Anda di halaman 1dari 8

RESUME JURNAL

JURNAL 1

Judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


PHLEBITIS DI RSUD ENCIK MARIYAM
Jurnal Jurnal annurpurodadi
Download https://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCNers/article/
download/136/153
Halaman 1-10
Tahun 2020
Penulis Amrullah , Sri Muharni , Utari Christya Wardhani
Reviewer Vivin Melasani Putri ( 202202243 )

Masalah penelitian Phlebitis didefinisikan sebagai suatu peradangan pada vena yang
mengalami trauma, ditegakkan dengan adanya dua atau lebih temuan
berupa adanya daerah kemerahan dan hangat disekitar daerah penusukan
atau sepanjang vena, nyeri dan rasa lunak didaerah penusukan atau
sepanjang vena dan adanya pembengkakan. Phlebitis dapat merugikan
pasien jika tidak segera mendapat perhatian. Pada fase awal phlebitis
umumnya dapat diatasi dengan menghentikan terapi intravena dan
mengaplikasikan kompres hangat pada area yang bengkak dan merah.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi akibat pemberian terapi intravena
Tujuan penelitian Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian phlebitis di
RSUD Encik Mariyam tahun 2020
Subjek Penelitian Sampling dengan besar sample 39 orang pasien yang mendapat terapi
Intravena di RSUD Encik Mariyam
Model penelitian Metode sampling yang digunakan adalah purpossive sampling dengan
besar sample 39 orang pasien yang mendapat terapi Intravena di RSUD
Encik Mariyam. Data penelitian dikumpulkan melalui metode observasi
oleh peneliti dan data sekunder berupa rekam medis pasien
Metodologi Penelitian Tabel frekuensi dan uji bivariat dengan uji sampling

Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat


Diketahui mayoritas responden adalah perempuan (74.4%) dan
lebih dari setengahnya berusia antara 25-50 tahun (53.8%);
mayoritas cairan yang digunakan adalah cairan isotonis (71.8%);
lebih dari setengah insersi kanul intravena dilakukan pada vena
metacarpal (66.7%); lebih dari setengah kanul intravena
dipertahankan selama.
2. Analisa Bivariat
dapat diketahui tabel silang vena cephalica dan tidak phlebitis
sebesar 33.3%, tidak terdapat kejadian phlebitis pada pemasangan
vena di vena cephalica; tabel silang vena metacarpal dan tidak
phlebitis sebesar 48.7%; serta vena metacarpal dan phlebitis
sebesar 17.9%. Hasil uji Spearman Rho didapatkan p value=
0.040 dan r= 0.331 yang bermakna korelasi lemah

Kesimpulan a. Lebih dari setengah jumlah responden mendapatkan terapi


intravena yang bersifat isotonis.
b. Lebih dari setengah lokasi insersi kanul intravena adalah pada
vena metacarpal.
c. Lebih dari setengah kanul intravena terpasang selama < 72 jam.
d. Lebih dari setengah responden tidak dilakukan perawatan balutan
kanul intravena.
e. Mayoritas responden tidak mengalami phlebitis.
f. Ada hubungan jenis cairan intravena dengan kejadian phlebitis di
RSUD Encik Mariyam.
g. Ada hubungan lokasi insersi kanul intravena dengan kejadian
plebitis di RSUD Encik Mariyam.
h. Ada hubungan durasi terpasang kanul intravena dengan kejadian
phlebitis di RSUD Encik Mariyam.
i. Ada hubungan perawatan balutan kanul intravena dengan kejadian
phlebitis di RSUD Encik Mariyam.

JURNAL 2

Judul HUBUNGAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PHLEBITIS TERHADAP TERJADINYA PHLEBITIS
Jurnal ejurnal.annurpurwodadai
Download https://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCNers/article/download/
136/153
Halaman 7-18
Tahun 2019
Penulis Erika Lubis, Widiastuti
Reviewer Vivin Melasani Putri ( 202202243 )
0

Masalah penelitian Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan
yang paling sering dilakukan di rumah sakit. Pemasangan terapi cairan
intravena perlu diperhatikan lokasi penusukan vena, kondisi pasien antara
lain: usia, riwayat penusukan vena sebelumnya, durasi pemasangan, lama
pemasangan infus dan beberapa faktor lainnya untuk mencegah timbulnya
komplikasi. Salah satu komplikasi terapi intravena yang sering terjadi
adalah phlebitis. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada
vena dan meningkatkan lama waktu perawatan
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor- faktor
yang dapat mempengaruhi phlebitis terhadap terjadinya phlebitis pada
pasien di Ruang Anggrek RSUD Tarakan Jakarta Pusat.
Subjek Penelitian sebanyak 57 orang dari jumlah populasi sebanyak 110 oran
Model penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif Korelatif. Sampel
penelitian ini sebanyak 57 orang.
Metodologi Penelitian Deskriptif Korelatif
Penelitian
Hasil Penelitian 1. Hubungan Jenis Cairan Infus terhadap Kejadian Phlebitis
missal ( pada pasien anak)0
Berdasarkan hasil analisa menunjukan bahwa P-value 0,049
karena p-value < 0,05 artinya terdapat hubungan antara jenis
cairan infus dengan kejadian phlebitis. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Gayatri & Handiyani (2007) pada 3
Rumah Sakit di Jakarta bahwa responden yang hanya
mendapatkan 1 jenis cairan dengan osmolalitas dan PH sama
dengan cairan tubuh diperoleh probabilitas untuk tidak
mendapat phlebitis pada 3 x 24 jam adalah 72%. Pada
kelompok yang mendapatkan 2 cairan dengan osmolalitas dan
PH normal didapatkan probabilitasnya pada 3 x 24 jam menjadi
54%. P
2. Hubungan Usia terhadap Kejadian Phlebitis
Berdasarkan pengamatan di rumah sakit pasien yang berusia
>60 tahun saat melakukan pemasangan infus mengalami
kesulitan seperti pembuluh darah yang rapuh sehingga saat
pemasangan kateter vena mudah pecah dan pembuluh darah
mudah bergeser saat pemasangan (elastisitas vena berkurang).
3. Hubungan Jenis Kelamin terhadap Kejadian Phlebitis0
Berdasarkan hasil analisa menunjukan bahwa P-value 0,193
karena p-value > 0,05 artinya tidak terdapat hubungan antara
jenis kelamin terhadap kejadian phlebitis. Kejadian phlebitis
dapat terjadi pada jenis kelamin perempuan atau lakilaki.
4. Hubungan Lokasi Pemasangan Infus terhadap Kejadian
Phlebitis
Berdasarkan hasil analisa menunjukan bahwa P-value 0,007
karena p-value < 0,05 artinya terdapat hubungan antara lokasi
pemasangan infus terhadap kejadian phlebitis. Dimana semakin
jauh letak pemasangan infus dari persendian maka semakin
kecil kemungkinannya terkena phlebitis
5. Hubungan Jenis Balutan Infus terhadap Kejadian Phlebitis
Berdasarkan hasil analisa menunjukan bahwa P-value 0,702
karena p-value > 0,05 artinya tidak terdapat hubungan antara
jenis balutan infus terhadap kejadian phlebitis
6. Hubungan Penyakit Penyerta terhadap Kejadian Phlebiti
Berdasarkan hasil analisa menunjukan bahwa P-value 0,018
karena p-value < 0,05 artinya terdapat hubungan antara
penyakit penyerta terhadap kejadian phlebitis
7. Hubungan Lama Terpasang Infus terhadap Kejadian Phlebiti
Dari hasil analisa menunjukkan bahwa P-value 0,014 karena p-
value < 0,05 artinya terdapat hubungan antara lama terpasang
infus terhadap kejadian p
Kesimpulan Penelitian menunjukan terdapat hubungan antara usia terhadap kejadian
phlebitis (p-value 0,016), tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin
terhadap kejadian phlebitis (p-value 0,193), terdapat hubungan antara
lokasi pemasangan infus terhadap kejadian phlebitis (p-value 0,007), tidak
terdapat hubungan antara jenis balutan infus terhadap kejadian phlebitis (p-
value 0,702), terdapat hubungan antara penyakit penyerta terhadap
kejadian phlebitis (p-value 0,018), terdapat hubungan antara jenis cairan
infus terhadap kejadian phlebitis (pvalue 0,049), terdapat hubungan antara
lama terpasang infus terhadap kejadian phlebitis (p-value 0,014

JURNAL 3

Judul Kepatuhan Pelaksanaan Standar Operasional (SOP) Pemasangan Infus


dengan Kejadian Phlebitis Di Kudus
Download https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijnr/index
Halaman -
Tahun 2022
Penulis Oktavia Chandra Ekaputra
Yayuk Fatmawati
Reviewer Vivin Melasani Putri ( 202202243 )

Masalah Pemasangan infus yang berlangsung terus menerus dan lama dapat
penelitian mengakibatkan terjadinya phlebitis.indakan pemasangan infus akan
berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu patuh pada standar
yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan yang bermutu.
Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang
bersangkutan untuk mentaati atau mematuhi sesuatu. Kepatuhan
perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang profesional terhadap
suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan
Tujuan penelitian Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
kepatuhan pelaksanaan standar operasional prosedur (SOP)
pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di ruang rawat inap
Rumah Sakit Mardirahayu Kudus
Subjek Penelitian 156 perawat dan menggunakan sampel 61 pasien
Model penelitian Penelitian ini menggunakan metode jenis penelitian survei analitik
dengan rancangan penelitian cross sectional.
Metodologi Penelitian ini menggunakan tehnik non probability sampling dengan
Penelitian metode stratified random sampling.  Instrumen penelitian
menggunakan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus
Rumah Sakit Mardirahayu Kudus untuk mengetahui kepatuhan
perawat  dan Visual Infussion Phlebitis untuk mengetahui kejadian
flebitis.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pelaksanaan Standar
Operasional Prosedur (SOP) pada pemasangan infus yang kurang
patuh sebanyak 28 responden (45.9 %), sedangkan yang patuh
sebanyak 23 responden (37.7%), dan yang tidak patuh sebanyak 10
responden (16.4%). Kejadian flebitis terjadi pada 34 responden
(55.7%), sedangkan tidak terjadi flebitis sebanyak 27 responden
(44.3%).

Kesimpulan Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan pelaksanaan Standar


Operasional Prosedur (SOP) pemasangan infus dengan kejadian
flebitis di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

Anda mungkin juga menyukai