Anda di halaman 1dari 56

PENGEMBANGAN LIFE SKILLS MELALUI AKTIVITAS OLAHRAGA

TENNIS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

oleh

Sella Suwaniayi
NIM 16…..

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi kehidupan khususnya
untuk membentuk generasi yang berkualitas untuk menunjang
keberlangsungan pada suatu negara. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun
2003 Sisdiknas menyatakan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potens idirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat.

Pendidikan juga merupakan suatu unsur dalam perubahan pola


tingkah laku dan etika dalam diri seorang individu untuk menuju arah yang
lebih baik yang dituangkan dalam proses pembelajaran yang bertujuan tidak
hanya untuk mengembangkan integensia individu namun bagaimana pola
etika dan perilaku individu dapat terbentuk melalui proses serta berdasarkan
norma yang berlaku untuk diri individu (Susandi, 2020) dan sehingga dapat
disebutkan bahwa seseorang yang mendapatkan pendidikan diharapkan dapat
mengembangkan potensi dirinya dan mewujudkan tujuan nasional
pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Juliantine (2016) bahwa Pendidikan juga memiliki empat


pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO (1996) yaitu
(1) learning no know, yang berarti juga leaning to learn; (2) learning to do;
(3) learning to be; (4)learning to live together. Jadi pendidikan selain untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi pendidikan juga memiliki pilar
bahwa pendidikan yaitu beroerinetasi pada proses belajar, berorientasi pada
pengalaman, mengembangkan kepribadian dan belajar untuk bersama atau
keterampilan sosial.

Pada jaman milenial ini pendidikan sangat berperan penting dalam


kehidupan untuk membangun pengetahuan, kepribadian maupun
keterampilan hal ini dijelaskan (Sumantri, 2011) bahwa pendidikan harus
diberikan secara lengkap atau utuh mencakup pengembangan kognitif
(pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan) dan pengembangan emosinal
serta psikososial. Pengembangan ketiga aspek tersebut tidak dapat
dipisahkan karena saling melengkapi. pengembangan ketiga aspek tersebut
akan menunjang kecakapan hidup ( life skills).

Namun Problem utama yang dihadapi dunia pendidikan saat ini


masih berkisar pada persoalan-persoalan mutu, efisiensi, dan relevansi
(Yuliwulandana, 2016) sehingga kurang diperhatikan pendidikan kecakapan
hidup. hal ini dijelaskan bahwa pendidikan perlu dikembalikan kepada
prinsip dasarnya, yaitu sebagai upaya untuk memanusiakan manusia
(humanisasi). Dalam hal ini pendidik atau guru harus dapat mengembangkan
potensi dasar peseta didik agar mereka dapat menghadapi masalah atau
problem yang dihadapi tanpa rasa tertekan (Jasmani & Olahraga, 2019)
bahwa Tujuan pendidikan pada hakikatnya berupaya menciptakan suasana
belajar dan proses pembelajaran yang dapat memberikan bekal bagi peserta
didik dengan berbagai kecakapan hidup (life skills).

Menurut Kovalik (dalam Sumantri, 2011) keterampilan hidup adalah


bagian dari model Integrated Thematic Instruction (ITI), sebuah
pengembangan kurikulum dan strategi pendekatan pembelajaran yang efektif
dengan berpedoman pada penelitian otak yang mutakhir mengenai
bagaimana otak manusia bekerja. sedangkan menurut (Susandi, 2020)
Pendidikan kecakapan hidup (life skiils) adalah bagaimana seseorang
individu dapat memiliki suatu kecakapan serta pengetahuan dalam proses
pencapaian hidup dimana individu tersebut dapat aktif, kreatif dan inovatif
dalam pengembangan hidupnya (Susandi, 2020). Jadi lifeskill adalah proses
seseorang untuk mendapatkan kecakapan hidup dengan memiliki
pengetahuan, kreatif, inovatif untuk mengembangkan dirinya sendiri dengan
mandiri.

Menurut (Jasmani & Olahraga, 2019) menyatakan Asumsi yang


didapatkan bahwa life skills akan membantu para remaja tidak hanya berhasil
dalam olahraga yang ditekuninya saja, tetapi dapat membantu remaja
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari selain dalam dunia olahraga.
Kecakapan hidup (life skills) memang merupakan suatu keterampilan, sama
seperti keterampilan fisik, dalam hal ini remaja atau anak-anak akan
diajarkan melalui berbagai metode, diantaranya dengan demonstrasi,
peragaan dan latihan. Selain itu lifeskill juga berperan penting untuk
membangun kualitas yang dimiliki seseorang.

Life skills sangat dibutuhkan oleh manusia agar bisa hidup dan
beradaptasi di masyarakat. Apalagi tuntutan dari perkembangan zaman yang
semakin pesat, membutuhkan orang-orang yang tidak hanya berpendidikan
saja, tetapi terampil dalam hidup mandiri. Dibutuhkan orang yang memiliki
kecerdasan intelektual, emosional, dam spiritual serta kreatifitas dan
keterampilan yang bisa bermanfaat bagi kehidupannya (Akhadiyah,
2019).Masalah yang dihadapi pada umumnya saling berkaitan satu sama lain
yang secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan
dalam arti luas yaitu mencakup fisik, sosial, dan mental. (Sumantri, 2011)

Dalam proses untuk meningkatkan life skills seseorang dapat melalui


pendidikan disekolah sebab dapat diberikan melalui kegiatan-kegiatan yang
ada dilingkungan sekolah yang ditegaskan oleh (Akhadiyah, 2019) bahwa
Life skills dapat diperoleh melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler,
maupun, ko-kurikuler. lifeskills ini sangat berperan bagi kehidupan siswa
untuk mengembangkan potensi dirinya terutama kemandirian. hal ini
dijelaska bahwa Salah satu kunci agar peserta didik dapat hidup secara
mandiri yaitu life skills (kecakapan hidup). Menurut (Akhadiyah, 2019)untuk
mendapatkan nilai-nilai kecakapan hidup yang ada disekolah diadakan
berbagai kegiatan diantaranya mulai kegiatan ekstrakurikuler yang ada
dilingkungan sekolah salah satunya adalah tenis lapangan yang merupakan
salah satu cabang olahraga yang diajarkan pada kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah

Tennis lapang adalah Permainan tenis merupakan salah satuolahraga


yang sangat populer dan banyakdigemari oleh semua lapisan masyarakat,
jugasuatu permainan yang menyenangkan dan menggairahkan.(Nugroho,
2016), pada olahraga tennis ini dituntut untuk bermain secara sportif,
kerjasama, disiplin, kemandirian dan tanggung yang dapat menunjang
kepribadian khususnya pada peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler
tenis.

Life skills tidak bisa dipisahkan dari pendidikan anak dalam tahap
bertumbuh dan berkembang dalam menemukan arah pemenuhan kebutuhan
hidup (Susandi, 2020) karena Tujuan pendidikan lifeskill (kecakapan hidup)
disekolah adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan berfikir, menghilangkan pola pikir atau kebiasaan yang kurang
tepat, dan mengembangkan potensi dirinya agar dapat memecahkan
problematika kehidupan secara konstruktif, inovatif sehingga menghadapi
realita kehidupan dengan bahagia, baik secara lahiriah maupun batiniah
(Akhadiyah, 2019).

Pengembangan kecakapan hidup itu mengedepankan aspek-aspek


berikut: (1) kemampuan yang relevan untuk dikuasai peserta didik, (2) materi
pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, (3) kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik untuk mencapai kompetensi, (4)
fasilitas, alat dan sumber belajar yang memadai, dan (5) kemampuan-
kemampuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan peserta didik.
(Baruwadi, 2008)

Menurut (Yuliwulandana, 2006) Tingginya tingkat lulusan sekolah


tanpa bekal keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup,
menyebabkan banyaknya angka pengangguran di Indonesia yang berpotensi
menimbulkan kerawanan sosial, lebih jauh lagi meningkatnya tingkat
kriminalitas. sebab pada saat ini pengembangan lifeskill yang dimiliki
peserta didik kurang diperhatikan sehingga peserta didik mengalami
kesulitan menghadapi kehidupan di masyarakat. Keterampilan lifekskills atau
kecapakan hidup pada saat ini tergolong kurang sebab berdasarkan banyak
peserta didik kurang memahami dirinya sendiri baik dari fisik, sosial dan
mental. kurangnya peserta didik dalam membuat keputusan dan mencari
solusi, kurangnya komunikasi dan kemampuan interpersonal, dan kurang
mampunya mengontrol emosi dan stres.

Pendidikan kecakapan hidup (Lifeskills) dapat dikembangkan melalui


kegiatan ekstrakulikuler contohnya ekstrakurikuler tenis lapang, sebab dalam
tenis lapang diajarkan untuk mentaati peraturan, bermain sportif,
mengedepankan tanggung jawab dan kerja sama, oleh karena itu
pengembangan lifekskills atau kecakapan hidup dapat dilakukan dikegiatan
ekstrakurikuler.

Dalam proses dengan muatan life skills seorang pendidik dapat


memberikan dan mengkolaborasikan pembelajaran dengan kemampuan
siswa dan skills siswa dan juga pendidik akan mampu melahirkan dan
menanamkan nilai-nilai kehidupan dalam setiap proses pembelajaran, sebab
dengan dikembangkannya life skills di sekolah melalui kegiatan
ekstrakulikuler ini para peserta didik akan terlatih menjadi pribadi yang baik.

Pada penelitian ini komponen life skills yang akan diteliti adalah kerja
tim, Penetapan tujuan, Manajemen Waktu, Kecakapan Emosional,
Komunkasi Interpersonal, Kecakapan Sosial, Kepemimpinan, pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan.

Berdasarkan masalah dan uraian yang telah di paparkan peneliti


tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen mengenai pengembangan
lifeskill dan mengambil judul penelitian "PENGEMBANGAN LIFE
SKILLS MELALUI AKTIVITAS OLAHRAGA TENNIS"

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah

" Bagaimana Pengembangan Life skills Melalui Aktivitas Olahraga Tennis ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah
" Untuk mengetahui Pengembangan Life skills Melalui Aktivitas Olahraga
Tennis"

1.4 Manfaat Penelitian


Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat teoritis


a. Diharapkan menjadi sumbangan keilmuan yang berarti bagi dunia
pendidikan khususnya pendidikan jasmani
b. Diharapkan menjadi informasi bagi lembaga kependidikan tentang
pengembangan life skills melalui aktivitas olahraga tennis
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan dan olahraga dengan memanfaatkan pengembangan media
informasi dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas
pembelajaran terutama dalam penyelesaian karya tulis ilmiah.

1.4.2 Manfaat praktis


Berdasarkan Manfaat praktis hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini,
diantaranya :

a. Diharapkan menjadi acuan dalam pengembangan life skils agar dapat


meningkatkan kualitas kehidupan.
b. Diharapkan menjadi bahan referensi dalam rangka pengembangan ilmu
pendidikan. Khususnya pendidikan jasmani dan penelitian-penelitian
lain yang berhubungan dengan pengembangan life skills
c. Agar dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dalam pengembangan
ilmu pendidikan olahraga dan kesehatan serta mengembangkan Life
skills

1.5 Struktur Organisasi


Sistematika penulisan skripsi berperan sebagai pedoman penulisan
agar dalam penulisan ini lebih terarah, maka skripsi ini dibagi menjadi
beberapa bab. Adapun struktur organisasi skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 BAB I Pendahuluan
Pada bab pertama ini peneliti memaparkan mengenai Pendahuluan
dalam penelitian yang berisi tentang:

a. Latar belakang
b. Rumusan masalah penelitian,
c. Tujuan penelitian
d. Manfaat penelitian
e. Struktur organisasi

1.5.2 BAB II Kajian Pustaka


Pada bab dua ini peneliti menulis mengenai teori – teori yang
berhubungan dengan variabel penelitian yaitu :

a. Hakikat Life skills


b. Hakikat Olahraga Tennis
c. Hipotesis Penelitian
d. Kerangka Berpikir

1.5.3 BAB III : Metodologi Penelitian


Pada bab ini peneliti mengarahkan bagaimana penelitian ini akan
dilakukan dan merancang alur penelitian yang akan diterapkan. Adapun
tahap–tahap pada bab tiga ini adalah

a. Metode penelitian
b. Tempat, Waktu dan Jadwal penelitian
c. Pupolasi dan sampel penelitian
d. Desain Penelitian
e. Langkah-Langkah Penelitian
f. Instrumen penelitian
g. Teknik pengumpulan data
h. Teknik analisis data
1.5.4 BAB IV : Temuan dan Pembahasan
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan: metode dan desain
penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen, teknik pengumpulan
data, prosedur penelitian, variabel penelitian dan teknis analisis data.

1.5.5 BAB V : Simpulan, implikasi dan rekomendasi


Pada bab ini berisikan tentang simpulan dari hasil penelitian dan
saran bagi pembaca dan sebagai referensi bagi keilmuan pendidikan
jasmani.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Hakikat Life skills

2.1.1 Pengertian Life skills


Istilah Kecakapan Hidup (life skills) diartikan sebagai kecakapan
yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema
hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian
secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
akhirnya mampu mengatasinya menurut Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga
Teknis (dalam Lutfiansyah, 2017)

Kecakapan hidup dapat dikatakan sebagai sebuah kemampuan


membangun sikap, mental, dan kompetensi yang positif guna menghadapi
realitas kehidupan. Membangun kecakapan hidup seseorang adalah
membangun sikap dan perilaku seseorang (Muhdi & Listyaning, 2016)

kecakapan hidup adalah kemampuan untuk berperilaku adaptif dan


positif yang memungkinkan individu untuk menangani secara efektif akan
tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari.(Mahmoudi & Golsa
Moshayedi, 2012)

Menurut Sumirat (dalam Daulay, 2014) kecakapan hidup merupakan


urutan pilihan yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilan yang
spesifik. kecakapan hidup sebagai pengetahuan yang luas dan interaksi
kecakapan yang diperkirakan merupakan kebutuhan esensial bagi manusia
untuk dapat hidup secara mandiri

Menurut Brolin memaparkan bahwa yang dimaksud life skills adalah


sesuatu yang kontinum dari pengetahuan dan sikap yang penting untuk
seseorang agar mendapatkan fungsi yang efektif dan berpengaruh terhadap
pengalaman hidup pegawai.

Kecakapan hidup (life skills) didefinisikan sebagai“keterampilan


yang memungkinkan individu berhasil di lingkungan yang berbeda tempat
mereka tinggal, seperti sekolah, rumah dan lingkungan mereka (Gould &
Carson, 2008)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa life
skills atau kecakapan hidup dapat diartikan sebagai kemampuan atau
keterampilan membangun sikap, mental dan kompetensi untuk
menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Tujuan Life skills


Menurut (Yuliwulandana, 2016) Tujuan pendidikan kecakapan
hidup yaitu 1) untuk meningkatkan kekuatan dan keutuhan keluarga
melalui pendidikan; 2) mengajarkan konsep dan prinsip yang berkaitan
dengan kehidupan keluarga; 3) menggali perilaku dan nilai-nilai personal
dan membantu anggota kelompok masyarakat untuk memahami perilaku
dan nilai-nilai dari anggota yang lain; 4) untuk mengembangkan
keterampilan interpersonal, yang berkontribusi pada kesejahteraan
keluarga; 5) untuk mengurangi permasalahan keluarga sehingga dapat
meningkatkan produktivitas setiap anggota keluarga dan untuk
mendukung penyampaian program pendidikan keluarga dan mendukung
program-program kemasyarakatan yang sesuai

2.1.3 Komponen Life skills


Komponen Life skills menurut (Kendellen, Camiré, Bean, &
Forneris, 2016) adalah sebagai berikut:

A. Fokus

Definisi Panjang; Mengarahkan perhatian dan upaya Anda ke arah


tugas tertentu. Definisi yang disederhanakan: Memperhatikan

B. Dukungan Olahraga

Definisi panjang: Komitmen terhadap etika fair play dengan


menunjukkan integritas aturan permainan dan menjadi perhatian orang
lain. Definisi yang disederhanakan: Bermain adil
C. Ketekunan

Menjaga usaha ketika dihadapkan pada hambatan dan tantangan


dalam

mengejar tujuan. Definisi yang disederhanakan Selalu berusaha yang


terbaik

D. Penepatan Tujuan

Definisi panjang: Proses memutuskan apa yang Anda inginkan,


merencanakan cara mendapatkannya, dan bekerja menuju ke arah
Tujuan yang penting bagi Anda, dan di bawah kendali Anda. Definisi
yang disederhanakan: Memutuskan dan bekerja keras untuk mencapai
sesuatu

E. Mengatur Emasional

Definisi panjang mengontrol emosi dalam berolahraga Definisi


sederhana Tetap tenang

F. Kejujuran

Kejujuran Definisi panjang: Bertindak dengan integritas dengan jujur


pada diri sendiri dan orang lain. Definisi yang disederhanakan:
Mengatakan yang sebenarnya

G. Kerja sama

Kerja tim Definisi panjang: bekerja secara kooperatif sebagai


kelompok untuk mencapai tujuan Bersama. Definisi yang
disederhanakan: Bekerja sama

H. Rescpect

Rescpect Definisi panjang: Menunjukkan pertimbangan, kesopanan,


dan kepedulian terhadap seseorang atau sesuatu (misalnya, teman
sekelas, guru, aturan, peralatan). Definisi yang disederhanakan:
Bersikap baik kepada orang-orang dan hal-hal

Menurut Supriatna (2013), keterampilan hidup dapat dipilah


menjadi lima, yaitu: (1) keterampilan hidup mengenal diri (self awarenes)
atau kemampuan hidup personal (personal skill)yang mencakup: (a)
penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat, dan warga
negara, serta (b) menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki; (2) keterampilan berfikir rasional (thinking skill) yang
mencakup: (a) kecakapan menggali dan menemukan informasi,
(information searching), (b) kecakapan mengolah informasi dan
mengambil keputusan (information searching and decision skills), (c)
kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving
skill), (3) keterampilan sosial (social skill) yang mencakup: (a) kecakapan
komunikasi dengan empati (communication skill) dan (b) kecakapan
kerjasama (collaboration skill); (4) keterampilan akademik (academik
skill) atau kemampuan berfikir ilmiah, serta (5) keterampilan vokasi
(vocational skill) yang merupakan keterampilan yang dikaitkan dengan
bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Dalam konteks
penelitian ini, keterampilan yang dimaksud berorientasi pada keterampilan
vokasi (vocational skill)

Indikator-indikator yang terkandung dalam life skills tersebut


secara konseptual dikelompokkan : (1) Kecakapan mengenal diri (self
awarness) atau sering juga disebut kemampuan personal (personal skills)
(2) Kecakapan berfikir rasional (thinking skills) atau kecakapan akademik
(akademik skills) (3) Kecakapan sosial (social skills) (4) Kecakapan
vokasional (vocational skills) sering juga disebut dengan keterampilan
kejuruan artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan
tertentu dan bersifat spesifik (spesifik skills) atau keterampilan teknis
(technical skills) (Ditjen PLS, Direktorat Tenaga Teknis, 2003)

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Yuliwulandana,


2016) kecakapan hidup itu dipilah menjadi: (1) kecakapan personal (2)
kecakapan sosial (3) kecakapan berpikir rasional (4) kecakapan akademik
(5) kecakapan vokasional

2.2 Tenis Lapang

2.2.1 Sejarah Tenis Lapang


Menurut (Yasriuddin & Wahyudin, 2017) Di Indonesia tenis
merupakan olahraga permainan, dikenal pada awal abad ke 19 dan pada
mulanya permainan tenis hanya dimainkan oleh orang- orang kaya,
anggota eksekutif. Meskipun kini tenis berkelompok seperti itu masih ada
namun masyarakat dari seluruh social ekonomi bermain tenis 60 persen
masyarakat Indonesia bermain tenis gratis di lapangan tenis untuk umum.
Sesudah perang dunia pertama permainan ini makin berkembang sampai
golongan terbawah. dan berasal dari berbagai lapisan masyarakat dan
tingkatan usia 8 tahun sampai 75 tahun. Kebanyakan adalah pemain amatir
yang bermain hanya untuk bersenang- senang dengan teman-teman, dalam
turnamen, tim dan beberapa liga diseluruh negeri ini. Sehubungan dengan
ini permainan tenis mu!ai dimasukkan dalam acara pertandingan dalam
kegiatan pekan olahraga.

Gagasan untuk mendirikan Persatuan Lawn Tenis Indonesia (PELTI)


dipelopori oleh dokter Hoerip, sebagai sumbangan darma baktinya kepada
tanah air. Tepat pada 26 Desember 1935 terbentuklah organisasi yang
dinamakan PELTI dengan resmi sekarang diketuai oleh, Martina Wijaya.
Di Semarang yang diketuai oleh dokter Buntaran Martoatmojo sampai
dengan perang dunia kedua. PELTI secara resmi diterima oleh
International Lawn Tenis Federation (ILTF) pada tahun 1967

2.2.2 Teknik Tenis Lapang


Berdasarkan (Sukadiyanto, 2005) Teknik-teknik pukulan dalam
permainan tenis merupakan perpaduan dari ketiga unsur dasar gerak
tersebut, yang dilakukan dalam serangkaian gerak yang utuh dan simultan.
Selanjutnya agar dalam melakukan teknik-teknik pukulan dapat keras,
konsisten, dan tahan lama maka diperlukan unsur-unsur dari dasar gerak.
Pengertian dasar gerak adalah keadaan tubuh (komponen biomotor) yang
mendasari tugas gerak seseorang, antara lain seperti kekuatan, ketahanan,
kecepatan, dan fleksibilitas.

Berdasarkan pengelompokan teknik dasar pukulan dalam tenis tersebut,


bila ditinjau dari jenis gerak dasarnya, maka teknik-teknik dasar yang
meliputi: (1) teknik groundstrokes gerak dasarnya adalah gerakan mengayun
(swing), (2) voli gerak dasarnya adalah gerakan memblok (block atau
punch), serta (3) servis dan smes gerak dasarnya adalah gerakan melempar
(throwing), sedangkan untuk teknik lob gerak dasarnya adalah gerakan
mengangkat

Teknik dasar bermain tenis lapang kemudian dijelaskan oleh Handoko


murti (2002) adalah sebagai berikut :

1. Posisi Siap

Ready Position atau posisi siap adalah posisi persiapan menjelang


lawan melakukan pukulan Ketika sedang bermain. Untuk melakukan posisi
ini, bungkukkan badan sedikit ke depan, lutut ditekuk, raket ada didepan
badan, dan biasakan mata tertuju pada bola serta Gerakan raket lawan.

2. Cara bergerak ( The way of Moving)

sesudah melakukan split step, Langkah awal sangat diperlukan


untuk diperhatikan, baik itu Langkah atau pergerakan kearah samping,
(Side Step), kearah belakang (Back step), atau kearah depan (Forward
step)

ada tiga macam gerak atau Langkah dalam permainan tenis. Gerak
yang pertama kita sebut gerak yang teratur (Sequential side step),
sedangkan Gerakan yang kedua adalah Gerakan bebas (Free step), ketiga
adalah gerak gabungan (combination step).

3. Posisi Siap Pukul (Positioning)


Positioning sangat tergantung pada cepat lambatnya bola dan dari
raket lawan menuju ke posisi kita. Semakin cepat gerak bola menuju kita,
maka semakin pula gerak yang harus kita lakukan menuju positioning,
keterlambatan sedikit pada gerak kita, maka akan berakibat fatal untuk
positioning kita.

Waktu tunggu bola yang cukup, selain dipergunakan untuik


mengontrol cara memukul kita, arah, dan tujuan pukulan, juga dapat kita
manfaatkan untuk men-set-up atau memprogram pukulan kita selanjutnya.

4. Cara Memukul Bola (The way of Stroking)

Pukulan sebaiknya dilakukan dengan cara sederhana dan efisien.


Jangan buang-buang tenaga untuk Gerakan-gerakan yang tidak perlu.
Semakin sederhana sebuah pukulan akan semakin baik bagi kita.

Teknik pukulan pada tenis lapang adalah pukulan forehand,


backhand, approachshot, volley, dan servis (serve) yang baik. Dijelaskan
sebagai berikut :

A. Pemegang raket (Grip)

Menurut (Bakhtiar & Ballard, 2015) macam-macam pegangan


raket adalah sebagai berikut :

1) Grip Eastern (Eastern Grip)

Memegang raket dengan cara pemegangan Eastern sering juga


disebut pemegangan jabat tangan atau shakehand Grip . Dengan
cara ini pemain akan lebih memudahkannya sehingga sering
digunakan untuk para pemain pemula

2) Grip western

Memegang raket dengan cara pemegangan western, sekarang


ini jarang di pergunakan karena kurang menguntungkan jika
memukul bola rendah. Cara memegangnya adalah ambil pegangan
raket yang terletak di lantai, sikap itu dipertahankan untuk
melakukan pukulan.

3) Grip Continental

Memegang raket dengan cara pemegangan continental dapat


dikatakan Backhand pada esterent Grip. Pemegangan ini kurang
menguntungkan untuk bola-bola yang melambung tinggi

B. Forehand

Pukulan biasanya selalu digunakan sebagai senjata utama pemain


karena pukulan forehand biasanya lebih keras dari pukulan backhand.
Hal utama untuk dapat memukul forehand yang baik adalah kita sudah
menunggu bola jatuh, sehingga mempermudah kita untuk melakukan
pukulan. Hal pertama yang harus diperhatikan Ketika melakukan
pukulan adalah Gerakan backswing.

Gerakan backswing yang baik, Panjang tarikan ke belakang


sebaiknya tidak melebihi posisi 180 derajat dari posisi siap atau 90
derajat dari posisi pukul open stand.

Untuk jenis pukulan on the top atau on the rise, backswing


sebaiknya dilakukan sebatas pinggang atau lebih tinggi sedikit. Kecuali
jika melakukam top spin. Gerakan yang dilakukan adalahAyunan ke
depan (forward swing) lakukan Gerakan ini bersamaan dengan
pemutaran bahu, pinggang dan transfer tenaga dari kaki belakang ke
depan sambal mengontrol permukaan raket.. Lakukan perkenaan
didepan kaki kiri pada posisi jangkauan ideal.

1) Forehand Topspin

Pukulan topspin banyak dipakai tipe baseliner, demikian juga


dengan pemain tenis yang bermain dilapangan gravel. Pemilihan
jenis pukulan topspin oleh pemain disebabkan keras juga dipakai,
tetapi dilapangan tanah liat topspin merupakan pukulan favorit
pilihan pemain. Cara melakukan pukulan forehand topspin adalah
jika posisi siap pukul, awali backswing anda dari bawah, dengan
posisi permukaan raket sedikit tertutup, awali Gerakan dari pukul 6
ke pukul 9 arah jarum jam, lakukan perkenaan didepan badan, latih
mata tetep melihat bola dan akhiri Gerakan dengan follow through

2) Forehand Drive/flat

Perbedaan utama pukulan ini dengan topspin terlihat cara


backswing dan ayunan ke depan (forward swing). Kalau dalam
topspin Gerakan backswing diawali dari bawah, maka drive
maupun flat dilakukan hamper mendatar.

Backswing disini cenderung lebih tinggi posisinya dibanding


topspin yaitu setinggi pinggang, ayunan ke depan hamper mendatar
dengan posisi raket sedikit tertutup. Follow through sama seperti
topspin.

C. Backhand

Perbedaan utama dari forehand dan backhand terletak pada posisi


pukulnya, tetapi caranya sama. Kalau forehand memukul bagian dengan
tangan depan (fore of the hand) sedangkan backhand memukul dengan
bagian belakang tangan (back of the hand).

Macam pukulan backhand termasuk slice, pada pukulan slice juga


ada di forehand, tetapi jarang dilakukan oleh pemain. Berbeda dengan
dibagian kiri atau backhand, pukulan slice sering digunakan, baik untuk
defend (bertahan) maupun dilakukan pada waktu keadaan mendesak.
Slice paling sering di Appoachshot.

1) Backhand Topsin

Pada prinsipnya Gerakan topspin backhand tidak berbeda


dengan forehand. Diawali dengan backswing dari bawah, posisi
permukaan raket sedikit tertutup dan diakhiri dengan follow
through lurus diatas bahu.

Dalam backswing jangan melewati sudut 90 derajat dari posisi


pukul. Lakukan perkenaan (impact point) didepan badan dan
ayunan lanjutan berakhir dengan posisi pegangan raket diatas bahu.
Untuk menimbulkan tenaga pukul, gunakan putaran bahu dengan
pinggang selain ayunan tangan, pegangan harus kokoh pada waktu
Impact point.

2) Backhand Drive

Lakukan split step dan mengadakan penyesuaian Langkah ke


posisi pukul backhand, lakukan backswing sebatas pinggang, atau
lebih sedikit, lakukan ayunan ke depan, tidak terlalu datar, tetapi
sedikit condong ke atas. Lakukan perkenaan di depan badan
dengan posisi permukaan raket sedikit tertutup dan diakhiri dengan
Gerakan follow through diatas bahu

3) Backhand Slice

Lakukan backswing dari atas bahu, posisi raket terbuka, tekan


ke depan dengan sudut kemiringan 45 derajar. Lakukan perkenaan
didepan badan, akhiri dengan follow through setinggi bahu ( sudut
pukulan dapat berubah sesuai dengan tinggi-rendahnya bola).

4) Two Handed Backhand (Backhand dua tangan)

Untuk Teknik topspin diawali dengan backswing dari bawah,


lakukan perkenaan di depan badan, pinggang menjadi pusat putaran
badan. Lakukan Gerakan simultan diawali dengan ayunan tangan,
putaran bahu dan putaran pinggang. Follow through bisa lurus atau
ditekuk.

Pada backhand drive, awali backswing setinggi atau lebih tinggi


sedikit. Lakukan perkenaan didepan badan, tranfer tenaga dari kaki
belakang ke kaki depan, gunakan putaran bahu dan pinggang untuk
menimbulkan tenaga, selain ayunan tangan. Lakukan Gerakan
simultan, mulai dari ayunan tangan, putaran bahu dan putaran
pinggang.

D. Approachshot

Pukulan approachshot juga bisa disebut pukulan serangan, karena


approschshot biasanya menekankan pada penepatam bola dengan tujuan
mempersulit lawan dan diakhiri volley.

1) Cara melakukan approachshot berdasarkan daerah

Ada du acara melakukan approachshot berdasarkan daerah.


Pertama adalah dengan pukulan menyamping (close stand) untuk
bola-bola yang jatuh didaerah tengah lapangan. Dan pola terbuka
(open stand) untuk bola-bola yang jatuh dipinggir lapangan.

2) Pukulan bola tengah (Close Open)

Awali dengan menyesuaikan Langkah dengan Langkah-


langkah kecil dan posisi badan menyamping. Dekati bola sampai
sedemikian rupa, sehingga pada saat bola memantul ke atas,
lakukan pukulan dengan lompatan ke atas menyosong bola.

Pada posisi siap pukul, posisi kaki kiri di depan, tekuk kedua
kaki dengan berat badan bertumpu pada kaki kiri. Pada saat bola
memantul ke atas, bersamaan dengan itu lakukan loncatan
penyokong untuk memukul bola.

3) Pukulan bola di pinggir lapangan

Pada posisi siap, kita sudah melakukan backswing, maka pada


saat pemukul (impact point) posisi perkenaan ada didepan badan
dan posisi kaki kiri masih melayang dengan tumpuan seluruh berat
badan di kaki kanan, diakhiri dengan kaki kiri mendarat,
dilanjutkan penyesuaian dengan Langkah ke posisi volley dan
Langkah itu harus disesuaikan dengan arah pukulan

4) Backhand Approachshot

Pada backhand drive approachshot cara memukulnya sama


pada groundstroke, hanya ditambah sambal meloncat saat bola
memantul ke atas, cara melakukannya diawali dengan posisi kaki
kanan didepan, tekuk lutut sedikit untuk mengambil tenaga,
lakukan perkenaan didepan badan.

Pada saat bola memantul ke atas atau saat bola mencapai


puncak pantulan, bola dapat dipukul, artinya memukul dengan
kecepatan pukul on the top atau on the rise. Bersamaan dengan itu
lakukan loncatan untuk memukul bola diakhiri dengan follow
through lurus satu tangan dan atau sedikit ditekuk untuk dua tangan
tergantung kebiasaan selanjutnya mendarat dengan kaki kanan
terlebih dahulu.

5) Backhand slice approacshot

Tujuan utama appoachshot slice backhand dengan harapan


pukulan lawan akan ditinggi diatas net, sehingga mempermudah
untuk melakukan volley winner (pukulan volley yang membunuh)

Cara melakukan Gerakan ini adalah lakukan persiapan dengan


baik, Ketika bola lawan pendek jatuh dilapangan bersamaan itu
Tarik raket ke belakang untuk backswing. Lakukan perkenaan di
depan badan, pada waktu perkenaan (Impact point) bersamaan
dengan kaki kiri melangkah ke depan, kaki kiri ada dibelakang
kaki kanan, dan seluruh berat badan ditransfer dari kaki kiri ke kaki
depan sambal memukul untuk mempercepat laju bola. Akhiri
dengan follow through diatas bahu.
E. Volley

Untuk mempercepat permainan para pemain biasanya maju ke depan


melakukan volley. Cara melakukan volley adalah pada waktu bola
dipukul lawan, Tarik raket kearah mana bola diarahkan, pada volley
Tarik raketnya sejajar posisi bahu, untuk posisi (ready position), karena
divolley tidak menggunakan backswing. Tetapi menggunakan tranfer
tenaga dengan melangkah ke depan untuk menimbulkan tenaga pukul
pada volley kita. Lakukan perkenaan didepan badan pada posisi ideal.
Pukulan volley terdapat 2 yaitu forehand volley dan backhand volley.

F. Serve

Serve adalah awal dari permainan namun serve juga dapat menjadi
senjata yang mematikan dalam permainan tenis. Ada beberapa macam
Teknik melakukan serve yaitu kick serve, slice serve dan twist serve

G. Return serve

Return serve adalah pukulan yang sama dengan pukulan groundstroke


biasa. Hanya bedanya tekanan yang terjadi pada return serve sangat
besar. Terdapat beberapa cara untuk melakukan return serve yaitu return
serve bola cepat (Kick serve) dan return serve slice.

H. Dropshot

Salah satu senjata yang paling digunakan setelah melakukan rally-rally


Panjang dalam permainan tenis adalah dropshot. Dropshot yang baik
adalah jika pantulan bolanya tidak tinggi dan jatuhnya didaerah servis
tidak terlalu jauh dari net, apabila bola dapat memantul tiga kali didaera
serve, maka dropshot itu adalah dropshot yang bagus. Dropshot
dilakukan dengan pukulan slice yang ditahan follow through dan touch
menjadi kuncinya.
I. Lob

Ada dua cara untuk melakukan lob, pertama dengan membuka


permukaan raket dan mengangkat bola dari bawah dengan smoothly
(lembut). Kedua dengan topspin.

2.2.3 Sarana dan Prasarana


Menurut (Yasriuddin & Wahyudin, 2017) sarana dan prasrana pada
permainan tenis adalag sebagai berikut :

1) Raket

Raket mempunyai bagian-bagian yaitu handle/grip (daerah tempat


memegang) dan frame (bingkai/rangka). Pada bagian frame terdapat
lobang-lobang tempat string (senar). Pada handle terdapat pula bagian
yang disebut throat (leher), daerah grip (pegangan) dan butt
(popor/bagian bawah). Daerah grip mempunyai bentuk segi delapan.
panjang raket secara keseluruhan tidak lebih dari 31,75 cm (32 inci).
dan berat berkisar 11,5 ons sampai 15 ons.

2) Bola

Bola harus memiliki permukaan luar yang rata dan harus berwarna
kuning atau putih. Garis tengah bola harus lebih dari 6,35 cm (2 inci)
tetapi kurang dari 6,67 cm (25/8 inci) dan beratnya lebih dari 56,7
gram (2 ons) tetapi kurang dari 58,5 gram (2 ons). Bola harus bisa
memantul lebih dari 135 (53 inci) tetapi kurang dari 147 cm (58 inci)
bila dijatuhkan dari ketinggian 254 cm (100 inci) di atas dasar beton.

Bola harus dapat merubah bentuk lebih dari 0,56 cm (0,220 inci)
tetapi kurang dari 0,74 cm (0,290 inci) bila ditekan dan bila tekanan
dilepaskan dapat merubah bentuk kembali lebih dari 0,89 (0.350 inci)
tetapi kurang 1,08 cm (0,425 inci) jika dibebani seberat 8,165 kg

3) Lapangan
Panjang lapangan tenis 23,77 m (78 kaki) dan lebar 8,23 m (27
kaki). Lapangan dibagi dua dan dibatasi oleh net/jaring yang
tergantung pada tall atau kabel metal diameter maksimum 0,8 cm
(sepertiga inci), poros tiang terletak disebelah luar lapangan berjarak
0,914 m (3 kaki) dan masing-masing sisi dan tinggi net/jaring 1,07 m
(3 kaki 6 inci)

4) Pakaian

Menurut (Bakhtiar & Ballard, 2015) Pakaian untuk bermain tenis


harus berwarna putih agar tidak mengganggu pemain lawan, namun
demikan kombinasi warna itu sekarang sudah mulai dikembangkan.,
Pakailah kaus kaki dari wol atau katun.Pembinaan Prestasi Tenis,
Pilihlah sepatu yang terbuat khusus untuk bermain tenis, yaitu tidak
bertumit dan atasnya terbuat dari kanvas.

2.2.4 Peraturan Tenis Lapang


Menurut (Yasriuddin & Wahyudin, 2017) peraturan tenis lapang
adalah sebagai berikut :

A. Peraturan Dasar

Sebelum permainan dimulai, dilakukan penentuan siapa yang


akan melakukan servis atau memilih sisi lapangan berdasarkan undian
(bisa menggunakan koin atau lainnya). Setiap awal pertandingan,
pemain selalu berada di sisi sebelah kanan lapangannya masing-
masing. Pemain yang melakukan servis pertama (anggap saja pemain
A) harus berada di belakang garis baseline ketika melakukan servis.
Servis diarahkan secara diagonal ke lapangan pemain penerima bola
(anggap saja B). Bola harus terlebih dahulu memantul satu kali
sebelum dipukul pemain B. Dalam permainan ganda, rekan penerima
bola tidak boleh menyentuh bola servis sebelum dipukul penerima
(Pemain B).
Pemain kehilangan poin apabila Bola yang dipukul keluar dari
garis, Memukul bola dua kali 3.Bagian tubuh pemain termasuk
pakaian dan asesoris menyentuh net atau sisi lapangan lawan,,
memukul bola sebelum melewati net.

B. Cara Menghitung Point

Perhitungan skor dalam tenis lapangan untuk mendapatkan satu


game, adalah sebagai berikut : Apabila skor mencapai 40-40
dinamakan deuce. Pemain harus memenangkan dua poin lagi untuk
memenangkan permainan. Pemain yang memasukkan bola ketika
kedudu- kan masih deuce mendapatkan “ad” atau advantage (unggul)
yang melakukan servis yang memperoleh nilai, disebut “one in”, jika
penerima yang memperoleh nilai, disebut “one out”.

Untuk memenangkan satu set, Anda harus memenangkan 6 game


dengan selisih 2 (ke- cuali menggunakan peraturan tie-break). Jadi
Anda dapat memenangkan pertandingan de- ngan skor 6-4, 6-3, 6-2,
6-1, 6-0 tetapi tidak 6-5. Jika skor mencapai 6-5, game tambahan akan
dimainkan hingga salah satu pemain unggul 2 game, jadi skornya
menjadi 7-5. 8-6, 10-8.

Sistem tie-break digunakan untuk mencegah jumlah set yang


terlalu banyak. Umumnya digunakan sistem 12 poin, jika game
mencapai 6-6. Pemain pertama harus meraih 7 poin dengan selisih 2
poin dengan lawan untuk memenangkan set dan berakhir dengan skor
7-6.

Umumnya pertandingan internasional memainkan 3 set, walau


terkadang tunggal/ ganda putra memainkan 5 set. Dalam permainan 3
set, pemain atau tim yang meraih 2 set terlebih dahulu menjadi
pemenang
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori behaviorisme segala kejadian di lingkungan sangat
mempengaruhi prilaku seseorang dan akan memberikan pengalaman
tertentu dalam dirinya. Oleh karena itu, belajar menurut teori behavior
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi individu dengan
lingkungannya, interaksi tersebut merupakan hasil dari conditioning melalui
S-R (stimulus-respons)

Proses belajar juga akan terjadi apabila ada aktivitas individu


berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.
Pertumbuhan dan perkembangan individu merupakan suatu proses sosial.
Individu tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu
individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial dan proses
belajar juga dapat dimasukan muatan kecakapan hidup agar dapat
memenuhi kehidupan sehari-hari.

kecakapan hidup dapat diartikan sebagai kemampuan atau


keterampilan membangun sikap, mental dan kompetensi untuk menghadapi
tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari. Kecakapan hidup peserta
didik juga dapat ditingkatkan melalui olahraga seperti tennis, sebab pada
permainan tenis membutuhkan kerja sama tim, sportif, komunikasi dan
tanggung jawab pada permainan tersebut.

Dengan olahraga tennis peseta didik diharapkan dapat


mengembangkan Dengan olahraga tennis siswa diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan kerja tim, Penetapan tujuan, Manajemen
Waktu, Kecakapan Emosional, Komunkasi Interpersonal, Kecakapan Sosial,
Kepemimpinan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

Melalui olahraga tennis juga diharpakn peserta didik akan mampu


memahi dirinya sendiri dan dapat mengontrol emosinya, Pada proses belajar
tennis peserta didik akan berinteraksi dengan lingkuangan sosial dan
fisiknya sehingga dapat meningkatkan kecakapan hidupnya
Pada penelitian ini diharapkan bahwa Pengembangan life skills atau
kecakapan hidup dapat ditingkatkan melalui permainan tennis.

2.4 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan diatas maka
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

“Terdapat peningkatan Pengembangan Life skills Melalui Aktivitas


Olahraga Tennis “
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan, sedangkan penelitian merupakan sasaran untuk mencari kebenaran.
Pada dasarnya penelitian adalah upaya mengumpulkan data yang dianalisis.
Terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data,
tujuan, kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, penulis memilih metode
penelitian eksperimen. Dijelaskan (Sugiyono, 2015., hlm 107) menyatakan
bahwa metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadapat yang
lain dalam kondisi yang terkendali. ditegaskan (metode penelitian
eksperimen adalah “satu-satunya metode penelitian yang bener-bener dapat
menguji hipotesis hubungan sebab-akibat”.

Pada penelitian ini berfokus kepada variabel – variabel bebas yang


mempengaruhi variabel terikat.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian True Eksperimen Design
dengan menggunakan pretest - posttest control grup design yang
didalamnya terdapat kelompok kontrol yang bertujuan untuk mengontrol
semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakulikuler
tenis lapang di SMK 45 Lembang. Untuk menentukan sampel Teknik yang
digunakan adalah Puposive sampling. Teknik ini yang penentuannya dengan
melakukan pertimbangan tertentu. Sehingga sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah 20 siswa yang mengikuti ekstrakulikuler tenis lapang di
SMK 45 Lembang.
Untuk mengetahui peningkatan life skills siswa pada permainan tenis,
instrument yang digunakan adalah angket, karena dengan angket akan
diketahui sejauh mana peningkatan life skills dalam proses pembelajaran
tersebut dan untuk mengetahui secara jelas peningkatan life skills tersebut
dapat menggunakan uji t yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
kelas memiliki perbedaan rata rata yang sama atau berbeda. sehingga
diketahui secara pasti peningkatan life skills.
3.2 Tempat, Waktu, dan Jadwal Penelitian
3.2.1 Tempat
Tempat pada penelitian ini dilakukan di SMK 45 Lembang yang
terletak jl. Barulaksana no. 186, Jayagiri, Lembang, Kabupaten Bandung
Barat, Jawa Barat 40391.

3.2.2 Waktu
Waktu penelitian ini dilakukan dengan menyesuaikan jadwal
ekstrakulikuler tenis lapang yang ada di SMK 45 Lembang yang
dilaksanakan empat kali dalam satu minggu.

3.2.3 Jadwal Penelitian


Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Waktu Kelompok Keterangan

1 Senin - Kel. Eksperimen Pemberian


- Kel. kontrol
Program

2 Rabu - Kel. Eksperimen Pemberian


- Kel. kontrol
Program

3 Kamis - Kel. Eksperimen Pemberian


- Kel. kontrol
Program

4 Sabtu - Kel. Eksperimen Pemberian


- Kel. kontrol
Program

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk memperlajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2015, hlm 297).

Populasi pada penelitian ini adalah siswa yang mengikuti


ekstrakulikuler tenis lapang di SMK 45 Lembang.

3.3.2 Sampel
Sampel adalah Sebagian dari populasi Sampel menurut (Sugiyono,
2015, hlm. 118) adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut “ Populasi pada penelitian ini adalah siswa yang
mengikuti ekstrakulikuler tenis lapang, oleh karena itu sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah 20 siswa yang mengikuti
ekstrakulikuler tenis lapang di SMK 45 Lembang.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
Puposive sampling. Dijelaskan (Sugiyono, 2015) Purposive sampling cara
penentuannya dengan melakukan pertimbangan tertentu.

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa yang
mengikuti ekstrakulikuler tenis lapang di SMK 45 Lembang tanpa
memandang siswa berprestasi atau tidak. Dalam pemilihan sampel
dilakukan dengan pertimbangan tertentu dan diambil 2 kelas, yang
pertama untuk kelas eksperimen dan yang kedua untuk kelas kontrol.
Untuk membagi sampel dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
dan kontrol, peneliti menggunakan cara pengundian dalam membagi 2
kelompok tersebut. siswa, Langkah pertama peneliti membuat nomor 1
dan 2 dalam kertas kemudian peneliti mengintruksikan siswa mengambil
gulungan tersebut. siswa yang mendapatkan kertas no 1 akan menjadi
kelompok eksperimen dan siswa yang mendapatkan kertas no 2 akan
menjadi kelompok kontrol.
3.4 Desain Penelitian
Pada penelitian dibutuhkan desain penelitian yang digunakan adalah
True Eksperimen Design. Dijelaskan (Sugiono, 2015, hlm. 112 ) bahwa
True eksperimental (eksperimen yang betul–betul), karena dalam desain ini,
penelitian dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi
jalannya eksperimen. Ciri penelitian ini adalah adanya kelompok kontrol
dan sampel dipilih secara random. Desain yang digunakan adalah Pretest –
Posttest Control Grup Design.
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen R X
Kontrol R
Sumber : sugiono, 2015, hlm 112
Keterangan :
R = kelompok eksperimen dan kelompok kontrol siswa yang
mengikuti ekstrakulikuler tenis lapang di SMK 45 Lembang.

dan Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pretest


= untuk mengetahui life skills
X= Perlakuan berupa pembelajaran menggunakan pembelajaran
tenis lapang dengan muatan life skills pada kelompok
eksperimen

= posttest pada kelompok eksperimen setelah diberi pembelajaran


tenis lapang dengan muatan lifes skills
= Posttes pada kelompok kontrol yang diberikan pembelajaran
tenis lapang tanpa muatan life skills
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan life skills pada
siswa yang mengikuti ekstrakulikuler tenis lapang di SMK 45 Lembang.

3.5 Langkah-langkah Penelitian


Dalam sebuah penelitian ini harus terdapat alur penelitian untuk
memperjelas pada sebuah rencana penelitian, maka penulis menentukan
Langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

1) Tahap Awal
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi di SMK 45 Lembang
untuk mencari fakta dilapangan dan mengetahui kekurangan siswa dalam
kecakapan hidup (Life skills)
2) Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti akan melakukan penelitian, hal
pertama yang dilakukan adalah menentukan populasi sampel dan
melakukan pre-test, kemudian penelitian melakukan eksperimen selama
12 kali pertemuan dan diakhir memberikan post-test untuk mengetahui
hasil penelitian tersebut.
3) Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini setelah penelitian kemudian peneliti
melakukan pengambilan data pada sampel yang digunakan yang akan di
olah dan dianalisis data menggunakan uji statistik sehingga akan
diketahui hasil dari penelitian ini.
Siswa yang mengikuti ekstrakulikuler tens
lapang di SMk 45 Lembang

Melakukan pre-test dengan mengisi


angket kecakapan hidup (Life skills)

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Treatment : permainan tenis lapang Tidak ada perlakuan


dengan muatan kecakapan hidup

Post-test : angket kecakapan hidup Post-test : angket kecakapan hidup

Pengolahan data

Kesimpulan

3.6 Instrumen Penelitian


Dalam penelitian diperlukan alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data. Instrumen dalam penelitian selalu berbeda – beda
dan tidak akan sama. Menurut Sugiyono (2015, hlm 148) mengatakan
bahwa Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran,
maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya
dinamakan instrument penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu
alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian .”
Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah angket atau
kuisioner, menurut Suroyo anwar (2009:168) Angket atau kuisioner
merupakan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data
faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap
fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden.
Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah angket kecakapan
hidup (Life skills) dengan skala pengukuran menggunakan skala likert,
dijelaskan (Sugiyono, 2015, hlm. 134) bahwa skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Gradasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
5 kategori penilaian yaitu Tidak sama sekali, sedikit, lumayan, banyak,
sangat banyak.
Dalam penelitian ini menggunakaafrn angket life skills dari Cronin &
Allen, 2016) dalam jurnal yang berjudul “Development and initial
validation of life skills scale for sport yang dikembangkan oleh (Nurhaqy,
2019) . Terdapat beberapa komponen life skills yang tercamtum yaitu kerja
tim, Penetapan tujuan, Manajemen Waktu, Kecakapan Emosional,
Komunkasi Interpersonal, Kecakapan Sosial, Kepemimpinan, pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan dengan kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Life skills
Kerja Tim
Olahraga yang saya tekuni Tidak
Sangat
banyak mengajari saya sama Sedikit Lumayan Banyak
Banyak
untuk… sekali
Bekerjasama dalam
1 2 3 4 5
tim/kelompok.
Membantu anggota
tim/kelompok lain untuk 1 2 3 4 5
menjalankan tugas tertentu
Menerima saran dari orang
1 2 3 4 5
lain.
Bekerja sama dengan orang 1 2 3 4 5
lain untuk kebaikan
tim/kelompok.
Membantu membangun
1 2 3 4 5
semangat tim/kelompok
Memberikan saran kepada
anggota tim/kelompok
1 2 3 4 5
tentang cara meningkatkan
permainan mereka.
Mengubah cara bermain
saya demi kepentingan 1 2 3 4 5
tim/kelompok.

Penetapan Tujuan
Olahraga yang saya tekuni Tidak
Sangat
telah mengajarkan saya sama Sedikit Lumayan Banyak
Banyak
untuk… sekali
Membantu saya membuat
target dalam memperbaiki 1 2 3 4 5
permainan.
Memberikan tantangan yang
1 2 3 4 5
harus dicapai.
Menilai pencapaian tujuan
1 2 3 4 5
saya.
Membuat tujuan jangka
pendek untuk mencapai 1 2 3 4 5
tujuan jangka panjang.
Tetap berkomitmen pada
1 2 3 4 5
tujuan saya.
Menentukan tujuan dalam
1 2 3 4 5
latihan.
Menentukan tujuan khusus. 1 2 3 4 5

Manajemen waktu
Olahraga yang saya tekuni Tidak Sedikit Lumayan Banyak Sangat
telah mengajarkan saya sama
Banyak
untuk… sekali
Mengatur waktu saya
1 2 3 4 5
dengan baik.
Menilai berapa banyak
waktu yang saya habiskan
1 2 3 4 5
untuk melakukan berbagai
aktivitas.
Mengontrol penggunaan
1 2 3 4 5
waktu saya
Membuat tujuan agar saya
dapat menggunakan waktu 1 2 3 4 5
secara efektif.

Kecakapan emosional
Olahraga yang saya tekuni Tidak
Sangat
telah mengajarkan saya sama Sedikit Lumayan Banyak
Banyak
untuk… sekali
Mengetahui cara mengatasi
1 2 3 4 5
emosi saya
Memahami bahwa perilaku
saya dapat berbeda saat 1 2 3 4 5
merasa emosional.
Memperhatikan perasaan
1 2 3 4 5
saya.
Menggunakan emosi saya
1 2 3 4 5
agar tetap fokus.
Memahami emosi orang
1 2 3 4 5
lain.
Memperhatikan perasaan
1 2 3 4 5
orang lain.
Membantu orang lain 1 2 3 4 5
menahan emosinya agar
tetap fokus.
Membantu orang lain
mengendalikan emosinya
1 2 3 4 5
saat sesuatu yang buruk
terjadi.

Komunikasi interpersonal
Olahraga yang saya tekuni Tidak
Sangat
telah mengajarkan saya sama Sedikit Lumayan Banyak
Banyak
untuk… sekali
Berbicara dengan jelas
1 2 3 4 5
kepada orang lain.
Memperhatikan apa yang
1 2 3 4 5
dikatakan orang lain.
Memperhatikan gerak-gerik
1 2 3 4 5
orang lain.
Berkomunikasi dengan baik
1 2 3 4 5
kepada orang lain

Kecakapan Sosial
Olahraga yang saya tekuni Tidak
Sangat
telah mengajarkan saya sama Sedikit Lumayan Banyak
Banyak
untuk… sekali
Memulai percakapan. 1 2 3 4 5
Berinteraksi dalam berbagai
1 2 3 4 5
lingkungan sosial.
Membantu orang lain tanpa
1 2 3 4 5
harus dimintai bantuan
Bergabung dalam kegiatan
1 2 3 4 5
kelompok.
Mengelola pertemanan yang
1 2 3 4 5
dekat.
Kepemimpinan
Olahraga yang saya tekuni Tidak
Sangat
telah mengajarkan saya sama Sedikit Lumayan Banyak
Banyak
untuk… sekali
Menetapkan standar tinggi
1 2 3 4 5
untuk tim/kelompok.
Mengetahui cara
1 2 3 4 5
memotivasi orang lain.
Membantu orang lain
memecahkan masalah 1 2 3 4 5
kinerja mereka.
Menjadi teladan yang baik
1 2 3 4 5
orang lain
Mengatur anggota
tim/kelompok untuk bekerja 1 2 3 4 5
sama
Mengakui prestasi orang
1 2 3 4 5
lain.
Mengetahui cara
mempengaruhi suatu 1 2 3 4 5
kelompok secara positif.
Mempertimbangkan
pendapat setiap anggota 1 2 3 4 5
tim/kelompok.

Pemecahan masalah dan


pengambilan keputusan
Olahraga yang saya tekuni Tidak
Sangat
telah mengajarkan saya sama Sedikit Lumayan Banyak
Banyak
untuk… sekali
Memikirkan suatu masalah
1 2 3 4 5
secara seksama.
Membandingkan setiap 1 2 3 4 5
kemungkinan penyelesaian
masalah yang terbaik.
Membuat kemungkinan
pemecahan masalah 1 2 3 4 5
sebanyak mungkin.
Mengevalusi pemecahan
1 2 3 4 5
untuk suatu masalah.
Kisi-kisi telah dilakukan uji coba dan sudah diketahaui validitas dan
reliabilitasnya. Menurut (Nurhaqy, 2019) nilai setip item pernyataan dari delapan
komponen life skills memiliki diatas 0,65 sehingga setiap butir pernyataan dapat
dinyatakan valid.
Reabilitas pada instrumen ini koefisien korelasi interclass dalam penelitian
ini semuanya diatas kriteria 0,70 terlihat hasil analisis data dalam delapam
komponen Life skills sebagai berikut Kerja tim (0,93), Penetapan tujuan (0,93),
Manajemen waktu (0,92), kecakapan emosional (0,87), komunikasi interpersonal
(0,89), kecakapan sosial (0,86), Kepemimpinan (0,93), Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan (0,82).
3.7 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan Langkah paling utana dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui Teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,
2015, hlm. 308).

Terdapat beberapa cara dalam pengumpulan data yaitu observasi,


wawancara, dokumentasi dan kuisioner. Pada penelitian ini dalam
mengumpulkan data yaitu menggunakan kuisioner life skills. Dijelaskan
((Sugiyono, 2015, hlm. 199) bahwa kuisioner merupakan Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan lanjutan dari tahap pengumpulan data.
Teknik analisis data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu
penelitian, maka dari tiu peneliti harus mengerti teknik analisis data agar
penelitiannya mempunyai nilai yang baik. Merajuk pada jenis data maka
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
analisis data kuantitatif.
3.8.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
mengetahui apakah data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
atau berada dalam sebaran normal. Distribusi normal adalah distribusi
simetris dengan modus, mean dan median berada dipusat. Distribusi
normal diartikan sebagai sebuah distribusi tertentu yang memiliki
karakteristik berbentuk seperti lonceng jika dibentuk menjadi sebuah
histogram (Nuryadi, Astuti, Utami, & Budiantara, 2017)

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang


diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan
adalah jika nilai Lhitung> Ltabel maka H0 ditolak, dan jika nilai Lhitung<
Ltabel maka H0 diterima (Murwani, 2001:20). Hipotesis statistik yang
digunakan:

H0 : sampel berdistribusi normal

H1 : sampel data berdistribusi tidak normal

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam analisis normalitas


data yaitu Liliefors, kolmogorof-smirnov, chi square, dan sebagainya.

3.8.2 Uji Homogenitas


Uji homogenitas adalah suatu prosedur uji statistik yang
dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data
sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama (Nuryadi
et al., 2017).
Bahwa uji homogenitas bertujuan untuk mencari tahu apakah dari
beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama atau
tidak. Dengan kata lain, homogenitas berarti bahwa himpunan data yang
kita teliti memiliki karakteristik yang sama. Pengujian homogenitas juga
dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa sekumpulan data yang
dimanipulasi dalam serangkaian analisis memang berasal dari populasi
yang tidak jauh berbeda keragamannya.

Perhitungan uji homogenitas dapat dilakukan dengan berbagai cara


dan metode, beberapa yang cukup populer dan sering digunakan antara
lain: uji Harley, Cochran, levene dan Barlett.

3.8.3 Uji T-Test satu sampel (One sampel t- test)


Pengujian rata-rata satu sampel dimaksudkan untuk menguji nilai
tengah atau rata-rata populasi µ sama dengan nilai tertentu µo, lawan
hipotesis alternatifnya bahwa nilai tengah atau rata-rata populasi µ tidak
sama dengan µo. Pengujian satu sampel pada prinsipnya ingin menguji
apakah suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda
secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Nilai tertentu
di sini pada umumnya adalah sebuah nilai parameter untuk mengukur
suatu populasi.

Rumus uji t ini menurut (Nuryadi et al., 2017) adalah sebagai berikut

Keterangan :

= nilai t hitung

= rata-rata sample

= nilai parameter

= standar deviasi sample


= jumlah sample

Interprestasi

1) Untuk menginterprestasikan nilai t-test terlebih dahulu harus


tentukan :
- Nilai sigma α

- ( degree of freedom) = N-K, khusus untuk One test sampel t-

test = n-1

2) Dibandingkan nilai dengan


3) Apabila

- > berbeda secara signifikansi ( ditolak )

- < tidak berbeda secara signifikansi (


ditolak )
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Deskripsi Data


Dalam pengambilan data penulis mengambil data menggunakan instrument
angket. Pada tabel 4.1 penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasan
pada penelitian ini. Penulis melakukan penelitian di SMK 45 Lembang dengan
sampel sebanya 20 siswa yang mengikuti ekstrakulikuler tenis lapang.

Tabel 4. 1 Deskripsi Hasil Data Angket Life skills

Pre-Test Post-Test
Kelompok
Skor Mean sd Varian Skor Mean sd Varian

Eksperimen
391 39,10 1,663 2,767 498 49,80 1,476 2,178
(Terintegrasi
Life skills)

Kontrol

(Tidak 384 38,40 1,430 2,044 391 39,10 1,197 1,433


terintegrasi
Life skills)

Pada tabel 4.1 dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 20 siswa yang
di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eskperimen dan kelompok kontrol.
Masing-masing kelompok terdiri dari 10 siswa, untuk kelompok eksperimen
diberikan treatment permainan tenis lapang yang terintegrsi life skills sedangkan
kelompok kontrol tidak diberikan treatment permainan tenis lapang yang
terintegrasi life skills.

Dari deskripsi tabel 4.1 dapat diketahui bahwa data pre-test pada kelompok
eksperimen memiliki skor total 392, rata-rata 39,10, standar deviasi 1,663, dan
varian 2,767. Dan untuk data post-test pada kelompok eksperimen memiliki skor
total 498, rata-rata 49,80, standar deviasi 1,476 dan varian 2,178.
Sedangkan kelompok kontrol pada pre-test memiliki skor total 384, rata-rata
38,40, standar deviasi 1,430 dan varian 2,044. Sedangkan post-test pada
kelompok kontrol memiliki skor total 391, rata-rata 39,10, standar deviasi 1,197
dan varian 1,433.

1.2 Uji Prasyarat


Dalam pengolahan dan analisis data, sebelum mengolah dan menganalisis
data hasil penelitian dibutuhkan beberapa langkah untuk menentukan jenis
pengolahan data yang akan digunakan (statistik parametrik atau non parametrik).
Maka dalam penentuannya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai
prasyarat untuk pengolahan data.

1.2.1 Uji Normalitas


Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Data normal merupakan syarat (tidak mutlak) sebelum
melakukan uji paired sample t-test. Pada penelitian ini penulis menggunakan uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov pada software SPSS versi 25. Menurut Darajat
& Abduljabar (2014:128) kriteria dalam pengambilan keputusan untuk
menyatakan data berdistribusi normal atau tidak. Apabila nilai sig > 0,05 maka
data dinyatakan berdistribusi normal, jika nilai sig < 0,05 maka data dinyatakan
tidak normal. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov
Kelompok Data Keterangan
Stat. Sig.

Pre-test Eksperimen 0,197 0,200

Post-test Eksperimen 0,246 0,087


Normal
Pre-test Kontrol 0,167 0,200

Post-test Kontrol 0,174 0,200


Kriteria pengambilan keputusan yaitu:

1. Jika nilai sig > 0,05 maka penyebaran data normal.


2. Jika nilai sig < 0,05 maka penyebaran data tidak normal.

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi kelompok eksperimen
data pre-test 0,200 > 0,05 ini menunjukan bahwa penyebaran data normal, dan
post-test pada kelompok eksperimen 0,087 > 0,05 ini menunjukan bahwa
penyebaran data normal. Begitu pula dengan nilai signifikansi data pre-tes dan
post-test kelompok kontrol 0,200 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa penyebaran
data normal.

1.2.2 Uji Homogenitas


Uji homogenitas merupakan uji untuk mengetahui data berdistribusi
homogen atau tidak. Uji homogenitas merupakat syarat (tidak mutlak) sebelum
melakukan uji independent sample t-Test. Pada penelitian ini uji homogenitas
yang digunakan yaitu Levene’s menggunakan software SPSS versi 25.
Berdasarkan (Darajat & Abduljabar 2014) dasar pengambilan keputusan yang
digunakan yaitu:

1. Jika nilai sig > 0,05 maka distribusi data homogen.


2. Jika nilai sig < 0,05 maka distribusi data tidak homogen.

Tabel 4. 3 Hasil Uji Homogenitas


Levene's Sig. Keterangan

Based on Mean 0,451 0,718 Homogen

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa hasil dari uji homegenitas


menggunakan Levene’s yaitu nilai signifikansi Based on Mean adalah sebsar
0,718 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa varians data post-test kelas
eksperimen dan kontrol adalah homogen.
1.3 Uji Hipotesis
Terdapat pengaruh permainan tenis lapang yang terintegrasi life skills
terhadap peningkatan life skills.

Tabel 4. 4 Hasil Uji Paired Sample t-Test

Mean Sig. (2tailed)

Permainan tenis lapang terintegrasi Life skills -10,700 0,000

Permainan tenis lapang tidak terintegrasi Life skills -700 0,066

Menurut Darajat & Abduljabar (2014, hlm. 156) pengambilan keputusan


berdasarkan nilai probabilitas dalam uji paired sampel t-test yaitu:

1. Jika nilai probabilitas > 0,05; maka H0 diterima.


2. Jika nilai probabilitas < 0,05; maka H0 ditolak.
Hipotesis penelitian:

Ho: Tidak terdapat peningkatan yang signifikan antara sebelum perlakuan dan
sesudah perlakuan Permainan tenis lapang yang terintegrasi life skills
terhadap peningkatan life skills.

H1: Terdapat peningkatan yang signifikan antara sebelum perlakuan dan


sesudah perlakuan permainan tenis lapang yang terintegrasi life skils
terhadap peningkatan life skills.

Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai probabilitas (sig. 2tailed) pada
permainan tenis lapang yang terintegrasi life skills adalah sebesar 0,000 < 0,05
maka Ho Ditolak dan dan H1 diterima. Sedangkan nilai probabilitas (sig. 2tailed)
pada permainan tenis lapang yang tidak terintegrasi life skills adalah sebesar 0,066
> 0,05 maka Ho Diterima dan HI Ditolak. Dapat disimpulkan bahwa melalui
permainan tenis lapang yang terintegrasi life skills dapat meningkatkan
kemampuan life skills secara signifikan sedangkan permainan tenis lapang yang
tidak terintegrasi life skills tidak dapat meningkatkan kemampuan life skills.
1.4 Pembahasan
Peningkatan permainan tenis lapang yang terintegrasi Life skills terhadap
peningkatan Life skills

Setelah dilakukan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa terdapat


pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan life skills pada siswa SMK 45
Lembang melalui permainan tenis lapang yang terintegrasi life skills. Berdasarkan
hasil uji paired sample t-test nilai sig adalah 0,000 < 0,05. Bisa dinyatakan juga
bahwa terdapat perbedaan rata-rata (mean) sebesar -10,700. Ini berarti adanya
peningkatan life skills yang signifikan melalui permainan tenis lapang yang
terintegrasi dengan life skills. Life skills dapat diajarkan melalui olahraga
khususnya dalam penelitian ini life skills di integrasikan kedalam permainan tenis
lapang yang dimana dalam proses permainan tenis lapang ini siswa diberikan
pemahaman tentang life skills disetiap pertemuannya. Diperkuat dengan
pernyataan Gould and Carson (2008), yang menyatakan bahwa life skills dapat
difasilitasi atau dikembangkan dalam olahraga dan ditransfer untuk digunakan
dalam keadaan non-olahraga. Hal ini diperkuat dengan teori belajar
koneksionisme. Menurut Thorndike yang menyatakan bahwa belajar adalah
hubungan antara stimulus dan respon sebanyak-banyaknya dan secara berulang-
ulang. Sehingga olahraga harus menjadi fasilitas untuk mengembangkan life skills
siswa yang dalam pelaksanaannya mampu menstimulus siswa dengan baik tentang
life skills sehingga siswa dapat merespon dan memahami life skills untuk
diterapkan dalam kehidupan.

1.5 Kelebihan
Pada penelitian ini terdapat kelebihan selama peneliti melakukan penelitian.
Kelebihan dalam penelitian ini berupa.

1. Hal baru yang diterapkan dalam ekstrakulikuler tenis lapang di SMK 45


Lembang
2. Dengan mengintegrasi life skills kedalam olahraga tenis lapang, pelatih atau
guru lebih sadar akan pentingnya pengembangan life skills bagi siswa.
3. Adanya peningkatan life skills secara signifikan melalui permainan tenis
lapang yang terintegrasi life skills.

1.6 Kekurangan
Dalam penelitian terdapat kekurangan selama peneliti melakukan penelitian
dan kekurangan penelitian ini berupa:

1. Penelitian tidak general yang berarti hanya berfokus pada satu instansi.
2. Tidak membahas komponen life skill secara terpisah sehingga, tidak terlihat
perkembangan komponen life skill mana yang lebih menonjol.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

1.1 Kesimpulan
Dari analisis data yang telah dilakukan, untuk mengetahui pengaruh
permainan tenis lapang yang terintegrasi life skills terhadap peningkatan life skills
dan perbedaan antara permainan tenis lapang yang terintegrasi life skills dengan
permainan tenis lapang yang tidak terintegrasi life skills terhadap peningkatan life
skills pada siswa SMK 45 Lembang. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan yang signifikan terhadap peningkatan life skills pada siswa SMK 45
Lembang melalui permainan tenis lapang yang terintegrasi life skills. Karena pada
kelompok eksperimen diberikan materi tentang life skills pada setiap pertemuan
sehingga peningkatan life skills lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol.
Dengan demikian pengembangan life skills melalui permainan tenis lapang dapat
dilaksanakan dengan baik.

1.2 Implikasi
1. Penelitian ini dijadikan rekomendasi oleh banyak pihak khususnya para
guru ekstrakulikuler tenis lapang, agar lebih menyadari pentingnya
mengembangkan dan meningkatkan life skills siswa.
2. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan life skills
melalui aktivitas olahraga maupun pendidikan jasmani.
3. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu acuan para guru ekstrakulikuler
tenis lapang dalam mengembangkan life skills siswa.

1.3 Rekomendasi
1. Pada penelitian selanjutnya, untuk lebih mendalami data yang di peroleh
baik pretest dan posttest dengan menambah banyaknya populasi agar
perhitungan lebih akurat dan mencapai titik yang paling tepat dengan
apakah perubahan ketika terjadi peningkatan atau tidaknya ketika dilakukan
life skills siswa yang mengikuti ekstrakulikuler tenis lapang. Manfaat
pengembangan life skills seharusnya terus diteliti dengan berbagai karakter
anak dengan latar belakang yang berbeda. Karena penelitian ini berfokus
hanya pada 1 instansi saja. Keanekaragaman yang bias meningkatkan
populasi yang diteliti. Seperti meneliti disekolah dalam lingkup Kecamatan,
Kota atau Kabupaten.
2. Pada penelitian selanjutnya lebih mendalami dalam membahas
pengembangan life skills sehingga dapat terlihat komponen life skills yang
lebih menonjol dalam pengembangan life skills.
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiyah, D. D. (2019). MUATAN LIFE SKILLS DALAM KURIKULUM 2013


DAN. 2(September), 107–113.

Bakhtiar, S., & Ballard, R. J. (2015). PEMBINAAN PRESTASI TENIS. Malang:


Wineka Media.

Baruwadi, D. (2008). PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KECAKAPAN


HIDUP DALAM PENINGKATAN KEMANDIRIAN PEMUDA Darwin.
(1997).

Cronin, L. D., & Allen, J. (2016). Development and initial validation of the Life
skills Scale for Sport. Psychology of Sport & Exercise.
https://doi.org/10.1016/j.psychsport.2016.11.001

Daulay, P. (2014). MODEL PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP ( LIFE


SKILLS ) BAGI ANAK PUTUS. 39.

Gould, D., & Carson, S. (2008). International Review of Sport and Exercise
Psychology Life skills development through sport : current status and future
directions. (March 2013), 37–41.
https://doi.org/10.1080/17509840701834573

Murti, Handoko. (2002). Tenis Sebagai Prestasi dan Profesi. Jakarta: Tyas Biratno
Pallal

Jasmani, P., & Olahraga, D. A. N. (2019). Alvian Agung Nurhaqy, 2019


PENGEMBANGAN LIFE SKILLS MELALUI PENIDIKAN JASMANI DAN
OLAHRAGA Universitas Pendidikan Indonesia │ repository.upi.edu │
perpustakaan.upi.edu.

Juliantine, Tite. (2015).Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung:FPOK UPI.

Kendellen, K., Camiré, M., Bean, C. N., & Forneris, T. (2016). Integrating life
skills into Golf Canada ’ s youth programs : Insights into a successful
research to practice partnership. 0704(September).
https://doi.org/10.1080/21520704.2016.1205699

Lutfiansyah, D. Y. (2017). PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS)


DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)
UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN DAN KEMANDIRIAN
BERWIRAUSAHA.

Mahmoudi, A., & Golsa Moshayedi. (2012). Life skills Education for Secondary
Education. Life Science Journal, 9(3), 1393–1396.

Muhdi, S., & Listyaning. (2016). PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP ( LIFE


SKILLS ) MELALUI CHILD FRIENDLY TEACHING MODEL ( CFTM )
SEBAGAI DASAR MEMBANGUN KARAKTER SISWA.

Nugroho, W. (2016). PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN


MOTOR EDUCABILITY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN
DASAR TENIS LAPANGAN. 1–7.

Nurhaqy, A. A. (2019). PENGEMBANGAN LIFE SKILLS MELALUI


PENIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA.

Nuryadi, Astuti, T. D., Utami, E. S., & Budiantara, M. (2017). DASAR-DASAR


STATISITIK PENELITIAN. Yogyakarta: SIBUKU MEDIA.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta

Sukadiyanto. (2005). Prinsip-prinsip Pola Bermain Tenis Lapangan. (4), 261–


281.

Sumantri, M. S. (2011). PENGEMBANGAN KETERAMPILAN HIDUP ( LIFE


SKILLS ). 15(April), 51–56.

Susandi, A. (2020). Pendidikan Life skills dalam Penanaman Nilai-Nilai Agama


Islam di Sekolah Dasar 95. 6(2), 95–111.

Yasriuddin, & Wahyudin. (2017). Tenis lapangan Metode Mengajar & Teknik
Dasar Bermain. Makassar: FAHMIS PUSTAKA.
Yuliwulandana, N. (2016). PENGEMBANGAN MUATAN KECAKAPAN HIDUP
(LIFE SKILL) PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH.
LAMPIRAN

Statistics
PREEKS POSTEKS PREKNTR POSTKNTR
P P L L
N Valid 10 10 10 10
Missing 0 0 0 0
Mean 39.10 49.80 38.40 39.10
Std. Error of Mean .526 .467 .452 .379
Median 39.00 50.00 38.50 39.00
Mode 37a 50 40 39a
Std. Deviation 1.663 1.476 1.430 1.197
Variance 2.767 2.178 2.044 1.433
Range 4 5 4 4
Minimum 37 48 36 37
Maximum 41 53 40 41
Sum 391 498 384 391
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KELAS Statistic df Sig. Statistic df Sig.
HASI PRE_EKSP .197 10 .200* .846 10 .053
L POST_EKSP .246 10 .087 .897 10 .202
PRE_KNTRL .168 10 .200 *
.908 10 .268
POST_KNTR .174 10 .200 *
.952 10 .691
L
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variance


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
HASI Based on Mean .451 3 36 .718
L Based on Median .443 3 36 .724
Based on Median and .443 3 32.019 .724
with adjusted df
Based on trimmed mean .446 3 36 .722

Paired Samples Test


Sig.
(2-
taile
Paired Differences t df d)
95% Confidence
Std. Std. Interval of the
Deviati Error Difference
Mean on Mean Lower Upper
Pair 1 PREEKSP - .949 .300 -11.379 -10.021 - 9 .000
- 10.70 35.66
POSTEKS 0 7
P
Pair 2 PREKNTR -.700 1.059 .335 -1.458 .058 - 9 .066
L- 2.090
POSTKNT
RL

Anda mungkin juga menyukai