Anda di halaman 1dari 2

Nama : Trie Cinta Lestari

NIM : 22410494

Kelas : G

1. Asas kepastian hukum, memiliki dua aspek yang satu lebih bersifat hukum material, yang lain
bersifat formal. Aspek hukum material terkait erat dengan asas kepercayaan. Dalam banyak
keadaan asas kepastian hukum menghalangi badan pemerintahan untuk menarik kembali suatu
keputusan atau mengubahnya untuk kerugian yang berkepentingan Dengan kata lain, asas ini
menghendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan suatu keputusan
pemerintah, meskipun keputusan itu salah. Jadi demi kepastian hukum, setiap keputusan yang
telah dikeluarkan oleh pemerintah tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan sebaliknya
dalam proses peradilan.
2. Asas Tidak Menyalahgunakan Kewenangan
Asas tidak menyalahgunakan kewenangan adalah asas yang mewajibkan setiap badan dan/atau
pejabat pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya untuk kepentingan pribadi atau
kepentingan lain yang tidak sesuai dengan tujuan pemberian kewenangan, tidak melampaui,
tidak menyalahgunakan dan/atau tidak mencampuradukkan kewenangan. Ridwan HR menyebut
sebagai asas tidak mencampuradukkan kewenangan. Dalam asas tidak mencampuradukkan
kewenangan menghendaki pejabat pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya untuk
tujuan lain selain yang telah ditentukan dalam peraturan yang berlaku atau menggunakan
wewenangnya secara melampaui batas.
3. Contoh kasus AAUPB
a. Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi
- Terjadi di Belanda seseorang pegawai yang telah berkeluarga mengadakan
hubungan kelamin dengan seseorang sekretaris Wanita. Atas kejadian ini
badan pemerintah mengambil Tindakan disiplin, tetapi kemudian dibatalkan
oleh Central for Appeal dengan alasan bahwa seseorang pegawai mempunyai
hak untuk hidup sesuai dengan pandangan hidupnya.
- Asas ini menghendaki agar pemerintahan melindungi hak atas kehidupan
pribadi setiap pegawai negeri dan juga tentunya hak kehidupan pribadi setiap
warga negara, sebagai konsekuensi negara hukum demokratis yang
menjunjung tinggi dan melindungi hak asasi setiap warga negara.
b. Asas Netralitas atau ketidak berpihakan
- Menjelang pelaksanaan pilkada serentak, badan pengawas pemilu ( Bawaslu )
di beberapa daerah di Indonesia meneruskan beberapa kasus dugaan
pelanggaran netralitas yang dilakukan oleh aparatur sipil negara ( ASN ).
Menurut data badan kepegawaian negara ( BKN ) terdapat 99,5% pelanggaran
netralitas ASN berstatus sebagai pegawai instansi pada daerah provinsi
maupun kebupaten/kota. Pelanggaran Netralitas yang banyak dilakukan oleh
AN yaitu melalui media sosial, Tindakan pelanggaran netralitas tersebut
berupa komentar dan memberikan dukungan hingga menggugah foto sebagai
bentuk dukungan terhadap pasangan calon, selain adanya pelanggaran
netralitas melalui media sosial, berupa dukungan secara langsung oleh ASN
kepada pasangan calon. Tindakan langsung akan dilakukan oleh BKN daniuga
beberapa institusi terkait untuk dapat mengambil Tindakan bagi ASN yang
terbukti melakukan pelanggaran netralitas.
- Dari kasus Pelanggaran Netralitas yang dilakukan ole ASN membuktikan
adanya pelanggaran terhadap Asas-asas Pemerintanan yang Baik . Asas yang
dilanggar yaitu asas netralitas atau asas ketidakberpihakan, yaitu bahwa setiap
ASN tidak berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak
kepada kepentingan siapapun. Dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara pada pasal 12 disebutkan bahwa Pegawai
Aparatur Sipil Negara berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas mum pemerintah dan membangun nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan Nepotisme.
Dalam pasal tersebut sudah disebutkan secara jelas bahwa ASN bersih dari
segala bentuk intervensi politik dan tidak terlibat dalam kepentingan politik,
selanjutnya larangan mengenai AS terlibat dalam kepentingan politik di atur
dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri, Hal tersebut membuktikan bahwa masih terdapat
pelanggaran Asas-Asas Pemerintahan yang Baik yang dilakukan oleh ASN dan
juga membuktikan bahwa pelaksanaan pemerintahan mash dilaksanakan
dengan kurang baik. Untuk itu hukum perundang-ndangan dibutuhkan untuk
menguatkan Asas-asas pemerintahan yang baik agar Pelaksanaan
pemerintahan oleh ASN dapat dilaksanakan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai