Anda di halaman 1dari 14

43

5 Kegiatan Belajar
TEORI KEYNES: PASAR BARANG

A. PENDAHULUAN

a. Pengantar
Pada sesi/pertemuan kelima ini akan dibahas mengenai teori ekonomi makro Keynes
(ekonom dari Universitas Cambridge di Inggris) yang menerbitkan buku berjudul “The
General Theory of Employment, Interest and Money” tahun 1937. Teori Keynes ini
lahir sebagai jawaban atas hipotesis ekonomi klasik yang buyar karena depresi yang
berkepanjangan. Secara rinci materi pembahasannya meliputi:
a. Dasar filsafat teori Keynes
b. Pasar barang
c. Permintaan agregat atau pengeluaran agregat
d. Propensity to consume dan propensity to save
e. Tingkat bunga dan marginal efficiency of capital
f. Pengeluaran pemerintah

Pemahaman materi di atas sangat bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan dan


pemahaman anda mengenai perkembangan teori ekonomi makro, sehingga memudahkan
anda dalam mengikuti sajian berikutnya.

b. Kompetensi Yang Ingin Dicapai


Setelah mempelajari dengan baik materi pertemuan kelima ini, mahasiswa
diharapkan memiliki kompetensi dapat :
1. menjelaskan dasar filsafat teori Keynes.
2. menyebutkan dua kemungkinan yang terjadi di Pasar Barang.
3. menyebutkan pengertian permintaan agregat
4. menyebutkan penawaran agregat
5. menyebutkan tiga unsur yang mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat
6. menjelaskan faktor penentu dari permintaan efektif terhadap barang-barang
konsumsi.
7. menjelaskan perbedaan antara marginal propensity to consume (MPC) dengan
average propensity to comsume (APC).
44

8. menjelaskan faktor penentu dari permintaan efektif dari sektor produsen untuk
investasi.
9. menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapkan (marginal efficiency of capital).
10. menyebutkan dua faktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah.

B. PENYAJIAN

5.1 DASAR FILSAFAT TEORI KEYNES


Menghadapi masalah depresi dan pengangguran yang begitu hebat, kaum sosialis di
negara-negara Barat mengatakan bahwa kesalahannya terletak pada system perekonomian
itu sendiri, yaitu sistem laissez faire atau liberalisme atau kapitalisme. Selama kita masih
mempercayakan pengelolaan perekonomian kita pada produsen swasta yang per definisi
hanya bertujuan mengejar keuntungan mereka pribadi, maka depresi, pengangguran dan
juga inflasi akan tetap menjadi penyakit perekonomian yang menghantui kita dari waktu
ke waktu.
Keynes ada pada posisi yang unik dalam sejarah pemikiran ekonomi Barat, karena
pada saat-saat krisis ideologi semacam itu ia bisa menawarkan suatu pemecahan yang
merupakan “jalan tengah”.
Keynes mengatakan bahwa untuk menolong sistem perekonomian negara-negara
tersebut, orang harus bersedia meninggalkan ideologi laissez faire yang murni yang
terkandung dalam pemikiran Klasik. Tidak bisa tidak, demikian Keynes, pemerintah
harus melakukan lebih banyak campur tangan yang aktif dalam mengendalikan
perekonomian nasional.
Keynes berpendapat bahwa kegiatan produksi, dan pemilikan faktor-faktor produksi,
masih tetap bisa dipercayakan kepada pengusaha-pengusaha swasta, tetapi sekarang
pemerintah wajib melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang aktif untuk
mempengaruhi gerak perekonomian. Keynes tidak percaya akan kekuatan hakiki dari
sistem laissez faire untuk mengkoreksi diri sendiri, yaitu untuk kembali pada posisi “full
employment” secara otomatis. Full employment merupakan sesuatu yang hanya bisa
dicapai dengan tindakan-tindakan terencana, dan bukan sesuatu yang akan datang dengan
sendirinya. Inilah inti dari ideologi Keynesianisme.
45

5.2 PASAR BARANG


Kemungkinan kelebihan produksi. Keynes menolak Hukum Say. Menurut Keynes
kelebihan produsi secara umum bisa terjadi. Kelebihan permintaan ini terjadi bila
permintaan masyarakat akan barang-barang/jasa tidak cukup kuat. Demand yang ada
tidak cukup untuk menyerap supply yang ditawarkan. Bagaimana ini bisa terjadi?

Pada dasarya Keynes masih bisa menerima pendapat Say bahwa setiap proses
produksi mempunyai akibat ganda, yaitu menghasilkan output dan menghasilkan
penghasilan kepada masyarakat sebesar nilai output tersebut. Dengan demikian pada
suatu waktu tertentu daya beli memang tersedia dalam jumlah yang cukup di masyarakat
untuk “membeli” barang/jasa yang diproduksikan. Tetapi daya beli yang dimilki oleh
masyarakat tersebut tidak selalu harus sama dengan daya beli yang betul-betul
dibelanjakan oleh masyarakat di pasar barang.
Dengan kata lain, sebagian dari daya beli tersebut mungkin betul-betul diterjemahkan
menjadi permintaan efektif di pasar barang. Tetapi sebagian lain dari daya beli tersebut
mungkin akan ditabung oleh masyarakat. Menabung tidak menambah permintaan efektif.
Di sinilah Keynes berbeda dengan Say. Say mengatakan bahwa seluruh penghasilan
tersebut akhirnya akan diterjemahkan menjadi permintaan efektif, jadi tidak akan ada
kekurangan permintaan efektif, atau tidak mungkin ada kelebihan produksi secara
menyeluruh.

Kemungkinan kekurangan produksi. Keadaan sebaliknya, yaitu kekurangan


produksi secara umum juga mungkin terjadi. Kalau para produsen ternyata memutuskan
untuk melakukan investasi dalam jumlah yang lebih besar daripada daya beli yang
ditabung oleh masyarakat, maka permintaan efektif (oleh sektor rumah tangga dan sektor
produsen) di pasar barang menjadi terlalu besar dibanding dengan nilai output yang
tersedia di pasar. Yang perlu diingat di sini adalah bahwa besar kecilnya permintaan
efektif (total) sangat tergantung pada keputusan para konsumen (rumah tangga)
mengenai besar pengeluaran konsumsinya dan keputusan para produsen mengenai
besarnya investasi yang mereka ingin laksanakan dalam periode tersebut.

Mengenai keputusan pengeluaran konsumsi rumah-tangga, Keynes berpendapat


bahwa keputusan tersebut cukup stabil dan biasanya hanya berubah apabila tingkat
pendapatan rumah-tangga berubah. Menurut dia (dan ini memang didukung oleh
kenyataan), yang sulit diterka adalah perilaku produsen dalam pengeluaran investasinya.
Oleh sebab itu, dalam praktek, gejolak pengeluaran investasi inilah yang sangat
menentukan gejolak GDP (dan kesempatan kerja).
46

5.3 PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT


Untuk lebih jelasnya, kita anggap saja untuk sementara bahwa perekonomian kita
adalah perekonomian tertutup (yaitu tidak melakukan transaksi dengan luar negeri) dan
mempunyai sebuah pemerintahan yang ikut “berbelanja” di pasar barang.
Permintaan agregat adalah suatu daftar (schedule) dari keseluruhan jumlah barang
dan jasa yang ingin dibeli oleh sektor-sektor ekonomi (rumah tangga, perusahaan,
pemerintah dan sektor luar negeri) pada berbagai tingkat harga. Sedangkan penawaran
agregat adalah daftar (schedule) dari keseluruhan jumlah barang dan jasa yang ingin
ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan pada berbagai tingkat harga (Suyuthi, 1989).
Menurut Boediono (2001) Permintaan agregat (aggregat demand) atau (dalam
perekonomian tertutup) sama saja dengan pengeluaran agregat (aggregate expenditure)
dari masyarakat secara keseluruhan, yang kita sebut Z, terdiri dari tiga unsur: (a)
permintaan efektif dari rumah tangga akan barang-barang konsumsi (disebut C), (b)
permintaan efektif dari sektor produsen unutk investasi (disebut I); dan (c) permintaan
efektif dari pemerintah (disebut G). Jadi :

Z=C+I+G

Kita lihat sekarang faktor-faktor apa yang menentukan masing-masing unsur


permintaan efektif ini. Kita mulai dengan unsur C, kemudian unsur I dan akhirnya unsur
G. Dengan mempelajari faktor-faktor yang menentukan setiap unsur permintaan efektif,
kita dengan sendirinya bisa mengetahui faktor-faktor apa yang menentukan permintaan
agregat (pengeluaran agregat), yaitu Z.

YANG MENENTUKAN C: PROPENSITY TO CONSUME DAN


PROPENSITY TO SAVE

Kita sebutkan di atas bahwa setiap proses produksi mempunyai akibat ganda. Di satu
pihak, proses tersebut menghasilkan barang/jasa siap untuk dipasarkan (yaitu,
menghasikan supply atau penawaran di pasar barang). Di lain pihak, proses tersebut
sekaligus menghasilkan imbalan-imbalan kepada faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam proses tersebut (yaitu, upah/gaji untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal,
sewa untuk tanah dan sumber-sumber alam, dan keuntungan untuk para pengusaha).
Dengan kata lain, proses produksi menghasilkan pendapatan dalam masyarakat
(yaitu bagi sektor rumah tangga). Selanjutnya pendapatan menimbulkan permintaan
efektif dalam pasar barang, yaitu permintaan efektif untuk barang-barang konsumsi oleh
sektor rumah tangga C.
47

Menurut Keynes (dan ini berlawanan dengan Say), tidak semua dari penghasilan
tersebut akan dibelanjakan untuk barang dan jasa. Misalnya hanya 80%-nya atau 90%-
nya saja, sedangkan sisanya (10%-20%)-nya akan ditabung.

Proses tersebut bisa digambarkan dengan skema berikut ini.

Proses Pengahasilan
produksi rumah tangga (Y) Ditabung (S)

Dibelanjakan di
Supply barang/ pasar barang
jasa (Q)

Melihat situasi pasar Pasar


Produsen barang

Y=Q
Y=C+S
Q>C

Gambar 5.1

Keynes berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai kebiasaan tertentu


mengenai berapa dari pendapatan rumah-tangga yang dibelanjakan untuk barang dan jasa
(C) dan berapa yang ditabung (S). Biasanya untuk negara-negara yang tingkat
penghasilannya tinggi, persentase dari penghasilan yang ditabung makin tinggi, (misalnya
30%-40% atau 0,3-0,4) atau dengan lain kata persentase dari penghasilannya yang
dibelanjakan relatif rendah, yaitu 60%-70% (0,6-0,7). Sebaliknya persentase yang
ditabung biasanya kecil bagi negara yang tingkat penghasilannya belum tinggi (negara-
negara sedang berkembang), mungkin sekitar 5%-10% (0,05-01) atau, persentase
penghasilan yang dibelanjakan adalah tinggi, sekitar 90-95% (0,9-0,95).
Ini tentunya sesuai dengan pengalaman yang bisa kita lihat sehari-hari, bahwa
semakin besar penghasilan seseorang, semakin besar bagian dari penghasilan yang bisa
disisihkan untuk ditabung tanpa ia harus menderita kekurangan makanan/pakaian dan
sebagainya. Persentase dari penghasilan yang ditabung disuatu masyarakat (0.4, 0.3, 0.1,
0.05 atau angka-angka lain) menunjukkan perilaku sektor rumah-tangga secara
keseluruhan dalam mengalokasikan penghasilan mereka. Persentase ini disebut dengan
istilah propensity to save (kecenderungan untuk menabung) dari masyarakat tersebut.
Sedang persentase dari penghasilan yang dibelanjakan disebut propensity to consume
(kecenderungan untuk berkonsumsi).
48

Jadi propensity to consume atau fungsi konsumsi adalah daftar yang menunjukkan
hubungan antara konsumsi dengan pendapatan. Sedangkan propensity to save atau fungsi
tabungan adalah daftar yang menunjukkan hubungan antara besarnya tabungan dengan
pendapatan (Suyuthi, 1989).

Kalau s, adalah propensity to save, dan c propensity to consume, maka :

S = sY
C = cY
C + S = cY + sY = (c + s)Y = Y, sehingga:
c +s=1

Yang perlu selalu diingat adalah bahwa s bukan pengeluaran jadi bukan merupakan
bagian permintaan efektif !

Untuk menggambarkan perilaku makro dari sektor rumah tangga (konsumen) di suatu
negara (atau daerah), ekonom bisa menggunakan salah satu dari kedua fungsi diatas, yaitu
C = cY atau S = sY, sebab fungsi yang satu bisa diperoleh dari fungsi yang lain melalui
persamaan identitas C + S = Y. Fungsi yang pertama, C = cY, disebut fungsi konsumsi
(consumption function), sedang fungsi yang kedua, S = sY, disebut fungsi tabungan
(saving function).
Ada berbagai versi fungsi konsumsi yang diajukan oleh para ekonom (sering dengan
memasukkan variabel-variabel lain selain Y, seperti misalnya, kekayaan, indeks distribusi
pendapatan dan sebagainya). Bentuk fungsi konsumsi di atas adalah yang paling
sederhana. Bentuk yang sederhana lainnya adalah C = a + cY (di buku lain ditulis C = a
+ b Y), di mana a menunjukkan tingkat pengeluaran konsumsi minimal (dalam buku lain
disebut konsumsi otonom atau besarnya konsumsi pada saat pendapatan sama dengan
nol), c adalah besarnya tambahan konsumsi yang disebabkan karena tambahan
pendapatan, dan Y adalah Pendapatan.

Karena tabungan (S) tidak lain dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, maka:

S=Y–C
Jika C = a + cY, maka S = Y – (a + cY) = Y – a – cY = -a + (1-c)Y

Bentuk seperti ini sering ditafsirkan sebagai fungsi konsumsi jangka pendek, karena:

a. pengeluaran konsumsi minimal, yaitu a, hanya bisa dibiayai dengan jalan


menggunakan kekayaan/tabungan yang telah dikumpulkan konsumen dalam
tahun-tahun sebelumnya dan cara membayar dengan “memakan kapital” semacam
ini tak bisa dilakukan terus-menerus (sampai jangka panjang) karena kekayaan
akhirnya akan habis.
49

b. bentuk fungsi seperti di atas sering diperoleh dari penaksiran yang menggunakan
angka-angka statistik jangka pendek. Bentuk C = cY sering diperoleh dari data
jangka panjang (misalnya, seperti apa yang ditentukan oleh Simon Kuznets
dengan mengunakan data konsumsi dan pendapatan untuk masa 1869-1938 di
Amerika Serikat).

Khusus untuk bentuk konsumsi jangka pendek, C = a + cY, perlu dibedakan dua
macam propensity to consume yaitu:

(a) Marginal propensity to consume (MPC), yang didefinisikan sebagai perubahan


pengeluaran konsumsi yang disebabkan oleh perubahan tingkat pendapatan. Dalam
buku lain disebut Hasrat Konsumsi Marginal, rumusnya:

∆C
atau c;
∆Y

(b) Average propensity to consume (APC), yang didefinisikan sebagai proporsi dari
C a + cY a
penghasilan yang dibelanjakan untuk konsumsi, atau __ = _______
= __
+ c
Y Y Y

Bagi fungsi konsumsi jangka panjang, tentu saja MPC = APC = c.

Bagian dari tambahan pendapatan yang ditabung disebut Marginal Propensity to Save
atau hasrat menabung marginal (MPS), dihitung dengan rumus :

∆C
MPS =
∆Y

Bila tidak ada pajak yang harus dibayar, maka setiap pertambahan pendapatan sebagian
akan digunakan untuk konsumsi dan sisanya untuk ditabung. Karena itu;

MPC + MPS = 1

Hasrat menabung rata-rata (APS = average propensity to save) adalah perbandingan


antara besarnya tabungan yang akan dilakukan pada berbagai tingkat pendapatan tertentu
dengan pendapatan tersebut. Rumusnya adalah :

APS = S
Y
50

Untuk menambah pemahaman anda, isilah APC, APS, MPC dan MPS di bawah ini jika
Y, C, dan S (dalam milyar rupiah) diketahui :

Pendapatan Konsumsi Tabungan APC APS MPC MPS


(Y) (C) (S) C:Y S:Y ∆C: ∆Y ∆S: ∆Y
0 40 -40
50 70 -20
100 100 0
150 130 20
200 160 40
250 190 60

Ada dua hal yang perlu digarisbawahi di sini, sebelum kita meninggalkan uraian
kita mengenai fungsi konsumsi. Yang pertama adalah MPC seharusnya mempunyai nilai
antara 0 dan 1 (jadi tidak bisa lebih besar dari satu atau negatif, karena tidak logis.
Mengapa demikian? Coba pikirkan!). Yang kedua adalah bahwa fungsi konsumsi
menunjukkan perilaku makro dari semua konsumen (sektor rumah tangga) dalam suatu
negara/daerah dan bukannya perilaku konsumen individual seperti dalam fungsi
permintaan mikro. C menunjukkan pengeluaran konsumsi total dinyatakan dalam rupiah
dari masyarakat dan Y adalah pendapatan total dari masyarakat (GDP, GNP, Pendapatan
Nasional atau Disposible Income, tergantung mana yang dianggap lebih cocok untuk
masing-masing negara).

YANG MENENTUKAN I: TINGKAT BUNGA DAN MARGINAL


EFFICIENCY OF CAPITAL

Ivestasi (I) disini adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian
barang-barang/jasa untuk tujuan investasi, yaitu untuk penambahan stok di gudang atau
untuk perluasan pabrik. Apa yang menentukan besar kecilnya pengeluaran untuk
investasi? Apakah kita bisa mengambil analogi dari pengeluaran untuk konsumsi (C), dan
mengatakan bahwa sektor produsenpun berperilaku serupa dengan sektor rumah tangga,
yaitu membelanjakan sebagian dari (atau seluruh) penghasilan mereka, misalnya yang
berupa “keuntungan perusahan”?
Jawab untuk pertayaan ini adalah tidak atau tidak seluruhnya benar. Sektor produsen
(atau sektor perusahaan) berbeda dengan sektor rumah tangga dalam 2 hal yang
menyangkut: (a) macam/tujuan pengeluaran dan (b) kemungkinan-kemungkinan yang
terbuka untuk pembiayaan pengeluaran tersebut.
Mengenai macam dan tujuan pengeluaran, sektor produksi (sektor perusahaan)
membeli barang bukan untuk tujuan konsumsi (seperti sektor rumah tangga), tetapi untuk
tujuan investasi. Ini berarti bahwa barang-barang tersebut dibeli dengan harapan untuk
menghasilkan keuntungan kemudian. Ini selanjutnya berarti bahwa pertimbangan-
51

pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam memutuskan apakah membeli atau
tidak membeli barang-barang/jasa-jasa tersebut adalah harapan dari pengusaha akan
kemungkinan keuntungan yang bisa diperoleh (dengan menjual kemudian barang-barang
tersebut, atau menggunakannya untuk proses produksi). Harapan keuntungan inilah yang
merupakan faktor utama dalam keputusan tersebut. Ini berbeda dengan rumah tangga
yang membeli sesuatu barang atas dasar kebutuhannya.
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan dilaksanakan atau
tidak, tergantung kepada perbandingan antara besarnya keuntungan yang diharapkan
(yang dinyatakan dalam persentase persatuan waktu) di satu pihak dan biaya penggunaan
dana atau tingkat bunga di lain pihak.
Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut dengan istilah
Marginal Efficiency of Capital (MEC).

Secara ringkas:

Bila keuntungan yang diharapkan (MEC) adalah lebih besar daripada tingkat bunga,
maka investasi dilaksanakan.
Bila MEC lebih kecil daripada tingkat bunga, maka investasi tidak dilaksanakan.
Bila MEC = tingkat bunga, maka investasi boleh dilaksanakan boleh tidak bagi mereka
yang memiliki dana.

5.4 PENGELUARAN PEMERINTAH


Yang dimaksud dengan “pengeluaran pemerintah” (G) di sini adalah semua
pembelian barang/jasa yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah-pemerintah
daerah. Satu catatan penting yang perlu diingat di sini adalah mengenai pengertian
“barang/jasa”. Yang dimasukkan ke dalam G hanyalah pembelian barang-barang dan
jasa-jasa yang merupakan produksi tahun yang bersangkutan. Barang-barang (atau jasa-
jasa)yang diproduksikan tahun lampau tetapi dibeli pemerintah tahun ini bukanlah
merupakan bagian dari G tahun ini.
Jadi, seandainya pada tahun 1982 pemerintah membeli mobil buatan tahun 1981,
maka pengeluaran ini tidak masuk dalam G tahun 1982, meskipun jumlah ini tercatat
dalam APBN tahun 1982 sebagai pengeluaran pemerintah. Pembelian barang-barang
bekas atau gedung-gedung lama juga tidak termasuk dalam G.
Selain itu perlu ditekankan bahwa yang dimaksud dengan “barang/jasa” di sini adalah
barang-barang dan jasa-jasa yang merupakan hasil proses produksi. Pembelian tanah oleh
pemerintah, pembayaran gaji pegawai pemerintah, dan sebagainya tidak termasuk di
dalam G, meskipun pengeluaran tersebut tercatat dalam APBN. Sebabnya adalah bahwa
barang/jasa ini bukan hasil produksi, tetapi mereka adalah faktor produksi (tanah, tenaga
kerja). Pengeluaran pemerintah ini dilakukan di pasar faktor produksi, bukan di pasar
barang. Sedangkan G, hanyalah pengeluaran pemerintah di pasar barang.
52

Oleh sebab itu tidak seluruh sisi pengeluaran APBN adalah G. kita harus meneliti pos-
posnya, dan hanya pos-pos yang menyangkut pembelian barang/jasa hasil produksi tahun
yang bersangkutanlah yang bisa dimasukan ke dalam G.
Demikianlah mengenai pengertian dari G itu sendiri. Sekarang kita bertanya: Faktor-
faktor apa yang menentukan besarnya G dalam suatu periode? Dalam buku ini kita hanya
bisa mengatakan bahwa G ditentukan oleh proses yang sama dengan proses yang
menentukan APBN. (Karena memang G adalah bagian dari APBN).

Dalam praktek, APBN ditentukan melalui proses yang komplek dan didasarkan atas
pertimbangan politik-ekonomi dan sosial. Dalam teori makro kita menganggap bahwa G
ditentukan secara “eksogen”, artinya di luar tugas teori ini untuk menjelaskannya. Keynes
sendiri menganggap bahwa justru melalui G inilah pemerintah bisa mempengaruhi
permintaan agregat, situasi makro suatu negara. Ini akan kita bahas lebih lanjut dalam
kegiatan belajar berikutnya. Untuk sementara kita anggap G adalah variabel “eksogen”.

LATIHAN-5
1. Pelajari secara cermat pengertian-pengertian yang ada pada kegiatan belajar 5,
kemudian jawablah apa yang dimaksud dengan: permintaan efektif, permintaan
agregat, penawaran agregat, marginal propensity to consume, marginal propensity
to save, average propensity to consume, average propensity to save dan marginal
efficiency of capital.
2. Diketahui data Pendapatan Nasional Indonesia menurut harga berlaku dalam milyar
rupiah yang diambil dari nota RAPBN tahun 1984/1985 seperti di bawah ini,
kemudian isilah pada setiap kolom yang kosong :

Tahun PNB C S APC APS MPC MPS


1969 2.683,3 2.297,8
1970 3.289,5 2.578
1971 3.604,1 2.847,7
1972 4.419,8 3.308,7
1973 6.508,0 4.804,1
1974 10.209,4 7.343,8
1975 12.085,7 8.731,5
1976 14.984,2 10.572,3
1977 18.355,2 12.481,0
1978 21.879,3 15.184,5
1979 30.541,0 19.513,7
1980 43.435,0 27.502,9

Laporkan hasil pekerjaan anda.


53

RINGKASAN

1. Keynes berpendapat bahwa sistem laissez faire murni tidak bisa dipertahankan. Pada
tingkat makro, pemerintah harus secara aktif dan sadar mengedalikan perekonomian
kearah posisi “full employment” nya, sebab mekanisme otomatis ke arah posisi
tersebut tidak bisa diandalkan.
2. Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi
dengan permintaan agregat masyarakat. Apabila permintaan agregat melebihi
penawaran agregat (atau output yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan
terjadi situasi “kekurangan poduksi”. Pada periode berikutnya output akan naik atau
harga akan naik, atau keduanya terjadi bersama-sama.
3. Apabila permintaan agregat lebih kecil dari pada penawaran agregat, maka situasi
“kelebihan produksi” terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau harga
akan turun, atau keduanya terjadi bersama-sama.
4. Inti dari kebijaksanaan makro dari Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa
mempengaruhi permintaan agregat (dengan demikian, mempengaruhi situasi
makro), agar mendekati posisi “full employment” nya.
5. “Permintaan agregat” adalah seluruh jumlah uang yang dibelanjakan oleh seluruh
lapisan masyarakat untuk membeli barang dan jasa dalam suatu tahun. Barang dan
jasa diartikan sebagai barang dan jasa yang diproduksikan dalam tahun tersebut
(barang bekas atau barang yang diproduksikan tahun-tahun sebelumnya atau barang
yang tidak diroduksikan seperti tanah, tenaga kerja dan faktor prouksi lain, tidak
termasuk dalam pengertian “barang dan jasa” di sini).
6. Dalam perekonomian tertutup permintaan agregat terdiri dari tiga unsur: (a)
pengeluaran konsumsi oleh Rumah Tangga, (b) pengeluaran investasi oleh Produsen
dan (c) pengeluaran oleh Pemerintah. Pemerintah bisa mempengaruhi permintaan
agregat secara langsung melalui pengeluaran pemerintah dan secara tidak langsung
terhadap pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi.
7. Masing-masing unsur permintaan agregat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berbeda. Peneluaran konsumsi tergantung pada pendapatan yang diterima oleh
Rumah Tangga dan kecenderungan mengkonsumsinya (propensity to consume).
Pengeluaran investasi ditentukan oleh keuntungan yang diharapkan (marginal
efficiency of capital) dan biaya dana (tingkat bunga). Pengeluaran pemerintah
ditentukan oleh proses politik yang kompleks dan dalam teori makro disebut
“eksogen”.
54

C. PENUTUP

a. Test Formatif – 5
Tunjukkan kemampuan anda dengan melingkari salah satu jawaban yang paling tepat.

1. Dasar filsafat teori Keynes adalah :


A mekanisme pasar tidak boleh dibiarkan sepenuhnya berjalan sendiri, tetapi perlu
ada campur tangan pemerintah apabila mekanisme pasar tidak berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
B permintaan agregat selalu akan sama dengan penawaran agregat, sebab setiap
kenaikan luaran (output) pasti akan mendorong kenaikan pendapatan sehingga
akan timbul kenaikan permintaan akan luaran sebesar kenaikan luaran tersebut.
C Bahwa mekanisme pasar akan bekerja secra otomatis menyeimbangkan kembali
kekuatan permintaan agregat dan kekuatan penawaran agregat pada tingkat
pengerjaan penuh.
D Semua harga baik barang dan jasa maupun harga sumberdaya atau faktor produksi
dapat secara luwes berubah mengikuti perubahan kekuatan permintaan dan
kekuatan penawaran di pasar.
2. Menurut kerangka analisis Keynes terdapat dua kemungkinan yang terjadi di Pasar
Barang, yaitu :
A pembeli dan penjual
B kelebihan dan kekurangan produksi
C volume dan harga barang
D pendapatan dan konsumsi
3. Suatu daftar dari keseluruhan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli oleh sektor-
sektor ekonomi disebut :
A pasar barang
B multiplier
C permintaan agregat
D penawaran agregat
4. Sedangkan daftar keseluruhan jumlah barang dan jasa yang ingin ditawarkan oleh
produsen pada berbagai tingkat harga disebut :
A pasar barang
B multiplier
C permintaan agregat
D penawaran agregat
5. Tiga unsur yang mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat adalah :
A C, I dan G
B Y, Q dan C
55

C Y, C, dan S
D MPC, MPS dan APC
6. Faktor penentu dari permintaan efektif terhadap barang-barang konsumsi adalah :
A marginal propensity to consume dan average propensity to consume
B propensity to consume dan propensity to save
C propensity to save dan average propensity to save
D marginal propensity to consume dan average propensity to save
7. Jika pendapatan = 50 milyar, besarnya konsumsi = 70 milyar maka average propensity
to comsume (APC) adalah sebesar :
A 0,71
B –0,40
C 1,40
D –0,71
8. menjelaskan faktor penentu dari permintaan efektif dari sektor produsen untuk
investasi adalah :
A tingkat harga dan tingkat bunga
B tingkat bunga dan marginal propensity to consume
C tingkat bunga dan marginal propensity to save
D tingkat bunga dan marginal effesiency of capital
9. Menurut Keynes jika tingkat keuntungan yang diharapkan (marginal efficiency of
capital) lebih besar daripada tingkat bunga, maka Investasi :
A akan dilaksanakan
B tidak akan dilaksanakan
C boleh dilaksanakan boleh juga tidak dilaksanakan
D tergantung pada kebijakan pemerintah
10. Dua faktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah adalah :
A pertimbangan APBN dan GDP
B pertimbangan politik-ekonomi dan sosial
C pertimbangan indogen dan eksogen
D pertimbangan gaji pegawai pemerintah

b. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif 5 yang ada di
bagian akhir buku ini, dan hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaaan Anda terhadap materi
kegiatan belajar-5.
Rumus :
Tingkat Penguasaan = jumlah jawaban anda yang benar x 100 %
10
Arti tingkat Penguasaan :
90% - 100% = baik sekali, 80% - 89% = baik, 70% – 79% cukup dan < 69% =
kurang.
56

Jika Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


mempelajari materi pertemuan ke-6, BAGUS. Tetapi kalau tingkat penguasaan
Anda di bawah 80% Anda harus mengulangi mempelajari materi pertemuan ke-5
terutama bagian yang belum anda kuasai.

c. Bahan Bacaan :
1. Boediono, 2001, Ekonomi Makro, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Bab III, halaman 31-51.
2. Suyuthi, M. Djamil, 1989, Pengantar Ekonomi Makro, Ditjen Dikti-
Depdikbud, Jakarta, Bab III, halaman 44-69.
3. Soelistyo, dkk, 2001, Pengantar Ekonomi Makro, Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, Jakarta, kegiatan belajar 1, halaman 115-136.
4. Rahardja, Pratama & Mandala Manurung, 2001, Teori Ekonomi Makro,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, Bab III
halaman 49-63.

d. Bacaan Tambahan :
1. Dooley, Peter C, Introductory Macroeconomics, Random House, New York,
1975.
2. Ruffin, Roy J, & Paul R. Gregory, Principles of Macroeconomics, Third edition,
Ccott Foresman & Co, 1988,
3. Reksoprayitno, Soediyono, Ekonomi Makro, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Edisi Milenium, 2000.
4. Wijaya, Faried, Ekonomi Makro : Aneka Model Baku, Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Edisi 2, 1991.
5. Susanti, Hera, Moh Ikhsan & Widyanti, Indikator-Indikator Makro Ekonomi,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1995.

Anda mungkin juga menyukai