Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

DINAS PENDIDIKAN
SMA UNGGUL NEGERI 4 LAHAT
Akreditasi A
Jl. Raya Tanjung Payang Kec. Lahat Telp (Kntr) 0731 – 326662
Website : www.sman4lahat.sch.id Email : tatausaha@sman4lahat.sch.id

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)


BIMBINGAN KELOMPOK
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2020/2021

A Komponen Layanan Layanan Dasar

B Bidang Layanan Sosial

C Fungsi Layanan Pemahaman

D Tujuan Untuk membina hubungan yang baik dengan


teman sebaya

E Topik/Tema Layanan Hubungan Teman Sebaya

F Sasaran Layanan Peserta Didik kelas XI IPA 1

G Metode dan Teknik Role Play

H Waktu 1 x 45 menit

I Media/ Alat Papan nama pemeran, Script drama,


memanfaatkan media di kelas
J Tanggal Pelaksanaan 28 Januari 2021

K Sumber Bacaan Choeriyah, M. (2011, September 23). Upaya


meningkatkan hubungan sosial antari
teman sebaya melalui layanan
bimbingan kelompok pada siswa kelas
VIII SMP ISlam Wonopringgo
Pekalogan. Retrieved Januari 26, 2021,
from
https://lib.unnes.ac.id/10744/1/12221.p
df

Laeni Novita Amin, A. H. (n.d.). Pengaruh


Teman Sebaya terhadap pilihan
melanjutkana pendidikan ke smp 5.
Retrieved Januari 26, 2021, from
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/J
KD/article/view/10870/7499

Maelan Tri Yuliani, S. R. (n.d.). Hubungan


antara interaksi sosial teman sebaya
dengan penerimaan sosial siswa kelas
XI IPA SMA Negeri 09 Kota Bengkulu .
Retrieved Januari 23, 2020, from
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/j_
consilia/article/view/9578/pdf

L Uraian Kegiatan

1. Tahap Awal / Pendahuluan

a. Pernyataan Tujuan 1. Guru BK/Konselor membuka dengan


salam dan berdoa
2. Membina hubungan baik dengan peserta
didik (menanyakan kabar, pelajaran
sebelumnya).
3. Menyampaikan tujuan bimbingan
kelompok
b. Penjelasan tentang 1. Konselor menjelaskan langkah-langkah
langkah-langkah kegiatan kelompok yaitu :
kegiatan kelompok- Konselor menjelaskan alur drama yaitu cerita
tentang 3 orang sahabat yang sangat dekat
sejak awal masuk SMA, sebut saja Anggi,
Shyfa, dan Zahra. Mereka selalu bersama-sama
setiap harinya. Hingga kadang mereka dicap
sebagai anak kembar tiga. Seringkali jika hari
libur tiba mereka akan menginap dirumah
Zahra, untuk berkumpul bersama. Suatu hari
ketika sedang bercanda, Anggi tak sengaja
mengucapkan kata-kata yang membuat Shyfa
tersinggung. Hingga membuat Shyfa tiba-tiba
saja pergi. Zahra yang melihat dua temannya
ini tampak kebingungan. Disatu sisi ia harus
mengejar Shyfa supaya tidak pergi disisi lain
dia harus menenangkan Anggi yang dari tadi
tidak berhenti marah-marah. Zahra tahu tadi
Anggi hanya sekedar bercanda, Shfya hanya
salah paham dengan Anggi. Zahra akan
membantu Anggi untuk menjelaskan
kesalahpahaman ini dengan Shyfa nanti.
Karena Zahra tak ingin hubungan baik yang
mereka bina selama ini tiba menjadi rusak
hanya karena kesalahpahaman.
2. Peserta didik dipilih 3 orang, sisa yang
tidak terpilih menjadi penonton.
3. Masing-masing peserta diberi waktu 5
menit untuk menidentifikasi tokoh dalam
cerita, mendiskusikan pembagian peran,
setting, alur dan hal-hal yang akan
digunakan dalam penampilan drama.

c. Mengarahkan Guru BK / Konselor melakukan ice breaking


Kegiatan dan mempersilahkan peserta didik untuk
bersiap melakukan aktifitas bimbingan
kelompok.
d. Tahap Peralihan

Guru BK / Konselor 1. Guru BK/Konselor menanyakan kesiapan


menanyakan apakah kelompok dalam melaksanakan kegiatan
semua siswa sudah kelompok
mengerti dengan 2. Guru BK/Konselor memberi kesempatan
penjelasannya. bertanya kepada setiap kelompok tentang
(Storming) hal-hal yang belum mereka pahami
3. Guru BK/Konselor menjelaskan kembali
secara singkat tentang tugas dan tanggung
jawab peserta dalam melakukan kegiatan

Guru BK menyiapkan 1. Guru BK/Konselor menanyakan kesiapan


siswa untuk melakukan para pesera untuk melaksanakan tugas
komitmen tentang 2. Setelah semua peserta menyatakan siap,
kegiatan yang akan kemudian guru BK/Konselor memulai
dilakukannya masuk ke tahap kerja
(Norming)

4. Tahap Inti

Proses/kegiatan yang 1. Peserta didik secara berkelompok dalam


dialami peserta didik waktu 5 menit untuk dapat
dalam suatu kegiatan mengidentifikasi tokoh dalam cerita
bimbingan berdasarkan 2. Menentukan siapa yang akan berperan
teknik tertentu sesuai dengan tokoh yang ada
(Eksperientasi) 3. Menentukan skenario cerita
4. Menampilkan drama
Pengungkapan 1. Identifikasi
perasaan, pemikiran a. Bagaimana perasaan peserta didik saat
dan pengalaman memerankan perannya masing-masing?
tentang aoa yang b. Bagaimana perasaan peserta didik saat
terjadi dalam kegiatan berdiskusi kelompok mengenai drama
bimbingan (refleksi) yang mereka mainkan?
c. Apakah peserta didik dapat bekerjasama
dengan baik?
d. Apakah peserta didik dapat mengerti
bagaimana hubungan yang baik itu
bersama teman sebaya?
2. Analisis
Apakah peserta didik mampu memahami
hubungan baik dengan teman sebaya?
3. Generalisasi
Bagaimana langkah-langkah peserta didik
untuk membina hubungan yang baik
dengan teman sebayanya?
3.Tahap Pengakhiran
(Terminasi)
Menutup Kegiatan dan 1. Guru BK memberikan penguatan terhadap
Tindak Lanjut aspek-aspek yang ditemukan oleh peserta
dalam suatu kerja sama di drama yang
telah dimainkan.
2. Merencanakan tindak lanjut
3. Menutup kegiatan layanan secara simpatik
(Framming)

M Evaluasi
Evaluasi Proses 1. Guru BK terlibat dalam menumbuhkan
antusiasme peserta dalam mengikuti
kegiatan
2. Guru BK membangun dinamika kelompok
3. Guru BK memberikan penguatan dalam
membuat langkah yang akan dilakukannya

Evaluasi Hasil 1. Mengajukan pertanyaan untuk


mengungkap pengalaman konseli dalam
bimbingan kelompok
2. Mengamati perubahan perilaku peserta
setelah bimbingan kelompok
3. Konseli mengisi instrumen penilaian dari
guru BK/Konselor

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Uraian Materi
2. Lembar kerja siswa
3. Instrumen penilaian

Mengetahui Lahat, 29 Januari 2021

Kepala Sekolah SMAN 4 Lahat Guru BK

Baslini, M.Pd. Kristina Novyanti, S.Pd

NIP 197207121999031004 NIP 197811022009032001


LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Hubungan Sosial

Hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling


hubungan antar-manusia yang menghasilkan adanya proses pengaruh –
mempengaruhi. Menurut Alisyahbana dalam (AlidanAsroi, 2005: 85) „hubungan
sosial diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang
disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Menyangkut
juga penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti makan dan minum sendiri,
berpakaian sendiri, bagaimana mentaati peraturan-peraturan dan perjanjian-
perjanjian dalam kelompok atau organisasinya, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Sunarto dan Hartono (2002:126) menjelaskan bahwa


„hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan,
dimana setiap individu berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan
kehidupan sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya,
baik kelompok kecil maupun kelompok masyarakat luas‟.Syamsu dalam (Yusuf,
2008: 122) juga mengemukakan bahwa „hubungan sosial adalah cara individu
dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi,
meleburkan diri menjadi satu kesatuan saling komunikasi dan bekerja sama‟.

Berdasarkan pada pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli


tersebut diatas mengenai pengertian hubungan sosial maka dapat dipahami bahwa
hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang
disekitarnya dan bagaimana pengaruh terhadap dirinya, dimana setiap individu
berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, baik norma-
norma kelompok, moral, maupun tradisi. Pengertian hubungan sosial kaitan
dengan penelitian ini bahwa hubungan sosial merupakan obyek dari penelitian
yang akan dilakukan, kemudian diukur melalui skala psikologis yang nantinya
diketahui tingkat pencapaian hubungan sosial dengan teman sebayanya
B. Pengertian Teman Sebaya

Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang
kira-kira sama (Santrock 2007: 55).Teman sebaya atau peers adalah anak-anak
dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi
terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber
informasi dan komparasi tentang dunia di luar keluarga. Melalui kelompok teman
sebaya anak-anak menerima umpan balik dari teman-teman mereka tentang
kemampuan mereka. Anak-anak menilai apa-apa yang mereka lakukan, apakah
dia lebih baik dari pada teman-temannya, sama, ataukah lebih buruk dari apa yang
anak-anak lain kerjakan. Hal demikian akan sulit dilakukan dalam keluarga karena
saudara-saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda (bukan sebaya)
(Santrock, 2004 : 287).Latar belakang timbulnya kelompok teman
sebayamenurut Havinghurst (Santosa, 2006: 77). Anak berkembang di dalam dua
dunia sosial: Dunia orang dewasa, yaitu orang tuanya, guru-gurunya dan
sebagainya dan dunia teman sebaya, yaitu sahabat-sahabatnya, kelompok bermain,
perkumpulan-perkumpulan.
Bagi anak, kelompok sebaya ialah kelompok anak-anak tertentu yang
saling berinteraksi. Setiap kelompok memiliki peraturan-peraturanya sendiri,
tersurat maupun tersirat, memiliki tata sosialnya sendiri, mempunyai harapan-
harapannya sendiri bagi para anggotanya. Setiap kelompok sebaya juga
mempunyai kebiasaan-kebiasaan, tradisi-tradisi, perilaku, bahkan bahasa sendiri.
Kelompok sebaya merupakan lembaga sosialisasi yang penting disamping
keluarga, sebab kelompok sebaya juga turut serta mengajarkan cara-cara hidup
bermasyarakat. Biasanya anatar umur empat dan tujuh tahun dunia sosial anak
mengalami perubahan secara radikal, dari dunia kecil yang berpusat di dalam
keluarga ke dunia yang lebih luas yang berpusat pada kelompok sebaya. Anak
cenderung merasa nyaman berada bersama-sama teman-teman sebayanya
daripada berada bersama orang-orang dewasa, meskipun orang-orang dewasa
tersebut bersikap menerima dan penuh pengertian.
C. Fungsi Teman Sebaya

Kelly dan Hansen dalam (Desmita, 2009) menyebutkan 6 fungsi positif


dari teman sebaya, yaitu :

1) Mengontrol impuls-impuls agresif.Melalui interaksi dengan teman sebaya,


remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan-pertentangan dengan
cara-cara yang lain selain dengan tindakan agresi langsung.
2) Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih
independen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan
dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru
mereka. Dorongan yang diperoleh remaja dari teman-teman sebaya mereka
akan menyebabkan berkurangnya ketergantungan remaja pada dorongan
keluarga mereka.
3) Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan
kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-
perasaan dengan cara-cara yang lebih matang.Melalui percakapan dan
perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar mengekspresikan ide-ide
dan perasaan-perasaan serta mengembangkan kemampuan mereka
memecahkan masalah.
4) Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis
kelamin.Sikap-sikap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin
terutama dibentuk melalui interaksi dengan teman sebaya. Remaja belajar
mengenai tingkah laku dan sikap-sikap yang mereka asosiasikan dengan
menjadi laki-laki dan perempuan muda.
5) Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai.Umumnya orang dewasa
mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang apa yang benar dan apa
yang salah. Dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba menggambil
keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja mengevaluasi nilai-nilai yang
dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya, serta memutuskan
mana yang benar. Proses mengevaluasi ini dapat membantu remaja
mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka.
6) Meningkatkan harga diri (self-esteem)Menjadi orang yang disukai oleh
sejumlah besar teman-teman sebayanya membuat remaja merasa enak atau
senang tentang dirinya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi teman


sebaya adalah:
 Mengontrol impuls-impuls agresif,
 Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih
independen
 Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan
kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan
perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang
 Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai
 Menigkatkan harga diri (self-esteem). fungsi teman sebaya
kaitanya dengan penelitian adalah sebagai bahan referensi peneliti
untuk meningkatkan hubungan sosial dan sebagai bahan dalam
pemberian layanan bimbingan kelompok.

D. Jenis-Jenis Kelompok Teman Sebaya


Menurut Hurlock (1999 : 215) ada beberapa lima macam kelompok teman
sebaya dalam remaja, antara lain :
 Teman Dekat
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat.

 Teman Kecil
Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat.

 Kelompok Besar
Kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman
dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan.
Karena kelompok ini besar maka penyesuaian minat berkurang di antara
anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar di
antara mereka.

 Kelompok Terorganisasi
Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah
dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja
yang tidak mempunyai kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti
kelompok seperti ini merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia
16-17 tahun.

 Kelompok Gang
Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan tidak merasa puas
dengan kelompok yang terorganisasi, mungkin akan mengikuti kelompok
gang. Anggota biasanya ter diri dari anak-anak sejenis dan minat mereka
melalui adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalaui
perilaku antisosial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada berbagai macam jenis
kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya yang pasti ada
disekolah adalah kelompok yang diorganisir, yaitu kelas yang merupakan
kelompok di sekolah yang sudah pasti keberadaan anggotanya dan bersifat
tetap.

Mappiare (1982:158) menjelaskan bahwa Para ahli psikologi sepakat


bahwa terdapat kelompok-kelompok yang terbentuk dalam masa remaja.
Kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
 Sahabat Karib (Chums)
Chums yaitu kelompok dimana remaja bersahabat karib dengan ikatan
persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok biasanya terdiri dari 2-
3 orang dengan jenis kelamin sama, memiliki minaat, kemauan-kemauan
yang mirip.
 Komplotan sahabat (Cliques)
Cliques biasnya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat, kemampuan
dan kemauan-kemauan yang relatif sama. Cliques biasanya terjadi dari
penyatuan dua pasang sahabat karib atau dua Chums yang terjadi pada
tahun-tahun pertama masa remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam satu
Cliques umumnya sama

 Kelompok banyak remaja (Crowds)


Crowds biasanya terdiri dari banyak remaja, lebih besar dibanding dengan
Cliques. Karena besrnya kelompok, maka jarak emosi antra anggota juga
agak renggang. Dengan demikian terdapat jenis kelamin berbeda serta
terdapat keragaman kemampuan, minat dan kemauan diantara para
anggota. Hal yang dimiliki dalam kelompok ini adalah rasa takut diabaikan
atau tidak diterima oleh teman-teman dalam kelompok remja, dengan kata
lain remaja ini sangat membutuhkan penerimaan peer-groupnya.

E. Penerimaan dan Penolakan Teman Sebaya


Menurut Mappiare (1982: 170-171) ada beberapa faktor seseorang di
terima maupun ditolat oleh kelompok teman sebaya, antara lain:

1)Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja diterima:

 Penampilan (performance) dan perbuatan meliputi antara lain : tampang


yang baik, atau paling tidakrapi danaktif dalamkegiatan-kegiatan
kelompok.
 Kemampuan pikir antara lain: mempunyai inisiatif, banyak memikirkan
kepentingan kelompok dan mengemukakan buah pikirannya.
 Sikap, sifat, perasaan antara lain: bersikap sopan, memperhatikanorang
lain, penyabar atau dapat menahan marah jika berada dalam keadaan yang
tidak menyenangkan dirinya
 Pribadi meliputi: jujur dan dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka
menjalankan pekerjaannya, mentaati peraturan-peraturan kelompok,
mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi dan pergaulan sosial.

2) Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja ditolak.

 Penampilan (performance) dan perbuatan antaralain meliputi :sering


menantang, malu-malu, dan senang menyendiri.
 Kemampuan pikir meliputi: bodoh sekali atau sering disebut tolol
 Sikap, sifat meliputi: suka melanggar normadan nilai-nilai kelompok, suka
menguasai anak lain, suka curiga, dan suka melaksanakan kemauan
sendiri.
 Ciri lain: faktor rumah yang terlalujauh dari tempat teman
sekelompokFaktor-faktot penerimaan dan penolakan teman sebaya dalam
kaitannya dengan penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dan sebagai
bahan materi dalam meningkatkan hubungan sosial antar teman sebaya
siswa.
 .Arti penting dari penerimaan atau penolakan teman sebaya dalam
kelompok.

Arti penting dari penerimaan atau penolakan teman sebaya dalam


kelompok. Menurut Mappiare (1982: 172) Arti penting dari penerimaan atau
penolakan teman sebaya dalam kelompok bagi seseorang remaja adalah bahwa
penerimaan atau penolakan teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap pikiran, sikap, perasaan, perbuatan-perbuatan dan penyesuaian diri
remaja. Akibat langsung dari penerimaan teman sebaya bagi seseorang remaja
adalah adanya rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan bagi kelompoknya. Hal
yang demikian ini akan menimbulkan rasa senang, gembira, puas bahkan rasa
bahagia.
Hal yang sebaliknya dapat terjadi bagi remaja yang ditolak oleh
kelompoknya yakni adanya frustasi yang menimbulkan rasa kecewa akibat
penolakan atau pengabaian itu.Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
penerimaan atau penolak teman sebaya memberikan arti penting dalam kehidupan
remaja, karena dapat berpengaruh terhadap pikiran, sikap, perasaan, perbuatan-
perbuatan dan penyesuaian diri remaja, sehingga dapat memberikan dampak
positif maupun negatif dari hasil penerimaan maupun penolakan teman sebaya itu.
Arti penting penerimaan dan penolakan teman sebaya ini kaitannya dengan
penelitian adalah sebagai bahan referensi peneliti untuk meningkatkan hubungan
sosial siswa dengan teman sebayanya.

F. Hubungan Sosial Dengan Teman Sebaya

Perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala


meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar
waktu remaja dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman
sebaya mereka. Berbeda halnya dengan masa anak-anak, hubungan teman sebaya
remaja lebih didasarkan pada hubungan persahabatan. Menurut Bloss dalam
(Desmita, 2009: 220) pembentukan persahabatan remaja erat kaitannya dengan
perubahan aspek-aspek pengendalian psikologis yang berhubungan dengan
kecintaan pada diri sendiri dan munculnya phallic conflicts. Erikson dalam
(Desmita, 2009: 220) memandang tren perkembangan ini dari perspektif
normative-life-crisis, dimana teman memberikan feedback dan informasi yang
konstruktif tentang self-definision dan penerimaan komitmen.Pada prinsipnya
hubungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan
remaja.
Menurut Alisyah banadalam (AlidanAsroi, 2005: 85) „hubungan sosial
diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya
dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Sedangkan menurut
Sunarto dan Hartono (2002: 126) menjelaskan bahwa „hubungan sosial
merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan, dimana setiap
individu berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan kehidupan sosial,
bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik kelompok
kecil maupun kelompok masyarakat luas‟.Syamsu dalam (Yusuf, 2006: 122) juga
mengemukakan bahwa „hubungan sosial adalah cara individu dalam
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi,
meleburkan diri menjadi satu kesatuan saling komunikasi dan bekerja
sama‟.Berdasarkan pada pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli
tersebut diatas mengenai pengertian hubungan sosial maka dapat dipahami bahwa
hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang
disekitarnya dan bagaimana pengaruh terhadap dirinya, dimana setiap individu
berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, baik norma-
norma kelompok, moral, maupun tradisi.
Pentingnya teman sebaya dalam perkembangan sosial remaja diketahui
satu contoh klasik pada literatur psikologi. Dua ahli teori yang berpengaruh, yaitu
Piaget dan Sullivan (dalam Desmita, 2009: 220), menekankan bahwa melalui
hubungan teman sebaya anak dan remaja belajar tentang hubungan timbal balik
yang simetris. Anak mempelajari prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan melalui
peristiwa pertentangan dengan teman sebaya. Mereka juga mempelajari secara
aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka
memuluskan integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan.
Studi-studi kontemporer tentang remaja, juga menunjukan bahwa
hubungan yang positif dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian
yang positif (Santrock dalam Desmita, 2009: 220). Hartup dalam (Desmita, 2009:
220) mencatat bahwa pengaruh teman sebaya memberikan fungsi-fungsi sosial
psikologis yang penting bagi remaja. Bahkan dalam studi lain ditemukan bahwa
hubungan teman sebaya yang harmonis selama masa remaja, dihubungan dengan
kesehatan mental yang positif pada usia setengah baya (Hightower dalam
Desmita, 2009: 220).

Anda mungkin juga menyukai