PROPOSAL TESIS
Oleh:
SADDAM
0301514024
Mahasiswa karya,
Nama : Saddam
NIM : 0301514024
telah diseminarkan pada tanggal 03 Maret 2016 dan telah direvisi sesuai dengan
Semarang, 2016
Ketua, Penguji I,
I. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan esensinya penanaman nilai dan sikap yang akan dibangun
wadah penaman nilai dan sikap yang di arahkan berdasarkan tujuan bersama.
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
ini secara berkelanjutan guna mencapai tujuan nasional, sehingga perlu adanya
pembangunan nasional.
dan bangsa ini, sehingga dibawa dalam lingkungan kampus. Mahasiswa seolah
manusia secara menyeluruh. Peningkatan tersebut pada aspek jiwa, raga, pribadi,
sosial, dan aspek ketuhanan. Oleh karena demikian peran lembaga pendidikan
masa depan bangsa ini. Lembaga-lembaga ini sebagai wadah yang akan
membentuk anak bangsa, dibangun dari teori-teori dan praktik lapangan secara
akademik yang dipersiapkan secara langsung untuk berada di lapangan atau dunia
sosial. Begitu juga halnya dengan Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai
lingkungan, bangsa dan Negara, jika telah dibekali dengan ilmu yang bermanfaat
dalam proses pendidikan. Integrasi nilai itu sendiri adalah persetujuan bersama
konservasi secara ekologis, penguatan pada aspek sikap dan perilaku segenap
seni dan budaya (Setyowati, 2015). Konsep konservasi di Unnes menjadi salah
satu dasar yang dibutuhkan untuk melakukan pembentukan karakter tangguh yang
karakter di Unnes tidak dipahami dalam konteks fisik saja, tetapi lebih dimengerti
sebagai nilai yang berperan sebagai pemandu bagi warga Unnes untuk
memelihara budaya (termasuk nilai moral dan sosial) yang makin ditinggalkan
lingkungan Unnes, lebih-lebih nilai moral dan sosial. Hal ini dapat dilakukan
dengan habituasi yang ditunjang oleh lingkungan dan warga Unnes. Habituasi
merupakan pembiasaan untuk suatu tujuan yang baik guna pembangunan manusia
yang berkarakter, dalam hal ini terkait pembangunan Unnes dan sivitas
hanya dipahami dalam konteks fisik saja, melainkan juga dipahami sebagai nilai
(non fisik) yang perlu dikembangkan secara terus menerus. Seperti halnya
nonfisik pada kegiatan akademik dan nonakademik. Tujuh pilar konservasi telah
limbah, efisien energi, panel tenagah suria, pengolahan limbah air dan rencana
konservasi.
5
pada tatanan konsep. Hal ini terlihat dari kepemilikan nilai-nilai karakter
nilai konservasi secara utuh, sehingga tercermin pada karakter konservasi yang
inspirasi dan dorongan lembaga atau dosen. Sisi lain kepedulian mahasiswa
analisis kritis, terutama dalam menyikapi berbagai fenomena yang terjadi pada
nilai-nilai konservasi dalam habituasi kampus Unnes, dalam hal ini untuk
konservasi (delapan nilai karakter konservasi mahasiswa) Unnes oleh pihak yang
berperan. Mengacu pada hal tersebut, maka penelitian ini akan peneliti wujudkan
dalam bentuk studi pada Unnes dan akan dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka masalah yang perlu
konservasi masih berada pada arah tanggapan, dan sikap belum merata
habituasi di Unnes;
5. Nilai-nilai konservasi yang dapat membentuk kepribadian mahasiswa
Mengacu pada indentifikasi masalah di atas, maka cakupan dalam penelitian ini
sebagai berikut.
7
kampus Unnes?
mahasiswa Unnes?
mahasiswa Unnes;
2. Menjadi rujukan awal bagi peneliti lainya yang ingin meneliti lebih
habituasi lembaga.
berkarakter konservasi.
3. Bagi Mahasiswa
BERPIKIR
9
Konservasi berasal dari kata conservation, bersumber dari kata con (together)
dan servare (to keep, to save) yang dapat diartikan sebagai upaya memelihara
milik kita, dan menggunakan milik tersebut secara bijak (wise use). Secara leksikal,
heritage) (Handoyo dan Tijan, 2010:15). Konservasi adalah usaha melindungi dan
secara fisik maupun lingkungan secara sosial budaya dengan wujud etika dan
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap
Nilai mengacu pada apa atau sesuatu yang oleh manusia dan masyarakat
dipandang sebagai yang paling berharga. Dengan perkataan lain, nilai itu berasal
dari pandangan hidup suatu masyarakat. Pandangan hidup itu berasal dari sikap
manusia terhadap Tuhan, terhadap alam semesta, dan terhadap sesamanya (Maran,
1999:40). Nilai di sini erat kaitannya dengan apa yang menjadi kesepakatan
sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan Narwoko dan Suyanto
(2011:55) bahwa suatu tindakan dianggap sah artinya secara moral dapat diterima
kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat
seseorang terhadap yang akan dilakukannya, akan tetapi tidak menghakimi apakah
sebuah perilaku itu salah atau benar. Nilai menguat dalam hal yang selaras dengan
keinginan dan tujuan besama manusia sebagai sesuatu yang sangat berharga dan
mampu membentuk manusia sebagai makhluk individu dan juga sosial. Hal ini
dalam melakukan perbuatan baik lahir maupun batin, harus sesuai dengan
kesatuan monodualis susunan kodrat jiwa dan raga, kesatuan monodualis sifat
Empat tabiat saleh sebagai dasar ajaran moral Pancasila. Secara rinci empat
Nilai tabiat saleh sebagai dasar ajaran moral Pancasila di atas menjadi
Pedoman tersebut sebagai acuan tabiat saleh yang bijaksana, sederhana, teguh,
dengan penelitian di Unnes, nilai yang menjadi pendoman yang bermuara dari
nilai Pancasila termuat dalam tujuh pilar konservasi dan delapan nilai karakter
dalam tujuh pilar utama Unnes sebagai universitas konservasi merupakan nilai-
nilai konservasi yang menjadi dasar dan pegangan sivitas akademika Unnes dalam
menyikapi secara bijak lingkungan (fisik dan non fisik) sebagai habituasi yang
oleh mahasiswa Unnes. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan Setyowati dkk
(2015:6) bahwa setiap mahasiswa harus memiliki nilai karakter konservasi. Nilai
karakter konservasi mahasiswa terdiri dari 8 (delapan) nilai yang integral dan
Maha Esa.
Kedelapan nilai karakter konservasi adalah sebagai berikut.
1. Nilai inspiratif
Berarti memiliki ide atau gagasan untuk bertindak, melakukan sesuatu
yang sengaja datang ke otak kita tanpa mengenal tempat, waktu, dan
kondisi apa pun.
2. Nilai humanis
Sikap seseorang yang mengahargai orang lain, mengharapkan, dan
memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik,
berdasarkan asas kemanusiaan.
3. Nilai peduli
Kemampuan mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan. Peduli
lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan lingkungan dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki
kerusakan lingkungan yang telah terjadi. Peduli sosial adalah sikap dan
13
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
4. Nilai inovatif
Kemampuan mendayagunakan pemikiran, imajinasi, stimulan, dan
lingkungan dalam menghasilkan produk baru (bersifat pembaruan).
5. Nilai sportif
Bersifat ksatria, jujur. Sportifitas berarti bersikap adil terhadap lawan;
bersedia mengakui keunggulan, kekuatan, kebenaran, lawan atau
kekalahan, kelemahan, kesalahan sendiri.
6. Nilai kreatif
Kemampuan berpikir atau bertindak untuk menyelesaikan masalah
secara cerdas dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah ada.
7. Nilai kejujuran
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
8. Nilai keadilan
Sifat perbuatan yang adil. Adil artinya tidak berpihak, berpihak kepada
yang benar (Setyowati dkk, 2015:6-8).
Karakter mahasiswa dapat dikatakan kepribadian yang dimiliki mahasiswa
yang dijadikan standar bersama baik yang bersifat khusus maupun umum dalam
Indonesia yang lebih baik. Tujuan tersebut dapat didekati melalui pendidikan
nilai karakter luhur yang sudah berkembang selama ini dan dapat dikembangkan
14
lebih lanjut. Nilai tersebut merupakan uraian dari nilai utama Unnes, yaitu sehat,
supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh (Triantono, 2007:38). Struktur
15
sosial budaya memiliki tingkat fleksibelitas yang tinggi dalam adaptasi dengan
lingkungan, hal ini disebabkan terdapatnya perangkat sistem sosial, dari yang
sederhana sampai dengan yang sangat kompleks yang semua itu sangat
yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Integrasi nilai umumnya dilakukan melalui
maka.
Solusi dari adanya lingkungan berkelanjutan tersebut seperti harus
menjadi agenda kerja yang tidak kalah seriusnya untuk membangun
kehidupan masyarakat sejahterah untuk menuju cita-cita tersebut terdapat
beberapa hal yang nampaknya perlu mendapat perhatian bersama. Pertama,
program-program kebijakan dan pembangunan yang dilangsungkan hendak
memberi pertimbangan yang seimbang terhadap dampak lingkungan yang
ditimbulkan dari satu hasil kerja industri dan pembangunan yang ada, tidak
semata-mata memperbincangkan polusi yang ditimbulkan secara fisis, biotis,
dan kimiawi saja, tetapi harus diterjemahkan sebagai bentuk dampak
terhadap kondisi lingkungan dan kearifan lokal serta terjadinya perubahan
sosial dan kultur masyarakat. Kedua, pemberdayaan dan penegakan hukum
menjadi agenda yang tidak kalah pentingnya menuju masyarakat bijak
lingkungan. Ketiga, lembaga pendidikan seperti halnya perguruan tinggi dan
ilmuan mempunyai peran penting dan strategis dalam rangka menghasilkan
penelitian-penelitian teknologi yang ramah lingkungan dan menemukan
solusi-solusi dari masalah kerusakan lingkungan melalui berbagai
pendekatan sosial, budaya, teknologi, ideologi, dan lain sebagainya.
16
habituasi diri, habituasi keluarga, dan habituasi lembaga, baik lembaga dalam
kelompok kecil maupun lembaga dalam kelompok besar (Negara). Dengan ini,
ada tiga etika yang perlu kita perhatikan yang berkenaan dengan lingkungan
menurut Keraf (2006:9-22), yakni: Pertama, Etika Deontologi; lakukan apa yang
menjadi kewajiban kamu sebagaimana terungkap dalam norma dan nilai moral
yang ada. Dalam artian suatu tindakan akan dinilai baik atau buruk berdasarkan
apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Kedua, Etika Teleologi;
menilai baik-buruk suatu tindakan berdasarkan suatu tujuan atau akibat dari
tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan baik dan
tertentu, jawaban etika teleologi adalah pilihan tindakan yang membawa akibat
moral pada diri setiap orang . Aristoteles mengatakan nilai moral di temukan
dan muncul dari pengalaman hidup yang di perlihatkan oleh tokoh-tokoh besar
dalam suatu masyarakat dalam menghadapi dan menyikapi persoalan hidup ini.
supaya menjadi terbiasa (terlatih) pada habitat dan sebagainya (Kamus Besar
individu atau masyarakat dalam kelompok tertentu sebagai nilai yang dianut dan
menjadi kesepakatan bersama, konsep ini kemudian di integrasikan dalam diri dan
terlihat dalam wujud perilaku masyarakat tertentu. Habituasi kampus lebih pada
upaya penanaman nilai-nilai melalui pendidikan, dalam hal ini menanamkan nilai-
kemahasiswaan.
Pendidikan konservasi merupakan sebuah pembelajaran untuk membangun
dkk, 2015:13). Lebih lanjut, pendidikan konservasi adalah sebuah program yang
khususnya dan masyarakat pada umumnya agar lebih sadar dan memberi
umumnya. Pada suatu lembaga pendidikan, hal ini bertujuan untuk membentuk
personality sendiri berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng yang
digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan (Yusuf dan
cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang
dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku
yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, menentukan penyesuaian
tingkahlakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain. Kepribadian juga dapat
individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang
individu atas sistem-sistem psikofisis yang menentukan caranya yang unik dalam
menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Menurut
Robbins dan Judga (2008:129-130) karakteristik yang umum melekat dalam diri
seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.
mengatakan terdapat tiga cara untuk menilai kepribadian: (1) survey mandiri, (2)
kepribadian antara lain: bentuk tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang di
turunkan orang tua. Adapun faktor lingkungan antara lain lingkungan rumah,
dipengaruhi gen secara langsung adalah (1) kualitas sistem saraf, (2)
keseimbangan biokimia tubuh, dan (3) struktur tubuh (Yusuf dan Nurihsan,
2008).
Kemampuan belajar dan penyesuaian diri individu di batasi oleh sifat-
sifat yang inheren dalam organisme individu itu sendiri (Cattel dalam Yusuf
penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang memiliki sisi
kesesuaian dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Hal ini sebagai bahan
dan persamaan antara penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan. Letak perbedaan dan persamaan bisa meliputi pendekatan
penelitian yang digunakan, teknik analisis data yang digunakan dan hasil
dihadapkan pada suatu proses pengintegrasian dengan maksud dan tujuan tertentu
pula. Persamaan pada segi lokasi terletak pada penelitian yang dilakukan
Setyowati (2015), Yuniawan dkk (2014), Arswendi (2014), dan Raharjo (2015)
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yakni berlokasi di Unnes. Meskipun
23
teori yang digunakan, dan juga pada ruang lingkup kajiannya. Pada lingkup kajian
yang akan dilakukan peneliti. Perbedaan tersebut terlihat dari lokasi, fokus yang
di teliti, dan teori yang digunakan. Berikut adalah perbedaan dari fokus masalah
yang dikaji, seperti penelitian yang dilakukan Ardiwinata dkk (2016) lebih
daya sebagai sudut pandang dalam hal ini sumber daya pribadi, harapan, dan
pencapaian tujuan untuk perubahan dalam tiga sumber daya pribadi (harapan,
keberhasilan diri dan optimisme), dengan adanya intervensi pada sebelum dan
Tahun) lebih memfokuskan pada model bahan ajar berbasis masalah (PBL) untuk
24
penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada konsep kepribadian atau
untuk pembentukan kepribadian mahasiswa ini lebih dikaji pada nilai karakter
Ide dasar dalam teori tindakan sosial yang dikembangkannya oleh Talcott Parsons
bahwa studi mengenai perubahan sosial harus dimulai dengan studi mengenai
struktur sosial terlebih dahulu. Struktur sosial dapat didefinisikan sebagai cara
diprediksi melalui pola perilaku berulang antar individu dan antar kelompok
dinamika yang terjadi dalam sistem sosial sebagai bagian dari struktur sosial.
keterkaitan dengan lingkungan lainnya. Sistem sosial menurut Parsons terdiri atas
25
sejumlah aktor individual yang saling berinteraksi dalam situasi yang sekurang-
yang berhubungan dengan situasi yang didefinisikan dan dimediasi dalam simbol
Menurut Parsons, ada dua hal pokok yang harus dipenuhi agar seluruh
sistem dapat hidup dan berlangsung. Dua hal pokok dari kebutuhan itu ialah yang
atau tujuan serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan. Dari premis ini, secara
adaptasi (A), goal attainment atau pencapaian tujuan (G), integration atau
integrasi (I), dan latent pattern maintenance atau pemeliharaan pola-pola laten
yang harus dipenuhi oleh setiap sistem yang hidup. Dua pokok penting yang
tujuan serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan tersebut (Parsons, dalam
Martono, 2014:58). Ketika tindakan kita sudah menjadi kebiasaan dan kita
ungkapkan. Ketika tindakan kita menjadi tidak efektif, kita menjadi peduli
26
2012:49).
organisme atau sistem organis tingkah laku. Goal attainment pada fungsinya,
menjadi komponennya. Selain itu sistem harus dapat mengelola dan mengatur
pola-pola individu dan kultural. Dikatakan juga fungsi ini fungsi kultural
(budaya).
Skema ini dapat diterapkan dalam berbagai sistem sosial. Di sini Parsons
Tabel 2.1.
Skema Penerapan AGIL dalam Sistem Tindakan
tujuan sistem dan memonilisasi sumber daya yang ada untuk mencapaianya.
pemeliharaan pola dengan menyediakan actor seperangkat norma dan nilai yang
menganalisis penelitian ini. Dengan mengacu pada teori ini akan dianalisis nilai
sebagai jenis kampus. Dengan ini, akan tergambar tindakan apa yang dilakukan
tindakan tersebut terorganisir dengan baik maka hasilnya pun akan baik pula.
Tindakan ini yang tepat akan menghasilkan pencapaian tujuan, dengan cara
dalam diri warga Unnes. Jika diintegrasikan dengan pola, strategi, dan manajemen
yang baik dan tepat, maka itu akan terlihat pada kepribadian warga termasuk
28
mahasiswa Unnes. Dengan teori ini diharapkan akan terurai upaya yang selama ini
melalui habituasi, juga sivitas akademika itu sendiri. Namun, dalam menganalisis
ini dibutuhkan data awal tentang kepribadian warga Unnes melalui pengamatan.
Ide dasar teori kepribadian yang dikembangkan oleh Gordon W. Allport bahwa
setidaknya pada individu yang normal, pikiran-pikiran dan dorongan sadar jauh
lebih penting dari pada dorongan atau kebutuhan tak sadar (Hall dan Lindzey,
2012). Sejalan dengan keyakinannya ini, Allport sendiri mengajukan konsep yang
manusia dewasa yang normal terutama dikuasai oleh unsur-unsur dorongan sadar,
dan tingkah lakunya ditentukan oleh faktor-faktor masa kini dan masa mendatang,
bukan oleh masa lalu. Penekanannya adalah pada sifat kompleks dan unik dari
tingkah laku manusia. Sifat kompleks dan beragam pada individu ini memiliki
ini dia dapat membuat sintesis antara pemikiran psikologi yang tradisional
dengan teori kepribadian (Suryabrata, 2008:199).
sehingga kompleksitas itulah yang akan membawa sifat rumit dalam mempelajari
kesalahan dalam mempelajari perilaku manusia yang sangat kompleks. Hal inilah
berkaitan dengan objek tertentu. Interaksi sosial di dalam kelompok maupun luar
belajar, dan dapat merupakan pembangkit atau penuntun perilaku. Akan tetapi,
ada perbedaan antara ketiga hal ini, demikian juga bila dibandingkan dengan tipe
kembangkan oleh Allport dapat digunakan dalam penelitian ini. Pegunaan ini
Diharapkan dengan bimbingan dan acuan dalam teori ini peneliti akan lebih
terarah dalam menganalisis data yang nantinya dari lapangan untuk menjawab
ini, antara lain; Pertama, yang dikaji adalah integrasi nilai-nilai konservasi dalam
habituasi kampus. Di mana untuk menganalisis hal tersebut perlu diamati secara
mendalam pada pribadi-pribadi yang terlibat dalam proses ini. Kedua, yang dikaji
tindakan yang muncul dari diri pribadi. Hal ini secara langsung menggambarkan
kepribadian objek yang diteliti, sehingga dapat dikaji berdasarkan dasar nilai
konservasi yang dihabituasikan. Setiap tindakan selalu dikaitkan dengan apa yang
mendasari tindakan tersebut, sehingga perlu diamati dan kaji bagaimana tindakan
tersebut bisa timbul, yang membentuk nilai-nilai pada individu-individu dalam suatu
kelompok pada Unnes. Studi yang dikaji merupakan suatu kesatuan yang tak
melibatkan sekian faktor yang saling terkait. Salah satu cara mengamati nilai
yang melakukan tindakan konservasi atas inspirasi dan dorongan lembaga atau
dosen. Mahasiswa sebagai peserta belajar dewasa harus diberikan suasana dan
secara fisik maupun lingkungan secara sosial budaya dengan wujud etika dan
inspiratif, nilai humanis, nilai peduli, nilai inovatif, nilai sportif, nilai kreatif, nilai
kejujuran, dan nilai keadilan. Proses tersebut melalui integrasi nilai konservasi
Teori tindakan sosial Parsons dan teori kepribadian Allport akan digunakan
bahwa manusia dewasa yang normal terutama dikuasai oleh unsur-unsur dorongan
sadar, dan tingkah lakunya ditentukan oleh faktor-faktor masa kini dan masa
mendatang, bukan oleh masa lalu. Inilah yang akan dijadikan pegangan dalam
Gambar 2.1
Kerangka berpikir integrasi nilai-nilai konservasi dalam habituasi kampus
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan dan desain studi kasus kualitatif. Alasan
yang dikaji adalah integrasi nilai-nilai dalam habituasi, sehingga menghadapkan pada
peluang untuk meneliti fenomena secara holistik. Fenomena yang dikaji merupakan
satu kesatuan yang tak terpisahkan karena tindakan yang terjadi melibatkan sekian
faktor yang saling terkait. Dan ketiga, penelitian kualitatif memberikan peluang
Oleh karena itu dalam penelitian ini lebih diwujudkan dalam bentuk studi
kasus. Dalam hal ini menggali dan memotret nilai-nilai yang hanya Unnes miliki,
Alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah pertama, mengingat saat ini perhatian dunia
salah satunya tertuju pada masalah pelestarian lingkungan, dan Unnes merupakan
dijadikan sebagai ciri khas baru yang dapat mengangkat Unnes di mata
dengan melibatkan internal dan eksternal organisasi. Dan ketiga, habituasi nilai-
nilai konservasi Unnes. Membuat saya tertarik ingin memotret karakter konservasi
Fokus utama dalam penelitian ini adalah integrasi nilai-nilai konservasi (delapan nilai
kepribadian mahasiswa. Lebih lanjut, fokus ini diuraikan dalam sub fokus berikut.
lingkungan kampus.
nilai inovatif, nilai sportif, nilai kreatif, nilai kejujuran, dan nilai
keadilan.
Sub fokus dari fokus penelitian yang akan dikaji di atas nantinya akan
digunakan sebagai panduan awal penelitian. Panduan awal penelitian ini untuk
menggali data di lapangan. Item pada fokus penelitian nantinya akan peneliti
Informan pada penelitian ini akan ditentukan oleh peneliti sendiri. Informan pada
yang telah ditentukan oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti pertimbangkan pada
informan yang sudah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan
tentang konservasi, informan yang masih terlibat secara aktif dalam kegiatan
mata kuliah pendidikan konservasi, karyawan, dan mahasiswa Unnes yang telah
menempuh mata kuliah pendidikan konservasi. Hal ini didasari pada fokus kajian
latar belakang posisi, jabatan, mata kuliah yang di ampu (bagi dosen), dan tingkat
mahasiswa). Pemilihan karyawan dan dosen Unnes dalam hal ini peneliti
berbasis konservasi dan telah menempuh mata kuliah pendidikan konservasi. Data
ini sumbernya langsung dari pihak yang mengalami dan melakukan. Di lihat dari sisi
kegunaannya, data primer ini menempati posisi utama untuk dijadikan arah analisis
selanjutnya.
penelitian dan dijadikan sebagai sarana untuk menganalisis persoalan yang sedang
konservasi dalam habituasi di Unnes. Hal ini untuk mengamati peristiwa/ fenomena
dan menganalisis konservasi fisik dan non fisik pada lingkunga n Unnes.
Sumber tertulis berasal dari beberapa buku atau referensi lain yang digunakan sebagai
acuan untuk mengupas permasalahan penelitian. Dalam hal ini buku atau referensi
dan kendala yang muncul terhadap integrasi nilai-nilai konservasi dalam habituasi
di Unnes.
Peneliti sendiri merupakan instrumen kunci, oleh karena itu peneliti harus betul-betul
yang akan diteliti, dan kesiapan memasuki objek yang akan diteliti. Dalam hal ini
Menginggat keterbatasan peneliti dalam megingat data yang dibutuhkan, maka pada
penelitian ini akan digunakan alat bantu berupa pedoman wawancara dan lembar
observasi.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi
III.4.1. Observasi
38
Dalam penelitian ini akan digunakan observasi nonpartisipasi, di mana peneliti tidak
perlu terlibat secara langsung dalam aktivitas yang sedang diamati. Pada rencana
penelitian ini akan diamati dari strategi integrasi nilai-nilai konservasi dalam
menganalisis konservasi fisik dan nonfisik pada lingkungan Unnes, yakni mengamati
III.4.2. Dokumentasi
dokumen, dan potret dari aktivitas konservasi sivitas akademika Unnes. Dengan
III.4.3. Wawancara
kepribadian mahasiswa, dan kendala yang muncul terhadap strategi integrasi nilai-
nilai konservasi dalam habituasi di Unnes. Pada penelitian ini akan digunakan jenis
39
wawancara mendalam, dan wawancara tidak terstruktur untuk memperoleh data yang
yang tidak terstruktur, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa
eksplisit. Hal ini, informasi yang dicari melalui wawancara di arahkan pada UPT
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan tiga macam triangulasi yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi teori. Triangulasi sumber yakni
informasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data berbeda pada sumber yang
sama. Dan triangulasi teori di sini dimaksudkan teori tersebut digunakan untuk
mengkontruksikan dengan data dari hasil penelitian. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu teori tindakan sosial Parsons dan teori kepribadian Allport.
Integrasi tersebut akan terlihat pada cara pembauran nilai-nilai konservasi oleh UPT
kesehariannya dilingkungan.
Triangulasi tersebut dipergunakan agar sasaran kajian ini dapat terkumpul data
yang komprehensif dan efisien. Data yang komprehensif dan efisien tersebut akan
peneliti lebih teliti dan mampu memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
Pada tahap ini analisis data akan dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti
digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh dari lapangan, karena data yang
adalah organisasi pikiran tentang fenomena yang akan diteliti, maka di sini
Penelitian ini akan menggunakan teknis analisis data dari Spradley (2006). Di
mana peneliti mengambil tiga langkah yaitu; membuat analisis domain, membuat
III.6.1.Analisis Domain
41
Analisis domain merupakan tahap pertama dalam teknis analisis data kualitatif ini.
Langkah ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh data
penelitian. Berdasarkan penelitian ini maka data yang akan dianalisis pada tahap
ini adalah data tentang strategi integrasi nilai-nilai konservasi dalam habituasi
nilai karakter konservasi mahasiswa meliputi nilai inspiratif, nilai humanis, nilai
peduli, nilai inovatif, nilai sportif, nilai kreatif, nilai kejujuran, dan nilai keadilan.
Dan kendala yang muncul terhadap integrasi nilai-nilai konservasi dalam habituasi
di Unnes akan peneliti fokuskan pada kendala internal baik fisik dan nonfisik.
ini harus dilakukan secara berulang ketika ada data baru yang muncul melalui
III.6.2.Analisis Taksonomik
Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah analisis taksonomik. Tahapan ini
yang dibutuhkan.
mahasiswa Unnes yang meliputi nilai inspiratif, nilai humanis, nilai peduli, nilai
inovatif, nilai sportif, nilai kreatif, nilai kejujuran, dan nilai keadilan, dan kendala
III.6.3.Analisis Komponensial
dan memasukkan semua informan ini pada suatu paradigma. Data ini
spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat ditemukan. Analisis ini
Unnes yang meliputi nilai inspiratif, nilai humanis, nilai peduli, nilai inovatif,
nilai sportif, nilai kreatif, nilai kejujuran, dan nilai keadilan kaitan dengan
43
DAFTAR PUSTAKA
Ardiwinata, Jajat S., Hasanah, Viena Rusmiati., dan Sudiapermana, Elih. 2016.
Model Pelatihan Berbasis Nilai Keagamaan dalam Membentuk Karakter
Generasi Muda. Journal of Nonformal Education. Vol 2 No 1. Tersedia pada
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jne (diunduh pada tanggal 10 Maret
2016).
Arswendi, Riki. 2014. Konservasi Berbasis Komunitas (Studi Tentang Strategi
Branding Universitas Negeri Semarang Sebagai Universitas Konservasi).
Undip: Tesis. Tersedia pada ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi/article/
download/6586/5419 (diunduh pada tanggal 12 Mey 2015).
Badan Pengambangan Konservasi (Bangvasi) Unnes. 2015. Kaderisasi
Konservasi. Tersedia pada http://konservasi.unnes.ac.id/?page_id=19
(diunduh pada tanggal 12 Mei 2015).
Dwidjoseputro. 1994. Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Jakarta:
Erlangga.
Faizah, Ulfi., Prastiwi, Muji Sri., Subekti, Niken., Setyowati, Dewi Liesnoor.,
Rachmadiarti, Fida., Kuntjoro, Sunu. Teaching Materials Model -Based
Problem Based Learning (PBL) To Habituate Students Conservation
Awareness. Jounal Of Konservation. Tersedia pada
https://mail.google.com /mail/u/0/?tab=wm#inbox/1534c5ac8e4d9e37?
projector=1 (diunduh pada tanggal 7 Maret 2016).
Feldman, David B., Davidson, Oranit B., dan Margalit, Malka. 2014. Personal
Resources, Hope, and Achievement Among College Students: The
Conservation of Resources Perspective. Department of Counseling
Psychology. Hlm 543560. Vol 16. DOI 10.1007/s10902-014-9508-5.
44