Anda di halaman 1dari 16

JNE 1 (1) (2015)

Journal of Nonformal Education


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jne

ANALISIS IMPLEMENTASI 7 PILAR KONSERVASI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Bagus Kisworo , Mu’arifuddin

Dosen Jurusan PLS FIP UNNES

Info Artikel Abstrak


________________
Sejarah Artikel: Konservasi masih cenderung dimaknai oleh banyak warga Unnes
Diterima Mei 2015 dengan perwujudan kampus yang hijau cenderung bersifat absurd
Disetujui Juli 2015 pada sistem yang dibangun. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Dipublikasikan Agustus 2015 kualitatif, berusaha mendapatkan informasi selengkap mungkin
________________ implementasi 7 pilar konservasi UNNES di FIP. Subjek penelitian
Kata Kunci: adalah civitas akademika di FIP. Teknik pengumpulan data
Implementasi; 7 Pilar Konservasi memakai wawancara, dokumentasi dan observasi. Keabsahan data
Unnes. menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menyimpulkan
____________________ pemahaman civitas akademika FIP terhadap wacara konservasi
belum menujukkan sepenuhnya paham secara menyeluruh dari segi
konteks makna koseervasi. Menunjukkan bahwa dari pejabat
memiliki pemahaman lebih baik dibanding beberapa civitas
akademika lain yang ada di FIP, baik itu mahasiswa, dosen, tenaga
kependidikan maupun tenaga teknis lainnya. Implementasi 7 pilar
konservasi yang ada di lingkungan FIP masih menonjolkan beberapa
pilar dominan saja yaitu arsitektur hijau dan transportasi internal.
Pilar nirkertas; konservasi etika, seni dan budaya; kaderisasi
konservasi; keanekaragaman hayati; pengelolaan limbah; dan energi
bersih menjadi runtutan rensta sekaligus dimasukkan dalam
perioritas yang membutuhkan pengembangan besar ke depan.
Sedangkan pada faktor penghambat dan pendukung 7 pilar
konservasi menempatkan psikologi mental perhatian utama.
Komitmen dan partisipasi bersama menjadi tanggung jawab untuk
mendukung, menjaga, memantau dan berkoordinasi dalam
mewujudkan universitas konservasi yang unggul, sehat dan sejahtera.
__________________________________________________________

© 2015 PNF FIP UNNES


Alamat korespondensi:
Gedung A2 Lantai 2 Jurusan PLS FIP Unnes
ISSN 2442-532X
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail:baguskisworo@gmail.com
Bagus Kisworo & Mu’arifuddin / Journal of Nonformal Eduacation, Vol. 1 No 1, Tahun 2015

PENDAHULUAN Peraturan rektor Universitas Negeri


Konservasi atau conservation sebagai suatu Semarang Nomor 27 tahun 2012 tentang tata
usaha pengelolaan yang dilakukan oleh manusia kelola kampus berbasis konservasi pasal 3 ayat 1
dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan 2 yang pada intinya bahwa tata kelola
sehingga dapat menghasilkan keuntungan kampus konservasi diwujudkan melalui 7 pilar
secara berkelanjutan untuk generasi manusia diantaranya: Konservasi keanekaragaman
saat ini, dan generasi yang akan datang. Tujuan hayati; Arsitektur hijau dan sistem transportasi
utama konservasi, menurut ”Strategi Konservasi internal; Pengelolaan limbah; Kebijakan
Sedunia” (World Conservation Strategy), ada tiga nirkertas; Energi bersih; Konservasi etika, seni
yaitu; (a) memelihara proses ekologi yang dan budaya; dan Kaderisasi konservasi.
esensial dan sistem pendukung kehidupan, (b) Banyak wacana dan program konservasi
mempertahankan keanekaan genetis, dan (c) yang telah dikembangkan dan dilaksanakan oleh
menjamin pemanfaatan jenis (spesies) dan badan pengembangan konservasi melalui 7 pilar
ekosistem secara berkelanjutan (Irwanto, 2006: yang menjadi konsep dasar perwujudan Unnes
2). Tujuan dari strategi konservasi dunia pada menjadi Universitas Konservasi, tetapi masih
intinya mengacu pada terwujudnya kelestarian dirasakan belum adanya kebersamaan upaya
sumberdaya alam hayati dan keseimbangan dalam mewujudkannya. Wacana konservasi
ekosistemnya, serta dapat lebih mendukung masih cenderung dimaknai oleh banyak warga
upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu Unnes dengan perwujudan kampus yang hijau,
kehidupan manusia. Sehingga makna konservasi berkenaan dengan 7 pilar konservasi masih
adalah tercapainya kemampuan lingkungan yg menjadi suatu konsep perdebatan dan cenderung
serasi & seimbang serta adanya peningkatan bersifat absurd berdasarkan segala keterbatasan,
kemampuan & kualitas keanekaragaman hayati. dan sistem yang dibangun.
Universitas Negeri Semarang telah Berdasarkan latar belakang dalam
mendeklarasikan sebagai Universitas Konservasi pendahuluan ini, peneliti tertarik untuk
pada tanggal 12 Maret 2010, dan terbentuklah melakukan penelitian yang berupa analisis
tim sebagai upaya mewujudkan Unnes sebagai terhadap implementasi 7 pilar konservasi
Universitas Konservasi. Pada tahun 2011, Universitas Negeri Semarang di Fakultas Ilmu
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan. Tujuan penelitian mengetahui
Nasional Republik Indonesia Nomor 8 tahun pemahaman civitas akademika FIP terhadap
2011 tentang Statuta Universitas Negeri wacana konservasi, implementasi 7 pilar
Semarang, visi Unnes sebagai Universitas konservasi di FIP dan faktor penghambat dan
Konservasi kian tegas. Sejak saat itu Unnes pendukung dalam perwujudan universitas
memiliki visi “menjadi universitas konservasi konservasi melalui 7 pilar konservasi.
bertaraf internasional, yang sehat, unggul, dan
sejahtera pada tahun 2020”. Hal ini kian METODE PENELITIAN
meneguhkan posisi penting Badan Pengembang Penelitian ini menggunakan pendekatan
Universitas Konservasi sebagai badan yang kualitatif, yaitu berusaha mendapatkan informasi
berperan penting untuk mewujudkan visi Unnes. yang selengkap mungkin mengenai implementasi
Sejak saat itu, Tim Konservasi pada tahun 2011 7 pilar konservasi Unnes di Fakultas Ilmu
menjadi Badan Pengembangan Universitas Pendidikan. Subjek penelitian adalah civitas
Konservasi berdasarkan SK Rektor Unnes akademika di Fakultas Ilmu Pendidikan yang
Nomor 35/P/2011. Badan Pengembangan mencakup tenaga pendidik/dosen, tenaga
Konservasi UNNES merupakan salah satu kependidikan dan mahasiswa di lingkup
Badan yang ada di UNNES, dan mempunyai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
tugas untuk mengembangkan nilai-nilai Semarang. Teknik pengumpulan data memakai
konservasi di lingkungan UNNES dan wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik
sekitarnya (Bangvasi UNNES, 2014: 25). analisis data memakai Model Interaktif Miles
dan Huberman; reduksi data, penyajian data,

10
Analisis Implementasi 7 Pilar Konservasi Universitas Negeri Semarang di Fakultas Ilmu pendidikan

dan penarikan kesimpulan atau klarifikasi secara partisipasi warga yang ada di kampus ini. Secara
bersamaan. Keabsahan data menggunakan global, barangkali dapat langsung kita pahami di
triangulasi sumber. saat kita beraktivitas berada di dalam kampus.
Penelitian ini beranggapan bahwa wacana
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN akan konservasi itu masih terkemas dalam aura
Penelitian dalam menganalisis pada tataran para pemimpin kampus, belum
implementasi 7 pilar konservasi Universitas memasuki di hati masing-masing civitas
Negeri Semarang di lingkup Fakultas Ilmu akademika yang ada. Hal ini dapat diperoleh
Pendidikan diuraikan dalam tiga hal rumusan disaat pertama kali peneliti mengambil data pada
masalah yang menyangkut 7 pilar itu sendiri. mahasiswa, demikian apa yang disampaikan
Data didapatkan dari beragam sumber Mahasiswa A,
(informan) yang menyangkut civitas akademika “gimana ya Pak ya, kalau dibilang faham
di lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) juga tidak. Kalau toh dibilang tidak faham
yang terdiri dari mahasiswa, tenaga pendidik juga tidak juga. Tapi yang saya fahami
tentang konservasi yang ada di Unnes ini
(dosen), tenaga kependidikan (pegawai/ ya ada banyak pohon, lalu penertiban
karyawan), serta di dalam hasil dan pembahasan parkir dipusatkan di tempat-tempat tertentu
ini dimasukkan juga istilah mengenai biar polusi tidak masuk dalam kampus dan
pimpinan/pejabat di FIP yang sering disebut menghindari kebisingan, yang kemudian
dekan, PD 1, PD 2 dan PD 3, namun digantikan kita bisa naik bis untuk bisa
masuk dalam kampus. Hanya itu aja deh
penyebutannya hanya sekedar menyebut pejabat Pak. Maaf yang saya fahami hanya itu
di FIP. Penyebutan pejabat di FIP tersebut tidak Pak. Apa masih ada lagi Pak ?”
menutup kemungkinan sumber lain selain dekan
(bisa PD 1, PD 2 atau PD 3) dapat pula dari Bahkan ditemui juga hal yang sama pada
berbagai pejabat tersebut dikemas dengan mahasiswa mengenai ketidakfahaman mereka
sebutan pejabat di FIP. Penyebutan nama dari akan konservasi yang ada di Unnes ini. Namun
semua informan dalam penelitian ini selayaknya, barangkali itu tidak mengacu pada
disamarkan. 7 pilar konservasi yang diteliti ketidakfahaman akan tetapi lebih pada
mencakup; (1) keanekaragaman hayati kekurangpahaman mereka akan pemahaman
(biodiversity), (2) arsitektur hijau dan transportasi dan makna yang terkandung dari konservasi
internal (green architecture and internal tersebut. Berikut dikemukakan oleh Mahasiswa
transportation), (3) pengelolaan limbah (waste B,
management), (5) kebijakan nirkertas (paperless “wah.. ini pertanyaan yang susah untuk
policy), (6) energi bersih (clean energy), (7) diijawab Pak, antara faham dan tidak. Tapi
konservasi etika, seni dan budaya, dan (8) yang saya faham itu Unnes konservasi
yang didalamnya masih sejuk dengan
kaderisasi konservasi. adanya banyak pohon, lalu jalan kaki atau
A. Pemahaman Civitas Akademika FIP bersepeda untuk menuju ke gedung
terhadap Wacana Konservasi kampusnya agar kalau pakai motor kan
Pemahaman akan konservasi bagi civitas bising berpolusi serta kalau jalan kaki atau
naik sepeda biar sehat pula.
akademika merupakan hal terpenting kaitannya
Kandungannya ya mengajak agar hidup
dengan keefektifan dan kesuksesan dalam sehat untuk belajar di kampus Unnes ini.”
membangun kampus konservasi. Berbagai hal
yang mencakup 7 pilar konservasi sebagai Beberapa hal tersebut menjadi
bangunan konservasi itu sendiri perlu pemahaman tersendiri akan tanggapan
mendapatkan pemahaman di hati masing- pemahaman mengenai kampus konservasi ini.
masing civitas akademika secara keseluruhan. Hal yang tidak jauh beda pula bahkan hal yang
Bukan hanya dipahami oleh para pemimpin atau sekiranya kurang patut bagi seorang yang telah
pada tataran pejabat saja, karena meski lama bekerja dan tentu pula faham akan kampus
bagaimanapun wacana konservasi sebagai yang ditempatinya. Berikut apa yang menjadi
pembangunan yang tentu tidak akan lepas dari jawaban dari Pegawai B,

11
Bagus Kisworo & Mu’arifuddin / Journal of Nonformal Eduacation, Vol. 1 No 1, Tahun 2015

“Emboh Mas, opo kuwi konservasi, rasah inovasi bukan konservasi, hehehehe. ...ya
dipikir mumet. Kuwi urusani wong-wong biarkan aja mereka begitu, biar ada kerjaan,
pejabat. Awake dewe kene iki yo se penting hehehehe.”
gaji lancar tur tukin opo remunerasine iso
metu lancar. Bener ngunu kan Mas..?” Sejak menjadi Universitas Konservasi,
Unnes telah menyita perhatian masyarakat luas.
Berbeda lagi dengan hasil yang diperoleh Diawali dengan dideklarasikannya pada Maret
saat dipertanyakan kepada pejabat yang ada di 2010, Unnes telah banyak penghargaan yang
FIP, berikut yang disampaikan oleh salah didapatkan. Penghargaan Kalpataru, green
seorang Pejabat di FIP, community hingga berbagai ajang award telah
“Mengkodisik Mas, aku dibantu nyebutke banyak didapatkan dan kesemua itu berkat
konservasi kui se opo wae. Neg secara
menyeluruh aku rodo lali ... kalau adanya kampus konservasi. Wacana konservasi
pemahaman dari beberapa itu di kampus memberikan banyak hikmah, serta berbagai
FIP itu sendiri telah mengusahakan kegiatan dalam mengembangkan Unnes sebagai
kaidah-kaidah akan konservasi. Adanya rumah ilmu. Banyak pengembangan yang
green building, green transportation, rendah kemudian terfokus pada makna konservasi.
energi kita meminimalisir penggunaan AC,
paperless, green kampus masih kita Namun beberapa realitas tersebut belum
ketemukan di fakultas kita ini barangkali didukung dengan adanya pemahaman akan
jika dibanding dengan fakultas-fakultas wacana konservasi dari civitas akademika
lain. Meski beberapa waktu ini banyak Unnes. Dalam kajian ini adalah civitas
kendala karena masih pada masa bangun akademika di Fakultas Ilmu Pendidikan.
gedung juga perbaikan tempat parkir kita,
sehingga tempat parkir dialihkan bahkan Sebagaimana hasil penelitian yang
itu masuk kampus. Ya kita faham saat didapatkan, pemahaman akan konservasi hanya
kondisi ini.” dipahami oleh sebagian dari civitas akademika di
lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan
Hal yang sekiranya disampaikan oleh Universitas Negeri Semarang (FIP Unnes).
seorang dosen di FIP yang mencoba untuk Pemahaman dari kalangan mahasiswa masih
mengajak agar tetap kita terus berusaha menunjukkan tingkat yang rendah. Namun hal
memahami konservasi, meski dianggapnya ini tidak ditujukkan sebagaimana pejabat yang
langkah-langkah dalam menumuskan dan ada. Pejabat berposisi paling tinggi dari civitas
mengajak warga kampus itu masih belum akademika lain dalam memahami konservasi.
maksimal. Berikut yang disampaikan oleh Dosen Dalam pemahaman implementasi konservasi
A, seperti yang disampaikan Usman (2002: 70),
“Pemahaman akan konservasi itu selaras implementasi adalah bermuara pada aktivitas,
dengan kehidupan Mas. Makna yang bisa aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu
dipetik dari konservasi itu sendiri secara
luas, bukan hanya sejuk banyak sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas,
pepohonan di dalam kampus, lalu di dalam tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk
kampus harus bersepeda atau jalan kaki, mencapai tujuan kegiatan. Dikemukakan juga
tapi juga etika dan budaya itu menjadi oleh Setiawan (2004: 39) bahwa implementasi
tumpuhannya. Kemudian pengurangan adalah perluasan aktivitas yang saling
akan penggunaan kertas paperless, dan
juga bagaimana mempersiapkan kader menyesuaikan proses interaksi antara tujuan
konservasi itu juga penting sekali. Agar dan tindakan untuk mencapainya serta
konservasi di kampus ini tetap terjaga dan memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
keberlanjutan. Tidak seperti yang kita lihat efektif. Kondisi demikian belum didukung
sekarang kalau dibandingkan dengan dengan realitas yang ada dalam pemahaman
kondisi-kondisi sebelumnya.”
konservasi pada civitas akademika di FIP. Proses
Diungkap hal lain pula dari seorang dosen interaksi saling memahami, saling memberikan
FIP, berikut yang disampaikan disaat peneliti perhatian akan makna dan pemahaman
mencoba berkomunikasi dengan chatting melalui konservasi belum terjadi di lingkungan FIP
facebook, “aq rak mudeng mas, soale ... kui Unnes. Bahkan dapat ditunjukkan adanya civitas

12
Analisis Implementasi 7 Pilar Konservasi Universitas Negeri Semarang di Fakultas Ilmu pendidikan

akademika yang masih acuh tak acuh mengenai memelihara beberapa burung. Kita lihat
konservasi yang ada di Unnes kita ini. pula di dekat gedung GSG di atas pompa
Kondisi yang dapat diambil makna pada air itu ada bekukon rumah burung dara
yang bisa terbang bebas kesana kemari,
pemahaman konservasi khususnya di lingkungan tapi ya itulah lama-lama berkurang ada
FIP Unnes, masih memberikan keterbatasan yang dibedili.”
untuk mengembangkan Unnes sebagai kampus
konservasi secara penuh. Meski bagaimanapun, Dari pernyataan tersebut, barangkali dapat
civitas akademika di lingkungan Unnes di kita pahami sungguh bagaimana implementasi
berbagai fakultas apapun itu, menjadi warga konservasi yang ada di FIP ini. Namun dari
sekaligus keluarga besar Unnes sangat beberapa hal yang peneliti dapatkan mengenai
mempengaruhi dinamisasi suatu institusi konservasi keanekaragaman hayati, banyak dari
bergerak maju dan berkembang. Kampus informan hanya memahami dari segi tumbuhan
konservasi, seharusnya semua civitas akademika atau pepohonannya saja. Ibarat kalau konservasi
memiliki pemahaman apa yang ada didalamnya itu berarti identik dengan kampus hijau, dan
ibarat apa yang ada di dalam keluarganya hijau itu dari masih banyaknya pepohonan yang
sendiri. ada di sekitar kampus. Sehingga indentitas dari
konservasi keanekaragaman hayati ini masih
B. Implementasi 7 Pilar Konservasi di FIP dipahami baru sekedar banyaknya pohon yang
1) Keanekaragaman Hayati (biodiversitas) ada. Hal ini disampaikan oleh Mahasiswa D,
Konservasi dalam keanekaragaman hayati “oh.....ternyata konservasi itu bukan hanya
ini dapat terdeskripsikan dengan adanya kampus yang masih hijau masih banyak
pepohonannya ya Pak, bisa juga adanya
keragaman serta kekayaan spesies yang ada.
fauna di sekitar kampus. Makanya saya
Konservasi keanekaragaman hayati dapat lihat pertama kali ada kurungan burung di
mencakup baik flora maupun fauna yang ada di dekat gazebo itu termasuk tindakan
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Tumbuhan konservasi....., saya kira hanya di FIP itu
ataupun pepohonan yang ada di FIP masih pengen terlihat lain dari fakultas lain
dengan adanya sangkar itu tadi Pak. Hee
tergolong rindang. Masih banyak pepohonan
heee ya ya Pak, saya baru tahu itu.”
yang bisa dikatakan bahwa FIP hijau,
adakalanya dikenal dengan sebutan konservasi Beberapa hal yang disampaikan itu lebih
hijau. Hal ini yang kemudian lebih dikenal bisa dimaklumi, namun tidak untuk yang
semua kalangan yang ada di Universitas Negeri demikian ini, sebagaimana yang dikemukakan
Semarang (Unnes). Dikatakan konservasi kalau oleh pegawai B, “...mboh Mas, opo kuwi
masih banyak tumbuhan/pepohonan yang konservasi, rasah dipikir mumet. Kuwi urusani
berada di dalam lingkungan kampus. wong-wong pejabat. Awake dewe kene iki yo se
Sebagaimana dikatakan oleh Mahasiswa C, penting gaji lancar tur tukin opo remunerasine
“yang saya pahami tentang kampus iso metu lancar.”
konservasi itu adalah masih terdapat 2) Arsitektur Hijau dan Transportasi Internal
banyaknya pepohonan yang ada disekitar Konservasi arsitektur hijau juga lebih
kampus Bapak, dan bis unnes yang masuk dikenal dengan green architecture atau green
kampus itu. Dia juga menambahkan, building. Namun konteks hal ini bukan
“Kalau di FIP ini masih tergolong rindang. kemudian, bahwa kampus itu dicat dengan
Makanya FIP sering disebut kampus FIP warna hijau itu tidak. Berbagai hal mengenai
hijau”. konstruksi bangunan hingga manajemen
pengelolaan gedung menjadi ciri dari arsitektur
Begitu pula yang diungkap oleh Pejabat di
hijau. Kondisi tersebut diantaranya; bangunan
FIP,
yang memaksimalkan pencahayaan,
“... kalau di FIP ini masih tergolong hijau
Mas. Kita tahu sendiri di FIP masih pertimbangan desain secara vertikal, ada kolam
rindang dan bukan hanya itu saja kemarin- air sekitar bangunan (tumbuhan dan air sebagai
kemarin kita mengusahakan untuk pengatur iklim), minimalisir penggunaan

13
Bagus Kisworo & Mu’arifuddin / Journal of Nonformal Eduacation, Vol. 1 No 1, Tahun 2015

material baru lokal yang tidak merusak Unnes itu beroperasi, jika hari Senin-Kamis
lingkungan, hemat energi listrik, otomatisasi pukul 06.30-16.00 WIB dan Jum’at pukul 06.30-
lampu, ventilasi udara, jendela dan atap yang 14.30 WIB. Penggunaan alat transportasi yang
bisa dibuka untuk hawa sejuk, minimalisir ramah lingkungan; penataan sirkulasinnya; titik
penggunaan AC dan lift, interior bangunan parkir yang dilengkapi sarana prasarana
dengan bercat cerah tidak menyilaukan. mendukung; tata kelola sepeda dari manajemen
Terkait dengan hal tersebut, beberapa hal peminjamannya, distribusi, operasional, dan
yang dikemukakan oleh civitas akademika FIP pemeliharaan; jalur khusus sepeda; dan ruang
sebagaimana yang disampaikan oleh pejabat di dan fasilitas pejalan kaki.
FIP, Beberapa hal diungkapkan oleh salah
“untuk green building kita sudah mencoba seorang Pejabat di FIP,
untuk itu, seperti gedung baru kita yang “... yang kaitannya dengan transportasi
fainsyaAllah sekitar Januari akan selesai internal agak rewel Mas, ngeladeni wong
dan ojo ngasi molor meneh lah. Lalu sing podo mbregudul. Tapi kita tetap
semua gedung kita ini karna dinding yang berusaha seperti sekarang ini tempat parkir
tinggi identik dengan sirkulasi udara dan kita usahakan ke Bapak PR 2 langsung
tidak panas sudah bisa kita manfaatkan untuk bisa mendanai tempat parkir kita
untuk rendah energi non AC. Gedung insyaAllah tempat parkir kita bisa baik dan
sudah sesuai standar yang ada dalam memungkinkan untuk itu. Meski sekarang
konservasi tersebut. jendela tetap masih ini kita mengalihkan tempat parkirnya dan
harus bisa dibuka. Kantin low energy ada memungkinkan mahasiswa serta Bapak Ibu
jaringan internet juga di sana, kita pun Dosen dan Karyawan bisa masuk parkir
berusaha membuat selasar untuk pejalan dekat dengan gedung.”
kaki yang menghubungkan antar
gedung/bangunan.” Selaras dengan apa yang disampaikan
tersebut, mahasiswa E mengemukakan,
Berbeda dengan apa yang disampaikan
“Sistem transportasi internal seperti bis
oleh mahasiswa, justru memang kalau pihak yang muter mengangkut mahasiswa juga
pejabat sudah barang tentu mereka tahu, faham bisa dosen dan pegawai, tapi untuk
dan bagaimana halnya. Berikut yang sekarang ini sepertinya bis yang jalan
diungkapkan oleh Mahasiswa A, semakin sedikit. Sedangkan sepeda kami
“yang saya ketahui untuk konservasi para mahasiswa di FIP tidak ada layanan
bidang arsitektur hijau itu berarti gedung peminjaman, kalau dulu dari pusat itu
atau bangunan ya Pak. Bisa mungkin setiap weekend kami bisa pinjam untuk
gedung kita FIP berwarna hijau atau berolahraga dengan meninggalkan kartu
sekeliling gedung masih hijau masih mahasiswa. Di FIP ini untuk sekarang
banyak pepohonan. Maaf Pak, saya kurang memang sedang kacau Pak, tapi itu kan
tahu pasti. Kalau Bapak sendiri seperti apa hanya sementara ada pembangunan
itu arsitektur hijau..?” gedung baru, tempat parkir di paving,
setelah itu pasti akan baik kembali.”
Mahasiswa B juga menyampaikan hal
yang sama sebagai berikut, “untuk arsitek hijau Demikian pula yang tersampaikan oleh
itu berarti bangunan atau gedungnya bercat hijau Mahasiswa A saat ditanyakan beberapa hal
mungkin itu ya Pak ya. Atau masing-masing secara runtut mengenai sistem transportasi
gedung dikelilingi oleh pepohonan sehingga internal sebagaimana berikut,
masih nampak hijau asri gitu kali Pak.” Untuk “untuk bis Unnes yang beroperasi di dalam
kali ini pegawai A menanggapinya sebagai kampus sudah sesuai dengan jamnya, tapi
berikut, “arsitektur hijau itu berarti ya kalau di nampaknya bis semakin berkurang dan
sudah tidak menjadi perioritas lagi untuk
FIP itu identik dengan hijau maka serba hijau. mahasiswa karena kami sudah bisa parkir
Bisa cat gedungnya, gordennya, atu bahkan di gedung terdekat saat kami kuliah. Untuk
seperti keset besar itu identik dengan hijau.” penataan sirkulasi sudah baik sudah ada
Konservasi kaitannya dengan hal sistem shelter-shelter di tiap fakultas, lalu titik-titik
transportasi internal yaitu beberapa hal yang parkir sudah diatur tapi belum baik hampir
itu di semua fakultas, ada juga jalur khusus
mencakup bagaimana transportasi internal bis

14
Analisis Implementasi 7 Pilar Konservasi Universitas Negeri Semarang di Fakultas Ilmu pendidikan

sepeda dan pejalan kaki, tapi untuk internal yang kemudian adanya titik parkir yang
peminjaman sepeda sekarang tidak tahu. mendukung serta sirkulasi transportasinya.
Apalagi di FIP itu tidak bisa kami pinjam Selain itu juga adanya manajemen pengelolaan
sepeda sejak dari dulu sewaktu
digalakkannya konservasi untuk bersepeda. sepeda kampus yang memang belum dapat
Begitu Pak.” dilaksanakan dengan baik dan sepenuhnya.
3) Pengelolaan Limbah
Untuk pemenuhan triangulasi sumber dari Pilar konservasi dalam bidang
sumber berbeda, hal yang sama disampaikan pengelolaan limbah memberikan gambaran
oleh pihak pejabat serta pegawai/karyawan juga bagaimana organisasi dan manajemen yang jelas
dosen. Oleh Pejabat disampaikan sebagai untuk mengelola limbah yang ada di kampus,
berikut, yang bisa juga untuk meningkatkan
“... iya Mas, memang untuk layanan kesejahteraan lingkungan masyarakat,
sepeda dari dulu kami masih terkendala. melindungi fasilitas sosial dan sumber daya alam
Apalagi untuk pemeliharaan. Tapi sempat yang ada yakni seperti keberadaan air. Kondisi
waktu itu awal-awal disediakan sepeda
untuk mahasiswa yang dapat dipinjam, sebagaimana yang ada di kampus FIP untuk
tapi ya pengelolaannya tidak baik. Ya pengelolaan sampah yang sekiranya telah
akhirnya mahasiswa pun belum bisa disediakan tempat sampah pada masing-masing
menikmati secara penuh dan menyeluruh gedung sekaligus berada masing-masing ruang
untuk peminjaman sepeda. Akhirnya pun kelas kuliah pun tidak dikelola dengan baik.
karena biaya ongkos pemeliharaan sangat
tinggi, maka sepeda akhirnya tidak terurus. Prinsipnya yaitu pengelolaan atau daur ulang
Tapi sepeda yang untuk kami-kami masih sesuatu yang sudah terpakai dengan
tetap ada dan kalau mau dipinjam oleh menggunakan 3R, yaitu Reduce, Reuse, dan
pihak dosen atau karyawan boleh, tapi Recycle. Reduce merupakan tindakan mengurangi
tidak untuk mahasiswa karena bisa-bisa sampah pembuangan, Reuse adalah
dibawa pulang kos dan selama beberapa
hari. Payah itu nanti.” menggunakan kembali sesuatu yang masih bisa
atau layak dipakai, dan Recycle, tindakan
Berikut juga yang disampaikan oleh mendaur ulang kembali sesuatu.
Dosen B, Dapat diketemukan waktu dulu ada
“dulu sepertinya ada disediakan sepeda tempat sampah yang dibedakan antara tong
yang khusus untuk mahasiswa, tapi warna biru dan kuning pembedaan antara
sepertinya kog sudah pada rusak karena organik dan anorganik tetap saja tidak efektif.
memang tidak terawat kali. Akan tetapi Hingga sekarang tentu dapat kita lihat di sekitar
sepeda untuk dosen atau karyawan justru kampus FIP, tempat sampah belum terkelola
tidak ada, yang ada adalah sepeda untuk dengan baik. Seperti apa yang disampaikan oleh
para pejabat fakultas. Bagi dosen yang Mahasiswa B,
sepuh itu sudah tidak bermanfaat lagi Mas. “Pengelolaan limbah yang ada di FIP ini
Yang tentang bis ya memang bis itu sepertinya biasa-biasa saja Pak.
Kadangpula sering saya melihat
beroperasi tiap hari hanya jalan dengan mahasiswa membuang bungkus jajanan itu
gigi 1 dan 2 saja, saat dipinjam untuk dibuang begitu saja tidak pada tempat
takziah atau mendatangi manten itu kan sampah. Mungkin saja tempat sampah
terasa bis tidak bisa lari kencang, tidak mencukupi untuk masing-masing ada
barangkali bisnya pun akan cepat rusak di depan ruang, bisa juga kesadaran
mereka. Sepertinya sampah atau limbah
mesinnya.” sudah dikelola dari masing-masing
fakultas, contohnya di FIP ada motor atau
Berbagai pendapat mengenai
kendaraan sampah yang bisa mengangkut
implementasi sistem transportasi memberikan sampah yang ada di FIP lalu di setor atau
wujud pemahaman yang kompleks dibanding dikelola di suatu tempat. Kalau di FT
dengan pilar konservasi sebelumnya. Ini yang sempat waktu itu mendesain suatu alat
kemudian civitas akademika lebih memahami untuk mengolah limbah plastik menjadi
akan konservasi dengan adanya transportasi

15
Bagus Kisworo & Mu’arifuddin / Journal of Nonformal Eduacation, Vol. 1 No 1, Tahun 2015

bahan bakar minyak. Mungkin di FIP bisa pemasangan gentinya saja tetap terus dipakai
seperti itu apa tidak ya Pak..? hheehee..” untuk tempat jalan. Ini dikhawatirkan terjadi
kecelakaan kerja bukan dari pekerja tapi yang
Sekaligus Pejabat di FIP menegaskan hal melewati jalan itu, baik itu mahasiswa, dosen
yang sama sebagai berikut, maupun karyawan.
“di FIP untuk pengelolaan limbah yang
laku direcycling diambil oleh petugas
kebersihan yang itu meliputi limbah kertas, 4) Kebijakan Nirkertas
plastik, bongkaran besi, maupun kayu. Kebijakan nirkabel konservasi ini lebih
Kita juga punya kendaraan pengangkut sering dipahami dan dikenal dengan paperless.
sampah untuk disetor atau dipindah dari
Padahal secara konteks keseluruhan bukan
FIP ketempat penampungan TPS. Waktu
dulu itu sempat ada tong biru dan kuning hanya itu. Memang paperless minimalisir
tapi ternyata tidak efektif sudah tidak ada penggunaan kertas itu termasuk, tapi masih
lagi sekarang tempat sampah pembeda banyak hal lain seperti halnya; pengembangan
antara yang organik dengan yang sistem aplikasi berbasis web, pengembangan
anorganik. Kita hanya menemui misal tong
penerbitan secara online, peningkatan sarana
biru itu untuk semua jenis sampah. Itu
biasanya ditempatkan di ruang ruangan pendukung dan pengembangan organisasi
pada tempat alam bebas. Beda untuk yang melalui jaringan internet dengan memanfaatkan
di dalam. Coba lihat yang dekat pintu misal group di media sosial, fasilitas sms gateway,
masuk TU itu, sehingga dari segi ini pun serta bentuk-bentuk sistem pembelajaran
indah dipandang. Untuk kertas-kertas yang
perkuliahan dengan memanfaatkan aplikasi
masih bisa dikelokan, maka petugas
kebersihan menjualnya ke pengepul.” berbasis web. Hal ini banyak mahasiswa yang
telah memahaminya. Seperti apa yang
Petugas Kebersihan A juga diungkapkan Mahasiswa A berikut ini,
menyampaikan seperti berikut, “konservasi dalam bidang nirkabel itu
“iya Mas, berbagai sampah kita seperti apa yang selama ini kita kenal
kumpulkan kalau sudah banyak maka akan dengan sebutan paperless itu ya Pak. Tapi
saya setor ke pusat dengan kendaraan sepertinya tidak cukup demikian.
sampah. Untuk yang kertas-kertas kita Penggunaan metode tugas atau
yang biasanya seringkali dosen atau dari pembelajaran melalui pemanfaatan aplikasi
TU minta untuk mengambil kertas-kertas website dari dosen untuk mahasiswa,
yang sudah tidak terpakai lagi, maka saya berbagai informasi yang dapat kita akses
menjualnya ke pengepul. Kadangkala secara cepat dengan adanya banyak model
untuk limbah bongkaran dari gedung atau seperti sikadu, simawa, lalu ada bimbingan
bangunan yang diperbaiki seperti skripsi online, si-bima dan banyak yang
bongkaran besi, kayu selain kalau bisa saya lain. Itu semua memudahkan bagi kami
gunakan di rumah ya saya pakai atau saya sehingga kalau ada pengumuman-
jual. Tapi nek kita lihat sekarang ini, pengumuman langsung online dari web
banyak bongkaran-bongkaran hasil tidak harus memakai kertas diumumkan
bangunan yang tidak bisa termanfaatkan karena butuh waktu lama juga kalau
serta material-material yang kita lihat di seperti itu. Kurang lebih begitu Bapak.”
sekeliling itu sangat menggangu bahkan
kita mau olahraga tonnis saja tidak bisa.” Mengenai implementasi kebijakan
nirkabel di lingkungan FIP, Mahasiswa B
Memang pada saat ini, di FIP sedang mengemukakan,
masa pembangunan gedung baru, lalu perbaikan “kebijakan tersebut bagus Pak, apalagi
masjid yang dulunya mushola dibesarkan, dan untuk mengurangi tingkat ketergantungan
akan kertas. Sehingga semua bisa
pembuatan-pembuatan selasar penataan jalur
diselaraskan secara online, lebih cepat,
jalan untuk menghubungkan masing-masing efektif, efisien. Tidak butuh anggaran
gedung masih terlihat berantakan dan kertas lagi. Kalau di FIP fasilitas akan wifi
berserakan. Hal ini kadangpula ditakutkan hal- tinggi sehingga mudah disaat kita
hal yang tidak dikehendaki misalnya saja, saat menggunakan sistem yang beraplikasi
berbasis website. Semoga bisa
selasar itu belum jadi hingga masih pada waktu
dikembangkan.”

16
Analisis Implementasi 7 Pilar Konservasi Universitas Negeri Semarang di Fakultas Ilmu pendidikan

mengantarkan semua orang bisa ke


Tentang hal ini pejabat FIP menegaskan, masing-masing fakultasnya. Sehingga
“kebijakan nirkabel dengan adanya parkirnya pun harus dipusatkan di tempat-
paperless, kita juga sudah mengupayakan tempat tertentu tidak di dalam lingkungan
banyak hal. Di antaranya melalui sms fakultas. Tapi semua itu harus bisa tertata
gateway, namun kita tetap memakai kalau rapi, misalkan biar tidak kebledukan,
undangan itu harus tetap ada dalam bentuk kehujanan dan tidak cebrot motornya saat
print out. Karena budaya kita masih belum musim hujan.”
bisa secara cepat menyesuaikan dengan
perkembangan yang ada. Itulah manusia Hampir yang terkait dengan konservasi
Mas. Kadangpula juga sudah ada energi bersih ini, civitas akademika tidak faham
undangan kertas, tapi masih saja
akan makna yang bagaimana itu pemanfaatan
mengatakan tidak dapat. Serba susah
memang Mas, ngeladeni banyak orang.” energi bersih terkait dengan konteks konservasi.
Berikut penguatan yang dikemukakan oleh
Pejabat tersebut juga menambahkan Pejabat di FIP,
bahwa untuk kebijakan nirkabel, telah “Pemanfaatan energi bersih terkait dengan
dikembangkan dan optimalisasi penggunaan konservasi yang ada FIP seperti halnya
kecukupan air untuk kebutuhan sehari-hari
layanan wirelees atau hotspot yang ada di
kecukupan masing-masing gedung, juga
kampus FIP, semua gedung terlayani tanpa untuk masjid FIP. Yang kita punya terkait
terkecuali PKM mahasiswa. Ini menandakan dengan kecukupan air kita baru punya air
dari beberapa hal tersebut, kebijakan akan sumber artesis yang ada di samping
nirkabel sebagai pilar konservasi telah dilakukan Gedung A3. Untuk tiap-tiap gedung sudah
ada bak penampung, tapi tiap hari kita
dengan baik dan menuju pengoptimalan.
tetap harus stanby dengan pengisian bak.
5) Energi Bersih Karena dari segi kucukupan masing-
Deskripsi konservasi dengan kebijakan masing gedung paling tidak bisa 3 kali isi
energi bersih yaitu adanya pemenuhan saking banyaknya yang menggunakan air
kebutuhan saat ini dan mendatang tanpa tiap harinya.”
terancam kelestarian, serta tidak memiliki
Hal seperti ini yang disampaikan oleh
dampak negatif ke masyarakat dan lingkungan
pejabat tidak diikuti oleh para mahasiswa.
selama masa pakai. Kaitannya dengan hal ini,
Sebagaimana yang disampaikan Mahasiswa C
dari kalangan mahasiswa sendiri masih rendah.
seirama dengan yang disampaikan Mahasiswa
Mereka tidak tahu akan kebijakan konservasi
A sebagai berikut,
akan energi bersih. Dari civitas akademika lain,
“Konservasi energi bersih itu yang gimana
baik dosen maupun tenaga kependidikan juga ya Pak. Saya kog belum tahu yang
sama halnya. Berikut apa yang disampaikan oleh bagaimana itu energi bersih yang ada di
Pegawai A, FIP. Saya tidak tahu Pak. Yang penting
“wahh.. apa itu kebijakan konservasi ngikut saja tentang konservasi yang ada di
energi bersih. Bagaimana itu Mas Unnes. Yang penting kuliah saya lancar
maksudnya..? apa dengan adanya air yang cepat lulus begitu saja Pak, tidak harus
cukup untuk melakukan semua tindakan pusing mikir konservasi.”
kebersihan. Contoh kecil, kalau tidak ada
air, tapi saya sudah ngempet lama ehh Apa yang disampaikan oleh beberapa
ternyata tidak ada air ya ... daripada mahasiswa tersebut ini dapat mendeskripsikan
ditahan malah menjadi penyakit. Hhaaa..” bahwa pemahaman konservasi pada 7 pilar
konservasi mengenai energi bersih belum begitu
Selaras dengan apa yang disampaikan
dipahami. Barangkali wacana konservasi perlu
Mahasiswa C,
sosialisasi secara menyeluruh dan intens untuk
“Konservasi energi bersih itu yang
bagaimana ya Pak.. . Saya sendiri kog implementasi kehidupan yang ada di kampus.
tidak faham. Selama ini yang saya tahu 6) Konservasi Etika, Seni, dan Budaya
konservasi itu ya di sekitar kampus masih Pilar konservasi etika, seni dan budaya
banyak pepohonan, rindang, sejuk dan tersirat bahwa adanya program kegiatan melalui
transportasi itu memakai bis Unnes yang

17
Bagus Kisworo & Mu’arifuddin / Journal of Nonformal Eduacation, Vol. 1 No 1, Tahun 2015

pemeliharaan, pendokumentasian mengenai “... ohh. Kalau bentuk konservasi etika,


pendidikan yang ada di kampus, penyebarluasan seni dan budaya yang ada di FIP melalui
dan mempromosikan unsur-unsur yang ada. kegiatan-kegiatan mahasiswa yang
mengikuti masing-masing lembaga
Unit kerja yang ada dapat menggali nilai-nilai kemahasiswaan di FIP konservasi yang
budaya lokal serta menerapkan, seperti itu telah diimplementasikan. Sering
mengembangkan, mengelola, memantau dan kita lihat Pak, kalau sore teman-teman
mengevaluasinya. Konservasi dalam pilar ini berlatih olah vokal untuk LK paduan
memberikan konsekuensi tersendiri dari masing- suara. Lalu ada pramuka tiap weeknd
berlatih rutin di pusat PKM, ada forum
masing individu terkait dengan psikologisnya ukhuwah mahasiswa muslim juga LK lain
masing-masing. Ini sesuai apa yang disampaikan yang itu sebagai bentuk wujud konservasi
Pejabat FIP akan unit kerjanya yaitu FIP melalui seni budaya.”
bulan pendidikan. Berikut pernyataannya,
“Seni, budaya yang ada di FIP senantiasa 7) Kaderisasi Konservasi
kita lakukan terutama dalam serangkaian Mahasiswa B juga menyampaikan, “untuk
bulan pendidikan. Kalau di Unnes itu ada kaderisasi.., mungkin melalui kegiatan seperti
Dies Natalis seperti menanggap wayang tadi itu sudah dalam bentuk kaderisasi
yang sebagai bentuk pelestarian budaya
lokal. Di bulan pendidikan kita konservasi. Ataupun sekarang untuk pembina
menyelenggarakan ada baksos, jalan sehat atau pendamping diberbagai LK yang ada di FIP
dengan warga. Dengan begitu masyarakat hampir kebanyakan beliau yang masih muda-
pun tahu kalau di FIP itu juga muda.” Terkait mengenai kaderisasi sebagai
memperhatikan warga masyarakat. di bentuk konservasi dalam pilar etika, seni dan
PGSD banyak sekali bentuk tindakan
menggali dan mengembangkan budaya. budaya, Pejabat FIP mengemukakan,
Disaat kita ada wisuda, pentas tarinya bisa “sebagai bentuk kaderisasi, di FIP melalui
mengambil dari mahasiswa PGSD. Ada bidang III ya Mas, bidang kemahasiswaan.
pula itu banyak kegiatan di bidang Bentuk konservasi ini juga dapat melalui
kemahasiswaan.” pembelajaran mata kuliah yang ada di FIP
yang dikembangkan melalui kurikulum.
Fakultas Ilmu Pendidikan dalam Seperti halnya ada pendidikan karakter,
mengimplementasikan nilai-nilai dalam pilar pendidikan multikultural, ilmu pendidikan
konservasi etika, seni dan budaya telah tampak dan dalam mata kuliah lainnya dapat
apa yang telah dilakukan. FIP sebagai unit kerja diterapkan nilai-nilai etika, seni dan
budaya kita.”
dari Unnes telah menyelenggarakan kegiatan
dan penyediaan fasilitas yang menunjang
Selaras dengan budaya konservasi di
pelestarian dan pengembangan. Dengan
Unnes, Mahasiswa D mengatakan,
kegiatan-kegiatan yang ada di kampus dan
“untuk konservasi budaya yang ada di
sekitarnya, FIP telah berusaha menerapkan Unnes, kita kemarin seluruh mahasiwa
konservasi seni dan budaya. Terkait dengan Unnes untuk semester 5 diwajibkan ikut
etika, tentu menjadi tanggung jawab baik dari serta menanam pohon. Nah penanaman
masing-masing civitas akademika yang itu pun pohon ini termasuk sebagai bentuk
konservasi juga Pak. Seringkali Unnes ini
menjadi tanggung jawab kita bersama.
pelopor untuk tanam-mananam pohon
Pengelolaan, pemantauan dan evaluasi sebagai wujud konservasi.”
mengenai konservasi etika, seni dan budaya ini
sangat terkait dengan semua kegiatan yang ada Tersirat apa yang ada dibenak para
di bidang kemahasiswaan. Bidang mahasiswa, wujud dan bentuk konservasi telah
kemahasiswaan di FIP telah mencakup secara dilakukan secara keberlanjutan terutama
utuh apa yang dimaksud dalam konservasi etika, kaitannya dalam mengelola kaderisasi
seni dan budaya. Di antaranya melalui konservasi. Demikian pula, di tingkat
Lembaga-lembaga kemahasiswaan yang ada di universitas, barangkali kita akan menemukan
FIP wujud konservasi etika, seni dan budaya baik itu yang namanya gugus, atau bidang atau
dapat terimplementasikan dengan baik. Hal ini badan yang khusus menangani konservasi di
dikemukakan sebagaimana oleh Mahasiswa B, Universitas Negeri Semarang ini.

18
Analisis Implementasi 7 Pilar Konservasi Universitas Negeri Semarang di Fakultas Ilmu pendidikan

Deklarasi Unnes menjadi universitas posisi berikutnya yaitu kebijakan nirkertas;


konservasi memunculkan sejumlah konsekuensi konservasi etika, seni dan budaya; kaderisasi
tersendiri. Bahkan dicetuskannya tujuh pilar konservasi; keanekaragaman hayati; pengelolaan
konservasi sebagai penyangga dalam limbah; dan energi bersih. Sebagaimana kegiatan
mewujudkan serta upaya implementasi menuju konservasi yang meliputi seluruh kegiatan
suksesnya kampus konservasi. Kata kampus pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi
konservasi bisa jadi memberikan imajinasi pada lokal maupun upaya pengembangan untuk
semua civitas akademika dalam pemanfaatan lebih lanjut. Implementasi 7 pilar
mengimplementasikan slogan konservasi konservasi di FIP belum sesuai dengan kegiatan
sekaligus menjadi angan-angan dan harapan konservasi yang diinginkan untuk dapat
yang membimbing universitas ini bergerak dimanfaatkan lebih lanjut. Disebutkan juga oleh
melangkah ke depan. Hasrat menjadi universitas Karim (2011:2) bahwa konservasi dengan
internasional yang sehat, unggul dan pendekatan etimologis yaitu menjaga secara
sejahteranya dibimbing dengan adanya konsep kolektif atau bersama-sama secara arif dan
konservasi. Namun yang pasti makna konservasi bijaksana. Hal itupun belum terbentuk pada
bukan sekedar untuk Unnes sendiri, akan tetapi civitas akademika di lingkungan FIP Unnes
dapat dimanfaatkan secara umum bagi dalam mengimplementasikan 7 pilar konservasi.
kepentingan masyarakat luas sekaligus bagi Sebagaimana 7 pilar konservasi itu dilakukan
bangsa Indonesia tentunya. bersama-sama dijaga secara kolektif dengan arti
Konservasi dengan berkendara 7 pilar bahwa 7 pilar diimplementasikan diwujudkan
konservasi menjadi harapan besar sebagai oleh semua civitas akademika di FIP tanpa
tumpuhan dalam menapaki tujuannya. Dengan terkecuali. Oleh karena tidak hanya terkesan
7 pilar konservasi, dapat memudahkan para pejabat saja yang mengkonservasikan 7
pemahaman dan pemaknaan apa yang pilar tersebut.
terkandung di masing-masing pilar tersebut
dalam mengkerucutkan konsep konservasi. 7 C. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam
pilar masing-masing tersebut adalah Perwujudan Universitas Konservasi melalui
keanekaragaman hayati; arsitektur hijau dan 7 Pilar Konservasi
transportasi internal; pengelolaan limbah; Implementasi 7 pilar konservasi tentu
kebijakan nirkertas; energi bersih; konservasi tidak akan lepas dengan adanya faktor
etika, seni dan budaya; serta kaderisasi penghambat dan faktor pendukung. Barangkali
konservasi. Masing-masing pilar tentu tersirat banyak tindakan yang telah dilakukan oleh pihak
berbagai hal yang berbeda. Namun setidaknya Universitas Negeri Semarang (Unnes) dalam
dalam implementasi 7 pilar konservasi tersebut mengembangkan konservasinya. Baik melalui
dipahami secara menyeluruh sehingga terjadi pembentukan badan konservasi hingga
keharmonisan satu-kesatuan yang utuh menuju bagaimana menerapkan konsep konservasi
konservasi. kaitannya dengan pembangunan yang dalam
Hasil penelitian yang didapatkan akhir-akhir ini dilakukan. Sebagaimana
memberikan gambaran pemenuhan pembangunan suatu gedung yang direncanakan,
implementasi 7 pilar konservasi di FIP belum tentu akan terjadi penebangan pohon di lokasi
berimbang pada masing-masing pilar. Beberapa pembangunan tersebut. Hal ini ditindaklanjuti
pilar-pilar yang dianggap pokok dan dapat dengan konsekuensi penggantian pohon yang
menonjolkan identitas dari sebuah lembaga akan ditebang. Saat tim peneliti bertanya pada
fakultas tertentu kadangkala itu yang lebih mahasiswa, menurut Saudara apa yang menjadi
dikedepankan, tanpa melihat pilar-pilar lain yang faktor penghambat dan pendukung untuk
secara besar saling terintegrasi. Pilar konservasi perwujudan universitas konservasi ini melalui 7
yang dianggap menduduki implementasi rating pilarnya ?. Mahasiswa A menyampaikan,
tertinggi adalah arsitektur hijau dan transportasi “Menurut saya ya Pak, yang menjadi
internal. Pilar konservasi lainnya berada pada faktor penghambat konservasi dengan apa
itu tadi.., iya 7 pilarnya itu belum dipahami

19
Bagus Kisworo & Mu’arifuddin / Journal of Nonformal Eduacation, Vol. 1 No 1, Tahun 2015

secara menyeluruh bagi mahasiswa harus dapat disikapi dan menjadi perhatian
mengenai bagaimana saja cara bersama akan terbentuknya keluarga Unnes
mengimplementasikannya, dan saya belum mencakup semua orang yang berada atau
pernah mendapatkan sosialisasi akan yang
namanya konservasi itu yang bagaimana bekerja yang secara tidak langsung menjadi satu
saja melalui 7 pilarnya itu. Di web Unnes keluarga besar di Unnes kampus konservasi ini.
juga tidak ada yang khusus membahas Jati diri Unnes tentu terletak pada warga Unnes
konservasi, yang ada ya itu seperti sikadu, itu sendiri. Begitupula untuk mewujudkan
sitedi, simawa dan si si yang lain deh Pak. kampus konservasi dengan tujuh pilarnya, tentu
Sedangkan untuk faktor pendukungnya,
mungkin para pemimpin yang ada di menjadi tanggung jawab bersama. Kemajuan,
tingkat universitas dan fakultas pasti sudah keberhasilan tentu akan dirasakan oleh semua
tahu yang bagaimana itu konservasi karena warga Unnes, dengan demikian proses menuju
saya sering menjumpai dari pejabat FIP hal tersebut juga sangat dipahami bersama
sendiri selalu menekankan kalimat dalam kerangka keluarga besar Unnes. Hal ini
konservasi atau salam konservasi di saat-
saat kegiatan yang saya ikuti dengan terungkap dengan yang disampaikan oleh salah
adanya Beliau. Mungkin itu saja Pak.” satu pejabat yang ada di FIP, yakni sebagai
berikut,
Namun apa yang dikemukakan “sebenarnya untuk faktor penghambat dan
Mahasiswa A tersebut kurang senada dengan pendukung itu kembali pada masing-
sebagaimana yang dikemukakan oleh masing individu. Apakah individu itu mau
berusaha untuk memahami atau tidak,
Mahasiswa D. Berikut yang dikemukakan, mau berusaha untuk saling menguatkan
“faktor penghambat dalam konservasi yang apa tidak, bahkan mau berusaha untuk
saya pahami adalah kurangnya penekanan mengembangkan secara bersama apa tidak.
pada semua kalangan civitas akademika Nah, inilah yang kemudian sangat
tanpa terkecuali dengan adanya konsep berpengaruh terhadap perwujudan Unnes
dan penerapan implementasi konservasi di sebagai kampus konservasi. kalau kita
Unnes ini. Sehingga yang namanya tahu, Unnes tentu telah berusaha dalam
pegawai TU bahkan cleaning servis berbagai tindakan bersama mewujudkan
semuanya pada tahu dan memahami Unnes sebagai kampus konservasi. Banyak
bagaimana menerapkan konservasi kegiatan yang telah dilakukan, bahkan
tersebut. dengan begitu tidak hanya para dalam pengembangan struktur
pejabat yang tahu dan para dosen, kurikulumnya, beberapa mata kuliah
mahasiswa pun tentu masih rendah tingkat sebagai penguat konservasi, ada
pemahamannya akan konservasi, meski pendidikan lingkungan hidup, pendidikan
sudah mendapatkan mata kuliah PLH. karakter, pendidikan multikultural yang
Mungkin juga untuk tindakan konservasi semuanya itu memberikan banyak
tidak setengah-setengah dijalankan Pak, pengetahuan untuk mahasiswa sekaligus
harus sepenuhnya dan berlanjut. dosen pengampu untuk lebih
Sedangkan untuk faktor pendukung yaitu mengembangkan dari segi makna dan
mereka-mereka yang mendukung adanya implementasinya. Meski masih banyak
konsep konservasi yang dicanangkan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan
Unnes. Melalui adanya mata kuliah PLH konservasi, tapi mari kita pahami bersama
sangat membantu dalam penyampaian bagi apa yang telah dilakukan selama ini hingga
mahasiswa. Dalam beberapa event menjadikan Unnes besar seperti ini.
kegiatan dengan bertemakan konservasi Artinya jangan pernah mengambil
sangat mendukung akan makna dari tindakan untuk memperlambat kemajuan
konservasi tersebut. sehingga perbanyak Unnes ini bahkan kemunduran dari
dan senantiasa libatkan semua akademisi dinamisasi itu sendiri.”
dalam kegiatan tersebut. itu yang bisa saya
sampaikan Bapak.” Hal senada pun disampaikan oleh Dosen
C terkait faktor penghambat dan pendukung
Beberapa hal tentu dimaknai oleh
perwujudan kampus konservasi ialah sebagai
mahasiswa secara berbeda. Dan tentu pula tidak
berikut,
menutup kemungkinan yang terjadi baik sesama
“Hal-hal yang berkaitan dengan faktor
dosen, maupun karyawan. Oleh karena tentu pendukung dan penghambat dalam

20
Analisis Implementasi 7 Pilar Konservasi Universitas Negeri Semarang di Fakultas Ilmu pendidikan

mewujudkan Unnes sebagai kampus hingga nasional serta adanya potensi


konservasi adalah telah banyak kegiatan berwirausaha untuk memajukan masyarakat
dalam mewujudkan hal itu. Baik dari segi menjadi masyarakat yang mandiri. Tentu
fisik dalam berbagai pembangunan dalam
kampus berbasis arsitektur hijau, paperless, dominasi beberapa hal tersebut tidak mungkin
transportasi hijau, keanekaragaman hayati, kemudian menjadi satu prioritas bagi seluruh
konservasi seni budaya, serta kaderisasi. lulusan untuk menjalaninya. Dari segala kondisi
Berbagai wujud kegiatan yang telah tersebut menjadi harapan besar bagi lembaga
dilakukan tentu tidak sia-sia. Meski dalam hal ini adalah Unnes untuk terlebih
beberapa pihak memaknainya secara
berbeda. Namun yang menjadi catatan dahulu menyelaskan kehidupannya dengan apa
penting adalah, jika kita ingin maju dan yang dikenal dengan konservasi, dan kehidupan
merasakan hasilnya, maka kita pun juga konservasi itu dimulai ketika hidup di kampus
ikut dalam kebersamaan tersebut. Sehingga dan dapat diimplementasi hingga sepanjang
tidak terkesan mau hasilnya, tidak mau hayat mereka dimanapun berada.
ikut berusaha.”
Hasil penelitian menunjukkan segi mental
berperan penting dalam upaya mewujudkan
Beberapa hal memberikan makna perlu kampus konservasi. Cara pandang baik secara
peran semua pihak untuk terlibat dalam psikologi mental maupun sosial perlu perhatian
mewujudkan Unnes sebagai kampus konservasi besar. Ada kalanya individu itu mengubah
baik melalui berbagai kegiatan hingga lingkungannya, namun juga ada kalanya
mendalami makna kandungan konservasi individu bersangkutan dapat menyelaskan
tertutama melalui tujuh pilar konservasi serta kondisi lingkungannya. Sebagaimana yang
menumbuhkan kecintaan yang besar pada tersirat pada Peraturan Rektor Unnes Nomor 27
kepedulian akan kemajuan dan kebesaran Unnes Tahun 2012, tata kelola berbasis konservasi
sebagai kampus konservasi. bertujuan mewujudkan suasana kampus yang
Universitas Negeri Semarang (Unnes) dari mendukung perlindungan, pengawetan, dan
sejak dahulu tentu dikenal oleh masyarakat luas pemanfaatan lingkungan hidup secara bijaksana
dan dipercaya meluluskan tenaga pendidik yang melalui pembangunan berkelanjutan yang
berkualitas. Bahkan tidak hanya itu saja, Unnes berwawasan lingkungan hidup dan partisipasi
telah meluluskan banyak lulusan baik dari penuh dari warga Unnes. Selain itu juga, setiap
jenjang diploma, sarjana, magister hingga unit kerja bertanggung jawab untuk mendukung,
doktor. Hal ini memberikan bentuk aktualisasi menjaga, memantau dan melakukan koordinasi
Unnes untuk mewujudkan ilmuan-ilmuan dalam untuk mewujudkan partisipasi aktif dari warga
membangun masyarakat. Tak lepas dari makna Unnes.
konservasi yang menyebarkan spirit besar konsep Warga unnes berkewajiban mendukung
konservasi yang memiliki daya besar demi pelaksanaan tata kelola kampus berbasis
membangun masyarakat yaitu masyarakat konservasi serta setiap unit kerja wajib
Indonesia. Para mahasiswa menjadi agen mendorong dan memfasilitasi pengembangan
konservasi di dalamnya terkait dengan persoalan tata kelola kampus berbasis konservasi. Dengan
mentalitas para mahasiswa yang menjadi faktor demikian, konservasi menjadi tanggung jawab
dominan perbaikan di antaranya. Dengan bersama bagi seluruh civitas akademika Unnes.
gagasan moral mentalitas civitas akademika Komitmen bersama secara kuat bagi
sadar akan jasanya kelak dapat menyumbang keberlanjutan program-program yang sudah
solusi besar dalam kehidupan bangsa. Karena dilakukan.
peluang lulusan mahasiswa tentu terbuka lebar Penyelenggaraan Unnes sebagai
yang tidak hanya menduduki jabatan sebagai universitas konservasi yang masih
guru saja. Namun dapat menjadi sosok menumbuhkan perubahan-perubahan kecil
pemimpim di masyarakatnya, baik itu secara bertahap untuk melihat dukungan baik
menduduki jabatan-jabatan penting di tingkat dari pihak internal maupun pihak eksternal
kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi Unnes menjadi kacamata pribadi Unnes dalam

21
Bagus Kisworo & Mu’arifuddin / Journal of Nonformal Eduacation, Vol. 1 No 1, Tahun 2015

mewujudkan universitas konservasi bertarap tergambar dari semua fakultas yang ada serta
internasional dengan menyertakan langkah- koordinasi dan pemantauan secara intens
langkah strategis dalam mewujudkannya. dipupuk dengan pendekatan kekeluargaan demi
terjalin konservasi bersama. Setidaknya masing-
PENUTUP masing fakultas memiliki ciri khas sebagai
Simpulan identitas konservasi itu sendiri.
Sejak dideklarasikannya Unnes sebagai
universitas konservasi pada Maret 2010 hingga DAFTAR PUSTAKA
saat ini. Beberapa hal didapatkan dari penelitian
ini yang menyimpulkan mengenai pemahaman, Adishakti. 2007. Pelestarian.
implementasi 7 pilar konservasi di FIP dan http://www.scribd.com/doc/51637900/
faktor penghambat dan pendukung perwujudan pelestarian. bahan pustaka diakses pada
universitas konservasi melalui 7 pilar tanggal 2 April 2014.
konservasinya. Pemahaman civitas akademika Dasman, RF. 1968. Sebuah Aneka Negara.
FIP terhadap wacara konservasi belum MacMillan Company, New York. ISBN
menujukkan sepenuhnya pemahaman secara 0-02-072810-7.
menyeluruh dari segi konteks maknanya. Harsono, Hanifah. 2002. Implementasi
Menunjukkan bahwa dari pejabat memiliki Kebijakan dan Politik. Yogyakarta:
pemahaman lebih baik dibandingkan dengan Rhinheka Rasa.
beberapa civitas akademika lain yang ada di FIP, http://www.biology-
baik itu mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan online.org/dictionary/Conservation,
maupun tenaga teknis lainnya. diakses pada 29 Maret 2009.
Implementasi 7 pilar konservasi yang ada Irwanto. 2006. http://www.indonesiaforest.net/
di lingkungan FIP masih menonjolkan beberapa silvika.html.
pilar dominan saja yaitu arsitektur hijau dan Japan International Cooperation Agency (JICA),
transportasi internal. Pilar nirkertas; konservasi 2001 : 11-3,11-7, Draft Naskah Akademis
etika, seni dan budaya; kaderisasi konservasi; Rancangan Peraturan Perundang –
keanekaragaman hayati; pengelolaan limbah; undangan Pengelolaan Persampahan,
dan energi bersih menjadi runtutan rensta Pusat Informasi Lingkungan Hidup, State
sekaligus dimasukkan dalam perioritas yang Of the Environment Report Indonesia,
membutuhkan pengembangan besar ke depan. Bapedal, Jakarta.
Sedangkan pada faktor penghambat dan Karim, Fatkurrahman Abdul. 2011. Konservasi
pendukung dalam perwujudan universitas Alam, Gerakan hijau, dalam Suatu
konservasi melalui 7 pilar konservasi tersebut Perspektif.
menempatkan psikologi mental dari semua http://unikonservasifauna.org/2011/10/
warga Unnes menjadi perhatian utama. konservasi-alam-gerakan-hijau-dalam-
Komitmen dan partisipasi bersama menjadi suatu-perspektif/ diakses tanggal 5 Mei
tanggung jawab untuk mendukung, menjaga, 2014.
memantau dan berkoordinasi dalam Peraturan Rektor Unnes Nomor 27 Tahun 2012
mewujudkan universitas konservasi yang unggul, tentang Tata Kelola Kampus Berbasis
sehat dan sejahtera. Konservasi di Universitas Negeri
Saran Semarang.
Perwujudan Unnes sebagai universitas Rahardyan, B. dan Widagdo, A.S. 2005.
konservasi masih perlu banyak hal yang harus Peningkatan Pengelolaan Persampahan
diperhatikan. Pemahaman menyeluruh civitas Perkotaan Melalui Pengembangan Daur
akademika Unnes melalui penekanan-penekanan Ulang. Materi Lokakarya 2 Pengelolaan
berbagai tindakan konservasi secara Persampaham di Propinsi DKI Jakarta.
keberlanjutan harus terus dilakukan. Jakarta.
Implementasi 7 pilar sepenuhnya dapat

22
Analisis Implementasi 7 Pilar Konservasi Universitas Negeri Semarang di Fakultas Ilmu pendidikan

Reif, J.A. Levy, Y. 1993. Password: Kamus


Bahasa Inggris Untuk Pelajar. PT. Kesaint
Blanc Indah Corp. Bekasi. 1993. Vale, Brenda & Vale, Robert. 1991. Towards a
Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi dalam Green Architecture: six practical case
Birokrasi Pembangunan. studies. RIBA Publications. ISBN 978-0-
Tor-Björn Larsson. 2001. Biodiversity evaluation 947877-47-7.
tools for European forests. Wiley- Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis
Blackwell. hlm. 178. ISBN 978-87-16- Kebijakan Dari Formulasi ke
16434-6. Diakses 28 Juni 2011. Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta:
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi PT Bumi Aksara.
Berbasis Kurikulum.

23
Bagus Kisworo & Mu’arifuddin / Journal of Nonformal Eduacation, Vol. 1 No 1, Tahun 2015

24

Anda mungkin juga menyukai