Anda di halaman 1dari 3

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Tugas Kelompok Agenda 1

DESKRIPSI KASUS
Prof. Richard, seorang Guru Besar pada salah satu Perguruan Tinggi Kedinasan di
Kabupaten Jupiter, mengajukan permohonan Hak Milik atas 2 bidang tanah yang letaknya
berdampingan ke Kantor Pertanahan setempat. Kedua bidang tanah tersebut, masing-masing
luasnya kurang lebih 6.000 m2 dan 3.500m2. Prof. Richard “membeli” kedua bidang tanah
tersebut dari masyarakat penggarap setempat yang telah menguasainya turun temurun tanpa
masalah.
Cerita diawali dengan sang guru besar mendatangi loket Kantor Pertanahan untuk
meminta informasi apa yang harus dilakukan supaya atas kedua bidang tanah tersebut dapat
diterbitkan Sertipikat Hak Milik atas namanya. Petugas loket informasi yang ditemui lalu
memberikan penjelasan seraya menyerahkan sejumlah blanko permohonan beserta
kelengkapannya.
Seminggu kemudian Prof. Richard kembali datang ke loket Kantor Pertanahan untuk
mendaftarkan permohonannya. Sebagaimana biasa setelah berkas diperiksa dan dinyatakan
lengkap oleh petugas loket, diterbitkanlah Tanda Terima Berkas dan Surat Perintah Setor atas
biaya-biaya yang harus dibayarkan atas permohonan tersebut. Prof. Richard juga dijanjikan
akan dihubungi oleh petugas ukur Kantor Pertanahan untuk mengatur jadwal pengukuran
bidang tanah yang dimohonnya.
Singkat cerita, dilakukanlah pengukuran oleh petugas ukur Kantor Pertanahan sesuai
dengan hasil komunikasi yang dilakukan sebelumnya. Sampai di sini proses berjalan lancar.
Prof. Richard sebagai seorang akademisi yang berkecimpung dalam ilmu administrasi publik
memuji pelayanan yang telah diterimanya dari para pelayan publik yang berurusan dengannya.
Setelah 3 bulan berlalu, rasa penasaran sang professor mulai terusik dengan tidak adanya
kabar berita mengenai permohonannya. Dia mengontak petugas ukur yang beberapa waktu
yang lalu melakukan pengukuran untuk mencari tahu sampai di mana perjalanan berkas
permohonannya. Sang guru besar mendapat jawaban bahwa proses di pengukuran sudah
selesai dan proses selanjutnya telah bergeser ke seksi sebelah untuk proses pemeriksaan
tanah. Sang professor bertanya kira-kira berapa lama proses di sana itu sampai terbit sertipikat.
Petugas ukur menjawab bahwa dia tidak berani memastikan berapa lama karena pekerjaan

Report Date 1
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS
Tugas Kelompok Agenda 1

tersebut sudah bukan domainnya lagi. Sang professor jadi semakin penasaran. “Memang ini
tidak ada SOP-nya?” batin dia. Dia lalu teringat bahwa di memiliki teman sekelas di S1 dulu
yang bekerja di Kementerian ATR/BPN. Dikontaklah temannya itu.
“Bro, berapa lama sebenarnya mengurus sertipikat tanah?” tanyanya kepada temannya.
“Ini sudah 3 bulan sejak diukur tidak ada kabarnya. Saya baca di situs resmi Kementerian
ATR/BPN katanya hanya 48 hari, bro. Ini sudah 3 bulan tidak ada kabar beritanya.” Begitulah
curahan hati sang professor kepada temannya via aplikasi chat.
Temannya kemudian menanyakan cerita lengkap dari prosesnya, lalu meminta nomor
berkas permohonan yang tercantum pada Tanda Terima Berkas yang diberikan. “Kalau bisa
Tanda Terima Berkasnya di-scan atau di-foto lalu kirimkan ke saya, bro.” Begitulah mereka
saling menyapa.
Sang teman, dengan modal nomor berkas mencoba membantu dengan mencari pada
aplikasi KKP namun gagal karena akun pegawai Kementerian ternyata tidak bisa lagi mengecek
posisi berkas seperti sebelumnya. Tidak kurang akal, sang teman mencari tahu siapa Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Jupiter tersebut. Siapa tahu dia kenal, mungkin minta tolong
kepadanya (biasanya dalam birokrasi di Indonesia, kalau menjadi atensi pimpinan berbagai
persoalan akan dapat selesai dengan cepat). Ternyata benar, sang teman kenal dengan Kepala
Kantor tersebut sehingga dikirimlah nomor berkas seraya meminta tolong untuk diperhatikan
mengingat pemohonnya adalah seorang guru besar yang cukup berpengaruh tidak hanya di
daerahnya tetapi bahkan pada tingkat nasional. “Siap, pak boss. Saya cek dulu, ya,” begitu
tanggapa Kepala Kantor melalui aplikasi chat.
Selanjutnya dengan difasilitasi sang teman, bertemulah sang professor dengan Kepala
Kantor di Kantor Pertanahan, di mana jajaran petugas yang mengerjakan permohonan tersebut
semuanya dipanggil untuk menjelaskan mengapa permohonan sang guru besar belum selesai
juga. Kesimpulannya, ada kekurangan berkas berupa Surat Rekomendasi Bupati yang ternyata
hanya meliputi satu bidang tanah sementara yang dimohon ada dua bidang.
Mendapat informasi tersebut, sang professor mengucapkan terima kasih dan menjanjikan
akan mengurus kelengkapan berkas tersebut. Singkatnya, seminggu kemudian berkas yang
diminta sudah siap dan diserahkan ke loket sesuai hasil pertemuan. Dengan adanya kejelasan
ini kegalauan sang professor sedikit terobati dengan adanya kejelasan informasi yang dia
butuhkan.
Sebulan kemudian, sang professor lewat di depan Kantor Pertanahan selepas menghadiri
sebuah acara seremonial dan teringat akan permohonannya yang kembali “hilang” kabar
beritanya. Dia lalu meminta supirnya untuk mampir di Kantor Pertanahan. Sang professor turun
dari mobil dan menemui petugas loket untuk menanyakan permohonannya. Petugas loket
masuk ke dalam, dan setelah beberapa saat kembali untuk menginformasikan bahwa “ada

Report Date 2
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS
Tugas Kelompok Agenda 1

kekurangan berkas lagi” yaitu surat keterangan tidak sengketa dari Kepala Desa. Mendengar ini
sang professor mulai kesal karena mengingat ketika beberapa waktu yang lalu dia mengurus
rekomendasi Bupati, dia mulai dari meminta surat pengantar dari Kepala Desa. “Seandainya
diberitahu dari awal, kan bisa sekalian ngurusnya,” gumamnya dalam hati. “Pak, ini kok baru
diberitahu sekarang? Memang baru ketahuan atau seharusnya memang ada dari awal?”
tanyanya kepada petugas loket. “Seharusnya dari awal ada, pak,” jawab petugas loket. “Semua
permohonan Sertipikat baru harus dilengkapi dengan surat itu.”
Kesal, sang professor pamit dan langsung ke Kantor Desa menemui Kepala Desa yang
merupakan mantan mahasiswanya. Saat itu juga surat keterangan yang dibutuhkan dapat
diperoleh dan langsung diserahkan kembali ke loket Kantor Pertanahan.
Tiga bulan berlalu, entah hanya iseng atau memang serius, sang professor chat lagi ke
temannya. “Bro, tolong dicolek lagi Mr. Kakan. Sudah 3 bulan berlalu belum ada kabar lagi,
nich…” begitu bunyi chat-nya……………………………………………………………………………

TUGAS ANDA
1. Diskusikan cerita di atas dalam kelompok Anda dalam konteks etika dan integritas
kepemimpinan Pancasila, serta penerapan nilai-nilai bela negara.
2. Temukan dan analisis inti permasalahannya dan berikan rekomendasi solusi yang harus
dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam cerita di atas berikut argumentasinya.
3. Fokuskan pembahasan Anda pada kualitas pelayanan publik yang tercermin dari cerita
tersebut.
4. Sajikan hasil diskusi Anda dalam bentuk paparan menggunakan Microsoft PowerPoint,
Google Slides, Canva, atau semacamnya.
5. Unggah hasil diskusi Anda tersebut pada slot yang disiapkan pada LMS sebelum sesi
synchronous learning berikutnya.

Report Date 3

Anda mungkin juga menyukai