5 Kegiatan Belajar
TEORI KEYNES: PASAR BARANG
A. PENDAHULUAN
a. Pengantar
Pada sesi/pertemuan kelima ini akan dibahas mengenai teori ekonomi makro Keynes
(ekonom dari Universitas Cambridge di Inggris) yang menerbitkan buku berjudul “The
General Theory of Employment, Interest and Money” tahun 1937. Teori Keynes ini
lahir sebagai jawaban atas hipotesis ekonomi klasik yang buyar karena depresi yang
berkepanjangan. Secara rinci materi pembahasannya meliputi:
a. Dasar filsafat teori Keynes
b. Pasar barang
c. Permintaan agregat atau pengeluaran agregat
d. Propensity to consume dan propensity to save
e. Tingkat bunga dan marginal efficiency of capital
f. Pengeluaran pemerintah
8. menjelaskan faktor penentu dari permintaan efektif dari sektor produsen untuk
investasi.
9. menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapkan (marginal efficiency of capital).
10. menyebutkan dua faktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah.
B. PENYAJIAN
Pada dasarya Keynes masih bisa menerima pendapat Say bahwa setiap proses
produksi mempunyai akibat ganda, yaitu menghasilkan output dan menghasilkan
penghasilan kepada masyarakat sebesar nilai output tersebut. Dengan demikian pada
suatu waktu tertentu daya beli memang tersedia dalam jumlah yang cukup di masyarakat
untuk “membeli” barang/jasa yang diproduksikan. Tetapi daya beli yang dimilki oleh
masyarakat tersebut tidak selalu harus sama dengan daya beli yang betul-betul
dibelanjakan oleh masyarakat di pasar barang.
Dengan kata lain, sebagian dari daya beli tersebut mungkin betul-betul diterjemahkan
menjadi permintaan efektif di pasar barang. Tetapi sebagian lain dari daya beli tersebut
mungkin akan ditabung oleh masyarakat. Menabung tidak menambah permintaan efektif.
Di sinilah Keynes berbeda dengan Say. Say mengatakan bahwa seluruh penghasilan
tersebut akhirnya akan diterjemahkan menjadi permintaan efektif, jadi tidak akan ada
kekurangan permintaan efektif, atau tidak mungkin ada kelebihan produksi secara
menyeluruh.
Z=C+I+G
Kita sebutkan di atas bahwa setiap proses produksi mempunyai akibat ganda. Di satu
pihak, proses tersebut menghasilkan barang/jasa siap untuk dipasarkan (yaitu,
menghasikan supply atau penawaran di pasar barang). Di lain pihak, proses tersebut
sekaligus menghasilkan imbalan-imbalan kepada faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam proses tersebut (yaitu, upah/gaji untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal,
sewa untuk tanah dan sumber-sumber alam, dan keuntungan untuk para pengusaha).
Dengan kata lain, proses produksi menghasilkan pendapatan dalam masyarakat
(yaitu bagi sektor rumah tangga). Selanjutnya pendapatan menimbulkan permintaan
efektif dalam pasar barang, yaitu permintaan efektif untuk barang-barang konsumsi oleh
sektor rumah tangga C.
47
Menurut Keynes (dan ini berlawanan dengan Say), tidak semua dari penghasilan
tersebut akan dibelanjakan untuk barang dan jasa. Misalnya hanya 80%-nya atau 90%-
nya saja, sedangkan sisanya (10%-20%)-nya akan ditabung.
Proses Pengahasilan
produksi rumah tangga (Y) Ditabung (S)
Dibelanjakan di
Supply barang/ pasar barang
jasa (Q)
Y=Q
Y=C+S
Q>C
Gambar 5.1
Jadi propensity to consume atau fungsi konsumsi adalah daftar yang menunjukkan
hubungan antara konsumsi dengan pendapatan. Sedangkan propensity to save atau fungsi
tabungan adalah daftar yang menunjukkan hubungan antara besarnya tabungan dengan
pendapatan (Suyuthi, 1989).
S = sY
C = cY
C + S = cY + sY = (c + s)Y = Y, sehingga:
c +s=1
Yang perlu selalu diingat adalah bahwa s bukan pengeluaran jadi bukan merupakan
bagian permintaan efektif !
Untuk menggambarkan perilaku makro dari sektor rumah tangga (konsumen) di suatu
negara (atau daerah), ekonom bisa menggunakan salah satu dari kedua fungsi diatas, yaitu
C = cY atau S = sY, sebab fungsi yang satu bisa diperoleh dari fungsi yang lain melalui
persamaan identitas C + S = Y. Fungsi yang pertama, C = cY, disebut fungsi konsumsi
(consumption function), sedang fungsi yang kedua, S = sY, disebut fungsi tabungan
(saving function).
Ada berbagai versi fungsi konsumsi yang diajukan oleh para ekonom (sering dengan
memasukkan variabel-variabel lain selain Y, seperti misalnya, kekayaan, indeks distribusi
pendapatan dan sebagainya). Bentuk fungsi konsumsi di atas adalah yang paling
sederhana. Bentuk yang sederhana lainnya adalah C = a + cY (di buku lain ditulis C = a
+ b Y), di mana a menunjukkan tingkat pengeluaran konsumsi minimal (dalam buku lain
disebut konsumsi otonom atau besarnya konsumsi pada saat pendapatan sama dengan
nol), c adalah besarnya tambahan konsumsi yang disebabkan karena tambahan
pendapatan, dan Y adalah Pendapatan.
Karena tabungan (S) tidak lain dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, maka:
S=Y–C
Jika C = a + cY, maka S = Y – (a + cY) = Y – a – cY = -a + (1-c)Y
Bentuk seperti ini sering ditafsirkan sebagai fungsi konsumsi jangka pendek, karena:
b. bentuk fungsi seperti di atas sering diperoleh dari penaksiran yang menggunakan
angka-angka statistik jangka pendek. Bentuk C = cY sering diperoleh dari data
jangka panjang (misalnya, seperti apa yang ditentukan oleh Simon Kuznets
dengan mengunakan data konsumsi dan pendapatan untuk masa 1869-1938 di
Amerika Serikat).
Khusus untuk bentuk konsumsi jangka pendek, C = a + cY, perlu dibedakan dua
macam propensity to consume yaitu:
∆C
atau c;
∆Y
(b) Average propensity to consume (APC), yang didefinisikan sebagai proporsi dari
C a + cY a
penghasilan yang dibelanjakan untuk konsumsi, atau __ = _______
= __
+ c
Y Y Y
Bagian dari tambahan pendapatan yang ditabung disebut Marginal Propensity to Save
atau hasrat menabung marginal (MPS), dihitung dengan rumus :
∆C
MPS =
∆Y
Bila tidak ada pajak yang harus dibayar, maka setiap pertambahan pendapatan sebagian
akan digunakan untuk konsumsi dan sisanya untuk ditabung. Karena itu;
MPC + MPS = 1
APS = S
Y
50
Untuk menambah pemahaman anda, isilah APC, APS, MPC dan MPS di bawah ini jika
Y, C, dan S (dalam milyar rupiah) diketahui :
Ada dua hal yang perlu digarisbawahi di sini, sebelum kita meninggalkan uraian
kita mengenai fungsi konsumsi. Yang pertama adalah MPC seharusnya mempunyai nilai
antara 0 dan 1 (jadi tidak bisa lebih besar dari satu atau negatif, karena tidak logis.
Mengapa demikian? Coba pikirkan!). Yang kedua adalah bahwa fungsi konsumsi
menunjukkan perilaku makro dari semua konsumen (sektor rumah tangga) dalam suatu
negara/daerah dan bukannya perilaku konsumen individual seperti dalam fungsi
permintaan mikro. C menunjukkan pengeluaran konsumsi total dinyatakan dalam rupiah
dari masyarakat dan Y adalah pendapatan total dari masyarakat (GDP, GNP, Pendapatan
Nasional atau Disposible Income, tergantung mana yang dianggap lebih cocok untuk
masing-masing negara).
Ivestasi (I) disini adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian
barang-barang/jasa untuk tujuan investasi, yaitu untuk penambahan stok di gudang atau
untuk perluasan pabrik. Apa yang menentukan besar kecilnya pengeluaran untuk
investasi? Apakah kita bisa mengambil analogi dari pengeluaran untuk konsumsi (C), dan
mengatakan bahwa sektor produsenpun berperilaku serupa dengan sektor rumah tangga,
yaitu membelanjakan sebagian dari (atau seluruh) penghasilan mereka, misalnya yang
berupa “keuntungan perusahan”?
Jawab untuk pertayaan ini adalah tidak atau tidak seluruhnya benar. Sektor produsen
(atau sektor perusahaan) berbeda dengan sektor rumah tangga dalam 2 hal yang
menyangkut: (a) macam/tujuan pengeluaran dan (b) kemungkinan-kemungkinan yang
terbuka untuk pembiayaan pengeluaran tersebut.
Mengenai macam dan tujuan pengeluaran, sektor produksi (sektor perusahaan)
membeli barang bukan untuk tujuan konsumsi (seperti sektor rumah tangga), tetapi untuk
tujuan investasi. Ini berarti bahwa barang-barang tersebut dibeli dengan harapan untuk
menghasilkan keuntungan kemudian. Ini selanjutnya berarti bahwa pertimbangan-
51
pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam memutuskan apakah membeli atau
tidak membeli barang-barang/jasa-jasa tersebut adalah harapan dari pengusaha akan
kemungkinan keuntungan yang bisa diperoleh (dengan menjual kemudian barang-barang
tersebut, atau menggunakannya untuk proses produksi). Harapan keuntungan inilah yang
merupakan faktor utama dalam keputusan tersebut. Ini berbeda dengan rumah tangga
yang membeli sesuatu barang atas dasar kebutuhannya.
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan dilaksanakan atau
tidak, tergantung kepada perbandingan antara besarnya keuntungan yang diharapkan
(yang dinyatakan dalam persentase persatuan waktu) di satu pihak dan biaya penggunaan
dana atau tingkat bunga di lain pihak.
Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut dengan istilah
Marginal Efficiency of Capital (MEC).
Secara ringkas:
Bila keuntungan yang diharapkan (MEC) adalah lebih besar daripada tingkat bunga,
maka investasi dilaksanakan.
Bila MEC lebih kecil daripada tingkat bunga, maka investasi tidak dilaksanakan.
Bila MEC = tingkat bunga, maka investasi boleh dilaksanakan boleh tidak bagi mereka
yang memiliki dana.
Oleh sebab itu tidak seluruh sisi pengeluaran APBN adalah G. kita harus meneliti pos-
posnya, dan hanya pos-pos yang menyangkut pembelian barang/jasa hasil produksi tahun
yang bersangkutanlah yang bisa dimasukan ke dalam G.
Demikianlah mengenai pengertian dari G itu sendiri. Sekarang kita bertanya: Faktor-
faktor apa yang menentukan besarnya G dalam suatu periode? Dalam buku ini kita hanya
bisa mengatakan bahwa G ditentukan oleh proses yang sama dengan proses yang
menentukan APBN. (Karena memang G adalah bagian dari APBN).
Dalam praktek, APBN ditentukan melalui proses yang komplek dan didasarkan atas
pertimbangan politik-ekonomi dan sosial. Dalam teori makro kita menganggap bahwa G
ditentukan secara “eksogen”, artinya di luar tugas teori ini untuk menjelaskannya. Keynes
sendiri menganggap bahwa justru melalui G inilah pemerintah bisa mempengaruhi
permintaan agregat, situasi makro suatu negara. Ini akan kita bahas lebih lanjut dalam
kegiatan belajar berikutnya. Untuk sementara kita anggap G adalah variabel “eksogen”.
LATIHAN-5
1. Pelajari secara cermat pengertian-pengertian yang ada pada kegiatan belajar 5,
kemudian jawablah apa yang dimaksud dengan: permintaan efektif, permintaan
agregat, penawaran agregat, marginal propensity to consume, marginal propensity
to save, average propensity to consume, average propensity to save dan marginal
efficiency of capital.
2. Diketahui data Pendapatan Nasional Indonesia menurut harga berlaku dalam milyar
rupiah yang diambil dari nota RAPBN tahun 1984/1985 seperti di bawah ini,
kemudian isilah pada setiap kolom yang kosong :
RINGKASAN
1. Keynes berpendapat bahwa sistem laissez faire murni tidak bisa dipertahankan. Pada
tingkat makro, pemerintah harus secara aktif dan sadar mengedalikan perekonomian
kearah posisi “full employment” nya, sebab mekanisme otomatis ke arah posisi
tersebut tidak bisa diandalkan.
2. Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi
dengan permintaan agregat masyarakat. Apabila permintaan agregat melebihi
penawaran agregat (atau output yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan
terjadi situasi “kekurangan poduksi”. Pada periode berikutnya output akan naik atau
harga akan naik, atau keduanya terjadi bersama-sama.
3. Apabila permintaan agregat lebih kecil dari pada penawaran agregat, maka situasi
“kelebihan produksi” terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau harga
akan turun, atau keduanya terjadi bersama-sama.
4. Inti dari kebijaksanaan makro dari Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa
mempengaruhi permintaan agregat (dengan demikian, mempengaruhi situasi
makro), agar mendekati posisi “full employment” nya.
5. “Permintaan agregat” adalah seluruh jumlah uang yang dibelanjakan oleh seluruh
lapisan masyarakat untuk membeli barang dan jasa dalam suatu tahun. Barang dan
jasa diartikan sebagai barang dan jasa yang diproduksikan dalam tahun tersebut
(barang bekas atau barang yang diproduksikan tahun-tahun sebelumnya atau barang
yang tidak diroduksikan seperti tanah, tenaga kerja dan faktor prouksi lain, tidak
termasuk dalam pengertian “barang dan jasa” di sini).
6. Dalam perekonomian tertutup permintaan agregat terdiri dari tiga unsur: (a)
pengeluaran konsumsi oleh Rumah Tangga, (b) pengeluaran investasi oleh Produsen
dan (c) pengeluaran oleh Pemerintah. Pemerintah bisa mempengaruhi permintaan
agregat secara langsung melalui pengeluaran pemerintah dan secara tidak langsung
terhadap pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi.
7. Masing-masing unsur permintaan agregat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berbeda. Peneluaran konsumsi tergantung pada pendapatan yang diterima oleh
Rumah Tangga dan kecenderungan mengkonsumsinya (propensity to consume).
Pengeluaran investasi ditentukan oleh keuntungan yang diharapkan (marginal
efficiency of capital) dan biaya dana (tingkat bunga). Pengeluaran pemerintah
ditentukan oleh proses politik yang kompleks dan dalam teori makro disebut
“eksogen”.
54
C. PENUTUP
a. Test Formatif – 5
Tunjukkan kemampuan anda dengan melingkari salah satu jawaban yang paling tepat.
C Y, C, dan S
D MPC, MPS dan APC
6. Faktor penentu dari permintaan efektif terhadap barang-barang konsumsi adalah :
A marginal propensity to consume dan average propensity to consume
B propensity to consume dan propensity to save
C propensity to save dan average propensity to save
D marginal propensity to consume dan average propensity to save
7. Jika pendapatan = 50 milyar, besarnya konsumsi = 70 milyar maka average propensity
to comsume (APC) adalah sebesar :
A 0,71
B –0,40
C 1,40
D –0,71
8. menjelaskan faktor penentu dari permintaan efektif dari sektor produsen untuk
investasi adalah :
A tingkat harga dan tingkat bunga
B tingkat bunga dan marginal propensity to consume
C tingkat bunga dan marginal propensity to save
D tingkat bunga dan marginal effesiency of capital
9. Menurut Keynes jika tingkat keuntungan yang diharapkan (marginal efficiency of
capital) lebih besar daripada tingkat bunga, maka Investasi :
A akan dilaksanakan
B tidak akan dilaksanakan
C boleh dilaksanakan boleh juga tidak dilaksanakan
D tergantung pada kebijakan pemerintah
10. Dua faktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah adalah :
A pertimbangan APBN dan GDP
B pertimbangan politik-ekonomi dan sosial
C pertimbangan indogen dan eksogen
D pertimbangan gaji pegawai pemerintah
c. Bahan Bacaan :
1. Boediono, 2001, Ekonomi Makro, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Bab III, halaman 31-51.
2. Suyuthi, M. Djamil, 1989, Pengantar Ekonomi Makro, Ditjen Dikti-
Depdikbud, Jakarta, Bab III, halaman 44-69.
3. Soelistyo, dkk, 2001, Pengantar Ekonomi Makro, Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, Jakarta, kegiatan belajar 1, halaman 115-136.
4. Rahardja, Pratama & Mandala Manurung, 2001, Teori Ekonomi Makro,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, Bab III
halaman 49-63.
d. Bacaan Tambahan :
1. Dooley, Peter C, Introductory Macroeconomics, Random House, New York,
1975.
2. Ruffin, Roy J, & Paul R. Gregory, Principles of Macroeconomics, Third edition,
Ccott Foresman & Co, 1988,
3. Reksoprayitno, Soediyono, Ekonomi Makro, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Edisi Milenium, 2000.
4. Wijaya, Faried, Ekonomi Makro : Aneka Model Baku, Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Edisi 2, 1991.
5. Susanti, Hera, Moh Ikhsan & Widyanti, Indikator-Indikator Makro Ekonomi,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1995.