Anda di halaman 1dari 24

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah

Volume x, Nomor x, xxxx, xx-xx


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/tadbir

Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap


Anak Remaja Ketergantungan Narkoba
Isyal Likhsandy*1, Saeful Anwar1, Enok Risdayah2
1Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati,
Bandung
2Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati,

Bandung
*Email : isyal.likhsandy@student.uinsgd.ac.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Pondok Inabah XV Putra
terhadap implementasi manajemen perencanaan, pengorganisasian dan
pengawasan dari program pembinaan abibah dalam membina sikap anak remaja
ketergantungan narkoba. Penelitian ini dilakukan dengan cara pendekatan
kualitatif, yang tertuju untuk menjelaskan gambaran situasi di Pondok Inabah XV
Putra secara menyeluruh, luas dan mendalam. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kasus, dengan maksud untuk menggali informasi apa
yang akhirnya bisa dipelajari dari sebuah kasus yang dapat diperoleh pengetahuan
lebih lanjut dan mendalam secara ilmiah. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
Pondok Inabah XV Putra mengimplementasikan fungsi perencanaan,
pengorganisasian dan pengawasan dalam mengelola, membina, dan mengatur
segala unsur terhadap program pembinaan abibah. Implementasiya telah berhasil
menyembuhkan ribuan anak remaja ketergantungan narkoba, baik skala lokal
maupun nasional, bahkan internasional. Anak remaja yang lulus dibina,
menjadikan dirinya yang mampu melaksanakan ibadah wajib dan sunnat sesuai
ajaran Islam.
Kata Kunci : Manajemen; Peran; Pondok Pesantren

Diterima: April 2022. Disetujui: April 2022. Dipublikasikan: Bulan Tahun 1


Isyal Likhsandy

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the role of Pondok Inabah XV Putra on the
implementation of management planning, organization and supervision of the Abibah
development program in fostering the attitude of adolescent drug dependence. This research was
conducted by means of a qualitative approach, which aims to describe the situation at Pondok
Inabah XV Putra as a whole, broadly and deeply. The method used in this research is the case
method, with the aim of digging what information can finally be learned from a case that can be
obtained further and scientifically in-depth knowledge. The results of this study explain that
Pondok Inabah XV Putra implements the functions of planning, organizing and supervising in
managing, fostering, and regulating all elements of the abibah coaching program. Its
implementation has succeeded in curing thousands of drug-dependent teenagers, both on a local
and national scale, and even internationally. Teenagers who graduate are fostered, making
themselves capable of carrying out mandatory worship and circumcision according to Islamic
teachings.
Keywords : Management; Role; Islamic boarding school

PENDAHULUAN
Di Indonesia persoalan narkoba masih yang bersifat mendesak dan cukup
kompleks. Dalam waktu sepuluh tahun yang lalu persoalan ini menjadi merajalela.
Terbukti dengan bertambahnya jumlah penyalahgunaan atau ketergantungan
narkoba serta pengungkapan kasus tindak kejahatan narkoba yang semakin
bertambah dengan berbagai macam polanya. Dampaknya akan mengancam
kelangsungan hidup dan masa depan masa depan bangsa tanpa membedakan
tingkatan sosial, usia, dan tingkat pendidikan (Amanda, Maudy Pritha, Sahadi
Santoso, 2017:340).
Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.
Hal ini disebabkan karena Indonesia mengalami perkembangan IPTEK,
pengaruh globalisasi, transportasi yang sangat berkembang pesat dan perpindahan
nilai materialistis dengan dinamika sasaran opini pada peredaran narkoba yang
tersembunyi. Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat merajalelanya
peredaran yang tersembunyi terhadap narkoba yang menyebar di segala
masyarakat, salah satunya di kalangan generasi muda (Amanda, Maudy Pritha,
Sahadi Santoso, 2017:341). Apabila masa remaja rusak karena narkoba, maka masa
depannya akan hancur. Berdasarkan data menunjukan bahwa jumlah
penyalahgunaan narkoba paling banyak terdapat di kelompok usia remaja (Bidari,
2013:4).

2 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

Upaya penanggulangan penyalahgunan narkoba yang paling mendasar dan efektif


sebenarnya bisa dilakukan dengan cara pembinaan dan pencegahan. Usaha yang
paling praktis dan dapat membuahkan hasil dengan cara penindakan. Dan upaya
yang paling manusiawi dengan cara pengobatan dan pemulihan (Bidari, 2013:5).
Dalam upaya penanggulangan terhadap Narkoba yang banyak digunakan oleh
anak remaja khususnya, berbagai upaya pemerintah dan Badan Narkotika
Nasional sudah dilakukan agar jumlahnya tidak terus meningkat. Pondok
Pesantren yang merupakan lembaga dakwah Islam yang tidak kalah penting dalam
upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Meskipun tidak semua
pesantren menyelenggarakan dalam penyembuhan atau rehabilitasi pengguna
narkoba karena masing-masing pesantren mempunyai ciri khas dan karakteristik
yang berbeda-beda. Keberadaan Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan
tradisional telah memberikan implementasian yang dapat bertahan dalam
moralitas dan spiritualitas bangsa (Agus, 2013:1).
Namun, untung saja sudah banyak bermunculan pesantren-persantren yang
ternyata sukses merehabilitasi yang ketergantungan Narkoba ini. Salah satu
pondok pesantren dalam pengelolaan manajemennya yang mengupayakan
membina anak remaja penyalahgunaan atau ketergantungan narkoba yaitu
Pondok Pesantren Suryalaya di Kabupaten Tasikmalaya. Untuk menanggulangi
upaya penyembuhan anak remaja yang ketergantugan narkoba di pesantren ini,
uniknya pesantren ini membuat pondok yang khusus untuk menangani dan
menanggulangi para pengguna atau penyalahguna narkoba yang diberi nama
Pondok Inabah. Sejak lembaga itu terbentuk, penempatan remaja inabah tidak lagi
disatukan dengan santri biasa di Pondok Pesantren Suryalaya. Mereka (yang
disebut juga sebagai "pasien" atau "anak bina") itu ditempatkan pada pondok-
pondok khusus inabah, yang tempatnya jauh dari Pesantren Suryalaya
Salah satu metode yang diterapkan di pesantren ini dengan thariqah. Thariqah
adalah sebagai metode dakwah yang bisa menjadi alternatif dalam penanggulangan
penyalahguna narkoba. Tentunya santri atau anak remaja pengguna narkoba
ditempatkan pada tempat yang berbeda dengan santri pada umumnya.
Pondok inabah ini sangat berimplementasi sangat penting selama ini dalam
membina masing-masing anak remaja yang ketergantungan narkoba serta
mempersiapkan pengelolaan metode dan kurikulumnya. Pembinaan mental yang
diupayakan pondok inabah dengan cara pengamalan tarekat, terutama yang
diujicobakan terhadap para remaja korban narkoba, ternyata bisa menormalkan
kembali jiwa mereka. Dalam tahun 1978-1979 tercatat sebanyak 99 remaja yang
dirawat di Pesantren Suryalaya, sepertiganya saat itu dapat disembuhkan. Mereka
adalah putra-putri: anggota ABRI 31 orang, pegawai Negeri Sipil 27 orang,
pengusaha 34 orang dan alim ulama 7 orang.
Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 3
Isyal Likhsandy

Untuk mengatasi pengulangan atau kesamaan kata dalam penelitian, melakukan


analisis dan kajian pada beberapa penelitian terdahulu (previous research) yang
menggambarkan permasalahan yang hampir sama tujuannya. Selanjutnya, untuk
menguraikan teori yang dipandang relevan yang akan dijadikan acuan dalam
penelitian dengan membandingkan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Pertama,
penelitian yang telah disusun oleh Laeli Fardiani (2007) dengan judul “Peranan
Perencanaan Program Dakwah Dalam Meningkatkan Keefektifan Dakwah Di
Majelis Takim Al-Ahliyah.” Penelitian ini menjelaskan peranan perencaan
program dakwah yaitu dalam bentuk forescasting yang diaplikasikan dalam
kegiatan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam proses forescasting dan
proses perencanaan kegiatan tersebut menghasilkan kegiatan yang bermanfaat
bagi masyarakat, jemaahnya sudah berkembang baik ditingkat kelurahan maupun
tingkat kecamatan. Kedua, penelitian yang telah disusun oleh Andi Agustiyah
Ramdlani (2002) dengan judul “Peran Pondok Pesantren Dalam Memberdayakan
Masyarakat Desa Hutan.” Penelitian ini menjelaskan peran yang dilakukan PPA
Pontren Cipasung dalam mengupayakan terwujudnya MDH Taraju yang berdaya,
secara ekonomi dan mental. Bahwa peran PPA Cipasung dalam meperdayakan
MDH Taraju cukup efektif. Terbukti MDH Taraju dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuannya dalam menerapkan teknologi pertanian, dan
mempunyai pekerjaan yang tetap serta penghasilan tambahan dari pemanfaatan
bahan baku lokal. Ketiga, penelitian yang disusun oleh Dini Lestari (2015) dengan
judul “Peran Lembaga Dakwah Dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat.”
Penelitian yang menjelaskan peran dari Lembaga Dakwah khususnya dalam
bidang kesehatan. Bahwa terdapat peran yang bias dijadikan sebagai solusi untuk
masyarakat, karena tidak jarang pengobatan konvensional itu yang pertama dilihat
dari seorang pasien itu dari sisi ekonominya punya uang atau tidak biasanya yang
tidak ada uang, pelayanan yang akan didapatkan pun jadi lambat, tidak
mementingkan pada kesembuhan sang pasien.
Penelitian ini dilakukan di Jalan Pagerageung Wetan RT. 01/10,
Desa/Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Mengingat besarnya
kemungkinan penelitian dilakukan di lokasi daerah tersebut dapat dilaksanakan,
dengan meninjau data-data yang dibutuhkan tersedia dan untuk mengumpulkan
data-data tidak terlalu sulit didapatkan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka ada
beberapa pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana manajemen perencanaan
pembinaan yang dilakukan Pondok Inabah terhadap sikap anak remaja
ketergantungan narkoba di Pondok Inabah XV Putra? Bagaimana manajemen
pengorganisasian pembinaan yang dilakukan Pondok Inabah terhadap sikap anak
remaja ketergantungan narkoba di Pondok Inabah XV Putra? Bagaimana

4 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

manajemen pengawasan pembinaan yang dilakukan Pondok Inabah terhadap


sikap anak remaja ketergantungan narkoba di Pondok Remaja Inabah XV Putra?
Metode yang digunakan yaitu metode kasus (case study). Metode kasus (case
study) adalah digunakan untuk mempelajari secara intensif tetang latar belakang
keadaan sekarang dan interaksi lingkungan yang dapat digunakan, baik semua unit
social seperti individu, kelompok, lembaga, komunitas maupun untuk peristiwa,
keadaan dan sebagainya (Sadiah, 2015:3). Dengan tujuan untuk menggali
informasi apa yang akhirnya bisa dipelajari atau ditarik dari sebuah kasus, baik
kasus tunggal maupun jamak. Salah satu hal penting untuk dipertimbangkan
dalam memilih kasus ialah peneliti yakin bahwa dari kasus tersebut akan dapat
diperoleh pengetahuan lebih lanjut dan mendalam secara ilmiah.

LANDASAN TEORITIS
Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran
dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Kata "peran" dikaitkan
dengan "apa yang dimainkan" oleh seorang aktor dalam suatu drama. Kamus
Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian peran adalah pemain yang diandaikan
dalam sandiwara maka ia adalah pemain sandiwara atau pemain utama (Wijaya
2015:9). Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan
aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.
Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah
ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif
dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban dinas perhubungan dalam
penegakan hukum mempunyai arti penegakan hukum secara total yaitu
penegakan hukum secara penuh (Soekanto, 2002:243).
Peran Pesantren dalam mengemban, terutama sebagai lembaga pendidikan yang
memiliki misi untuk membebaskan peserta didiknya (santri) dari belenggu
kebodohan yang selama ini menajdi musuh dari dunia pendidikan secara umum.
Pada tataran berikutnya, keberdayaan para santri dalam menguasai ilmu
pengetahuan dan keagaaman akan menjadi bekal mereka dalam berperan serta
dalam proses pembangunan yang pada intinya tiada lain adalah perubahan sosial
menuju terciptanya tatanan masyarakat yang lebih sempurna. Jika ada lembaga
pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga
bimbingan keagamaan, kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan sekaligus
menjadi simpul budaya, maka itulah pondok pesantren. Biasanya peran-peran itu
tidak langsung terbentuk, melainkan melewati tahap demi tahap (Mastuki,
2003:10).
Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 5
Isyal Likhsandy

Pondok pesantren, salah satu lembaga pendidikan islam, dalam menjalankan


proses pembelajaran atau penglolaannya dengan baik sangat diperlukan sebuah
konsep manajemen. Pesantren akan berkembang secara signifikan jika dikelola
secara profesional. Maka sebaliknya, pesantren yang telah maju akan mengalami
tidak berkembang jika manajemenya tidak terurus secara efektif dan efisien.
Sementara itu, bila mengabaikan manajemen, pesantren akan tidak berkembang
dalam menghadapi tantangan yang berbagai macam (Qomar, 2011:69).
Dalam pengelolaan pesantren perlu adanya fungsi manjerial yang diterapkan
terhadap pondok pesantren. Maman Ukas mendefinisikan manajemen yaitu
sebagai kata benda yang menunjukkan sistem dan proses pengelolaan, pelatihan,
dan pemimpin dalam organisasi (Ukas, 2004:4). Andrew F. Sikula berpendapat
bahwa manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap
organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara
efisien (Hasibuan, 2001:2). Sondang P. Siagian menjelaskan bahwa manajemen
adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam
rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kagiatan orang lain (Effendi, 2014:2).
Dalam bahasa Arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzhim,
yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan
segala sesuatu pada tempatnya. Selanjutnya, menurut M. Munir dan Wahyu Ilahi
(Munir, 2016:4) secara umum potret manajemen dalam Al-Quran dapat tergambar
sebagaimana firman Allah SWT surat Al-Mulk: 19 merupakan aspek dari silih
bergantinya siang dan malam sebagai berikut:
(١٩) ‫صير‬ِ ‫ى ٍۭء َب‬
ْ ‫ش‬ َّ ‫ص ٰـٰٓفَّ ٰـ ٍۢت َو َي ْق ِبضْنَ ۚ َما ي ْمسِكه َّن ِإ ََّّل‬
َ ‫ٱلر ْح َم ٰـن ۚ ِإنَّهۥ ِبك ِل‬ َّ ‫أ َ َولَ ْم َي َر ْو ۟ا ِإلَى ٱل‬
َ ‫طي ِْر فَ ْوقَه ْم‬
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan
mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang
Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.”(QS. Al-Mulk: 19)
Kemudian, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ash-Shaff ayat 4:
(٤) ‫صفًّا َكأَنَّه ْم ب ْنيَان َم ْرصوص‬ َ ‫َّللا يحِ بُّ الَّذِينَ يقَاتِلونَ فِي‬
َ ‫سبِي ِل ِه‬ َ َّ ‫إِ َّن‬
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff: 4)
Dalam pengelolaan perlu adanya fungsi manjerial yang diterapkan terhadap
pondok pesantren. Menurut G. R Terry ada beberapa fungsi manajerial yang
dilakukan oleh seorang pemimpin atau manajer yaitu planning, organizing , actuating
dan controlling (Nana, 2007:7).

6 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

Planning (Perencanaan) menurut Handoko bahwa perencanaan adalah pemilihan


aktivitas kegiatan secara kolektif dan pemutusan kebijakan bisa dilakukan kapan,
bagaimana dan oleh siapa (Nana, 2007:77). Planning (perencanaan)
pengembangan lembaga pondok pesantren bisa dilakukan dengan beberapa
langkah-langkah yaitu mempelajari kebijakan pusat dan daerah, menganalisis
kondisi lembaga dengan teknis analisis SWOT, mengumpulkan informasi dan
data yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, menganalisis informasi dan
data secara komprehensif, merumuskan beberapa alternatif program yang akan
dilakukan, dan menetapkan sebuah langkah-langkah dalam kegiatan pelaksanaan.
Lebih lanjut ada langkah perencanaan lain yang bisa dilakukan dalam lembaga
pendidikan yaitu: merencanakan struktur formal, menyejajarkan tujuan dalam
organisasi dengan situasi dan kondisi lingkungan, serta perencanaan (planning)
yang menggunakan evaluasi sebagai umpan balik (Jaap Scheerens, 2003:79).
Organizing (Pengorganisasian) Menurut Hani Handoko adalah proses untuk
merancang struktur formal, pengelompokan serta membagi tugas atau pekerjaan
di antara anggota organisasi, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan
efektif dan efisien. Pembagian dan penyusunan struktur organisasi harus sesuai
dengan keterampilan dan kemampuan seseorang yang ada dalam oganisasi
(Handoko, 2001:168). Actuating (Pelaksanaan) dari bebebarapa ahli memberikan
definisi dalam sebuah manajemen, salah satunya menurut P. Siagian yang
menyatakan bahwa pelaksanaan ialah kolektifitas cara, usaha, tehnik, dan metode
untuk mendorong para organisator sehingga mau bekerja dengan ikhlas dan
sebaik mungkin demi mewujudkan tujuan organisasi yang efektif dan efisien
(Sondang P. Siagian, 1992:186).
Controling (Pengawasan) adalah mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan,
menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil
tindakan-tindakan korektif dimana perlu. Fungsi ini dilaksanakan sebagai upaya
untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan operasional berlangsung sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, pengawasan
merupakan kagiatan yang sistematis untuk memantau penyelenggaraan kegiatan
(Siagan, 2012:40). Dengan adanya penerapan controlling (pengawasan) yang
dilakukan maka manajerial akan mengetahui sejauh mana kegiatan yang dilakukan
sesuai perencanaa atau tujuan organisasinya, selain dari kepentingan tersebut
hanya dengan sebuah pengawasan akan dapat mengetahui penyimpangan yang
dilakukan oleh organisator. Proses pengawasan ini sangat diperlukan mengingat
pentingnya lembaga untuk mendapatkan sebuah informasi, sehingga dengan
adanya pengawasan ini maka akan meghasilkan feed back yang akan dijadikan
acuan dalam melangkah selanjutnya. Lebih lanjutnya, menurut Baharuddin dan
Makin tahapan pengawasan yang efektif dapat dilakukan dengan beberapa

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 7


Isyal Likhsandy

tahapan Pertama, penetapan alat pengukur (standard). Kedua, Tahapan


mengadakan penilaian (evaluasi) dan yang ketiga, Mengadakan tindakan perbaikan
(Baharuddin, 2010:112).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pondok Inabah merupakan suatu reaktualisasi dan reorganiasi terhadap
pengamalan ajaran Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah yang ditempuh oleh Abah
Anom dan para pembantunya. Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab
anaba-yunibu (mengembalikan) sehingga inabah berarti pengembalian atau
pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi
Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Abah Anom menggunakan nama inabah
menjadi metode bagi program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja
nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan
korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan
orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada
perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah. Dari sudut pandang tasawuf orang
yang sedang mabuk, yang jiwanya sedang goncang dan terganggu, sehingga
diperlukan metode pemulihan (inabah).
Kata Inabah secara definisi berarti "kembali ke ajaran Allah". Dalam pengertian
tasawuf, Inabah adalah salah satu maqam taubat (kembali)nya dari maksiat menuju
kepada ketaatan kepada Allah. Bertolak dari pengertian itu, praktek inabah
sesungguhnya telah berlangsung lama di Pesantren Suryalaya, seiring dengan
fungsinya sebagai pusat perkumpulan orang banyak di bawah bimbingan mursyid.
Mereka bisa melakukan kegiatan bersama dan mempelajari metode disiplin
spiritual, dengan tujuan memperoleh pengalaman spiritual mendekatkan diri
kepada Allah. Atas gagasan Abah Anom sendiri, inabah itu kemudian
dispesifikasikan untuk menyebut tempat rehabilitasi mental dengan nama
"Pondok Inabah", yang secara resmi didirikan pada tahun 1980.
Pembentukan "Pondok Inabah" ini tampak jelas merupakan upaya reorganisasi
terhadap fungsi khusus yang dilakukan Pesantren Suryalaya pada periode
sebelumnya dalam memperbaiki mental ummat. Pada tahun 1963, atas kekuasaan
militer Jawa Barat, pesantren ini memang diberi tugas memberikan bimbingan dan
pembinaan lahir batin terhadap sisa-siasa gerilyawan Darul Islam. Kemudian pada
tahun 1967, Abah Anom dipercaya dengan tugas memberikan pengarahan agama
Islam kepada bekas anggota PKI oleh Jawatan Kerohanian Islam Divisi Siliwangi
Jawa Barat. Sekitar tahun 1977, ada beberapa remaja dititipkan oleh orang tuannya
kepada Abah Anom karena menderita gangguan kejiwaan, akibat penyalahgunaan
narkotik, ketergantungan obat dan zat adiktif lainnya. Tokoh yang pertama kali

8 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

datang menitipkan putranya adalah wakil Gubernur Jawa Barat. Waktu itu mereka
dibina langsung oleh Abah Anom tanpa dibedakan dengan santri lainya.
Sebagaimana proses pembinaan mental yang telah berlaku di pesantren ini,
mereka ditalqin terlebih dulu, diwajibkan laksanakan ritual harian (zikir) setiap usai
shalat fardlu, dan mereka biasa dibangunkan setiap pukul 3 pagi untuk mandi dan
melaksanakan shalat taubat, shalat hajat, shalat tahajjud, dan amalan zikir.
Pembinaan mental dengan cara tarekat ini, terutama yang diujicobakan terhadap
para remaja korban narkotika, ternyata bisa menormalkan kembali jiwa mereka.
Dalam tahun 1978-1979 tercatat sebanyak 99 remaja yang dirawat di Pesantren
Suryalaya, sepertiganya saat itu dapat disembuhkan. Mereka adalah putra-putri:
anggota ABRI 31 orang, pegawai Negeri Sipil 27 orang, pengusaha 34 orang dan
alim ulama 7 orang. Atas keberhasilan tersebut serta bertambah besarnya minat
orang tua darikota-kota besar menitipkan putra-putrinya di pesantren, maka
timbul gagasan Abah Anom untuk membentuk lembaga Inabah.
Sejak lembaga itu terbentuk, penempatan remaja inabah tidak lagi disatukan
dengan santri biasa di Pondok Pesantren Suryalaya. Mereka (yang disebut juga
sebagai "pasien" atau "anak bina") itu ditempatkan pada pondok-pondok khusus
inabah, yang tempatnya jauh dari Pesantren Suryalaya. Mereka dilatih kedisiplinan
dan dirawat seorang "pembina" yang diberi kepercayaan penuh oleh Abah Anom.
Pada masa perintisan lembaga ini, ada 2 pondok inabah yang dibangun. Pondok
inabah I khusus untuk pasien putra berlokasi di Cibeureum Panjalu, Ciamis
(kurang lebih 12 kilometer ke arah Timur Laut dari Suryalaya) dan berada di
bawah asuhan Bapak Anangsyah. Adapun pondok inabah II (untuk putri) berada
di desa Ciomas, daerah yang sama (sekitar 8 kilo meter dari Suryalaya) dan
dibawah asuhan Ibu Rosliana Gaos.
Cara perawatan mereka di lembaga ini dilakukan melalui metode Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Para pasien dituntut utuk mengamalkan ajaran
tarekat tersebut selama sekurang-kurangnya 40 hari. Selama itu pengamalan
tarekat diatur dalam jadwal yang amat ketat, dengan kurikulum dan silabus yang
ditentukan oleh Abah Anom. Metode inabah sepenuhnya adalah ibadah, sehingga
seorang "pasien" dikondisikan sedemikian rupa dalam keadaan selalu mengingat
Allah, dan diarahkan kepada penyembuhan serta perubahan cara hidup. Mulai
tahun 1985 bersamaan dengan didirikannya Inabah III di desa Sukapura Bandung,
pengelolaan pondok-pondok inabah ditangani oleh Yayasan Serba Bakti Pondok
Pesantren Suryalaya (YSBPPS), dengan para pembinanya yang diangkat atas
persetujuan mursyid.
Sampai tahun 1995 terdaftar sebanyak 24 pondok Inabah, yang tersebar di Pulau
Jawa maupun di luar negeri. Di pulau Jawa ada 20 buah Inabah, 7 buah di
Tasikmalaya, 4 buah di Ciamis, 3 di Bandung, dan 6 buah lainnya masirig-masing
Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 9
Isyal Likhsandy

di Garut, Bogor, Kuningan, legal, Yogyakarta, dan Surabaya. Di luar negeri,


Pondok Inabah berada di Malaysia sebanyak tiga buah, dan 1 di Singapura.
Penyebaran Inabah itu muncul atas usul Sesepuh Ikhwan di daerah kepada
Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya (YSBPPS) pusat di Suryalaya
setelah ada persetujuan dari pemerintah dan masyarakat setempat. Pihak yayasan
akan menyetujuinya apabila telah dipandang memenuhi syarat, misalnya ada calon
pembina (yang kemudian dilatih dulu di Inabah I), tersedia sarana air, mushalla,
dan penginapan yang memadai. Segala persyaratan ini dipersiapkan oleh pihak
yang mengusulkan, lalu biaya perawatan di tanggung sepenuhnya oleh orang tua
"pasien" yang rata-rata dipungut Rp. 300.000,- untuk setiap "pasien". Biaya
perawatan ini diatur oleh pembina masing-masing Inabah, tetapi 10% dari biaya
pungutan itu diserahkan kepada Yayasan. Penggunaan dana Yayasan dari sumber
ini antara lain untuk membantu perbaikan sarana fisik di antara inabah-inabah itu
bila diperlukan. Jadi peranan Yayasan atau Pondok Pesantren Suryalaya yang
sangat penting selama ini adalah membina masing-masing inabah serta
mempersiapkan metode dan kurikulumnya (Abdurahman, 2003:24-26)
Membeludaknya pecandu narkoba yang direhabilitasi di Inabah Suryalaya
menyebabkan faktor berdirinya Inabah XV di Pageurageung Kabupaten
Suryalaya. Inabah XV berdiri pada tahun 1986. Sebelum berdirinya Inabah
XV, Suryalaya sudah memiliki Inabah sebanyak XIV yang menyebar di dalam dan
luar Indonesia. Inabah XV didirikan oleh H. Kurniadi Pradja atas mandat
langsung dari pemimpin Suryalaya pada saat itu yaitu KH. Ahmad
Shohibulwafa Tajul Arifin yang akrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom.
Singkat kata, kepemimpinan H. Kurniadi Praja di Inabah XV digantikan oleh
putrinya yang bernama Hj. Anita Yuhana bersama suaminya H. Oman Abdul
Rahman yang pada saat itu Inabah XV masih berlokasi di Cipanas Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya dan baru pada tahun 2000 Inabah XV pindah ke
Pageurageung Kabupaten Tasikmalaya. Satu tahun yang lalu, kepemimpinan di
Inabah XV diganti oleh H. Deni Rachmat Arifin yang tidak lain adalah putra dari
pasangan Hj. Anita Yuhana dan H. Oman Abdul Rahman. Dan sampai saat
ini, Inabah XV masih di pimpin oleh kepemimpinan H. Deni Rachmat Arifin
(Hasil Wawancara, Juli 2020). Visi dan Misi Pondok Inabah XV Putra yaitu,
terjadinya perubahan mental dan sikap dari para korban narkoba untuk patuh
pada aturan hokum agama, Negara serta norma-norma positif yang pada
masyarakat. Sedangkan, untuk mewujudkan visi tersebut maka Pondok inabah
XV mengembakan misinya antara lain yaitu, menjalankan dan mengaplikasikan
metode yang sudah dibakukan oleh Ponpes Suryalaya terhadap para korban di
dalam pembinaan dan memulihkan serta membebaskan pasien (abibah) dari
pengaruh ketergantungan narkoba (Hasil Wawancara, Juli 2020).

10 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

Manajemen Perencanaan Pembinaan


Perencanaan merupakan tindakan memilih dan menghubungkan fakta dan
membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang
dalam hal memvisualisasikan serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan
yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Bapak
Nanang Kamal selaku pembina di Pondok Inabah XV Putra menjelaskan bahwa
perencaanaan yang dibuat dalam membina sikap dari anak remaja ketergantungan
narkoba yaitu membuat program kegiatan yang bersifat jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Program kegiatan itu tidak terlepas dari jadwal
yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Suryalaya, dimulai dari anak remaja harus
melaksanakan mandi tobat, solat wajib dan solat sunat, zikir dan amaliyah lainnya.
Disisi lain, membuat program penunjang seperti program olahraga, kunjungan ke
pusat Pondok Pesantren Suryalaya, manaqiban, dan berkunjung ke tempat wisata
(Hasil Wawancara, Juli 2020). Sementara itu, H. Deni Rahmat Arifin selaku
pimpinan Pondok Inabah XV Putra menjelaskan bahwa perencanaan program
yang dilakukan dalam metode pembinaan atau penyembuhan anak remaja yang
ketergantungan narkoba tidak menggunakan bantuan obat-obatan seperti halnya
di rumah sakit jiwa yang dibantu dengan alat medis ataupun obat-obatan. Metode
penyembuhan yang digunakan menerapkan metode yang dibuat oleh Abah Anom,
dengan mengarahkan anak remaja kepada hal-hal yang berkait dengan ajaran
agama Islam (Hasil Wawancara, Juli 2020).
Maka dengan itu, penyusunan perencanaan yang dilakukan oleh Pondok Inabah
XV Putra dalam membina anak remaja ketergantungan narkoba agar mendapatkan
hasil yang diinginkan dengan membuat rincian perencanaannya yaitu memiliki
tujuan, prosedur, program kegiatan, budget, dan metode. Tujuan ini merupakan
rumusan dari maksud dan tujuan dibentuknya Pondok Inabah XV agar dapat
dipahami dan ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. Maksud dibentuknya
yaitu melaksanakan Syiar Islam dan melestarikan ajaran yang merupakan hujjah
terhadap keagungan dzikrullah sebagai obat semua penyakit hati/bathin.
Mengamankan, mengamalkan dan melestarikan kepeloporan Abah Anom dalam
ikut serta membantu pemerintah RI untuk menanggulangi salah satupermasalahan
nasional dan internasional yakni Korban Penyalahgunaan Napza dan Kenakalan
Remaja. Mengamalkan dan melestarikan Hujjatul Islam Amaliyah Tarekat
Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya. Meminimalisir berbagai
kelebihan dan kekurangan serta citra negatif yang sudah terlanjur berkembang di
masyarakat, sehingga sedikit demi sedikit dapat dipulihkan dengan menggunakan
brosur hidup yakni perilaku positif dari anak bina lulusan binaan Inabah, .
Optimalisasi pengelolaan organisasi, manajemen, administrasi, pelayanan dan
produktivitas pembinaan untuk menghasilkan anak bina berkualitas tinggi dan

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 11


Isyal Likhsandy

benar-benar kembali kepada Allah dari perilaku maksiat kepada perilaku ta'at
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Sedangkan tujuan dibentuknya yaitu menjawab tantangan sehingga mampu
bersaing dengan panti-panti rehabilitasi lain secara optimal dan
berkesinambungan. Memberikan pelayanan kepada orang tua, masyarakat dan
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional, khususnya membangun
watak dan kepribadian bangsa, berusaha sekuat tenaga untuk merawat, membina
dan menetapkan mereka agar istiqomah melaksanakan amaliyah ibadah sehingga
kembali dari kesesatan (perilaku maksiat) kepada perilaku taat melaksanakan segala
perintah Allah SWT. Ikut serta menanggulangi salah satu permasalahan nasional
yang sulit diperangi dan sulit dikendalikan dengan pendekatan keagamaan (TQN)
dan amaliyah ibadah serta dzikrullah. Empublikasikan eksistensi Ibadah dengan
cara dan metode yang lebih baik, yakni dengan memperlihatkan kualitas hasil
pembinaan sebagai brosur hidup (anak bina itu sendiri dan persepsi orang tua)
yang akan menyampaikan informasi positif kepada orang lain (Yayasan Serba Bakti
Pusat, 2009:2-3).
Prosedur yang di terapkan Pondok Inabah ini yang utama sebelum anak remaja
masuk untuk dibina, oleh pengurus dilihat dulu kondisinya bagaimana, situasi anak
remajanya apa emang betul-betul mengalami ketergantungan narkoba. Selain hal
itu, karena kondisi saat ini sedang mewabahya virus covid-19 maka anak remaja
harus menjalani rapid test dan swab test guna meyakinkan kepada pengurus bahwa
anak remaja yang masuk ingin dibina tidak terjangkit virus covid-19 (Hasil
Wawancara, Juli 2020). Berdasarkan pedoman dari Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang dibuat Pondok Inabah XV Putra yang ditanda tangani atau disahkan
langsung oleh pimpinan, ada prosedurnya yang harus ditempuh sebelum membina
anak remaja yaitu SOP penerimaan abibah, SOP penerimaan abibah paksaan, SOP
abibah melarikan diri atau kabur, SOP abibah sakit, SOP abibah berkelahi atau
melakukan kekerasan, SOP kunjungan keluarga abibah, SOP keluarga abibah yang
tidak pernah berkunjung, SOP penerimaan paket, SOP spot check (cek barang
bawaan), SOP pemulangan abibah, SOP pemulangan abibah secara paksa (karena
kondisinya tidak sesuai dengan persyaratan penerimaan), SOP pemulangan abibah
secara paksa (berdasarkan keinginan orangtua atau wali dan abibah untuk
mengakhiri pembinaan), SOP perekrutan staf, SOP pelaksaan tugas pembina atau
konselor abibah, SOP abibah kembali masuk program pembinaan, SOP tata cara
pencatatan dan pelaporan keuangan, SOP menghadapi bencana, SOP intervensi
abibah, SOP evaluasi perkembangan abibah, Prosedur pelaksanaan pengungkapan
dan pengalihan masalah, kebutuhan dan potensi (asesmen) Pondok Inabah XV
Putra, Prosedur rujukan abibah dan Prosedur komunikasi antara petugas
pelayanan (Pondok Inabah XV Putra, 2015).
Program yang dibuat Pondok Inabah XV yaitu dengan membuat program
12 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

kegiatan yang tentunya cenderung melaksanakan program pembinaan. Kemudian,


ada program pembinaan yang wajib dilaksanakan secara terus menerus yang harus
dilakukan yaitu kegiatan mandi taubat dan talqin dzikir pada minggu awal berada
di Pondok Inabah XV Putra. Adapun program kegiatan hariannya seperti
melaksanakan mandi taubat (qiyamul lail), melaksanakan shalat wajib dan sunat,
melaksanakan dzikir jahar dan khofy, melaksanakan khataman, melaksanakan
pembekalan keagamaan (ceramah), menyelenggarakan ngaji qur'an dan do'a-do'a,
melaksanakan riyadlah-riyadlah ringan, bimbingan dan konseling (curhat anak bina),
keterampilan dan surprise (spontanitas).
Program kegiatan mingguan yang dibuat Pondok Inabah XV Putra seperti
melaksakan olahraga sederhana, mengunjungi pondok pesantren suryalaya dan
berziarah ke makam abah sebuh dan abah anom. Sedangkan program kegiatan
bulanan atau tahunan yang dibuat Pondok Inabah XV Putra yaitu mengikuti
kegiatan manaqiban yang diselenggarakan oleh pesantren. Kegiatan rekreasi ke
tempat wisata, kegiatan ziarah, dan memeriahkan peringatan HUT Kemerdekaan
RI dengan mengadakan lomba khusus untuk abibah (Yayasan Serba Bakti Pusat,
2009:13).
Budget yang dirumuskan Pondok Inabah XV ini merupakan pengeloaan keuangan
dari penerimaan dan pengeluaran yang akan direalisasikan pada setiap bidangnya.
Pengelolaan keuangan yang dilaksanakan dengan sistem pengendalian,
pengadministrasian, pengelolaan dan laporan yang transparan, terprogram dan
tercatat. Langkah-langkah yang ditempuh yaitu Pelaksana pengelolaan keuangan
yang sesuai dengan Peraturan yang telah ditetapkan Bidang Inabah Yayasan Serba
Bakti (YSB) Pondok Pesantren Suryalaya (PPS) dan Wajib memiliki Rencana
Pendapatan dan Pengeluaran Keuangan Bulanan dan Tahunan secara sistematis
dan rinci dengan skala prioritas dan mengutamakan aspek pelayanan serta
kepuasan konsumen. Menyediakan Dana Rutin untuk kepentingan Alat Tulis
Kantor (ATK), Sarana Prasarana dan luran Rutin serta kepentingan utama lainnya
dalam mendukung peningkatan kualitas Inabah serta melaporkan penggunaan
keuangan secara berkala, bersamaan dengan laporan perkembangan anak bina.
Membayar Gaji Pegawai/Karyawan/Staff sesuai dengan ketentuan dan standar
Upah Minimum Regional (UMR) serta mengacu kepada Peraturan yang telah
ditetapkan Bidang Inabah YSB PPS. Membayar Kontribusi kepada Yayasan Serba
Bakti Pusat Pondok Pesantren Suryalaya sesuai dengan Peraturan yang telah
ditetapkan Bidang Inabah YSB PPS. Menyediakan Dana Khusus untuk
memberikan Kontribusi kepada Pondok Pesantren Suryalaya, khususnya dalam
momen-momen penting seperti Manaqiban, HUT PPS dan kegiatan penting
lainnya. Menyediakan Dana Khusus untuk kepentingan Sosial seperti menyantuni
Anak Yatim, Jompo, Kaum Dhuafa dan kegiatan social lainnya. Demi Peningkatan

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 13


Isyal Likhsandy

Kualitas Hasil Pembinaan di setiap Inabah, maka Bidang Inabah menaikan Biaya
Pembinaan kepada orang tua anak bina dari Rp. 2.500.000,- menjadi Rp.
3.000.000,- perbulan perorang dengan pendistribusian setiap Inabah
menyampaikan luran atau kontribusi kepada Yayasan Serba Bakti Pusat Pondok
Pesantren Suryalaya sebesar Rp. 500.000,- (Yayasan Serba Bakti Pusat. 2009:27-
28).
Manajemen Pengorganisasian Pembinaan
Setelah menyusun rencana, selanjutnya diperlukan penyusunan atau
pengelompokan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan dalam rangka usaha
kerjasama. Pengelompokan kegiatan tersebut berarti pengelompokan
tanggungjawab, dan penyusunan tugas-tugas bagi setiap bagian yang mempunyai
tanggungjawab tertentu. Maka, Pondok Inabah XV Putra melakukan
pengorganisasian seperti merincikan kegiatan pembinaan, pembagian kerja staf
dan pengadaan staf. Menurut Bapak Ridwan Maulana selaku pembina menjelaskan
bahwa rincian kegiatan ini dengan merinci jadwal amaliyah ibadah, jadwal aktivitas
penunjang dan pembiasaan abibah, jadwal makan serta membagi waktu (jumlah
jam) amaliyah dan ibadah rutin” (Hasil Wawancara, Juli 2020).
Maka, rincian kegiatannya yaitu Jadwal Amaliyah Ibadah yang mengacu kepada
panduan yang telah disusun oleh Abah Anom dalam Buku Ibadah sebagai Metode
Pembinaan Penyalahgunaan Narkoba dan Kenakalan Remaja, tanpa mengurangi
jumlah waktu dan jenis-jenis amaliyahnya. Jadwal Aktivitas Penunjang dan
Pembiasaan Abibah sebagai upaya mengefektifkan waktu dan optimalisasi dengan
membuat kegiatan penunjang yang mengacu kepada pembagian sisa waktu
kegiatan amaliyah dan ibadah. Jadwal makan yang tepat dengan gizi pengaturan
menu dan pengaturan porsi makan yang seimbang harus sangat diperhatikan
dengan penbuatan jadwal makan secara teratur minimal tiga kali makan sehari
semalam (pagi, siang, dan malam) dengan menu empat sehat lima sempurna,
walaupun dalam makanan yang cuku atau tidak mewah dengan pengaturan jadwal
makan, akan membuat pola makan yag terautur, sekaligus membiasakan hidup
terartu dan penerapan kedisiplinan yang akan berimpilkasi (Yayasan Serba Bakti
Pusat, 2020). Disamping itu, ada kegiatan berupa bersuci (thaharah) mandi, wudhu,
shalat dan zikir, abibah atau anak bina juga diberikan pembagian jadwal pelajaran
praktek berdoa (doa-doa harian) yang diambil dari petunjuk Sunnah Rasul dan
pembiasaan sopan santun bergaul dengan sesama.
Agar pengorganisasian pembinaan berjalan dengan efektif dan efisien, Pondok
Inabah XV Putra membuat alur pelayanan rehabilitasi sebagai berikut:

14 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

Gambar 1. Alur Pelayanan Rehabilitasi Sosial Pondok Inabah XV

IDENTIFIKASI
& REGISTRASI ASESMEN
LANJUTAN
- Identifikasi
ORIENTA - Biologis atau
- Spot Check PENGASRAMAAN fisik
SI
(Barang Bawaan)
- Psikologis
- Asesmen Awal
- Sosial
- Kontrak

PEMBINAAN RENCANA
LANJUTAN EVALUASI & INTERVE INTERVE
(AFTER TERMINASI NSI NSI
CARE)

Sumber: “Pondok Inabah XV Putra”

Menurut H. Deni Rahmat Arifin selaku pimpinan menjelaskan bahwa pembagian


kerja staf ini yaitu setiap pembina bekerja 9 hari dengan libur kerja 6 hari, karena
jam kerja yang beda sebagaimana perusahan lainnya, di Pondok Inabah XV Putra
pembina diharuskan full bekerja selama 9 hari atau 24 jam mengikuti jadwal
kegiatan yang diselengarakan bersama-sama dengan anak bina atau abibah. Ketika
salah seorang pembina sedang libur, maka aka ada pembina yang lain bertugas
mengantikannya (Hasil Wawancara, Juli 2020). Berikut tabel pembagian jadwal
kerja untuk karyawan atau staff di Pondok Inabah XV Putra:
Tabel 1. Jadwal kerja Karyawan Pondok Inabah XV Putra Tahun 2020

Sumber: “Pondok Inabah XV Putra”


Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 15
Isyal Likhsandy

Menurut Bapak Ridwan Maulana selaku pembina menjelaskan bahwa agar


mengefektivitaskan kerja stafnya dalam pembinaan abibah, Pondok Inabah XV
Putra membuat pembagian kelompok dengan satu petugas atau pembina, dari
masing-masing pembina mendapat tugas membina, konselor dan curhat anak bina
sebanyak 6 orang untuk ditangani. Namun, realisasi dilapangan bisa saja pembina
mengantikan kelompok abibahnya dengan nama anggota kelompok abibah yang
lain. Pada intinya, pembina harus mengawasi semua abibah tidak terpaku kepada
pembagian kelompok (Hasil Wawancara, Juli 2020). Berikut tabel pembagian
kelompok abibah di Pondok Inabah XV Putra:
Tabel 2. DaftarAbibah Yang Ditangani Pembina
NO PETUGAS ABIBAH
(KONSELOR, PEKSO, TKS)
1. Fanie Fuzi Hastuti, Mps., Sp 1. Irfan Imansyah
2. Arya Fathan
3. Dede
4. Dafinda
5. M. Riski
6. Diyo Sulistiono
2. Ridwan Maulana Yusup 1. Arisena
2. M. Lauda
3. Syahrul Mubarok
4. Kemal Passa
5. Muhammad Agung
6. Zulfa
3. Adi 1. Aditya
2. Destian Yuda
3. Algi Dwi
4. M. Alwi Mustofa
5. Ahran
6. Hikmat Syafaat
4. Engkos Kosasis, S.Pd.I 1. Firmansyah
2. Andi
3. M. Bagaskoro

16 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

4. Tio Oktipiandi
5. Repalda
6. Yudi
5. Nanang Kamal. Z.A 1. Ananda Ramadhan
2. Alif Ridho
3. Wian
4. M. Rizki
5. Edith

6. Suryanto 1. Budi
2. Nugraha
3. M. Rizki
4. Endri
5. Dzul
6. Dendi

Sumber: “Pondok Inabah XV Putra”


Pengadaan Staf pada Pondok Inabah XV Putra yaitu dengan melakukan
perekrutan staf, staf yang bertugas dengan jumlah 14 orang. Selanjutnya, langkah
yang harus ditempuh dalam rekrutmen staf yaitu Pelamar mengajukan surat
lamaran kepda pihak Inabah XV Putra. Pimpinan Pondok Inabah XV akan
melakukan wawancara terhadap pelamar. Melakukan tes sekitar 1-2 bulan untuk
mengetahui apakah pelamar dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai bidang yang
diamar. Menyatakan kelulusan terhadap pelamar yang mampu melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan sesuai bidang yang dilamar dan menetapkan pelamar
sebagai pegawai tetap di lingkungan Pondok Inabah XV Putra (Pondok Inabah
XV Putra, 2015).
Manajemen Pengawasan Pembinaan
Pengawasan adalah mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan
sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan
korektif yang dilaksanakan sebagai upaya untuk lebih menjamin bahwa semua
kegiatan operasional berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dengan kata lain, pengawasan merupakan kagiatan yang sistematis
untuk memantau penyelenggaraan kegiatan. Dalam prosesnya program
Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 17
Isyal Likhsandy

pembinaan yang diselenggarakan Pondok Inabah XV Putra melakukan


pengawasan dengan 2 langkah yaitu pengawasan secara langsung dan pengawasan
secara tidak langsung.
Menurut H. Deni Rahmat Arifin selaku pimpinan mengatakan pangawasan yang
dilakukan dengan mendatangi atau melakukan pemeriksaan di tempat terhadap
abibah. Sedangkan kegiatan secara langsung melihat pelaksanaan kegiatan
pembinaan yang dilakukan oleh perangkat pembina dan dilakukan oleh pimpinan
yang bertanggung jawab. Agar pengawasan lebih maksimal maka pembina abibah
melakukan pewasan setiap hari dan setiap jamnya karena para pembina di Pondok
Inabah XV Putra mengikuti berbarengan dengan abibah dari jadwal dan kegiatan
yang diselenggarakan, guna dapat mengevaluasi serta melihat perkembangan
kondisi dari abibah (Hasil Wawancara, Juli 2020).
Sedangkan, pengawasan tidak langsung ini yang dilakukan oleh pimpinan terhadap
pembina atau staf berupa laporan yang telah disampaikan oleh para pembina atau
staf. Laporan ini dapat berupa tertulis dan lisan. Pengawasan ini dilakukan dengan
mempelajari dan menganalisa dokumen yang menyangkut abibah yang diawasi
yang disampaikan oleh pembina atau staf. Menurut H. Deni Rahmat Arifin selaku
pimpinan dalam proses pengawasan tidak langsung membuat test dan penilaian
dalam aspek penulisan, bacaan, hafalan dan praktek serta hasil penilainya
didokumentasikan secara tertulis dan diberikan kepada orang tua abibah ketika
masa pembinaan selesai (Hasil Wawancara, Juli 2020).
Secara rinci penilaian dalam pelaksanaan pembinaan kegiatan amaliyah ibadah
yaitu penilaian Mandi Taubat, penilaian Bersuci (berwudhu dan tayamum), Shalat
Wajib dan Sunnah, Kaifiyat amalan sebelum dan sesudah zikir, Kaifiyat tawasul
dan tahlil, Kaifiyat Khataman, Hafalan doa-doa harian, hafalan Zuz Amma, Dalil
penting AL-Quran dan Hadist tentang dzikir yang ada di Kitab Miftahussudur
sebagai Pedoman Ibadah dan Akhlaqul Karimah karangan Abah Anom,
Kemampuan Dasar membaca Al-Quran/Tajwid dan materi lainnya, dan Perilaku,
adab sopan santun dan etika pergaulan sehari-hari.
Setelah selesai dibina, abibah atau anak bina harus membawa Buku laporan
pendidikan berisi jenis aktifitas amaliyah ibadah dan nilai yang diperoleh setiap
harinya. Piagam/sertifikat/ijazah yang berisi identitas, aktifitas umum amaliyah
ibadah, nilai dan kategori nilai akumulasi (sangat baik, baik, cukup, dan kurang)
dan data perkembangan fisik, mental dan ruhani sebagai hasil penilaian tiap hari.
Kemudian, Pondok Inabah XV Putra menyusun prosedur pelaporan guna sebagai
upaya proses dari pengawasan, dengan menyampaikan laporan perkembangan
Inabah dan anak yang dikelola yang terdiri dari Laporan bulanan, disampaikan
setiap akhir bulannya. Laporan triwulan, laporan semester yang disampaikan setiap
akhir bulan keenam dan Laporan tahunan yang disampaikan setiap akhir tahun.
18 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

Peran Pondok Inabah XV Putra Terhadap Sikap Anak Remaja


ketergantungan Narkoba
Dapat kita ketahui bahwa peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan
oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki
status atau kedudukan tertentu. Kemudian, bahwa peran merupakan sesuatu yang
di miliki oleh seseorang yang mempunyai kedudukan dan fungsi tertentu dalam
menjalankan hak dan kewajiban, apabila seseorang sudah membawa pengaruh
terhadap sesuatu maka dapat dikatakan sudah melaksanakan suatu peran.
Sementara itu, Pondok Inabah XV mempunyai peran sebagai lembaga pembinaan
keagamaan, bahwa jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga
memainkan peran sebagai lembaga pembinaan keagamaan, kepelatihan,
pengembangan masyarakat, dan sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah
pondok pesantren. Biasanya peran-peran itu tidak langsung terbentuk, melainkan
melewati tahap demi tahap. Setidaknya pesantren menjadi tempat bertanya
masyarakat dalam hal keagamaan. Identifikasi lulusan pesantren pertama kali
adalah kemampuannya menjadi pendamping masyarakat untuk ritual keagamaan
sebelum mandat lain yang berkaitan dengan keilmuan, kepelatihan, dan
pemberdayaan masyarakat.
Menurut salah satu Abibah yang dibina di Pondok Inabah XV Putra mengatakan
bahwa peran yang penting bagi saya untuk pondok inabah yaitu menjadikan saya
tahu akan ajaran agama islam karena disini saya diajarkan dan ikut dibina, yang
asalnya tidak bisa membaca Al-Quran jadi bisa, yang asalnya tidak rajin ibadah jadi
rajin, kemudian menjadikan bagi saya berhenti untuk tidak menggunakan narkoba
lagi setalah dibina 2 minggu (hasil Wawancara, Juli 2020). Lebih lanjutnya, bahwa
Pondok Inabah XV Putra mempunyai peran yang penting sebagai lembaga
pembinaan yang menghasilkan anak remaja yang sembuh jiwanya terhadap
ketergantungan narkoba, dapat dijabarkan peranya.
Secara individu, perannya dapat menjadikan anak bina yang mampu membaca
serta melaksanakan (kafiyat bersuci, mandi taubat, shalat wajib dan sunnat, dzikir
jahar dan khofy, khataman, tawasulan, manaqiban, membaca Al-Quran, riyadhah
dan doa-doa harian). Memiliki kecerdasan spiritual dan memiliki kecerdasan
emosional yang mampu mengendalikan diri dalam kondisi apapun
(mengendalikan emosi secara sadar dan memiliki kemampuan control diri
terhadap penerimaan dan penolakan atar dirinya dan pengaruh lingkungan).
Memiliki kecerdasan intelektual, memiliki kecerdasan social dan memiliki kekuatan
atau daya tahan fisik, dan Memiliki kecerdasan control, motivasi atau salah satu
parameter hasil pembinaan secara umum, paling tidak harus menunujukan kondisi
yang jauh lebih baik.

Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 19


Isyal Likhsandy

PENUTUP
Berdasarkan penelitian tentang Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah
Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan Pondok Pesantren Suryalaya mengembangkan Pondok Inabah
dengan sebuah model pembinaan keagamaan pondok pesantren yang khusus
dengan pengajaran tarekatnya. Meskipun, sasaran pembinaannya tidak semata-
mata terhadap anak remaja ketergantungan narkoba saja, tetapi berlaku bagi kita
untuk melaksanakan kegiatan pembinaan itu. Keberhasilan Pondok Inabah XV
Putra dalam menerapkan pola manajemennya menjadikan satu-satunya pondok
inabah di Pondok Pesantren Suryalaya yang bersertifikasi akreditasi dari Menteri
Sosial Republik Indonesia. Hal ini, karena penerapan pola manajemen Pondok
Inabah yang lebih mengembangkan kearah manajemen yang modern atau
mengikuti zaman yang lebih mengedepankan kualitas dan kepuasan pelanggan,
yang lebih dikenal dengan prinsip Total Quality Manajemen. Telah berhasil
menyembuhkan ribuan anak bina korban ketergantungan narkoba dan kenakalan
remaja, baik dalam skala lokal maupun nasional, bahkan internasional.
Eksistensinya pun yang sudah mendunia sejak puluhan tahun silam serta diakui
badan internasional PBB. Lulusan atau yang sudah dibina, menjadikan anak
remaja yang mampu melaksanakan ibadah wajib dan sunnat sesuai ajaran Islam
serta memiliki kemampuan control diri terhadap penerimaan lingkungan yang
dapat beradaptasi.
Adapun saran dari penelitian ini, agar untuk mendapatkan hasil yang objektif dan
komprehensif dalam suatu penelitian, diperlukan multi sudut pandang serta
inovasi secara teoritis yang dikemukakan, yang dapat diteliti lagi dikemudian hari
sehingga menghasilkan teori-teori yang baru dan menghasilkan otokritik.
Pengembangan lebih lanjut bagi Pondok Inabah XV Putra Pondok Pesantren
Suryalaya barangkali dapat dilakukan dengan memperluas sasaran pembinaan,
disamping melengkapinya dengan terapi medis. Demikian pula bagi lembaga-
lembaga keagamaan lainnya (Pondok Pesantren) bisa menjadikan model yang
ditawarkan Pondok Inabah itu sebagai acuan. Dalam hal ini, tentu saja bukan
sebatas mencontoh model Pondok Pesantrennya, melainkan yang jauh lebih
penting lagi adalah pengembangan pola manajemen dengan meninjau ajaran
agama Islam dalam melihat situasi dan kondisi saat ini secara aktual.

20 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Widjaja. (2009). Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen. Jakarta: Pt. Bina
Aksara.
Baharuddin, Makin. (2010). Manajemen Pendidikan Islam Tramsformasi Menuju
Sekolah/Madrasah Unggul. Malang: Uin Maliki Press.
Bahrudin. (2013). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Daulay, Haidar Putra. (2001). Historisitas Dan Eksistensi Pesantren, Sekolah, Madrasah.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
———. (2009). Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia.
Jakarta: Kencana.
Effendi, Usman. (2014). Asas Manajemen. Akarta: Pt Raja Grafindo Persada.
Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
Enjang, Dkk. (2019). Panduan Karya Tulis Ilmiah (Penulisan Skripsi dan Makalah Jurnal
Ilmiah). Bandung: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.
Haedari, Amin Dkk. (2004). Masa Depan Pesantren. Jakarta: Ird Press.
Halim, A., And Abdullah Rofiq Mas’ud. (2005). Manajemen Pesantren. Tarbawi. Vol.
1. Yogyakarta: Pt. Lkis Pelangi Aksara.
Halim, Ahmad. (2005). Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Handoko, Hani. (2001). Konsep Manajemen. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.
Harits, Ahmad Busyairi. (2006). Dakwah Kontekstual: Sebuah Refleksi Pemikiran Islam
Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Haryanto, Sugeng. (2012). Persepsi Santri Terhadap Perilaku Kepemimpinan Kiai Di
Pondok Pesantren (Studi Interaksionisme Simbolik Di Pondok Pesantren Sidogiri
Pasuruan). Jakarta: Kementrian Agama Ri.
Hasibuan, Malayu S.P. (2001). Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Bandung:
Pt. Bumi Aksara.
Herdiansyah, Heris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
Heriyanto, Arief. (2011). Kelas Sosial, Status Sosial, Peranan Sosial Dan Pengaruhnya.
Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
Jaap Scheerens. (2003). Peningkatan Mutu Sekolah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Kompri. (2018). Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren. Jakarta: Prenada
Media Group.
Majid, Nurcholish. (1997). Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Proses Perjalanan. Jakarta:
Paramadina.
Manullang. (2008). Dasar-Dasar Manjemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mastuki. (2003). Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.
Moleong, Lexy J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya.
Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 21
Isyal Likhsandy

Nafi, Dian. (2007). Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Pt. Lkis Pelangi
Aksara.
Pimay, Awaludin. (2013). Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pondok Inabah XV Putra. (2015). Standar Operasional Prosedur Pondok Inabah XV
Putra. Tasikmalaya: Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.
Qamar, Mujamil. (2002). Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi. Jakarta: Erlangga.
Qomar, Mujamil. (2011). Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi
Institusi. Jakarta: Erlangga.
Rofiq Dkk. (2005). Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Sadiah, Dewi. (2015). Metode Penelitian Dakwah ( Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif
). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2015). Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali
Press.
Siagan, Sondang P. (2012). Manajemen Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian, P. Sondang. (1992). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Siswanto. (2006). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Soekanto, Soerjono. (2002). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. (2007). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Tafsir, Ahmad. (2008). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2005). Manajemen Publik. Gramedia W. Jakarta.
Terry Gr, Dan L.W. Rue. (2000). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Ukas, Maman. (2004). Manajemen: Konsep, Prinsip Dan Aplikasi. Bandung: Agnini
Bandung.
Wahjoetomo. (1997). Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan.
Jakarta: Gema Insani Press.
Wahyu Ilahi, Munir. (2016). Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana.
Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi.
Yayasan Serba Bakti Pusat. (2009). Pedoman Standarisasi Mutu Inabah. Tasikmalaya:
Pondok Pesantren Suryalaya.
Zuhriy, Muhammad Syaifuddien. (2013). Budaya Pesantren Dan Pendidikan Karakter.
Semarang: Uin Walisongo.

22 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Peran Manajemen Pembinaan Pondok Inabah Terhadap Sikap Anak Remaja Ketergantungan Narkoba

Artikel Jurnal
Abdurahman, Dudung. (2003). “Reaktualisasi Pengamalan Tarekat Melalui "
Lembaga Inabah " Dalam Penyembuhan Korban Narkoba.” Aplikasi Ilmu-
Ilmu Agama Iv (1): 14–31.
Agus, Dhevin M.Q. (2013). “Manajemen Pondok Pesantren Dalam
Mengintegrasikan Kurikulum Pesantren Dengan Pendidikan Formal.” Edu
Islamika Volume 5 (No. 02): 1–36.
Amanda, Maudy Pritha, Sahadi Santoso, Meilanny Budiarti. (2017).
“Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Substance
Abuse).” Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 4
(No.2).
Arif H, Akbar. 2019. “Penerapan Fungsi Manajemen Klub Trio Muda Dalam
Kompetisi Divisi Satu Liga Go-Jek Sleman Sembada 2017.” Universitas
Negeri Yogyakarta.
Bidari, Ashinta Sekar. 2013. “Ancaman Narkoba Bagi Generasi Penerus Bangsa.”
Journal Of Chemical Information And Modeling Vol. 53 (9): 1689–99.
Jannah, Miftahul. 2017. “Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam
Islam.” Psikoislamedia : Jurnal Psikologi Vol. 1 (1).
Murtiwidayanti, Sri Yuni. 2018. “Sikap Dan Kepedulian Remaja Dalam
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba.” Jurnal PKS Volume 17: 49.
Nafisah, Diani Utami, Mohammad Benny Alexandri, And R. Ira Irawati. 2019.
“Evaluasi Kebijakan Penanganan Pecandu Narkotika Oleh Badan
Narkotika Nasional Provinsi Jawa Barat.” Responsive Vol. 1 (3): 103.
Pratiwi A, Risa. 2015. “Tinjauan Pelaksanaan Rekrutmen Karyawan Di Bank Jabar
Banten Kcp Margaasih Kab. Bandung.” Universitas Widyatama.

Wawancara
Rahmat A, Deni (2020). Pondok Inabah XV Putra dalam Wawancara. Tasikmalaya:
Pimpinan Pondok Inabah XV Putra
Maulana, Ridwan (2020). Pondok Inabah XV Putra dalam Wawancara.
Tasikmalaya: Staf dan Pembina Abibah Pondok Inabah XV Putra
Zamal, Nanang (2020). Pondok Inabah XV Putra dalam Wawancara. Tasikmalaya:
Pembina Abidah Pondok Inabah XV Putra

Skripsi, Tesis atau Disertasi


Syahputra, Ferdian. 2012. “Pengawasan Dan Pembinaan Terhadap Penggunaan Behan
Kimia Berbahaya Untuk Industri Tahu Di Kota Bandar Lampung”. Skripsi.
Universitas Lampung.
Ningrum, Novita, Ika. 2018. “Peran Pesantren Kilat Dalam Menanamkan Ibadah Siswa
Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 23
Isyal Likhsandy

Di Smk 1 Kaligondang.” Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.


Tri Sutrino, Agung. 2019. “Fungsi Pengorganisasian Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia Dalam Meningkatkan Proses Kaderisasi Cendekiawan Muslim.” Skripsi.
Jurusan Manajemen Dakwah, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Wijaya, Agung. 2015. “Peran Samsat Dalam Upaya Pencegahan Dan Penanggulan Tindak
Pidana Pemalsuan Surat-Surat Kendaraan Bermotor.” Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Wijaya, Adi Muhammad. 2014. “Perilaku Komunikasi Pembina Dengan Pasien Pecandu
Narkoba Melalui Logoterapi Dalam Meraih Taraf Hidup Bermakna (Studi
Fenomenologi Perilaku Komunikasi Pembina Dengan Pasien Pecandu Narkoba
Melalui Logoterapi Dalam Meraih Taraf Hidup Bermakna Di Inabah XV .”
Skripsi. Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Sumber Elektronik
Website Pondok Pesantren Suyalaya (2020). Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya,
diakses pada tanggal 19 Juni 2020 dari alamat link
https://www.suryalaya.org/sejarah.html.

24 Tabligh: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. x No. x (xxxx) xx-xx

Anda mungkin juga menyukai