Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kedudukan dan Fungsi Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dalam

Pengawasan dan Penegakan Pelanggaran Etik Aparatur Sipil Negara (ASN)

Tugas Mata Kuliah Hukum Kepegawaian

Disusun oleh :

Herkin Yossyafaat 20/461555/HK/22573

Oskar Mukti Prayoga 20/455090/HK/22337

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagaimanapun, Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai peran penting dan
menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai peraturan
perundang-undangan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran penyelenggaraan
pelayanan publik yang telah ditentukan dalam rangka tujuan nasional. Untuk itu,
sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran
sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.1 Sebagai ujung tombak pelayanan publik, Aparatur Sipil Negara (ASN) selalu
menjadi sorotan masyarakat. Hal ini sebenarnya wajar, karena memang masyarakat
merupakan pihak yang selalu bersentuhan dengan aparatur pemerintah. Hubungan
mereka adalah sebagai penerima dan pemberi layanan. Ekspektasi dari publik adalah
bahwa ASN harus mampu memberikan pelayanan yang profesional kepada
masyarakat. Publik menginginkan para birokrat taat dan patuh pada aturan yang
berlaku dan menjaga integritasnya. Sehingga, setiap ada tindakan dari ASN yang
menyimpang, pasti akan mendapatkan reaksi dari publik.2
Akhir-akhir ini orang kembali membicarakan hubungan antara etika para ASN
sebagai penyelenggara pemerintahan. Hal tersebut dipicu oleh adanya kasus pejabat
pamer harta kekayaan setelah terjadi kasus kekerasan dan penganiayaan yang
dilakukan anak mantan pejabat pajak, Mario Dandi Satriyo kepada Cristalino David
Ozora alias David. Publik menyoroti Mario Dandi Satriyo yang kerap memamerkan
kendaraan mewah seperti sepeda motor Harley Davidson dan mobil Rubicon melalui
akun sosial media miliknya. Setelah kasus ini mengemuka, sejumlah kementerian dan
lembaga BUMN melarang ASN pamer harta. Menurut pengamat, larangan itu
hanyalah 'lip service' dan menunjukkan kelemahan dalam pengawasan internal
pemerintah. Berdasarkan pemberitaan media, beberapa lembaga dan kementerian
1
Sutmasa, Y. G. (2019). Etika ASN Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Jurnal Ilmiah Cakrawarti,
2(1), 19-29.
2
Santoso, T., & Dewi, M. P. (2019). Etika Aparatur Sipil Negara dalam Membangun Good Governance.
Transparansi: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi, 2(2), 179-187.
negara yang melarang pegawainya pamer harta dan kekayaan mencakup Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut (DJPL) Kementerian Perhubungan (Kemenhub),
Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/ BPN), dan
Kejaksaan Agung (Kejagung). Ada pula beberapa institusi BUMN yang menerapkan
larangan serupa, di antaranya PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), PT Pelabuhan
Indonesia (Pelindo) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).3
Berkaca dari kasus pelanggaran etika ASN oleh pejabat pajak tersebut,
Ekonom Senior INDEF, Didik Junaedi Rachbini mengatakan bahwa media sosial
justru menjadi bagian dari pengawasan bagi para pejabat dan pegawai karena mereka
menjadi sorotan di tengah masyarakat jika terlihat memiliki harta dan kekayaan yang
tak wajar atau terindikasi melakukan pelanggaran etika sebagai ASN. Kasus ini juga
menjadi peringatan bagi semua jajaran Kementerian dan lembaga pemerintah lainnya
agar dapat terus memperbaiki pengawasan di masing-masing internal kementerian,
yakni bagian inspektorat jenderal sebagai entitas pengawasan internal dan juga
Komisi ASN sebagai lembaga pengawasan eksternal dari setiap pelanggaran etika
ASN. Pakar Hukum Tata Negara FH UGM, Zainal Arifin Mochtar mengatakan bahwa
seharusnya pengawasan di semua tingkat, baik internal maupun eksternal dapat
berjalan optimal.4 Dengan demikian, pelanggaran etika ASN tidak terlepas dari
kinerja Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) sebagai lembaga pengawas eksternal
yang berfungsi mengawasi pelaksanaan norma dasar ASN.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana kedudukan KASN dalam sistem kepegawaian di Indonesia?
2. Bagaimana fungsi dan peran KASN dalam pengawasan dan penegakan
pelanggaran Etik Aparatur Sipil Negara (ASN)?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kedudukan KASN dalam sistem kepegawaian di Indonesia;

3
BBC News Indonesia, “ASN dilarang pamer harta, pengamat: 'Tetap bermewah tapi tidak masuk medsos’”,
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c7245d4681no , diakses 4 Mei 2023.
4
Ibid.
2. Menelaah fungsi dan peran KASN dalam pengawasan dan penegakan
pelanggaran Etik Aparatur Sipil Negara (ASN).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)


Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) merupakan lembaga nonstruktural
yang mandiri dan bebas dari intervensi politik. Sebagai suatu lembaga independen,
KASN berdiri dengan kedudukan dan wewenang. Menurut Soerjono Soekanto, dalam
setiap lembaga atau badan atau organisasi, pejabat, dan warga negara akan selalu
melekat kedudukan dan wewenang. Adapun kedudukan dan wewenang dari setiap
lembaga negara menjadi penting untuk diatur secara rigid sebab tanpa adanya batasan
kedudukan dan wewenang yang jelas maka pembentukan suatu lembaga menjadi
sia-sia. Oleh karenanya dalam setiap konstruksi kedudukan dan wewenang suatu
lembaga negara melekat suatu fungsi sehingga tujuan pembentukan lembaga tersebut
dapat tercapai.
Berdasarkan fungsinya, suatu lembaga negara dibedakan menjadi lembaga
dengan fungsi primer dan sekunder atau penunjang (auxiliary). Sedangkan dari segi
hirarkinya lembaga dapat dibedakan ke dalam tiga lapis. Organ lapis pertama dapat
disebut sebagai lembaga tinggi negara. Organ lapis kedua disebut sebagai lembaga
negara saja. Sedangkan organ lapis ketiga merupakan lembaga daerah. Di antara
lembaga-lembaga tersebut ada yang dapat dikategorikan sebagai organ utama atau
primer (primary constitutional organs) dan ada pula yang merupakan organ
pendukung atau penunjang (state auxiliaries organs/auxiliaries institutions). KASN
sendiri dapat dikategorikan sebagai lembaga yang tidak bersumber langsung dari
konstitusi (derivatif) dan merupakan organ pendukung atau penunjang (state auxiliary
organs/ auxiliary institutions) Sebagai lembaga negara yang tidak bersumber
langsung dari konstitusi (derivatif) artinya mengenai sifat, tujuan, kedudukan, fungsi,
tugas, dan wewenang serta mengenai struktur organisasi diatur oleh Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Sebagai Lembaga non struktural yang independen KASN memegang fungsi
pengawasan dalam menciptakan Pegawai ASN yang profesional dan berkinerja,
memberikan pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat dan pemersatu
bangsa. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 29 UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara KASN berfungsi mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik, dan
kode perilaku ASN, serta penerapan Sistem Merit dalam kebijakan dan Manajemen
ASN pada Instansi Pemerintah.

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. penelitian hukum normatif yaitu
penelitian yang digunakan untuk mengkaji kaidah-kaidah atau norma-norma hukum yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu mengkaji Kedudukan dan Fungsi Komisi
Aparatur Sipil Negara (KASN) dalam Pengawasan dan Penegakan Pelanggaran Etik Aparatur
Sipil Negara (ASN). Metode pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep dengan menggunakan
analisis deskriptif.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kedudukan KASN dalam Sistem Kepegawaian di Indonesia


Berdasarkan fungsinya suatu lembaga negara dapat diklasifikasikan menjadi
dua yakni lembaga negara dengan fungsi primer dan lembaga negara dengan fungsi
sekunder (auxiliary).5 Terdapat pula lembaga negara diluar fungsi primer dan
sekunder yakni lembaga negara dengan fungsi penunjang atau pendukung (state
auxiliary organs/auxiliary institutions). Lembaga KASN sendiri sebagaimana
didefinisikan dalam Pasal 27 UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
merupakan suatu lembaga non struktural yang mandiri dan bebas dari intervensi
politik untuk menciptakan Pegawai ASN yang profesional dan berkinerja,
memberikan pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat dan pemersatu
bangsa.6 KASN dapat dikategorikan sebagai lembaga lembaga yang tidak bersumber

5
Abdul Basith. “Unizar Recht Journal.” Kedudukan Komisi Aparatur Sipil Negara Dalam Sistem Kepegawaian
Di Indonesia 1, no. 4 (2022)
6
Lihat Pasal 27 UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
langsung dari konstitusi (derivatif) dan merupakan organ pendukung atau penunjang
(state auxiliary organs/ auxiliary institution).7

Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) berkedudukan di ibu kota negara dan
merupakan produk organik UU No. 5 Tahun 2014. KASN sendiri tidak hanya
memegang fungsi dalam mengawasi pelaksanaan sistem merit, fungsi pengawasan
yang melekat pada KASN juga meliputi pengawasan atas pelaksanaan norma dasar,
kode etik dan kode perilaku ASN. Adapun berdasarkan pengawasan yang dilakukan
KASN berwenang untuk memutuskan adanya pelanggaran kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN. Sedangkan keanggotaan KASN sendiri terdiri dari unsur
pemerintahan dan/ atau non pemerintah dengan susunan keanggotaan terdiri dari 1
(satu) orang ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang wakil ketua merangkap
anggota dan 5 (lima) orang anggota.8 Adapun dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya KASN dibantu oleh asisten dan Pejabat Fungsional keahlian yang
dibutuhkan.

B. Fungsi dan Peran KASN dalam pengawasan dan penegakan pelanggaran etik
Aparatur Sipil Negara (ASN)
Komisi Aparatur Sipil Negara atau disingkat ASN merupakan lembaga
penjaga etik eksternal yang berada independen diluar tubuh ASN, dasar hukum
pembentukan KASN adalah UU Nomor 5 Tahun 2014 pada bagian kedua Pasal 27
sampai dengan Pasal 42. Dalam hal ini berkaitan dengan kewenangan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin perwujudan Sistem
Merit serta pengawasan terhadap penerapan asas kode etik dan kode perilaku ASN.
KASN memiliki tugas untuk menjaga netralitas pegawai ASN, melakukan
pengawasan atas pembinaan profesi ASN dan melaporkan pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan manajemen ASN kepada Presiden dengan adanya tugas KASN
untuk menjaga netralitas pegawai ASN maka diharapkan pegawai ASN dapat
berkonsentrasi terhadap tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat.
Dari uraian tugas tersebut diatas bahwa KASN mempunyai tugas yang besar
khususnya dugaan pelanggaran norma dasar dan kode perilaku Pegawai ASN serta
pencegahannya, disamping itu kedudukan KASN berada dibawah Presiden

7
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar
Grafika, cetakan kedua, 2012, hal.7
8
Lihat Pasal 35 UU No. 5 Tahun 2014
sebagaimana dimaksud Pada Pasal 31 Ayat (1). Sehingga kedudukan KASN sangat
strategis dan tidak dapat diintervensi oleh pimpinan lembaga. Sedangkan pada Pasal
22 disebutkan wewenang KASN yaitu mengawasi setiap proses pengisian Jabatan
Tinggi mulai dari pembentukan panitia seleksi instansi, pengumuman lowongan,
pelaksanaan seleksi, pengusulan nama calon, penetapan dan pelantikan Pejabat
Pimpinan Tinggi; mengawasi dan mengevaluasi penerapan asas, nilai dasar serta kode
etik dan kode perilaku Pegawai ASN; meminta informasi dari Pegawai ASN dan
masyarakat mengenai laporan pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode
perilaku ASN; memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar serta kode etik
dan kode perilaku Pegawai ASN; memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma
dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai SN; dan meminta klarifikasi dan/
atau dokumen yang diperlukan dari instansi Pemerintah untuk memeriksa laporan atas
pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.9
Dalam melakukan pengawasan, KASN berwenang untuk memutuskan adanya
pelanggaran kode etik dan kode perilaku pegawai ASN. Dan hasil pengawasan
tersebut disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang
berwenang untuk wajib ditindaklanjuti. Sedangkan hasil pengawasan yang tidak
ditindaklanjuti, KASN merekomendasikan kepada Presiden untuk menjatuhkan sanksi
terhadap Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang berwenang yang melanggar
prinsip Sistem Merit dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sanksi tersebut
dapat berupa peringatan, teguran; perbaikan, pencabutan, pembatalan, penerbitan
keputusan, dan/ atau pengembalian pembayaran; hukuman disiplin untuk pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan sanksi untuk
pejabat pembina kepegawaian, sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. Sanksi
dilakukan oleh Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN,
terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Pejabat pembina Kepegawaian dan Menteri
terhadap keputusan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, dan terhadap
pejabat Pembina kepegawaian di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota.10
Sejak tahun 2015 KASN sudah membangun sistem pengawasan, khususnya
pengawasan yang bersifat represif. Sistem pengawasan yang bersifat represif ini
dilakukan dengan cara menerima dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat,

9
Ciptono, C. (2021). KAJIAN OPTIMALISASI BERMARTABAT KOMISI ASN MENUJU GOOD
GOVERMENT. PETITA, 3(2), 179-189.
10
Ibid.
lembaga pemerintah, ASN, LSM dan berbagai pihak atas kasus pelanggaran terhadap
netralitas ASN. Selanjutnya, dilakukan penyelidikan atau investigasi untuk
mendapatkan bukti serta yang lebih lengkap dan bisa memberikan rekomendasi
kepada pihak yang melakukan pelanggaran. Hingga Desember 2018 jumlah aduan
yang masuk ke KASN mencapai 507 aduan. Hal ini menunjukkan kasus pelanggaran
cenderung meningkat. Sebelumnya, KASN telah melakukan kerjasama dengan
Bawaslu. Kerjasama antara KASN dan Bawaslu tersebut dilakukan dengan cara
sosialisasi serta menyampaikan data hasil temuan yang telah dilakukan oleh Bawaslu
kemudian ditindaklanjuti oleh KASN terkait pelanggaran netralitas pegawai ASN.11
Kajian pengawasan netralitas ASN oleh KASN ini mempunyai 3 tujuan.
Pertama, menganalisis penyebab terjadinya pelanggaran netralitas di kalangan
pegawai ASN. Kedua, mengevaluasi sistem pengawasan KASN terhadap pelaksanaan
asas netralitas ASN. Ketiga¸ menyusun rekomendasi untuk peningkatan efektivitas
sistem pengawasan KASN terhadap pelaksanaan asas netralitas ASN. KASN telah
melakukan Pengkajian dan Pengembangan Sistem (PPS) selama April-November
2018 mengenai adanya penyebab pelanggaran netralitas ASN yaitu adanya motif
mendapatkan atau mempertahankan jabatan oleh ASN, adanya hubungan primordial,
ketidakpahaman mengenai regulasi yang berkaitan dengan netralitas, kemudian
adanya tekanan dari atasan atau rendahnya integritas ASN. Kemudian KASN
menyebutkan bahwa terdapat kendala dalam pengawasan netralitas ASN yaitu,
kurangnya komitmen ASN untuk bersikap netral dan profesional, pemberian sanksi
yang lemah dan tebang pilih, kurangnya sosialisasi sehingga banyak ASN yang tidak
tahu aturan, dan pengawasan netralitas yang belum baik dan mapan. Dari penjabaran
di atas, dapat dikatakan bahwa KASN tidak melakukan proses pengawasan preventif,
dimana proses pengawasan ini dilakukan dengan cara menentukan
peraturan-peraturan mengenai sistem prosedur, hubungan dan tata kerja. Selanjutnya,
membuat pedoman sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.12
Dalam hal ini, KASN kurang melakukan sosialisasi kepada ASN mengenai
netralitas. Oleh karena itu, per Desember Tahun 2018 tercatat 507 aduan. Semenjak
dilaksanakannya Pilkada pada Tahun 2015 terdapat 29 aduan, kemudian oada Tahun
2016 terdapat 55 aduan, dan pada Tahun 2017 terdapat 52 aduan. Hal tersebut

11
Wulandari, N., & Adianto, A. (2020). Kinerja Komisi Aparatur Sipil Negara Sebagai Lembaga Pengawas
Netralitas Aparatur Sipil Negara. Jurnal Humaniora: Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi Dan Hukum, 4(1), 166-171.
12
Ibid.
menyatakan bahwa masih banyak ASN yang belum memahami atau masih melanggar
ketentuan atau aturan yang berlaku. Maka dari itu, KASN sebagai lembaga pengawas
hendaknya melakukan sosialisasi pendidikan mengenai asas netralitas ASN guna
meningkatkan pemahaman ASN terhadapnya. Pengawasan preventif tentu saja
menjadi hal dasar dalam proses pengawasan, sebab pengawasan ini dilakukan
sebelum suatu keputusan atau peraturan mulai berlaku. Apabila pengawasan preventif
ini dilakukan dengan baik maka KASN sebagai lembaga pengawas ASN dapat
dikatakan berhasil dalam melakukan tugasnya.13

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran dan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan:
1. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) hadir sebagai lembaga pengawas ASN
yang berfungsi mengawasi norma dasar ASN, dimana normalitas termasuk ke
dalam salah satu norma ASN;
2. Penyebab pelanggaran netralitas ASN yaitu adanya motif mendapatkan atau
mempertahankan jabatan oleh KASN, adanya hubungan primordial,
ketidakpahaman mengenai regulasi yang berkaitan dengan netralitas,
kemudian adanya tekanan dari atasan atau rendahnya integritas ASN.

B. Saran
Komisi ASN diharapkan dapat menjaga netralitas pegawai ASN, melakukan
pengawasan atas pembinaan profesi ASN dan melaporkan pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan Manajemen ASN kepada Presiden sebagai bagian dari bentuk
pengawasan eksternal terhadap ASN sebagai penyelenggaraan pemerintahan dengan
tidak mengesampingkan dan tetap memperkuat pengawasan internal oleh Inspektorat
Jenderal agar dapat terwujud sistem merit dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia.

13
Ibid.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Basith. “Unizar Recht Journal.” Kedudukan Komisi Aparatur Sipil Negara
Dalam Sistem Kepegawaian Di Indonesia 1, no. 4 (2022)
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika, cetakan kedua, 2012, hal.7
Sutmasa, Y. G. (2019). Etika ASN Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.
Jurnal Ilmiah Cakrawarti, 2(1), 19-29.
Santoso, T., & Dewi, M. P. (2019). Etika Aparatur Sipil Negara dalam Membangun
Good Governance. Transparansi: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi, 2(2),
179-187.
BBC News Indonesia, “ASN dilarang pamer harta, pengamat: 'Tetap bermewah tapi
tidak masuk medsos’”, https://www.bbc.com/indonesia/articles/c7245d4681no
, diakses 4 Mei 2023.
Ciptono, C. (2021). KAJIAN OPTIMALISASI BERMARTABAT KOMISI ASN
MENUJU GOOD GOVERMENT. PETITA, 3(2), 179-189.
Wulandari, N., & Adianto, A. (2020). Kinerja Komisi Aparatur Sipil Negara Sebagai
Lembaga Pengawas Netralitas Aparatur Sipil Negara. Jurnal Humaniora:
Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi Dan Hukum, 4(1), 166-171.

Anda mungkin juga menyukai