Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Dasar Keluarga

a. Pengertian

Menurut (Friedman 1998 dalam Ayu Henny Achjar 2012: 2).

Keluarga adalah sekumpulan orang disatukan oleh ikatan

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada

di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan

untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut (Depkes RI, 1988 dalam Ayu Henny Achjar 2012: 2).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal

disuatu tempat di bawah suatu dalam keadaan saling ketergantungan.

b. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman, 1988 (dalam Dion & Beta, 2012) terdapat lima

fungsi keluarga yaitu:

1) Fungsi Afektif (The Affectif Function)


Fungsi efektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi efektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikologis. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang gembira dan bahagia. Anggota keluarga

mengembangkan gambaran diri yang positif, perasaan yang dimiliki,

perasaan yang berarti, merupakan sumber kasih sayang, dukungan

(reinforcement) yang semuanya dipelajari dan dikembangkan melalui

interaksi dalam keluarga.

2) Fungsi Sosialisasi (The Socialization Function)

Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri dengan

kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung

seumur hidup, dimana individu secara kontinu merubah perilaku

mereka secara social yang mereka alami. Ini termasuk internalisasi

satu set norma dan nilai-nilai yang cocok bagi remaja berusia 14th,

pergantin berusia 20th, orang tua yang brusia 24th, kakek/nenek yang

berusia 50th, juga orang yang telah pension dalam usia 65th.

3) Fungsi Ekonomi (The Economic Function)

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti: makanan, pakaian,

dan perumahan, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi

ini sulit dipenuhi oleh keluarga yang berbeda dibawah garis

kemiskinan, perawat bertanggung jawab untuk mencari sumber –


sumber di masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga dalam

meningkatkan status kesehatan.

4) Fungsi Reproduksi (The Reproductive Function)

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan

dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program KB,

maka fungsi ini sedikit terkontrol. Disisi lain banyak kelahiran yang

tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan, sehingga lahirlah

keluarga baru dengan satu orang tua.

5) Fungsi Keperawatan Keluarga/Pemeliharaan Kesehatan (The Health

Care Function)

Bagi para professional kesehatan keluarga, fungsi keperawatan

kesehatan adalah pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga. Guna

untuk menempatkan dalam sebuah gambaran, fungsi ini merupakan

salah satu fungsi keluarga yang menyediakan kebutuhan – kebutuhan

fisik, seperti; makan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan

kesehatan. Jika dilihat dari gambaran masyarakat, keluarga merupakan

perilaku perawatan kesehatan diatur dan diamankan.

Menurut UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994, (dalam

Dion & Betan 2013) menyatakan bahwa fungsi keluarga dibagi

menjadi delapan bentuk operasional yang dapat dilakukan oleh setiap

keluarga, yaitu sebagai berikut :


1) Fungsi Keagamaan

a) Membina norma atau ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup

anggota keluarga.

b) Menerjemahkan ajaran atau norma agama ke dalam tingkah laku

hidup sehari – hari seluruh anggota keluarga.

c) Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari – hari dalam

pengamalan dari ajaran agama.

d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang

keagamaan yang tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan di

masyarakat.

e) Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga beragama

sebagai fondasi menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

2) Fungsi Budaya

a) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga untuk

meneruskan norma – norma dan budaya masyarakat serta bangsa

yang ingin dipertahankan

b) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring

norma dan budaya asing yang tidak sesuai

c) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya

mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh globalisasi

dunia.
d) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga anggotanya

dapat berprilaku yang baik (positif) sesuai dengan norma bangsa

Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang

dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menunjang

terwujudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

3) Fungsi Cinta Kasih

a) Menumbuhkembangkan potensi kasih saying yang telah ada antar

anggota keluarga (suami-istri-anak) kedalam simbol – symbol

nyata (ucapan, prilaku) secara optimal dan terus menerus.

b) Membina tingkah laku saling menyayangi antar anggota keluarga

maupun antara keluarga yang satu dengan yang lainnya secara

kuantitatif dan kualitatif.

c) Membina praktik kecintaan terhadap kehidpuan duniawi dan dalam

keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

d) Membina rasa sikap dan praktik keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih saying sebagai pola hidup ideal

menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

4) Fungsi Perlindungan

a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa

tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar.


b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari

berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

c) Membina dan menjadikan stabilitas serta keamanan keluarga

sebagai modal menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

5) Fungsi Reproduksi

a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan

reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga

sekitarnya.

b) Memberikan contoh pengalaman kaidah – kaidah pembentukan

keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

c) Mengamalkan kaidah – kaidah reproduksi sehat, baik yang

berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan

jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.

d) Mengembankan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang

kondusif menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

6) Fungsi Sosialilasi

a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga

sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan

utama.

b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga

sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai


konflik dan permasalahan yang dijumpainya, baik dilingkungan

sekolah maupun masyarakat.

c) Membina proses Pendidikan dan sosialisai anak tentang hal – hal

yang diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan

kedewasaan (fisik dan mental), yang tidak atau kurang diberikan

oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.

d) Membina proses Pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam

keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi

juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan

hidup Bersama menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

7) Fungsi Ekonomi

a) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun di dalam

lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan

perkembangan kehidupan keluarga.

b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,

keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran

keluarga.

c) Mengatu waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi,

selaras dan seimbang.

d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal

untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.


8) Fungsi Pelestarian Lingkungan

a) Membina kesadaran sikap dan praktik pelestarian lingkungan

intern keluarga.

b) Membina kesadaran sikap dan praktik pelestarian lingkungan

ekstern keluarga.

c) Membina kesadaran sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang

serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan

lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

d) Membina kesadaran sikap dan praktik pelestarian lingkungan

hidup sebagai pola hidup keluarga menuju Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera.

Menurut Effendy, (1998: 36 dalam Dion & Betan 2013)

menjabarkan tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota

keluarganya, yaitu :

1) Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memumngkinkan

mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

2) Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan

anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan

menjadikan mereka anak – anak yang sehat baik fisik, mental,

social, dan spiritual.


3) Asah, adalah memenuhi kebutuhan Pendidikan anak sehingga siap

menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mepersiapkan masa

depannya.

Selain itu, dijabarkan delapan tugas dasar dalam sebuah keluarga

(Effendy, 1998:37 dalam Dion & Betan 2013) adalah sebagai

berikut:

1) Pemeliharaan fisik keluarga dan anggotanya.

2) Memelihara sumber – sumber daya yang ada dalam keluarga.

3) Pembagian tugas masing – masing anggota keluarganya sesuai

dengan kedudukannya.

4) Sosialisasi antar anggota keluarga.

5) Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8) Membangkitkan dorongan dan semangat anggota para keluarga.

c. Tipe Keluarga

Menurut Dion & Betan (2013) pembagian tipe keluarga bergantung

pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, yaitu

1) Secara Tradisional

a) Keluarga Inti (Nuclear Family)

Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang

diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya


b) Keluarga Besar (Extended Family)

Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih

mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).

1) Secara Modern

Dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualism maka pengelompokan tipe keluarga selain diatas

adalah:

a) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, anak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi–sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

b) Reconstituted Nuclear

Pemebentukan dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak –

anaknya dari perkawinan yang lama maupun hasil perkawinan

yang baru, satu atau keduanya bekerja di luar rumah.

c) Niddle Age/ Aging Couple

Suami sebagai pencari uang/nafkah, istri dirumah/keduanya

bekerja dirumah, anak – anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan karier.

d) Dyadic Nuclear
Suami istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja dirumah.

e) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangan

dan anak – anaknnya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.

f) Dual Carier

Suami atau istri keduanya orang karier dan tanpa anak.

g) Commuter Married

Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah

pada jarak tertentu.

h) Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.

i) Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

j) Institusional

Yaitu anak – anak atau orang – orang dewasa tinggal dalam suatu

panti.

k) Comunall

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogami dengan anak – anaknya dan bersama – sama dalam

penyediaan fasilitas.
l) Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari dua orang tua dan dan

keturunannya didalam satu kesatuan keluarga.

m) Unmarried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

adopsi.

n) Cohibing Couple

Dua orang atau satu pasangan yang hidup bersama tanpa ikatan

perkawinan.

o) Gay and Lesbian Family

Keluarga atau pasangan yang dibentuk oleh pasangan yang

berjenis kelamin sama.

d. Tahap Perkembangan Keluarga

Bukan individu saja yang memiliki tahap perkembangan, keluarga pun

memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan

yang harus di selesaikan tahapannya. Ada delapan tahap

perkembangan keluarga (Duvall, 1985 dan Godrick, 1989, dalam Dion

& Betan, 2013) yaitu sebagai berikut:

1) Pasangan Baru atau Keluarga Pemula

Merupakan keluarga baru yang dimulai dari saat masing – masing laki

– laki dan perempuan membentuk keluarga baru dengan ikatan


perkawinan dengan meninggalkan psikologis keluarga masing –

masing.

a) Membina hubungan intim yang memmuaskan kehidupan baru

b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan lain – lain

c) Keluarga berencana mendiskusikan untuk mendapatkan anak dan

jumlah anak yang diinginkan serta untuk menentukan saat yang

tepat untuk hamil

2) Keluarga Kelahiran Anak Pertama / Child Bearing

Keluarga yang menantikan kelahiran anak pertama lahir sampai

berumur kurang dari 3 bulan, adapun tugas yang harus dilaksanakan

yaitu:

a) Adaptasi perubahan anggota keluarga

b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

c) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua

terhadap bayi dengan memberi sentuhan kehangatan)

3) Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah

Tahap ini dimulai dari anak pertama dari usia 2,5 tahun samapi 5

tahun, pada tahap ini anak sudah mulai mengenal dunia sosialnya,

adapaun tugas perkembangannya yaitu:

a) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga

b) Membantu anak bersosialisasi

c) Beradaptasi dengan anak baru lahir


d) Mempertahankan hubunghan di dalam maupun di luar keluarga

e) Pembagioan waktu individu, pasangan dan anak

4) Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Keluarga pada tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun

dan mulai sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, dengan

tugasa perkembangannya yaitu:

a) Keluargha beradaptasi dengan pengaruh teman dan sekolah anak

b) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,

sekolah dan lingkungan luar

c) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual

d) Menyhediakan aktivitas untuk anak

e) Meningkatkan komunikasi terbuka

5) Keluarga dengan Anak Remaja

Tahap ini dimulai sejak usia 13 tahun sampai 20 tahun, tahap ini

merupakan tahap yang paling rawan karena anak – anak akan mencari

identitasnya dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu

teladfan dari ke dua orang tua sangan diperlukan, dengan tugas

perkembangan keluarga adalah:

a) Perkembangan terhadap remaja (memberi kebebasan yang

seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah

seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonom)

b) Memelihara komunikasi terbuka


c) Memelihara hubungan intim dalam keluarga

6) Keluarga dengan Anak Dewasa Muda / Tahap Pelepasan

Tahap ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah orang tua

sampai anak terakhir, dengan tugas perkembangan yaitu:

a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

b) Mempertahankan keintiman pasangan

c) Melanjutkan untuk mmemperbaharui dan menyesusikan kembali

hubungan perkawinan

d) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di

masyarakat

7) Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dumulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat pension atau salah satu pasangan meninggal,

dengan tugas perkembangannya yaitu:

a) Mempertahankan kesehatan

b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman

sebaya dan anak - anak

c) Meningkatkan keakraban pasangan

d) Mempertahankan kesehatan dengan olahraga pengontrolan berat,

diet seimbang, istirahat.

8) Keluarga Usia Lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluyarga ini dimulai pada saat salah

satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu n pasangan meninggal,

dengan tugas perkembangan keluarga yaitu :

a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

b) Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman dan

kekuatan fisik serta pendapatan

c) Mempertahankan keakraban suami istri yang saling merawat

d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat

e) Melakukan life review (merenungkan hidupnya)

e. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menunjukan bagaimana keluarga tersebut di

organisasikan, cara unit–unit tersebut ditata serta sebagaimana

komponen tersebut berhubungan satu sama lain. Selain itu, struktur

dalam keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsi keluarga tersebut dimasyarakat (Betan & Dion

2013).

Menurut Parad dan Caplan (1965, dalam Betan & Dion, 2013)

mengatakan ada 4 dimensi struktur keluarga yaitu:

1) Pola dan Proses Komunikasi

Adalah proses tukar menukar perasaan, keinginana, kebutuhan –

kebutuhan dan opini. Pola dan Proses Komunikasi ini akan

menggambarkan bagaimana cara dan komunikasi keluarga diterapkan


baik antar sesame orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan

anggota keluarga besar dengan keluarga inti.

2) Struktur Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang

dalam situasi social tertentu. Peran menunjukan beberapa perilaku

yang bersifat homogen. Peran didasarkan pada deskripsi dan harapan

terhadapt individu – individu dalam situasi tertentu agar dapat

memenuhi harapan mereka sendiri dan orang lain.

3) Struktur Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan seseorang individu untuk mengontrol,

mempengaruhi, dan mengubah tingkah laku seseorang. Menurut

Cromwell dan Olson (1995 dalam Betan & Dion, 2013), kekuatan

merupakan aspek paling fundamental dari semua interaksi social.

Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota

untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

4) Struktur Nilai – Nilai Keluarga

Nilai adalah suatu ide, sikap dan kepercayaan yang secara sadar

maupun tidak sadar mengikuti seluruh anggota dalam suatu budaya

yang lazim (Parad dan Caplan, 1985 dalam Betan & Dion, 2013).

f. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Menurut Friedman (1998, dalam Betan & Dion, 2013), mengatakan

ada 5 tugas pokok keluarga yang dijabarkan, yaitu:


1) Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti orang tua

perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan – perubahan yang

dialami anggota keluarga.

2) Membuat Keputusan Tindakan yang Tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialami, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan.

3) Memberi Perawatan Kepada Anggota yang Sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui keadaan penyakitnya, sifat dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan failitas yang

dibutuhkan untuk perawatan.

4) Mempertahankan Atau Mengusahakan Suasan Rumah Yang Sehat

Ketika modifikasi lingkungan atau menciptkan suasana rumah

yang sehat, keluarga harus mengetahui sumber - sumber yang dimiliki

keluarga, keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan,

pentingnya hygine sanitasi, upaya pencegahan penyakit, sikap atau

pandangan keluarga terhadap hygine sanitasi, kekompakkan antar

anggota keluarga.
Rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air

bersih berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan sampah,

dekat dengan sarana pembersihan, serta berada ditempat dimana air

hujan dan air kotor tidak tergenang. Manfaat rumah sehat adalah akan

terhindar dari berbagai penyakit (terutama penyakit tertular),

menimbulkan suasana nyaman, menciptakan keindahan, keadaan

bersih menimbulkan kebanggan dan kepuasan. Syarat rumah sehat

yaitu halaman rumah harus selalu bersih ruang cukup luas dan tidak

padat penghuninya, kamar harus berjendela, sinar matahari yang dapat

masuk keruangan, idealnya cahya masuk sekurang - kurangnya adalah

10% dari luas lantai yang terdapat didalam ruangan rumah, tersedia air

bersih, ada jamban keluarga, ada septiktank (10 meter atau lebih besar

dan sumber air), dinding dan lantai kering (tidak lembab).

Dimanapun tidak terdapat jentik–jentik nyamuk, banjir

penyebab jalan rusak, suasana tidak nyaman dirumah, lingkungan

kamar, tembok yang lembab dan basah dapat menurunkan daya tahan

tubuh terutama yang menderita rematik dan radang pernafasan,

(Mubarak & Chayatin, 2009).

5) Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Ada Dimasyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas keshatan, keluarga harus

mengetahui kebradaan fasilitas keluarga, keuntungan – keuntungan


yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, pengalaman yang kurang baik

terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada

terjangkau oleh keluarga.

2. Konsep Dasar Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi merupakan tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg

dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang

dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan

ini dikategorikan sebagai primer / esensial (hampir 90% dari semua

kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat kondisi patologi yang

dapat dikenali (Marilynn E. Doenges, dkk, 2012).

b. Klasifikasi

Menurut ( NANDA NIC-NOC (2015) hipertensi dapat diklasifikasikan

berdasarkan penyebab yang tidak diketahui dan diketahui :

1) Hipertensi esensial (primer)

Sembilan puluh persen penderita hipertensi mengalami hipertensi

esensial (primer). Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak

diketahui penyebabnya. Beberapa factor yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi esensial, yaitu factor genetik, stress dan

psikologis, faktor lingkungan, dan diet (peningkatan penggunaan

garam dan berkurangnya asupan kalium dan kalsium).

2) Hipertensi sekunder
Penyebab dan patofisiologi hipertensi sekunder dapat diketahui

dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan

penggunaan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder

diantaranya berupa penggunaan esterogen, penyakit ginjal,

sindrom cushing dan hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan

yang berhubungan dengan kehamilan seperti kontrasepsi oral dan

kortikostiroid.
Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi menurut Andra Safeti

Wijaya dan Yessie Mariza, (2013)

Tabel 1.1

Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan JNC VII

Derajat Tekanan sistolik Tekanan diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi derajat I 140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat II ≥160 Atau ≥100


Table1. 2

Klasifikasi Hipertensi Menurut European Society of Cardiology

Kategori Tekanan Tekanan

sistolik

(mmHg)

Optimal >20 Dan <80

Normal 120-129 Dan/atau 80-85

Normal tinggi 130-139 Dan/atau 85-59

Hipertensi derajat 140-159 Dan/atau 90-99

Hipertensi derajat 160-179 Dan/atau 100-109

II

Hipertensi derajat ≥180 Dan/atau ≥110

III

Hipertensi ≥190 Dan <90


sistolik terisolasi

c. Etiologi

Menurut Wajan Juni Udjianti, 2013. Sekitar 90% hipertensi

dengan penyebab yang belum diketahui pasti disebut dengan

hipertensi primer dan hipertensi esensial, sedangkan 7%

disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan

3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi

hormonal dan penyebab lain. Etiologi yang pasti dari

hipertensi esensial belum diketahui. Efek awal diperkirakan

pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh

ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana

ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium

normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat

meningkatkan volume cairan dan curah jantung. Pembuluh

darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui

kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah

tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang


kemudian dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai

suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer

Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya

hipertensi sekunder :

1) Pengunaan kontrasepsi hormonal (esterogen)

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan

hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated

volume expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi,

tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.

2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder.

Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan

satu atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa

darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arterirenal pada klien

dengan hipertensi.

3) Gangguan endokrin

Disfungsi mendula adrenal atau korteks adrenal dapat

menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated

hypertension di sebabkan kelebihan primer aldosterone,

kortisol, dan katekolamin. Pada sindrom cushing, kelebihan

glukokortikoid yang diekskresi dari korteks adrenal.


Sindrom cushing mungkin disebabkan oleh hiperplasi

adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.

4) Coarctation aorta

Penyempitan aorta kongential yang mungkin terjadi

beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.

Penyempitan menghambatan aliran darah melalui lengkung

aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

5) Neurogenik

6) Kehamilan

7) Luka bakar

8) Peningkatan volume intravascular

9) Merokok

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitis

miokardial, peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan

vasokontriksi, yang mana pada akhirnya meningkatkan

tekanan darah.

d. Patofisiologi

Menurut Arif Mutaqqin (2014) Pengaturan tekanan arteri meliputi

kontrol sistem pernafasan yang kompleks dan hormonal yang saling

berhubungan satu sama lain dalam memengaruhi curah jantung. Curah


jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung.

Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor pada

sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke

pusat saraf simpatis di medulla. Sehingga bangkit dan menghambat

pusat simpatis. Renin diproduksi oleh ginjal ketika aliran darah ke

ginjal menurun, akibatnya terbentuklah angiontensin I, yang akan

berubah menjadi angiontensin II. Angiontensin II meningkatkan

tekanan darah dengan mengakibatkan kontraksi lansgung pada ateriol.

Respon tersebut meningkatkan volume cairan ekstraseluler, yang pada

gilirannya meningkatkan aliran darah yang kembali ke jantung,

sehingga meningkatkan volume sekuncup dan curah jantung. Untuk

meningkatkan curah jantung, sistem saraf simpatis akan merangsang

jantung untuk berdenyut lebih cepat, juga meningkatkan volume

sekuncup dengan cara membuat vasokontriksi selektif pada organ

perifer, sehingga darah kejantung kembali lebih banyak. Perubahan

tersebut terjadi dalam organ seluruh tubuh, termasuk jantung,

mumgkin akibat berkurangnya pasokan darah ke miokardium. Untuk

memompa darah, jantung harus bekerja keras untuk mengatasi tekanan

balik muara aorta. Akibat beban kerja ini, otot ventrikel kiri

mengalami hipertrofi atau membesar. Terjadilah dilatasi dan

pembesaran jantung. Saat istirahat, respon kompensasi tersebut

mungkin memadai, namun dalam keadaan pembebanan, jantung tidak


mampu memenuhi kebutuhan tubuh, orang tersebut menjadi cepat

lelah dan napasnya pendek. Gangguan awal yang menyebabkan

kenaikan tahanan perifer biasanya tidak diketahui, seperti pada kasus

hipertensi primer atau esensial, meskipun ada beberapa agen yang

diduga sebagai penyebab. Mekanisme patologis yang terjadi adalah

hipoksia akibat kegagalan sistem transportasi darah.

Hipertensi merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan

peningkatan tahanan perifer. Hal ini menyebabkan penambahan beban

jantung (afterload) sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kiri sebagai

proses kompensasi adaptasi. Hipertrofi ventrikel kiri ialah suatu

keadaan yang menggambarkan penebalan dinding dan penambahan

masa ventrikel kiri. Selain pertumbuhan miosit dijumpai juga

penambahan struktur kolagen berupa fibrosis pada jaringan intertestial

dan perivaskuler fibrosis reaktif coroner intramiokardial.

e. Manifestasi klinis

Menurut Smeltzer, dkk. (2010) (dalam Majid, 2017)

Pemeriksaaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain

teakanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan

perubahan pada retina, seperti perdarahan, penyemoitan

pembuluh darah, eskudat (kumpulan cairan) dan edema pupil

(edema pada diskus optikus)


Penderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai

bertahun-tahun. Gejala menunjukan adanya kerusakan

vascular, dengan manifestasi yang sesuai sistem organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah. Perubahan patologis pada

ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan

urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen

urea darah (BUN) dan kreatinin). Pembuluh darah otak

mungkin terjadi (stroke atau serangan iskemik transien)

misalnya, alterasi pengelihatan dan penuturan (speech), pusing,

lemah, jatuh mendadak, hemiplegia. Sebagian besar gejala

klinis yang timbul, yaitu :

a. Pemeriksaan fisik mungkin tidak menunjukkan kelainan

selain tekanan darah tinggi.

b. Perubahan retina dengan pertahanan, eksudat, arteriol yang

menyempit, dan bintik kapas-wol (infark kecil), dan

papilledema dapat dilihat pada hipertensi berat.

c. Gejala biasanya menunjukkan kerusakan vascular

berhubungan dengan sistem organ yang difalsilitasi oleh

pembuluh yang terlibat.

d. Penyakit arteri coroner dengan angina atau infark miokard

adalah konsekuensi yang paling umum.


e. Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi ; gagal jantung bisa

terjadi

f. Perubahan patologis dapat terjadi pada ginjal (nokturia dan

peningkatan kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) dan

kreatinin).

g. Keterlibatan serebrovaskular (serangan iskemik dan

transien iskemik [TIA] [yaitu, perubahan dalam

pengelihatan atau ucapan, pusing, kelemahan, pingsan tiba-

tiba, atau hemiplegia sementara atau permanen]).

f. Pemeriksaan diagnostik

Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein

dalam urine dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi

ketidakmampuan mengonsentrasi urine dan peningkatan nitrogen urea

darah. Pemeriksaan seperti renogram, pielogram intravena,

anteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah, dan penentuan

kadar urine dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit

renovaskuler. Factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi

menurut( Arif Muttaqin, 2014).

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan moralitas dengan mencapai dan


mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas

setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya

perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi menurut

( Arif Mutaqqin, 2014).

3. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Dengan Nyeri

a. Pengkajian

Pengakajian merupakan proses pengkajian pengumpulan informasi

yang berkesinambungan, dianalisa dan dinterpretasikan serta

diidentifikasikan secara mendalam.

1) Pengumpulan Data

(Padila, 2013) sumber informasi dari tahapan pengumpulan data

dapat menggunakan metode wawancara, observasi, pemeriksaan

fsisik.

Hal – hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian

keluarga adalah:

a) Data umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:

1) Identitas kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan KK

4) Pendidikan KK
5) Komposis dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa

8) Agama

9) Status Sosial Ekonomi Keluarga

10) Aktivitas Rekreasi Keluarga

b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti

4) Riwayat keluarga sebelumnya

c) Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas

3) Mobilitas geografis keluarga

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

d) Struktur keluarga

1) System penduduk keluarga

2) Genogram keluarga

3) Pola komunikasi keluarga

4) Struktur kekuatan keluarga

5) Struktur peran
6) Nilai atau norma keluarga

e) Fungsi Keluarga

1) Fungsi efektif

2) Fungsi sosialisasi

3) Fungsi keperawatan kesehatan

f) Stress dan Koping Keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi disfungsional

g) Pemeriksaan Fisik

h) Harapan Keluarga

b. Diagnosa

1) Analisa data

Setelah diberikan pengumpulan data, segera dilakukan analisa

yaitu dengan mengkaitakan data dan menghubungkan dengan

konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan

dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluaga

(Dion & Beta, 2013).

Cara analisa data adalah:


a) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang dikumpulkan

dalam pengkajian.

b) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial

dan spiritual.

c) Membandingkan dengan standart

d) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.

e) Data dibagi dalam data subyektif (ungkapan) dan obyektif

(data yang dapat diuji kebenarannya melalui observasi, pemfis,

dll).

2) Rumusan masalah

Langkah berikutnya setelah analisa data adalah perumusan.

Perumusan masalah dalam keperawatan keluarga dapat diharapkan

kepada sasaran kita baik individu maupun keluarga (Dion & Beta,

2013).

3) Skoring

Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria meliputi (Dion &

Beta, 2013).

a) Sifat masalah yang dikelompokan menjadi actual, resiko, dan

potensial
b) Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kebersihan untuk

mengurangi masalah atau mencegah masalah bisa dilakukan

interevensi keperawatan dan kesehatan.

c) Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya

masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atai dicegah

melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.

d) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan

mengatasi masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk

diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.

Dalam menentukan prioritas diagnose keperawatan

keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala

prioritas (skala Baylon dan Maglaya, 1978) sebagai berikut:

Skoring Masalah Keperawatan

Tabel 2.3
No Kriteria Skor Bobot

1 2 3 4

1. Sifat masalah

Skala:

a. Aktual 3 1

b. Resiko 2

c. Potensial 1

2. Kemungkinan masalah

dapat diubah

Skala:
2 2
a. Dengan mudah
1
b. Hanya sebagian
0
c. Tidak dapat

3. Potensial masalah untuk

dicegah

Skala:
3 1
a. Tinggi
2
b. Cukup
1
c. Rendah

4. Menonjolnya masalah
Skala:

a. Masalah berat 2 1

b. harus ditangani 1

c. Masalah tidak 0

perlu segera

ditangani

d. Masalah tidak

dirasakan

TOTAL 5

Bylon dan Maglaya (1978)

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat diprioritaskan suatu masalah, masing-

masing masalah keperawatan diskoring terlebih dahulu kemudian dari hasil skoring

tersebut dijumlahkan nilainya, adapun rumusan untuk mendapat nilai skoring tersebut

adalah:

Skor

X Bobot

Nilai tertinggi
Keterangan:

a) Tentukan skor untuk setiap kriteria

b) Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

c) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

d) Skor tertinggi adalah 5 = seluruh.

4) Diagnosa keperawatan

Diagnose keperawatan keluarga menurut (Carpenito, 2013) adalah sebagai

berikut:

a) Diagnose keperawatan keluarga pada masalah lingkungan

(1) Hambatan pemeliharaan rumah

(2) Risiko terhadap cedera

(3) Risiko terjadinya infeksi

b) Diagnose keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi

(1) Komunikasi keluarga disfungsional

c) Diagnose keperawatan keluarga pada masalah struktur peran

(1) Bentuk disfungsional

(2) Konflik peran orang tua

d) Diagnose keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif

(1) Ketidak mampuan menjadi orang tua


(2) Risiko terhadap tindakan kekerasan

e) Diagnose pada fungsional

(1) Prilaku mencari fasilitas kesehatan

(2) Defisiensi pengetahuan

f) Diagnose keperawatan keluarga pada fungsi perawatan kesehatan

(1) Penatalaksanaan program terapeutik yang tidak efektif

(2) Ketidakefektifan keluarga dalam penatalaksanaan kesehatan diri

(3) Ketidakefektifan individu dalam penatalaksanaan kesehatan diri

g) Diagnose keperawatan pada masalah koping

(1) Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga

(2) Ketidak mampuan koping keluarga

c. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian dari fase perorganisasian dalam proses keperawatan

keluarga meliputi penentuan tujuan perawatan (jamgka panjang dan jangka

pendek), penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan

mengatasi masalah keluarga (Dion & Beta, 2013).

Adapun tahap-tahap dalam penyusunan perencanaan:

1) Penetapan tujuan

Adalah hasil ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnose keperawatan

keluarga.
2) Rencana keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada keluarga

yang dilaksanakan oleh perawat, yang ditunjukan kepada kegiatan yang

berhubungan dengan promosi, mempertahankan kesehatan keluarga.

d. Penatalaksanaan

Menurut (Padila, 2012) pelaksanaan atau implementasi adalah

serangkaian tindakan perawat pada keluarga berdasarkan perencanaan yang

telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini perawat yang

mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan

secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan

kesehatan dirumah.

e. Evaluasi

Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara oprasional dengan

tahapan sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan

formatif dilakukan pada proses akhir (Dion & Beta, 2013).

1) Evaluasi sumatif

Evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan

perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami

keluarga. Format yang dipakai adalah SOAP.

a) S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara

subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan.
b) O adalah keadaan obyektif yang dapat didefinisikan oleh

perawat menggunakan pengamatan yang obyektif setelah

informasi.

c) A adalah analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif

dan obyektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan

standar yang telah ditemukan mengacu pada rencana

keperawatan keluarga.

d) P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisis.

2) Evaluasi formatif

Evaluasi ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan

yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan di antara keduanya,

mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau

kembali, agar didapat data – data, masalah atau rencana yang perlu

dimodifikasi.

4.

Anda mungkin juga menyukai