 dari jumlah anggota MPR. Fraksi secara tertulis dan disam-
(2) Jika kuorum 2/3 dari jumlah anggota paikan kepada Pimpinan MPR
MPR itu belum tercapai, maka rapat melalui Pimpinan-pimpinan Fraksi
dapat diskors sampai tiga kali yang mencalonkan dengan perse-
berturut-turut masing-masing paling tujuan dari calon yang bersang-
lama satu jam. kutan.
(3) Jika rapat sudah ditunda, tetapi (4) Apabila calon Wakil Presiden lebih
kuorum juga belum dicapai, maka dari satu orang, maka pemilihan
rapat dapat diskors lagi paling lama 2 dilakukan dengan pemungutan
x 24 jam (dua hari). suara secara rahasia.
(4) Jika rapat sudah di skors, tetapi (5) Apabila calon Wakil Presiden
kuorum juga belum dicapai, maka ternyata hanya satu orang, maka
kuorum menjadi sekurang-kurang- calon tersebut disahkan dalam
nya lebih dari ½ dari jumlah anggota Rapat Paripurna MPR menjadi
MPR. Wakil Presiden.
(5) Jika rapat sudah diskors, tetapi (6) Kecuali tata cara di atas, tata cara
kuorum juga belum dicapai, maka pemilihan Wakil Presiden adalah
Pimpinan MPR wajib mencari jalan sama dengan tata cara pemilihan
keluar untuk kemudian dibawah ke Presiden.
Rapat Paripurna MPR pada masa (7) Segera setelah terpilih, Wakil
persidangan itu juga. Presiden bersumpah/berjanji di
hadapan MPR.

101
Adapun bunyi sumpah/janji Sementara Jabatan Presiden Republik
Presiden dan Wakil Presiden adalah Indonesia dengan sebaik-baiknya dan
sebagai berikut: seadil-adilnya, memegang teguh Un-
dang-Undang Dasar dan menjalankan
Sumpah Presiden Wakil Presiden : segala undang-undang dan peraturannya
“Demi Allah, saya bersumpah akan dengan selurus-lurusnya serta berbakti
memenuhi kewajiban Presiden/ Wakil kepada Nusa dan Bangsa”.
Presiden Republik Indonesia dengan
sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, me- Janji Pemangku Sementara Jabatan
megang teguh Undang-Undang Dasar Presiden :
dan menjalankan segala undang-undang “Saya berjanji dengan sungguh-
dan peraturannya dengan selurus-lurus- sungguh akan memenuhi kewajiban
nya serta berbakti kepada Nusa dan Pemangku Jabatan Sementara Presiden
Bangsa”. Republik Indonesia dengan sebaik-
baiknya dan seadil-adilnya, memegang
Janji Presiden Wakil Presiden : segala Undang-Undang Dasar dan
“Saya berjanji dengan sungguh- menjalankan segala undang-undang dan
sungguh akan memenuhi kewajiban peraturannya dengan selurus-lurusnya
Presiden/Wakil Presiden Republik serta berbakti kepada Nusa dan
Indonesia dengan sebaik-baiknya dan Bangsa”.
seadil-adilnya, memegang segala Un-
dang-Undang Dasar dan menjalankan b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
segala undang-undang dan peraturannya DPR adalah salah satu lembaga
dengan selurus-lurusnya serta berbakti tinggi negara yang merupakan lembaga
kepada Nusa dan Bangsa”. perwakilan rakyat dan sebagai wahana
untuk melaksanakan Demokrasi
Catatan : Perbedaan sumpah dan janji Pancasila.
dalam pelantikan seorang
pejabat, termasuk Presiden DPR mengawasi pelaksa-naan
dan Wakil Presiden, adalah mandat yang diberikan MPR kepada
sumpah dipakai atau Presiden.
diucapkan jika seorang yang
dilantik itu seorang muslim DPR melaksanakan tugas-nya ber-
(beragama Islam). Sedangkan dasarkan Pancasila, Undang-Undang
janji dipakai atau diucapkan Dasar 1945, serta ketetapan-ketetapan
jika seorang pejabat yang MPR.
dilantik itu seorang non-
muslim (bukan beragama Persyaratan menjadi anggota DPR
Islam). Persyaratan menjadi anggota DPR
adalah sama dengan persyaratan untuk
Sedangkan sumpah / janji menjadi anggota MPR karena pada
Pemangku Sementara Jabatan Presiden hakikatnya semua anggota DPR menjadi
adalah sebagai berikut : anggota MPR. Anggota DPR mengisi ½
jumlah anggota MPR.
Sumpah Pemangku Sementara Jaba-
tan Presiden :
“Demi Allah, saya bersumpah akan
memenuhi kewajiban Pemangku

102
Wewenang dan Tugas DPR (5) Mengajukan/menganjurkan
DPR sebagai lembaga tinggi negara seseorang, jika ditentukan oleh suatu
mempunyai tugas dan wewenang sebagai peraturan perundangan, dan
berikut : (6) Mengajukan rancangan undang-
(1) Bersama-sama dengan Presiden undang (usul inisiatif).
membentuk undang-undang;
(2) Bersama-sama dengan Presiden Masa Keanggotaan DPR
menetapkan APBN; DPR mempunyai masa keanggota-
(3) Melakukan pengawasan atas : annya selama lima tahun, dan mereka
a. Pelaksanaan undang-undang berhenti bersama-sama setelah masa
b. Pelaksanaan APBN, dan keanggotaannya berakhir.
c. Kebijaksanaan pemerintah
(4) Membahas untuk meratifikasi dan/ Anggota DPR berhenti antar waktu
atau memberikan persetujuan atas karena :
pernyataan perang, pembuatan (1) Meninggal dunia;
perdamaian dan perjanjian dengan (2) Atas permintaan sendiri secara
negara lain yang dilakukan Presiden; tertulis kepada Pimpinan DPR;
(5) Membahas hasil pemeriksaan atas (3) Diganti oleh organisasi/ golongan
pertanggungjawaban keuangan yang diwakilinya;
negara yang diberitahukan oleh BPK; (4) Merangkap jabatan sebagai:
dan a. Presiden
(6) Melaksanakan hal-hal yang b. Wakil Presiden
ditugaskan oleh ketetapan-ketetapan c. Menteri
MPR kepada DPR. (lihat pasal 4.3 d. Jaksa Agung
tentang Hubungan Presiden dan e. Ketua dan Hakim-Hakim
DPR. Anggota MA
f. Ketua dan Anggota BPK
Susunan Keanggotaan DPR g. Ketua dan Anggota DPA, dan
DPR terdiri atas : sekarang WANTIMPRES
(1) Fraksi-fraksi, h. Jabatan lain yang tidak mungkin
(2) Pimpinan Daerah, dirangkap
(3) Badan Musyawarah,
(4) Komisi-Komisi, Anggota yang berhenti antar waktu
(5) Badan Urusan Rumah Tangga, itu, tempatnya diisi oleh:
(6) Badan Kerja Sama Antar Parlemen, (1) Calon dari organisasi/golongan yang
dan diwakilinya; dan
(7) Panitia-Panitia Khusus. (2) Calon dari pejabat yang berkewen-
angan untuk itu.
Hak Anggota DPR
Untuk melaksanakan wewenang Fraksi DPR
dan tugasnya, DPR mempunyai hak: Fraksi (DPR) adalah pengelompok-
(1) Meminta keterangan (interpelasi), an anggota DPR yang terdiri atas
(2) Mengadakan penyelidikan (angket), kekuatan-kekuatan sosial dan politik,
(3) Mengadakan perubahan (aman- yang mencer-minkan susunan golongan
demen), dalam masyarakat.
(4) Menyatakan pendapat (petisi),
DPR terdiri atas empat fraksi,
yakni:

103
(1) Fraksi ABRI (FABRI); (1) WNI yang bertakwa kepada Tuhan
(2) Fraksi Karya Pembangunan (FKP); Yang Maha Esa;
(3) Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (2) Cakap, ahli dan berpengalaman;
(FPDI); dan (3) Tidak pernah terlibat dalam kegiatan
(4) Fraksi Persatuan Pembangunan pengkhianatan terhadap Negara
(FPP) Kesatuan RI;
(4) Menerima, menyetujui, dan
Setiap anggota DPR harus menjadi mempertahankan Pancasila sebagai
anggota dari salah satu fraksi. dasar dan ideologi negara; dan
(5) Setia kepada nusa dan bangsa
Catatan: Indonesia.
1. Hal-hal lain yang lebih lengkap
mengenai DPR diatur dalam Susunan DPA / Wantimpres
Peraturan Tata Tertib Dewan ditetapkan dengan undang-undang.
Perwakilan Rakyat RI Pimpinan DPA/Wantimpres terdiri atas
2. Fraksi-fraksi di DPR sekarang meny- satu orang ketua dan seorang wakil ketua
esuaikan dengan kondisi setelah yang diangkat oleh Presiden atas usul
reformasi dan keadaan Partai-partai DPA/Wantimpres.
Politik yang ada sekarang ini.
3. Dan Komisi yang ada di DPR pada Susunan DPA diatur dalam
saat ini adalah Komisi I s/d Komisi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1967,
IX. yang kemudian disempurnakan dengan
Undang-Undang Tahun 1978 dan
c. Dewan Pertimbangan Agung kemudian disempurnakan.
(DPA) dan Sekarang Wantimpres
Dewan Pertimbangan Agung Jabatan yang tidak dapat dirangkap
(DPA) adalah sebuah badan penasihat anggota DPA/Wantimpres
Pemerintah (Presiden). Ia berkewajiban Seorang anggota DPA/Wantimpres
memberi jawaban atas pertanyaan tidak dapat merangkap jabatan sebagai
Presiden. DPA / Wantimpres juga berhak berikut:
mengajukan usul dan wajib mengajukan (1) Presiden
pertimbangan kepada Presiden mengenai (2) Wakil Presiden
masalah-masalah kenegaraan dan (3) Menteri
kemasyarakatan, khususnya yang bersifat (4) Jaksa Agung
nasional. (5) Ketua dan Anggota BPK
(6) Anggota DPR
Keanggotaan DPA / Wantimpres (7) Pimpinan MPR; dan
dititik-beratkan kepada kebijaksanaan (8) Jabatan lain yang tidak mungkin
dan pengalaman anggotanya. Anggota dirangkap
DPA/Wantimpres terdiri atas para tokoh
dan ahli pada bidang kenegaraan, politik, d. Badan Pemeriksa Keuangan
kemasya-rakatan, dan kekaryaan. (BPK)
Badan Pemeriksa Keuangan adalah
Persyaratan menjadi anggota DPA dan badan yang memeriksa tanggung jawab
Sekarang Wantimpres tentang keuangan negara, yang dalam
Untuk menjadi anggota DPA,/ pelaksanaan tugasnya terlepas dari
Wantimpres seseorang harus memenuhi pengaruh dan kekuasaan pemerintah,
persyaratan sebagai berikut:

104
akan tetapi, dia tidak berdiri di atas atas wakil-wakil partai, wakil ABRI, dan
Pemerintah. wakil organisasi massa yang lain.
Anggota BPK tidak boleh menjadi
Badan Pemeriksa Keuangan mem- pemilik perusahaan, baik langsung mau-
berikan Audit / Pemeriksaan kepada pun tidak langsung. Mereka juga tidak
semua pelaksanaan APBN. Hasil peme- boleh merangkap jabatan negara ataupun
riksaan BPK itu diberitahukan kepada jabatan pada perusahaan swasta.
DPR. Cara-cara pemberitahuan ini lebih
lanjut ditentukan bersama oleh Pimpinan Wewenangnya, Kedudukan Audit /
BPK dengan Pimpinan DPR dengan Pemeriksaan Keuangan Negara secara
memperhatikan ketentuan-ketentuan un- Koperatif, Judikatif dan memberikan
dang-undang yang berlaku. Rekomendasi.

Tugas pokok BPK adalah me- e. Mahkamah Agung (MA)


meriksa tanggung jawab tentang Mahkamah Agung (MA) adalah
keuangan negara. badan yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman yang dalam melaksanakan
Fungsi BPK : tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasa-
(1) Koperatif, yakni melakukan an Pemerintah dan pengaruh-pengaruh
pemeriksaan, pengawasan, dan lain.
penelitian atas penguasaan dan
pengurusan keuangan negara; MA dapat memberikan pertim-
(2) Judikatif, yakni melakukan tun- bangan-pertimbangan dalam bidang hu-
tutan perbendaharaan dan tuntutan kum, baik diminta maupun tidak, kepada
ganti rugi terhadap bendaharawan lembaga-lembaga tinggi negara.
dan pegawai negeri bukan ben-
daharawan, yang karena perbua- Mahkamah Agung memberikan
tannya melanggar hukum atau nasehat hukum kepada Presiden/ Kepala
melalaikan kewajiban, menimbul- Negara untuk pemberian / penolakan
kan kerugian besar bagi negara; grasi.
dan
(3) Memberikan rekomendasi, yakni MA juga mempunyai wewenang
memberikan pertimbangan kepada menguji secara material hanya terhadap
pemerintah tentang pengurusan peraturan-peraturan perunda-ngan di
keuangan negara. bawah undang-undang.

Keanggotaan BPK dan Wewenang- Mahkamah Agung menjalankan


nya: pengawasan tertinggi atas jalannya per-
(1) Ketua, merangkap anggota; adilan di seluruh negara Republik
(2) Wakil Ketua, merangkap anggota; Indonesia dan mengawasi tingkah laku
dan para hakim dalam menjalankan pekerjaan
(3) Anggota dan jabatannya.

BPK dipimpin oleh satu orang Hal-hal lain mengenai MA diatur


ketua dan empat orang Wakil Ketua. dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun
BPK juga mempunyai sekretariat yang 1970 yang kemudian disempurnakan.
dipimpin oleh seorang sekretaris umum.
BPK beranggotakan 21 orang yang terdiri

105
4. Pembantu Presiden pemerintaha. Misalnya, Kabinet
a. Wakil Presiden (Wapres) Pembangunan di negara kita
Dalam UUD 1945, Pasal 4 ayat (2) sekarang / kabinet kerja.
disebutkan bahwa : “Dalam melakukan (2) Kabinet Parlementer, yaitu kabinet
kewajibannya Presiden dibantu oleh satu yang para menterinya bertanggung
orang Wakil Presiden”. Jadi, Wakil jawab kepada parlemen atau DPR,
Presiden merupakan Pembantu Presiden. baik secara perorangan maupun
Pembahasan mengenai Wakil Presiden secara kolektif;
secara panjang lebar telah dibicarakan. (3) Kabinet Ekspraparlementer, yakni
kabinet yang dibentuk dengan tidak
b. Menteri Negara memperhatikan serta memperhi-
Dalam UUD 1945, Pasal 17 tungkan keadaan partai-partai yang
disebutkan sebagai berikut : ada dalam parlemen. Jadi, para
(1) Presiden dibantu oleh menteri- menteri tidak hanya dari kalangan
menteri negara; parlemen sendiri;
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan (4) Zaken Kabinet, yakni kabinet yang
diberhentikan oleh Presiden; para menterinya terdiri atas para
(3) Menteri-menteri itu memimpin pakar yang berkewajiban menye-
departemen pemerintahan/ kemen- lesaikan pelbagai permasalahan
terian. dengan segera;
(5) Kabinet Demisioner, yakni kabinet
Jadi, para menteri juga merupakan yang telah dibubarkan, tetapi untuk
pembantu-pembantu Presiden yang di- sementara masih dapat menerus-kan
angkat dan diberhentikan oleh Presiden. pekerjaannya sampai dibentuk-nya
Kedudukan para menteri itu bergantung kabinet yang baru; dan
kepada Presiden. Walaupun begitu, (6) Kabinet Peralihan, yakni hampir
mereka bukan pegawai tinggi biasa sama dengan kabinet demisioner.
karena para menteri itulah yang terutama Hanya saja pada kabinet peralihan ini
menjalankan kekuasaan pemerintah yang pada saat itu masa tugasnya
dalam praktik. Mereka mempertanggung telah berakhir, tetapi masih harus
jawabkan pelaksa-naan tugasnya kepada meneruskan tugasnya sampai
Presiden. terbentuknya kabinet yang baru.
Misalnya, Kabinet RI pada waktu
Macam-Macam Kabinet Presiden memberikan laporan
Kabinet adalah susunan menteri- pertanggung jawa-bannya di hadapan
menteri negara. Sidang Umum MPR sampai dengan
Presiden yang baru terpilih
Adapun macam-macam kabinet mengangkat para menteri yang baru.
yang umum dikenal adalah :
(1) Kabinet Presidensial, yakni kabinet 5. Departemen Pemerintahan /
yang para menterinya bertanggung Kementerian
jawab kepada Presiden. Mereka a. Pengertian
adalah pembantu presiden. Dalam Departemen / Kementerian adalah
hal ini tanggung jawab atas bagian dari pemerintahan negara yang
kebijaksanaan pemerintahan lang- dipimpin oleh seorang menteri yang
sung dipegang oleh Presiden sendiri. bertanggung jawab langsung kepada
Dalam kabinet jenis ini Presiden Presiden. Tugas pokok departemen/
berfungsi sebagai kepala Kementerian adalah menyelenggarakan

106
sebagian dari tugas umum pemerintahan hubungan dengan departemen /
dan pemba-ngunan (Pasal 17 UUD instansi lain demi kesatuan gerak
1945)4. yang serasi sesuai dengan tugas
pokoknya.
Fungsi Departemen : (2) Sekretaris Jenderal, Inspektur
(1) Merumuskan kebijaksanaan pelak- Jenderal, dan Direktur Jenderal
sanaan dan kebijaksanaan teknis, bertanggung jawab langsung kepada
membimbing, membina, dan meme- menteri.
riksa perizinan sesuai dengan ke-
bijaksanaan umum yang ditetapkan Kedudukan dan Tugas Menteri
oleh Presiden dan berdasarkan (1) Menteri adalah Pembantu Presiden
peraturan perundang-undangan yang dalam bidang yang menjadi tugas
berlaku; dan kewajiban-nya di samping
(2) Menyelenggarakan pengelolaan atas kedudukannya sebagai pimpinan
milik negara yang menjadi tanggung departemen/Kementerian.
jawabnya; (2) Menteri mempunyai tugas:
(3) Melaksanakan tugas pokoknya ber- (a) Memimpin departemen sesuai
dasarkan peraturan per-undang- dengan tugas pokok yang telah
undangan yang berkaku; dan digariskan oleh Pemerintah dan
(4) Mengawasi pelaksanaan tugas pokok membina aparatur departemen-
sesuai dengan kebijak-sanaan umum nya agar lebih efektif dan
yang ditetapkan oleh Presiden dan efisien.
berdasarkan peraturan perundang- (b) Menentukan kebijaksanaan
undangan yang berlaku. pelaksanaan bidang pemerin-
tahan yang secara fungsional
b. Susunan Organisasi Departemen/ menjadi tanggung jawabnya
Kementerian sesuai dengan kebijaksanaan
Organisasi departemen / Kemen- umum yang ditetapkan oleh
terian terdiri atas: Presiden; dan
(1) Unsur pimpinan : Menteri; (c) Membina dan melaksanakan
(2) Unsur pembantu pimpinan : kerjasama dengan departe-
Sekretariat Jenderal; dan men/Kementerian, instansi, atau
(3) Unsur pelaksana : Direktorat organisasi lain untuk meme-
Jenderal; dan cahkan persoalan yang timbul,
(4) Unsur pengawasan : Inspektorat terutama yang menyangkut
Jenderal bidang tanggung jawabnya.

Tata Kerja Departemen/Kemen-terian 1) Sekretariat Jenderal


(1) Semua unsur departemen/ Kemen- Sekretaiat Jenderal Depar-temen /
terian dalam melaksanakan tugasnya Kementerian adalah pembantu pimpinan
masing-masing wajib menerapkan dalam departemen / Kementerian yang
prinsip koordinasi, integrasi, dan berada langsung di bawah menteri.
sinkro-nisasi, baik dalam lingkungan
departemen sendiri maupun dalam Sekretaris Jenderal dipimpin oleh
Sekretaris Jenderal. Tugas pokok Sekre-
4
Pasal 17 UUD 1945. UUD 1945, Amandemen, taris Jenderal adalah menyelenggarakan
terbaru, terlengkap, dengan Kabinet Kerja pembinaan administrasi, organisasi, dan
Periode 2014-2019 (Reshuffle), untuk SD, SMP, ketatalaksanaan terhadap seluruh unsur di
SMA & Umum, hal. 21.

107
lingkungan departemen/ Kementerian; (8) Mengkoordinasikan penyusu-nan
memberikan pela-yanan teknis dan peraturan perundang-undangan da-
administratif kepada Menteri, Inspektorat lam arti mengkoordinasikan peru-
Jenderal, dan unit organisasi lain di musan peraturan perundang-undang-
lingkungan departemen/ Kementerian an yang menyangkut tugas pokok
dalam rangka pelaksanaan tugas pokok departemen/Kementerian; dan
departemen/Kementerian. (9) Menjaga keamanan dan ketertiban
dalam arti membina dan memelihara
Fungsi Sekretariat Jenderal : keamanan dan ketertiban di
(1) Mengkoordinasikan dalam arti lingkungan departemen/Kementeri-
mengatur dan membina kerja sama, an.
mengintegrasikan, dan mensinkroni-
sasikan seluruh administrasi departe- Unsur-unsur Sekretaris Jenderal:
men / Kementerian bagi seluruh unit (1) Sekretaris Jenderal terdiri atas
organisasi di lingkungan departemen/ maksimal 7 Biro;
Kementerian; (2) Setiap biro terdiri atas maksimal 5
(2) Merencanakan dalam arti menyiap- bagian; dan
kan rencana, mengolah, menelaah, (3) Setiap bagian terdiri atas maksimal 4
dan mengkoordinasikan perumusan sub bagian.
kebijaksanaan sesuai dengan tugas
pokok departemen/ Kementerian; Tata Kerja Sekretariat Jenderal
(3) Membina administrasi dalam arti (1) Semua unsur-unsur Sekretariat
membina urusan tata usaha, Jenderal dalam melaksanakan tugas
mengelola dan membina kepeg- masing-masing wajib menerapkan
awaian, mengelola keuangan dan prinsip koordinasi, integrasi, dan
peralatan/perlengkapan seluruh sinkronisasi, baik dalam lingkungan
departemen/Kementerian; departemen/ Kementerian sendiri
(4) Membina organisasi dan tata laksana maupun dalam hubungan antar
dalam arti membina dan memelihara departemen/Kementerian dan antar
seluruh kelembagaan dan ketata- instansi untuk demi kesatuan gerak
laksanaan departemen/ Kementerian yang serasi sesuai dengan tugas
serta pengembangannya; pokoknya.
(5) Mengadakan penelitian dan pengem- (2) Sekretaris Jenderal melaksa-nakan
bangan dalam arti membina unit tugasnya berdasarkan kebijaksanaan
penelitian dan pengembangan yang ditetapkan oleh Menteri.
sepanjang belum diselenggarakan (3) Sekretaris Jenderal berkewa-jiban
oleh unit organisasi lain di lingku- memberikan petunjuk, mengawasi,
ngan departemen/ Kementerian; dan membimbing Kepala Biro dalam
(6) Mendidik dan melatih dalam arti melaksana-kan tugasnya.
membina unit pelaksana pendidikan (4) Sekretaris Jenderal berkewa-jiban
dan pelatihan sepanjang belum menyampaikan laporan berkala dan
diselengga-rakan oleh unit organisasi sewaktu-waktu kepada menteri
lain dilingkungan departemen / tentang keadaan dan perkembangan
Kementerian; departemen/Kementerian.
(7) Mengadakan hubungan masya-rakat (5) Dalam melaksanakan tugas tersebut,
dalam arti melakukan hubungan Sekretaris Jenderal berhak
dengan lembaga resmi dan mendapatkan bahan dan/atau
masyarakat; keterangan dari Inspektur Jenderal,

108
Direktur Jenderal, dan pemimpin unit (3) Setiap Direktorat terdiri atas
organisasi lain dalam depar-temen maksimal 5 Subdirektorat.
Kementerian. (4) Setiap Subdirektorat terdiri atas
(6) Kepala Biro bertanggung jawab maksimal 4 Seksi.
kepada Sekretaris Jenderal, Kepala (5) Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri
Bagian bertanggung jawab kepada atas maksimal 5 bagian.
Kepala Biro, dan Kepala Sub bagian (6) Setiap bagian terdiri atas maksimal 3
bertanggung jawab kepada Kepala Subbagian.
Bagian.
Tata cara kerja Direktorat Jenderal
2) Direktorat Jenderal (1) Semua unsur Direktorat Jenderal
Direktorat Jenderal Departemen/ dalam melaksanakan tugasnya ma-
Kementerian adalah unsur pelaksana dari sing-masing wajib menerapkan
sebagian tugas pokok dan fungsi prinsip koordinasi, integrasi, dan
departemen / Kementerian yang berada sinkronisasi, baik di lingkungan
langsung di bawah menteri. departemen/ Kementerian sendiri
maupun dalam hubungan antar
Direktorat Jenderal dipimpin oleh departemen / Kementerian / instansi
Direktur Jenderal. Tugas pokok Direkto- demi kesatuan gerak yang serasi
rat Jenderal adalah melaksanakan seba- dengan tugas pokoknya.
gian tugas pokok departemen / Kemente- (2) Direktorat Jenderal melaksanakan
rian dalam bidangnya berdasarkan tugasnya berdasarkan kebijaksanaan
kebijaksa-naan yang ditetapkan oleh yang ditetapkan oleh menteri.
menteri. (3) Direktorat Jenderal berkewajiban
memberikan petunjuk, mengawasi,
Fungsi Direktorat Jenderal dan membimbing Direktur serta
(1) Merumuskan kebijaksanaan teknis, pimpinan organisasi lain yang ada di
membimbing, membina dan mem- bawahnya dalam melaksanakan
berikan perizinan sesuai dengan tugasnya.
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh (4) Direktur Jenderal berkewajiban
menteri dan berdasarkan peraturan menyampaikan bahan dan/atau
perundang-undangan yang berlaku; tembusan laporan kepada Sekretaris
(2) Melaksanakan tugas pokoknya Jenderal untuk kepentingan pen-
berdasarkan peraturan perun-dang- catatan, pene-litian, pembinaan,
undangan yang berlaku; perumusan kebijaksanaan, dan
(3) Menjaga pengamanan teknis atas penyusu-nan laporan yang berkala
pelaksanaan tugas pokoknya sesuai atau insidental kepada menteri.
dengan kebijaksanaan yang (5) Direktur Jenderal berkewajiban
ditetapkan oleh menteri serta mengadakan kerjasama dan konsul-
berdasarkan peraturan perundang- tasi dengan Sekretaris Jenderal,
unda-ngan yang berlaku. Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal
lain, serta pimpinan unit organisasi
Unsur-unsur Direktorat Jenderal lain di lingkungan departemen /
(1) Jumlah Direktorat Jenderal ditentu- Kementerian.
kan menurut kebutuhan. (6) Direktur Jenderal berkewajiban me-
(2) Direktorat Jenderal terdiri atas nyampaikan bahan dan/atau tem-
maksimal 5 Direktorat. busan laporan kepada Inspektur
Jenderal atas permintaannya, dalam

109
rangka pelaksanaan tugas pokok keuangan, hasil bidang administrasi
Inskeptorat Jenderal. umum, adminis-trasi keuangan,
(7) Bilamana ada usul perubahan hasil-hasil fisik dan pelaksanaan
mengenai kebijaksanaan yang telah projek-projek pembangunan dan
ditetapkan oleh menteri untuk lain-lain;
Direktorat Jenderal, maka hal itu (2) Mengadakan pengujian serta penilai-
harus diajukan secara tertulis kepada an atas hasil laporan berkala atau
menteri untuk Direktorat Jenderal, insidental dari setiap unsur / instansi
maka hal itu harus diajukan secara di lingkungan departemen /
tertulis kepada menteri untuk Kementerian atas petunjuk menteri;
mendapatkan keputusan yang lebih dan
lanjut. (3) Mengadakan pengusutan atas
(8) Direktur bertanggung jawab kepada kebenaran laporan atau pengaduan
Direktur Jenderal, Kepala tentang hambatan, penyimpangan,
Subdirektorat bertanggung jawab atau penyalah-gunaan di bidang
kepada Kepala Subdirektorat; administrasi atau keuangan yang
Sekretaris Direktorat Jenderal dilakukan oleh unsur / instansi di
bertanggung jawab kepada lingkungan departemen/Kementeri-
Direktorat Jenderal, Kepala Bagian an.
bertanggung jawab kepada Sekretaris
Direktorat Jenderal, dan Kepala Unsur-unsur Inspektorat Jenderal
Subbagian bertanggung jawab (1) Inspektur Jenderal membawahi
kepada Kepala Bagian. beberapa orang Inspektur menurut
kebutuhan.
3) Inspektorat Jenderal (2) Setiap inspektur membawahi
Inspektorat Jenderal maksimal 5 orang Inspektur Pem-
(Departemen/Kementerian) adalah unsur bantu.
pelaksana pengawasan dalam departe- (3) Inspektur pembantu dapat mem-
men/ Kementerian di dalam yang berada bawahi beberapa orang Pemeriksa
langsung di bawah menteri. menurut kebutuhan.
(4) Sekretariat Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal dipimpin oleh terdiri atas maksimal 4 bagian.
Inspektur Jenderal. Tugas pokok (5) Setiap bagian terdiri atas maksimal 4
Inspektorat Jenderal adalah melakukan subbagian.
pengawasan di lingkungan departemen/
Kemen-terian terhadap pelaksanaan tugas Tata cara kerja Inspektorat Jenderal
semua unsur departemen/ Kementerian (1) Semua unsur Inspektorat Jenderal
agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dalam melaksanakan tugasnya
dan peraturan yang berlaku baik tugas masing-masing wajib mematuhi
yang bersifat rutin maupun tugas hierarki yang terdapat dalam
pembangunan. departemen/ Kementerian serta wajib
memperhatikan ketentuan peraturan
Fungsi Inspektorat Jenderal perundang-undangan yang berlaku.
(1) Mengadakan pemeriksaan terhadap (2) Inspektur Jenderal melaksa-nakan
semua unsur/instansi di lingkungan tugasnya berdasarkan kebijaksanaan
departemen/Kementerian yang di- yang ditetapkan oleh menteri.
pandang perlu yang meliputi bidang (3) Inspektur Jenderal berkewa-jiban
administrasi umum, adminis-trasi memberikan petunjuk, mengawasi,

110
dan membimbing Inspektur dalam dalam ketentuan peraturan perun-
melaksanakan tugasnya. dang-undangan tersendiri.
(4) Inspektur Jenderal berkewa-jiban (4) Apabila dipandang perlu, menteri
menyampaikan laporan, pertim- dapat dibantu oleh staf ahli yang
bangan, atau saran kepada menteri. terdiri atas maksimal 6 orang.
(5) Inspektur Jenderal, Inspektur Pem- (5) Staf ahli adalah pegawai negeri yang
bantu dan Pemeriksa dalam melak- bertugas mengolah dan mengkaji
sanakan tugasnya dapat mendatangi masalah-masalah yang membutuhkan
tempat kerja baik dengan / tanpa keahlian atas petunjuk menteri.
membe-ritahukan terlebih dahulu (6) Staf ahli diangkat dan diberhentikan
kepada yang bersangkutan, dan oleh menteri.
meminta bahan dan/atau keterangan (7) Staf ahli secara administratif berada
yang diperlukan. dalam lingkungan Sekretariat
(6) Setiap pejabat atau instansi wajib Jenderal.
memberikan bahan/atau keterangan
yang diminta oleh para pejabat yang 6. Instansi Vertikal
dimaksud (Inspektur Jenderal, (1) Sebagai penyelenggara tugas dan
Inspektur Pembantu, dan Pemeriksa), fungsi departemen / Kementerian di
kecuali jika ada alasan yang sah provinsi dibentuk kantor wilayah
untuk tidak memberi-kannya departemen / Kementerian atau
berdasarkan peratu-ran perundang- kantor wilayah Direktorat Jenderal.
undangan yang berlaku. (2) Kantor wilayah departemen /
(7) Inspektur bertanggung jawab kepada Kementerian adalah instansi
Inspektur Jenderal, Inspektur vertikal dari suatu departemen /
Pembantu bertang-gung jawab Kementerian yang direktorat
kepada Inspektur, Pemeriksa jenderalnya secara keseluruhan
bertanggung jawab kepada Sekretaris melakukan yang direktorat tugas
Inspektorat Jenderal, dan Kepala dan fungsi dengan ruang lingkup
Sub-bagian bertanggung jawab sifat yang sejenis.
kepada Kepala Bagian. (3) Kantor wilayah Direktorat Jenderal
adalah instansi vertikal dari suatu
Unit Organisasi lain dan Staf Ahli departemen / Kementerian yang
(1) Presiden dapat membentuk suatu masing-masing direktur jenderalnya
badan atau pusat di lingkungan melakukan tugas dan fungsi
departemen sebagai pelaksana tugas berbeda-beda antara satu dengan
tertentu yang karena sifatnya tidak yang lain.
tercakup, baik oleh unsur pembantu (4) Kantor wilayah direktorat jenderal
pimpinan, unsur pelaksana, maupun tersebut, dalam mencapai kesatuan
oleh unsur pengawasan. geraknya yang serasi dikoordina-
(2) Kedudukan, tugas, fungsi, dan sikan dalam suatu perwakilan
susunan organisasi badan atau pusat departemen/ Kemen-terian.
tersebut diatur dalam keputusan (5) Departemen / Kementerian yang
pembentukannya. dalam pelaksanaan tugas dan
(3) Perusahaan Jawatan (Perjan) meru- fungsinya mempunyai ruang
pakan unit organisasi di lingkungan lingkup yang sejenis hanya
departemen / Kementerian yang mempunyai satu kantor wilayah
kedudukan, tugas, fungsi dan departemen / Kementerian di
susunan organisasinya ditetapkan provinsi.

111
(6) Kantor wilayah departemen / (13) Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Kementerian tersebut menyeleng- Jenderal bertanggung jawab kepada
garakan kegiatan pelaksanaan yang direktur jenderal yang bersang-
menjadi tanggung jawab departe- kutan.
men / Kementerian di provinsi. (14) Tugas, susunan organisasi, dan tata
(7) Wilayah kerja kantor wilayah cara kerja kantor wilayah direktorat
departemen / Kementerian butir (5) jenderal ditetapkan oleh menteri
dan (6) disesuaikan dengan setelah terlebih dahulu mendapat
pembagian wilayah pemerintahan persetujuan tertulis dari menteri
sipil yang dapat mencakup satu yang bertanggung jawab dalam
atau beberapa provinsi bergantung bidang pener-bitan dan pendaya-
kepada tugas dan beban kerja yang gunaan aparatur negara.
menjadi tanggung jawabnya. (15) Guna tercapainya kesatuan gerak
(8) Kantor Wilayah departemen / yang serasi sesuai dengan tugas
Kementerian bertanggung jawab pokok dan fungsi departemen /
kepada menteri. Kementerian di wilayah yang
(9) Tugas, susunan, dan tata cara kerja bersangkutan, maka semua kantor
kantor wilayah departemen / wilayah direktorat jenderal di-
Kementerian ditetapkan oleh koordinasikan dalam suatu perwa-
menteri setelah terlebih dahulu kilan.
mendapat persetujuan tertulis dari (16) Perwakilan departemen / Kemen-
menteri yang bertanggung jawab terian di wilayah bertugas melaku-
dalam bidang pener-bitan dan kan koordinasi atas semua unsur
pendayagunaan aparatur negara. pelaksana departemen / Kemente-
(10) Departemen / Kementerian yang rian yang ada di provinsi yang
direktorat jenderalnya menyeleng- bersangkutan.
garakan tugas dan fungsi dengan (17) Perwakilan departemen / Kemen-
ruang lingkup yang berbeda-beda terian berfungsi sebagai wakil
antara satu dengan yang lain departemen di wilayahnya dan
mempunyai kantor wilayah menjadi saluran hubungan departe-
Direktorat Jenderal di provinsi men/Kementerian dengan guber-
sesuai dengan tugas dan fungsi nur/kepala wilayah setempat.
Direktorat Jenderal dalam (18) Kepala perwakilan departemen/ Ke-
departemen / Kementerian. menterian ditunjuk oleh menteri
(11) Kantor wilayah direktorat jenderal dari diantara kepala wilayah
yang ditugasi / bertugas di wilayah direktorat jenderal.
direktorat jenderal, menjadi (19) Kepala Wilayah departemen /
tanggungjawab departemen / Kementerian bertanggung jawab
Kementerian di provinsi. kepada menteri.
(12) Wilayah kerja kantor wilayah
direktorat jenderal tersebut butir Pengangkatan dan pemberhentian
(10) dan (11) disesuaikan dengan pimpinan unsur-unsur departemen/
pembagian wilayah pemerintahan Kementerian
sipil yang dapat mencakup satu (1) Sekretaris Jenderal, Inspektur
atau beberapa provinsi bergantung Jenderal, Direktur Jenderal, dan
kepada tugas dan beban kerja yang pimpinan unit organisasi lain yang
menjadi tanggung jawabnya. setingkat dengan Direktur Jenderal

112
diangkat dan diberhentikan oleh 4. Pada Pemerintahan Pusat itu pula
Presiden. terdapat Pusat Sentral Politik yang
(2) Pimpinan unit organisasi lain di dilaksanakan sebagai Mandat dari
lingkungan departemen / Kemen- Rakyat.
terian diangkat dan diberhentikan 5. Di Pemerintahan Pusat itu pula
oleh menteri. terdapat Lembaga-lembaga Negara
yang setingkat Menteri yang tidak
Bahwa Pemerintahan Pusat dan terdapat / tidak ada di Daerah-daerah.
Daerah di Indonesia terdiri dari Lembaga 6. Pada Pemerintahan Pusat itu
Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif dan beradanya Instansi Vertikal.
lembaga-lembaga pelengkap lainnya. 7. Bahwa setiap aparat Pemerintahan
Mulai dari Tingkat Pemerintahan Pusat dan semua Rakyat Indonesia / Warga
sampai dengan Tingkat yang paling Negara Indonesia, baik yang berada
rendah di daerah (Grassroot) yaitu di dalam maupun di luar negeri,
Tingkat Kecamatan, Kelurahan/Desa. harus mengetahui, memahami,
Sedangkan Pemerintahan Kelurahan/Desa mengerti dan mematuhi semua
adalah sebagai ujung tombak dari ketentuan dan peraturan yang
Pemerintahan Pusat yang ada di daerah. ditentukan oleh Pemerintah Pusat /
semua Peraturan per Undang-
KESIMPULAN DAN SARAN undangan yang berlaku, agar menjadi
A. Kesimpulan warga negara yang baik dan taat pada
Setelah memperhatikan dan hukum yang berlaku.
menelaah isi dalam pembahasan di atas, 8. Semua Perangkat Pemerintahan baik
maka dapat penghimpun / penyusun / yang berada di pusat maupun di
penulis menarik kesimpulan sebagai Daerah dan seluruh warga negara
berikut : Indonesia agar dapat mengamalkan
1. Bahwa Pemerintahan Pusat adalah dan melaksanakan Pancasila dan
Pemerintahan yang berada di Tingkat UUD 1945, serta semua ketentuan-
Pusat, yang melaksanakan suatu ketentuan yang ada dan berlaku baik
system Pemerintahan, yang di Pusat maupun di Daerah mulai
berdasarkan, Pancasila dan UUD dari TNI, Polri, PNS/ASN dan
1945 serta Peraturan Per Undang- Semua masyarakat Indonesia dari
undangan yang berlaku yaitu, berbagai profesi dan Golongan agar
Undang-undang Dasar 1945 dan terciptanya Ketertiban, Ketentraman,
Peraturan Per Undang-undangan Keamanan dan Kenyamanan untuk
lainnya yang bersifat Sentral dan mencapai masyarakat sejahtera yang
mengatur semua Sistem adil dan makmur.
Pemerintahan yang berada di Daerah 9. Agar semua warga Negara Indonesia
seluruh Wilayah Indonesia. mengetahui akan Hak dan
2. Pemerintahan Pusat adalah sebagai Kewajibannya sebagai warga negara.
Pemerintahan yang terdapat di
dalamnya semua Lembaga Tertinggi, B. Saran-saran
dan Lembaga Tinggi Negara. 1. Semua Warga Negara Indonesia, dan
3. Di Pemerintahan Pusat itu pula semua Aparatur Pemerintahan baik
terdapat Kedudukan atau Beradanya yang berada di Pusat maupun di
Kedudukan Presiden sebagai Kepala Daerah wajib untuk memahami dan
Negara dan sebagai Kepala mengerti serta melaksanakan semua
Pemerintahan. system Pemerintahan NKRI.

113
2. Dengan berpedoman kepada semua perangkat yang ada, sampai
Pancasila dan UUD 1945, dan semua Tingkat yang paling rendah wajib
Peraturan yang berlaku, maka warga menjaga dan menjunjung tinggi
negara Indonesia berkewajiban untuk Kedaulatan Negara dan Kehormatan
menjunjung tinggi dan menghormati Tanah Air Indonesia.
Peme-rintahan baik yang di Pusat 4. Aparat Negara baik TNI, Polri,
maupun di Daerah serta tahu akan PNS/ASN dan masyarakat warga
Hak dan Kewajibannya sebagai negara pada umumnya harus / wajib
warga negara dan taat pada Hukum, menjaga dan menjunjung tinggi serta
demi terciptanya Tanah Air memelihara Persatuan dan Kesatuan.
Indonesia yang sejahtera adil dan 5. Pemerintahan Pusat dan
makmur. Pemerintahan Daerah atau
3. Semua Tata Pemerintahan di Daerah sebaliknya wajib menjaga hubungan
: baik di wilayah administratif, timbal balik yang harmonis demi
provinsi / Ibukota Negara, terciptanya keamanan dan ketertiban
Kabupaten/Kotamadya, Kota agar roda Pemerintahan dapat
Administratif, Semua Daerah berjalan sebagaimana mestinya.
Otonom, termasuk Polisi Pamong
Praja yang berada di Daerah dan

DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, Romli, Prof, Dr. SH, LLM. Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia &
Penegakan Hukum, Editor : Meliala, Sembiring. Aman, SH, MH, Takariawan, Agus,
SH, MH, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung, 2001.

Ashshola, Burhan, SH, Metode Penelitian Hukum Penerbit Rineka Cipta, April 1998.

Ali, Zaenuddin, H, Prof, DR, MA. Sosiologi Hukum, Penerbit : Sinar Grafika Jakarta, Juni
2007.

Almasdi, Suit Jusuf, Aspek Sikap Mental dalam Manajemen SDM. Ghalia Indonesia. 1996.

Bahari Adit, SH, Humam Khotibul, SH, KPK dari A sampai Z, Tugas, Wewenang dan
Kewajiban KPK, Tata Cara Pelaporan Gratifikasi, bagaimana KPK melakukan
Penyelidikan, Penyidikan dan Penuntutan, benarkah wilayah kerja KPK terlalu luas,
benarkah KPK telah menjadi lembaga yang terlalu berkuasa. Penerbit Pustaka
Yustisia, Yogyakarta. 2009.

Harahap Zairin, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Manajemen, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta. 1997.

K. Soekarno, Drs. Himpunan Soal Jawab Kepegawaian Negeri Sipil (Hak & Kewajiban),
Penerbit Miswar Jakarta. 1982.

Koesoemahatmadja, Hoesen, Djenal, DR, SH, Pokok-pokok Hukum Tata Usaha Negara.
Penerbit Alumni / 1979 / Bandung.

114
Komaruddin. Prof. Drs. Manajemen Pengawasanu Kualitas Terpadu, Suatu Pengantar,
Rajawali Pers, Jakarta. Juli 1992.

Keenan, KT, Pedoman Manajemen Penyeleksian, Penerbit PT. Pustaka Utama Grafiti.
1996.
Kansil, C.S.T. Drs, SH, Kitab Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, dengan
tambahan : Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, Undang-undang Mahmakah
Agung, Undang-undang Peradilan Umum, Peraturan Disiplin PNS, Pembatasan
Kegiatanu Pegawai Negeri dalam Usaha Swasta, Peraturan pelaksanaan UU No. 5
Th. 1986. PT. Pradnya Paramita. 1998.
Pieris, Jhon, DR. SH, MS. – Putri Baramuli Aryanthi, SH, MH, Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia, Studi, Analisis, Kritik dan Solusi Kajian Hukum dan
Politik, Pelangi Cendekia. 2006.
Sigalingging, K. Penatar BP-7 / Penatar Guru P-3D Acuan Tanya Jawab Materi P-4. Untuk
Mahasiswa / Umum, Penataran P-4 Pola 45 Jam Terpadu. KT. Kembar Tiga
Jakarta.
Subekti, R. Prof. SH, dan Tjitrosoedibio, R. Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta.
1978.
Terhaar, B. Mr, Bzn. Terjemahan, Poesponoto Soebakti, Ng.K. Asas-asas dan Susunan
Hukum Adat, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1987.
UUD 1945, Amandemen, dengan Kabinet Kerja Periode 2014-2019 (Reshuffle) terbaru,
terlengkap, untuk SD, SMP, SMA & Umum. Tim Huta Publisher. Huta Publisher ©
2017. Cetakan Pertama, 2017.
UUD 1945 & Perubahannya, dilengkapi Peraturan Perundang-Undangan Nasional,
Unsur-unsur dalam NKRI, Struktur Ketatatanegaraan Indonesia, Tugas dan
Wewenang Lembaga-lembaga Negara, Profil Singkat Ketua Lembaga-lembaga
Negara, Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II, Alamat Kantor Lembaga-lembaga
Negara, Struktur Pemerintahan Daerah, Redaksi C-Media, Cetakan Pertama, 2012.
UUD 1945 & Perubahannya, Susunan Menteri Kabinet Orde Lama sampai Kabinet
Indonesia bersatu (Reshuffled 2007). Redaksi Teras Aksara, Jakarta 2007.
Undang-undang 1945 dan Perubahannya + Struktur Ketatanegaraan, UUD 1945 dan
Perubahannya, Proses Perubahan (Amandemen) UUD 1945, Pancasila & UUD butir
P4, Tugas dan Wewenang Lembaga-lembaga Negara, Struktur Pemerintahan Daerah,
Susunan Kabinet Indonesia Bersatu. Indonesia Tera, Yogyakarta, 2008.
UU RI No. 9 Tahun 2009, Badan Hukum Pendidikan dan Sistem Pendidikan Nasional. UU
RI No. 20 Tahun 2003. Penerbit Asa Mandiri, 12 Februari 2009.
UU RI No. 32 h. 2002 tentang Penyiaran, Penerbit Citra Umbara, Bandung. Februari 2003.
UU Otonomi Daerah 2006, Penerbit, Presindo, Jakarta.

115
UU Kepegawaian 1999, UU No. 43 Th 1999 Tentang Perubahan UU No. 8 Th. 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, dilengkapi dengan UU No. 8 Th. 1974, 6 Aturan
Pemerintahan, 2 Keputusan Presiden. Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, Februari 2000.
UU tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 2000 & UU HAM 1999, UU RI No. 26 Th.
2000, UU RI No. 39 Th. 1999, UU RI No. 5 Th. 1998, UU RI No. 9 Th. 1998 Kep.
Pres No. 181 Th. 1998, Perpu No. 1 Th. 1999. Penerbit, Citra Umbara, Bandung,
Februari 2001.
UU Anti KKN 1999 & Juklak : UU No. 28 Th. 1999 Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari : Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. PP No. 65 Th. 1999, Tata
Cara Pemeriksaan Kekayaanu Penyelenggara Negara, PP No. 66 Th. 1999,
Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan serta Pemberhentian Anggota Komisi
Pemeriksa, PP No. 67 Th. 1999 Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Komisi Pemeriksa, PP No. 68 Th. 1999 Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara.Kep Pres No.18
Th. 1999 Pembentukan Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara.
Penerbit Sinar Grafika, Jakarta. November 2000.
UU RI No. 35 Th. 1999 tentang Perubahan atas UU No. 14 Th. 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Dihimpun oleh : Tunggal, Setia, Hadi, SH,
Harfarindo. 2000.
UU Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, UU No. 9 TH. 1998,
dilengkapi dengan sambutan Pemerintahan, dalam Rapat Paripurna Terbuka DPR,
PERPU No. 3 Th. 1998.
UU Perkawinan di Indonesia dengan Peraturan Pelaksanaannya, UU No.1 Th. 1974, PP
No. 9 Th. 1975, PP No. 10 Th. 1983. Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 1987.
Undang-undang Pokok Perkawinan, beserta Peraturan Perkawinan, khusus untuk :
Anggota ABRI, Anggota Polri, Pegawai Kejaksaan, PNS, Penerbit Fokus Media,
Bandung. Januari 2009.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 2008.
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN, Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberitaan Penghargaan dalam mencegah
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Tata Pemeriksaan Kekayaan
Penyelenggaraan Negara, Percepatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Hak
Keuangan, Kedudukan Protokoler dan Perlindungan Keamanan Pimpinan KPK,
dilengkapi dengan : Penjelasan dan Peraturan Pelaksanaannya, FM. Pokus Media,
Bandung. Juli 2008.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan PNS, Edisi Lengkap. Penerbit Fokus Media,
Bandung. Januari 2009.
Peraturan Pemerintah RI Th. 2008 tentang PNS dilengkapi : UU RI No.43 Th. 1999. PP
RI No. 96, 97, 98, 99, 100 & 101 Th. 2000. Kep Pres RI No. 159 Th. 2000. Peraturan
Mendagri No. 6, 7 & 8 Th. 2003. PP RI No. 37 & 42 Th. 2004. PP RI No. 47 Th.
2005. Per Pres RI No. 1, 3 & 12 Th. 2006, PP RI No. 18 Th. 2006. PP RI No. 25 Th.

116
2006. Peraturan Mendagri No. 10 Th. 2006. PP RI No. 30 Th. 1980. PP RI No. : 10,
11, 12, 13, 14, 15 & 35 Th. 2008 beserta Penjelasannya. Penerbit Citra Umbara,
Bandung, Juli 2008.
Tindakan / Kebijakan yang dianggap Korupsi, dilengkapi : UU tentang Pidana Suap, UU
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dihimpun oleh : Pusat Info Data
Indonesia (PIDI), Jakarta. 2007.
Keterangan Pemerintah tentang Kebijakan Pembangunan Daerah di depan Sidang
Paripurna Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Jakarta, 23 Agustus
2006, Sekretariat Negara RI.
Pidato Ketua DPD RI, Pada Sidang Paripurna Khusus DPD RI dengan Acara Pidato
Presiden RI tentang Pembangunan Daerah dalam RAPBN Tahun Anggaran 2007, 23
Agustus 2006, DPR-RI.
Untuk apa DPD RI, Dewan Perwakilan Daerah RI, Kelompok DPD di MPR RI 2006.
Mekanisme, Persyaratan, dan Tata Cara PILKADA Langsung, menurut UU No. 32/2004
tentang Pemerintahan Daerah, Penerbit Media Pressindo. 2005.
Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, di lingkungan
Pekerjaan. Departemen Pertahanan RI, Direktorat Jenderal, Sumber Daya Manusia,
20 Maret 2000.

117
118

Anda mungkin juga menyukai