AGROINDUSTRI
MAKALAH
Disusun oleh:
MUHAMAD NIKMAT
NPM : 542010111043
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
dan hidayahNYA kami dapat menyelesaikan makalah tugas ini. Kami juga tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung sudah membantu atas penyusunan makalah ini.
Kami sadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu saran dan kritrik dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara ini adalah
pencapaian struktur ekonomi yang seimbang yaitu terdapatnya kemampuan dan
kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan dan kekuatan
pertanian yang tangguh. Hal ini berarti bahwa antara sektor pertanian dan sektor
industri diperlukan adanya keterkaitan yang kuat baik keterkaitan kedepan
maupun keterkaitan ke belakang dalam mencapai tujuan masing-masing sektor
tersebut. Adanya keterkaitan ini terlihat dengan adanya perkembangan
pengolahan hasil pertanian dan agroindustri (agroindustry). Agroindustri adalah
suatu kegiatan lintas disiplin yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian)
untuk industri.
Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak yang
industrial tidak dengan sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya. Berbagai
teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi empiris Bank Dunia menunjukkan,
bahwa sukses pengembangan sektor industri di suatu negara selalu diiringi
dengan perbaikan produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor
pertanian. Selain menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap
tenaga kerja, sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan baku bagi sektor
industri dan menjadi sumber penghasil devisa.
Di banyak negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat
bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Pada tahap pertama pembangunan
dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana
produksi pertanian. Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri
pengolahan penunjang sektor pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara
bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Rancangan
pembangunan seperti demikian diharapkan dapat membentuk struktur
perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang, tangguh menghadapi gejolak
internal dan eksternal.
B. Tujuan
1. Memahami definisi dan kegunaan perencanaan.
2. Dapat menentukan factor-factor penting dalam perencanaan industri
pertanian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kapasitas Produksi
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk dapat
berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk
keluaran (output) per satuan waktu. Yang dimakusd dengan unit produksi adalah
tenaga kerja, mesin, unit stasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi,
dan organisasi produksi.
Manfaat dari perhitungan kapasitas produksi ini adalah :
1. Dapat meminimalkan keterlambatan pengiriman produk karena kesalahan
perhitungan kapasitas produksi.
2. Menjembatani ketidak harmonisan antara kapasitas yang ada dengan
kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar.
3. Sebagai bahan pertimbangan pihak perusahaan dalam penempatan investasi
mesin, operator, dan perubahan waktu kerja (shift).
4. Dapat meminimalkan biaya produksi dan harga pokok penjualan unit
produk.
Kapasitas produksi tersebut ditentukan berdasarkan kapasitas sumber
daya yang dimiliki antara lain : kapasitasi mesin, kapasitas tenaga kerja,
kapasitas bahan baku, kapasitas modal. Kapasitas produksi juga berkaitan erat
dengan skedul atau jadwal produksi yang tertuang dalam jadwal produksi induk
(master production shedule), karena jadwal produksi induk mencerminkan apa
dan berapa yang harus diproduksi dalam jangka waktu tertentu.
2
3. Memodifikasi produk
4. Memperbaiki permintaan
5. Tidak memenuhi permintaan
3
1. Kebutuhan Terhadap Gula
Secara nasional kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga saja
mencapai sekitar 2,97 juta ton Gula Kristal Putih (GKP) per tahun, atau
sekitar 250 ton per bulan. Saat ini, konsumsi gula konsumen Indonesia 12
kilogram per kapita. Sampai saat ini, produksi gula nasional sendiri masih
jauh dari memadai untuk memenuhi kebutuhan riil tadi. Kemampuan
produksi Indonesia hanya 2,1 juta ton GKP per tahun, alias masih belum
bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri yang hampir berada di angka 3 juta
ton/tahun. Mari kita hitung. Bila jumlah produksi gula kristal putih (GKP)
kita adalah 2,1 ton/tahun seperti data tadi, lalu kita bagi 200 juta penduduk
indonesia yang mengkonsumsi gula, maka jumlah itu hanya bisa memenuhi
60% dari jumlah konsumen tersebut.
Dan itu, artinya jumlah produksi tersebut sama halnya hanya bisa
untuk memenuhi konsumsi masyarakat Pulau Jawa saja. Pasalnya, mayoritas
pabrik gula yang ada adalah berdomisili di Pulau Jawa. Bahkan, ada
sejumlah daerah yang sulit mendapatkan distribusi gula dari Jawa, seperti
Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Aceh, dan Riau.
Untuk diketahui, saat ini industri gula di Indonesia sendiri baru
didukung oleh 59 pabrik gula (PG) dan 8 pabrik gula rafinasi (PGR). Yang
perlu diperhatikan, bahwa PG-PG yang berada di Pulau Jawa saat ini
kondisinya relatif kurang produktif dikarenakan faktor usianya yang banyak
sudah tua. Selain itu, PG-PG ini juga sangat tergantung kepada petani tebu
yang luas arealnya di Jawa ini sudah sangat terbatas. Sementara itu, pabrik
gula Rafinasi yang ada pun belum berproduksi secara optimal. Tercatat,
sampai 2008 lalu utilisasi kapasitasnya baru sekitar 40% 60 %.
4
mengindikasikan bahwa sebagian besar petani menyewakan lahan pada
pabrik gula dengan keterpaksaan (Hafsah, 2002). Menurut Tim Pengkaji
Manajemen Industri Gula (2004), lahan untuk perkebunan tebu adalah tanah
sawah yang subur dan berpengairan teknis milik rakyat, yang penyediaannya
dijamin oleh pengusaha. Petani hanya berfungsi sebagai penyedia faktor
produksi yaitu lahan dan tenaga kerja.
b. Menggunakan TARGM
Penggunaan mesin tebang tebu semi mekanis TARGM adalah
menebang batang bawah (base cutter) dan merebahkan tebu kesamping.
Sedangkan potong pucuk dan bersihkan klaras menggunakan trasher.
Hasil ujicoba aplikasu TARGM Harvester tersebut sebagai
berikut:
1) Kapasitas/ prestasi alat : 0,1 Ha/ jam = 8 ton/ jam = 56 ton/
hari
2) Kualitas pekerjaan : pandas, rata tanah dan potongan
tebu baik, tetapi ada sebagian yang
pecah
5
3) Jumlah tenaga kerja : 1 orang operator dan 1 Helper/ hari
per-56 ton
4) Kebutuhan BBM : 2,5 liter/ jam
Sedangkan untuk potong pucuk tebu dan bersihkan trash (daun
tebu) dengan menggunakan alat trasher (Leaf Removal).
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan merupakan proses untuk menentukan kemana harus
melangkah dan mengidentifikasi berbagai persyaratan yang dibutuhkan dengan
cara efektif dan efesien, serta mengandung enam pokok pikiran yaitu perencaaan
melibatkan proses penentapan keadaan masa depan yang diinginkan, keadaan
masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang sehingga
dapat dilihat kesenjangannya, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-
usaha, usaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan
berbagai usaha dan alternative, perlu pemilihan alternatif yang baik yang
mencakup efektifitas dan efesiensi, alternatif yang sudah dipilih hendaknya
diperinci sehingga dapat menjadi petunjuk dan pedoman dalam pengambilan
kebijakan.
Kegunaan dari perencanaan meliputi standar pelaksanaan dan
pengawasan, pemilihan berbagai alternative terbaik penyusunan skala prioritas,
baik sasaran maupun kegiatan, menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi,
membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, alat
memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait, dan alat meminimalkan
pekerjaan yang tidak pasti.
B. Saran
Faktor faktor penting dalam perencanaan industri pertanian adalah
menganalisis situasi yang berhubungan dengan usaha yang akan dilakukan,
pemahaman tentang organisasi dan tata laksana perusahaan, melakukan studi
kelayakan usaha, mengelola sistem produksi dalam berusaha dengan cara yang
efektif dan efisien serta menjaga usaha yang dilakukan agar berkesinambungan
dengan mengacu pada kaidah 3K yaitu Kapasitas, Kualitas dan Kontinyuitas.
7
DAFTAR PUSTAKA
http://www.esm-ept.de/cms/upload/images/indon_gouv_report_original.pdf
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pe_030098_chapter4.pdf
Noeltrg.2012. Swasembada Gula 2014 Meramu Potensi Agar Harga Gula Tetap
Manis. Jakarta: http://ditjenpdn.kemendag.go.id (Diakses pada 18 Desember
2012)
Tim Pengkaji Manajemen Industri Gula. 2004. Manajemen Industri Gula Nasional.
Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi. Jakarta.