Anda di halaman 1dari 6

OTOT

A. Otot Rangka
1. Struktur Otot Rangka
Otot rangka disebut juga otot lurik atau otot sadar. Setiap sel otot rangka berbentuk
silinder panjang, berinti banyak, terletak di tepi sel. Di dalam sarkoplasma terdapat unsur
yang mampu berkontraksi yang disebut myofibril. Pada masing-masing myofibril terdapat
bagian yang terang dan gelap sehingga otot tampak bergaris-garis. Masing-masing
serabut otot rangka berkelompok jadi satu membentuk fasikulus. Masing-masing
fasikulus diselubungi oleh jaringan ikat yang disebut perimysium. Jaringan ikat yang
menyelubungi serabut otot rangka disebut endomysium, sedangkan otot rangka
diselubungi oleh suatu lapisan yang disebut epimysium.
Setiap serabut otot mengandung beberapa nucleus dan mitokondria yang terletak
dekat permukaan dan diselubungi oleh membran plasma yang disebut sarkolema.
Sarkolema menyelubungi sejumlah sitoplasma yang disebut sarkoplasma. Sarkoplasma
mengandung glikogen dalam bentuk granula, lemak, enzim, kreatin fosfat, ion inorganic
seperti Ca2++, Na1+, KI+, dan CI1-. Serabut otot rangka berwarna merah atau putih
tergantung dari terdapatnya pigmen yang disebut myoglobin di dalam sarkoplasma.
Myoglobin berperan sebagai tempat penyimpanan oksigen (Wulangi, 1994). Untuk
mengadakan kontraksi, otot rangka memiliki system tubulus transversal (tubulus T).
Membran tubulus T ini berhubungan dengan system terminal dari reticulum sarkoplasma.
Sehingga, melalui tubulus T ini potensial aksi dirambatkan untuk memicu pembebasan
Ca++ dari dalam reticulum sarkoplasma (Soewolo, 2000).
Masing-masing serabut otot rangka terdiri daru beratus-ratus myofibril yang memiliki
diameter 1-2 um. Tiap myofibril terdiri atas dua macam miofilamen yaitu miofilament
tebal (berdiamener sekitar 16 nm) dan miofilament tipis Masing-masing myofibril
memperlihatkan pita gelap dan pita terang secara berselang-seling sepanjang myofibril.
Pita gelap dikenal sebagai pita A (A= anisotropik), terutama terdiri dari miofilamen tebal
yang tersusun dari protein yang disebut myosin. Ditengah pita A terdapat daerah yang
agak terang, disebut zona H (H = heller, Bahasa Jerman yang berarti cahaya). Pita I (I=
isotropik) yang ditengahnya terdapat garis Z (Z= swischenscheibe, Bahasa Jerman yang
berarti cakram antara). Pita I terdiri dari miofilamen yang tersusun dari protein yang
disebut aktin dan protein lain yang disebut tropomyosin dan troponin. Antara 2 garis Z
yang berdekatan disebut sarkomer yang panjangnya sekitar 2 mikrometer. Setiap
sarkomer terdiri dari pita A, diapit dikedua sisinya oleh setengah pita I (Wulangi, 1994).
a. Struktur Filamen Tebal (Filamen Myosin)
Suatu filament tebal tersusun atas molekul-molekul myosin, yang merupakan
suatu molekul besar seperti batang tipis (panjang ± 200 nm dan diameter 2-3 nm),
yang tersusun atas dua spiral peptide yang saling terpilin. Setiap molekul myosin,
pada salah satu ujung memiliki dua bulatan (disebut bagian “kepala”) yang
panjangnya 20 nm dan lebar 2 nm. Bagian ini disebut jembatan silang (cross
bridge) myosin yang menonjol keluar filament tebal. Untuk memudahkan,
biasanya molekul myosin digambarkan seperti tongkat golf, dimana bagian yang
melengkung adalah jembatan silangnya, dan tangkainya adalah bagian “leher dan
ekornya” (Soewolo, 2000).

b. Struktur Filamen
Tipis (Filamen Aktin)
Filamen tipis tersusun atas aktin, tropomyosin, dan troponin. Setiap filament
tipis terdiri atas dua filament yang terpilin dalam suatu bentukan spiral ganda.
Aktin tersusun atas monomer akltin globular (disebut aktin G). Disamping itu
setiap aktin mengandung suatu tempat perlekatan dengan myosin (myosin binding
site).
Tropomiosin pada suatu filament tipis merupakan suatu benang panjang
(panjang ± 40 nm) tersusun atas 2 rantai polipetida yang membentuk suatu spiral
α. Rantai polipeptida ini saling berpilin satu sama lain. Fungsi tropomyosin adalah
menutup tempat perlekatan myosin pada molekul aktin pada saat otot istirahat.
Troponin pada suatu filament tipis merupakan suatu kompleks 3 subunit yaitu
subunit TnT (yang melekat erat pada tropomyosin), subunitu TnC (yang berfungsi
mengikat ion kalsium), dan subunit Tnl (berfungsi menghambat interaksi antara
aktin dan myosin). Setiap molekul tropomyosin menutupi 7 molekul aktin G, akan
dibatasi oleh suatu kompleks troponin (Soewolo, 2000).

2. Mekanisme Kontraksi Otot Rangka

Pada waktu istirahat tidak ada interaksi antara filament-filamen karena tempat aktif
pada filament aktin di mana kepala myosin itu dapat terikat, diblokir oleh tropomyosin.
Pada waktu istirahat, plasmalema mempunyai muatan listrik yang disebut potensial rehat
yang disebabkan konsentrasi ion Na+ yang tinggi di luar. Jika suatu impuls saraf sampai
pada neuron, zuatu zat transmitter, biasanya asetilkolin, dilepaskan oleh ujung neuron dan
menyebabkan perubahan permeabilitas sarkolema sehingga Na+ mengalir cepat ke
dalam. Hal ini untuk sesaat membalikkan muatan listrik dan merupakan aksi potensial.
Aksi potensial ini merambat dan menyebar dengan cepat melalui tubulus T. Tubulus T ini
terletak di dekat garis Z. Ion Ca 2+ yang ada di dalam kantung simpanan reticulum
sarkoplasma, kemudian dilepaskan dan bersenyawa dengan troponin dan mengubah
konfigurasinya sedemikian rupa sehingga tropomyosin ditarik dari tempat aktif pada
aktin. Sehingga kepala myosin kembali mengikat diri di filament aktin (Ville, dkk, 2006).

 Pertama, kepala miosin akan mengikat ATP sebagai sumber energi untuk terjadinya
kontraksi.
 Kepala miosin akan menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik dan
menggunakan energi yang timbul dari pemecahan ATP tersebut.
 Setelah mendapat energi dari ATP, kepala miosin akan mengait (berikatan dengan)
aktin.
 Terjadi proses penggeseran aktin oleh myosin atau disebut power-stroke. ADP dan
fosfat anorganik dilepaskan selama proses power-stroke.
 Miosin tetap menempel pada aktin hingga kepala miosin menangkap ATP baru akan
menyebabkan kepala miosin melepaskan diri dari aktin dan siklus akan berulang
kembali.
 Siklus kontraksi berlanjut terus-menerus jika tersedia ATP dan Ca 2+ di dalam
sarkoplasma tinggi.
 Jika otot rangka berkontraksi, maka pita I menyempit dan zona H dapat hilang karena
garis Z saling mendekat. Miofilamen tipis bergeser kearah zona H sehingga sarkomer
memendek, tetapi panjang miofilamen tipis dan tebal tidak mengalami perubahan.

Anda mungkin juga menyukai