Bandung
*Email : isyal.likhsandy@student.uinsgd.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Pondok Inabah XV Putra
terhadap implementasi manajemen perencanaan, pengorganisasian dan
pengawasan dari program pembinaan abibah dalam membina sikap anak remaja
ketergantungan narkoba. Penelitian ini dilakukan dengan cara pendekatan
kualitatif, yang tertuju untuk menjelaskan gambaran situasi di Pondok Inabah XV
Putra secara menyeluruh, luas dan mendalam. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kasus, dengan maksud untuk menggali informasi apa
yang akhirnya bisa dipelajari dari sebuah kasus yang dapat diperoleh pengetahuan
lebih lanjut dan mendalam secara ilmiah. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
Pondok Inabah XV Putra mengimplementasikan fungsi perencanaan,
pengorganisasian dan pengawasan dalam mengelola, membina, dan mengatur
segala unsur terhadap program pembinaan abibah. Implementasiya telah berhasil
menyembuhkan ribuan anak remaja ketergantungan narkoba, baik skala lokal
maupun nasional, bahkan internasional. Anak remaja yang lulus dibina,
menjadikan dirinya yang mampu melaksanakan ibadah wajib dan sunnat sesuai
ajaran Islam.
Kata Kunci : Manajemen; Peran; Pondok Pesantren
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the role of Pondok Inabah XV Putra on the
implementation of management planning, organization and supervision of the Abibah
development program in fostering the attitude of adolescent drug dependence. This research was
conducted by means of a qualitative approach, which aims to describe the situation at Pondok
Inabah XV Putra as a whole, broadly and deeply. The method used in this research is the case
method, with the aim of digging what information can finally be learned from a case that can be
obtained further and scientifically in-depth knowledge. The results of this study explain that
Pondok Inabah XV Putra implements the functions of planning, organizing and supervising in
managing, fostering, and regulating all elements of the abibah coaching program. Its
implementation has succeeded in curing thousands of drug-dependent teenagers, both on a local
and national scale, and even internationally. Teenagers who graduate are fostered, making
themselves capable of carrying out mandatory worship and circumcision according to Islamic
teachings.
Keywords : Management; Role; Islamic boarding school
PENDAHULUAN
Di Indonesia persoalan narkoba masih yang bersifat mendesak dan cukup
kompleks. Dalam waktu sepuluh tahun yang lalu persoalan ini menjadi merajalela.
Terbukti dengan bertambahnya jumlah penyalahgunaan atau ketergantungan
narkoba serta pengungkapan kasus tindak kejahatan narkoba yang semakin
bertambah dengan berbagai macam polanya. Dampaknya akan mengancam
kelangsungan hidup dan masa depan masa depan bangsa tanpa membedakan
tingkatan sosial, usia, dan tingkat pendidikan (Amanda, Maudy Pritha, Sahadi
Santoso, 2017:340).
Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.
Hal ini disebabkan karena Indonesia mengalami perkembangan IPTEK,
pengaruh globalisasi, transportasi yang sangat berkembang pesat dan perpindahan
nilai materialistis dengan dinamika sasaran opini pada peredaran narkoba yang
tersembunyi. Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat merajalelanya
peredaran yang tersembunyi terhadap narkoba yang menyebar di segala
masyarakat, salah satunya di kalangan generasi muda (Amanda, Maudy Pritha,
Sahadi Santoso, 2017:341). Apabila masa remaja rusak karena narkoba, maka masa
depannya akan hancur. Berdasarkan data menunjukan bahwa jumlah
penyalahgunaan narkoba paling banyak terdapat di kelompok usia remaja (Bidari,
2013:4).
LANDASAN TEORITIS
Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran
dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Kata "peran" dikaitkan
dengan "apa yang dimainkan" oleh seorang aktor dalam suatu drama. Kamus
Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian peran adalah pemain yang diandaikan
dalam sandiwara maka ia adalah pemain sandiwara atau pemain utama (Wijaya
2015:9). Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan
aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.
Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah
ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif
dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban dinas perhubungan dalam
penegakan hukum mempunyai arti penegakan hukum secara total yaitu
penegakan hukum secara penuh (Soekanto, 2002:243).
Peran Pesantren dalam mengemban, terutama sebagai lembaga pendidikan yang
memiliki misi untuk membebaskan peserta didiknya (santri) dari belenggu
kebodohan yang selama ini menajdi musuh dari dunia pendidikan secara umum.
Pada tataran berikutnya, keberdayaan para santri dalam menguasai ilmu
pengetahuan dan keagaaman akan menjadi bekal mereka dalam berperan serta
dalam proses pembangunan yang pada intinya tiada lain adalah perubahan sosial
menuju terciptanya tatanan masyarakat yang lebih sempurna. Jika ada lembaga
pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga
bimbingan keagamaan, kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan sekaligus
menjadi simpul budaya, maka itulah pondok pesantren. Biasanya peran-peran itu
tidak langsung terbentuk, melainkan melewati tahap demi tahap (Mastuki,
2003:10).
Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 5
Isyal Likhsandy
datang menitipkan putranya adalah wakil Gubernur Jawa Barat. Waktu itu mereka
dibina langsung oleh Abah Anom tanpa dibedakan dengan santri lainya.
Sebagaimana proses pembinaan mental yang telah berlaku di pesantren ini,
mereka ditalqin terlebih dulu, diwajibkan laksanakan ritual harian (zikir) setiap usai
shalat fardlu, dan mereka biasa dibangunkan setiap pukul 3 pagi untuk mandi dan
melaksanakan shalat taubat, shalat hajat, shalat tahajjud, dan amalan zikir.
Pembinaan mental dengan cara tarekat ini, terutama yang diujicobakan terhadap
para remaja korban narkotika, ternyata bisa menormalkan kembali jiwa mereka.
Dalam tahun 1978-1979 tercatat sebanyak 99 remaja yang dirawat di Pesantren
Suryalaya, sepertiganya saat itu dapat disembuhkan. Mereka adalah putra-putri:
anggota ABRI 31 orang, pegawai Negeri Sipil 27 orang, pengusaha 34 orang dan
alim ulama 7 orang. Atas keberhasilan tersebut serta bertambah besarnya minat
orang tua darikota-kota besar menitipkan putra-putrinya di pesantren, maka
timbul gagasan Abah Anom untuk membentuk lembaga Inabah.
Sejak lembaga itu terbentuk, penempatan remaja inabah tidak lagi disatukan
dengan santri biasa di Pondok Pesantren Suryalaya. Mereka (yang disebut juga
sebagai "pasien" atau "anak bina") itu ditempatkan pada pondok-pondok khusus
inabah, yang tempatnya jauh dari Pesantren Suryalaya. Mereka dilatih kedisiplinan
dan dirawat seorang "pembina" yang diberi kepercayaan penuh oleh Abah Anom.
Pada masa perintisan lembaga ini, ada 2 pondok inabah yang dibangun. Pondok
inabah I khusus untuk pasien putra berlokasi di Cibeureum Panjalu, Ciamis
(kurang lebih 12 kilometer ke arah Timur Laut dari Suryalaya) dan berada di
bawah asuhan Bapak Anangsyah. Adapun pondok inabah II (untuk putri) berada
di desa Ciomas, daerah yang sama (sekitar 8 kilo meter dari Suryalaya) dan
dibawah asuhan Ibu Rosliana Gaos.
Cara perawatan mereka di lembaga ini dilakukan melalui metode Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Para pasien dituntut utuk mengamalkan ajaran
tarekat tersebut selama sekurang-kurangnya 40 hari. Selama itu pengamalan
tarekat diatur dalam jadwal yang amat ketat, dengan kurikulum dan silabus yang
ditentukan oleh Abah Anom. Metode inabah sepenuhnya adalah ibadah, sehingga
seorang "pasien" dikondisikan sedemikian rupa dalam keadaan selalu mengingat
Allah, dan diarahkan kepada penyembuhan serta perubahan cara hidup. Mulai
tahun 1985 bersamaan dengan didirikannya Inabah III di desa Sukapura Bandung,
pengelolaan pondok-pondok inabah ditangani oleh Yayasan Serba Bakti Pondok
Pesantren Suryalaya (YSBPPS), dengan para pembinanya yang diangkat atas
persetujuan mursyid.
Sampai tahun 1995 terdaftar sebanyak 24 pondok Inabah, yang tersebar di Pulau
Jawa maupun di luar negeri. Di pulau Jawa ada 20 buah Inabah, 7 buah di
Tasikmalaya, 4 buah di Ciamis, 3 di Bandung, dan 6 buah lainnya masirig-masing
Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 9
Isyal Likhsandy
benar-benar kembali kepada Allah dari perilaku maksiat kepada perilaku ta'at
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Sedangkan tujuan dibentuknya yaitu menjawab tantangan sehingga mampu
bersaing dengan panti-panti rehabilitasi lain secara optimal dan
berkesinambungan. Memberikan pelayanan kepada orang tua, masyarakat dan
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional, khususnya membangun
watak dan kepribadian bangsa, berusaha sekuat tenaga untuk merawat, membina
dan menetapkan mereka agar istiqomah melaksanakan amaliyah ibadah sehingga
kembali dari kesesatan (perilaku maksiat) kepada perilaku taat melaksanakan segala
perintah Allah SWT. Ikut serta menanggulangi salah satu permasalahan nasional
yang sulit diperangi dan sulit dikendalikan dengan pendekatan keagamaan (TQN)
dan amaliyah ibadah serta dzikrullah. Empublikasikan eksistensi Ibadah dengan
cara dan metode yang lebih baik, yakni dengan memperlihatkan kualitas hasil
pembinaan sebagai brosur hidup (anak bina itu sendiri dan persepsi orang tua)
yang akan menyampaikan informasi positif kepada orang lain (Yayasan Serba Bakti
Pusat, 2009:2-3).
Prosedur yang di terapkan Pondok Inabah ini yang utama sebelum anak remaja
masuk untuk dibina, oleh pengurus dilihat dulu kondisinya bagaimana, situasi anak
remajanya apa emang betul-betul mengalami ketergantungan narkoba. Selain hal
itu, karena kondisi saat ini sedang mewabahya virus covid-19 maka anak remaja
harus menjalani rapid test dan swab test guna meyakinkan kepada pengurus bahwa
anak remaja yang masuk ingin dibina tidak terjangkit virus covid-19 (Hasil
Wawancara, Juli 2020). Berdasarkan pedoman dari Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang dibuat Pondok Inabah XV Putra yang ditanda tangani atau disahkan
langsung oleh pimpinan, ada prosedurnya yang harus ditempuh sebelum membina
anak remaja yaitu SOP penerimaan abibah, SOP penerimaan abibah paksaan, SOP
abibah melarikan diri atau kabur, SOP abibah sakit, SOP abibah berkelahi atau
melakukan kekerasan, SOP kunjungan keluarga abibah, SOP keluarga abibah yang
tidak pernah berkunjung, SOP penerimaan paket, SOP spot check (cek barang
bawaan), SOP pemulangan abibah, SOP pemulangan abibah secara paksa (karena
kondisinya tidak sesuai dengan persyaratan penerimaan), SOP pemulangan abibah
secara paksa (berdasarkan keinginan orangtua atau wali dan abibah untuk
mengakhiri pembinaan), SOP perekrutan staf, SOP pelaksaan tugas pembina atau
konselor abibah, SOP abibah kembali masuk program pembinaan, SOP tata cara
pencatatan dan pelaporan keuangan, SOP menghadapi bencana, SOP intervensi
abibah, SOP evaluasi perkembangan abibah, Prosedur pelaksanaan pengungkapan
dan pengalihan masalah, kebutuhan dan potensi (asesmen) Pondok Inabah XV
Putra, Prosedur rujukan abibah dan Prosedur komunikasi antara petugas
pelayanan (Pondok Inabah XV Putra, 2015).
Program yang dibuat Pondok Inabah XV yaitu dengan membuat program
12 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba
Kualitas Hasil Pembinaan di setiap Inabah, maka Bidang Inabah menaikan Biaya
Pembinaan kepada orang tua anak bina dari Rp. 2.500.000,- menjadi Rp.
3.000.000,- perbulan perorang dengan pendistribusian setiap Inabah
menyampaikan luran atau kontribusi kepada Yayasan Serba Bakti Pusat Pondok
Pesantren Suryalaya sebesar Rp. 500.000,- (Yayasan Serba Bakti Pusat. 2009:27-
28).
Manajemen Pengorganisasian Pembinaan
Setelah menyusun rencana, selanjutnya diperlukan penyusunan atau
pengelompokan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan dalam rangka usaha
kerjasama. Pengelompokan kegiatan tersebut berarti pengelompokan
tanggungjawab, dan penyusunan tugas-tugas bagi setiap bagian yang mempunyai
tanggungjawab tertentu. Maka, Pondok Inabah XV Putra melakukan
pengorganisasian seperti merincikan kegiatan pembinaan, pembagian kerja staf
dan pengadaan staf. Menurut Bapak Ridwan Maulana selaku pembina menjelaskan
bahwa rincian kegiatan ini dengan merinci jadwal amaliyah ibadah, jadwal aktivitas
penunjang dan pembiasaan abibah, jadwal makan serta membagi waktu (jumlah
jam) amaliyah dan ibadah rutin” (Hasil Wawancara, Juli 2020).
Maka, rincian kegiatannya yaitu Jadwal Amaliyah Ibadah yang mengacu kepada
panduan yang telah disusun oleh Abah Anom dalam Buku Ibadah sebagai Metode
Pembinaan Penyalahgunaan Narkoba dan Kenakalan Remaja, tanpa mengurangi
jumlah waktu dan jenis-jenis amaliyahnya. Jadwal Aktivitas Penunjang dan
Pembiasaan Abibah sebagai upaya mengefektifkan waktu dan optimalisasi dengan
membuat kegiatan penunjang yang mengacu kepada pembagian sisa waktu
kegiatan amaliyah dan ibadah. Jadwal makan yang tepat dengan gizi pengaturan
menu dan pengaturan porsi makan yang seimbang harus sangat diperhatikan
dengan penbuatan jadwal makan secara teratur minimal tiga kali makan sehari
semalam (pagi, siang, dan malam) dengan menu empat sehat lima sempurna,
walaupun dalam makanan yang cuku atau tidak mewah dengan pengaturan jadwal
makan, akan membuat pola makan yag terautur, sekaligus membiasakan hidup
terartu dan penerapan kedisiplinan yang akan berimpilkasi (Yayasan Serba Bakti
Pusat, 2020). Disamping itu, ada kegiatan berupa bersuci (thaharah) mandi, wudhu,
shalat dan zikir, abibah atau anak bina juga diberikan pembagian jadwal pelajaran
praktek berdoa (doa-doa harian) yang diambil dari petunjuk Sunnah Rasul dan
pembiasaan sopan santun bergaul dengan sesama.
Agar pengorganisasian pembinaan berjalan dengan efektif dan efisien, Pondok
Inabah XV Putra membuat alur pelayanan rehabilitasi sebagai berikut:
IDENTIFIKASI
& REGISTRASI ASESMEN
LANJUTAN
- Identifikasi
ORIENTA - Biologis atau
- Spot Check PENGASRAMAAN fisik
SI
(Barang Bawaan)
- Psikologis
- Asesmen Awal
- Sosial
- Kontrak
PEMBINAAN RENCANA
LANJUTAN EVALUASI & INTERVE INTERVE
(AFTER TERMINASI NSI NSI
CARE)
4. Tio Oktipiandi
5. Repalda
6. Yudi
5. Nanang Kamal. Z.A 1. Ananda Ramadhan
2. Alif Ridho
3. Wian
4. M. Rizki
5. Edith
6. Suryanto 1. Budi
2. Nugraha
3. M. Rizki
4. Endri
5. Dzul
6. Dendi
PENUTUP
Berdasarkan penelitian tentang Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah
Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan Pondok Pesantren Suryalaya mengembangkan Pondok Inabah
dengan sebuah model pembinaan keagamaan pondok pesantren yang khusus
dengan pengajaran tarekatnya. Meskipun, sasaran pembinaannya tidak semata-
mata terhadap anak remaja ketergantungan narkoba saja, tetapi berlaku bagi kita
untuk melaksanakan kegiatan pembinaan itu. Keberhasilan Pondok Inabah XV
Putra dalam menerapkan pola manajemennya menjadikan satu-satunya pondok
inabah di Pondok Pesantren Suryalaya yang bersertifikasi akreditasi dari Menteri
Sosial Republik Indonesia. Hal ini, karena penerapan pola manajemen Pondok
Inabah yang lebih mengembangkan kearah manajemen yang modern atau
mengikuti zaman yang lebih mengedepankan kualitas dan kepuasan pelanggan,
yang lebih dikenal dengan prinsip Total Quality Manajemen. Telah berhasil
menyembuhkan ribuan anak bina korban ketergantungan narkoba dan kenakalan
remaja, baik dalam skala lokal maupun nasional, bahkan internasional.
Eksistensinya pun yang sudah mendunia sejak puluhan tahun silam serta diakui
badan internasional PBB. Lulusan atau yang sudah dibina, menjadikan anak
remaja yang mampu melaksanakan ibadah wajib dan sunnat sesuai ajaran Islam
serta memiliki kemampuan control diri terhadap penerimaan lingkungan yang
dapat beradaptasi.
Adapun saran dari penelitian ini, agar untuk mendapatkan hasil yang objektif dan
komprehensif dalam suatu penelitian, diperlukan multi sudut pandang serta
inovasi secara teoritis yang dikemukakan, yang dapat diteliti lagi dikemudian hari
sehingga menghasilkan teori-teori yang baru dan menghasilkan otokritik.
Pengembangan lebih lanjut bagi Pondok Inabah XV Putra Pondok Pesantren
Suryalaya barangkali dapat dilakukan dengan memperluas sasaran pembinaan,
disamping melengkapinya dengan terapi medis. Demikian pula bagi lembaga-
lembaga keagamaan lainnya (Pondok Pesantren) bisa menjadikan model yang
ditawarkan Pondok Inabah itu sebagai acuan. Dalam hal ini, tentu saja bukan
sebatas mencontoh model Pondok Pesantrennya, melainkan yang jauh lebih
penting lagi adalah pengembangan pola manajemen dengan meninjau ajaran
agama Islam dalam melihat situasi dan kondisi saat ini secara aktual.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Widjaja. (2009). Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen. Jakarta: Pt. Bina
Aksara.
Baharuddin, Makin. (2010). Manajemen Pendidikan Islam Tramsformasi Menuju
Sekolah/Madrasah Unggul. Malang: Uin Maliki Press.
Bahrudin. (2013). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Daulay, Haidar Putra. (2001). Historisitas Dan Eksistensi Pesantren, Sekolah, Madrasah.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
———. (2009). Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia.
Jakarta: Kencana.
Effendi, Usman. (2014). Asas Manajemen. Akarta: Pt Raja Grafindo Persada.
Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
Enjang, Dkk. (2019). Panduan Karya Tulis Ilmiah (Penulisan Skripsi dan Makalah Jurnal
Ilmiah). Bandung: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.
Haedari, Amin Dkk. (2004). Masa Depan Pesantren. Jakarta: Ird Press.
Halim, A., And Abdullah Rofiq Mas’ud. (2005). Manajemen Pesantren. Tarbawi. Vol.
1. Yogyakarta: Pt. Lkis Pelangi Aksara.
Halim, Ahmad. (2005). Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Handoko, Hani. (2001). Konsep Manajemen. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.
Harits, Ahmad Busyairi. (2006). Dakwah Kontekstual: Sebuah Refleksi Pemikiran Islam
Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Haryanto, Sugeng. (2012). Persepsi Santri Terhadap Perilaku Kepemimpinan Kiai Di
Pondok Pesantren (Studi Interaksionisme Simbolik Di Pondok Pesantren Sidogiri
Pasuruan). Jakarta: Kementrian Agama Ri.
Hasibuan, Malayu S.P. (2001). Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Bandung:
Pt. Bumi Aksara.
Herdiansyah, Heris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
Heriyanto, Arief. (2011). Kelas Sosial, Status Sosial, Peranan Sosial Dan Pengaruhnya.
Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
Jaap Scheerens. (2003). Peningkatan Mutu Sekolah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Kompri. (2018). Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren. Jakarta: Prenada
Media Group.
Majid, Nurcholish. (1997). Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Proses Perjalanan. Jakarta:
Paramadina.
Manullang. (2008). Dasar-Dasar Manjemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mastuki. (2003). Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.
Moleong, Lexy J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya.
Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 21
Isyal Likhsandy
Nafi, Dian. (2007). Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Pt. Lkis Pelangi
Aksara.
Pimay, Awaludin. (2013). Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pondok Inabah XV Putra. (2015). Standar Operasional Prosedur Pondok Inabah XV
Putra. Tasikmalaya: Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.
Qamar, Mujamil. (2002). Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi. Jakarta: Erlangga.
Qomar, Mujamil. (2011). Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi
Institusi. Jakarta: Erlangga.
Rofiq Dkk. (2005). Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Sadiah, Dewi. (2015). Metode Penelitian Dakwah ( Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif
). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2015). Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali
Press.
Siagan, Sondang P. (2012). Manajemen Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian, P. Sondang. (1992). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Siswanto. (2006). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Soekanto, Soerjono. (2002). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. (2007). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Tafsir, Ahmad. (2008). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2005). Manajemen Publik. Gramedia W. Jakarta.
Terry Gr, Dan L.W. Rue. (2000). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Ukas, Maman. (2004). Manajemen: Konsep, Prinsip Dan Aplikasi. Bandung: Agnini
Bandung.
Wahjoetomo. (1997). Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan.
Jakarta: Gema Insani Press.
Wahyu Ilahi, Munir. (2016). Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana.
Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi.
Yayasan Serba Bakti Pusat. (2009). Pedoman Standarisasi Mutu Inabah. Tasikmalaya:
Pondok Pesantren Suryalaya.
Zuhriy, Muhammad Syaifuddien. (2013). Budaya Pesantren Dan Pendidikan Karakter.
Semarang: Uin Walisongo.
Artikel Jurnal
Abdurahman, Dudung. (2003). “Reaktualisasi Pengamalan Tarekat Melalui "
Lembaga Inabah " Dalam Penyembuhan Korban Narkoba.” Aplikasi Ilmu-
Ilmu Agama Iv (1): 14–31.
Agus, Dhevin M.Q. (2013). “Manajemen Pondok Pesantren Dalam
Mengintegrasikan Kurikulum Pesantren Dengan Pendidikan Formal.” Edu
Islamika Volume 5 (No. 02): 1–36.
Amanda, Maudy Pritha, Sahadi Santoso, Meilanny Budiarti. (2017).
“Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Substance
Abuse).” Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 4
(No.2).
Arif H, Akbar. 2019. “Penerapan Fungsi Manajemen Klub Trio Muda Dalam
Kompetisi Divisi Satu Liga Go-Jek Sleman Sembada 2017.” Universitas
Negeri Yogyakarta.
Bidari, Ashinta Sekar. 2013. “Ancaman Narkoba Bagi Generasi Penerus Bangsa.”
Journal Of Chemical Information And Modeling Vol. 53 (9): 1689–99.
Jannah, Miftahul. 2017. “Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam
Islam.” Psikoislamedia : Jurnal Psikologi Vol. 1 (1).
Murtiwidayanti, Sri Yuni. 2018. “Sikap Dan Kepedulian Remaja Dalam
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba.” Jurnal PKS Volume 17: 49.
Nafisah, Diani Utami, Mohammad Benny Alexandri, And R. Ira Irawati. 2019.
“Evaluasi Kebijakan Penanganan Pecandu Narkotika Oleh Badan
Narkotika Nasional Provinsi Jawa Barat.” Responsive Vol. 1 (3): 103.
Pratiwi A, Risa. 2015. “Tinjauan Pelaksanaan Rekrutmen Karyawan Di Bank Jabar
Banten Kcp Margaasih Kab. Bandung.” Universitas Widyatama.
Wawancara
Rahmat A, Deni (2020). Pondok Inabah XV Putra dalam Wawancara. Tasikmalaya:
Pimpinan Pondok Inabah XV Putra
Maulana, Ridwan (2020). Pondok Inabah XV Putra dalam Wawancara.
Tasikmalaya: Staf dan Pembina Abibah Pondok Inabah XV Putra
Zamal, Nanang (2020). Pondok Inabah XV Putra dalam Wawancara. Tasikmalaya:
Pembina Abidah Pondok Inabah XV Putra
Sumber Elektronik
Website Pondok Pesantren Suyalaya (2020). Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya,
diakses pada tanggal 19 Juni 2020 dari alamat link
https://www.suryalaya.org/sejarah.html.