Anda di halaman 1dari 124

UNIVERSITAS TANJUNG PURA

Pelaksanaan Kelas Kolaborasi


Program Praktisi Mengajar Tahun 2023
Universitas Tanjung Pura

MATA KULIAH : PERENCANAAN PELABUHAN


TEMA4 : PERENCANAAN DERMAGA (DED) DAN GUDANG

OLEH : Ir. Muhammad Fadly, ST, MT

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
DEFINISI
DERMAGA ADALAH BANGUNAN PELABUHAN UNTUK MERAPAT DAN MENAMBATKAN
KAPAL YANG MELAKUKAN KEGIATAN BONGKAR MUAT DAN MENAIK TURUNKAN
PENUMPANG (TRIATMODJO, 2010)

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
PEMILIHAN TIPE DERMAGA
FAKTOR-FAKTOR DALAM PEMILIHAN TIPE DERMAGA
1. JENIS KAPAL YANG AKAN DILAYANI
2. UKURAN KAPAL
3. KONDISI TOPOGRAFI DAN TANAH DASAR LAUT
4. KONDISI HIDRO-OSEANOGRAFI
5. BIAYA

www.ubt.ac.id
Wharf Tipe Terbuka (Tiang Pancang) Pel. gorontalo

Wharf Tipe Tertutup (Caisson) D. Soetta, Pel. Dermaga Apung Sinjai


Makassar
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
STRUKTUR DERMAGA/WHARF
1. DERMAGA KONSTRUKSI TERBUKA (DECK ON PILE)
2. DERMAGA KONSTRUKSI TERTUTUP (BATAS AIR DAN DARAT BERUPA SOLID/IMPERMEABLE AIR LAUT\
(CAISSON, SHEETPILE, TALUD, DINDING PENAHAN TANAH, DSB)

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
PIER

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
JETTY ; DERMAGA YANG DIBANGUN MENJOROK KELUAR UNTUK MENDAPATKAN KEDALAMAN TERTENTU

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
PERENCANAAN DIMENSI AWAL DERMAGA

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
KRITERIA DESAIN DERMAGA
1. LOKASI LAYOUT DERMAGA
2. FUNGSI DERMAGA (SESUAI DENGAN OPERASIONAL KAPAL)
1. PERALATAN APA YANG ADA DIATAS DERMAGA
2. BEBAN-BEBAN YANG BEKERJA SELAMA OPERASIONAL
MAUPUN NON OPERASIONAL
3. PRASARANA LAIN, dsb
3. DATA TEKNIS PERENCANAAN
DENAH AWAL
KONDISI HIDROOSEANOGRAFI
PASUT, GELOMBANG, ARUS
KRITERIA KAPAL RENCANA
RENCANA MATERIAL KONSTRUKSI
RENCANA FENDER
RENCANA BOLLARD/BITT
RENCANA AWAL KONFIGURASI TIANG
SOIL INVESTIGASI
RENCANA PEMBEBANAN DAN KOMBINASI
www.ubt.ac.id PEMBEBANAN
www.untan.ac.id
REFERENSI PERENCANAAN
1. Peraturan Pembebanan Indonesia SNI (1983)
2. Peraturan Beton Indonesia SNI (1991)
3. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
4. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (1983)
5. Standar Teknis Untuk Sarana-Sarana Pelabuhan di Jepang (1985)
6. Design and Construction of Port and Marine Structure, A def Quin
(1972)
7. Perencanaan Pelabuhan, Bambang Triatmodjo
8. Perencanaan Pelabuhan Sudjono K (1985)
9. SNI – Gempa
10.AISC LRFD Code Design
11.ACI Code Desig
12.dsb
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
PENEMPATAN LAYOUT DERMAGA
PENEMPATAN LAYOUT DERMAGA SEBAIKNYA
TELAH MELEWATI BERBAGAI
PERTIMBANGAN PEMILIHAN LOKASI YANG
TEPAT DENGAN MEMPERTIMBANGAN ASPEK
TEKNIS(TOPO,BATI, LAHAN DARATAN,
KONDISI GEOTEKNIK, DSB), LINGKUNGAN,
EKONOMI , KESELAMATAN PELAYARAN, dsb

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
FUNGSI DERMAGA
DALAM PERENCANAAN DERMAGA, FUNGSI UTAMA DERMAGA HARUS DIKETAHUI DIKARENAKAN AKAN SANGAT
BERPENGARUH TERHADAP GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA DERMAGA, PERALATAN-PERALATAN YANG AKAN
BEROPERASI DIATAS DERMAGA, SARANA-DAN PRASARAN LAINNYA YANG ADA DI DERMAGA, RENCANA PENEMPATAN
BARANG YANG DIBONGKAR MUAT/ALUR KELUAR MASUK PENUMPANG DSB.

1. DERMAGA GENERAL CARGO


2. DERMAGA CURAH KERING
3. DERMAGA CURAH CAIR
4. DERMAGA KONTAINER
5. DERMAGA MILITER
6. DERMAGA KAPAL IKAN
7. DERMAGA KAPAL WISATA
8. DERMAGA FERRY
9. DERMAGA TANKER
10. dsb

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
PERALATAN

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
RENCANA AWAL

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
DESAIN AWAL BALOK DAN PELAT - Bentang AB (Satu ujung menerus)
L = 6000
D. DIMENSI BALOK DAN PLAT
6000 390
hmin = . 0.4 + = 310.425 mm
1. Dimensi Balok 18.5 700

dmin = hmin - 1/2 Dia. Tul. Utama - Dia. Tul. Sengkang - Tebal Selimut
- Berdasarkan pasal 9.7. SK SNI 03 - 2847 - 2002, untuk beton bertulang tebal selimut beton = 310.425 - 0.5 . 2 - 1.2 - 5
minimum yang harus di sediakan untuk tulangan adalah 50 mm = 303.225 mm

dmin 303.225
- Tebal minimum balok nonprategang berdasarkan pada tabel 8. SK SNI 03 - 2847 - 2002, untuk b = = = 202.150 mm
1.5 1.5
kuat leleh tulangan (fy) selain 400 Mpa, nilainya harus dikalikan dengan (0.4 + fy / 700)
Jadi Ukuran Baloknya adalah b x h = 202.150 x 310.425
- Untuk Perhitungan balok didasarkan pada perhitungan berikut :
dmin = ( 1.5 - 2.0 ) x b
- Bentang BC (Dua ujung menerus)
dmin L = 6000
b =
1.5
6000 390
hmin = . 0.4 + = 273.469 mm
21 700

dmin = hmin - 1/2 Dia. Tul. Utama - Dia. Tul. Sengkang - Tebal Selimut
= 273.469 - 0.5 . 2 - 1.2 - 5
= 266.269 mm
5.00 m

D E F b =
dmin
=
266.269
= 177.513 mm
1.5 1.5

Jadi Ukuran Baloknya adalah b x h = 177.513 x 273.469

Secara praktis jika lendutan diperhitungkan, hmin dapat diambil antara 1/8 sampai dengan
5.00 m

A B C 1/10 dari panjang bentang.

L 6000
hmin = = = 750 mm
8 8

dmin = hmin - 1/2 Dia. Tul. Utama - Dia. Tul. Sengkang - Tebal Selimut
= 750.000 - 0.5 . 2 - 1.2 - 5
= 742.800 mm

6.00 m 6.00 m 6.00 m dmin 742.800


b = = = 495.200 mm
1.5 1.5

Jadi Ukuran Baloknya adalah b x h = 495.200 x 750.000


Panjang Bentang AB = 6000 mm
www.ubt.ac.id
Panjang Bentang BC = 6000 mm www.untan.ac.id 2
Fy = 390 Mpa Untuk pemodelan awal digunakan balok dengan ukuran 450 x 700 mm
DESAIN AWAL BALOK DAN PELAT
2. Tebal Plat Tebal plat menurut persyaratan geser

- Untuk Perencanaan tebal plat digunakan persamaan pada tabel 10. SK SNI 03 - 2847 - 2002. Bo = 2800 mm
- Untuk tulangan dgn tegangan leleh diantara 300 Mpa dan 400 Mpa digunakan interpolasi linear
Wu . ln
- Panjang bentang bersih dalam arah momen yang ditinjau diambil dari sisi pelat terpanjang dari vu = 1.15
2
seluruh plat yang ditinjau
311.1014 x 5
= 1.15
Tebal plat berdasarkan syarat lendutan 2
a. Tebal minimum pelat tanpa balok interior tanpa penebalan dinding luar balok pinggir Tebal pelat menurut persyaratan geser
= 894.416525 kN
f'c = 33.2 Mpa (K400) Bo = mm 2800
ln = 6000 mm Tebal pelat Wu. S 311,1014 x 5
Vumenurut
= 1,15persyaratan geser
= 1,15 = 894,41664 kN
2 2
wu = 1 Wd + 2 Wl
Untuk Fy = 300 Mpa Bo 1.2
=
= 8.2404 +mm 1.6
2800 30
ln 6000 Wu = 1,2 Wd + 1,6Wu.
Wl S 311,1014 x 5
t = = = 166.67 mm = = 1,15 kN/m2
Vu57.88848 = 1,15 = 894,41664 kN
36 36 = 1,2 2
8,64 + 1,6 30 2
= 289.4424
= kN/m
58,368 kN/m2
Untuk Fy = 400 Mpa Wu == 1,2 311,10144
Wd + 1,6 Wl kN/m'
ln 6000 = 1,2 8,64 + 1,6 30
t = = = 181.82 mm
33 33 =3.Vu 58,368 33 x
kN/m2 894416.525
894416,64
d =  = 293,503496 mm
 = f ' c311,10144
.bo kN/m'
1 33.2
0,6 0.5 0,5 .
29,61 2800
2800
Untuk Fy = 390 Mpa , diperoleh dari hasil interpolasi kedua tebal pelat diatas
= 277.193311
3.Vu 6 .Vumm 3 x 894416,64
t = 180.3 mm dd ==  = 293,503496 mm
 f ' c .2
bo  0,6 29,61
0,5
. 2800

1     f ' c .bo
 c 
b. Tebal minimum pelat tanpa balok interior tanpa penebalan untuk panel dalam 6 .Vu
d =
6 x2 
= 1     f ' c .894416,64
bo = 195,6689974 mm
Untuk Fy = 300 Mpa  c 2
0,5
.
0,6 1 + 29,61 2800
ln 6000 6 1 x 894416.525
t = = = 166.67 mm = 6 x 894416,64
36 36 = 2 0.5 = 195,6689974 mm
d = 1
0,6
  .d
(
12.Vu +2
1 1+
 1 1
) 0,5
29,61 33.2 2800 2800
.

Untuk Fy = 400 Mpa   s  2  f ' c .bo


ln 6000 =  bo
184.7955405 
12.Vu mm
t = = = 181.82 mm d =
33 33  s .d x 
 12
=   2  f ' c .bo 894416,64
 bo 40.d  0,5
.
Untuk Fy = 390 Mpa , diperoleh dari hasil interpolasi kedua tebal pelat diatas Gunakan nilai 'd' yang
0,6 terbesar yaitu
+ 2 = 29,61
277.193311 mm dan asumsi tebal selimut beton
2800
www.ubt.ac.id
t = 180.3 mm www.untan.ac.id
50.00 mm Jadi 12 2800
= tebal plat yang digunakan adalah
x 894416,64 =
0,5
350.00 mm berdasarkan syarat geser.
40.d .
DATA TEKNIS PERENCANAAN
PELABUHAN YELLU
BOR TYPE : P Rig / Ymh MT-110 L O CAT IO N : YELLU
BORE HOLE NO. : DH. - 01 BOR MASTER : Lucky
GROUND ELEVATION : On Eksisting DATA STARTED :
GROUND WATER ELEVATION : - ……… Meter DATA FINISHED :
1. Data Kapal STANDARD PENETRATION TEST

Core Recovery
- DWT = 12000 Ton

Boring Log
Depth ( m )

Thickness
Sampling

N2 ( 15 - 30 )
N3 ( 30 - 45 )
N1 ( 0 - 15 )

N VALUE
Date

Unit

(%)
- Panjang Kapal (L) = 100.58 m Soil Description
GRAPHIC SPT
- Lebar Kapal (B) = 30.5 m
- Tinggi Kapal (H) = 6.029 m 0
0 10 20 30 40 50 60
0

- Draft Kapal (d) = 4.5 m 1 -1


- Kecepatan Merapat kapal (V) = 0.15 m/s 2 SPT 2 2 1 3 -2
- Luas Penampang kapal yang terendam air m2
15 15 15 45
= 137.25 Pasir halus, lanau, k ulit k erang, abu-abu

6.00
3
muda -3

- Luas sisi kapal dibawah permukaan air 2


= 452.61 m 4 SPT 4 3 3 6
-4
15 15 15 45
5 1
-5
2. Data Hidro - Oseanografi 6 SPT 7 8 4 12
-6
- Kedalaman terendah = 12 m 7
15 15 15 45

-7
- Koefisien tekanan arus = 1 8 SPT 10 9 6 15
- Percepatan grafitasi ( g ) = 9.81 9
15 15 15 45 -8

- Berat Jenis Air Laut ( γo ) = 1.025 10


-9
SPT 2 10 9 10 19
- Kecepatan Angin (VA ) = 90 km/jam 15 15 15 45 -10
11
- Tinggi Pasang Surut = 1.8 m -11
12 SPT 12 13 10 23
15 15 15 45 -12
3. Data Struktur
13

-13
- Mutu Baja ( fy ) = 390 Mpa 14 SPT 1 11 12 14
15 15 15
26
45
-14
- Mutu Beton ( f'c ) = 33.2 Mpa 15 3 N < 30

= K 400
-15
16 SPT 14 15 18 33
15 15 15 45
= 400 kg/cm2 (silinder) 17 -16

22.00
pasir sedang /k asar, k arang, padat, abu-
= 0.83 x 400 18 SPT abu 15 16 20 36 -17
15 15 15 45
= 332 kg/cm2 (kubus) 19 -18

= 332 x 10 20 SPT 4 17 20 25 45 -19

= 100 21
15 15 15 45
-20
= 33.2 Mpa 22 SPT 17 22 28 50 N > 50 -21
15 15 15 45
23 -22
4. Data Tiang Pancang
24 SPT 20 27 34 61 N > 60
Mutu JIS A 5525 SKK 490 15 15 15 45
-23

25 5
Yield Strength (Fy) = 235 Mpa -24

Tensile Strength (ft) = 400 MPa


26 SPT 21 27 36 63
-25
15 15 15 45

ɸ = 711.2 mm 27
-26

t = 14 mm 28 SPT 20 30 35
15 15 15
65
45 -27

Diameter Tiang = 71.12 cm END OF BORE HOLE 28.00 M


-28
N > 60
D

A = 306.5 cm 2

S
www.untan.ac.id

LEGEND
www.ubt.ac.id
Z = 5240 cm 3
Pengambilan Sampel Tabung
Pengujian SPT
M'd
D'r
C'h
Pr
Tg
Kd
Sheet :
1 of 1
PEMBEBANAN DAN KOMBINASI PEMBEBANAN
1. BEBAN MATI
Contoh Beban mati struktur dermaga dapat dilihat pada tabel berikut :
Berat Plat Dermaga = 529,2 Ton
Berat Balok Listplank = 142,2 Ton
Berat Balok Arah X = 201,6 Ton
Berat Balok Arah Y = 138,2 Ton
Berat Balok Fender = 96,8 Ton
Berat Tiang = 141,7 Ton
Berat Fender = 3,2 Ton
Berat Bolder = 2,0 Ton W1 = Wc = 30,48 ton
Berat Kansteen = 1,3 Ton W2 = W x DF = 30,48 x 1,25 = 33,10 ton
Berat Pilecap Tunggal = 116,1 Ton Wtotal = W1 + W2 =30,48 + 33,10 = 68,58 ton
Berat Pilecap Ganda = 145,2 Ton Area distribusi adalah :
TOTAL Berat Bangunan = 1.517 Ton A = (6,10 + 2 x 0,2) x (2,4 + 2 x 0,2) = 6,50 x 2,84 = 18,46 m2
Berat Lain-Lain 5% x 1.517 Ton = 76 Ton Sehingga beban terdistribusi adalah:
TOTAL BEBAN MATI (WD) = 1.593 Ton UDL = Q/A = 68,58/18,46 = 3,715 ton/m2 ~ 4,0 ton/m2

2. BEBAN HIDUP
Secara Praktis, Beban Hidup dalam perencanaan ini diambil dari
Beban Merata yaitu sebesar 2 ton/m2 - 4 ton/m2 yang dimana
nilai ini berdasarkan dari Japan International Cooperation Agency
(JICA) Technical Port dan United Nation Conference on Trade
W = 45 ton
Development (UNCTAD). A = 2,75 x 9,0 = 15,75 m2
Akan tetapi penerapan Beban hidup ini tergantung dari peralatan Sehingga beban terdistribusi adalah:
yang ada diatas dermaga UDL = Q/A = 45/15,75 = 2,857 ton/m2

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
3. BEBAN HORISONTAL
Beban Gelombang Pada Struktur Tiang
Dalam perhitungan gaya gelombang pada tiang vertikal dengan kondisi gelombang ρ = berat jenis air laut (=1025 kg/m3)
tidak pecah (non-breaking waves) digunakan persamaan Morison (1950) yang terdapat g = percepatan gravitasi (m/s2)
dalam Buku Structural Dynamics (Theory and Applications), McDougal. D = diameter tiang pancang (m)
H = tinggi gelombang (m)
Total gaya horizontal yang terjadi pada struktur tiang adalah: h = tinggi muka air (m)
Fx = Fd max| cos ωt | cos ωt - Fi max sin ωt k = bilangan gelombang (2π/L)
L = panjang gelombang (m)
Fd max = (1/16) x ρ x g x Cd x D x H2 x [{sin h x (2 x k x h) + 2 x k x h} / {sin h x (2 x k x h)}] CD = koefisien drag (CD=1)
Fi max = (π/8) x ρ x g Cm x D2 x H x tan h x (k x h) CM = koefisien inersia (CM=1,7)
Fx = gaya total pada arah x (N) ω = frekuensi gelombang (2π/L) (Hz)
F dmax = gaya drag maksimum (N) T = periode gelombang (detik)
t = waktu (detik)
F imax = gaya inersia maksimum (N)
Beban Arus

Drag dan Lift Forces yang disebabkan oleh perilaku arus dihitung Dimana:
FD = gaya drag akibat arus(kN)
melalui persamaan: FL = gaya angkat akibat arus(kN)
Drag forces A = luas penampang yang kena arus (m2)
FD = (1/2) x CD x ρ0 x A x U2 U = kecepatan arus (m/s2)
ρ = berat jenis air laut (= 1.03 kg/m3)
Lift forces CD = koefisien Drag (Cd = 1 untuk tiang pancang silinder)
FL = (1/2) x CL x ρ0 x A x U2 CL = koefisien Lift ( CL = 2 untuk tiang pancang silinder )
s = bagian yang free

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
3. BEBAN HORISONTAL
Beban
Sesuai ”SNI 03-1726-2003 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung" gaya geser dasar nominal
sebagai respons ragam yag pertama terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan:
Gaya akibat gempa bumi dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut.
V = C . I . K . Wt
Dimana : V = gaya geser dasar horisontal akibat gempa.
C = koefisien gempa dasar
I = faktor keutamaan
K = faktor jenis struktur
W t = berat total bangunan

Ci (Faktor respons gempa)


Nilai C diperhitungkan berdasarkan periode getar struktur:
T = 0,0853/4
Dimana :
H = tinggi bangunan di atas seabed (kedalaman air + elevasi atas dermaga = 18,8 m)
T = waktu getar (detik) = 0,767 detik

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
3. BEBAN HORISONTAL
Beban Tumbukan Kapal dan Fender
Dalam Perencanaan Beban tumbukan Kapal yang bekerja pada Dermaga, terlebih dahulu dihitung spesifikasi minimal
fender yang dibutuhkan dari hasi hitungan, kemudian dari spesifikasi tersebut dapat diketahui beban yang diserap fender
dan beban yang diteruskan dermaga.
Pemilihan Fender Dan Perhitungan Balok Fender
Berdasarkan tinggi pasang surut = 1.80 m , maka balok fender direncanakan tingginya :
Asumsi pada saat kapal sandar, akan membentur dua buah fender.
Jarak fender pada umumnya adalah L/12 s/d L/8.
200 cm = 2.00 m (fender dipasang vertikal)
Jarak Fender yang diperlukan untuk dermaga dengan kapal 12000 DWT
adalah 8.75 s/d 13.125 m. Pada perencanaan didermaga, fender ditempatkan Gaya horizontal yang bekerja pada balok fender :
setiap Jarak 12.00 m 59.4451535
F = = 29.723 t/m'
2
W = Displacement Tonnage (Ton)
Log (DT) = 0.511 + 0.913 Log (DWT)
Log (DT) = 0.511 + 3.7243 Dipilih tipe fender LMD 800H-1500L
Log (DT) = 4.2353 Data-data fender adalah sebagai berikut
DT = 17191 E = 5.3 ton m
R = 65 ton
Energi yang ditimbulkan akibat benturan kapal adalah :
W V2 Berat = 1570 kg
E = k
2 g

2
17190.6571 0.15
E = 0.5 = 19.7140563 0.5
2 9.81
25 70 70 25
= 9.8570 tm A

Energi yang diterima oleh fender = 1


E
2

= 4.929 tm
## ## 52
Gaya yang harus dipikul oleh sistem fender
w V 2 sin 2 a
f =
2 g d

dimana :
d = pergeseran fender = 0.01 m
a = sudut pendekatan = 10 ° 190
2 2
17191 0.15 sin 10
=
2 9.81 0.01
Jarak fender umumnya L/12 sampai dengan L/8
=
386.789785 0.03015369 Dengan demikian dapat dihitung jarak fender yang perlu untuk dermaga yaitu 8.75 m
0.1962 sampai dengan 13.125 m

www.ubt.ac.id = 59.44515349 ton www.untan.ac.id


Untuk keamanan dermaga, maka jarak fender ditetapkan 12.00 m
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
3. BEBAN HORISONTAL
Beban Tarikan Kapal
Besarnya gaya tarik pada Bitt dalam arah horisontal ditunjukkan oleh Tabel
3.1 di bawah ini, dan untuk gaya vertikal diambil setengah dari nilai yang ada
di dalam Tabel 3.1
Tabel 3.1 Gaya Tarik Kapal
Gaya Tarik Pada
GRT
Bitt ( ton )
200 – 500 15
501 – 1000 25
1.001 – 2.000 35
2.001 – 3.000 35
3.001 - 5.000 50
5.001 - 10.000 70
10.001 - 15.000 100
15.001 - 20.000 100
20.001 - 50.000 150
50.001 - 100.000 200
Jarak dan jumlah bitt minimum untuk beberapa ukuran kapal yang diisyaratkan
dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Jarak Bitt yang Disyaratkan
Jumlah Min.
Ukuran Kapal (GRT) Jarak Maks. (m)
Tambatan
700 s/d 2000 10 - 15 4
2001 - 5000 20 6
5001 - 20000 25 6
20001 - 50001 35 8
50001 - 100000 45 8

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
PERHITUNGAN PANJANG FIXITY POINT
Berdasarkan OCDI (Ocean Coastal Develpoment International)
2002, fixity point ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Zr = Kedalaman titik fixity point dari dasar laut (m)


SF = Faktor keamanan diambil 1,2
kh = Koefisien reaksi subgrade horizontal (kN/m3)
= 0,15 x 9810 x N-SPT =0,15 x 9810 x 3 = 4414,5 kN/m3
D = Diameter Tiang Pancang, Diameter = 0,457 m
E = Modulus elastitisat baja (kN/m3) = 20394324 kN/m3
I = Inersia penampang tiang pancang (m4)
𝜋
= 64 𝐷 4 − 𝐷𝑖 4 = 0.002141088 mm4

Dt = Diameter dalam tiang pancang (m)


t = Tebal tiang pancang (m) = 0,01257 m

Untuk mengetahui panjang tiang tertanam maka diperlukan


data penyelidikan tanah untuk memastikan titik jepit/fixity
Maka panjang tiang model (L) = dmax + z + Zr
point yang tepat. Fixity point merupakan kedalaman tiang
pancang akan berhenti berdeformasi secara lateral dan telah
dianggap tumpuan jepit.
www.ubt.ac.id
www.untan.ac.id
KOMBINASI BEBAN
Kombinasi Ultimate (Perencanaan Beton)
UCOMB1 = 1,3 DEAD + 2 LL + 2CL
UCOMB2 = 1,3 DEAD + 2 LL + 2CL + 2F
UCOMB3 = 1,3 DEAD + 2 LL + 2CL + 2B
UCOMB4 = 1,3 DEAD + EX + 0,3 EY+0,3 SPEC1 + 1,0 SPEC2
UCOMB5 = 1,3 DEAD + 0,3EX + EY +1,0 SPEC1 + 0,3 SPEC2
Kombinasi Layan (Perencanaan Tiang Baja)
LCOMB1 = DEAD + LL + CL
LCOMB2 = DEAD + LL + CL + F
LCOMB3 = DEAD + LL + CL + B
LCOMB4 = DEAD + 0,3 SPEC1 + 1,0 SPEC2
LCOMB5 = DEAD +1,0 SPEC1 + 0,3 SPEC2

www.ubt.ac.id
www.untan.ac.id
A. Kombinasi Layan B. Kombinasi Ultimate
1. D + C 1. 1.3D + 2.0 C
2. D + C + F 2. 1.3D + 2.0 C + 2.0 F
3. D + C + B a. 1.3D + 2.0 C + 2.0 F1
4. D + C + H b. 1.3D + 2.0 C + 2.0 F2
5. D + C + T c. 1.3D + 2.0 C + 2.0 F3
6. D + C + O 3. 1.3D + 2.0 C + 2.0 B
7. D + 1.0 Mc + 1.0 MT ± 1.0Ex ± 0.3Ey 4. 1.3D + 2.0 C + 2.0 H
8. D + 1.0 Mc + 1.0 MT ± 0.3Ex ± 1.0Ey 5. 1.3D + 2.0 C + 2.0 T
9. D + 1.0 Mc + 1.0 Mo ± 1.0Ex ± 0.3Ey 6. 1.0D + 2.0 C + 2.0 O
10. D + 1.0 Mc + 1.0 Mo ± 0.3Ex ± 1.0Ey 7. 1.3D + 1.0 Mc + 1.0 MT ± 1.0Ex ± 0.3Ey
11. D ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey 8. 1.3D + 1.0 Mc + 1.0 MT ± 0.3Ex ± 1.0Ey
12. D ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey 9. 1.3D + 1.0 Mc + 1.0 Mo ± 1.0Ex ± 0.3Ey
13. 0.9D ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey 10. 1.3D + 1.0 Mc + 1.0 Mo ± 0.3Ex ± 1.0Ey
14. 0.9D ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey 11. 1.3D ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey
12. 1.3D ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey
13. 0.9D ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey
14. 0.9D ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey
Keterangan:
D = Beban mati Mo = Beban Outrigger Kosong (Empty Load)
H = Beban Hidup Ex = Beban Gempa Arah X
C = Beban Crane (Full Loads) Ey = Beban Gempa Arah Y
O = Beban Outrigger (Full Loads) B = Beban Bollard (Gaya Tarik Kapal)
F = Beban Fender (Tumbukan Kapal) MT = Beban Truk Kosong (Empty Load)
T = Beban Truk Memuat (Full Load) Mc = Beban Crane Kosong (Empty Load)

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
PERENCANAAN DERMAGA DENGAN MENGGUNAKAN SAP 2000
1. DEFINISIKAN MATERIAL
2. DEFINISIKAN FRAME, PLAT
3. MEMBUAT MODEL STRUKTUR
4. DEFINISIKAN BEBAN-BEBAN YANG BEKERJA
5. CEK TIANG PANCANG (BAJA/BETON) DI SAP 2000
6. CEK ANALISIS KEBUTUHAN TULANGAN BALOK/PELAT
7. CEK GAYA-GAYA DI JOINT MAUPUN MOMEN2 YANG TERJADI
8. GAMBAR DESAIN

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
DEFINISIKAN MATERIAL

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
DEFINISIKAN FRAME/AREA

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
Membuat Model Struktur

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
Mendifinisikan Beban-Beban yang bekerja
Dengan
 DL = beban mati/DEAD
 LL= Beban hidup
 Cl = beban Arus
 F = beban fender
 B = Beban Tarikan kapal/Bolder
 Ex = beban gempa arah sumbu X
- Ey = beban gempa arah sumbu Y

Beban Mati dari Berat Struktur


Beban mati untuk balok dan plat akan dihitung secara otomatis oleh program
GroupName SelfMass SelfWeight TotalMassX TotalMassY TotalMassZ
Text Tonf-s2/m Tonf Tonf-s2/m Tonf-s2/m Tonf-s2/m
BALOK 160_90 281.83 2763.7632 281.83 281.83 281.83
BALOK 180_140 123.22 1208.3904 123.22 123.22 123.22
PELAT 275.05 2697.3 275.05 275.05 275.05
BALOK FENDER 49.93 489.6 49.93 49.93 49.93
LISTPLAN 21.78 213.624 21.78 21.78 21.78
All 751.81 7372.6776 751.81 751.81 751.81

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
BEBAN ARUS/GELOMBANG

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
BERAT SENDIRI PILECAP

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
BEBAN FENDER/BENTURAN
KAPAL

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
BEBAN TARIKAN KAPAL PADA
BOLLARD

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
ANALISIS TIANG PANCANG (BAJA/BETON) DI SAP 2000

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
Momen-momen hasil analisis gaya aksi reaksi di frame
dan titik dasar tiang

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
Tabel Hasil Analisis Gaya Reaksi pada joint untuk
kondisi Layan

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
Analisis Beton

Dalam melakukan analisis beton ini code design yang


digunakan adalah ACI 310-05/IBC2003 dengan Kombinasi
Beban Sebagai berikut :
DCON1 = 1,4 DEAD +1,4 B+ 1,4 EX + 1,4 EY
DCON2 = 1,2 DEAD +1,6 LL+ 1,4 B+ 1,2 EX + 1,2 EY
DCON3 = 1,2 DEAD +1LL + 1,2B+ 1,2EX + 1,2 EY +SPEC-1
DCON4 = 1,2 DEAD +1LL + 1,2B+ 1,2EX + 1,2 EY +SPEC-2
DCON5 = 0,9 DEAD + 0,9B+ 0,9EX + 0,9 EY +SPEC1
DCON6 = 0,9 DEAD + 0,9B+ 0,9EX + 0,9 EY +SPEC2

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
CONTOH PERENCANAAN DERMAGA

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
TERIMAKASIH

www.ubt.ac.id www.untan.ac.id
DED Dermaga Contoh

BAB 5
KRITERIA DESAIN
DAN TATA LETAK

5.1. Kriteria Desain Pelabuhan

Dalam perencanaan dermaga, terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan dermaga. Adapaun kriteria-kriteria perencanaan yang digunakan dalam
merencanakan Dermaga Contoh adalah sebagai berikut:

5.1.1. Data Kapal Rencana


 Type Kapal : Sabuk Nusantara
 Panjang Kapal (LOA) : 58,50 m
 LBP : 52,3 m
 LWL : 53,6 m
 Full load draft : 2.85 m
 Lebar Kapal (B) : 12 m
 GT/GRT : 1168 GT
 NT : 352
 Kecepatan tambat 0,25 m/det

5.1.2. Data Hidrooseanografi


 Pasang Surut
o HHWL = 2,41 m
o HWS = 1,97 m
o MSL = 1,35 m
o CD/LWL = 0,00 M

 Kecepatan Angin = 15 m/s


 Kecepatan Arus = 0,5 m/s
 Tinggi Gelombang max = 1,66 m (Timur)
DED Dermaga Contoh

 Kedalaman Rencana =-6m


5.2. Usulan tata letak dermaga

Untuk menentukan lokasi yang paling baik dari segi teknis dan menguntungkan
dari segi ekonomis serta dapat mengakomodasi keinginan Pemerintah Daerah dan
masyarakat setempat, maka disusun suatu bentuk penilaian yang terbagi kedalam Aspek
Teknis dan Aspek Non-teknis sebagai berikut:
1) Aspek Teknis:
- Lebar kolam putar, alur pelayaran dan alur masuk kolam pelabuhan,
- Kedalaman kolam pelabuhan, alur pelayaran dan alur masuk,
- Tinggi gelombang di kolam pelabuhan saat angin dominan,
- Jarak elevasi dari garis pinggir pantai,
- Tingkat sedimentasi dalam kolam pelabuhan.
2) Aspek Non-teknis:
- Ketersediaan lahan daratan,
- Aksesibilitas lokasi dan back area,
- Ketersediaan fasilitas pendukung operasional dan pelayanan,
- Kesesuaian dengan RTRW dan Tatrawil Perhubungan Propinsi Papua
Barat,
- Pengaruh terhadap lingkungan hidup dan keterkaitannya dengan kawasan
lindung.

5.2 1 Aspek Teknis

A. Lebar Kolam Putar


 Lebar Kolam Putar
Luas Kolam Putar yang digunakan untuk merubah arah kapal minimum adalaha
luasan lingkaran dengan jari-jari 1,5 kali panjang kapal total (LOA) dari kapal
terbesar yang menggunakannya. Apabila perputaran kapal dilakukan
denganbantuan jangkar minimum atau tugboat, luas kolam putar minimum adalah
luas lingkaran jari-jari sama dengan panjang kapal total (LOA).
Mengingat kondisi lokasi rencana pelabuhan Contoh terletak di areal menyempit
(diameter perairan terbesar yang dapat digunakan untuk manuver kapal adalah
sebesar = 126,90 m), maka disarankan agar perputaran kapal menggunakan bantuan
kapal tunda, sehingga Diameter kolam putar pelabuhan Contoh menjadi :
DED Dermaga Contoh

D = 2 x LOA = 2 x 58,5 = 117 meter


 Kedalaman Kolam Putar
Kedalaman kolam putar minimum Pelabuhan Contoh mengacu pada tabel berikut :
Tabel 5. 1.Kedalaman Kolam Putar
Bobot Kapal Penumpang(GT) Kedalaman (m)
500 3,5
1.000 4,0
2.000 4,5
3.000 5,0
5.000 6,0
8.000 6,5
10.000 7,0
15.000 7,5
20.000 9,0
30.000 10,0
Sumber : Triatmodjo.B, Perencanaan Pelabuhan, 2016

Berdasarkan interpolasi, kedalaman kolam putar untuk Pelabuhan Contoh dimana


Kapal Rencana Maksimum adalah 1.168 GT, maka kedalaman kolam putar sebesar
= 4,04 m
 Alur Pelayaran
Lebar alur pelayaran untuk pelabuhan Contoh dapat direncanakan untuk dua jalur.
Adapun lebar alur sebagai berikut :
Lebar Alur = 7,6 x Lebar Kapal Maksimum = 7,6 x 12,0 m = 91,2 m
 Tinggi Gelombang yang disyaratkan
Tinggi gelombang kritis di dermaga untuk kapal sedang (1168 GT) adalah sebesar
0,5 meter. Berdasarkan tinjauan analisis gelombang di pelabuhan Contoh yang
masih relatif terlindung, maka dermaga Contoh sudah memenuhi persyaratan
tersebut.
 Jarak elevasi dari garis pantai
Sedapat mungkin jarak elevasi dari garis pantai direncanakan tidak terlalu jauh
untuk mendapatkan kedalaman yang cukup mengingat investasi pelabuhan
merupakan investasi yang bernilai cukup tinggi, sehingga sebaiknya jarak dari darat
sampai ke dermaga yang memiliki kedalaman yang cukup tidak terlalu jauh agar
pelabuhan tidak terlalu mahal.
DED Dermaga Contoh

Berdasarkan analisis lokasi, maka penempatan dermaga direncanakan di sebelah


selatan dengan jarak dari garis pantai untuk mencapai kedalaman yang diinginkan
sepanjang 30 meter (Gambar).
Untuk itu, diperlukan Struktur Causeway/Trestle sepanjang 21 meter untuk
mencapai apron dermaga.
 Tingkat sedimentasi dalam kolam pelabuhan
Berdasarkan data analisis lapangan tingkat sedimentasi di lokasi rencana tidak
terlalu tinggi, hal ini disebabkan tidak terdapatnya sungai besar disekitar rencana
dermaga yang membawa material sedimentasi.

5.2. 2 Aspek Non Teknis

 Ketersediaan Lahan Daratan


Berdasarkan aspek ketersediaan lahan daratan, maka rencana penempatan dermaga
Contoh sebisa mungkin ditempatkan di lokasi daratan yang kosong dan bukan
merupakan pemukiman warga. Hal ini untuk menghindari pembiayaan ganti rugi
dan permasalahan sengketa lahan yang bisa timbul dalam masa pembangunan
dermaga/pelabuhan.
 Aksesbilitas Pelabuhan
Berdasarkan kriteria aksesbilitas pelabuhan, maka penempatan dermaga Contoh
sebaiknya direncanakan di lokasi yang mudah dijangkau oleh Jalan eksisting, hal
ini untuk memudahkan jalur keluar masuk penumpang dan barang.
 Ketersediaan fasilitas pendukung operasional dan pelayanan
Berdasarkan kriteria ini, diharapkan Pelabuhan Contoh memiliki ketersediaan
fasilitas pendukung dan operasional, terutama ketersediaan air, listrik dan supply
bahan bakar kapal.
 Kesesuaian dengan RTRW dan Tatrawil Perhubungan Propinsi Papua Barat.
Berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional KP 432 tahun 2017 disebutkan
pelabuhan Contoh merupakan pelabuhan laut dengan hierarki pelabuhan
pengumpan lokal.
Adapun berdasarkan RTRW Propinsi Papua Barat, Rencana Pembangunan
Dermaga Contoh sesuai dengan Rencana Pengembangan Transportasi Laut di
Provinsi Papua barat yaitu Pengembangan Dermaga/Pelabuhan lokal di distrik
padat pemukiman dan kepulauan terpencil di Raja Ampat antara lain Misool Timur,
DED Dermaga Contoh

Misool Selatan dan Waigeo Barat, dimana Contoh merupakan Pulau yang termasuk
dalam distrik Misool Selatan.
 Pengaruh terhadap lingkungan hidup dan keterkaitannya dengan kawasan lindung
Berdasarkan Peta Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten
Raja Ampat, dan KKPD Misool Pulau Contoh bukan merupakan Zona Inti dan
Zona Pemanfaatan terbatas sehingga tidak terkait dengan kawasan lindung. Akan
tetapi pengembangan dermaga Contoh direncanakan dengan meminimalisir
kerusakan habitat perairan seperti Karang dan Lamun.Setelah melakukan survei dan
pengolohan data maka konsultan mengusulkan Layout Rencana Dermaga Contoh
sebagai berikut
DED Dermaga Contoh

Gambar 5.1. Layout Rencana Dermaga Kampung Contoh


DED Dermaga Kampung Yelu`

5.3. Desain Dermaga

5.3.1. Kriteria Desain Dermaga

5.3.1.1. Jenis Konstruksi

Jenis konstruksi atas dermaga disarankan dari beton bertulang dengan kualitas K-
300. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan umur bangunan yang cukup lama
sebagai antisipasi perkembangan daerah. Untuk konstruksi bawah dermaga (pondasi),
dapat digunakan tiang pancang dari jenis beton pratekan atau baja. Hal tersebut akan
dianalisa lebih lanjut setelah data tanah diperoleh dari lapangan.

5.3.1.2. Mutu Bahan

Beberapa kriteria kekuatan bahan yang akan digunakan untuk perencanaan struktur
dermaga dalah sebagai berikut :
1. Berat Isi Material
a. Beton Bertulang = 2,4 t/m3
b. Beton Rabat = 2,3 t/m3
c. Pas.Batu gunung = 2,2 t/m3
d. Baja = 7,85 t/m3
e. Kayu = 1,03 t/m3
f. Tanah : Sesuai hasil penyelidikan dilaboratorium.
2. Mutu Bahan
 Beton : K-300
 Baja Tulangan : U-32
 Tiang Pancang : Tiang Pancang Baja ASTM 252-55
 Kayu : Kelas II
3. Tegangan yang diijinkan.
 Beton : 300 kg/ cm2
 Tiang Pancang Baja : fy = 2400 kg/ cm2; fu= 3600 kg/ cm2

5.3.1.3. Referensi Perencanaan

Sumber referensi dan peraturan-peraturan yang digunakan untuk analisa dan


perencanaan dermaga adalah sebagai berikut :
 Peraturan Pembebanan Indonesia SNI (1983)
 Peraturan Beton Indonesia SNI (1991)
DED Dermaga Kampung Yelu`

 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia


 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (1983)
 Standar Teknis Untuk Sarana-Sarana Pelabuhan di Jepang (1985)
 Design and Construction of Port and Marine Structure, A def Quin (1972)
 Perencanaan Pelabuhan Sudjono K (1985)
 Sumitomo Rubber Fender, Sumitomo Rubber Industries

5.3.1.4. Desain Model Awal Struktur

Dermaga direncanakan dengan dimensi awal sebagai berikut :


 Panjang Dermaga = Lp
Lp = n Loa + (n+1) x 10% x Loa
= 1 x 58,5m + (2) x 10% x 58,5m
= 70,2 meter ; dibulatkan menjadi 70,0 meter
 Lebar Dermaga
Lebar dermaga direncanakan dapat dilewati oleh 1 kendaraan dan direncanakan
selebar 9,0 meter
 Jarak antar tiang
Jarak antar tiang direncanakan 4,55 meter pada sumbu X dan 3,50 meter pada
sumbu Y
 Untuk keperluan model awal, direncanakan Diameter Tiang Pancang berkisar
antara 500 mm sampai dengan 711 mm dengan tebal 12 mm. Model tiang pancang
ini kemudian diaplikasikan di Software Permodelan Struktur untuk diperoleh
Diameter tiang pancang yang sesuai dengan kriteria Steel Design Code LRFD
 Sebagai dudukan tiang digunakan Pilecap Tunggal dan Pilecap Ganda
 Untuk menghubungkan tiang menjadi satu kesatuan grup, maka didesain Balok arah
sumbu X dan Y serta Balok Lisplank. Untuk dudukan fender didesain Balok Fender
dan untuk menghubungkan penyaluran beban direncanakan tebal plat dermaga
sebesar 35 cm.
Rencana Model awal desain dermaga dapat dilihat pada gambar berikut :
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.2. Model Awal Desain Dermaga


DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.3. Potongan Memanjang Dermaga


 Rencana Beban Yang Bekerja
A. Beban Mati (DEAD)
Beban mati struktur dermaga dapat dilihat pada tabel berikut :
1. Berat Plat Dermaga = 529,2 Ton
2. Berat Balok Listplank = 142,2 Ton
DED Dermaga Kampung Yelu`

3. Berat Balok Arah X = 201,6 Ton


4. Berat Balok Arah Y = 138,2 Ton
5. Berat Balok Fender = 96,8 Ton
6. Berat Tiang = 141,7 Ton
7. Berat Fender = 3,2 Ton
8. Berat Bolder = 2,0 Ton
9. Berat Kansteen = 1,3 Ton
10. Berat Pilecap Tunggal = 116,1 Ton
11. Berat Pilecap Ganda = 145,2 Ton

TOTAL Berat Bangunan = 1.517 Ton


Berat Lain-Lain 5% x 1.517 Ton = 76 Ton
TOTAL BEBAN MATI (WD) = 1.593 Ton
B. Beban Hidup (LL)
Beban Hidup dalam perencanaan ini diambil dari Beban Merata yaitu sebesar 2
ton/m2 yang dimana nilai ini berdasarkan dari Japan International Cooperation Agency
(JICA) Technical Port dan United Nation Conference on Trade Development (UNCTAD).
C. Beban-Beban Horisontal
1. Beban akibat Gaya Angin
Akibat gaya angin, maka beban akibat gaya angin dapat didekati dengan persamaan
berikut :
Hw = 1 x Qa x Aw = 1 x 50 x 4,5 x 5,80 m = 14.478 Kg/m2 = 14,5 Ton
2. Beban akibat Gaya Arus
Hc =

Hc = (1,025/(2 x 9,81)) x 0,152 x 58,5 x 2,85 = 2,18 Ton


Dengan demikian gaya tarik Kapal
FT = Hw + Hc = 14,5 Ton + 2,18 Ton = 16,68 Ton
Direncanakan Bollard yang akan menahan gaya tarik tambat kapal dengan kapasitas
Bollard 25 Ton dan ditempatkan di empat titik dermaga.
D. Beban Fender (F)
Beban akibat tumbukan kapal dapat dihitung dengan persamaan

Dengan
DED Dermaga Kampung Yelu`

Wa : Perpindahan air kapal yang berlabuh


V : Kecepatan kapal bertambat
Ce : Koefisien Eksentrisitas
Cm : Koefisien Kekasaran
Cc : Koefisien bentuk tambatan
Untuk Kapal bobot 400 DWT maka Wa = 1014,05 Ton
Cc = 1 ; Ce=0,17 ; Cm = 1,62
Maka Energi yang diserap

Berdasarkan brosur Fender, maka digunakan Fender Karet tipe Lambda LFMD 400H yang
dapat menahan Energi Benturan 6,52 Ton dengan Gaya Reaksi yang diteruskan ke
dermaga (R) = 38,8 Ton.
E. Beban Gempa (E)
Beban gempa dihitung dengan menggunakan spektrum gempa di lokasi Kampung
Contoh berdasarkan Aplikasi Spektrum Gempa Indonesia dari Kementerian Pekerjaan
Umum dan Pemukiman.
5.3.2. Kombinasi Beban

5.3.2.1. Kombinasi Ultimate (Perencanaan Beton)

 UCOMB1 = 1,3 DEAD + 2 LL + 2CL


 UCOMB2 = 1,3 DEAD + 2 LL + 2CL + 2F
 UCOMB3 = 1,3 DEAD + 2 LL + 2CL + 2B
 UCOMB4 = 1,3 DEAD + EX + 0,3 EY+0,3 SPEC1 + 1,0 SPEC2
 UCOMB5 = 1,3 DEAD + 0,3EX + EY +1,0 SPEC1 + 0,3 SPEC2

5.3.2.2. Kombinasi Layan (Perencanaan Tiang Baja)

 LCOMB1 = DEAD + LL + CL
 LCOMB2 = DEAD + LL + CL + F
 LCOMB3 = DEAD + LL + CL + B
 LCOMB4 = DEAD + 0,3 SPEC1 + 1,0 SPEC2
 LCOMB5 = DEAD +1,0 SPEC1 + 0,3 SPEC2
DED Dermaga Kampung Yelu`

5.3.3. Analisis Dengan Menggunakan SAP 2000

5.3.3.1. Definisi Material

Sesuai dengan kriteria desain, maka material yang didefinisikan adalah sebagai berikut :
a. Beton
Dalam desain parameter beton yang digunakan adalah sebagai berikut :
 Berat jenis beton = 2,4 ton/m3
 Modulus Geser = 1200655,4
 f'c = 2075

Gambar 5.4. Material Property Beton di SAP 2000


b. Tiang Pancang Baja
Material tiang pancang baja yang digunakan antara lain sebagai berikut :
 Berat jenis baja = 7,849 ton/m
 Modulus elastisitas = 20394324
 Fy = 24000 t/m
 Fu = 36000 t/m
 Fye = 26400 t/m
 Fue = 39600 t/m
 Tipe : ASTM 252 Grade A
 Diameter Tiang Tegak = 0,457 m
 Diameter Tiang miring = 0,457 m
 Tebal Tiang pancang = 12,7 mm
DED Dermaga Kampung Yelu`

Material tiang pancang baja ini dimodelkan dalam SAP 2000 untuk kepentingan
analisis struktur

Gambar 5.5. Material Property Baja


c. Baja Tulangan U-32
Untuk baja tulangan, material yang digunakan adalah :
 Berat jenis baja = 7,849 ton/m3
 Modulus Elastisitas = 20389019
 Fy = 32630 t/m
 Fu = 36709 t/m
 Fye = 46402,6 t/m
 Fue = 69603,9 t/m
Material besi ini kemudian dimodelkan di SAP 2000 untuk kepentingan analisis
struktur
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.6. Material Property Tulangan Baja U-32

5.3.3.2. Definisi Frame dan Pelat

Sesuai gambar awal, terdapat 6 definisi Frame antara lain dapat dilihat pada gambar berikut
:
 Listplank direncanakan dengan ukuran 1,5m x 0,25 m
 PB Fender direncanakan dengan ukuran 0,8m x 0,9m
 Balok Sumbu X (PBX) dan Sumbu Y (PBY) direncanakan dengan ukuran 0,8m x
0,5m
 Pipa Baja Tegak direncanakan dengan ukuran Diameter 457 mm tebal 12,7 mm
 Pipa Baja Miring direncanakan dengan ukuran Diameter 457 mm tebal 12,7 mm
 Pelat Beton direncanakan dengan tebal 35 mm
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.7. Mendefinisikan Frame dan Shell

5.3.3.3. Membuat Model Struktur

Model struktur dibuat berdasarkan desain awal dengan hasil sebagai berikut :

Gambar 5.8. bentuk model dalam 3 dimensi


DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.9.Gambar bentuk model sesuai dengan definisi dimensi

Gambar 5.10.bentuk model sesuai dengan no joint

5.3.3.4. Mendefinisikan Beban-Beban yang bekerja

Berdasarkan perhitungan sebelumnya maka beban-beban yang bekerja adalah


sebagai berikut :
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.11.Input Beban Yang Bekerja Pada Struktur

Dengan
 DL = beban mati/DEAD
 LL= Beban hidup
 Cl = beban Arus
 F = beban fender
 B = Beban Tarikan kapal/Bolder
 Ex = beban gempa arah sumbu X
 Ey = beban gempa arah sumbu Y

Proses Input beban di SAP 2000 dapat dilihat pada gambar berikut :
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.12.Beban Hidup Pada Pelat Dermaga

Gambar 5.13. Beban Arus Pada Tiang Pancang


DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.14. Berat Sendiri Pilecap

Gambar 5.15. Beban Fender


DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.16. Beban Tarikan Kapal/Bolder

Gambar 5.17. Beban Gempa dengan menggunakan spektrum


DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.18. Kombinasi beban sesuai dengan kriteria desain

5.3.4. Analisis Tiang Pancang Baja

Dengan menggunakan SAP 2000 maka dilakukan analisis terhadap Tiang Pancang
baja dengan menggunakan LRFD AISC untuk mengetahui apakah tiang pancang baja yang
digunakan mengalami overstress/failure/gagal struktur atau tidak. Hasil analisis kemudian
akan dicek secara otomatis untuk memastikan ukuran tiang pancang baja mampu menahan
seluruh kombinasi beban yang dibuat.
Berdasarkan hasil analisis, model yang telah dibuat ini memenuhi segala ketentuan desain
dan tidak ada tiang pancang baja yang mengalami overstress. Untuk analisis awal ini,
dilakukan asumsi panjang tiang terjepit adalah sepanjang 8 meter dikarenakan tidak
tersedianya data tanah.
Untuk mengetahui panjang tiang tertanam maka diperlukan data penyelidikan tanah
untuk memastikan titik jepit/fixity point yang tepat. Fixity point merupakan kedalaman
tiang pancang akan berhenti berdeformasi secara lateral dan telah dianggap tumpuan jepit.
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.19. Ilustrasi Fixity Point

Berdasarkan OCDI (Ocean Coastal Develpoment International) 2002, fixity point


ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Dimana;
Zr = Kedalaman titik fixity point dari dasar laut (m)
SF = Faktor keamanan diambil 1,2
kh = Koefisien reaksi subgrade horizontal (kN/m3)
= 0,15 x 9810 x N-SPT =0,15 x 9810 x 3 = 4414,5 kN/m3
D = Diameter Tiang Pancang, Diameter = 0,457 m
E = Modulus elastitisat baja (kN/m3) = 20394324 kN/m3
I = Inersia penampang tiang pancang (m4)
= ( ) = 0.002141088 mm4

Dt = Diameter dalam tiang pancang (m)


t = Tebal tiang pancang (m) = 0,01257 m

Untuk perhitungan fixity point di Yellu, N-SPT yang digunakan dalam perhitungan adalah
nilai N minimum dikarenakan sampel penyelidikan tanah yang sedikit sehingga untuk
DED Dermaga Kampung Yelu`

perhitungan perencanaan diambil nilai N konservatif. Dari hasil penyelidikan tanah


diketahui nilai N adalah 3.
Sehingga perhitungan Zr adalah sebagai berikut :

Dengan demikian panjang total Tiang terjepit dalam model struktur adalah sebagai berikut:
Kedalaman maksimal (dmax) = 7,0 meter
Tinggi tiang dari Surut (z) = 2,0 meter
Fixity point (Zr) = 4,0 meter

Maka panjang tiang model (L) = dmax + z + Zr = 7,0 m + 2,0 m + 4,0 m = 13,0 meter

Setelah dilakukan analisis SAP 2000 maka kemampuan tiang pancang baja untuk
menerima seluruh kombinasi beban yang telah dimasukkan kedalam program dihitung
dengan menggunakan code AISC-LRFD 93 dengan ketentuan batasan minimal sebagai
berikut :
 Design Code : AISC-LRFD93
 Time History Design : Envelopes
 Framing Type : Moment Frame
 Phi (Bending) = 0,9
 Phi (Compression) = 0,85
 Phi (Tension) = 0,90
 Phi (Shear) = 0,90
 Phi (Compression) = 0,90
 Demand Capacity Ratio = 0,95
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.20. Hasil Cek analisis kapasitas tiang pancang baja

Dari hasil analisis tiang pancang dengan menggunakan kombinasi beban layan, dapat
diketahui bahwa seluruh tiang pancang baja telah memenuhi ketentuan AISC LRFD
dengan tidak adanya rasio tegangan-regangan yang lebih dari 0,85 sehingga dimensi tiang
pancang baja 0,457 m dapat digunakan dalam struktur.
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.21. Momen-momen hasil analisis gaya aksi reaksi di frame dan titik dasar tiang

Tabel 5. 2. Tabel Hasil Analisis Gaya Reaksi pada joint untuk kondisi Layan

Dari hasil analisis gaya reaksi pada joint diketahui Gaya reaksi terbesar adalah 211,9043
Ton, untuk itu untuk satu tiang pancang direncanakan minimal memiliki kapasitas daya
dukung tiang lebih dari 212 ton. Berdasarkan data penyelidikan tanah, kedalaman tanah
keras untuk mencapai N-SPT = >50 dapat diperoleh pada kedalaman 23 meter dari dasar
DED Dermaga Kampung Yelu`

laut. Adapun daya dukung ujung tiang pada N-SPT 50 dapat dihitung melalui persamaan
meyerhoff.
Qu = 4 x Nb x Ab
Nb = Nilai N-SPT diujung = 50
Ab = Luas Ujung Tiang (ft2) = 1,7749
Qu = 4 x Nb x Ab = 4 x 50 x 1,7749 = 425,97 Ton
Wt = At x s = 0,0177 m2 x 7,85 t/m = 0,1389 t/m
Qa = (Qu – Wt ) x L x 1/SF = (425,97 -0,1389) / 2
Qa = 212,92 Ton
Dengan demikian tiang dipancang untuk menerima beban maksimum 212,92 Ton dengan
safety factor 2.
Jika dihubungkan dengan hasil analisi SAP 2000, maka diketahui bahwa
Qa = 212,92 Ton (Daya Dukung/Tahanan Dukung)
Gaya Reaksi maksimum = 211,94 Ton
Qa > Gaya Reaksi maksimum; Tiang dapat menahan gaya reaksi maksimum dari model
kombinasi pembebanan (Struktur Aman)

Selain mengetahui daya dukung tiang, maka perlu diketahui juga perpindahan maksimum
yang terjadi pada tiang. Batas minimal perpindahan adalah sebesar H/200 sesuai dengan
ketentuan Berdasarkan hasil analisis SAP 2000 dapat diketahui bahwa akibat kombinasi
pembebanan pada dermaga yang bekerja, perpindahan maksimum yang terjadi adalah
sebesar L/200 dimana L adalah panjang tiang pancang yang terjepit. Berdasarkan hasil
analisis, perpindahan yang terjadi pada joint tiang pancang dapat dilihat pada tabel 5.3
Hasil Analisis Perpindahan Titik.

Tabel 5. 3. Tabel Hasil Analisis Perpindahan Titik


DED Dermaga Kampung Yelu`

DISPLACEMENT
Joint OutputCase CaseType StepType U1 U2 U3 R1 R2 R3
Text Text Text Text m m m Radians Radians Radians
2 UCOMB1 Combination -0.000012 0.000583 -0.002189 -0.00023 0.000175 -0.000001551
2 UCOMB2 Combination -0.000603 -0.060981 -0.00219 -0.000326 0.000262 -0.000487
2 UCOMB3 Combination 0.000057 0.030962 -0.002344 -0.000321 0.000175 -0.000135
2 UCOMB4 Combination Max -0.000007538 0.000353 -0.001356 -0.000221 0.000035 -0.000001313
2 UCOMB4 Combination Min -0.000007538 0.000353 -0.001356 -0.000221 0.000035 -0.000001313
2 UCOMB5 Combination Max -0.000012 0.000583 -0.002189 -0.00023 0.000175 -0.000001551
2 UCOMB5 Combination Min -0.000012 0.000583 -0.002189 -0.00023 0.000175 -0.000001551
2 LCOMB1 Combination -0.000008986 0.000438 -0.001651 -0.00019 0.000116 -0.000001243
2 LCOMB2 Combination -0.000379 -0.03804 -0.001651 -0.00025 0.000171 -0.000305
2 LCOMB3 Combination 0.000034 0.019425 -0.001748 -0.000246 0.000117 -0.000085
26 LCOMB1 Combination -0.000008239 0.000407 -0.001936 -0.000417 0.000000668 6.555E-07
26 LCOMB2 Combination -0.000425 -0.051111 -0.002067 -0.000673 -0.000007437 -0.000666
26 LCOMB3 Combination 0.000004392 0.015086 -0.002026 -0.000472 0.000002219 0.000136
26 LCOMB5 Combination Max -0.000005509 0.000266 -0.001234 -0.000356 -3.645E-08 6.415E-07
26 LCOMB5 Combination Min -0.000005509 0.000266 -0.001234 -0.000356 -3.645E-08 6.415E-07
26 LCOMB4 Combination Max -0.000005509 0.000266 -0.001234 -0.000356 -3.645E-08 6.415E-07
26 LCOMB4 Combination Min -0.000005509 0.000266 -0.001234 -0.000356 -3.645E-08 6.415E-07
28 UCOMB1 Combination -0.000011 0.000544 -0.002607 -0.000521 -0.000004903 0.000001032
28 UCOMB2 Combination -0.000706 -0.089051 -0.002382 -0.001088 -0.000025 -0.001287
28 UCOMB3 Combination 0.000017 0.026226 -0.002764 -0.000616 -0.000001411 0.000395
28 UCOMB4 Combination Max -0.000006556 0.000321 -0.001475 -0.000423 -0.000004932 0.000001042
28 UCOMB4 Combination Min -0.000006556 0.000321 -0.001475 -0.000423 -0.000004932 0.000001042
28 UCOMB5 Combination Max -0.000011 0.000544 -0.002607 -0.000521 -0.000004903 0.000001032
28 UCOMB5 Combination Min -0.000011 0.000544 -0.002607 -0.000521 -0.000004903 0.000001032
28 LCOMB1 Combination -0.000008226 0.000407 -0.001937 -0.000414 -0.000004092 8.621E-07
28 LCOMB2 Combination -0.000443 -0.05559 -0.001796 -0.000768 -0.000016 -0.000804
28 LCOMB3 Combination 0.000009496 0.016458 -0.002035 -0.000473 -0.00000191 0.000247
28 LCOMB5 Combination Max -0.000005464 0.000268 -0.00123 -0.000352 -0.00000411 8.682E-07
28 LCOMB5 Combination Min -0.000005464 0.000268 -0.00123 -0.000352 -0.00000411 8.682E-07
28 LCOMB4 Combination Max -0.000005464 0.000268 -0.00123 -0.000352 -0.00000411 8.682E-07
28 LCOMB4 Combination Min -0.000005464 0.000268 -0.00123 -0.000352 -0.00000411 8.682E-07
30 UCOMB1 Combination -0.000011 0.000554 -0.002548 -0.000445 -0.000032 0.000001449
30 UCOMB2 Combination -0.000718 -0.096513 -0.002636 -0.000754 -0.000034 -0.001493
30 UCOMB3 Combination -1.795E-07 0.030401 -0.002711 -0.000549 -0.000034 0.000304
33 UCOMB4 Combination Max -0.000002979 -0.001589 -0.002143 -0.000546 -0.000000949 -8.942E-07
Max 0.001489 0.031082 0 0.000849 0.000508 0.000456
Min (abs) 0.006965 0.030401 0.004992 0.00338 0.000238 0.001493
Max/Min 0.006965 0.031082 0.004992 0.00338 0.000508 0.001493
Syarat min H/200 0.065 0.065 0.065 0.065 0.065 0.065
Cek d max/min << H/200 OK OK OK OK OK OK

Dari hasil analisis tabel diatas dapat disimpulkan bahwa displacement joint pada struktur
masih berada dalam rentang aman.

5.3.5. Analisis Beton

Dalam menentukan parameter dimensi awal balok dan pelat beton dilakukan
pendekatan sebagai berikut :
DED Dermaga Kampung Yelu`

1. Dimensi Balok

- Berdasarkan pasal 9.7. SK SNI 03 - 2847 - 2002, untuk beton bertulang tebal selimut beton
minimum yang harus di sediakan untuk tulangan adalah 50 mm

- Tebal minimum balok nonprategang berdasarkan pada tabel 8. SK SNI 03 - 2847 - 2002, untuk
kuat leleh tulangan (fy) selain 400 Mpa, nilainya harus dikalikan dengan (0.4 + fy / 700)

- Untuk Perhitungan balok didasarkan pada perhitungan berikut :


dmin = ( 1.5 - 2.0 ) x b
dmin
b =
1.5
3.50 m

D E F
3.50 m

A B C

4.55 m 4.55 m 4.55 m

Panjang Bentang AB = 4550 mm


Panjang Bentang BC = 3500 mm
Fy = 390 Mpa

- Bentang AB (Satu ujung menerus)


L = 4550

4550 390
hmin = . 0.4 + = 235.405 mm
18.5 700

dmin = hmin - 1/2 Dia. Tul. Utama - Dia. Tul. Sengkang - Tebal Selimut
= 235.405 - 0.5 . 2 - 1.2 - 5
= 228.205 mm
DED Dermaga Kampung Yelu`

dmin 228.205
b = = = 152.137 mm
1.5 1.5
Jadi Ukuran Baloknya adalah b x h = 152.137 x 235.405
- Bentang BC (Dua ujung menerus)
L = 3500

3500 390
hmin = . 0.4 + = 159.524 mm
21 700

dmin = hmin - 1/2 Dia. Tul. Utama - Dia. Tul. Sengkang - Tebal Selimut
= 159.524 - 0.5 . 2 - 1.2 - 5
= 152.324 mm

dmin 152.324
b = = = 101.549 mm
1.5 1.5

Jadi Ukuran Baloknya adalah b x h = 101.549 x 159.524

Secara praktis jika lendutan diperhitungkan, hmin dapat diambil antara 1/8 sampai dengan
1/10 dari panjang bentang.

L 4550
hmin = = = 568.75 mm
8 8

dmin = hmin - 1/2 Dia. Tul. Utama - Dia. Tul. Sengkang - Tebal Selimut
= 568.750 - 0.5 . 2 - 1.2 - 5
= 561.550 mm

dmin 561.550
b = = = 374.367 mm
1.5 1.5
Jadi Ukuran Baloknya adalah b x h = 374.367 x 568.750
Mengingat balok direncanakan terekspos langsung dengan air laut, maka harus ada
Penambahan selimut beton 160 mm (standar perhubungan selimut beton di laut 80 mm)

Untuk pemodelan awal digunakan balok dengan ukuran 534.367 x 728.750 mm 2


Untuk memudahkan perhitungan, model balok di SAP 2000 500 x 800.000 mm2

Untuk tahap awal, desain balok dermaga dapat dimodelkan langsung dengan
menggunakan SAP 2000.
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.22. Model Desain Balok Dermaga Di SAP 2000

Dalam melakukan analisis beton ini code design yang digunakan adalah ACI 310-
05/IBC2003 dengan Kombinasi Beban Sebagai berikut :
DCON1 = 1,4 DEAD +1,4 B+ 1,4 EX + 1,4 EY
DCON2 = 1,2 DEAD +1,6 LL+ 1,4 B+ 1,2 EX + 1,2 EY
DCON3 = 1,2 DEAD +1LL + 1,2B+ 1,2EX + 1,2 EY +SPEC-1
DCON4 = 1,2 DEAD +1LL + 1,2B+ 1,2EX + 1,2 EY +SPEC-2
DCON5 = 0,9 DEAD + 0,9B+ 0,9EX + 0,9 EY +SPEC1
DCON6 = 0,9 DEAD + 0,9B+ 0,9EX + 0,9 EY +SPEC2
DED Dermaga Kampung Yelu`
DED Dermaga Kampung Yelu`
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.23. Input Kombinasi Beban pada SAP 2000

Adapun untuk Spektrum Gempa di Contoh dapat dilihat pada desain spktra litbang
Kementerian PU sebagai berikut :
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.24. Input Spektrum Gempa Di SAP 2000

Beban gempa dari respon spektrum diaplikasikan pada berat sendiri model di SAP
2000 sebagai berikut :
DED Dermaga Kampung Yelu`
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.25. Input Pembebenan Kombinasi dan Gempa di SAP 2000

Setelah aplikasi dijalankan, maka kebutuhan tulangan balok dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 5.26. Kebutuhan Tulangan Pada Balok


DED Dermaga Kampung Yelu`

Adapun selengkapnya SAP 2000 akan mengeluarkan kebutuhan tulangan balok


beton dermaga berdasarkan ACI 318-05/IBC2003 seperti gambar berikut :

Gambar 5.27.Output Luasan Kebutuhan Tulangan Pada Balok


Tabel keluaran kebutuhan luas tulangan masing-masing balok kemudian dianalisis
lebih lanjut sebagai berikut :
1. Tulangan Balok PBX dan PBY
Dari hasil analisis SAP 2000 diketahui kebutuhan tulangan maksimum atas dan bawah
PBX adalah sebagai berikut
1. Tulangan Atas/Tumpuan ; As = 26,893 cm2
2. Tulangan Bawah ; As = 14,599 cm2
Untuk itu dalam desain tulangan minimum digunakan sebagai berikut :
1. Tulangan Atas
 Diameter D22
 Luas Tulangan D22 = 3,801 cm
 Jumlah Tulangan = 8 Tulangan
 As desain = 8 x 3,801 = 30,408 cm2
As desain (30,408) > As minimum (26,893)
2. Tulangan Bawah
3. Diameter D22
DED Dermaga Kampung Yelu`

4. Luas Tulangan D22 = 3,801 cm


5. Jumlah Tulangan = 6 Tulangan
6. As desain = 6 x 3,801 = 22,806 cm2
As desain (22,806) > As minimum (14,599)

Gambar 5.28. Hasil Analisis Kebutuhan Tulangan Beton di SAP 2000


2. Desain pelat dermaga
Untuk menentukan dimensi pelat dermaga awal maka dilakukan analisis sebagai berikut :
DED Dermaga Kampung Yelu`

- Untuk Perencanaan tebal plat digunakan persamaan pada tabel 10. SK SNI 03 - 2847 - 2002.
- Untuk tulangan dgn tegangan leleh diantara 300 Mpa dan 400 Mpa digunakan interpolasi linear
- Panjang bentang bersih dalam arah momen yang ditinjau diambil dari sisi pelat terpanjang dari
seluruh plat yang ditinjau

Tebal plat berdasarkan syarat lendutan


a. Tebal minimum pelat tanpa balok interior tanpa penebalan dinding luar balok pinggir

f'c = 33.2 Mpa (K400)


ln = 4550 mm

Untuk Fy = 300 Mpa


ln 4550
t = = = 126.39 mm
36 36

Untuk Fy = 400 Mpa


ln 4550
t = = = 137.88 mm
33 33

Untuk Fy = 390 Mpa , diperoleh dari hasil interpolasi kedua tebal pelat diatas
t = 136.73 mm

b. Tebal minimum pelat tanpa balok interior tanpa penebalan untuk panel dalam

Untuk Fy = 300 Mpa


ln 4550
t = = = 126.39 mm
36 36

Untuk Fy = 400 Mpa


ln 4550
t = = = 137.88 mm
33 33

Untuk Fy = 390 Mpa , diperoleh dari hasil interpolasi kedua tebal pelat diatas
t = 136.73 mm

Tebal plat menurut persyaratan geser

Bo = 2800 mm
Wu . ln
vu = 1.15
2
311.1014 x 5
= 1.15
2

= 894.416525 kN
DED Dermaga KampungTebal
Yelu` pelat menurut persyaratan geser

Bo = 2800 mm
Wu. S 311,1014 x 5
Tebal pelat
Vumenurut
= 1,15persyaratan geser
= 1,15 = 894,41664 kN
2 2
wu = 1.2 Wd + 1.6 Wl
= Bo 1.2
= 2800
8.2404 +mm 1.6 30
Wu = 1,2 Wd + 1,6Wu.
Wl2S 311,1014 x 5
= Vu57.88848
= 1,15 kN/m = 1,15 = 894,41664 kN
= 1,2 8,64
2 + 1,6 30 2
= 289.4424
= kN/m kN/m2
58,368
Wu == 1,2 311,10144
Wd + 1,6 Wl kN/m'
= 1,2 8,64 + 1,6 30
=3.Vu 58,368 3 3 xx
kN/m2 894416.525
894416,64
d =  = 293,503496 mm
 = f ' c311,10144
.bo kN/m' 0.5 0,5
0.6 0,633.229,61 . 2800
2800

= 277.193311
3.Vu 6 .Vumm 3 x 894416,64
dd ==  = 293,503496 mm
 f ' c .2
bo  0,6 29,61
0,5
. 2800

1     f ' c .bo
 c 
6 .Vu
d =
6 2 
= 1   
x
 f ' c .894416,64
bo = 195,6689974 mm
 c 2 0,5
.
0,6 1 + 29,61 2800
6 1 x 894416.525
=
=
6 x 894416,64
= 195,6689974 mm
2 0.5

d =
0.6
0,6 (
12.Vu + 2
1 1+ )
29,61 33.2 2800 2800
1
. 0,5

  .d  1
  s  2  f ' c .bo
= 184.7955405
bo 12.Vu  mm
d =
  s .d 
=
  12 x2  f ' c .bo 894416,64
 bo 40.d  0,5
.
Gunakan nilai 'd' yang
0,6 terbesar yaitu
+ 2 = 277.193311
29,61 mm dan asumsi tebal selimut beton
2800
80.00 mm Jadi 2800
= tebal plat yang digunakan adalah = 350.00 mm berdasarkan syarat geser.
12 x 894416,64
0,5
40.d .
0,6 + 2 29,61 2800
= 130,6022800
d2 + 18284,28 d - 10732999,68
Dengan demikian, tebal pelat dapat dimodelkan di SAP 2000 sebagai berikut :
== 225,0949
130,602 mm
d2 + 18284,28 d - 10732999,68

Gunakan
= nilai d yangmm
225,0949 terbesar yaitu 293,5035 mm dan asumsi tebal selimut beton
50 mm. Jadi tebal pelat yang digunakan adalah 350 mm berdasarkan syarat geser.
Gunakan nilai d yang terbesar yaitu 293,5035 mm dan asumsi tebal selimut beton
50 mm. Jadi tebal pelat yang digunakan adalah 350 mm berdasarkan syarat geser.

Gambar 5.29. Model Plat Dermaga di SAP 2000


DED Dermaga Kampung Yelu`

1.0 4.5 4.5 4.5 4.5

3.5
3.5

Gambar Denah Lantai Dermaga

Lantai dermaga dari konstruksi beton bertulang dengan :


- Tebal Pelat = 35 cm
- Mutu beton = 19.125 Mpa
- Mutu baja ( fy ) = 320 Mpa

Beban yang bekerja pada lantai dermaga :


- Berat sendiri lantai (t) = 35 cm
2
- Beban merata = 2 ton/m
- Beban roda = 6 ton/roda

Untuk perhitungan lantai dermaga, dianggap merupakan terjepit pada


keempat sisinya.
lx = 3.5 m
ly = 4.5 m
3.5
Untuk Ly/Lx = 1.27 didapat :
XLx = 21
XLy = 21
Xtx = 52 4.5
Xty = 52
A. Akibat berat sendiri :
2
- Berat sendiri = 0.35 x 2.4 = 0.84 t/m
- Berat air hujan = 0.05 x 1.0 = 0.05 t/m2
qDL = 0.89 t/m2
2
MLx = 0.001 x 0.89 x 3.5 x 21 = 0.2290 ton-m
2
MLy = 0.001 x 0.89 x 3.5 x 21 = 0.2290 ton-m
2
Mtx = -0.001 x 0.89 x 3.5 x 52 = -0.567 ton-m
2
Mty = -0.001 x 0.89 x 3.5 x 52 = -0.567 ton-m

2
B. Akibat beban merata 2 ton/m :
2
MLx = 0.001 x 2.00 x 3.5 x 21 = 0.5145 ton-m
2
MLy = 0.001 x 2.00 x 3.5 x 21 = 0.5145 ton-m
2
Mtx = -0.001 x 2.00 x 3.5 x 52 = -1.274 ton-m
2
Mty = -0.001 x 2.00 x 3.5 x 52 = -1.274 ton-m
DED Dermaga Kampung Yelu`

C. Akibat beban roda truk :


Untuk perhitungan ini dipakai tabel dari buku Konstruksi Beton Indonesia
karangan SUTAMI dengan rumus :

a1 x bx a2 x by
+ + a3
Lx Ly
M = x W
bx by
+ + a4
Lx Ly

Untuk Ly/Lx = 1.27 didapat :

Tabel 4.3. Koefisien Momen Lantai Dermaga


a1 a2 a3 a4
MLx -0.062 -0.017 0.130 0.390
MLy -0.017 -0.062 0.130 0.390
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065
Tekanan gandar = 6 ton
Tekanan roda = 6 ton
Luas bidang kontak = ( 0.2 x 0.5 ) m2
20 10 20 20

45o 45o
30

a b

Gambar 4.5. Distribusi Beban Roda Lantai Dermaga

a = 50 + 2 * 0.5 ( 30 ) = 80 ) cm
b = 20 + 2 * 0.5 ( 30 ) = 50 cm
Luas bidang penyebaran tekanan = ( 50 x 80 ) cm2

- 1 (satu) roda ditengah plat :


bx = 80 cm
by = 50 cm
80

Lx Lx = 350 cm
50 Ly = 445 cm
W = 6 ton
Ly

Tabel 4.4. Perhitungan Momen beban 1 (satu) roda pada lantai dermaga
Koefisien Momen Perhitungan Momen
Momen
a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1(bx/lx) a2(by/ly) M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
MLx -0.062 -0.017 0.13 0.39 0.229 0.112 -0.014 -0.002 0.935
MLy -0.017 -0.062 0.13 0.39 0.229 0.112 -0.004 -0.007 0.978
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065 0.229 0.112 0.014 0.015 -1.389
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065 0.229 0.112 0.031 0.007 -1.353
DED Dermaga Kampung Yelu`

- 1 (satu) kendaraan pada satu plat :

80

255
175 95 Lx = - 95
80

Ly 50

Keadaan I :
bx = 255 cm by = 50 cm Lx = 350 cm
bx' = 80 cm by' = 50 cm Ly = 445 cm
( 255 x 50 )
W = x 6 = 19.125 ton
( 80 x 50 )
Tabel 4.5. Perhitungan Momen beban 1 (satu) kendaraan keadaan I pada lantai dermaga
Koefisien Momen Perhitungan Momen
Momen
a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1(bx/lx) a2(by/ly) M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
MLx -0.062 -0.017 0.13 0.39 0.729 0.112 -0.045 -0.002 1.288
MLy -0.017 -0.062 0.13 0.39 0.729 0.112 -0.012 -0.007 1.719
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065 0.729 0.112 0.045 0.015 -2.956
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065 0.729 0.112 0.099 0.007 -2.498
Keadaan II :
bx = 95 cm by = 50 cm Lx = 350 cm
bx' = 80 cm by' = 50 cm Ly = 445 cm
( 95 x 50 )
W = x 6 = 7.125 ton
( 80 x 50 )
Tabel 4.6. Perhitungan Momen beban 1 (satu) kendaraan keadaan II pada lantai dermaga
Koefisien Momen Perhitungan Momen
Momen
a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1(bx/lx) a2(by/ly) M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
MLx -0.062 -0.017 0.13 0.39 0.271 0.112 -0.017 -0.002 1.024
MLy -0.017 -0.062 0.13 0.39 0.271 0.112 -0.005 -0.007 1.090
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065 0.271 0.112 0.017 0.015 -1.588
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065 0.271 0.112 0.037 0.007 -1.530
Momen yang terjadi : (Keadaan I - Keadaan II)
MLx = 0.264 ton
MLy = 0.629 ton
Mtx = -1.368 ton
Mty = -0.968 ton
- 2 (dua) kendaraan pada satu plat dengan jarak as minimum 100 cm

80
180

100 20 Lx = - 20
80

Ly 50
DED Dermaga Kampung Yelu`

Keadaan I :
bx = 180 cm by = 50 cm Lx = 350 cm
bx' = 80 cm by' = 50 cm Ly = 445 cm
( 180 x 50 )
W = x 6 = 13.50 ton
( 80 x 50 )

Tabel 4.7. Perhitungan Momen beban 2 (dua) kendaraan keadaan I pada lantai dermaga
Koefisien Momen Perhitungan Momen
Momen
a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1*bx/lx a2*by/ly M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
MLx -0.062 -0.017 0.13 0.39 0.514 0.112 -0.032 -0.002 1.277
MLy -0.017 -0.062 0.13 0.39 0.514 0.112 -0.009 -0.007 1.518
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065 0.514 0.112 0.032 0.015 -2.457
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065 0.514 0.112 0.070 0.007 -2.219

Keadaan II :
bx = 20 cm by = 50 cm Lx = 350 cm
bx' = 80 cm by' = 50 cm Ly = 445 cm
( 20 x 50 )
W = x 6 = 1.50 ton
( 80 x 50 )

Tabel 4.8. Perhitungan Momen beban 2 (dua) kendaraan keadaan II pada lantai dermaga
Koefisien Momen Perhitungan Momen
Momen
a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1*bx/lx a2*by/ly M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
MLx -0.062 -0.017 0.13 0.39 0.057 0.112 -0.004 -0.002 0.334
MLy -0.017 -0.062 0.13 0.39 0.057 0.112 -0.001 -0.007 0.327
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065 0.057 0.112 0.004 0.015 -0.408
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065 0.057 0.112 0.008 0.007 -0.413
Momen yang terjadi : (Keadaan I - Keadaan II)
MLx = 0.944 ton
MLy = 1.190 ton
Mtx = -2.048 ton
Mty = -1.806 ton
Tabel 4.9. Kombinasi pembebanan 1,4 MD + 2,0 ML pada lantai dermaga

Momen Berat Sendiri Beban Merata Truck Beban Rencana

MLx 0.2290 0.5145 0.9436 2.6077


MLy 0.2290 0.5145 1.1904 3.0026
Mtx -0.5669 -1.2740 -2.0482 -5.9958
Mty -0.5669 -1.2740 -1.8058 -5.6081
Ternyata kombinasi beban untuk lantai dermaga yang paling menentukan
adalah akibat berat sendiri dan beban crane
MLx = 2.60768273 ton.m
MLy = 3.002617 ton.m
Mtx = -5.9957667 ton.m
Mty = -5.60805145 ton.m
DED Dermaga Kampung Yelu`

PERHITUNGAN TULANGAN
Data-data : f'c = 19.125 MPa
b = 0.85
fy = 320 MPa
b = 350 cm d = 27 cm
h = 35 cm
1.4 1.4
rmin = = = 0.0044
fy 320
f'c 600
rb = 0.85 b ( )
fy 600 + fy
19.13 600
= 0.85 0.85 ( ) = 0.0282
320 600 + 320
rmax = 0.75 rb = 0.021121

Tulangan Lapangan arah x dan y


MLx = 2.60768273 ton.m
Mu fy 3
2 = r fy ( 1 - 0.588 r ) 10
bd fc
26.0768 320 3
2 = r x 1 x 320 ( 1 - 0.588 r ) 10
3.5 x 0.27 19.1

102.2019 = ( 256 r - 2518.638 r2 ) 10 3

0.1022 = ( 256 r - 2518.638 r2 )

r =
256 ± ( 65536 - 4 x 2519 x 0.1022 )0.5 = 0.000401
5037.276863
rmin < r < rmax Jika r < rmin, digunakan r min
As = rmin b d
= 0.0044 x 350 x 27 = 41.3438 cm2
2
per m' pelat As = 11.813 cm
Digunakan tulangan :  16 - 150 = 13.404 cm2
Tulangan Tumpuan arah x dan y
Mtx = 5.9957667 ton.m
Mu fy
2 = r  fy ( 1 - 0.588 r ) 10 3
bd fc
59.9577 320 3
2 = r x 1 x 320 ( 1 - 0.588 r ) 10
3.5 x 0.27 19.1
234.9899 = ( 256 r - 2518.638 r2 ) 10 3

0.2350 = ( 256 r - 2518.638 r2 )

256 0.5
± ( 65536 - 4 x 2519 x 0.2350 )
r = = 0.000926
5037.276863
Jika r < rmin, digunakan r min
rmin < r < rmax

As = rmin b d
2
= 0.0044 x 350 x 27 = 41.3438 cm
2
per m' pelat As = 11.813 cm
Digunakan tulangan :  16 - 150 = 13.404 cm2
DED Dermaga Kampung Yelu`

Struktur poer berfungsi sebagai penyambung antara ujung atas tiang pancang
dengan balok memanjang maupun melintang.
Ukurannya 100 x 100 x 100 cm
Data-data penulangan Poer
- Mutu beton = 19.125 Mpa
- Mutu baja = 320 Mpa
- Decking beton = 8 cm

Penulangan
Penulangan poer tunggal dianalisa berdasarkan gaya-gaya maksimum yang
yang bekerja pada balok yang tertumpu pada poer tunggal
Gaya-gaya yang bekerja pada poer tunggal adalah :
Momen maksimum tumpuan pada balok memanjang = 33496 kgm

My = 33495.99 kgm

Tiang pancang baja 100 cm


 = 40.64 cm
t = 10.00 mm

100 cm

100 cm
Gambar 4.6. Gaya-gaya yang bekerja pada poer Dermaga

Momen Ultimate & Momen Nominal


Mu = 33496 Kgm
Mu f = Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Mn =
f
33496
=
0.8
= 41870 Kgm
Direncanakan :
Tulangan arah X D = 25 mm
Tulangan arah Y D = 25 mm
Selimut beton ts = 80 mm
DED Dermaga Kampung Yelu`

d = h - Sel. Beton - tul.arah X - tul.arah Y


= 1000 - 80 - 25 - 0.5 25
= 882.5 mm

- Tentukan ratio tulangan minimum (ρmin)


1.4 1.4
r min = = = 0.0044
fy 320
- Tentukan rasio tulangan balance (ρb)
fc' 600
r b = 0.85 b1
fy 600 + fy
19.125 600
= 0.85 0.85 = 0.028
320 600 + 320
rmaks = 0.75 rb = 0.75 0.0282 = 0.0211
Mu 334959900
Mn = = = 418699875 Nmm
f 0.8
fy 320
m = = = 19.685
0.85 f'c 0.85 x 19
Mn 418699875
Rn = = = 0.5376
b d2 1000 x 883 2

0.5
1 2m.Rn
r = 1 - 1 -
m fy

0.5
1 39.37 x 0.537618
= 1 - 1 -
19.68 320
= 0.0017
rmin < r < rmax Jika r < rmin , digunakan rmin
As = r b d
= 0.0044 x 1000 x 883
= 3860.94 mm2
Digunakan tulangan 12 D 25 = 5890 mm2
Vu terpakai = 27.5546 t (pada jarak d)
Vud = 275546 N
b = 1000 mm
d = 882.5 mm
Vud 275546
Vn = = = 459243.3333 N
f 0.6
1
Vc = f'c b d = 805608.595 N
6
Periksa :
Vud > f . Vc
275546 > 0.6 . 805609
275546 < 483365 (memerlukan tulangan geser minimum)

b d 1000 x 883
Av = = = 919.271 mm2
3 fy 3 x 320
d maks = d/2 = 441.3 mm
digunakan sengkang  13 - 200 mm = 663.661 mm2
DED Dermaga Kampung Yelu`

5.4. Desain Causeway


ANALISA CAUSEWAY PELABUHAN
a1
q

Dimensi
H = 3.00 m
Dp = 0.50 m
B = 1.75 m
a1 = 0.4 m
a2 = 0.51 m h
b1 = 0.40 m
b2 = 0.84 m H
h = 2.50 m
b2
b1
a a

a2 Dp

Data tanah lereng


γs = 1.63 t/m3
o
ø = 33
C = 0.07 kg/cm2 = 0.7 ton/m2

Data timbunan perkerasan jalan


Tinggi pembebanan ekuivalen hs = 0.6 m
2
q = 0.98 ton/m

Berat isi pasangan batu


γ = 2.2 ton/m3

Daya dukung tanah yang diizinkan untuk pondasi memanjang dengan metode TERZAGHI

Rumus : qult = C . Nc + γs . Dp . Nq + 0.5 . γs . B . Nγ

o
Untuk ø = 33
ø Nc Nq Nγ
30 37.2 22.5 20
35 57.8 41.4 44
DED Dermaga Kampung Yelu`

57.8 - 37.2
Nc = 37.2 + 33 + 30 = 49.6
35 - 30

41.4 - 22.5
Nq = 22.5 + 33 + 30 = 33.8
35 - 30

44 - 20
Nc = 20 + 33 + 30 = 34.4
35 - 30

q ult  C . Nc   s . Dp . Nq  0,5 .  t . B . N 
= 111.3 ton/m2

Tegangan tanah yang diizinkan (σt)


qult
t 
FK
111.3
=
3
2
= 37.11 ton/m
DED Dermaga Kampung Yelu`

KONTROL KESTABILAN
b

a1 q

II

I
h

III
b2
b1
x C

i a2 ii Dp
x D

Momen geometris dari luas terhadap titik C dan D

Segmen F x F.x
I=bxh 4.13 0.83 3.40
II -1.56 1.23 -1.93
III -1.42 0.38 -0.54
1.14 0.94
xC = 0.821 m
W1 = 2.513 ton
X1 = 0.572 m

Momen geometris terhadap titik D

Segmen F x F.x
i = B x Dp 0.68 0.48 0.32
ii 0.20 -0.20 -0.04

0.88 0.28
xD = 0.321 m
W2 = 1.925 ton
X2 = 0 m
DED Dermaga Kampung Yelu`

Koefisien tekanan tanah

q =
o
Sudut antara tepi belakang tembok dengan garis vertikal -24.4
 =
o
Sudut antara permukaan tanah dengan garis horisontal 0
d =
o
Sudut geser antara tanah dengan tembok 23.3
o
Sudut geser tanah  = 33

Koefisien tekanan tanah aktif dan pasif pada kondisi normal (Teori Coulumb)
Cos 2   q 
Ka  = 0.10098
Sin  d . Sin    
2

Cos 2q . Cosq  d 1  
 Cosq  d . Cosq    
Tekanan tanah yang bekerja pada tembok dan tinggi garis kerjanya

P1 = s h/2 ( h + 2hs ) Ka = 0.76 t/m


Sudut yang dibentuk oleh P1 terhadap bidang mendatar
=d+q = -1.14 o
Komponen gaya vertikal dan gaya mendatar
Ph1 = P1 cos  = 0.761 t/m
Pv1 = P1 sin  = -0.015 t/m
Tinggi garis kerja komponen gaya

h1 = (h/3)*(h + 3hs)/(h + 2hs) = 0.97 m


0.5 a2 + h1/m = 0.7 m

0.5a2 + h1/m

h X1 Pv1
Ph1
W1

h1

O
0.5a2 0.5a2

Tekanan tanah yang bekerja pada pondasi tembok dan tinggi garis kerjanya

P2 = s Dp/2 ( Dp + 2(hs + h) ) Ka = 0.28 t/m


Sudut yang dibentuk oleh P1 terhadap bidang mendatar
=d+q = -1.14 o
Komponen gaya vertikal dan gaya mendatar
DED Dermaga Kampung Yelu`

Ph2 = P2 cos  = 0.276 t/m


Pv2 = P2 sin  = -0.006 t/m
Tinggi garis kerja komponen gaya

h2 = (Dp/3)*(Dp + 3(hs + h))/(Dp + 2(hs +h)) = 0.31 m


B/2 = 0.88 m

a2

b2
O
W2
X2
Dp b1
h2
O' D

B/2 B/2

Ikhtisar gaya irisan yang bekerja pada irisan a-a

Gaya Lengan Momen Gaya Lengan Momen


vertikal gaya tahanan horisontal gaya guling
ton m ton m ton m ton m
Berat sendiri tembok 2.513 0.572 1.437

Gaya vertikal tekanan tanah -0.015 0.697 -0.011

Gaya horisontal tekanan tanah 0.761 0.968 0.737


Jumlah 2.497 1.426 0.761 0.737

Gaya normal N = 2.497 ton

Kontrol terhadap penampang taksiran


M = 0.689 t m O.K ------> dimensi aman
e = M/N = 0.27593 m
Luas penampang irisan a-a
A1 = b * a2 = 0.514 m2
Momen tahanan penampang
Z = (b*(a2)^2)/6 = 0.044 m3
Tegangan serat ekstrim
c = N/A1 + M/Z = 2.053 kg/cm2
t = N/A1 - M/Z = -1.081 kg/cm2
DED Dermaga Kampung Yelu`

Ikhtisar gaya irisan yang bekerja pada dasar pondasi

Gaya Lengan Momen Gaya Lengan Momen


vertikal gaya tahanan horisontal gaya guling
ton m ton m ton m ton m
Momen pada titik tengah
irisan a-a 0.689

Gaya yang bekerja pada titik


tengah dari irisan a-a 2.497 0.218 0.545 0.761 0.50 0.381

Berat sendiri pondasi 1.925 0.00 0.00

Tekanan tanah yang bekerja


pada pondasi -0.006 0.88 -0.005 0.276 0.314 0.087

Jumlah 4.417 1.229 1.037 0.467

Gaya normal N = 4.417 ton

Kontrol terhadap kestabilan dasar pondasi


M = 0.762 t m
e = M/N = 0.17252 m < B/6 = 0.292 m O.K ------> Aman terhadap guling

Reaksi tanah
q1 = N/B (1 + 6e/B) = 4.017 t/m2 <  izin = 37.11 ton/m
2
O.K ------> Aman
 izin =
2
q2 = N/B (1 - 6e/B) = 1.031 t/m2 < 37.11 ton/m O.K ------> Aman

Kontrol kestabilan terhadap gelincir


m = 0.6
N = 4.417 ton
H = 1.229 ton m
Fs = N m / H = 2.156 > 1.5 O.K ------> Aman

5.5. Desain Trestle

5.5.1. Beban yang bekerja pada trestle


 Muatan terbagi merata = 2 ton/m2
 Muatan terpusat
o Beban Roda = 2 ton
 Beban Gempa menggunakan spektrum

5.5.2. Dimensi awal trestle

 Lebar Trestle = 4,0 m


 Panjang = 11,0 m
 Tiang Pancang Baja
o Diameter = 406 mm
o Tebal = 12 mm
o Panjang = 25,0 meter
 Balok
DED Dermaga Kampung Yelu`

o Tinggi = 600 mm
o Lebar = 400 mm
 Pelat
o Tebal = 35 cm
 Material
o Beton = Mutu Beton K-300
o Baja = Mutu Baja 240 Mpa
o Tulangan Baja
 Fy = 240 Mpa untuk diameter kurang dari 12 mm
 Fy = 320 Mpa untuk diameter lebih dari 12 mm

Gambar 5.30. Gambar Denah Trestle Segmen I dan II


DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.31. Model Trestle Pada Aplikasi SAP 2000

5.5.3. Rencana Beban Yang Bekerja

Beban-beban yang bekerja pada trestle telah diuraikan diatas kemudian diinput
kedalam SAP 2000 sebagai berikut :
1. Beban Hidup (LL)

Gambar 5.32. Hasil Output Beban Hidup Pada Trestle

2. Beban Terpusat
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.33. Gambar beban terpusat di SAP 2000

3. Beban Arus/Gelombang (CL)

Gambar 5.34. Gambar input beban arus/gelombang trestle di model SAP 2000

4. Beban Gempa
Beban gempa dihitung dengan menggunakan spektrum gempa Indonesia yang diinput di
program SAP 2000. Beban gempa di SAP 2000 didefinisikan sebagai beban SPEC-X dan
SPEC-Y Adapun spektrum gempa yang digunakan sebagai berikut :
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.35. Gambar spektrum gempa di Model SAP 2000


5.5.4. Kombinasi Beban

Kombinasi beban yang digunakan antara lain sebagai berikut :


 Kombinasi Beban Ultimate (Beton)
o UCOMB1 = 1,3 DEAD + 2 LL
o UCOMB2 = 1,3 DEAD + 2LL+ SPECX + 1,0 SPECY
o UCOMB3 = 1,3 DEAD + 0,3EX + EY +1,0 SPECX + 0,3 SPEC2
 Kombinasi Beban Layan (Baja)
DED Dermaga Kampung Yelu`

5.5.5. Hasil Analisis

5.5.5.1. Analisis Tiang Pancang

Dengan menggunakan SAP 2000 maka dilakukan analisis terhadap Tiang Pancang
baja dengan menggunakan LRFD AISC untuk mengetahui apakah tiang pancang baja yang
digunakan mengalami overstress/failure/gagal struktur atau tidak. Hasil analisis kemudian
akan dicek secara otomatis untuk memastikan ukuran tiang pancang baja mampu menahan
seluruh kombinasi beban yang dibuat. Berdasarkan hasil analisis, model yang telah dibuat
ini memenuhi segala ketentuan desain dan tidak ada tiang pancang baja yang mengalami
overstress. Untuk analisis awal ini, dilakukan asumsi panjang tiang terjepit adalah
sepanjang 8 meter dikarenakan tidak tersedianya data tanah. Untuk mengetahui panjang
tiang tertanam maka diperlukan data penyelidikan tanah untuk memastikan titik jepit/fixity
point yang tepat. Untuk awal perencanaan diasumsikan titik fixity poin sepanjang tiang
yang tertanam dari kedalaman maksimum yaitu 8,0 meter dari permukaan dasar laut.
Dengan demikian panjang tiang dalam model SAP 2000 adalah sepanjang 16 meter.
Setelah dilakukan analisis SAP 2000 maka kemampuan tiang pancang baja untuk
menerima seluruh kombinasi beban yang telah dimasukkan kedalam program dihitung
dengan menggunakan code AISC-LRFD 93 dengan ketentuan batasan minimal sebagai
berikut :
 Design Code : AISC-LRFD93
 Time History Design : Envelopes
 Framing Type : Moment Frame
 Phi (Bending) = 0,9
 Phi (Compression) = 0,85
 Phi (Tension) = 0,90
 Phi (Shear) = 0,90
 Phi (Compression) = 0,90
 Demand Capacity Ratio = 0,95
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.36. Gambar Parameter Ijin AISC LRFD

Dari hasil analisis SAP 2000 dengan kondisi pembebanan trestle, diketahui
bahwa seluruh frame tiang pancang baja telah memenuhi persyaratan ijin dari AISC LRFD
dimana rasio kapasitas tegangan baja berada dibawah 1,0 dengan demikian seluruh frame
telah memenuhi persyaratan.
DED Dermaga Kampung Yelu`

Gambar 5.37. Informasi detail salah satu frame tiang pancang baja trestle

Gambar 5.38. Hasil Cek analisis kapasitas tiang pancang baja

Gambar 5.39. Momen-momen hasil analisis gaya aksi reaksi


Tabel 5. 4. Tabel Hasil Analisis Gaya Reaksi pada joint untuk kondisi Layan
DED Dermaga Kampung Yelu`

Joint OutputCase F1 F2 F3 M1 M2 M3
17 LCOMB1 0.0081 -0.0026 5.7309 0.01853 0.04053 -0.00186
17 LCOMB2 0.0096 -1.0027 9.356 7.6444 0.05087 -0.00254
19 LCOMB1 0.0073 0.000822 5.5192 0.00013 0.03565 -0.00186
19 LCOMB2 0.0081 -0.9993 1.946 7.62598 0.04151 -0.00254
21 LCOMB1 0.0028 0.0016 7.4034 -0.00339 0.01149 -0.00186
21 LCOMB2 0.0037 -0.9986 3.9061 7.62348 0.01838 -0.00254
23 LCOMB1 0.0039 -0.0028 7.7992 0.02034 0.01846 -0.00186
23 LCOMB2 0.0052 -1.0031 11.6022 7.64722 0.02715 -0.00254
25 LCOMB1 -0.0013 -0.002 8.4563 0.01654 -0.00937 -0.00186
25 LCOMB2 -0.00076 -1.0021 12.3271 7.64345 -0.00439 -0.00254
27 LCOMB1 -0.0031 0.0027 7.6906 -0.008 -0.0199 -0.00186
27 LCOMB2 -0.0029 -0.9975 4.2112 7.61886 -0.01685 -0.00254
29 LCOMB1 -0.0083 0.0031 6.3006 -0.00975 -0.0472 -0.00186
29 LCOMB2 -0.0103 -0.9967 2.4086 7.61582 -0.05649 -0.00254
31 LCOMB1 -0.0094 -0.00083 6.5634 0.01167 -0.05229 -0.00186
31 LCOMB2 -0.0126 -1 9.7065 7.63349 -0.0675 -0.00254
MAXIMUM 0.0096 0.0031 12.3271 7.64722 0.05087 -0.00186

Dari hasil analisis gaya reaksi pada joint diketahui Gaya reaksi terbesar adalah
12,32 Ton, untuk itu untuk satu tiang pancang direncanakan memiliki kapasitas daya
dukung tiang lebih dari 12,32 ton. Berdasarkan data tanah diketahui kepasitas daya dukung
tanah pada kondisi tersebut diperoleh setelah memancang sepanjang 16 meter.

Tabel 5. 5. Tabel Hasil Analisis Perpindahan Titik


TABLE: Joint Displacements
Joint OutputCase U1 U2 U3 R1 R2 R3
Text Text m m m Radians Radians Radians
18 UCOMB1 0.000028 0.000058 -0.000181 0.000003035 0.000025 0.000004156
18 UCOMB2 0.000016 0.012877 -0.000241 -0.000046 0.000027 0.000004754
18 UCOMB3 0.000016 0.012877 -0.000241 -0.000046 0.000027 0.000004754
18 LCOMB1 0.000043 0.00008 -0.000271 0.000005775 0.000054 0.000005398
18 LCOMB2 0.000006424 0.042809 -0.000473 -0.000157 0.000059 0.000007389
20 UCOMB1 0.000039 0.000058 -0.000172 -0.000009362 0.000023 0.000004157
76 UCOMB2 0.000016 0.012917 -0.000293 -0.000058 -0.000023 0.000004759
76 UCOMB3 0.000016 0.012917 -0.000293 -0.000058 -0.000023 0.000004759
76 LCOMB1 0.000043 0.000126 -0.000351 -0.000009361 -0.000048 0.000005405
dst dst dst dst dst dst dst dst
76 LCOMB2 0.000006413 0.042872 -0.000541 -0.000173 -0.000067 0.000007399
Maksimum 0.000058 0.042877 0 0.000008144 0.00006 0.000007401
Syarat min H/200 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08
Cek d < H/200 OK OK OK OK OK OK
DED Dermaga Kampung Yelu`

5.5.5.2. Analisis Beton

Desain balok terhadap momen lentur


Penulangan lentur balok dihitung berdasarkan SK SNI 03-2847-2002.
a. Penulangan Balok ukuran 40 / 60 cm
Comb.7
Dimana : 2 P = Gaya aksial ( tarik dan tekan )
V2 = Gaya yang bekerja pada sumbu 2 ( Gaya gerer Desain )
3 V3 = Gaya yang bekerja pada sumbu 3
T = Torsi
M2 = Momen yang bekerja pada sumbu 2
(Sumbu 1 menembus bidang) M3 = Momen yang bekerja pada sumbu 3 ( Momen Desain )

Mneg maks. = -4.86611 tm

Mpos maks. = 4.40997 tm

V maks. = 4.6244 t

T maks. = 0.56091 tm

Gambar 4.8. Bidang Momen Kombinasi 1 pada Demaga


DED Dermaga Kampung Yelu`

Data :
Mneg = 4.41 ton.m
Mpos = -4.87 ton.m b
fy = 320 Mpa b1 = 0.85
f'c = 19.13 MPa f = 0.8 Ø 13
400 mm d' 80 mm d
b = = h
h = 600 mm d = 497 mm D 19
E = 200000 Mpa d'
Desain terhadap momen negatif
- Tentukan ratio tulangan minimum (ρmin)
1.4 1.4
r min = = = 0.0044
fy 320
- Tentukan rasio tulangan balance (ρb)
fc' 600
r b = 0.85 b1
fy 600 + fy
19.13 600
= 0.85 0.85 = 0.028
320 600 + 320
rmaks = 0.75 rb = 0.75 0.0282 = 0.0211
Mu 44099700
Mn = = = 55124625 Nmm
f 0.8
fy 320
m = = = 19.685
0.85 f'c 0.85 x 19
Mn 55124625
Rn = = = 0.5579
b d2 400 x 497 2

0.5
1 2m.Rn
r = 1 - 1 -
m fy

0.5
1 39.369 x 0.5579
= 1 - 1 -
19.68 320
= 0.0018
rmin < r < rmax Jika r < rmin , digunakan rmin
Asmin = r b d
= 0.0044 x 400 x 497
2
= 869.75 mm 0.0057
Digunakan tulangan 4 D 19 = 1134.1149 mm2
DED Dermaga Kampung Yelu`

Desain terhadap momen positif


M = -48661100
Mn = u = -60826375 Nmm
f 0.8

fy 320
m = = = 19.6847
0.85 f'c 0.85 x 19

Mn 60826375
Rn = = = 0.61562914
b d2 400 x 497 2

0.5
1 2m.Rn
r = 1 - 1 -
m fy
0.5
1 39.369 x 0.6156
= 1 - 1 -
19.68 320
= 0.0019617
rmin < r < rmax Jika r < rmin , digunakan rmin
Asmin = r b d
= 0.0044 x 400 x 497
2
= 869.75 mm
Digunakan tulangan 4 D 19 = 1134.1149 mm2

Desain terhadap torsi (momen puntir)


Tulangan untuk torsi diperlukan jika,
2
Ø Acp Dimana Tu, torsi maksimum yang terjadi
Tu > x √f'c
12 Pcp pada struktur dari analisa SAP 2000.
2
0.75 240000
0.56091 > x 4.373
12 2000

0.56091 < 787.1785058

Pengaruh dari torsi dapat diabaikan


Penulangan Geser
Vu terpakai = 4.6244 t t
Vud = 46244 N
b = 400 mm
d = 497 mm
1
Vc = Öf'c b d = 181478.7407 N
6
Periksa :
Vud > f . Vc
46244 > 0.6 . 181478.74
46244 < 108887 (memerlukan tulangan geser minimum)

b d 400 x 497
Av = = = 207.083 mm2
3 fy 3 x 320
d maks = d/2 = 248.5 mm
digunakan sengkang f 13 - 200 mm = 663.661 mm2
]
5.5.5.3. Pelat
DED Dermaga Kampung Yelu`

1.0 2.7 2.7 2.7 3.7

2.7

2.7

Gambar 4.10. Denah Lantai Trestle

Lantai Trestle dari konstruksi beton bertulang dengan :


- Tebal Pelat = 35 cm
- Mutu beton = 19.125 Mpa
- Mutu baja ( fy ) = 320 Mpa

Beban yang bekerja pada Lantai Trestle :


- Berat sendiri lantai (t) = 35 cm
2
- Beban merata = 1.5 ton/m
- Beban roda = 2 ton/roda

4.3.1. Perhitungan plat Lantai Trestle


Untuk perhitungan Lantai Trestle, dianggap merupakan terjepit pada
keempat sisinya.
lx = 2.7 m
ly = 2.7 m
2.7
Untuk Ly/Lx = 1.00 didapat :
XLx = 36
XLy = 17
Xtx = 76 2.7
Xty = 57
A. Akibat berat sendiri :
- Berat sendiri = 0.35 x 2.4 = 0.84 t/m2
- Berat air hujan = 0.05 x 1.0 = 0.05 t/m2
qDL = 0.89 t/m2
2
MLx = 0.001 x 0.89 x 2.7 x 36 = 0.2336 ton-m
2
MLy = 0.001 x 0.89 x 2.7 x 17 = 0.1103 ton-m
2
Mtx = -0.001 x 0.89 x 2.7 x 76 = -0.493 ton-m
2
Mty = -0.001 x 0.89 x 2.7 x 57 = -0.370 ton-m

B. Akibat beban merata 1.5 ton/m2 :


2
MLx = 0.001 x 1.50 x 2.7 x 36 = 0.3937 ton-m
2
MLy = 0.001 x 1.50 x 2.7 x 17 = 0.1859 ton-m
2
Mtx = -0.001 x 1.50 x 2.7 x 76 = -0.831 ton-m
2
Mty = -0.001 x 1.50 x 2.7 x 57 = -0.623 ton-m
DED Dermaga Kampung Yelu`

C. Akibat beban roda truk :


Untuk perhitungan ini dipakai tabel dari buku Konstruksi Beton Indonesia
karangan SUTAMI dengan rumus :

a1 x bx a2 x by
+ + a3
Lx Ly
M = x W
bx by
+ + a4
Lx Ly

Untuk Ly/Lx = 1.00 didapat :

Tabel 4.12. Koefisien Momen Lantai Trestle


a1 a2 a3 a4
MLx -0.062 -0.017 0.130 0.390
MLy -0.017 -0.062 0.130 0.390
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065
Tekanan gandar = 2 ton
Tekanan roda = 2 ton
2
Luas bidang kontak = ( 0.2 x 0.5 ) m
20 10 20 20

45o 45o
30

a b

Gambar 4.11. Distribusi Beban Roda Lantai Trestle

a = 50 + 2 * 0.5 ( 30 ) = 80 ) cm
b = 20 + 2 * 0.5 ( 30 ) = 50 cm
2
Luas bidang penyebaran tekanan = ( 50 x 80 ) cm

- 1 (satu) roda ditengah plat :


bx = 80 cm
by = 50 cm
80

Lx Lx = 270 cm
50 Ly = 270 cm
W = 2 ton
Ly

Tabel 4.13. Perhitungan Momen beban 1 (satu) roda pada Lantai Trestle
Koefisien Momen Perhitungan Momen
Momen
a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1(bx/lx) a2(by/ly) M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
MLx -0.062 -0.017 0.13 0.39 0.296 0.185 -0.018 -0.003 0.249
MLy -0.017 -0.062 0.13 0.39 0.296 0.185 -0.005 -0.011 0.260
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065 0.296 0.185 0.018 0.025 -0.403
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065 0.296 0.185 0.040 0.011 -0.392
DED Dermaga Kampung Yelu`

- 1 (satu) kendaraan pada satu plat :

80

255
175 95 Lx = - 95
80

Ly 50

Keadaan I :
bx = 255 cm by = 50 cm Lx = 270 cm
bx' = 80 cm by' = 50 cm Ly = 270 cm
( 255 x 50 )
W = x 2 = 6.375 ton
( 80 x 50 )
Tabel 4.14. Perhitungan Momen beban 1 (satu) kendaraan keadaan I pada Lantai Trestle
Koefisien Momen Perhitungan Momen
Momen
a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1(bx/lx) a2(by/ly) M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
MLx -0.062 -0.017 0.13 0.39 0.944 0.185 -0.059 -0.003 0.287
MLy -0.017 -0.062 0.13 0.39 0.944 0.185 -0.016 -0.011 0.430
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065 0.944 0.185 0.059 0.025 -0.788
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065 0.944 0.185 0.128 0.011 -0.625
Keadaan II :
bx = 95 cm by = 50 cm Lx = 270 cm
bx' = 80 cm by' = 50 cm Ly = 270 cm
( 95 x 50 )
W = x 2 = 2.375 ton
( 80 x 50 )
Tabel 4.15. Perhitungan Momen beban 1 (satu) kendaraan keadaan II pada Lantai Trestle
Koefisien Momen Perhitungan Momen
Momen
a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1(bx/lx) a2(by/ly) M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
MLx -0.062 -0.017 0.13 0.39 0.352 0.185 -0.022 -0.003 0.269
MLy -0.017 -0.062 0.13 0.39 0.352 0.185 -0.006 -0.011 0.288
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065 0.352 0.185 0.022 0.025 -0.457
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065 0.352 0.185 0.048 0.011 -0.438
Momen yang terjadi : (Keadaan I - Keadaan II)
MLx = 0.017 ton
MLy = 0.142 ton
Mtx = -0.331 ton
Mty = -0.186 ton
- 2 (dua) kendaraan pada satu plat dengan jarak as minimum 100 cm

80
180

100 20 Lx = - 20
80

Ly 50
DED Dermaga Kampung Yelu`

Keadaan I :
bx = 180 cm by = 50 cm Lx = 270 cm
bx' = 80 cm by' = 50 cm Ly = 270 cm
( 180 x 50 )
W = x 2 = 4.50 ton
( 80 x 50 )

Tabel 4.16. Perhitungan Momen beban 2 (dua) kendaraan keadaan I pada Lantai Trestle
Koefisien Momen Perhitungan Momen
Momen
a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1*bx/lx a2*by/ly M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
MLx -0.062 -0.017 0.13 0.39 0.667 0.185 -0.041 -0.003 0.310
MLy -0.017 -0.062 0.13 0.39 0.667 0.185 -0.011 -0.011 0.388
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065 0.667 0.185 0.041 0.025 -0.677
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065 0.667 0.185 0.091 0.011 -0.594

Keadaan II :
bx = 20 cm by = 50 cm Lx = 270 cm
bx' = 80 cm by' = 50 cm Ly = 270 cm
( 20 x 50 )
W = x 2 = 0.50 ton
( 80 x 50 )

Tabel 4.17. Perhitungan Momen beban 2 (dua) kendaraan keadaan II pada Lantai Trestle
Koefisien Momen Perhitungan Momen
Momen
a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1*bx/lx a2*by/ly M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
MLx -0.062 -0.017 0.13 0.39 0.074 0.185 -0.005 -0.003 0.094
MLy -0.017 -0.062 0.13 0.39 0.074 0.185 -0.001 -0.011 0.090
Mtx 0.062 0.136 -0.355 1.065 0.074 0.185 0.005 0.025 -0.123
Mty 0.136 0.062 -0.355 1.065 0.074 0.185 0.010 0.011 -0.126
Momen yang terjadi : (Keadaan I - Keadaan II)
MLx = 0.216 ton
MLy = 0.298 ton
Mtx = -0.554 ton
Mty = -0.468 ton
Tabel 4.18. Kombinasi pembebanan 1,2 MD + 1,6 ML pada Lantai Trestle

Momen Berat Sendiri Beban Merata Truck Beban Rencana

MLx 0.2336 0.3937 0.2157 1.2553


MLy 0.1103 0.1859 0.2981 0.9067
Mtx -0.4931 -0.8311 -0.5544 -2.8085
Mty -0.3698 -0.6233 -0.4677 -2.1894
Ternyata kombinasi beban untuk Lantai Trestle yang paling menentukan
adalah akibat berat sendiri dan beban kendaraan
MLx = 1.25531598 ton.m
MLy = 0.90674302 ton.m
Mtx = -2.80852256 ton.m
Mty = -2.18937219 ton.m
DED Dermaga Kampung Yelu`

PERHITUNGAN TULANGAN
Data-data : f'c = 19.125 MPa
b = 0.85
fy = 320 MPa
b = 270 cm d = 27 cm
h = 35 cm
1.4 1.4
rmin = = = 0.0044
fy 320
f'c 600
rb = 0.85 b ( )
fy 600 + fy
19.13 600
= 0.85 0.85 ( ) = 0.0282
320 600 + 320
rmax = 0.75 rb = 0.021121

Tulangan Lapangan arah x dan y


MLx = 1.25531598 ton.m
Mu fy 3
= r fy ( 1 - 0.588 r ) 10
bd2 fc
12.5532 320 3
2 = r x 1 x 320 ( 1 - 0.588 r ) 10
2.7 x 0.27 19.1

63.7767 = ( 256 r - 2518.638 r2 ) 10 3

0.0638 = ( 256 r - 2518.638 r2 )

256 ± ( 65536 - 4 x 2519 x 0.0638 )0.5 = 0.000250


r =
5037.276863
rmin < r < rmax Jika r < rmin, digunakan r min
As = rmin b d
= 0.0044 x 270 x 27 = 31.8938 cm2
2
per m' pelat As = 11.813 cm
Digunakan tulangan :  13 - 100 = 13.273 cm2
Tulangan Tumpuan arah x dan y
Mtx = 2.80852256 ton.m
Mu fy
2 = r  fy ( 1 - 0.588 r ) 10 3
bd fc
28.0852 320 3
2 = r x 1 x 320 ( 1 - 0.588 r ) 10
2.7 x 0.27 19.1
142.6877 = ( 256 r - 2518.638 r2 ) 10 3

0.1427 = ( 256 r - 2518.638 r2 )

256 0.5
± ( 65536 - 4 x 2519 x 0.1427 )
r = = 0.000560
5037.276863
Jika r < rmin, digunakan r min
rmin < r < rmax

As = rmin b d
2
= 0.0044 x 270 x 27 = 31.8938 cm
per m' pelat As = 11.813 cm2
Digunakan tulangan :  13 - 100 = 13.273 cm2
DED Dermaga Kampung Yelu`

5.5.5.4. Poer Trestle

Struktur poer berfungsi sebagai penyambung antara ujung atas tiang pancang
dengan balok memanjang maupun melintang.
Ukurannya 80 x 80 x 80 cm
Data-data penulangan Poer
- Mutu beton = 19.125 Mpa
- Mutu baja = 320 Mpa
- Decking beton = 8 cm

Penulangan
Penulangan poer tunggal dianalisa berdasarkan gaya-gaya maksimum yang
yang bekerja pada balok yang tertumpu pada poer tunggal
Gaya-gaya yang bekerja pada poer tunggal adalah :
Momen maksimum tumpuan pada balok memanjang = 44461.5 kgm

My = 44461.5 kgm

Tiang pancang baja 80 cm


 = 45.70 cm
t = 10.00 mm

80 cm

80 cm
Gaya-gaya yang bekerja pada poer Dermaga

Momen Ultimate & Momen Nominal


Mu = 44462 Kgm
Mu f = Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Mn =
f
44462
=
0.8
= 55576.9 Kgm
Direncanakan :
Tulangan arah X D = 22 mm
Tulangan arah Y D = 22 mm
Selimut beton ts = 80 mm
DED Dermaga Kampung Yelu`

d = h - Sel. Beton - tul.arah X - tul.arah Y


= 800 - 80 - 22 - 0.5 22
= 687 mm

- Tentukan ratio tulangan minimum (ρ min)


1.4 1.4
r min = = = 0.0044
fy 320
- Tentukan rasio tulangan balance (ρ b)
fc' 600
r b = 0.85 b1
fy 600 + fy
19.125 600
= 0.85 0.85 = 0.028
320 600 + 320
rmaks = 0.75 rb = 0.75 0.0282 = 0.0211
Mu 444615000
Mn = = = 555768750 Nmm
f 0.8
fy 320
m = = = 19.685
0.85 f'c 0.85 x 19
Mn 555768750
Rn = = 2 = 1.4719
b d2 800 x 687
0.5
1 2m.Rn
r = 1 - 1 -
m fy

0.5
1 39.37 x 1.471942
= 1 - 1 -
19.68 320
= 0.0048
rmin < r < rmax Jika r < rmin , digunakan rmin
As = r b d
= 0.0048 x 800 x 687
= 2654.22 mm2
Digunakan tulangan 8 D 22 = 3041 2
mm
Vu terpakai = 27.5546 t (pada jarak d)
Vud = 275546 N
b = 800 mm
d = 687 mm
Vud 275546
Vn = = = 459243.3333 N
f 0.6
1
Vc = f'c b d = 501713.8627 N
6
Periksa :
Vud > f . Vc
275546 > 0.6 . 501714
275546 < 301028 (memerlukan tulangan geser minimum)

b d 800 x 687
Av = = = 572.500 mm2
3 fy 3 x 320
d maks = d / 2 = 343.5 mm
digunakan sengkang  12 - 150 mm = 753.982 mm2

Anda mungkin juga menyukai