Anda di halaman 1dari 11

PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI

AGROINDUSTRI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri


Mata Kuliah Manajemen Produksi dan Operasi
Dosen Pembimbing : H. Juri Uswadi, Ir., M.Si.

Disusun oleh:
MUHAMAD NIKMAT
NPM : 542010111043

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
dan hidayahNYA kami dapat menyelesaikan makalah tugas ini. Kami juga tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung sudah membantu atas penyusunan makalah ini.
Kami sadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu saran dan kritrik dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Indramayu, September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ___________________________________________ i


DAFTAR ISI ___________________________________________________ ii

BAB I PENDAHULUAN _____________________________________ 1


A. Latar Belakang _____________________________________ 1
B. Tujuan ___________________________________________ 1

BAB II PEMBAHASAN ______________________________________ 2


A. Kapasitas Produksi __________________________________ 2
B. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek __________________ 2
C. Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang __________________ 3
D. Penentuan Kapasitas Produksi Optimum _________________ 3
E. Penentuan Kapasitas Produksi Gula _____________________ 3
1. Kebutuhan Terhadap Gula ________________________ 4
2. Kapasitas Terhadap Bahan Baku ___________________ 4
3. Kapasitas Jam Kerja Mesin ________________________ 5
4. Kapasitas Jam Tenaga Kerja _______________________ 6

BAB III PENUTUP ___________________________________________ 7


A. Kesimpulan _______________________________________ 7
B. Saran _____________________________________________ 7

DAFTAR PUSTAKA ____________________________________________ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara ini adalah
pencapaian struktur ekonomi yang seimbang yaitu terdapatnya kemampuan dan
kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan dan kekuatan
pertanian yang tangguh. Hal ini berarti bahwa antara sektor pertanian dan sektor
industri diperlukan adanya keterkaitan yang kuat baik keterkaitan kedepan
maupun keterkaitan ke belakang dalam mencapai tujuan masing-masing sektor
tersebut. Adanya keterkaitan ini terlihat dengan adanya perkembangan
pengolahan hasil pertanian dan agroindustri (agroindustry). Agroindustri adalah
suatu kegiatan lintas disiplin yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian)
untuk industri.
Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak yang
industrial tidak dengan sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya. Berbagai
teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi empiris Bank Dunia menunjukkan,
bahwa sukses pengembangan sektor industri di suatu negara selalu diiringi
dengan perbaikan produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor
pertanian. Selain menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap
tenaga kerja, sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan baku bagi sektor
industri dan menjadi sumber penghasil devisa.
Di banyak negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat
bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Pada tahap pertama pembangunan
dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana
produksi pertanian. Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri
pengolahan penunjang sektor pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara
bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Rancangan
pembangunan seperti demikian diharapkan dapat membentuk struktur
perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang, tangguh menghadapi gejolak
internal dan eksternal.

B. Tujuan
1. Memahami definisi dan kegunaan perencanaan.
2. Dapat menentukan factor-factor penting dalam perencanaan industri
pertanian.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kapasitas Produksi
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk dapat
berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk
keluaran (output) per satuan waktu. Yang dimakusd dengan unit produksi adalah
tenaga kerja, mesin, unit stasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi,
dan organisasi produksi.
Manfaat dari perhitungan kapasitas produksi ini adalah :
1. Dapat meminimalkan keterlambatan pengiriman produk karena kesalahan
perhitungan kapasitas produksi.
2. Menjembatani ketidak harmonisan antara kapasitas yang ada dengan
kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar.
3. Sebagai bahan pertimbangan pihak perusahaan dalam penempatan investasi
mesin, operator, dan perubahan waktu kerja (shift).
4. Dapat meminimalkan biaya produksi dan harga pokok penjualan unit
produk.
Kapasitas produksi tersebut ditentukan berdasarkan kapasitas sumber
daya yang dimiliki antara lain : kapasitasi mesin, kapasitas tenaga kerja,
kapasitas bahan baku, kapasitas modal. Kapasitas produksi juga berkaitan erat
dengan skedul atau jadwal produksi yang tertuang dalam jadwal produksi induk
(master production shedule), karena jadwal produksi induk mencerminkan apa
dan berapa yang harus diproduksi dalam jangka waktu tertentu.

B. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek


Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk menangani secara
ekonomis hal-hal yang bersifat mendadak dimasa yang akan datang, misalnya
untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika dalam jangka
waktu pendek. Menghadapi kondisi diatas jika kapasitas produksi tidak mampu
memenuhi maka perusahaan dapat melakukan sub-kontrak kepada perusahaan
lain pada saat terjadi lonjakan jumlah permintaan.
Jika perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi jangka pendek
maka ada lima cara yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan jumlah sumber daya
2. Memperbaiki penggunaan sumber daya

2
3. Memodifikasi produk
4. Memperbaiki permintaan
5. Tidak memenuhi permintaan

C. Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang


Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi operasi dalam
menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat diperkirakan
sebelumnya. (dari hasil forecasting). Tujuan utamanya adalah perusahaan dapat
menentukan jumlah produksi yang dapat menghasilkan biaya minimum dengan
memperhatikan antara lain: pola permintaan jangka panjang dan siklus kehidupan
produk yang dihasilkan. Untuk mengantisipasi gejolak kapasitas jangka panjang
terdapat dua strategi yang dapat ditempuh perusahaan yaitu (1) Strategi melihat
dan menunggu perkembangan (wait and see strstegy). (2). Strategi ekspansionis,
yaitu berproduksi dengan kapasitas produksi yang selalu melebihi atau diatas
volume permintaan.

D. Penentuan Kapasitas Produksi Optimum


Untuk menentukan kapasitas produksi optimum, terdapat berbagai macam
fakor yang harus diperhatikan, faktor2 tersebut umumnya disebut sebagai faktor
produksi antara lain:
1. Kapasitas bahan baku
2. Kapasitas jam kerja mesin
3. Kapasitas jam tenaga kerja
4. Kapasitas modal kerja.
Dari beberapa faktor tersebut diusahakan untuk memperoleh kombinasi
jumlah dan jenis produksi yang akhirnya dapat menghasilkan keuntungan
maksimal atau beban biaya yang paling minimal.

E. Penentuan Kapasitas Produksi Gula


Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok dan sangat penting untuk
ketahanan pangan nasional. Gula juga merupakan komoditi dengan tingkat
partisipasi konsumsi yang tinggi dan ragam penggunaan gula yang sangat luas
(Kusumaningrum, 2005).
Selain itu, gula merupakan komoditas strategis baik sebagai bahan
pemanis maupun sebagai sumber kalori. Oleh karena itu keberadaan pabrik gula
serta produknya memerlukan suatu perhatian dan penanganan yang serius.

3
1. Kebutuhan Terhadap Gula
Secara nasional kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga saja
mencapai sekitar 2,97 juta ton Gula Kristal Putih (GKP) per tahun, atau
sekitar 250 ton per bulan. Saat ini, konsumsi gula konsumen Indonesia 12
kilogram per kapita. Sampai saat ini, produksi gula nasional sendiri masih
jauh dari memadai untuk memenuhi kebutuhan riil tadi. Kemampuan
produksi Indonesia hanya 2,1 juta ton GKP per tahun, alias masih belum
bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri yang hampir berada di angka 3 juta
ton/tahun. Mari kita hitung. Bila jumlah produksi gula kristal putih (GKP)
kita adalah 2,1 ton/tahun seperti data tadi, lalu kita bagi 200 juta penduduk
indonesia yang mengkonsumsi gula, maka jumlah itu hanya bisa memenuhi
60% dari jumlah konsumen tersebut.
Dan itu, artinya jumlah produksi tersebut sama halnya hanya bisa
untuk memenuhi konsumsi masyarakat Pulau Jawa saja. Pasalnya, mayoritas
pabrik gula yang ada adalah berdomisili di Pulau Jawa. Bahkan, ada
sejumlah daerah yang sulit mendapatkan distribusi gula dari Jawa, seperti
Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Aceh, dan Riau.
Untuk diketahui, saat ini industri gula di Indonesia sendiri baru
didukung oleh 59 pabrik gula (PG) dan 8 pabrik gula rafinasi (PGR). Yang
perlu diperhatikan, bahwa PG-PG yang berada di Pulau Jawa saat ini
kondisinya relatif kurang produktif dikarenakan faktor usianya yang banyak
sudah tua. Selain itu, PG-PG ini juga sangat tergantung kepada petani tebu
yang luas arealnya di Jawa ini sudah sangat terbatas. Sementara itu, pabrik
gula Rafinasi yang ada pun belum berproduksi secara optimal. Tercatat,
sampai 2008 lalu utilisasi kapasitasnya baru sekitar 40% 60 %.

2. Kapasitas Terhadap Bahan Baku


Menurut Kusumaningrum (2005), ketersediaan bahan baku
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses
produksi gula sehingga proses penyediaannya perlu direncanakan secara
optimal. Tanaman tebu yang digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan gula di pabrik gula (PG) membutuhkan adanya ketersediaan
lahan (Tim Pengkaji Manajemen Industri Gula, 2004).
Dalam sejarah pergulaan di indonesia, penggunaan lahan petani
selalu menjadi masalah yang tidak mudah dipecahkan. Hal ini disebabkan
karena pabrik gula tidak mempunyai lahan yang cuku[. Oleh sebab itu jalan
pintas yang ditempuh adalah menyewa lahan petani. Fakta di lapangan

4
mengindikasikan bahwa sebagian besar petani menyewakan lahan pada
pabrik gula dengan keterpaksaan (Hafsah, 2002). Menurut Tim Pengkaji
Manajemen Industri Gula (2004), lahan untuk perkebunan tebu adalah tanah
sawah yang subur dan berpengairan teknis milik rakyat, yang penyediaannya
dijamin oleh pengusaha. Petani hanya berfungsi sebagai penyedia faktor
produksi yaitu lahan dan tenaga kerja.

3. Kapasitas Jam Kerja Mesin


a. Menggunakan Cane Thumper
Aplikasi Cane Thumper adalah hanya menebang tebu bawah
(base cutter), sedangkan untuk merebahkan tebu menggunakan tenaga
manual sebanyak 6-8 orang.
Hasil pengujian aplikasi Cane Thumper tersebut sebagai berikut:
1) Kapasitas/prestasi alat : 0,14 Ha/ jam = 10 ton/ jam = 70
ton/ hari
2) Kualitas pekerjaan : Pandas, rata tanah, dan potongan
tebu tidak pecah
3) Jumlah tenga kerja : 1 operator dan 8 helper/ hari per-70
ton
4) Kebutuhan BBM : 0.5 liter/ jam
Sedangkan untuk potong pucuk tebu dan bersihkan sampah
dengan alat trasher (Leaf Removal). Hasil dari ujicoba alat trasher
sebagai berikut:
1) Kapasitas alat : 1,2 ton/ jam
2) Kualitas pekerjaan : tebu bersih (trash 0 %)

b. Menggunakan TARGM
Penggunaan mesin tebang tebu semi mekanis TARGM adalah
menebang batang bawah (base cutter) dan merebahkan tebu kesamping.
Sedangkan potong pucuk dan bersihkan klaras menggunakan trasher.
Hasil ujicoba aplikasu TARGM Harvester tersebut sebagai
berikut:
1) Kapasitas/ prestasi alat : 0,1 Ha/ jam = 8 ton/ jam = 56 ton/
hari
2) Kualitas pekerjaan : pandas, rata tanah dan potongan
tebu baik, tetapi ada sebagian yang
pecah

5
3) Jumlah tenaga kerja : 1 orang operator dan 1 Helper/ hari
per-56 ton
4) Kebutuhan BBM : 2,5 liter/ jam
Sedangkan untuk potong pucuk tebu dan bersihkan trash (daun
tebu) dengan menggunakan alat trasher (Leaf Removal).

4. Kapasitas Jam Tenaga Kerja


Jumlah tenaga kerja yang ada pada PT. PG Rajawali II unit Pabrik
Gula Subang bagian proses produksi setiap tahunnya tidak sama karena hal
ini di dasarkan pada kebutuhan tiap tahunnya. Tercatat jumlah karyawan
yang bekerja pada bagian proses produksi di PT. PG Rajawali II unit Pabrik
Gula Subang untuk tahun 2006 sebanyak 596 orang yang terdiri dari 323
orang pekerja bagian pelaksana, 229 orang pekerja harian dan 44 orang
pekerja bagian pimpinan. Sistem penggajian untuk karyawan tetap / bulanan
selain mendapatkan gaji berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) juga
mendapatka tunjangan yang didasarkan pada golongan dan status
karyawannya juga upah lembur, sedangkan untuk karyawan harian yang
bekerja berdasarkan sistem kontrak hanya diberikan gaji berdasarkan UMR
perhari atau sistem borongan. Kenaikan berkala gaji/golongan tahunan untuk
setiap karyawan didasarkan atas penilaian kerja tahunan dengan
menggunakan hasil evaluasi dan Sistem Manajemen Kinerja (SMK). Jam
kerja yang diberlakukan oleh PT. PG Rajawali II unit Pabrik Gula Jatitujuh
bagi karyawannya terdiri dari jam kerja harian dan jam kerja sistem shift.
Jam kerja harian dilakukan pada luar masa giling (proses produksi) atau pada
masa perbaikan dan pemeliharaan. Jam kerja harian biasanya dilakukan pada
bulan September-Mei dengan jadwal sebagai berikut :
a. Senin-Kamis : masuk 07.00 - 15.00
istirahat 12.00 - 13.00
b. Jumat : masuk 07.00 - 15.00
istirahat 11.00 - 13.00
c. Sabtu : masuk 07.00 - 13.00
Istirahat
Jam kerja shift diberlakukan pada saat masa giling/proses produksi
dan dalam keadaan darurat dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Shift A : 06.00 - 14.00
b. Shift B : 14.00 - 22.00
c. Shift C : 22.00 - 06.00

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan merupakan proses untuk menentukan kemana harus
melangkah dan mengidentifikasi berbagai persyaratan yang dibutuhkan dengan
cara efektif dan efesien, serta mengandung enam pokok pikiran yaitu perencaaan
melibatkan proses penentapan keadaan masa depan yang diinginkan, keadaan
masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang sehingga
dapat dilihat kesenjangannya, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-
usaha, usaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan
berbagai usaha dan alternative, perlu pemilihan alternatif yang baik yang
mencakup efektifitas dan efesiensi, alternatif yang sudah dipilih hendaknya
diperinci sehingga dapat menjadi petunjuk dan pedoman dalam pengambilan
kebijakan.
Kegunaan dari perencanaan meliputi standar pelaksanaan dan
pengawasan, pemilihan berbagai alternative terbaik penyusunan skala prioritas,
baik sasaran maupun kegiatan, menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi,
membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, alat
memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait, dan alat meminimalkan
pekerjaan yang tidak pasti.

B. Saran
Faktor faktor penting dalam perencanaan industri pertanian adalah
menganalisis situasi yang berhubungan dengan usaha yang akan dilakukan,
pemahaman tentang organisasi dan tata laksana perusahaan, melakukan studi
kelayakan usaha, mengelola sistem produksi dalam berusaha dengan cara yang
efektif dan efisien serta menjaga usaha yang dilakukan agar berkesinambungan
dengan mengacu pada kaidah 3K yaitu Kapasitas, Kualitas dan Kontinyuitas.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://www.esm-ept.de/cms/upload/images/indon_gouv_report_original.pdf
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pe_030098_chapter4.pdf

Kusumaningrum, D. 2005. Sistem Penjadwalan Penanaman dan Pemanenan Tebu Di


PT. Gunung Madu Plantations. Skripsi. Departemen Teknologi Industri
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Luther Kembaren. 2012. Jurnal Nasional. Jakarta: http://jurnas.com (Diakses pada 18


Desember 2012)

Noeltrg.2012. Swasembada Gula 2014 Meramu Potensi Agar Harga Gula Tetap
Manis. Jakarta: http://ditjenpdn.kemendag.go.id (Diakses pada 18 Desember
2012)

Petra Digilib.2001. Meshindo Chapter. Surabaya: http://digilib.petra.ac.id (Diakses


pada 18 Desember 2012)

Purwanto, E. B. 2006. Analisis Peramalan Konsumsi dan Produksi Gula Serta


Implikasinya Terhadap Pencapaian Swasembada Gula Di Indonesia.
Skripsi.Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Tim Pengkaji Manajemen Industri Gula. 2004. Manajemen Industri Gula Nasional.
Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai