Anda di halaman 1dari 2

M. sultan r.

b
X IPS 2

TEORI-TEORI MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA

1. TEORI GUJARAT

Islam masuk ke nusantara pada abad ke 13 Masehi dan penyebarannya berasal dari Hujarat Hindia
bagian barat yang berdekatan dengan laut Arab. Para pelopor kebanyakan dari professor-professor
Belanda di universitas leiden. Teori ini di dukung dengan adanya colonial Belanda dan di tulis oleh
orang-orang kepercayaan penjajah makan yang menjadikan teori ini tak terbantahkan. Hal ini delaras
dengan tujuan belanda untuk memadamkan kekuatan islam di nusantara yang pada saat itu menjadi
musuh mereka, dengan cara mempengaruhi dengan tulisan tulisan sejarah yang dibuat para
orentalis Belanda. Pelopor terkenal ini adalah professor Dr. Snouck Hurgronj yang menurutnya islam
berasal dari wilayah anak benua seperti Hujarat, mangali, dan Malabar. Didalam hukumnya Snouck
mengatakan tidak ada hukumnya peran dan nilai-nilai Arab pada masyarakat islam yang ada di
Nusantara pada abd sekitar 12 Masehi sampai abad ke-13 Masehi. Yang menyatakan pertama dan
mencetuskan teori ini adalah Dr. jean Pijnaple seorang orentalis Belanda ini yang pertama
mencetuskannya.

2. TEORI PERSIA

Teori ini memiliki kesamaan dengan teori Gujarat bedanya di dalam teori Persia memandang adanya
kesamaan mashab yang ada di Indonesia dengan yang ada di Persia. Teori ini di pelopori oleh
Hoesein Djajadiningrat. Beliau berpendapat bahwa tradisi dan kebudayaan islam di Indonesia
memiliki persamaan dengan yang ada di Persia. Contoh nya seni taligrafi yang terpahat pada batu
nisan bercorak islam di nusantara, tradisi peringatan 10 muharom yang serupa dengan upacara
tabuik.

3. TEORI MEKAH

HJ. Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka. Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di
Nusantara sejak abad 7 M. Hamka menjelaskan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa Islam
masuk ke Nusantara dari orang-orang Arab. Bukti yang diajukan Hamka adalah naskah kuno dari Cina
yang menyebutkan bahwa sekelompok bangsa Arab telah bermukim di kawasan Pantai Barat
Sumatera pada 625 M. Di kawasan yang pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya itu juga ditemukan nisan
kuno bertuliskan nama Syekh Rukunuddin, wafat tahun 672 M.

AWAL ISLAMISASI NUSANTARA

Masuknya islam ke nusantara pada abad ke-7 masehi ini sebenarnya bukanlah hal yang mustahil
terjadi sebagaimana sanggahan para orientalis barat sebab pada abad ke-7 masehi sudah ada jalur
pelayaran internasional yang sangat ramai melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang
di Cina Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat Indonesia memenuhi kebutuhan
pasar dunia apapun emasnya yang rempah-rempahnya itu bangsa Indonesia itu bangsa yang
sebenarnya sudah mempunyai kemampuan kemandirian memenuhi kebutuhan dirinya dengan
kelebihan-kelebihannya itu dan itu terjadi pada zaman Islam termasuk bahkan Jauh sebelum abad 7
masehi hubungan antara Nusantara dengan Timur Tengah telah terjadi sejak zaman sebelum Islam
sebuah naskah Yunani yang ditulis tahun 70 masehi sudah menyebutkan Sumatera dengan nama
Kristen atau Pulau emas para pedagang dari kawasan Timur Tengah sudah mendatangi Nusantara
untuk mencari emas bahkan tumbuhan-tumbuhan yang hanya dijumpai di Sumatera yaitu kemenyan
dan kapur barus sebaliknya para pedagang Nusantara pun ternyata sudah menjajakan tas mereka
sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur sejak abad permulaan masehi hal ini didasarkan pada
penelitian Doctor je innis Miller terhadap naskah Historia naturalis karya plinius di abad pertama
masehi yang menarik di sini Islamisasi Nusantara berawal dari kawasan Pulau Sumatera nama
Sumatera sendiri berawal dari keberadaan Kerajaan Samudra Pasai yang tercantum di dalam Kitab
Rihlah Ihlal Masyriq karya Abu Abdullah Ibnu Batutah seorang musafir Maroko yang singgah di
Samudera Pasai pada tahun 1345 masehi Ibnu Batutah melafalkan kata samudra dengan samatrah
dan kemudian menjadi Sumatera selanjutnya nama ini tercantum dalam peta peta abad ke-16
masehi buatan Portugis yang merujuk pada pulau ini sehingga kemudian dikenal meluas sampai
sekarang berbicara masuknya Islam ke pulau Sumatera kontak paling awal antara penguasa di
Sumatera dengan kekhalifahan Islam di Timur Tengah bermula sejak khalifah Bani Umayyah yang
kalah itu dipimpin oleh khalifah muawiyah kehadiran muslim Arab ke kepulauan nusantara pada
masa-masa awal pertama kali disebutkan oleh i-tsing barat terkenal dari Cina mereka para pedagang
Arab yang berada di kepulauan nusantara merupakan para pedagang kaya dan memiliki kekuatan
ekonomi pada masa pemerintahan Bani Umayyah wilayah di nusantara masih berada dalam
kekuasaan kerajaan Dan juga Sriwijaya tersangka telah memberikan pengakuan terhadap kebesaran
khalifah Umayyah pengakuan ini dibuktikan dengan dikirimnya dua buah kepucuk surat kepada
khalifah zaman Bani Umayyah pertama Dikirim kepada khalifah muawiyah dan kedua Dikirim kepada
Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam suratnya Raja Sriwijaya meminta kepada khalifah agar dikirim
seorang utusan untuk mengajarkan Islam kepada raja di negeri Sriwijaya dua buah sumber sejarah
berupa berita berita Cina yang menyinggung masalah kedatangan Islam ke Nusantara adalah Hsin
Tang Shu atau catatan Dinasti Tang serta Chu fan Chi yang artinya catatan negeri-negeri asing yang
ditulis cha ju kwayang di tulis tahun 1225 masehi 2 catatan ini menceritakan tentang Ta Shi istilah
Cina untuk menyebut Arab pada tahun 651 masehi Raja Ta Shi atau raja Arab bernama Han Mimo Mi
Ni mengirim utusan ke istanah Cina Han Mimo Mi Ni adalah sebutan untuk Amirul Min yaitu Utsman
bin Affan khalifah Islam yang memerintah dari tahun 644 sampai 656 masehi Selain itu catatan
Dinasti Tang menyebutkan pada tahun 674 masehi terdapat pemukiman pedagang Arab yaitu Di
Pantai Barat Sumatera tepatnya di Barus Barus adalah daerah penghasil kapur barus yang terkenal di
dunia perdagangan internasional pada saat itu dari beberapa bukti ini dapat dipastikan bahwa pada
abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 masehi Nusantara khususnya di Sumatera telah ramai
dikunjungi para pedagang dan musafir dari Timur Tengah bahkan di setiap Pelabuhan ada
pemukiman para pedagang muslim menurut Ibnu Faqih seorang ilmuwan Persia abad 10 masehi
yang mengunjungi Sriwijaya pada tahun 902 masehi mengatakan dalam kitabnya Al buldan bahwa di
Sriwijaya telah dengar berbagai bahasa seperti bahasa Arab Persia Cina India dan Yunani di samping
bahasa Pribumi yaitu bahasa Melayu para pedagang dan musafir Islam itu mendakwahkan islam
kepada penduduk setempat sebab setiap muslim mempunyai kewajiban mendakwahkan islam
menurut kemampuan masing-masing sehingga Islam telah dipeluk sebagian masyarakat di daerah
pesisir yang berada pada jalur lalu lintas perdagangan pendapat Senada juga ditulis oleh Profesor
Doktor Thomas Walker Arnold dalam bukunya The Preaching Of Islam

Anda mungkin juga menyukai