A. Pendahuluan
Konsili Ekumenis Vatikan Kedua atau Vatikan II adalah adalah sebuah Konsili Ekumenis ke-
21 dari Gereja Katolik Roma yang dibuka oleh Paus Yohanes XXIII pada 11 Oktober 1962 dan
ditutup oleh Paus Paulus VI pada 8 Desember 1965. Pembukaan Konsili ini dihadiri oleh hingga
2540 orang uskup Gereja Katolik Roma sedunia (atau juga disebut para Bapa Konsili), 29 pengamat
dari 17 Gereja lain, dan para undangan yang bukan Katolik.
Selama tahun 1950an, studi teologi dan biblikal Roma Katolik mulai memasuki pembaharuan
sejak setelah Konsili Vatikan Pertama hingga memasuki abad kedua puluh. Liberalisme ini muncul
dari para teolog seperti Yves Congar, Karl Rahner, dan John Courtney Murray yang mencari cara
untuk mengintegrasikan pengalaman manusia modern dengan dogma Kristiani, tokoh lainnya adalah
Joseph Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) dan Henri de Lubac yang juga menginginkan
pengertian yang lebih akurat akan Injil dan menganggap para Bapa Gereja mula-mula sebagai
sumber pembaharuan.
Konsili Vatikan Pertama telah berakhir hampir satu abad sebelumnya secara prematur akibat
pecahnya perang Perancis-Prussia. Dalam konsili ini, isu-isu mengenai pastoral dan dogma tidak
dapat dibahas akibat perang tersebut, dan hanya sempat menghasilkan suatu dogma mengenai
Infabilitas Paus.
Paus Yohanes XXIII kemudian secara tidak terduga memutuskan untuk menghimpunkan
Konsili hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan setelah pengangkatannya pada 1959. Dalam
sebuah dialog mengenai konsili, ia diwawancarai mengapa konsili ini perlu dilakukan. Paus
dilaporkan membuka sebuah jendela dan berkata, "Saya ingin membuka jendela dari Gereja sehingga
kita bisa melihat keluar dan mereka yang ada di luar bisa melihat ke dalam." Ia mengundang pula
gereja-gereja Kristen lainnya untuk mengirimkan pengamat ke Konsili tersebut. Undangan ini
disambut baik oleh kedua gereja Protestan dan Ortodoks. Gereja Ortodoks Rusia di bawah
kekhawatiran akan Pemerintahan Komunis Soviet, menyambut undangan tersebut hanya ketika telah
diyakinkan bahwa Konsili ini akan bersifat apolitik.
Sidang-Sidang Umum Konsili dilaksanakan pada musim gugur selama empat tahun
kemudian (dalam 4 sidang) pada 1962 hingga 1965. Di luar masa sidang, Komisi-Komisi Khusus
Konsili dibentuk untuk membicarakan dan memeriksa hasil-hasil kerja para uskup dan
mempersiapkan sidang berikutnya. Sidang dilaksanakan dalam Bahasa Latin di Basilika Santo
Petrus, di mana diskusi dan pendapat dinyatakan sebagai "rahasia". Hasil Konsili sesungguhnya
dikerjakan dalam pertemuan-pertemuan komisi lainnya (mungkin dilaksanakan dalam bahasa lain),
serta dalam pertemuan informal dan pertemuan sosial lainnya di luar konsili yang sesungguhnya.
Sebanyak 2.908 pria (dianggap sebagai para Bapa Konsili) tercatat memiliki hak suara dalam
Konsili tersebut. Mereka ini termasuk seluruh Uskup dan para Superior dari Ordo-Ordo Religius
pria. Sebanyak 2.540 orang mengambil bagian dalam Sidang Pembukaan, sehingga menjadikannya
sebagai pertemuan terbesar Konsili di sepanjang sejarah gereja. Jumlah yang hadir adalah bervariasi
di setiap Sidangnya antara 2.100 hingga lebih dari 2.300 roang. Sebagai tambahan, sejumlah periti
(Latin untuk para "ahli") juga hadir sebagai konsultan teologi. Kelompokperiti ini kemudian
memiliki pengaruh yang sangat besar seiring dengan perjalanan Konsili. Sebanyak 17 gereja-gereja
Ortodoks dan denominasiProtestan juga mengirimkan pengamat-pengamat mereka.
Sidang Pertama (Musim Gugur 1962)
Paus Yohanes membuka Konsili pada 11 Oktober 1962 dalam sebuah Sidang Umum yang
dihadiri oleh para Bapa Konsili dan wakil-wakil dari 86 negara dan badan-badan internasional.
Setelah Misa, Paus memberikan amanatnya kepada para Uskup yang berkumpul dengan judul
Gaudet Mater Ecclesia (Latin untuk "Bunda Gereja Bersuka cita"). Dalam pidatonya, ia menolak
pemikiran mengenai para "nabi-nabi akhir zaman yang selalu meramalkan akan bencana" di dunia
dan pada masa depan Gereja tersebut. Paus juga menekankan bahwa sifat Konsili adalah Pastoral
("Penggembalaan"), bukan Doktrinal. Ia juga memperingatkan bahwa Gereja tidak perlu mengulang
maupun merumuskan kembali doktrin-doktrin dan dogmata yang telah ada, tetapi Gereja harus
mengajarkan pesan-pesan Kristus dalam tren dunia modern yang cepat berubah. Ia mendesak para
Bapa Gereja untuk "menunjukan belas kasih, bukan kecaman" dalam dokumen-dokumen yang akan
mereka buat.
Dalam lokakarya pertama mereka, dalam waktu kurang dari 15 menit, para uskup telah
mengadakan pemungutan suara atas permintaan Para Uskup Rhine mengenai agenda Sidang, apakah
akan mengikuti agenda yang telah dipersiapkan oleh Komisi Persiapan ataukah akan membuat
sebuah agenda yang baru yang akan dibicarakan di antara para anggota Sidang terlebih dahulu, baik
dalam kelompok-kelompok nasional dan regional, maupun dalam pertemuan informal. Usulan ini
tampaknya cukup wajar, namun mayoritas delegasi tidak menyadari bahwa para uskup Rhine telah
mempersiapkan suatu rencana mengenai bagaimana mereka menginginkan jalannya Konsili. Dalam
struktur Komisi Konsili yang baru kemudian atas usulan para Uskup Rhine, prioritas dari isu-isu
yang akan dibicarakan menjadi berubah.
Isu-isu yang dibicarakan selama sesi-sesi Sidang adalah termasuk mengenai liturgi,
komunikasi misa, gereja-gereja Ritus Timur, serta sumber-sumber Wahyu Ilahi. Skema mengenai
Wahyu Ilahi kemudian ditolak oleh sebagian besar uskup, dan Paus Yohanes terpaksa harus campur
tangan untuk memerintahkan penulisan kembali mengenai skema ini.
Setelah penundaan sidang pada 8 Desember 1962, sidang berikutnya tahun 1963 mulai
dipersiapkan. Namun demikian, persiapan-persiapan ini diwarnai dengan wafatnya Paus Yohanes
XXIII pada 3 Juni 1963. Paus Paulus VI yang terpilih pada 21 Juni 1963 segera mengumumkan
bahwa Konsili harus berlanjut, dan dalam haluan yang telah ditetapkan pada Sidang sebelumnya oleh
Paus Yohanes.
Sidang Kedua (Musim Gugur 1963)
Dalam bulan-bulan sebelum Sidang Umum Kedua, Paus Paulus melakukan sejumlah
perbaikan untuk memecahkan masalah organisasi dan prosedur yang telah ditemukan selama periode
pertama. Hal ini termasuk mengundang pengamat tambahan dari kaum awam Katolik dan Non-
Katolik, serta mengurangi jumlah skema yang diusulkan menjadi 17 saja; dengan demikian
keseluruhan Skema menjadi lebih umum, sehingga dapat mempertahankan sifat Pastoral Konsili.
Akhirnya, Paus juga menghapuskan ketentuan kerahasiaan Sidang Umum.
Amanat pembukaan Paus Paulus pada 29 September 1963 menekankan kembali sifat Pastoral
Konsili, dan menetapkan empat tujuan Konsili yaitu untuk lebih mendefinisikan sifat dasar gereja
dan tugas pelayanan para uskup; untuk memperbaharui gereja; untuk mengembalikan kesatuan di
antara kaum Kristiani, termasuk meminta maaf akan kontribusi Gereja Katolik di masa lampau
terhadap perpecahan itu; serta untuk memulai dialog dengan dunia modern.
Selama masa Sidang ini, para uskup menyetujui konstitusi tentang liturgi suci (Sacrosanctum
Concilium) dan dekrit tentang upaya-upaya komunikasi sosial (Inter Mirifica). Sidang dilanjutkan
dengan skema mengenai Gereja, Uskup dan Keuskupan, serta Ekumenisme. Pada 8 November 1963,
Joseph Kardinal Frings mengkritik Kongregasi untuk Doktrin Iman (sebelum 1908 dikenal sebagai
Holy Roman and Universal Inquisition), dan dengan segera dibalas oleh pembelaan diri yang berapi-
api dari Sekretaris badan tersebut, Alfredo Kardinal Ottaviani. Silang pendapat ini dianggap sebagai
kejadian paling dramatis selama Konsili. (Sebagai catatan, penasihat teologi Kardinal Frings adalah
Joseph Ratzinger muda, sekarangPaus Benediktus XVI, yang kemudian menjadi Kardinal yang
mengepalai Kongregasi tersebut di Tahta Suci). Sidang Kedua berakhir pada 4 Desember 1963.
Sidang Ketiga (Musim Gugur 1964)
Di antara periode Sidang Kedua dan Ketiga, proposal Skema direvisi kembali berdasarkan
komentar-komentar dari para Bapa Konsili. Sejumlah topik dikurangi menjadi usulan pernyataan
fundamental untuk disetujui dalam Sidang Ketiga, dengan Komisi Paskakonsili yang akan
menangani implementasi peraturan-peraturan tersebut. Delapan pengamat religius wanita dan tujuh
wanita awam diundang dalam Sidang Ketiga, bersama-sama dengan undangan tambahan pria awam.
Selama Sidang yang dimulai pada 14 September 1964 ini, para Bapa Konsili mengerjakan
sejumlah besar proposal. Skema mengenai Ekumenisma (Unitatis Redintegratio), gereja-gereja
Katolik Ritus Timur (Orientalium Ecclesiarum), serta konstitusi tentang Gereja (Lumen Gentium)
disetujui dan diumumkan secara resmi oleh Paus.
Sebuah votum atau pernyataan mengenai sakramen pernikahan dimunculkan sebagai
pedoman bagi komisi untuk merevisi Hukum Kanonik tentang isu-isu beragam akan yurisdiksi,
seremonial, dan pastoral. Para uskup mengusulkan skema ini dan meminta persetujuan yang cepat,
namun tidak segera diputuskan oleh Paus pada Konsili tersebut. Paus Paulus memerintahkan para
Uskup untuk menunda topik kontrasepsi artifisial (keluarga berencana) yang akan dibahas sebuah
komisi ahli kepastoran dan awam yang telah ditunjuknya.
Skema mengenai tugas dan pelayanan para pastor serta tugas misi Gereja ditolak dan
dikembalikan kepada komisi-komisi untuk ditulis ulang sama sekali. Pekerjaan dilanjutkan untuk
sisa Skema lainnya, terutama sekali untuk masalah Gereja di dunia masa kini dan kebebasan
beragama. Terjadi kontroversi mengenai revisi dekrit kebebasan beragama dan mengakibatkan
kegagalan pengambilan suara akan dekrit ini pada Sidang Ketiga. Paus Paulus menjanjikan untuk
segera meninjau skema ini pada masa Sidang berikutnya.
Paus Paulus menutup Sidang Ketiga pada 21 November dengan mengumumkan perubahan
tata cara Ekaristi dan secara resmi mengumumkan Maria sebagai "Bunda Gereja" seperti yang telah
sering diajarkan.
Konsili ditutup pada tgl. 8 Desember 1965 dengan amanat Paus Paulus VI , dan pembacaan
“Pesan- Pesan Konsili”, yang atas nama para Bapa Konsili dibawakan oleh beberapa Kardinal, dan
ditujukan kepada pelbagai kelompok: para pemimpin negara, kaum intelektual, para seniman, kaum
wanita, kaum miskin, mereka yang sakit dan menderita, kaum buruh dan generasi muda.
Konsili Vatikan II menghasilkan 16 Dokumen, terdiri dari 4 Konstitusi, 9 Dekrit, dan 3
Pernyataan. 4 konstitusi terdiri dari Dei verbum (Wahyu Ilahi), Gaudium et Spes (Gereja di dunia
dewasa ini), Lumen Gentium (Gereja) dan Sacrosanctum Concilium (Liturgi Suci). Adapun 9 Dekrit
yaitu terdiri dari Ad Gentes (kegiatan Misioner Gereja), Apostolicam Actuositatem (Kerasulan
Awam), Christus Dominus (Tugas Pastoral para Uskup Dalam Gereja), Inter Mirifica (Upaya –
Upaya Komunikasi Sosial), Optatam Totius (Pembinaan Imam), Orientalium Ecclesiarum (Gereja –
Gereja Timur Katolik), Perfectae Caritatis (Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius),
Presbyterorum Ordinis (Pelayanan dan Kehidupan Para Imam), dan Unitatis Redintegratio
(Ekumenisme). Selain itu terdapat juga 3 Pernyataan, yakni Dignitatis Humanae (Kebebasan
Beragama), Gravissimum Educationis (Pendidikan Kristen) dan Nostra Aetate (Hubungan Gereja
dengan Agama – Agama bukan Kristiani).
B. Struktur dokumen Ad Gentes dan Isi Pokok
Struktur dokumen Ad Gentes
Dokumen Ad Gentes terbagi atas beberapa bagian yaitu diawali dengan Pendahuluan,
kemudian Bab Satu yang bertemakan Azas-azas Ajaran, Bab Dua yang bertemakan Karya Misioner
Sendiri, Bab Ketiga yang bertemakan Gereja-gereja Khusus, Bab Empat yang bertemakan Para
Misionaris, Bab Lima yang bertemakan Pengaturan Kegiatan Misioner, Bab Enam yang bertemakan
Kerja Sama, dan diakhiri dengan Penutup.
Pada Bagian Pendahuluan berisi tentang dasar dan tujuan dibuatnya dokumen Ad gentes.
Dasar kegiatan misioner yaitu untuk menaati perintah Yesus yang merupakan pendiri Gereja. Dimana
amanat Yesus tersebut terdapat di dalam teks kitab suci Markus 16:16.
Selain itu, melalui kesaksian para rasul tentang Yesus dan karya-karya juga menjadi dasar bagi gereja
untuk bersama-sama menjadi pengikut Kristus untuk mewartakan dan sabda kebenaran ditengah-
tengah dunia sehingga semakin banyak yang berhimpun menjadi umat Tuhan dan terbentuk gereja-
gereja baru. Sebagai himpunan umat baru, kita semua dipanggil untuk diselamatkan dan dibaharui di
dalam Kristus supaya kita semua menjadi satu keluarga sebagai umat Allah.
Pada Bab Satu bertemakan “Azas-azas Ajaran”. Ada delapan pokok pembahasan pada bab
satu yaitu Rencana Bapa, Perutusan Putera, Perutusan Roh Kudus, Gereja diutus oleh Kristus,
Kegiatan Misioner, Alasan dan perlunya kegiatan Misioner, Kegiatan misioner dalam hidup dan
sejarah umat manusia, dan Sifat eskatologis kegiatan misioner.
Pada Bab Dua dengan tema “Kegiatan Misioner Sendiri” terdiri dari pendahuluan dan terdapat juga 3
artikel. Pada artikel satu “Kesaksian Kristiani” memiliki dua pokok pembahasan yaitu Kesaksian
hidup dan dialog, dan Kehadiran cinta kasih. Pada artikel dua “Pewartaan Injil dan Penghimpunan
Umat Allah” memiliki dua pokok pembahasan yaitu Pewartaan Injil dan Pertobatan, dan
Katekumenat dan Inisiasi Kristisni, Pada artikel tiga “Pembinaan Jemaat Kristiani” terdiri dari
beberapa empat pokok pembahasan yaitu Pembinaan Jemaat Kristiani, Pengadaan Klerus Setempat,
Pendidikan Para Katekis dan Pengembangan Hidup Religius.
Pada Bab Tiga bertemakan “Gereja-gereja Khusus”. Pokok pembahasan pada bab ini yaitu
tentang Kemajuan Gereja-gereja muda, Kegiatan Misioner Gereja-gereja Khusus, Pengembangan
Kerasulan Awam, dan Kemacam-ragaman dalam Kesatuan.
Pada Bab Empat bertemakan “Para Misionaris”. Pokok pembahasan dari bab ini yaitu tentang
Panggilan Misioner, Spritualitas Misioner, Pembinaan Rohani dan Moral, Pembinaan dalam Ajaran
Kerasulan, dan Lembaga-lambaga yang Berkarya di daerah-daerah misi.
Pada Bab Lima yang bertemakan “Pengaturan Kegiatan Misioner” terdiri dari Pendahuluan
dan lima pokok pembahasan. Pokok-pokok pembahasan tersebut yaitu Organisasi Umum, Organisasi
Setempat di daerah Misi, Koordinasi pada Tingkat Regio, Organisasi Kegiatan Lembaga-lembaga
dan Organisasi antara Lembaga-lembaga Ilmiah.
Pada Bab Enam yang bertemakan “Kerja Sama” terdiri dari Pendahuluan dan enam pokok
pembahasan. Pokok-pokok pembahasan tersebut yaitu Kewajiban Misioner Segenap Umat Allah,
Pewartaan Injil dan Penghimpunan Umat Allah, Kewajiban misioner para Uskup, Kewajiban
misioner para imam, Kewajiban misioner tarekat-tarekat religius dan Kewajiban misioner kaum
awam.
Pada bagian terakhir dari dokumen Ad Gentes terdapat Penutup.
Isi Pokok
1. Pendahuluan
berisi tentang dasar perutusan Gereja sebagai sakramen universal yaitu menaati perintah Kristus yang
merupakan pendiri Gereja. Gereja berdiri dengan Kristus yang merupakan kepalaNya. Kemudian
Kristus memberikan amanat kepada para murid-Nya untuk melanjutkan Karya MisiNya itu. Para
Murid yang mendapat amanat perutusan tersebut kemudian melanjutkan karya misi Kristus dengan
membangun komunitas Kristen perdana dan mulai mengadakan perayaan ekaristi, berdoa bersama
dan membagi-bagikan harta milik satu dengan yang lain. Pada masa sekarang ini, kita yang
merupakan para pengganti para rasul diwariskan untuk menjalankan dan melestarikan tugas ini
sehingga sabda Allah terus dimuliakan dan diwartakan dimana saja.
Bab 1
2. Rencana Bapa
berisi penjelasan tentang makna gereja peziarah bersifat misioner. Gereja peziarah bersifat misioner
berasal dari Perutusan Yesus yang adalah Putera dan Roh Kudus oleh Allah Bapa. Dia mengutus
Yesus dan Roh Kudus karena cintaNya kepada kita semua. Karena cintaNya itu Ia menciptakan kita
dan memanggil kita untuk ikut menikmati kehidupan dalam kemuliaanNya. Hidup dalam
kemuliaanNya berarti kita semua dihimpun menjadi satu umat di dalam persekutuan denganNya.
3. Perutusan Putera
berisi penjelasan rencana Bapa untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Dalam menjalankan
rencana Bapa ini, kita juga sebagai manusia perlu mengambil bagian penting sehingga bukan hanya
Allah yang mengutus Yesus Kristus untuk membebaskan kita dari dosa, tetapi kita juga harus
berkorban melakukan berbagai usaha untuk mencari Allah, misalnya kita melakukan usaha-usaha
yang bersifat keagamaan, namun hal yang tidak kita sadari Allah yaitu ternyata Allah tidak jauh dari
kita, Ia selalu ada bersama-sama dengan kita dan tidak membiarkan kita hidup dalam kuasa dosa
selamanya. Allah sengaja mengutus Yesus sebagai Perantaranya untuk menciptakan alam semesta,
menjadi ahli waris segala-sesuatu, untuk membaharui semuanya dalam Dia. Yesus datang ke dunia
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang, yakni bagi semua orang. Yesus sungguh-sungguh melayani kita, dia tidak bertindak
seperti raja yang hanya duduk dan dilayani oleh para budaknya. Melainkan Ia sendiri yang datang
untuk melayani orang-orang dikucilkan dan dijauhi dalam masyarakat, seperti orang-orang sakit
bahkan orang-orang berdosa. Selain itu juga rela memberikan nyawaNya sendiri untuk menebus
semua dosa-dosa yang kita perbuat.
4. Perutusan Roh Kudus
berisi penjelasan tentang Roh Kudus dan karyanya di tengah dunia sejak sebelum Kristus
dipermuliakan dan saat roh kudus turun atas para rasul. Pada saat roh kudus turun atas para rasul
tampilah gereja dihadapan semua orang dan dimulailah penyebaran Injil melalui pewartaan para
rasul.
5. Gereja diutus oleh Kristus
berisi penjelasan tentang Yesus yang memanggil dan mengutus para rasul untuk mewartakan Injil
kepada seluruh makhluk. Sebelum Ia diangkat ke sorga, Ia mendirikan Gereja-Nya sebagai sakramen
keselamatan. Ia mengutus para Rasul ke seluruh dunia, seperti Ia sendiri telah diutus oleh Bapa
perintah-Nya kepada mereka: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan
babtislah mereka dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus: ajarlah mereka melakukan
segalasesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19). “Pergilah ke seluruh dunia, dan
wartakanlah Injil kepada semua makluk. Barang siapa percaya dan di babtis, akan selamat; tetapi
siapa tidak percaya, akan dihukum” (Mrk 16:15). Maka dari itu Gereja mengemban tugas
menyiarkan iman serta keselamatan Kristus, baik atas perintah jelas, yang oleh para Rasul telah
diwariskan kepada Dewan para Uskup yang dibantu oleh para imam, bersama dengan Pengganti
Petrus serta Gembala Tertinggi Gereja, maupun atas daya kekuatan kehidupan, yang oleh Kristus
disalurkan kepada para anggota-Nya; “dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan
diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan setiap anggota,
menerima pertumbuhan dan membangun dirinya dalam kasih” (Ef 4:16). Oleh karena itu perutusan
Gereja terlaksana dengan karya-kegiatannya.
6. Kegiatan misioner
Kegiatan misioner harus dijalankan oleh Dewan para Uskup dalam segala situasi walaupun
pelaksanaannya dengan cara yang sama. Perbedaan tersebut bukan muncul dari hakekat dalam
perutusan itu sendiri, melainkan dari pelbagai situasi tempat perutusan itu berlangsung. Keadaan itu
tergantung dari Gereja, masyarakat, golongan-golongan atau orang-orang, yang dilayani dalam
perutusan itu. Kegiatan misioner Gereja tidak berhenti melainkan Gereja-Gereja khusus yang sudah
terbentuk bertugas melanjutkannya dan mewartakan Injil kepada semua orang yang masih berada di
luar. Tidak jarang golongan-golongan masyarakat mengalami perubahan yang mendalam, sehingga
dapat muncullah keadaan-keadaan baru. Melihat hal itu, Gereja wajib mempertimbangkan, situasi-
situasi itu memerlukan kegiatan misioner lagi. Kegiatan misioner bersumber pada hakekat Gereja
sendiri. Kegiatan itu menyiarkan iman Gereja yang membawa keselamatan, menyempurnakan
kesatuan katoliknya dengan memperluasnya, serta didukung oleh sifat kepenuhan kerasulannya.
Kegiatan misioner memberi wujud nyata kepada semangat kolegial Hirarki, memberi kesaksian akan
kekudusan Gereja, menyebarkan dan memajukan. Kegiatan misioner di antara bangsa-bangsa
berlainan dengan kegiatan pastoral terhadap Umat beriman, maupun dengan usaha-usaha yang
ditempuh untuk meningkatkan kesatuan umat kristen. Hal yang berhubungan erat dengan kegiatan
misioner Gereja yaitu perpecahan Umat kristen karena dapat merugikan kepentingan pewartaan Injil
kepada segala makhluk, dan bagi banyak orang menutup pintu untuk memasuki iman karena misi itu
sangat perlu, maka semua orang yang telah di babtis dipanggi untuk berhimpun dalam satu kawanan,
dan dengan demikian mampu serentak memberi kesaksian akan kristus Tuhan mereka dihadapan
para bangsa.
7. Alasan dan perlunya kegiatan misioner
Alasan bagi kegiatan misioner itu terletak pada kehendak Allah, yang menghendaki supaya semua
orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. Sebab Allah itu esa, dan esa
pula Pengantara antara Allah dan manusia, yakni manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan
diri-Nya sebagai tebusan bagi semua orang” (1Tim 2:4-5) dan keselamatan tidak ada dalam siapa pun
juga selain dalam Dia” (Kis 4:12). Maka semua orang perlu bertobat kepada Kristus, Sebab Kristus
dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan babtis, sekaligus menegaskan perlunya Gereja
yang dimasuki orang-orang melalui Babtis bagaikan pintunya. Untuk melaksanakan kegiatan, para
anggota Gereja didorong oleh cinta kasih. Melalui kegiatan misioner itu Allah dimuliakan
sepenuhnya, terpenuhilah renacana Allah supaya segenap umat manusia mewujudkan satu Umat
Allah, bersatu-padu menjadi satu Tubuh Kristus, serta dibangun menjadi satu kenisah Roh Kudus
dan menjawab kerinduan yang terdalam pada semua orang, karena mencerminkan kerukunan antar
saudara.
8. Kegiatan misioner dalam hidup dan sejarah umat manusia
Kegiatan misioner berhubungan erat juga dengan kodrat manusia serta aspirasi-aspirasinya. Dengan
memperlihatkan Kristus, gereja mengungkapkan kepada manusia kebenaran yang sesungguhnya
tentang keadaannya serta kepenuhan panggilannya. Kristus merupakan merupakan prinsip dan pola
kodrat manusiawi yang diperbaharui, serta dijiwai kasih persaudaraan, kejujuran dan semangat suka
damai, yang diinginkan oleh semua orang. Gereja memberi kesaksian tentang-Nya melalui pewartaan
Injil, mengatasi segala keistimewaan suku maupun bangsa. Maka Kristus serta Gereja-Nya tidak
dapat dianggap asing bagi siapa pun dan di mana pun. Kristus sendirilah kebenaran dan jalan, yang
oleh penyiaran Injil dibuka bagi semua orang, sementara pewartaan itu menyampaikan kepada
mereka semua amanat Kristus sendiri: “Bertobatlah dan berimanlah akan Injil” (Mrk 1:15). Karena
siapa tidak beriman sudah diadili (Yoh 3:18), maka sabda Kristus itu sekaligus amanat pengadilan
dan rahmat, maut dan kehidupan. Tetapi semua orang membutuhkan Kristus sebagai pola-teladan,
guru, pembebas, juru selamat, Dia yang menghidupkan. Dalam sejarah manusia, Injil merupakan ragi
kebebasan dan kemajuan, dan selalu menyajikan diri sebagai ragi persaudaraan, kesatuan dan damai.
Maka bukannya tanpa alasan Kristus oleh kaum beriman dirayakan sebagai “harapan dan Penyelamat
para bangsa”.
9. Sifat eskatologis kegiatan misioner
Masa kegiatan misioner berlangsung antara kedatangan Tuhan yang pertama dan yang kedua, saatnya
Gereja bagaikan panenan akan dihimpun dari keempat penjuru angin ke dalam kerajaan Allah. Sebab
sebelum Tuhan akan datang, Injil harus diwartakan kepada semua bangsa (Mrk 13:10). Kegiatan
misioner tidak lain dan tidak kurang dari pada penampakan rencana Allah atau “Epiphania”, serta
pelaksanaannya didunia dan dalam sejarahnya, saatnya Allah, melalui perutusan, secara terbuka
menyempurnakan sejarah keselamatan. Melalui sabda pewartaan dan perayaan sakramen-sakramen,
yang pusat dan puncaknya Ekaristi suci, kegiatan itu menghadirkan Kristus Sang Penyelamat.
Kebenaran atau rahmat mana pun, yang sudah terdapat pada para bangsa sebagai kehadiran Allah
yang serba rahasia, dibebaskannya dari penularan jahat dan dikembalikannya kepada Kristus
Penyebabnya, yang menumbangkan pemerintahan setan serta menangkal pelbagai kejahatan
perbuatan-perbuatan durhaka. Oleh karena itu apa pun baik, yang terdapat tertaburkan dalam hati dan
budi orang-orang, atau dalam adat-kebiasaan serta kebudayaan-kebudayaan yang khas para bangsa,
bukan hanya tidak hilang, melainkan disembuhkan, diangkat dan disempurnakan demi kemuliaan
Allah, untuk mempermalukan setan dan demi kebahagiaan manusia.
Bab 2 Karya Misioner Sendiri
10. Pendahuluan
Gereja, yang diutus oleh Kristus untuk memperlihatkan dan menyalurkan cinta kasih Allah kepada
semua orang dan segala bangsa, menyadari bahwa karya misioner yang harus dilaksanakannya
memang masih amat berat karena di kalangan umat masih terdapat pengertian yang tetap asing
terhadap Allah sendiri, ada yang mengingkari adanya Allah, bahkan ada kalanya menentangnya.
Maka dari itu, agar semua orang dapat merasakan misteri keselamatan Allah serta kehidupan yang
disediakan oleh Allah, Gereja harus memasuki golongan-golongan itu dengan gerak yang sama
seperti Kristus sendiri.
Artikel Satu Kesaksian Kristiani
11. Kesaksian hidup dan dialog
Gereja harus hadir di tengah golongan-golongan manusia melalui putera-puteranya. Sebab segenap
umat beriman kristiani melalui teladan hidup serta kesaksian lisan wajib menampilkan manusia baru,
yang telah mereka kenakan ketika dibaptis, maupun kekuatan Roh Kudus, yang telah meneguhkan
mereka melalui sakramen Krisma. Dengan demikian sesama akan memandang perbuatan-perbuatan
mereka dan memuliakan Bapa (Mat 5:16), dan akan lebih penuh menangkap makna sejati hidup
manusia serta ikatan persekutuan semesta umat manusia. Supaya kesaksian mereka akan Kristus itu
dapat memperbuahkan hasil, maka dengan penghargaan dan cinta kasih menggabungkan diri dengan
sesama, menyadari diri sebagai anggota masyrakat di lingkungan mereka, dan ikut serta dalam
kehidupan budaya dan sosial melalui aneka cara pergaulan hidup manusiawi dan pelbagai kegiatan.
para murid-Nya, yang secara mendalam diresapi oleh Roh Kristus, memahami sesama dilingkungan
mereka dan bergaul dengan mereka, sehingga berkat dialog yang jujur dan sabar itu mereka makin
mengetahui, harta-kekayaan manakah yang oleh Allah dalam kemurahan-Nya telah dibagikan kepada
para bangsa. Serta merta hendaklah mereka berusaha menilai kekayaan itu dalam cahaya Injil,
membebaskannya, dan mengembalikannya kepada kekuasaan Allah Penyelamat.
12. Kehadiran cinta kasih
Kehadiran Umat beriman kristiani di tengah golongan-golongan manusia hendaknya dijiwai oleh
cinta kasih Allah terhadap kita, sebab Allah menghendaki supaya kita saling mengasihi dengan cinta
kasih yang sama (1Yoh 4:11). Sesungguhnya cinta kasih kristiani di tujukan kepada semua orang
tanpa membeda-bedakan suku-bangsa, keadaan sosial atau agama; cinta kasih tidak mengharapkan
keuntungan atau ungkapan terima kasih. Sebab seperti Allah telah mengasihi kita dengan cinta yang
suka rela, begitu pula hendaknya kaum beriman dengan kasih mereka memperhatikan sepenuhnya
manusia sendiri, dalam gerak yang sama seperti Allah mencari manusia. Gereja ingin menanggapi
mereka yang mencari damai dengan wawancara persaudaraan, dan membawa damai serta terang Injil
kepada mereka. Hendaklah kaum beriman kristiani berusaha dan bekerja sama dengan semua orang
lainnya untuk mengatur bidang-bidang ekonomi dan sosial secara tepat hendaknya mereka secara
istimewa membaktikan diri bagi pendidikan anak-anak dan kaum muda melalui pelbagai macam
sekolah-sekolah, yang harus dipandang tidak hanya sebagai upaya yang unggul untuk membina dan
memajukan angkatan muda kristiani, melainkan juga sebagai pengabdian yang bernilai amat tinggi
kepada umat manusia, terutama kepada bangsa-bangsa yang sedang berkembang, untuk mengangkat
martabat manusia dan menyiapkan kondisi-kondisi yang lebih manusiawi.
• “Untuk dapat menyajikan kepada semua orang misteri keselamatan serta kehidupan yang
disediakan oleh Allah, Gereja harus memasuki golongan-golongan itu dengan gerak yang sama
seperti Kristus sendiri, ketika Ia dalam penjelmaan-Nya mengikatkan diri pada keadaan-keadaan
sosial dan budaya tertentu, pada situasi orang-orang yang sehari-hari dijumpai-Nya”.
Menurut pendapat saya pokok ini menarik karena pada pokok ini memberitahukan kepada kita
tentang peranan gereja kepada umat supaya misteri keselamatan dan kehidupan yang disediakan oleh
Allah dapat dirasakan oleh umat. Gereja merasa turut bertanggung jawab sepenuhnya yaitu dengan
mengikuti Kristus di dalam memasuki golongan umat tertentu. Gereja juga harus beradaptasi dengan
keadaan-keadaan sosial dan budaya umat setempat sehingga langkah-langkah yang dilakukan gereja
untuk mewujudkan misteri keselamatan serta kehidupan yang disediakan Allah kepada manusia
dapat mencapai tujuannya. Berdasarkan pengalaman saat melaksanakan asistensi mengajar, saya
melihat Pastor Paroki yang memperhatikan kegiatan rohani di sekolah dengan memberikan panduan
tatacara ibadat kepada setiap sekolah paroki. Namun, pelaksanaan devosi rosario di lokasi asistensi
tidak berjalan baik karena ada siswa yang tidak mau menjadi pemimpin rosario sehingga Sebagai
calon guru agama, kita memiliki tugas untuk membantu Pastor paroki dalam menjalankan misinya
tersebut dengan memastikan bahwa kegiatan-kegiatan peribadatan/devosi yang dilakukan terus
berjalan dengan baik dalam artian peribadatan/devosi tetap dilaksanakan di sekolah dan setiap siswa
secara bergantian memimpin devosi rosario maupun ibadat sabda.
• “Kehadiran Umat beriman kristiani di tengah golongan-golongan manusia hendaknya dijiwai oleh
cinta kasih Allah terhadap kita, sebab Allah menghendaki supaya kita saling mengasihi dengan cinta
kasih yang sama (lih. 1Yoh 4:11). Sesungguhnya cinta kasih kristiani di tujukan kepada semua orang
tanpa membeda-bedakan suku-bangsa, keadaan sosial atau agama; cinta kasih tidak mengharapkan
keuntungan atau ungkapan terima kasih”.
Menurut pendapat saya pokok ini menarik karena mengajak kita sebagai umat beriman yang
walaupun berbeda latar-belakang suku,agama,ras dan budaya juga berbeda cara berpikir untuk saling
mengasihi satu sama lain, dengan cinta kasih Allah yang dijadikan dasar bagi kita untuk saling
mengasihi. Di dalam lingkungan sekolah, siswa-siswi memiliki latar belakang yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Siswa-siswi bukan hanya berasal dari lingkungan keluarga katolik saja, tetapi
juga terdapat siswa yang berasal dari keluarga kristen. Siswa-siswi juga bukan hanya berasal desa,
lingkungan atau kelurahan yang ada disekitar sekolah seperti watulambot, makalisung, touliang oki,
kembes dan dari tataaran saja, melainkan juga terdapat banyak siswa yang berasal dari Papua dan
Banggai. Dengan banyaknya keragaman ini, seharusnya ditumbuhkan rasa cinta, saling memiliki dan
mengasihi sebagai keluarga besar SMA Katolik Rosa de Lima Tondano. Maka sebagai calon guru
agama dan katekis kita harus menumbuhkan dalam diri siswa untuk saling menyayangi, menghargai,
memperhatikan satu dengan yang lain, berteman tanpa menghakimi latar belakang seseorang, dan
saling membantu tanpa mengharapkan imbalan.
• “Hendaknya kaum beriman secara istimewa membaktikan diri bagi pendidikan anak-anak dan
kaum muda melalui pelbagai macam sekolah-sekolah, yang harus dipandang tidak hanya sebagai
upaya yang unggul untuk membina dan memajukan angkatan muda kristiani, melainkan juga sebagai
pengabdian yang bernilai amat tinggi kepada umat manusia, terutama kepada bangsa-bangsa yang
sedang berkembang, untuk mengangkat martabat manusia dan menyiapkan kondisi-kondisi yang
lebih manusiawi”.
Menurut pendapat saya, pokok ini menarik karena dalam pokok ini mengajak sekaligus menyadarkan
kepada kita sebagai pemangku kepentingan di bidang Pendidikan untuk bekerja sama demi
memajukan Pendidikan yang ada melalui pendirian sekolah-sekolah katolik. Pihak-pihak yang
terlibat untuk pendirian sekolah katolik tentu saja Yayasan, Pastor Paroki, Pemerintah dan guru-guru.
Sebagai calon guru agama atau katekis, saya perlu memberikan saran terhadap pihak sekolah untuk
membangun kerjasama yang baik dengan pastor paroki, Yayasan dan pemerintah sehingga pihak-
pihak tersebut dapat mengetahui kondisi sekolah dan memberikan bantuan apabila bangunan di
sekolah akan diperbaiki.
• “Inisiasi kristiani dalam katekumenat itu jangan hanya diselenggarakan oleh para katekis atau para
imam, melainkan hendaknya di laksanakan oleh segenap jemaat beriman, khususnya oleh bapak ibu
baptis, sehingga para katekumen sejak semula merasa termasuk anggota Umat Allah”.
Menurut pendapat saya pokok ini menarik karena dalam pokok ini berisi tentang penerimaan
sakramen inisiasi yaitu baptis, ekaristi dan penguatan yang bukan hanya menjadi tanggung jawab
dari katekis dan imam saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab dari orang tua baptis dari anak
tersebut. Mengenai hal ini, ada siswa saya yang kurang diperhatikan dari keluarga dan orangtua
baptisnya sehingga dia mulai menyimpang apalagi di usia remaja yang menuju kedewasaan ini
sangat rentan terjadi remaja mengikuti pergaulan yang tidak sehat. Maka sebagai calon guru agama
dan katekis, saya merasa perlu untuk mencari tahu latar belakangnya dan memberikan nasehat
kepada siswa tersebut supaya dia dapat kembali ke jalan yang benar.
• “Pendidikan para katekis harus dilaksanakan dan disesuaikan dengan kemajuan kebudayaan
sedemikian rupa, sehingga mereka menjadi rekan sekerja yang tangguh bagi para imam, dan mampu
menunaikan sebaik mungkin tugas mereka, yang makin bertambah sulit karena beban-beban baru
yang lebih berat”.
Menurut pendapat saya, pokok ini menarik karena membahas tentang Pendidikan yang harus
ditempuh oleh katekis atau guru agama supaya mereka sungguh-sungguh dipersiapkan dengan baik
sehingga pada saat melayani umat maupun mengajar di sekolah, hal-hal yang mereka lakukan atau
ajarkan merupakan ajaran yang benar dan bermanfaat bagi perkembangan iman siswa. Pendidikan
katekis sangat menjadi pokok perhatian karena untuk menjadi katekis sangat tidak mudah dan
banyak tuntutan yang berat; menjadi katekis harus memiliki banyak pemahaman tentang dogma-
dogma, liturgi, terutama yang mengarah ke apologetika. Maka sebagai calon guru agama atau
katekis, kita harus mengaplikasikan semua teori-teori yang kita dapat pada saat berkuliah di kampus
untuk diimplementasikan di sekolah terutama bila ada siswa yang memberikan pertanyaan yang
berkaitan dengan pengetahuan agama, liturgi, dogma-dogma, maupun topik-topik yang mengarah
pembelaan iman, kita dapat memberikan penjelasan yang benar dan tidak keliru.
D. Aktualisasi Misioner
Pada bagian ini saya akan menceritakan beberapa profil dari siswa-siswi SMA Katolik Rosa de Lima
Tondano. Sebagai calon guru agama atau katekis yang saat ini melaksanakan Program Asistensi
Mengajar di SMA Katolik Rosa de Lima Tondano, saya melihat terdapat beberapa siswa yang sangat
membutuhkan pembinaan dan pendampingan dalam menghadapi berbagai permasalahan, kesulitan
dan tantangan mereka. Maka sebagai bentuk kepedulian dan kasih sayang dari saya yang kurang
lebih lima bulan melaksasnakan asistensi mengajar di sekolah ini, saya melaksanakan studi kasus
siswa terhadap siswa yang diangap memerlukan pembinaan dan pendampingan khusus untuk
mengangani segala masalah, kesulitan dan hambatan mereka. Maka dibawah ini akan saya uraikan
latarbelakang siswa yang menjadi target saya melaksanakan misi disertai dengan usaha konkrit yang
saya lakukan kepada masing-masing siswa tersebut sebagai wujud implementasi dari berbagai
pokok bahasan dalam dokumen Ad Gentes.
o Target yang pertama bernama Casey Gabriela Natasha Tompunu. Nama panggilan yang akrab
dipanggil kepadanya yaitu Casey. Dia merupakan seorang siswa perempuan yang duduk di kelas
sepuluh. Dia lahir di Watudambo pada tanggal 07 Oktober 2007. Dia menganut agama katolik.
Casey merupakan umat dari wilayah rohani Santa Maria di stasi Gereja katollik Hati Kudus
Yesus Watudambo, yang pusat parokinya Fransiskus Xaverius Kema. Selama saya melaksanakan
asistensi mengajar saya selalu mengamati dia yang selalu menyanyi. Dia merupakan sosok yang
periang dan sangat suka bercanda dengan teman-temannya. Ia berteman dekat dengan Karmel,
Christevio, Agnes, Naomi dan Maria. Dia memiliki sifat yang keras kepala dan mudah kecewa.
Apabila ada orang yang menyuruhnya untuk mengerjakan sesuatu tetapi ia tidak ingin
melakukannya, maka hal tersebut tidak akan ia lakukan. Walaupun kita sudah memaksanya, tetap
saja tidak akan ia lakukan. Malahan yang akan terjadi ia akan bersikap dingin dan merajuk
kepada orang yang memaksa dia melakukan hal yang tidak ingin ia lakukan. Selain itu, dia akan
menunjukkan sikap tidak suka terhadap orang tersebut dengan membalas ucapan yang
dilontarkan orang tersebut dengan kasar atau malahan mendiamkan dan menghindar dari orang
tersebut. Namun, saat akrab dengannya saya dapat mengetahui bahwa ia merupakan sosok anak
yang memiliki hati yang tabah terlebih saat dia dimaki oleh orangtuanya sendiri. Dia juga sosok
yang mudah akrab dan percaya dengan orang lain sehingga kami menjadi banyak bercerita
tentang kehidupan pribadi. Kasus yang saya investigasi dari Casey yaitu dia sangat suka berkata
kotor dan kurang sopan terhadap orang yang lebih tua darinya. Hal ini terlihat pada saat ada
orang yang menegur dan memberitahunya dengan baik, dia tidak mendengarkan teguran tersebut.
Pada suatu kali ada beberapa guru berusaha memberitahunya terkait statusnya yang belum
terdaftar sebagai siswa aktif SMA Katolik Rosa de Lima Tondano karena sekolah lamanya SMA
Katolik Lembean belum menarik datanya dari dapodik mereka, tetapi ia meresponnya dengan
tidak sopan. Karya misioner yang saya berikan kepadanya yaitu menyelidiki mengapa dia
memiliki sifat seperti itu, saya mengetahui bahwa didikan dari orang tuanya yang sangat keras
sehingga ia menjadi pribadi yang seperti itu. Dia juga menceritakan bahwa ia sering dimaki oleh
ayahnya, salah satunya pada saat dia menanyakan apakah gaji ayahnya sudah diterima. Alasan
dia bertanya hal itu karena para guru sudah mengingatkan dia untuk kesekian kalinya tentang
data dapodiknya yang masih berstatus siswa SMA Katolik Lembean. Banyaknya tekanan yang
dia rasakan menjadikan dia orang yang egois dan ingin selalu dimengerti oleh orang lain, ingin
merasakan kepedulian dari orang lain dan pandai dalam menyembunyikan perasaannya dengan
canda dan tawanya. Tetapi dibalik itu, tekanan yang ia rasakan membuat dia membagikan semua
hal yang dirasakan melalui media sosialnya seperti instagram dan whatsapp. Saya mendekatinya
dengan penuh kelembutan dan memberikan dia perhatian dengan mengirimkan pesan-pesan yang
berisi ungkapan kekhawatiran dan motivasi kepadanya. Saya juga tidak pernah menghakimi hal-
hal buruk yang dilakukan seperti menegurnya dengan keras apalagi saat dia sedang berada
diantara banyak orang, tetapi berbicara secara pribadi dengannya dan memilih tepat yang tidak
bisa dijangkau oleh orang lain, sehingga dia dapat menceritakan semua hal-hal yang membuat dia
menjadi patah semangat. Karena banyak menghabiskan waktu bersama, kami memiliki banyak
topik yang kami bicarakan. Saya berpikir bahwa Casey sangat membutuhkan teman untuk
bercerita dan berbagi hal-hal yang ia rasakan. Dia juga membutuhkan seseorang yang dapat
memberikan dia motivasi disaat dia mengalami keterpurukan. Oleh karena itu, saya hadir sebagai
temannya untuk mendengarkan semua keluh kesah yang dia alami. Saya berperan untuk menjadi
pendengar yang baik untuk semua ceritanya dan terus memberikan dia support agar dia merasa
bahwa masih ada orang yang peduli dengan keadaannya sehingga dia tidak lagi terpikir untuk
bunuh diri. Saya memberikan pemahaman kepadanya bahwa hidup itu adalah sebuah anugerah
yang Tuhan berikan dan setiap orang harus menghargai hidupnya masing-masing. Serumit
apapun hidup yang kita alami, kita memiliki Tuhan yang tidak akan membiarkan kita untuk
berjalan sendiri. Nomor Casey yang bisa dihubungi yaitu 088804632867.
o Target yang kedua bernama Karmel Mangkey. Dia juga merupakan seorang siswa yang duduk di
kelas sepuluh. Dia lahir di Tataaran satu, pada tanggal 02 bulan November 2005. Dia menganut
agama katolik dan merupakan umat dari Paroki Anthonius Padua Tataaran. Dia memiliki sifat
yang baik hati dan peduli terhadap orang lain terutama terhadap teman-temannya. Dia juga
memiliki sifat pemalu dan tidak percaya diri, apabila pertama kali berkenalan dengan orang baru.
Dia tidak terbiasa untuk berada disituasi baru yang asing baginya apalagi jika dia tidak bersama
dengan teman-temannya. Dia merupakan anak yang sulit bergaul dengan orang yang baru dia
kenal dan orang yang memiliki sifat yang bertentangan dengannya. Hal ini berkaitan dengan
permasalahan keluarganya. Kedua orang tuanya bercerai sehingga ia dapat dikatakan sebagai
yang brokenhome. Saat ini dia bersama adiknya tinggal bersama-sama dengan Ibunya. Karmel
merupakan anak perempuan pertama, tetapi selalu diperhatikan dan dijaga oleh ibunya dengan
ketat. Ia ditekan dan tidak diberikan kebebasan untuk berteman. Walaupun dilarang, dia tetap
berteman dan bergaul dengan orang lain. Karena sering dilarang, ia menjadi anak yang kurang
bersosialisasi dengan lingkungan baru. Kasus yang dialami Karmel yaitu keaktifannya dalam
mengikuti perayaan ekaristi. Dia tidak selalu mengikuti perayaan ekaristi. Terkadang dia masuk
gereja bersama dengan adiknya dan kadang bersama Casey dan teman-temannya yang tinggal di
asrama. Selain itu, dia juga banyak memakai pakaian yang kurang pantas untuk digunakan. Pada
saat ke sekolah pakaian seragam dia gunakan sangat melekat dibadannya, bawahan yang dipakai
sudah berada di atas lutut dan kancing pada kemeja bagian atas tidak dia kunci sehingga siapapun
yang melihat akan berpikir bahwa dia merupakan anak yang tidak baik. Hal lain yang juga terjadi
yaitu pada saat Karya misioner yang saya berikan yaitu saya mengakrabkan diri dengannya dan
mencari berbagai topik pembahasan yang cocok sehingga dia merasa nyaman untuk berbincang
dengan saya. Saya memberikan dia perhatian ketika dia merasa membutuhkan teman untuk
menceritakan semua pergumulan yang dia alami. Saya mengupayakan diri untuk membuat dia
merasa bahwa saya dapat dia jadikan teman untuk bercerita tentang permasalahan yang dia
hadapi. Pada saat Karmel menggunakan pakaian seragamnya yang sudah tidak pantas dipakai,
saya tidak memberikan dia teguran yang keras dan mempermalukan dia karena penampilannya di
depan umum. Saya juga tidak berasumsi kalau dia merupakan anak nakal karena pakaian yang
dia pakai. Akan tetapi, saya membuat dia paham bahwa sebagai manusia kita semua perlu
memperhatikan seperti apa pakaian yang dapat kita pakai disesuaikan dengan situasi yang ada.
Dia dapat menggunakan pakaian apapun yang dia inginkan, asalkan dia tahu kapan waktu yang
tepat untuk memakai pakaian formal dan pakaian non formal. Saya mengingatkan dia, apabila dia
mengikuti kegiatan resmi dalam suatu acara dan pertemuan atau ketika ia mengabadikan dan
membagikan sebuah foto dimedia sosial, maka dia harus memperhatikan pakaian yang dia pakai,
apakah pakaian tersebut pantas atau tidak. Dia perlu menjaga penampilan dan tahu pantas
tidaknya hal yang dia bagikan tersebut sehingga orang lain tidak akan berasumsi negatif
terhadapnya. Terkait dengan permasalahan keluarganya, saya selalu mengingatkan dia agar tetap
berpikir positif tentang tindakan yang dilakukan oleh ibunya, apa yang dilakukan oleh orangtua
tentu saja yang terbaik untuk anaknya. Berbagai cara yang dilakukan oleh orang tua supaya
anaknya menjadi anak yang baik, tetapi beberapa cara yang dilakukan membuat anak merasa
dttekan dan dirampas hak kebebasannya. Sebagai anak kita perlu saling menanamkan
kepercayaan antara orang tua dan anak, sehingga dapat saling mengetahui kondisi masing-
masing. Kita perlu saling terbuka dengan orang tua, terkadang orang tua menjadi seperti itu
karena ingin anaknya berbagi cerita dengan mereka. Tentang keaktifannya dalam hidup
menggereja, saya mendukung dia dan meminta teman-temannya untuk terus mengajak dia masuk
ke gereja karena salah satu dari sekian banyak motivasi yang dia punya yaitu dari ajakan teman
dekatnya. Sebagai teman sudah sepantasnya mereka saling mengajak satu sama lain untuk masuk
gereja dan mengikuti kegiatan kerohanian yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan iman mereka seperti ikut komunitas sobat misdinar, orang muda katolik, kegiatan
rekoleksi, bible camp dan berbagai macam ibadat atau perayaan ekaristi yang diselenggarakan.
Nomor Whatsapp Karmel yaitu 085825104761.
o Target yang ketiga bernama Keysia Ecclesia Gerung. Dia merupakan seorang siswa yang saat ini
kelas sepuluh. Dia merupakan siswa pindahan dari SMA Negeri 02 Tondano dan dia pindah pada
bulan Maret. Dia lahir di Tataaran, pada tanggal 09 Desember 2007. Dia menganut agama katolik
dan merupakan umat dari Paroki Anthonius Padua Tataaran. Dia merupakan anggota wilayah
rohani Santo Agustinus. Keysia tinggal di Tataaran Dua Lingkungan Enam. Dia memiliki sifat
yang pemalu dan kurang percaya diri untuk tampil di depan umum. Kasus yang dialami Keysia
yaitu dia tidak berani untuk memimpin ibadat didepan umum. Saya pernah mendengar dari
seorang guru yang bernama Ibu Ester alasan Keysia pindah sekolah karena dia tidak mau
memimpin ibadat di sekolahnya yang lama. Karya misioner yang saya lakukan yaitu saya
membantu dia untuk menghilangkan sikap pemalu dan kurang percaya dirinya karena dia merasa
takut terjadi kesalahan ketika memimpin dengan melakukan pelatihan memimpin ibadat saat ada
jam kosong. Baik keysia maupun siswa-siswi yang lain juga saya latih sehingga mereka
menyadari bahwa sangat penting untuk membuat persiapan sebelum memimpin ibadat sehingga
saat memimpin, mereka semua dapat memimpin ibadat dengan baik. Nomor whatsapp Keysia
yaitu 087755901112.
o Target yang keempat bernama Vahrel Tumilantow. Dia merupakan seorang siswa laki-laki yang
sedang duduk di kelas sepuluh. Vahrel menganut agama katolik. Vahrel tinggal berdekatan
dengan Keyzia sehingga mereka sama-sama merupakan anggota wilayah rohani Santo Agustinus
dan tinggal di Tataaran Dua Lingkungan Enam. Kasus yang dialami Vahrel yaitu dia tidak tahu
cara menyusun doa spontan dan memimpin ibadat. Dia juga banyak membolos saat kegiatan
pembelajaran dengan temannya yang Bernama Kiel. Selain itu dia memiliki sifat yang kasar dan
mudah terpancing emosi sehingga dia pernah menghajar teman sekelasnya bernama Mcleren.
Karya misioner yang dapat saya berikan yaitu karena Vahrel memiliki sifat yang kasar maka saya
mendekatinya dengan kelembutan, saya mengambil hati dengan tidak membentaknya dengan
kasar karena hal itu hanya akan memancing emosinya. Saya membuat pelatihan memimpin
ibadat dan diantara teman-temannya saya menjadikan dia sampel kegiatan pelatihan. Saya
memberikan dia buku tatacara ibadat yang sudah saya susun, kemudian meminta dia untuk
mempraktikannya di hadapan teman-temannya. Saya juga menyuruh dia untuk menyusun doa
pembuka, doa umat dan doa penutup sendiri, tetapi dia belum tahu menyusun doa sehingga
sebelum pelatihan pemimpin ibadat, saya mengajarkan dia terlebih dahulu cara menyusun doa
sesuai dengan struktur doa yang benar. Saya menulis berbagai doa seperti doa pembuka, penutup
dan doa umat dan meminta mereka untuk menyusun doa beradasarkan contoh yang saya berikan.
Sesudah itu, Vahrel kemudian mempraktikan kembali cara memimpin ibadat. Dia terus berlatih
sehingga akhirnya dia sudah mengetahuinya. Untuk kasusnya yang membolos saya membuka
pikirannya agar tidak lagi melakukan kegiatan seperti itu dengan cara menyadarkan dia bahwa
dengan tindakannya yang membolos tersebut merupakan tindakan yang tidak baik karena
berbohong dan mengkhianati orang tua karena menyia-nyiakan segala bentuk perhatian dan
kepercayaan yang orang tua berikan kepadanya, ia sudah membuang-buang biaya yang
dikeluarkan orang tua untuknya untuk bersekolah juga menyia-nyiakan kesempatan belajar yang
dia miliki. Seharusnya dia bersyukur karena masih dapat bersekolah karena banyak anak yang
ingin bersekolah tetapi tidak ada kesempatan untuk itu. Saya memberikan pembinaan kepada
Vahrel untuk menjaga emosinya terlebih kepada Mcleren karena Mcleren merupakan anak yang
berkebutuhan khusus. Vahrel pernah bercerita kepada saya bahwa Mcleren yang lebih dahulu
mencari masalah kepadanya. Ia melakukan kesar pada Vahrel pada bagian alat vitalnya. Setelah
saya mencari infomasi, memang benar Mcleren yang mengganggunya terlebih dahulu. Saya tidak
bermaksud memilih kasih antara keduanya, tetapi saya mengambil tindakan untuk memberikan
nasihat pada Vahrel agar tetap tenang bila diganggu dan segera melapor kepada guru-guru,
biarkan nanti guru-guru yang memberikan bimbingan, arahan dan sanksi kepada Mcleren
sehingga dia tidak lagi membalas perlakuan Mcleren, dia hanya melaporkannya kepada guru.
Nomor telepon Vahrel yaitu 089507604645.
o Target yang kelima bernama Yehezkiel Pelealu. Dia merupakan seorang siswa laki-laki yang
sedang duduk di kelas sepuluh. Dia menganut agama Kristen. Dia tinggal di Kelurahan
Watulambot Lingkungan Dua dan rumahnya berdekatan dengan sekolah. Kasus yang dia miliki
yaitu pada semester ini dia belum lama ini datang bersekolah. Dia kembali bersekolah pada bulan
Mei karena pada saat itu saya bersama guru wali kelasnya yang pergi ke rumahnya dan menemui
dia bersama orangtuanya. Pada saat itu kami datang disana untuk mengkonfirmasikan apabila dia
masih ingin bersekolah atau tidak ingin lagi bersekolah, karena dia sudah tidak bersekolah sangat
lama. Pada semester ganjil dia datang ke sekolah, Tetapi sangat jarang. Sekarang ini dia mulai
datang kembali ke sekolah tetapi dia membolos saat sementara kegiatan pembelajaran. Karya
misioner yang dapat saya lakukan yaitu mencari tahu mengapa dia menjadi seperti itu dengan
bertemu dengan keluarganya dan mencari tahu latar belakang keluarganya. Setelah mencari tahu,
ternyata saat ini Kiel tinggal dengan Ibu dan Neneknya, sedangkan Ayahnya sedang bekerja dan
jarang menghabiskan waktu bersama keluarganya. Tetapi Kiel sangat takut kepada Ayahnya.
Saat ayahnya menyuruhnya untuk kembali ke sekolah, Dia pun mengikuti perintah ayahnya.
Maka dari itu, saya perlu berkomunikasi dengan orangtuanya dan bekerjasama dalam memotivasi
Kiel sehingga ia terus datang ke sekolah setiap harI.Pada saat Dia berada di sekolah, saya
berupaya untuk berinteraksi dengan dia walaupun saya tidak mengetahui hal-hal yang dia minati
atau sukai. Setelah menjadi akrab dengannya kemudian saya dapat memberikan Dia saran
kepadanya untuk tidak membolos lagi. Dengan akrab dan berusaha menjadi temannya dia akan
lebih mendengarkan kita. Untuk nomor telepon Yehezkiel saya belum punya.
o Target yang keenam bernama Avandi Kalalo. Dia merupakan seorang siswa laki-laki yang
sedang duduk di kelas sebelas. Dia lahir di Lembean, 04 April 2004. Dia tinggal di Desa
Tanggari Jaga 8. Dia menganut agama katolik dan merupakan umat dari Stasi Santa Katarina dari
Siena. Kasus yang terjadi pada Fandi yaitu Kakaknya merupakan seksi liturgi di stasi, tetapi yang
menjadi permasalahannya Fandi sangat jarang untuk pergi ke Ibadat dan saat Di sekolah dia tidak
pernah memimpin ibadat. Sama seperti anak laki-laki pada umumnya, dia juga memiliki hobi
bermain game. Dia memiliki sifat yang baik dan sopan terhadap orang lain. Pada semester ini dia
memiliki banyak absen. Keluarga memiliki usaha untuk berjualan buah keliling dan kadang dia
tidak masuk sekolah karena membantu keluarga untuk berjualan. Ayahnya sakit dan pernah
terjadi karena ayahnya sakit dan dirawat di rumah sakit yang berada di Lembean, Ibunya datang
ke sekolah dan meminta izin agar Fandi pulang cepat untuk pergi menjenguk ayahnya. Fandi
merupakan anak yang memiliki banyak kebebasan, orang tuanya tidak melarangnya untuk
bergaul. Diusianya yang membilang 18 tahun, ia sudah merokok dan suka meminum minuman
keras bersama teman-temannya. Ia pernah tidak ke sekolah karena menghabiskan malam hingga
pagi dengan berkumpul dan minum dengan teman-temannya. Selain itu, pada saat melaksanakan
devosi rosario, dia tidak hafal doa Bapa Kami. Karya misioner yang saya berikan kepadanya
yaitu saya mendekatinya dengan bercanda dan mengobrol dengannya menanyakan keadaannya
sehingga ia merasa diperhatikan oleh guru-gurunya. Terutama dia sudah banyak absen di sekolah
maka saya selalu menghubunginya melalui whatsapp dan menanyakan alasan dia tidak masuk ke
sekolah. Diapun menjadi terbuka terhadap hal-hal yang Dia lakukan Karena dia tahu saya tidak
akan menghakimi demean cara yang kasar, tetapi dengan memberikan nasihat-nasihat yang
senantiasa mengajak dia untuk lebih semangat dan aktif untuk bersekolah. Saya tidak melarang
dan membatasinya untuk melakukan hal yang dia sukai seperti main game merokok dan minum-
minum. Tetapi saya membuat dia sadar prioritas utamanya belajar bukan hal yang lain.
Selanjutnya saya memberikan dia saran agar lebih banyak menghabiskan waktu dengan kegiatan
berguna seperti ikut ibadah yang diadakan oleh stasi, berdoa bersama dalam keluarganya. Nomor
whatsapp Vandi yaitu 081279456762.