Anda di halaman 1dari 55

Kebijakan Dividen

Giovanny Bangun Kristianto,S.E.,M.Ak.,Ak.


Ilustrasi Kasus
Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan hunian
kelas menengah ke atas bernama PT ISTANA GRAHA pada tahun x1
membayarkan dividen kas kepada para pemegang sahamnya sebesar Rp
500 per lembar saham. Pada tahun berikutnya yaitu x2, perusahaan berhasil
memperoleh keuntungan dengan kenaikan yang cukup signifikan yaitu
hampir 175% lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Atas dasar keuntungan
tinggi yang diperolehnya, pada tahun tersebut perusahaan membayarkan
dividen kasnya sebesar Rp 1.200 per lembar saham, suatu kenaikan dividen
sebesar 140% dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun x3, keuntungan
perusahaan turun 80% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini berdampak
pada penurunan pembayaran dividen perusahaan. Perusahaan hanya
mampu membayar dividen kasnya Rp 800 per lembar saham, yaitu turun
kurang lebih 33% dari dividen tahun sebelumnya. Setelah pengumuman
besar dividen tahun ke x3, pasar mereaksi negatif sebagaimana yang
ditunjukkan oleh penurunan harga saham perusahaan menyusul
pengumuman dividen dari perusahaan. Penurunan harga saham juga
berarti penurunan nilai perusahaan.
Pengertian dan Jenis-
1 Jenis Dividen
Bagian dari keuntungan yang diperoleh perusahaan
Pengertian
dalam periode tertentu yang dibagikan kepada
Dividen
pemilik (pemegang saham).

Dividen Kas
Bentuknya Dividen Saham
Dividen Jenis-Jenis Dividen Properti
Dividen
Dividen Reguler
Pola Pembagiannya
Dividen Ekstra

Prosedur Tanggal pengumuman (Declaration Date)


Pembagian
Dividen
Tanggal pencatatan (Record Date)

Tanggal Pembayaran (payment date)


DIVIDEN DILIHAT DARI BENTUKNYA

Dividen Dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas (tunai) dan biasanya dibayarkan
Kas melalui transfer ke masing-masing rekening pemegang saham.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔


𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛
Deviden per lembar saham =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Contoh:
Sebuah perusahaan memperoleh keuntungan pada periode berjalan sebesar Rp 1
milyar. Dari keuntungan tersebut, sebesar 60% atau Rp 600 juta dibagikan
sebagai deviden, sedangkan sisanya 40% ditahan di perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan dana dalam rangka membiayai investasi yang sudah direncanakan.
Jumlah saham perusahaan yang beredar saat ini sebanyak 10 juta lembar. Maka
berapakah besarnya dividen per lembar saham?

𝑅𝑝 600 𝑗𝑢𝑡𝑎
Deviden = = Rp 60/lembar
10 𝑗𝑢𝑡𝑎 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟
DIVIDEN DILIHAT DARI BENTUKNYA

Dividen Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham bukan berupa kas melainkan
Saham dalam bentuk lembar saham.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛


𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑔𝑖𝑘𝑎𝑛
Deviden saham per lembar saham =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Contoh:
Perusahaan akan membagikan dividen sebesar Rp 600 juta. Harga pasar yang
berlaku atas saham perusahaan tersebut Rp 1.000 per lembar. Dengan demikian,
jumlah lembar saham yang akan dibagika sebagai dividen sama dengan 600.000
lembar

600.000 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚


Deviden saham per lembar saham =
10 𝑗𝑢𝑡𝑎 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟
= 0,06 lembar/lembar saham
Dampak Dividen
Saham terhadap
Kepemilikan
Pembagian dividen salam bentuk saham tidak berpengaruh tehadap nilai kepemilikan.

Neraca perusahaan sebelum pembagian dividen saham (Rp juta) Neraca perusahaan setelah pembagian dividen saham (Rp juta)
Aktiva Lancar 3.500 Utang 1.500 Aktiva Lancar 3.500 Utang 1.500
Aktiva Tetap 9.000 Ekuitas Pemilik: Aktiva Tetap 9.000 Ekuitas Pemilik:
Saham biasa (10 jt lbr) 10.000 Saham biasa (10,6 jt lbr) 10.600
Saldo Laba 1.000 Saldo Laba 400
Total aktiva 12.500 Total Pasiva 12.500 Total aktiva 12.500 Total Pasiva 12.500
Dampak Dividen
Saham terhadap Dilusi
Kepemilikan
Dilusi saham adalah turunnya harga saham sebagai akibat bertambahnya jumlah saham yang beredar,
sementara nilai perusahaan secara keseluruhan tidak berubah.

• Harga pasar saham pada perusahaan adalah Rp 1.000 per lembar. Dengan saham beredar 10 juta
lembar  nilai pasar dari saham perusahaan = 10 juta x Rp 1.000 = Rp 10 milyar.
Ilustrasi

• Setelah pembagian dividen saham, jumlah saham beredar menjadi 10,1 juta  nilai pasar per lembar
saham = Rp 10 milyar/10,1 juta lembar = Rp 990,1 per lembar. Dengan demikian terjadi dilusi saham
sebesar Rp 9,9 per lembar. Namun nilai pasar saham perusahaan secara keseluruhan tidak berubah
yaitu Rp 10 milyar.

Walaupun menyebabkan dilusi terhadap harga saham, dividen saham tidak menyebabkan dilusi
kepemilikan
Alasan Pembagian
Dividen Saham
Tidak tersedia cukup kas di perusahaan

Harga pasar saham yang berlaku dinilai terlalu tinggi

Untuk menghindari pajak seandainya dividen dibagikan dalam


bentuk kas

Untuk memenuhi aturan dari bursa efek tentang jumlah


minimal lembar saham beredar

Deviden saham memberikan sinyal positif tentang prospek


perusahaan ke depan
DIVIDEN DILIHAT DARI BENTUKNYA

Dividen
Properti
Dividen yang dibagikan dalam bentuk aset non kas, misalnya dalam bentuk
produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Alasan Pembagian Dividen Aset Tidak tersedianya cukup kas di dalam perusahaan
Non Kas
Menghindari terjadinya dilusi kepemilikan

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑔𝑖𝑘𝑎𝑛
Jumlah atau nilai aset yang akan dibagikan =
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑎𝑠𝑒𝑡
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑔𝑖𝑘𝑎𝑛
DIVIDEN DILIHAT DARI POLA PEMBAGIANNYA

Dividen Reguler Dividen Ekstra


Dividen yang dibagikan Dividen yang dibagikan
secara periodik kepada secara insidental atau pada
pemegang saham dan periode-periode tertentu
biasanya berbentuk kas. saja.
Dividen ekstra hanya
berperan sebagai dividen
tambahan terhadap dividen
reguler.
Prosedur Pembagian
Dividen

May 15 May 28 May 30 June 16


Declaration Ex-dividend Record Payment
date date date date
Cum-
dividend Ex-Dividend

Tanggal Tanggal
Tanggal
Pencatatan Pembayaran
Pengumuman
(Record (Payment
(Declaration Date)
Date) Date)
May 15 May 28 May 30 June 16
Declaration Ex-dividend Record Payment
date date date date
Cum-
dividend Ex-Dividend

Tanggal Pengumuman
(Declaration Date)
• Pengumuman dilakukan di media masa
• Isi pengumuman mencakup informasi tentang besarnya
dividen per lembar saham, tanggal pencatatan para
pemegang saham yang tidak berhak atas dividen, tanggal
berlakunya ex-dividend dan cum-dividend, tanggal
pembayaran dan cara pembayaran
May 15 May 28 May 30 June 16
Declaration Ex-dividend Record Payment
date date date date
Cum-
dividend Ex-Dividend

Tanggal Pencatatan (Record


Date)
• Perusahaan mencatat mana saja pemegang saham yang berhak untuk menerima
dividen periode berjalan pada tanggal yang telah ditetapkan atau disebut tanggal
pencatatan.
• Ex-dividend merupakan batas waktu atau tanggal, biasanya 3 hari sebelum
tanggal pencatatan, dimana jika terjadi transaksi jual beli atas saham setelah
tanggal pengumuman dan sebelum tanggal tersebut, maka yang berhak atas
dividen adalah pemegang saham baru. Harga yang harus dibayar pemegang
saham baru adalah harga saham termasuk nilai dividen yang yang akan diterima
(cum-dividend).
• Jika transaksi jual beli setelah tanggal tersebut maka yang berhak atas dividen
adalah pemegang saham lama dan harga yang harus dibayar tidak termasuk
dividen yang akan dibagikan (ex-dividend)
May 15 May 28 May 30 June 16
Declaration Ex-dividend Record Payment
date date date date
Cum-
dividend Ex-Dividend

Tanggal Pembayaran (Payment


Date)
• Pembayaran dilakukan melalui transfer ke rekening
pemegang saham setelah dipotong pajak atas dividen.
Pengertian dan
2 Pentingnya Kebijakan
Dividen
Kebijakan Dividen
Deviden
merupakan
unsur utama
return atau
pendapatan Kebijakan Dividen
menetapkan besar


yang diharapkan
keuntungan yang
investor selain Kebijakan dibagikan sebagai
capital gain. dividen dividen, berapa
mempengaruhi yang ditahan dan
bagaimana pola
harga saham pendistribusiannya
dan dengan
sendirinya
mempengaruhi
nilai
perusahaan.
Jenis Ukuran
Dividen

Dividend per Dividend Payout Dividend Yield


Share (Dividen Ratio (Rasio (Tingkat
per lembar Pembagian Pendapatan
saham) Dividen) Dividen)
Dividend per Share
(Dividen per Lembar Saham)
Dividen per lembar saham mencerminkan besar kecilnya
pendapatan dalam rupiah yang diperoleh oleh setiap lembar
saham.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛


𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑔𝑖𝑘𝑎𝑛
Deviden saham per lembar saham =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Contoh:
Perusahaan ingin membagikan keuntungannya sebesa
Rp600 juta sebagai dividen. Jumlah lembar saham
perusahaan yang beredar adalah sebesar 10 juta lembar.
Maka besar dividen per lembar saham perusahaan adalah

𝑅𝑝 600 𝑗𝑢𝑡𝑎
= Rp 60/lembar
10 𝑗𝑢𝑡𝑎 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟
Dividend Payout Ratio
(Rasio Pembagian Dividen)
Ukuran besar kecilnya dividen yang dinyatakan dalam
bentuk perbandingan (rasio) antara jumlah (bagian)
keuntungan yang disediakan untuk dividen dengan jumlah
seluruh keuntungan yang diperoleh perusahaan pada periode
tertentu dan dinyatakan dalam presentase.

Jumlah dividen
D𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100 %
Jumlah Keuntungan
Contoh:
Laba yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 1 milyar,
sedangkan jumlah dividen yang akan dibagikan adalah Rp Semakin besar angka dividend
600 juta. Maka besar dividend payout ratio dari perusahaan payout ratio, maka semakin
tersebut adalah tinggi komitmen manajemen
terhadap pembagian dividen
𝑅𝑝 600 𝑗𝑢𝑡𝑎 dibanding komitmen terhadap
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100% = 60%
𝑅𝑝 1 𝑚𝑖𝑙𝑦𝑎𝑟 pertumbuhan perusahaan
melalui pemanfaatan kembali
keuntungan.
Dividend Yield
(Tingkat Pendapatan Dividen)
Ukuran besar kecilnya dividen yang dinyatakan dalam
bentuk perbandingan antara dividen per lembar saham
dengan harga pasar yang berlaku atas saham yang
bersangkutan dan dinyatakan dalam presentase.

Dividen per lembar saham


D𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100 %
Harga per lembar saham
Contoh:
Dividen per lembar saham perusahaan adalah Rp 60
sedangkan harga pasar dari saham tersebut adalah Rp 1.000 Dividend yield mencerminkan
per lembar. Maka dividend yield perusahaan tersebut adalah tingkat pendapatan atas
investasi ke dalam saham.
𝑅𝑝 60 Dengan dividend yield sebesar
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 =
𝑅𝑝 1.000
× 100% = 6% 6% berarti investasi ke dalam
saham perusahaan senilai Rp
1.000 akan memperoleh
pendapatan dividen sebesar Rp
60 per periode.
Jenis-Jenis
Kebijakan Dividen

Kebijakan Kebijakan
Inisisasi Dividen Dividen Reguler
Kebijakan Inisiasi Dividen
(initial dividend policy)
Dividen pertama
terkait dengan merupakan titik
pembayaran berapa dan permulaan
(starting point)
dividen kapan dividen
bagi
pertama sejak pertama pembayaran
perusahaan go- dibayarkan dividen reguler
public. periode
selanjutnya

Perusahaan Risiko
tidak penurunan
Nilai dividen yang mampu nilai dividen
dibayarkan tinggi mempertahan- pada
kan nilai periode
dividen berikutnya.
Kebijakan Deviden Reguler
Kebijakan yang terkait dengan penetapan besaran dan pola pendistribusian
dividen reguler.

Kebijakan Dividen
Kebijakan Dividen Stabil
Residual
Kebijakan Dividen Stabil
Berupaya Stabilitas dividen per lembar
menjaga saham (dividend per share)
stabilitas Tidak
pembayaran berlaku Stabilitas dividend payout ratio
dividen dari secara
periode ke simultan
periode Stabilitas dividend yield
Sejauh mana Sejauh mana
perusahaan perusahaan
mampu berupaya
mampu
menghindari
mempertahan-
penurunan atau
kan ke depan
tidak
nilai yang telah terbayarkannya
dibayarkan pada dividen (dividend
masa lalu. cut)
Dampak Stabilitas Dividen per Lembar Saham

Contoh: sebuah perusahaan memutuskan untuk membayar dividen per


lembar saham secara stabil sebesar Rp 60 per lembar. Di sisi lain, harga
saham dan keuntungan perusahaan selama lima tahun bervariasi.

Keterangan Periode Pembayaran Dividen

1 2 3 4 5

Harga saham per lembar (rp) 1.000 1.100 1.000 1.200 1.250

Keuntungan (Rp Milyar) 1 1,2 0,9 1 1,3

Dividend per share (Rp) 60 60 60 60 60

Dividend payout ratio 60% 50% 67% 60% 46% Walaupun DPS stabil
tetapi keuntungan dan
harga saham
Dividend yield 6% 5,5% 6% 5% 4,8%
berfluktuasi

Jumlah saham beredar = 10 juta lembar


Jumlah Dividen = (10 juta x Rp 60) = Rp 600.000.000
Interpretasi terhadap Ukuran
Stabilitas Dividen

Stabilitas dividend Stabilitas dividend Stabilitas dividend


per share payout ratio yield
• Mengisyaratkan adanya kepastian • Mencerminkan stabilitas atas • Mencerminkan stabilitas jumlah
dalam hal pendapatan rupiah yang persentase atau porsi dari dividen yang dibagikan relatif
bisa diperoleh setiap lembar keuntungan yang disediakan sebagai terhadap harga saham yang
sahamnya. dividen. berlaku.
• Sangat baik bagi investor yang • Konsekuensi kebijakan ini • Konsekuensi kebijakan ini
yang mengharapkan kepastian arus menjadikan besar dividen naik dan menjadikan besarnya dividen naik
kas masuk tiap periode. turun sesuai naik turunnya turun sesuai naik turunnya harga
• Rentan terhadap risiko kenaikan keuntungan yang diperoleh saham yang berlaku.
inflasi perusahaannya.
Penghalusan Aliran Dividen
(Dividend Smoothing)
Menghindari fluktuasi aliran dividen  investor lebih menyukai aliran
Tujuan
dividen stabil
memperhalus
aliran dividen Menghindari kemungkinan terjadinya penurunan dividen di masa mendatang

1956, John Litner mengemukakan bahwa besar dividen Merepresentasikan bagaimana perusahaan sebaiknya
(payout dividend) ditentukan dengan model persamaan  menaikkan dividen agar tidak terjadi penurunan pada
Kebijakan Dividen Model Lintner periode-periode berikutnya.

∆D = a + β(𝐷𝑇 − 𝐷𝑡−1 )
Kenaikan dividen harus disesuaikan dengan dividen periode
Keterangan: sebelumnya dan laba yang dicapai perusahaan pada periode
∆D = kenaikan dividen per lembar saham periode berjalan berjalan.
a = konstanta
𝛽 = koefisien yang menunjukkan tingkat penyesuaian untuk
dividen per lembar saham periode yang akan datang
DT = dividen target (dividen payout ratio x earning per share)
𝐷𝑡−1 = dividen per lembar saham periode sebelumnya
Contoh:
sebuah perusahaan memiliki kebijakan dividend payout ratio sebesar 50% dan pada
periode seblumnya membayar dividen Rp 300 per lembar saham, dan memperoleh EPS
sebesar Rp 1.000 pada periode berjalan. Dengan konstanta sebesar 15 dan koefisien
penyesuaian misal sebesar 0,33. maka kenaikan dividen pada tahun berjalan adalah

∆D = a + β(𝐷𝑇 − 𝐷𝑡−1 )
∆D = 15 + 0,33 {(0,5 x 1.000) – 300} = 81

Deviden per lembar saham periode berjalan sebaiknya Rp 300 + Rp 81 = Rp 381


Jika tanpa penghalusan = 50% x Rp 1.000 = Rp 500/lbr saham

Memberi sinyal
Investor Nilai
Penurunan buruk tentang
merespon perusahaan
dividen prospek
negatif turun
perusahan

Membagikan
dividen kas
dengan kenaikan
yang wajar
Penghalusan Aliran Dividen
Periode Pembayaran Dividen

Keterangan 1 2 3 4 5

Keuntungan (Rp milyar) 100 190 110 120 115

Dividend payout ratio 70% 70% 70% 70% 70%


Keuntungan yang disediakan
untuk dividen (Rp milyar) 70*) 133 77 84 80,5

Jumlah lembar saham kas beredar 10 jt 10 jt 10 jt 10 jt 10 jt


Deviden kas reguler per lembar
saham tanpa penghalusan (Rp) 7.000 13.300 7.700 8.400 8.040
Deviden kas reguler per lembar
saham dengan penghalusan (Rp) 7.000 7.500 7.700 8.000 8.050
Sisa dividen belum terbagi via
Dividen kas reguler (Rp milyar) - 58 **) - 4 -
*) (Rp 100 milyar x 70%)
**) (Rp 133 milyar –(10jt x Rp7.500)
Kebijakan Dividen Residual

Besar kecilnya dividen yang akan dibagikan bergantung pada ketersediaan dana
dari keuntungan setelah digunakan untuk mencukupi atau memenuhi kebutuhan
perusahaan

Pecking order theory  Perusahaan akan mendahulukan pemenuhan


kebutuhan dana dari sumber dana internal (keuntungan) sebelum
memanfaatkan sumber dana eksternal (utang dan ekuitas)  semakin besar
kebutuhan dana maka semakin kecil dividen yang bisa dibagikan, dan
sebaliknya.

Kebijakan dividen residual digunakan untuk perusahaan yang masih dalam fase
pertumbuhan.
2
Kebutuhan
1 Dana 3
Likuiditas Kontrol
Perusahaan terhadap
4 Perusahaan
Biaya Modal
atas Sumber
Dana
Reksternal

Faktor-Faktor Lain yang


Mempengaruhi Dividen
6
Perjanjian
5 Kredit
Target
Struktur
Modal
Likuiditas Perusahaan
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi mampu membayarkan dividen kas
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan kondisi likuiditas yang rendah.

Pembayaran dividen  menurunkan likuiditas  adanya arus kas keluar untuk membayarkan dividen

Contoh:

PT XXX memutuskan dividen payout ratio periode berjalan sebesar Rp 40%.


Keuntungan perusahaan periode tersebut adalah Rp 100. sehingga dividen yang akan
dibagikan adalah Rp40.
Likuiditas Perusahaan
Neraca perusahaan sebelum pembagian dividen saham (Rp juta) Neraca Perusahaan setelah pembagian dividen saham (Rp juta)

Aktiva Lancar 50 Utang 40 Aktiva Lancar 10 Utang 40

Aktiva Tetap 100 Ekuitas Pemilik: Aktiva Tetap 100 Ekuitas Pemilik:

Saham biasa 65 Saham biasa 65


Saldo Laba 45 Saldo Laba 5
Total aktiva 150 Total Pasiva 150 Total aktiva 110 Total Pasiva 110

Tingkat likuiditas Perusahaan sebelum pembagian dividen Tingkat likuiditas Perusahaan setelah pembagian dividen
Current ratio = aktiva lancar/utang lancar Current ratio = aktiva lancar/utang lancar
= 50/40 = 10/40
= 1,25 = 0,25

Kebijakan dividen kontra produktif  akibat pembayaran dividen, alat likuid tidak mampu membiayai operasional perusahaan

Mengganggu profitabilitas perusahaan

Alternatif pembiayaan dividen lain pembagian dividen non-kas, pembiayaan dividen dari sumber dana eksternal
Kebutuhan Dana
Perusahaan yang memiliki peluang investasi yang menguntungkan
membutuhkan dana untuk merealisasikan peluang investasi tersebut

Dana dari keuntungan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan


investasi

Dana dari keuntungan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan


investasi

Tingkat pengembalian Penggunaan dana


(return on investment) > keuntungan untuk
biaya modal atas dana dari membiayai proyek-proyek
laba ditahan investasi bersifat rasional

Tingkat pengembalian
(return on investment) < Dana keuntungan dibagikan
biaya modal atas dana dari sebagai dividen
laba ditahan
Kontrol terhadap Perusahaan

Pemenuhan kebutuhan dana dari sumber eksternal (penerbitan


saham baru) kurang disukai pemilik atau pemegang saham
karena mengurangi posisi kontrol pemegang saham lama

Kebutuhan dana dipenuhi dari keuntungan perusahaan atau


dikenal dengan pembiayaan secara internal atau pembiayaan
sendiri(internal atau self-financing)

Jika perusahaan memenuhi kebutuhan dana dengan alasan


menghindari tersebarnya kontrol perusahaan kepada pemegang
saham baru, maka semakin kecil dividen yang bisa dibagikan.
Biaya Modal atas Sumber Dana
Eksternal
Jika biaya modal atas sumber dana eksternal lebih besar dibandingkan dengan
dana internal (keuntungan) maka penggunaan dana internal lebih menguntungkan.

Biaya modal dana Perusahaan memaksimalkan Dividen yang dibagikan


internal kecil penggunaan dana internal kecil
Target Struktur Modal
• Target struktur modal menjadi batasan pembagian dividen
• Target struktur modal merupakan rasio struktur modal (rasio utang) yang menjadi acuan
perusahaan atau sebagai rasio struktur modal maksimal perusahaan.

Aset setelah pembagian dividen

Target struktur modal PT ABC = 40% Keuntungan maksimal yang dapat dibagikan
Aktiva Lancar 75 Utang 80
Debt to asset ratio = Target Struktur modal
Aktiva Tetap 125 Ekuitas Pemilik: 80 / (200 – x) = 50%
Saham biasa 75 80 / (200 – x) = 50 / 100
80 x 100 = 50 (200 – x)
Saldo Laba 45 8.000 = 10.000 – 50x
Total aktiva 200 Total Pasiva 200 50 x = 10.000 – 8.000
x = 2.000 / 50
= 40
Aktiva Lancar 35 Utang 80
Aktiva Tetap 125 Ekuitas Pemilik: Hasil dividen maksimal yang bisa dibagikan adalah
Saham biasa 75 Rp40.
• Jika pembagian dividen < Rp40 struktur modal
Saldo Laba 5 perusahaan di bawah target struktur modal
Total aktiva 160 Total Pasiva 160 • Jika pembagian dividen > Rp40 struktur modal
perusahaan di atas target struktur modal
Perjanjian Kredit
• Perjanjian kredit dibuat untuk melindungi kepentingan pihak kreditur
terhadap dana yang dipinjamkannya ke perusahaan.
• Salah satu perjanjian kredit adalah pembatasan pembagian dividen kepada
pemegang saham

Contoh:
pembatasan dividend payout ratio maksimal misal 60%  bagian keuntungan maksimal
yang bisa disediakan dividen maksimal 60%  ketersediaan arus kas perusahaan tidak
terganggu  kewajiban utang perusahaan dapat terpenuhi
Pembelian Kembali Saham Perusahaan
Sebagai Alternatif dari Dividen

Pendapatan (return)
Pendapatan Deviden
atas investasi

Pendapatan atas selisih


harga beli dan harga
jual saham (capital
gain)

Pembagian keuntungan Deviden

pembelian kembali
saham perusahaan
yang beredar dengan Capital gain
dana dari keuntungan
periode berjalan
Contoh:
PT ABC memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa Rp 4,4 milyar. Dari jumlah tersebut, sebanyak
50% atau Rp 2,2 milyar diputuskan akan didistribusikan kepada pemegang saham melalui program pembelian kembali saham
perusahaan. Saham yang beredar saat ini sebanyak 110 juta lembar. Harga pasar yang berlaku saat ini atas saham
perusahaan Rp 200 per lembar. Dengan dana yang disediakan sebesar Rp 2,2 milyar, perusahaan diharapkan mampu
membeli kembali sebanyak 10 jt lembar dengan harga beli di atas harga pasar yaitu Rp 220 per lembar. Dengan demikian
jumlah lembar saham yang beredar setelah pembelian kembali menjadi 100 juta lembar.

Benarkah capital gain yang diperoleh bisa menggantikan pendapatan dividen?

Indikator keuangan Earning per share (EPS)


Rp 4,4 milyar
untuk memprediksi EPS sebelum stock repurchase = 110 juta lembar = Rp 40/lembar
harga saham ke depan Price/earning ratio P/E ratio yang berlaku =
Rp 200
= 5 kali
Rp 40

Rp 4,4 milyar
EPS setelah stock repurchase = 100 juta lembar = Rp 44/lembar

Harga pasar yang diharapkan berlaku


= P/E x EPS setelah stock repurchase
= 5 x Rp 44/lembar = Rp 220/lembar saham  capital gain akibat stock
repurchase = Rp 220 – Rp 200 = Rp 20/lembar saham

Apabila perusahaan membagikan keuntungan dalam bentuk dividen 


dividen yang akan diterima per lembar saham = Rp 2,2 milyar/110 juta
lembar saham = Rp 20/lembar saham
Alasan Pembelian Kembali Saham
sebagai Alternatif Pembagian Dividen

Menjaga stabilitas aliran dividen kas per lembar saham

Memberi pesan positif (positive signal) bahwa perusahaan akan


mengalami kenaikan atas harga saham.

Sebagai cadangan pendanaan yang bisa dimanfaatkan sewaktu-waktu


ketika perusahaan membutuhkan

Menghindarkan pemegang saham dari pajak atas dividen kas yang


diterimanya
Keterbatasan Pembelian Kembali
Saham
1
Tidak semua
pemegang saham 2
menyukai Capital gain
pembelian kembali memiliki risiko
saham ketidakpastian
lebih besar
dibanding dividen
3 kas
Adanya pembatasan
pembelian saham
kembali untuk
mencegah terjadinya
penghindaran pajak
atas dividen
Hubungan kausal antara
Teori kebijakan dividen dengan
nilai perusahaan.

Dividen Nilai perusahaan dicerminkan

3 oleh harga saham perusahaan.

Proposisi Proposisi Relevansi

VS
Irrelevansi Dividen Dividen
Benjamin Graham & David
Merton Miller & Franco
Dodd (1951) dan Myron
Modgliani (1961)
Gordon (1959)
Proposisi Irrelevansi Dividen
“M&M Dividend Irrelevance Proposition”
“Kebijakan dividen yang diambil perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan”

Harga saham
Asumsi symmetric Manajemen dan investor memiliki informasi dan
mencerminkan nilai
information persepsi yang sama mengenai kondisi perusahaan
sesungguhnya perusahaan

Pasar
Sempurna Asumsi Zero Tidak ada biaya transaksi dan tidak ada biaya emisi
 perusahaan indifferent antara pembiayaan proyek
atau transaction and zero
investasi dengan sumber internal (keuntungan)
Pasar floatation cost maupun eksternal (saham&obligasi)
Efisien
Tidak ada perbedaan
Tidak ada pajak atas pendapatan dari
antara menerima
Asumsi zero tax penerimaan dividen atau penerimaan realisasi
keuntungan dalam bentuk
capital gain
dividen maupun capital gain
Proposisi Relevansi Dividen
Proposisi Irrelevansi Dividen dianggap tidak realistis dan hanya berperan sebagai starting point
dalam penjelasan teoritik tentang kebijakan dividen

Perfect market tidak relevan dengan realita

Informasi tidak tersebar merata (asimetri) antara manajer dan investor sehingga
diperlukan biaya untuk memperoleh informasi tersebut
“Kebijakaan dividen
dianggap
Pembiayaan dari sumber dana eksternal (penerbitan surat berharga) lebih mahal
berpengaruh atau
dibandingkan pembiayaan dari sumber internal
relevan terhadap
harga saham atau
Tarip pajak yang dikenakan pada deviden berbeda dengan tarip pajak atas capital gain nilai perusahaan”

Risiko dari pendapatan dalam bentuk dividen dianggap lebih kecil daripada risiko dari
pendapatan dalam bentuk capital gain.
Proposisi Relevansi Dividen
2.
Tax-
1. Differential
Bird in The Theory
Hand
Theory
4.
Agency
3. Theory
Signaling
Theory
1. Bird in The Hand Theory
Dikemukakan oleh Myron Gordon pada tahun 1959

Tingkat risiko dividen < tingkat risiko capital gain


Membandingkan pendapatan dividen dengan  nilai dividen > nilai capital gain
pendapatan dalam bentuk capital gain dari  Investor akan men-discount aliran dividen masa
aspek risiko
depan dengan discount rate yang lebih besar dari
Dividen diibaratkan Capital gain dianggap discount rate pada capital gain.
burung yang sudah burung yang masih
ditangan (bird in the terbang  realisasi
hand)  pendapatan pendapatannya masih
dividen setelah bergantung kepada 𝑮𝒐𝒓𝒅𝒐𝒏 𝑽𝒂𝒍𝒖𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑴𝒐𝒅𝒆𝒍
diumumkan sudah adanya kenaikan di
pasti diterima masa depan. Jika pembayaran dividen mengalami kenaikan dg rata-
rata tingkat kenaikan sebesar g  P = D/k-g
Jika pembayaran dividen tidak naik atau bersifat
Semakin tinggi nilai dividen yang dibayarkan konstan  P = D/k
maka semakin tinggi pula nilai perusahaan, Jika Pembayaran dividen menurun sebesar g
dan sebaliknya.  P = D/k+g

Rekomendasi  perusahaan membayarkan dividen lebih tinggi untuk menaikkan nilai


perusahaan
1. Bird in The Hand Theory
Contoh Kasus:
perusahaan membayarkan dividen periode berjalan Rp 100 per lembar saham. Tingkat
pendapatan yang diharapkan oleh investor dari investasinya ke dalam saham perusahaan adalah
sebesar 10%. Di samping itu, rata-rata tingkat kenaikan (pertumbuhan) dividen yang dibayarkan
perusahaan per periode adalah 2%.
𝐷
𝑃=
𝑘−𝑔
𝑅𝑝 100
=
10%−2%
𝑅𝑝 100
=
8%
= 𝑅𝑝 1.250/𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟
Jika perusahaan menaikkan dividennya menjadi Rp 120 per lembar saham sementara tingkat
pertumbuhannya sama, maka nilai perusahaan akan naik menjadi
𝐷
𝑃 = 𝑘−𝑔
𝑅𝑝 120
=10%−2%
𝑅𝑝 120
= 8%
= 𝑅𝑝 1.500/𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟
2. Tax-Differential Theory
Dikemukakan oleh Litzenberger & Ramaswamy pada tahun 1979 dan 1982

Pengaruh dividen terhadap harga Capital gain memberikan keuntungan berupa penundaan
saham dengan faktor pajak atas pajak karena pajak atas capital gain baru dikenakan jika
dividen dan pajak atas capital gain ada realisasi capital gain

Jika beban pajak atas dividen yang ditanggung investor Beban pajak bersih atas capital gain
> beban pajak atas capital gain  dividen tidak disukai = tarip pajak – Keuntungan penundaan pajak
 berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan 
Semakin tinggi dividen dibayarkan maka semakin rendah
nilai perusahaan
Clientele effect  Pengaruh kelompok-kelompok
investor berdasarkan beban (tarip) pajak yang
Jika beban pajak atas dividen yang ditanggung investor ditanggung atas penghasilannya.
< beban pajak atas capital gain  dividen lebih disukai
 berpengaruh posiitif terhadap nilai perusahaan 
Semakin tinggi dividen dibayarkan maka semakin tinggi
nilai perusahaan

Rekomendasi  pengambilan kebijakan dividen bergantung pada beban pajak yang


dikenakan atas dividen dibanding beban pajak atas capital gain.
3. Signaling Theory
Dikembangkan oleh Miller & Modgliani (1961), Bhattacharya (1979), John & Williams (1985) dan
Miller Rock (1985) berdasarkan asumsi assymetric information

Manajer sebagai orang dalam perusahaan (insider) menggunakan kebijakan sebagai sarana memberikan
sinyal kepada investor tentang private information yang dimilikinya.

Pengumuman kenaikan dividen mengindikasikan Pengumuman penurunan dividen mengindikasikan


prospek positif dari kinerja perusahaan ke depan  prospek negatif dari kinerja perusahaan ke depan
menaikkan nilai perusahaan  menurunkan nilai perusahaan
Manajer mengindari penurunan dividen 
menjaga reputasi manajer di mata investor 
manajer menaikkan dividen  manajer yakin
bahwa ia mampu mempertahankan kenaikan di
periode-periode berikutnya  aliran dividen
terhindar dari penurunan

Semakin tingi dividen (kenaikan dividen)  semakin tinggi nilai perusahaan atau harga
saham perusahaan
4. Agency Theory
Dikembangkan oleh Michael Jehnsen & William Meckling (1976)

Membahas hubungan antara manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) dan
permasalahan yang timbul di dalamnya.

Konflik kepentingan akibat pemisahan antara manajer dengan pihak pemilik perusahaan  pihak pemilik tidak
bisa mengamati dan mengawasi tindakan manajemen yang cenderung menguntungkan dirinya sendiri  timbul
biaya keagenan

Contoh Biaya auditing oleh pihak independen


Biaya
Keagenan Biaya penyelenggaraan sistem pengendalian internal termasuk sitem akuntansi
Biaya pembentukan & biaya gaji para anggota dewan pengawas atau dewan komisaris perusahaan

Kerugian perusahaan akibat tindakan atau kebijakan yang tidak produktif dari manajemen

Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian kredit


Penetapan struktur insentif /kompensasi bagi manajemen
4. Agency Theory
Untuk menekan biaya agensi  perusahaan menggunakan keuntungan sebagai dividen  dividen
sebagai sarana monitoring dari pemilik perusahaan atas kinerja manajemen

Kontribusi dividen dalam menekan biaya


(Spremann & Gantenbein (2001))
Memberikan tekanan kepada manajemen untuk senantiasa menghasilkan cash flow agar
mampu membayar dividen
Memberikan tekanan kepada manajemen untuk mengupayakan dana eksternal guna membiayai
proyek investasi yang direncanakan
Mengurangi julah free cash flow (dana menganggur) di perusahaan

Semakin tinggi dividen dibagikan  semakin tinggi dampak pengawasan dari pihak eksternal terhadap
manajemen  kinerja manajemen makin efektif  biaya keagenan makin turun  profitabilitas perusahaan
meningkat  harga saham atau nilai perusahaan naik
Kebijakan Dividen
3 dan
Kebijakan Pendanaan
1
Berdasarkan pecking order theory (salah satu teori struktur Kesimpulan:
Kebijakan modal), pemenuhan kebutuhan dana dari sumber internal akan • Kebijakan dividen tidak
dividen memberikan dampak paling tinggi terhadap nilai perusahaan  dapat dipisahkan dari
merupakan perusahaan akan mengedepankan pemenuhan dana dari keuntungan kebijakan pendanaan.
(internal) untuk memenuhi kebutuhan dananya. • Dividen dianggap sebagai
bagian dari
kebijakan 2 konsekuensi sekaligus
Berdasarkan kebijakan dividen residual, pembagian dividen subordinasi dari kebijakan
pendanaan
tergantung pada ketersediaan dana keuntungan setelah digunakan pendanaan perusahaan.
untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan

Kebijakan dividen tidak terikat dengan kebijakan pendanaan apabila


perusahaan menggunakan kebijakan dividen stabil karena dalam kebijakan
dividen stabil, perusahaan memprioritaskan kepastian pemenuhan
dividennya sehingga pembagian dividen tidak bergantung pada kebijakan
pendanaan.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai