Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS BATAM

FAKULTAS EKONOMI
SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Mata Kuliah : Economics Theory Nama : Franlis W


DosenPengasuh : Andi M. Lutfi, SE, Msi. Npm : 21121022
Prodi : Management & Accountancy Prodi : Management

Assignments 7 : QUIZ TRADING ECONOMY 22

A. Quiz Pilihan
Quiz 02-G
Selama 5 tahun terakhir ini, dapatkah dikatakan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia selalu lebih rendah
dibandingkan dengan di China ? Bila memang terjadi demikian, kemukakan kemungkinan alasannya?

Jawab :
Ekonomi Cina menunjukkan tanda-tanda yang semakin suram. Kinerja konsumsi dan manufaktur di ekonomi
terbesar kedua dunia ini turun pada Juli. Tingkat pengangguran kaum muda bahkan mencetak rekor tertinggi.
Tingkat pengangguran perkotaan China yang disurvei membukukan 5,5% pada Oktober 2022, tidak berubah dari
bulan sebelumnya karena pasar tenaga kerja negara itu secara umum tetap stabil selama periode tersebut.
Tingkat pengangguran yang disurvei penduduk dengan pendaftaran rumah tangga setempat adalah 5,4% dan
penduduk dengan pendaftaran rumah tangga non-lokal adalah 5,7%, di mana tingkat pengangguran penduduk
dengan pendaftaran rumah tangga pertanian non-lokal adalah sebesar 5,5%. Secara khusus, tingkat
pengangguran yang disurvei dari penduduk berusia 16 hingga 24 tahun dan dari 25 hingga 59 tahun masing-
masing adalah 17,9% dan 4,7%, keduanya sama dengan bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran yang disurvei
perkotaan di 31 kota besar adalah 6,0%. Karyawan perusahaan bekerja rata-rata 47,9 jam per minggu.

Jika kita bandingkan dengan Indonesia, maka tingkat pengangguran di China akan relatif lebih tinggi. Dan
mencapai tertinggi di tahun 2020 yaitu sebesar 6.3%.

Beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi di China, antara lain :
- Indikator perekonomian yang memburuk ini terjadi di tengah ambruknya sektor properti dan pembatasan
ketat yang dilakukan pemerintah Cina untuk mengontrol Covid-19.
- Penurunan penjualan ritel, antara lain terjadi pada kategori katering, furnitur, dan terkait konstruksi.
UNIVERSITAS BATAM
FAKULTAS EKONOMI
SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
- Investasi aset tetap untuk tujuh bulan pertama tahun ini naik 5,7% dari tahun lalu, meleset dari ekspektasi
sebesar 6,2%. Investasi di sektor real estate anjlok, sedangkan investasi ke sektor manufaktur tumbuh
melambat. Di sisi lain, investasi ke sektor infrastruktur naik pada kecepatan yang sedikit lebih cepat di pada
Juli daripada Juni. Data investasi aset tetap hanya dirilis secara year to date.

Beberapa teory yang berhubungan :


1. The Shutdown Rule
The Shutdown Rule adalah salah satu pembahasan dalam teori biaya produksi yang membahas mengenai
kapan sebuah bisnis harus ditutup/dihentikan. Setiap perusahaan tentu menginginkan keuntungan. Tapi
sayangnya, dalam bisnis bisa juga merugi. Khusus mengenai kapan bisnisnya harus dihentikan, dibahas dalam
pembahasan mengenai shutdown point.
Shutdown point adalah titik terendah pada kurva biaya variabel rata-rata (average variable cost). Ketika harga
turun dibawah titik minimal pada kurva AVC, penerimaan total (total revenue) yang didapat tidak akan cukup
untuk menutupi biaya variabel dan perusahaan akan menutup bisnisnya dan menanggung kerugian setara
dengan biaya tetapnya.

Pada kurva diatas kita dapat melihat bahwa shutdown point terletak pada titik A. Sesuai dengan definisi
diatas yang menjelaskan bahwa shutdown point adalah titik terendah kurva AVC. Dan posisi titik A
merupakan titik terendah dari kurva AVC. Pada ilustrasi kurva diatas bahwa harga pasar sebesar P1. Pada
saat ini AVC minimum berada pada harga pasar. Titik ini menjadi titik batas apakah perusahaan harus tetap
mengoperasikan perusahaannya atau tidak.
Perusahaan untuk mengoperasikan bisnisnya membutuhkan biaya variabel. Biaya variabel muncul sebagai
biaya memproduksi barang dan jasa yang disesuaikan dengan jumlah outputnya. Secara rata-rata, biaya
variabel dibagikan dengan jumlah output akan menjadi biaya variabel rata-rata. Shutdown point
menunjukkan titik terendah biaya variabel rat-rata dan oleh karenanya menjadi penentu apakah bisnis harus
masih dijalankan atau ditutup. Titik inilah yang dijadikan sebagai shutdown point.

2. Lewis Turning Points


Teori Perubahan Struktural Lewis atau juga dikenal sebagai teori ekonomi ganda, adalah teori yang
menjelaskan pertumbuhan negara berkemang dalam hal mekanisme transisi ekonomi terbelakang, dari yang
semula menitikberatkan ke struktur ekonomi pertanian subsisten tradisional ke ekonomi manufaktur barang
dan jasa yang lebih modern, lebih urban dan lebih beragam secara industri. Lewis merancang structural
change theory untuk beroperasi di dua sektor, sektor pertanian tradisional, dan sektor industri perkotaan
yang jauh lebih kecil dan juga lebih modern. Salah satu teori ekonomi pembangunan yang sangat populer
adalah Structural-change model atau model perubahan struktural dua sektor milik W.A Lewis, peraih nobel
ekonomi tahun 1979. Teori pembangunan struktural dirumuskan oleh W.A Lewis pada pertengahan 1950-an,
dan kemudian disempurnakan oleh John Fei dan Gustav Raniv. Pada dasarnya, teori perubahan struktural
berfokus pada mekanisme yang mengubah struktue ekonomi domestic yang semula menekankan pertanian
tradisional ke ekonomi manifaktur yang lebih modern. Hal tersebut bertujuan untuk mentransformasi
ekonomi yang semula terbelakang ke bantuk lebih modern.
UNIVERSITAS BATAM
FAKULTAS EKONOMI
SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Lewis membuat dua asumsi tentang sektor tradisional. Pertama, adalah adanya surplus tenaga kerja yang
berarti MPLA sama dengan nol, dan kedua, seluruh pekerja di wilayah desa berbagi sama dalam output
sehingga upah riil wilayah desa ditentukan oleh rata-rata dan bukan produk marjinal tenaga kerja (seperti yang
akan terjadi di sektor modern). Sektor Pertanian tradisional memiliki ciri lahan yang terbatas dan,hasil
pertanian seperti tanaman, biji-bijian, yang juga terbatas. Padahal dapat dilihat bahwa ada pasokan tenaga
kerja yang tidak terbatas dengan produktivitas marjinal yang rendah atau bahkan nol dari tenaga kerja
tambahan. Upah pada tingkat ini dinilai pada tingkat subsisten. Dalam artian, produktivitas tenaga kerja
marjinal nol, yaitu situasi yang oleh Lewis diklasifikasikan sebagai surplus labour dalam arti bahwa hal itu dapat
ditarik dari sektor pertanian tradisional tanpa kehilangan output.
Sementara Sektor modern, manufaktur atau industry merupakan pengembangan dari sektor tradisional.
Sektor modern memiliki sifat yang ekspansif,Motif utama di sektor ini adalah untuk memaksimalkan
keuntungan dengan membebankan harga yang lebih tinggi dari upah yang ditetapkan. Ini berfokus pada lebih
banyak keuntungan dan upah yang lebih tinggi. Upah yang disediakan di sektor ini lebih tinggi daripada yang
disediakan di sektor pertanian. Akibatnya, ini berfungsi sebagai insentif bagi tenaga kerja untuk bermigrasi dari
sektor pertanian ke sektor industri.
Kita dapat melihat gambar diatas untuk mengilustrasikan proses pembangunan struktural. Proses
pertumbuhan sektor modern yang mandiri dan peluasan pangsa pasar tenaga kerja akan diasumsikan berlanjut
hingga akhirnya akan terjadi surplus labor pada semua pekerja pedesaan yang diserap oleh sektor industry
baru. Proses tersebut akan terus berlanjut hingga labor tambahan dapat ditarik dari sektor pertanian yang
berakibat pada hilangnya biaya produksi pangan karena penurunan rasio labor terhadap lahan, hal tersebut
dapat diartikan bahwa produk tenaga kerja di pedesaan tidak lagi nol.
Teori ini dikenal sebagai "Lewis turning point.", supply tenaga kerja menjadi miring positif karena upah dan
lapangan kerja sektor modern terus tumbuh. Akhirnya, keseimbangan kegiatan ekonomi bergeser dari
pertanian pedesaan tradisional ke industri perkotaan modern, dengan kata lain, transformasi struktural
ekonomi akan tejadi.

3. Marxian Labor Theory of Value


Labour Theory of Value atau Teori Nilai Tenaga Kerja adalah teori yang menjelaskan bahwa nilai barang dan
jasa bergantung pada nilai tenaga kerja yang memproduksinya, tanpa mempertimbangkan nilai bahan
mentah yang digunakan atau biaya modal. Ini adalah teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dan Ricardo,
serta Karl Marx.
Menurut Karl Marx : "Kita melihat kemudian bahwa apa yang menentukan besarnya nilai suatu objek adalah
jumlah tenaga kerja yang diperlukan secara sosial, atau waktu tenaga kerja yang diperlukan secara sosial
(socially necessary) untuk produksinya". Pandangan Marx sedikit berbeda dengan yang lain karena ia
menggunakan istilah socially necessary yang menilai kerja bukan dari individu, tetapi dari rata-rata kumpulan
individu. Marx sebenarnya tidak secara eksplisit menyebutkan teori nilai kerja karena pokok pikirannya adalah
hukum nilai dari komoditas (law of the value of commodities) atau disingkat hukum nilai (law of value) saja.
Dari pikiran Marx ini kemudian muncul dua konsep nilai, yaitu konsep nilai guna/pakai dan konsep nilai tukar
yang terpisah. Meskipun sebenarnya konsep ini juga telah dijelaskan oleh Adam Smith secara singkat, tetapi
Marx-lah yang membahas dengan lebih terperinci.

Anda mungkin juga menyukai