Anda di halaman 1dari 14

KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)

Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)


DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

Perbandingan Algoritma Yamamoto’s Recursive Code Dan Additive


Code Dalam Kompresi File Video
Septriani Br Ginting
Fakultas Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Budi Darma, Medan, Indonesia
Email : septrianiginting2@gmail.com
Abstrak− Secara umum, teknologi yang berformat file video berisi informasi yang sangat penting dan sangat popular di kalangan
masyarakat, tetapi file video memiliki ukuran yang sangat besar. Semakin panjang durasi video, semakin besar pula ukuran file video.
File video yang besar membutuhkan ruang penyimpanan yang cukup dan dapat memakan waktu yang lama pada saat pengiriman,
saat mengirim file video, biasanya ada masalah dengan file video yang terlalu besar untuk dikirim ke penerimanya. Untuk mengatasi
masalah tersebut dapat menggunakan teknik kompresi untuk mengurangi ukurannya. Ada berbagai macam algoritma kompresi data
yang dapat mengkompresi file video. Pada penelitian ini, dilakukan proses kompresi dengan menggunakan algoritma Yamamoto’s
Recursive Code dan Additive Code pada file video, kedua algoritma tersebut merupakan jenis lossless dimana data yang telah
dikompresi dapat dikembalikan ke data asli. Setelah dikompresi kemudian membandingkan kinerja kedua algoritma tersebut
berdasarkan parameter yang telah ditetapkan.
Kata Kunci: Kompresi, File Video, Algoritma Yamamoto’s Recursive Code, Algoritma Additive Code, Perbandingan
Abstract− In general, the technology in the video file format contains very important information and is very popular among the
people, but the video file has a very large size. The longer the video duration, the larger the video file size. Large video files require
sufficient storage space and can take a long time to transmit, when sending video files, there is usually a problem with the video file
being too large to be sent to the recipient. To overcome this problem can use compression techniques to reduce the size. There are
various kinds of data compression yahoo that can compress video files. In this study, the compression process was carried out using
yahoo Recursive Code and Additive Code on video files, both yahoos were lossless types where the compressed data could be
returned to the original data. After being compressed then compare the performance of the two algorithms based on the parameters
that have been set.
Keywords: Compression, Video Files, Yamamoto's Recursive Code Algorithm, Additive Code Algorithm, Comparison

1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan informasi yang lebih beragam juga dibutuhkan oleh individu
atau kelompok masyarakat, dan informasi yang beredar dapat berupa teks, audio, dan video. Secara umum, teknologi
yang berformat file video berisi informasi yang sangat penting dan sangat popular di kalangan banyak orang, tetapi
ukuran file video sangat besar. Semakin panjang durasi video, semakin besar ukuran file video. File video yang besar
membutuhkan ruang penyimpanan yang cukup dan dapat memakan waktu yang lama pada saat pengiriman. Dan file
video yang besar tersebut memerlukan cara untuk menyimpan video pada media penyimpanan (storage) seperti disket,
harddisk, flashdisk, dan lainnya. Dan tidak hanya pempengaruhi media penyimpanan saja tetapi juga pada saat
pengiriman file video. Saat mengirim file video, biasanya ada masalah dengan file video yang terlalu besar untuk dikirim
ke penerimanya. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat menggunakan teknik kompresi untuk mengurangi ukurannya.
Ada beberapa aplikasi kompresi dengan hasil kompresi yang berbeda. Ada yang memiliki hasil kompresi yang
maksimum, memungkinkan untuk mengubah ukuran data menjadi setengah dari ukuran asli.
Ada berbagai macam algoritma kompresi data yang dapat mengkompresi file video seperti algoritma
Yamamoto’s Recursive Code dan Additive Code. Kedua algoritma tersebut adalah jenis lossless dimana data yang telah
dikompresi dapat dikembalikan ke data asli, serta membutuhkan ruang penyimpanan yang lebih sedikit dibanding
dengan file video yang tidak dikompresi. Namun algoritma Yamamoto’s Recursive Code dan Additive Code memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setelah melakukan kompresi pada kedua algoritma tersebut, selanjutnya
membandingkan kedua algoritma tersebut. Dengan melakukan perbandingan algoritma Yamamoto’s Recursive Code
dan Additive Code maka akan dapat diketahui algoritma mana yang lebih efesien dalam melakukan kompresi, dan agar
dapat memilih algoritma mana yang digunakan saat ingin mengkompresi suatu file video.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hafni Megasari Sitompul pada tahun 2020 tentang “Analisis
Perbandingan Kinerja Algoritma Lempel Ziv Welch dan Algoritma Elias Gama Code Pada Kommpresi File Video”
disimpulkan bahwa dari hasil waktu kompresi pengujian sistem kompresi file video diketahui bahwa Algoritma Lempel
Ziv Welch mamakan waktu lebih lama dibandingkan dengan Algoritma Elias Gama Code.[1]
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhammad Reza Prasetio pada tahun 2019 tentang “Analisis
Perbandingan Kinerja Algoritma Shannon Fano dan Levenstein Code Pada Kompresi File Video” dapat disimpulkan
bahwa dari hasil waktu kompresi pada pengujian sistem kompresi File Video, menunjukan bahwa algoritma Levenstein
Code lebih baik dari pada algoritma Shannon Fano karena algoritma Levenstein Code membutuhkan waktu lebih sedikit
dari pada algoritma Shannon Fano.[2]
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Desvika Riyansyah pada tahun 2019 tentang “Perancangan Aplikasi
Kompresi File Video Menggunakan Algoritma Interpolative Coding” dapat disimpulkan bahwa penerapan Algoritma
Interpolative Coding membuktikan bahwa suatu file video yang memiliki ukuran besar dapat dikompres menjadi ukuran

Page | 240
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

yang lebih kecil, berdasarkan dari pengujian sistem bahwa file video lebih kecil setelah dilakukan kompresi dengan
rasio 47%.[3]
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhammad Rizky Putra pada tahun 2019 tentang “Perbandingan
Algoritma Yamamoto Recursive dan Punctured Elias Code Dalam Kompresi File Teks” disimpulkan bahwa algoritma
Punctured Elias Code lebih efesien dalam hal compression ratio dibandingkan dengan algoritma Yamamoto Recursive
dikarenakan algoritma yang memiliki Cr paling rendah maka algoritma itu lebih baik digunakan dalam kompres file
video.[4]
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rizki Yannur Tanjung pada tahun 2020 tentang “Perancangan Aplikasi
Kompresi File Dokumen Menggunakan Algoritma Additive Code” dapat disimpulkan bahwa penerapan algoritma
Additive Code dalam mengkompresi file dokumen dan hasilnya file dokumen dapat dikompresi dan memiliki hasil
rasio sampai 64%.[5]

2. METODE PENELITIAN
2.1 Kompresi File Video
Kompresi data adalah proses mengkodean informasi menggunakan bit atau information-bearing unit yang lain yang
lebih rendah dari pada representasi data yang tidak terkodekan dengan suatu sistem encoding tertentu.[6] Dengan adanya
kompresi data, maka data yang memiliki kapasitas besar ukurannya akan dikurangi sehingga dapat menghemat media
penyimpanan.
Berikut ini merupakan beberapa factor yang digunakan untuk mengukur kualitas dari suatu teknik kompresi
1. Ratio of Compression(RC)
Ratio of Compression(RC) ialah nilai perbandingan antara ukuran bit data sebelum dikompresi dengan ukuran bit
data yang telah di kompresi.
Jumlah bit sebelum dikompresi
Rc = … … … … … … … … … … … … … … … (1)
Jumlah bit setelah dikompresi
2. Compression Ratio (CR)
Compression Ratio (CR) ialah persentase antara data yang sudah dikompresi dengan data yang belum dikempresi
Jumlah bit sebelum dikompresi
CR = X 100% … … … … … … … … … … … (2)
Jumlah bit setelah dikompresi
3. Redudancy (Rd)
Redudancy ialah hasil penilaian nilai rasio dengan hasil nilai rasio kompresi
file sebelum dikompresi − file setelah dikompresi
𝑅𝑑 = X 100% … … … … (3)
ukuran file sebelum dikompresi
4. Space Saving (Ss)
Space Saving (Ss) ialah selisih antara data yang belum dikompresi dengan besar data yang sudah dikompresi
SS = 100% − 𝐶𝑅

Teknik kompresi data dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu lossless compression dan lossy compression.[7]
1. lossless compression merupakan metode kompresi dimana data hasil kompresi dapat dikembalikan ke data semula
tanpa menghilangkan informasi pada data.
2. lossy compression merupakan data hasil kompresi menjadi lebih kecil ukurannya dibanding dengan metode lossless
tetapi menyebabkan hilangnya beberapa informasi pada file kompresi.

Kompresi file video yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan lossless compression, dimana file
video yang telah dikompresi dapat dikembalikan lagi ke ukuran semula. File video yang akan di kompresi berekstensi
.MP4.
2.2 Algoritma Yamamoto’s Recursive Code
Algoritma Yamamoto Recursive Code merupakan pengkodean universal untuk bilangan bulat positif yang
dikembangkan oleh Hirosuke Yamamoto pada tahun 2000. Algoritma Yamamoto Recursive Code merupakan kode
recursif untuk angka positif dimana setiap urutan yang diberikan dapat digunakan sebagai delimeter. [4]
Langkah – langkah untuk membangun Yamamoto Recursive Code adalah sebagai berikut:
1. Tentukan delimeter f-bit (dimana f adalah integer positif), missal f = 2, dan delimeter 00
2. Tentukan tabel Ba,f (n). Dengan mengurutkan bilangan biner yang tidak dimulai dengan delimeter, dalam hal ini
dicontohkan contohkan 00
3. Setelah didapat tabel Ba,f (n). Selanjutnya tentukan table 𝐵̅ a,f (n) dengan mengeleminasi semua nilai Ba,f (n) yang
jika digabung membentuk delimeter, dalam hal ini didapat satu buah B00,2(1) = 0.

Berbekal 𝐵̅ a,f (n) kita dapat menentukan Yamamoto Code dengan melakukan perulangan dengan grup 𝐵̅ a,f (n)
hingga mencapai 𝐵̅ a,f (1).

Page | 241
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

Tabel 1 Tabel beberapa code Ba,f (n). dan code 𝐵̅ a,f (n).
n Ba,f (n) 𝐵̅ a,f (n).
a = 00 a = 100 a = 00 a = 100
1 0 0 1 0
2 1 1 01 00
3 01 00 10 01
4 10 01 11 11
5 11 10 010 000
6 010 11 011 001
7 011 000 100 010
8 100 001 101 011
9 101 010 110 101
10 110 011 111 110
11 111 101 0100 111
12 0100 110 0101 0000
13 0101 111 0110 0001
14 0110 0000 0111 0010
15 0111 0001 1000 0011
16 1000 0010 1001 0100
17 1001 0011 1010 0101
18 1010 0100 1011 0110
19 1011 0101 1100 0111
20 1100 0110 1101 1010
21 1101 0111 1110 1011
22 1110 1010 1111 1100
23 1111 1011 01000 1101
24 01000 1100 01001 1110
25 01001 1101 01010 1111
26 01010 1110 01011 00000
Sumber : David Salomon, Giovanni Motta, 2007.[8]
Tabel 2 Kode Yamamoto’s Recursive Code
n a = 00 a = 100
1 1 00 0 100
2 1 01 00 0 00 100
3 1 10 00 0 01 100
4 1 11 00 0 11 100
5 1 01 010 00 0 00 000 100
6 1 01 011 00 0 00 001 100
7 1 01 100 00 0 00 010 100
8 1 01 101 00 0 00 011 100
9 1 01 110 00 0 00 101 100
10 1 01 111 00 0 00 110 100
11 1 10 0100 00 0 00 111 100
12 1 10 0101 00 0 01 0000 100
13 1 10 0110 00 0 01 0001 100
14 1 10 0111 00 0 01 0010 100
15 1 10 1000 00 0 01 0011 100
16 1 10 1001 00 0 01 0100 100
17 1 10 1010 00 0 01 0101 100
18 1 10 1011 00 0 01 0110 100
19 1 10 1100 00 0 01 0111 100
20 1 10 1101 00 0 01 1010 100
21 1 10 1110 00 0 01 1011 100
22 1 10 1111 00 0 01 1100 100
23 1 11 01000 00 0 01 1101 100
24 1 11 01001 00 0 01 1110 100
25 1 11 01010 00 0 01 1111 100
26 1 11 01011 00 0 11 00000 100
Sumber : David Salomon, Giovanni Motta, 2007.[8]

Page | 242
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

2.3 Algoritma Additive Code


Algoritma Additive Code merupakan algoritma kompresi loseless yang penggunaannya dilakukan berdasarkan karakter
yang paling banyak muncul dan memiliki bit yang terkecil, sedangkan kararakter yang paling sedikit memiliki bit
terpanjang.[5]
Algoritma Additive Code mencakup dua algoritma didalamnya yaitu Algoritma Goldbach untuk menentukan
nilai index dan Algoritma Elias Gamma Code untuk menentukan codeword, sehingga algoritma Additive Code lebih
tepat pada saat mengkompresi data.
Langkah – langkah dalam membangun codeword dari Additive Code adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai n, nilai yang berasal dari sequence Algoritma Goldbach
2. Menentukan nilai sum, penjumlahan 2 sequence Algoritma Goldbach yang menghasilkan nilai 𝑛 ( 𝑎𝑖 + 𝑎 𝑗 = 𝑛)
3. Indexes = index (posisi urutan) dari 𝑎𝑖 , 𝑎 𝑗
4. Pair = selisih index dari 𝑎𝑖 dan 𝑎 𝑗
𝑎𝑖 , (𝑎 𝑗 − 𝑎𝑖 + 1)
5. Codeword adalah hasil Algoritma Elias Gamma Code dari 𝑎𝑖 dan 𝑎 𝑗 dengan ketentuan :
a. Tentukan bilangan bulat N terbesar sehingga
2𝑁 ≤ 𝑛 < 2𝑁−1 dan tulis 𝑛 = 2𝑁 + 𝐿
b. Rubah nilai n menjadi bilangan biner, lalu hilangkan 1 bit paling kiri
c. Kodekan N dalam bentuk unary sebagai N nol diikuti oleh 1 atau N 1 diikuti oleh 0
d. Tambahkan sisa digit biner n dibelakang kode unary yang telah dihasilkan
6. Length, jumlah digit biner yang didapat dari codeword
Langkah – langkah tersebut merupakan rumus dalam algoritma Additive Code yang digunakan untuk memperoleh
tabel kebenaran dimana nilai heksadecimal file video yang akan dikompres.
Tabel 3 Kode Additive Code
n Sum Indexes Pair Codeword Len.
10 3+7 3,5 3,3 011:011 6
11 0+11 1,7 1,7 1:00111 6
12 1+11 2,5 2,6 010:00110 8
13 1+12 2,8 2,7 010:00111 8
14 7+7 5,5 5,1 00101:1 6
15 3+12 3,8 3,6 011:00110 8
16 7+9 5,6 5,2 00101:010 8
17 5+12 4,8 4,5 00100:00101 10
18 7+11 5,7 5,3 00101:011 8
20 9+11 6,7 6,2 00110:010 8
30 5+25 4,9 4,6 00100:00110 10
40 11+29 7,11 7,5 00111:00101 10
50 25+25 9,9 9,1 0001001:1 8
60 29+31 11,12 11,2 0001011:010 10
70 35+35 14,14 14,1 0001110:1 8
80 0+80 1,20 1,20 1:000010100 10
90 29+61 11,17 11,7 0001011:00111 14
100 3+97 3,23 3,21 001:000010101 14
Sumber : David Salomon, Giovanni Motta, 2007.[8]

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Analisa
Analisa permasalahan yang dibahas dalam peneilitian ini adalah bagaimana kinerja antara algoritma Yamamoto’s
Recursive Code dan algoritma Additive Code dalam melakukan kompresi file video dan perbandingan kinerja kedua
algoritma tersebut berdasarkan parameter Ratio of Compression (RC), Compression Ratio (CR), Radudancy (RD),
Space Saving (SS) dan waktu kompresi dan dekompresi yang dihitung dalam satuan milisekon(ms). Kompresi data
menerapkan algoritma Yamamoto’s Recursive Code dan algoritma Additive Code terhadap file video berformat .mp4
yang memiliki ukuran besar. Kedua algoritma tersebut merupakan teknik kompresi lossless dimana data yang telah
dikompresi dapat di kembalikan ke data asli.

Page | 243
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

Gambar 1 Sampel File video


3.1.1 Penerapan Algoritma Yamamoto’s Recursive Code
Berdasarkan sampel nilai hexadecimal diatas, maka akan diambil 20 sampel nilai hexadecimal dalam pengoprasian file
video, seperti tabel berikut:
Tabel 4 Tampilan Bilangan Hexadecimal

00 00 00 1C 66 74 79 70 33 67
70 34 00 00 02 00 33 67 70 34

Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh nilai bilangan hexadecimal file video .mp4 yang akan dihitung dengan cara
manual. Nilai bilangan hexadecimal diurutkan berdasarkan frekuensinya, nilai frekuensi paling banyak yang akan
berada diurutan paling atas, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5 Nilai Hexadecimal yang belum dikompresi
Nilai
Bit Freq Bit x Freq
Hexa Biner
00 00000000 8 6 48
70 01110000 8 3 24
33 00110011 8 2 16
67 01100111 8 2 16
34 00110100 8 2 16
1C 00011100 8 1 8
66 01100110 8 1 8
74 01110100 8 1 8
79 01111001 8 1 8
02 00000010 8 1 8
Total 160
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, satu nilai hexadecimal terdapat delapan bit bilangan biner. Maka 20 nilai hexadecimal
mempunyai nilai biner sebanyak 160 bit. Selanjutnya proses kompresi untuk algoritma Yamamoto’s Recursive Code
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 6 Nilai Hexadecimal yang tekompresi dengan YRC
N Hexa Freq Codeword Bit Bit x Freq
1 00 6 100 3 18
2 70 3 10100 5 15
3 33 2 11000 5 10
4 67 2 11100 5 10
5 34 2 10101000 8 16
6 1C 1 10101100 8 8
7 66 1 10110000 8 8
8 74 1 10110100 8 8
9 79 1 10111000 8 8
10 02 1 10111100 8 8
Total 109
Tahap selanjutnya, menyusun kembali nilai hexadecimal sebelum dikompresi yaitu “00, 00, 00, 1C, 66, 74, 79, 70, 33,
67, 70, 34, 00, 00, 02, 00, 33, 67, 70, 34”, seperti yang disajikan pada tabel berikut:

Page | 244
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

Tabel 7 String Bit Hasil Kompresi dengan YRC


00 00 00 1C 66
100 100 100 10101100 10110000
74 79 70 33 67
10110100 10111000 10100 11000 11100
70 34 00 00 02
10100 10101000 100 100 10111100
00 33 67 70 34
100 11000 11100 10100 10101000
Berdasarkan pada tabel 4.4 diatas, string bit yang dihasilkan dari pengkompresian dengan algoritma Yamamoto’s
Recursive Code dapat ditulis sebagai berikut:
Tabel 8 String Bit Hasil Kompresi
100 100 100 10101100 10110000
10110100 10111000 10100 11000 11100
10100 10101000 100 100 10111100
100 11000 11100 10100 10101000
Selanjutnya dilakukan penambahan string bit yaitu padding dan flagging dengan mengacu pada sisa jumlah bit dibagi
8. Jumlah dari hasil string bit yaitu 109 tidak habis dibagi 8 kemudian akan dibentuk variabel untuk penambahan bit
data. Rumus padding yaitu 7 – n + “1” dan rumus flagging yaitu 9 – n.

109 mod 8 = 5 = n
Padding
7 – n + “1”
7 – 5 + “1” = 001
Flagging
9–n
9 – 5 = 4 = 00000100(biner)

Gambar 2 Perhitungan Penambahan Bit


Dari penambahan padding dan flagging maka diperolah string bit baru yaitu :
“1001001001010110010110000101101001011100010100110001110010100101010001001001011110010011000111
00101001010100000100000100”
Maka total bit yang diperoleh ialah 120 bit. Selanjutnya lakukan pemisahan bit menjadi beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri 8 bit seperti berikut:
Tabel 9 Pengelompokan Bit
10010010 01010110 01011000 01011010 01011100
01010011 00011100 10100101 01000100 10010111
10010011 00011100 10100101 01000001 00000100
Berdasarkan pada pengelompokan bit diatas maka didapat 15 kelompok dengan nilai biner baru yang sudah dikompresi
beserta penambahan nilai biner. Setelah pengelompokan maka selanjutnya ialah mengubah nilai biner ke nilai
hexadecimal, untuk mengetahui suatu karakter yang sesuai dengan kode ASCII. Adapun nilai hexadecimal sudah
dikompresi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 10 Hasil Tabel Terkompresi
No Biner Decimal Hexadecimal Karakter Keterangan
1 10010010 146 92 ’ Tanda kutip tunggal kanan
2 01010110 86 56 V Huruf latin V kapital
3 01011000 88 58 X Huruf latin X kapital
4 01011010 90 5A Z Huruf latin Z capital
Garis miring terbalik
5 01011100 92 5C \
(backslash)
6 01010011 83 53 S Huruf latin S kapital
File Separator
7 00011100 28 1C FS
(tidak terlihat)
8 10100101 165 A5 ¥ Tanda Yen
9 01000100 68 44 D Huruf latin D kapital
10 10010111 151 97 — Em dash
11 10010011 147 93 “ Left double quotation mark
Page | 245
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

File Separator
12 00011100 28 1C FS
(tidak terlihat)
13 10100101 165 A5 ¥ Tanda Yen
14 01000001 65 41 A Huruf latin A kapital
End Of Transmission (tidak
15 00000100 4 04 EOT
terlihat)
Setelah diketahui nilai desimal terkompresi, selanjutnya mengubah nilai desimal menjadi sebuah karakter. Karakter
tersebut tersimpan dalam format “yrc”, jika dibuka melalui notepad, maka akan tampil karakter seperti gambar berikut:

Gambar 4.5 Hasil Karakter Kompresi

Setelah diketahui hasil kompresi, maka dapat dihitung kinerja algoritma Yamamoto’s Recursive Code yaitu:
a. Ratio of Compression (RC)
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
𝑅𝐶 =
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
160
𝑅𝐶 =
120
RC = 1,33
b. Compression Ratio (CR)
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
𝐶𝑅 = × 100%
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
120
𝐶𝑅 = × 100%
160
𝐶𝑅 = 75%
c. Redudancy (RD)
160 − 120
𝑅𝑑 = × 100%
160
Rd = 85%
d. Space Saving (SS)
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
𝑆𝑆 = 1 − × 100%
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
109
𝑆𝑆 = 1 − × 100%
160
SS = 25%
Dari perhitungan diatas, maka disimpulkan bahwa dengan menggunakan algoritma Yamamoto’s Recursive Code dalam
mengkompres file video sebesar 75%.
3.1.2 Proses Dekompresi Yamamoto’s Recursive Code
Proses dekompresi dilakukan dengan mengubah karakter menjadi nilai biner dan decimal yang akan menghasilkan bit
semula, dapat dilihat seperti tabel berikut:
Tabel 11 Nilai Decimal Terkompresi
No Karakter Biner Decimal
1 ’ 10010010 146
2 V 01010110 86
3 X 01011000 88
4 Z 01011010 90
5 \ 01011100 92
6 S 01010011 83
7 FS 00011100 28
8 ¥ 10100101 165
9 D 01000100 68
10 – 10010111 151
11 “ 10010011 147
12 FS 00011100 28
13 ¥ 10100101 165
14 A 01000001 65
15 EOT 00000100 4

Page | 246
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh nilai biner kemudian digabungkan menjadi
:“100100100101011001011000010110100101110001010011000111001010010101000100100101111001001100011
100101001010100000100000100”.
Selanjutnya ialah pengurangan bit menjadi string bit semula, pengurangan bit dilakukan dengan menghilangkan biner
padding dan flagging. Untuk mengembalikan bit menjadi string bit dengan melakukan pembacaan bit terakhir kemudian
ubah nilai biner menjadi decimal. Nyatakan hasil pembacaan dengan n, selanjutnya gunakan rumus 7 + n untuk
mengembalikan string bit ke bentuk semula.
“1001001001010110010110000101101001011100010100110001110010100101010001001001011110010011000111
00101001010100000100000100”
8 bit terakhir = 00000100 = 4 = n
7 + n = 7 + 4 = 11
Hilangkan dari string bit sebanyak 11 bit terakhir, menjadi:
“1001001001010110010110000101101001011100010100110001110010100101010001001001011110010011000111
001010010101000”
Berdasarkan perhitungan diatas, string bit berjumlah 109 seperti semula, sehingga dapat dilakukan pembacaan string
bit awal. Adapun tabel perhitungannya sebagai berikut :
Tabel 12 Pengecekan Bit Dekompresi
Nilai Biner Nilai Hexadecimal
100 00
100 00
100 00
10101100 1C
10110000 66
10110100 74
10111000 79
10100 70
11000 33
11100 67
10100 70
10101000 34
100 00
100 00
10111100 02
100 00
11000 33
10101000 60
10100 70
11100 34
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan hasil dekompresi yang dilakukan dengan algoritma yamamoto’s recursive
code yang dilakukan dengan mengubah hasil seluruh hexadecimal menjadi string bit semula yang terdapat pada file
awal, maka didapat hasil dekompresi yang sesuai dengan string bit semula yaitu dengan bilangan hexa “00, 00, 00, 1C,
66, 74, 79, 70, 33, 67, 70, 34, 00, 00, 02, 00, 33, 67, 70, 34”.

3.1.3 Penerapan Algoritma Additive Code


Berdasarkan sampel nilai hexadecimal diatas, maka akan diambil 20 sampel nilai hexadecimal dalam pengoprasian file
video, seperti tabel berikut:
Tabel 13 Tampilan Bilangan Hexadecimal

00 00 00 1C 66 74 79 70 33 67
70 34 00 00 02 00 33 67 70 34
Berdasarkan tabel diatas maka diurutkan berdasarkan frekuensi terbesar ke yang terkecil. Proses kompresi untuk
algoritma Additive Code dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 14 Nilai Hexa yang terkompresi dengan Additive Code
N Hexa Freq Codeword Bit Bit x Freq
1 00 6 1010 4 24
2 70 3 0101 4 12
3 33 2 1011 4 8
4 67 2 010010 6 12

Page | 247
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

5 34 2 100100 6 12
6 1C 1 010011 6 6
7 66 1 100101 6 6
8 74 1 100111 6 6
9 79 1 100110 6 6
10 02 1 01000100 8 8
Total 100
Setelah kode berhasil diurutkan berdasarkan perhitungan additive code, maka selanjutnya ialah menyusun kembali
string bit yang telah dihasilkan dari proses kompresi sesuai dengan karakter pada nilai hexa.
Tabel 15 String Bit Hasil Kompresi dengan Additive Code
00 00 00 1C 66
1010 1010 1010 010011 100101
74 79 70 33 67
100111 100110 0101 1011 010010
70 34 00 00 02
0101 100100 1010 1010 01000100
00 33 67 70 34
1010 1011 010010 0101 100100
Berdasarkan tabel diatas, string bit yang dihasilkan dari pengkompresian dengan algoritma Additive Code dapat ditulis
sebagai berikut:
Tabel 16 String Bit Hasil Kompresi
1010 1010 1010 010011 100101
100111 100110 0101 1011 010010
0101 100100 1010 1010 01000100
1010 1011 010010 0101 100100
Selanjutnya dilakukan penambahan string bit yaitu padding dan flagging dengan mengacu pada sisa jumlah bit dibagi
8. Jumlah dari hasil string bit yaitu 100 tidak habis dibagi 8 kemudian akan dibentuk variabel untuk penambahan bit
data. Rumus padding yaitu 7 – N + “1” dan rumus flagging yaitu 9 – n.
100 mod 8 = 4 = n
Padding
7 – n + “1”
7 – 4 + “1” = 0001
Flagging
9–n
9 – 4 = 5 = 00000101

Gambar 3 Perhitungan Penambahan Bit


Dari penambahan padding dan flagging maka diperolah string bit baru yaitu:
“1010101010100100111001011001111001100101101101001001011001001010101001000100101010110100100101
100100000100000101”
Maka total bit yang diperoleh ialah 112 bit. Selanjutnya dilakukan pemisahan bit menjadi beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 8 bit seperti berikut:
Tabel 17 Pengelompokan Bit
10101010 10100100 11100101 10011110 01100101
10110100 10010110 01001010 10100100 01001010
10110100 10010110 01000001 00000101
Berdasarkan pada pengelompokan bit diatas maka didapat 14 kelompok dengan nilai biner baru yang sudah dikompresi
beserta penambahan nilai biner. Setelah pengelompokan maka selanjutnya ialah mengubah nilai biner ke nilai
hexadecimal, untuk mengetahui suatu karakter yang sesuai dengan ASCII. Adapun nilai hexadecimal sudah dikompresi
dapat dilihat pada tabelk berikut:
Tabel 18 Hasil Tabel Terkompresi
No Biner Decimal Hexadecimal Karakter Keteranngan
1 10101010 170 AA ª Feminine Ordinal Indicator
Tanda Mata Uang
2 10100100 164 A4 ¤
(Currency)

Page | 248
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

Latin Small Letter a with


3 11100101 229 E5 å
ring above
Latin small letter z with
4 10011110 158 9E ž
caron
5 01100101 101 65 e Huruf latin e kecil
6 10110100 180 B4 ´ Acute Accent
7 10010110 150 96 – En dash
8 01001010 74 4A J Huruf latin J kapital
Tanda Mata Uang
9 10100100 164 A4 ¤
(Currency)
10 01001010 74 4A J Huruf latin J kapital
11 10110100 180 B4 ´ Acute Accent
12 10010110 150 96 – En dash
13 01000001 65 41 A Huruf latin A kapital
14 00000101 5 05 ENQ Enquiry (tidak terlihat)
Setelah diketahui nilai desimal terkompresi, selanjutnya mengubah nilai desimal menjadi sebuah karakter. Karakter
tersebut tersimpan dalam format “adv”, jika dibuka melalui notepad, maka akan tampil karakter seperti gambar berikut:

Gambar 3 Hasil Karakter Kompresi


Setelah diketahui hasil kompresi, maka dapat dihitung kinrja algoritma Additive Code yaitu:
a. Ratio of Compression (RC)
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
𝑅𝐶 =
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
160
𝑅𝐶 =
112
RC = 1,42
b. Compression Ratio (CR)
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
𝐶𝑅 = × 100%
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
112
𝐶𝑅 = × 100%
160
CR = 70%
c. Redundancy (RD)
160 − 112
𝑅𝐷 = × 100%
160
RD = 30%
d. Space Saving (SS)
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
𝑆𝑆 = 1 − × 100%
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐷𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖
112
𝑆𝑆 = 1 − × 100%
160
SS = 30%
Dari perhitungan diatas, maka disimpulkan bahwa dengan menggunakan algoritma Additive Code dalam mengkompres
file video sebesar 70%.
4.1.4 Proses Dekompresi Additive Code
Proses dekompresi dilakukan dengan m,engubah karakter menjadi nilai biner dan decimal yang akan menghasilkan bit
semula, dapat dilihat seperti tabel berikut:
Tabel 19 Nilai Decimal Terkompresi
No Karakter Biner Decimal
1 ª 10101010 170
2 ¤ 10100100 164
3 å 11100101 229
4 ž 10011110 158
5 e 01100101 101
6 ´ 10110100 180
7 – 10010110 150
Page | 249
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

8 J 01001010 74
9 ¤ 10100100 164
10 J 01001010 74
11 ´ 10110100 180
12 – 10010110 150
13 A 01000001 65
14 ENQ 00000101 5
Berdasarkan tabel diatas, maka diperolah nilai biner kemudian digabungkan menjadi:
“1010101010100100111001011001111001100101101101001001011001001010101001000100101010110100100101
100100000100000101”
Selanjutnya ialah pengurangan bit menjadi string bit semula, pengurangan bit dilakukan dengan menghilangkan biner
padding dan flagging. Untuk mengembalikan bit menjadi string bit dengan melakukan pembacaan bit terakhir kemudian
ubah nilai biner menjadi decimal. Nyatakan hasil pembacaan dengan n, selanjutnya gunakan rumus 7 + n untuk
mengembalikan string bit ke bentuk semula:
“1010101010100100111001011001111001100101101101001001011001001010101001000100101010110100100101
100100000100000101”
8 bit terakhir = 00000101 = 5 = n
7 + n = 7 + 5 = 12
Hilangan dari string bit sebanyak 12 bit terakhir, menjadi:
“1010101010100100111001011001111001100101101101001001011001001010101001000100101010110100100101
100100”
Berdasarkan perhitungan diatas, string bit berjumlah 100 seperti semula, sehingga dapat dilakukan pembacaan string
bit awal. Adapun tabel perhitungannya sebagai berikut:
Tabel 20 Pengecekan Bit Dekompresi
Nilai Biner Nilai Hexadecimal
1010 00
1010 00
1010 00
010011 1C
100101 66
100111 74
100110 79
0101 70
1011 33
010010 67
0101 0101
100100 100100
1010 1010
1010 1010
01000100 01000100
1010 1010
1011 1011
010010 010010
0101 0101
67 67
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan hasil dekompresi yang dilakukan dengan algoritma Additive Code yang
dilakukan dengan mengubah hasil seluruh hexadecimal menjadi string bit semula yang terdapat pada file awal, maka
didapat hasil dekompresi yang sesuai dengan string bit semula yaitu dengan bilangan hexa “00, 00, 00, 1C, 66, 74, 79,
70, 33, 67, 70, 34, 00, 00, 02, 00, 33, 67, 70, 34”.
4.1.5 Penerapan Metode Eksponensial
Dalam menghitung dan membandingkan proses kompresi dari kedua algoritma tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan alternatif analisis perbandingan kecepatan antara algoritma Yanamoto’s Recursive Code dan Additive
Code dalam kompresi maka perlu ditentukan algoritma mana yang akan digunakan sebagai algoritma kompresi.
2. Menentukan kriteria untuk membandingkan kedua algoritma. Selanjutnya menentukan kriteria dalam menganalisis
proses dan cara kerjanya. Adapun keriteria tersebut ialah Ratio Of Compression (RC), Compression Ratio (CR),
Redudancy (RD), Space Saving (SS).
3. Pemberian nilai dari setiap kriteria yang telah ditetapkan. Nilai ini diambil berdasarkan analisis algoritma
Yanamoto’s Recursive Code dan Additive Code

Page | 250
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

4. Menentukan hasil atau proritas keputusan berdasarkan nilai dari setiap alternatif. Hasil keputusan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:

Tabel 21 Prioritas Keputusan


Alternatif RC CR RD SS Rank
Algoritma Additive Code 1,42 70% 30% 30% 1
Algoritma Yamamoto’s Revursive Code 1,33 75% 25% 25% 2
Dari tabel 4.20 diatas dapat disimpulkan bahwa algoritma Additive Code lebih efesien dalam hal Space Saving
dibandingkan dengan Algoritma Yamamoto’s Revursive Code. Dikarenakan algoritma yang memiliki nilai SS paling
tinggi maka algoritma tersebut lebih baik digunakan dalam kompresi file.
3.2 Implementasi
Implementasi program merupakan proses penerapan sistem yang telah dirancang berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan sebelumnya. Pada tahap ini membahas tentang spesifikasi perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software) dan tampilan sistem.
Tampilan sistem merupakan tampilan antar muka aplikasi dari sistem yang dirancang. Tampilan sistem tersebut terdiri
dari 4 form yaitu Form Menu Utama, Form Kompresi, Form Dekompresi, Form About Me.
1. Form menu utama merupakan tampilan awal saat program pertama kali dijalankan dan belum melakukan proses
apapun. Pada tampilan menu utama terdapat beberapa menu yang berfungsi untuk mengakses form-form pada
sistem ini. Seperti pada gambar berikut:

Gambar 4 Form Menu Utama


2. Form kompresi merupakan tampilan yang digunakan untuk proses kompresi terhadap file video. Pada proses
kompresi maka pertama kali cari dulu file video yang akan dikompres. Seperti gambar berikut:

Gambar 5 Form Kompresi


3. Form dekompresi merupakan tampilan yang digunakan untuk proses dekompresi terhadap file video. Pada proses
dekompresi maka pertama kali cari dulu file video yang sudah terkompresi sebelumnya. Seperti gambar berikut:

Gambar 6 Form Dekompresi

Page | 251
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

4. Form about me akan muncul jika pengguna memilih menu about me, hal yang ditampilkan pada form ini mengenai
judul sistem dan informasi tentang penulis. Seperti gambar berikut:

Gambar 7 Form About Me


3.2.1 Hasil Pengujian
Pada pengujian sistem ini dilakukan dengan 5 sampel file video yang berekstensi .mp4. adapun file video tersebut
memiliki ukuran 146 mb, 125 mb, 115 mb, 89,9 mb, 69,3 mb. Berikut ini merupakan hasil pengujian kompresi denan
menggunakan Algoritma Yamamoto’s Recursive Code dan Additive Code:
Tabel 22 Tabel Hasil Pengujian Ukuran Kompresi File Video
Ukuran Data Setelah
Ukuran Data Kompresi
No Nama File Sebelum Yamamoto’s
Additive
Kompresi Recursive
Code
Code
1 CaraMendaftarAkunEcommerce.mp4 146 mb 112 mb 104 mb
2 MembuatMenuItemdanAlertDialog.mp4 125 mb 96 mb 89,6 mb
3 CaraMembuatListViewDiAndroid.mp4 115 mb 88,3 mb 82,4 mb
4 AplikasiKamusTerkoneksiDatabase.mp4 89,9 mb 69 mb 64,4 mb
5 TutorialMenginstalCMS.mp4 69,3 mb 53,2 mb 49,6 mb
Berdasarkan tabel 4.21 diatas maka dapat dilihat bahwa file hasil kompresi yang dihasilkan oleh algoritma
Additive Code lebih kecil dari algoritma Yamamoto’s Recursive Code. Perbandingan Ratio of Compression(RC),
Compression Ratio (CR), Redudancy (Rd), dan Space Saving (Ss) dari masing – masing algoritma dapat dilihat pada
tabel 4.22 berikut:
Tabel 23 Hasil Perbandingan Kinerja Algoritma
Yamamoto’s Recursive
Additive Code
No Nama File Code
RC CR RD SS RC CR RD SS
CaraMendaftarAkun
1 1,33 75% 85% 25% 1,42 70% 30% 30%
Ecommerce.mp4
MembuatMenuItemdan
2 1,33 75% 85% 25% 1,42 70% 30% 30%
AlertDialog.mp4
CaraMembuatListView
3 1,33 75% 85% 25% 1,42 70% 30% 30%
DiAndroid.mp4
AplikasiKamus
4 Terkoneksi 1,33 75% 85% 25% 1,42 70% 30% 30%
Database.mp4
TutorialMenginstal
5 1,33 75% 85% 25% 1,42 70% 30% 30%
CMS.mp4

4 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan
perbandingan algoritma Yamamoto’s Recursive Code dan Additive Code dalam kompresi file video sebagai berikut:
1. Algoritma Yamamoto’s Recursive Code dan Additive Code dapat diimplementasikan pada proses kompresi file
video berekstensi .mp4.
2. Berdasarkan hasil pengujian maka didapat bahwa algoritma Additive Code lebih baik dari pada Yamamoto’s
Recursive Code daalam melakukan kompresi file video
3. Nilai rasio kompresi dipengaruhi oleh isi file yang dikompresi. Semakin banyak pengulangan karakter dalam file
terkompresi, maka semakin tinggi rasio kompresinya.
Page | 252
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik
KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) ISSN 2597-4645 (media online)
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2021 ISSN 2597-4610 (media cetak)
DOI: 10.30865/komik.v5i1.3819 Page: 240-253

4. Dalam perancangan aplikasi kompresi file video menggunakan Microsoft Visual Studio 2008 berjalan dengan baik

REFERENCES
[1] H. M. Sitompul, “Analisis Perbandingan Kinerja Alogaritma Lempel Ziv Welch dan Alogaritma Elias Gamma Code pada
Kompresi File Video,” Univ. Sumatera Utara, 2020, [Online]. Available: https://library.usu.ac.id.
[2] M. R. Prasetio, “Analisis Perbandingan Kinerja Alogaritma Shannon Fano dan Levenstein Code pada Kompresi File
Video,” Univ. Sumatera Utara, 2019, [Online]. Available: https://library.usu.ac.id.
[3] D. Riyansyah, “Perancangan Aplikasi Kompresi File Video Menggunakan Algoritma Interpolative Coding,” KOMIK
(Konferensi Nas. Teknol. Inf. dan Komputer), vol. 3, no. 1, pp. 392–397, 2019, doi: 10.30865/komik.v3i1.1618.
[4] D. Muliadi, “Perbandingan Algoritma Yamamoto Recursive dan Punctured Elias Code Dalam Kompresi File Teks,” Univ.
Sumatera Utara, pp. 7–37, 2019.
[5] D. Untuk, M. Persyaratan, M. Gelar, and S. Komputer, “Perancangan aplikasi kompresi file dokumen menggunakan
algoritma additive code,” 2020.
[6] H. Fernando, “Kompresi Data dengan Algoritma Huffman dan Algoritma Lainnya.”
[7] R. A. Sandra, “Implementasi Kombinasi Algoritma Tunstall Code da Boldi-Vigna Untuk Kompresi File Pdf,” vol. 8, no.
2, pp. 67–71, 2021.
[8] D. Salomon and G. Motta, Handbook of Data Compression 5th, vol. 53, no. 9. New York.
[9] H. T. Sihotang, “Perancangan Dan Implementasi Algoritma Arithmetic Coding Untuk Aplikasi Kompresi Data Video Dan
Audio,” J. Mantik Penusa, vol. 2, no. 1, pp. 58–64, 2018.
[10] S. R. Saragih and D. P. Utomo, “Penarapan Algoritma Prefix Code Dalam Kompresi Data Teks,” KOMIK (Konferensi
Nas. Teknol. Inf. dan Komputer), vol. 4, no. 1, pp. 232–235, 2020, doi: 10.30865/komik.v4i1.2686.
[11] J. Sisca, “Penerapan Algoritma Elias Delta Code Untuk Kompresi File Video Pada Aplikasi Video Downloader,” vol. 1,
no. 4, pp. 254–264, 2021.
[12] N. Rizka, S. D. Nasution, and K. Ulfa, “Penerapan Algoritma Elias Omega Code Untuk Kompresi File Video Pada
Aplikasi Rekam Layar,” vol. 9, no. April, pp. 257–265, 2021.

Page | 253
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/komik

Anda mungkin juga menyukai