NIM : 20415313
Kelas : K2
2
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam setiap perusahaan akan tercapainya tujuan bergantung pada kualitas sumber
daya manusia yang dimiliki serta didukung oleh beberapa faktor produksi lainnya. Hal ini
tidak lepas dari peran pemimpin dengan kepemimpinan yang partisipatif dan transparansif
dalam bekerjasama dengan pegawai untuk mewujudkan tujuan organisasi atau
perusahaan.
Memberikan perhatian pegawai dengan cara memberi kompensasi yang layak dan adil
akan meningkatkan prestasi kerja dan diharapkan untuk bekerja dengan baik. Menurut
Singodimedjo dalam tulisan Sutrisno (2009: 94-98), Kompensasi adalah semua balas jasa
yang diterima seorang karyawan dari perusahaannya sebagai akibat dari jasa atau tenaga
yang telah diberikannya pada perusahaan. Kalau menurut Panggabean (2004: 84) bahwa
kompensasi adalah semua jenis penghargaan yang berupa uang atau bukan uang yang di
berikan kepada pegawai secara layak dan adil atas jasa mereka dalam mencapai tujuan
perusahaan. Sedangkan menurut Dessler (2009: 125), kompensasi adalah setiap imbalan
yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu.
Meskipun dalam praktiknya kinerja seseorang itu berbeda – beda antara satu dengan yang
lainnya, namun kompensasi yang diberikan dengan bentuk uang atau barang adalah sarana
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kompensasi yang akan diterima oleh mereka
merupakan cermin dari apa yang telah mereka berikan atau kerjakan kepada organisasi
atau perusahaan. Dengan memberikan kompensasi yang dilaksanakan secara benar dapat
memuaskan dan memotivasi karyawan guna mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
4
kecemburuan sosial antara pegawai satu dengan pegawai lainnya, jika pemberian
kompensasi tersebut tidak adil dan baik, yang akan mengakibatkan menurunnya tingkat
kinerja pada pegawai yang merasa tidak diberlakukan adil dalam pemberian kompensasi.
Kondisi tersebut akan mengakibatkan pegawai tidak produktiv dalam bekerja dan
pekerjaan akan sering selesai tidak tepat waktu. Hal ini sangat merugikan bagi perusahaan
karena dirasa tidak efektif, efisien, dan optimal. Hal tersebut akan mengakibatkan
ketidakpuasan pelanggan atau vendor karena tidak tepat waktu dalam menyelesaikan
pekerjaan.
Oleh karena itu pemberian kompensasi yang adil dan benar sangat berpengaruh
terhadap kinerja pegawai, karena dalam memberikan kompensasi yang adil dan benar
akan meningkatkan produktivitas pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tepat
waktu. Maka konsumen atau vendor akan senang bekerjasama dengan perusahaan karena
pekerjaan selesai tepat waktu atau bisa juga selesai sebelum waktu yang ditentukan.
Dalam hal ini juga diatur oleh UU. NO. 13/2013 tentang ketenaga kerjaan “bahwa
kesejahteraan pekerja atau buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan
yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, yang
secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam
lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Atas dasar latar belakang diatas, maka peenulis melakukan perumusan penelitian
adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini sebenarnya banyak hal yang dapat diangkat dalam penelitian ini,
namun penulis perlu membatasi masalah yang lebih terperinci dan jelas agar pembahasan
dalam penelitian ini tidak terlalu meluas. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini
adalah pengaruh kepuasa pemberian kompensasi terhadap peningkatan produktivitas dan
kreativitas kinerja pegawai dan bagaimana memberikan kompensasi yang benar dan adil
agar tidak terjadi kecemburuan sosial antara pegawai satu dengan pegawai lainnya pada
PT. Sapu Sumber Daya Manusia.
1. Manfaat teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi sumber informasi dalam
mengembangkan pengetahuan dan menjadi pedoman dalam pelaksana
kompensasi bagi perusahaan untuk mengetahui arti pentingnya kompensasi.
2. Manfaat praktis
Melalui penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan informasi dan
referensi bagi pihak – pihak yang berkepentingan didalam perusahaan terutama
dalam teori kompensasi.
6
BAB II
Dari pengertian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa balas jasa tidak hanya
berupa uang tetapi juga berupa bukan uang seperti, “fasilitas kesehatan, fasilitas
perumahan, jaminan sosial, kendaraan, asuransi, dan segala bentuk jasa tersebut diberikan
kepada para pegawai oleh perusahaan secara tetap”. Kompensasi tidak sama dengan
upah, meskipun upah merupakan bagian dari kompensasi dan mungkin upah tesebut
merupakan bagian dari balas jasa yang paling besar.
Menurut Simamora (2006: 442) kompensasi dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Kompensasi finansial,
1. Kompensasi langsung
Menurut Hariandja (2002: 244) kompensasi langsung adalah kompensasi yang
dikaitkan secara langsung dengan pekerjaan seperti upah atau gaji, bonus, dan
konsumsi. Berikut adalah macam – macam kompensasi langsung:
a. Gaji atau upah
Menurut Hariandja (2002: 245) gaji adalah balas jasa dalam bentuk
uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dalam kedudukannya
sebagai pegawai yang memberikan sumbangan pikiran dalam mencapai
tujuan organisasi. Sedangkan menurut Marihot (2002: 235) mengatakan
bahwa gaji adalah pembayaran tetap yang diterima seseorang dari
anggotanya dalam sebuah organisasi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaji
merupakan suatu balas jasa berupa uang yang diberikan oleh perusahaan
kepada karyawannya tanpa melihat hasil kerja yang mereka capai dan
besarnya gaji itu tetap tidak berubah sesuai dengan golongan dan besarnya
gaji tidak berdasarkan jam kerja dan diberikan setiap bulan atau mingguan.
b. Insentif
8
Pengertian insentif menurut Hariandja (2002: 265), mengatakan
bahwa insentif itu adalah bentuk pembayaran yang dikaitkan langsung
dengan gain sharing atau diartikan sebagai pembagian keuntungan bagi
pegawai akibat peningkatan produktivitas. Sedangkan menurut
Simamora (2006: 509) insentif adalah tambahan kompensasi di luar
gaji atau upah yang diberikan oleh organisasi.
Untuk lebih jelas mengenai kompensasi finansial dan kompensasi non finansial
berikut gambar mengenai komponen – komponen kompensasi menurut Simamora
(2006: 443) berikut di bawah:
Gambar 1
Komponen – komponen Kompensasi
Kompensasi
Setiap pegawai yang telah mengabdikan dirinya kepada perusahaan dan telah
memberikan atau mengorbankan tenaga dan pikirannya kepada suatu organisasi atau
perusahaan, baik itu perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah akan
10
mengharapkan balas jasa berupa uang atau barang. Kompensasi yang layak merupakan
pendorong bagi pegawai supaya bekerja lebih giat serta lebih bertanggung jawab
dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan perusahaan kepadanya. Jadi dapat di
katakan bahwa kompensasi akan mempengaruhi produktivitas dan kreatifitas para
pegawai. Salah satu fungsi menejemen personalia yang paling sulit adalah penentuan
tingkat kompensasi moneter. Hal ini tidak hanya merupakan salah satu tugas yang
paling rumit, tetapi juga yang paling penting, baik bagi organisasi maupun karyawan.
Kompensasi yang diberikan ini diharapkan akan berdampak positif terhadap
perusahaan. Maka dengan adanya dampak positif ini tentu akan memberikan
keuntungan bagi perusahaan, yaitu:
1. Akan menaikkan produktivitas dan kreativitas kerja yang tinggi oleh para
pegawai dalam melaksanakan kegiatan bekerjanya bagi organisasi atau
perusahaan.
2. Untuk memberikan rangsangan kepada pegawai dengan maksud agar pegawai
mempunyai gairah dalam mencapai prestasi yang tinggi dalam bekerja.
3. Untuk mengikat pegawai agar bekerja pada organisasi atau perusahaan.
Sistem imbalan atau kompensasi yang efektif menurut Siagian (2002: 257) dibagi
menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem kompensasi adalah
suatu sistem pemberian balas jasa kepada para pegawai dengan menentukan berapakah
yang layak dan pantas di terima oleh pegawai terhadap jenis dan hasil kerja yang telah
dikerjakan oleh pegawai tersebut. Pemberian kompensasi agar terasa adil dan baik,
maka lakukan tahapan mengevaluasi pekerjaan, survei gaji dan penilaian prestasi
kerja.
12
Biasanya dilaksanakan oleh perusahaan dengan mendorong para karyawan
untuk bekerja dengan giat guna menghasilkan produksi lebih besar. Sistem
pemberian upah semacam ini membedakan karyawan berdasarkan
kemampuan masing – masing, sehingga pemberian upah seperti ini sangat
merugikan para karyawan yang kemampuannya menurun.
2. Sistem upah menurut lamaran kerja
Sistem upah ini menimbulkan ketentraman bagi para karyawan. Mereka dapat
menghitung upahnya sebelum menghitung, maka hal ini terlepas dari
kelambanan bekerja, kerusakan alat, sakit dan sebagainya. Kebaikan dari
sistem ini adalah administrasi pengupahan mudah dan besarnya kompensasi
yang dibayarkan tetap, sedangkan kelemahannya bahwa pekerja yang malas
pun kompensasinya dibayarkan secara tetap.
3. Sistem upah menurut lamanya bekerja
Sistem upah ini akan mendorong orang – orang akan lebih setia pada
organisasi atau perusahaan dimana mereka bekerja, hal ini disebabkan karena
sistem upah menurut lamanya dinas sangat menguntungkan orang – orang
lanjut usia, sedangkan pegawai baru akan terdorong untuk bekerja lebih baik
karena mereka mengharapkan perlakuan yang lebih baik di usia tua nanti.
4. Sistem upah menurut kebutuhan
Sistem upah ini cenderung meberikan upah yang lebih besar kepada pegawai
yang sudah mempunyai keluarga. Hal ini karena mereka mempunyai
kebutuhan yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang belum
berkeluarga dan seandainya upah dapat terpenuhi maka sistem upah ini
menyamakan standar hidup semua orang. Salah satu kelemahan sintem ini
adalah tidak mengandung intensif kerja, namun dilihat dari segi positifnya
adalah memberikan rasa aman yang disebabkan nasib para pekerja dan
keluarga menjadi tanggung jawab perusahaan.
13
dengan pegawai lainnya dan para pegawai memberikan kinerja yang baik sehingga
dapat memberikan laba bagi organisasi atau perusahaan, serta konsumen juga
mendapatkan barang atau jasa dengan hasil yang bagus dan selesai tepat waktu dan
semua pihak mendapat kepuasan dari sistem kompensasi yang di tetapkan.
14
7. Pengaruh serikat buruh “dengan progran kompensasi yang baik, pengaruh
serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada
pekerjaannya”.
8. Pengaruh pemerintah “jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang
perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi
pemerintah dapat dihindarkan”.
2.1.6 Produktivitas kerja
Dari beberapa arti produktivitas di atas, dapat disimpulkan menjadi suatu filosofi
dan sikap mental yang timbul dari motivasi yang kuat dari masyarakat, yang secara
terus – menerus berusaha meningkatkan kualitas kehidupan.
15
Dalam pengukuran produktivitas kerja menurut Simamora (2004: 612) ada
beberapa faktor yang digunakan untuk mengukur produktifitas kerja, yang meliputi:
1. Kuantitas kerja.
2. Kualitas kerja.
3. Ketetapan waktu.
2.1.8 Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi kerja
Dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja uang tinggi suatu perusahaan
dalam proses produksi, selain peralatan ataupun bahan baku dan tenaga kerja yang
berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan peraturan – peraturan pemerintah
serta kebijakan – kebijakan pemerintah secara keseluruhan. Ada beberapa faktor yang
juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut:
Dari tiap – tiap faktor di atas dapat saling berpengaruh dan dapat mempengaruhi
peningkatan produktivitas dan kreativitas pegawai dalam suatu perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Tabel 1
Sista Saka Dewi Pengaruh pe,nerian Metode Pemberian kompensasi tunai sangat
kompensasi tunai deskriptif. berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja karyawan dan dapat
terhadap
berakibat pada peningkatan kualitas
produktifitas kerja pada perusahaan sehingga
perusahaan mengalami peningkatan
16
karyawan pada usaha mutu dan hasil sesuai target.
dagang Erlangga 2 di
Denpasar.
Proses pemberian kompensasi yang dilakukan secara adil dan layak oleh
perusahaan kepada para pegawai mereka diharapkan mampu memberi motivasi kepada
pegawai untuk meningkatkan produktivitas dan kreativitas kinerja mereka. Dan pada
akhirnya nanti akumulasi dan peningkatan produktivitas dan kreativitas kerja para
pegawai akan mengindikasikan peningkatan produktivitas perusahaan. Dari uraian
singkat tersebut, maka penulis menjabarkan kerangka pikir yang akan di jadikan
pegangan dalam penelitian ini dalam gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2
Kerangka pikir
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian yang akan dilakukan pada PT. Sapu Sumber Daya Manusia ini, penulis
akan melakukan sebuah penelitian dengan cara mendatangi langsung kantor pusat PT.
18
Sapu Sumber Daya Manusia yang terletak di dukuh sekuwung desa purwosari untuk
mengumpulkan data – data pendukung di dalam melakukan penelitian tersebut.
Obyek penelitian ini dilaksanakan pada PT. Sapu Sumber Daya Manusia yang
terletak di RT/RW 008/001, Dukuh Sekuwung,Desa Purwosari,Babadan,Ponorogo.
Penulis memilih melakukan penelitian pada Sapu Sumber Daya Manusia ini karena
selain lokasinya dekat dengan tempat tinggal sekarang, sehingga memudahkan dalam
melakukan penelitian dan pengumpulan data yang akan digunakan sebagai bahan
penelitian sesuai dengan judul penelitian. Waktu yang digunakan adalah dalam kurun
waktu 30 Maret 2023 sampai dengan 14 Mei 2023.
Tabel 2
Waktu Penulisan
1 Persiapan
2 Pengumpulann data
3 Pengolahan data
4 Analisa data
Menurut Sugiyono (2011: 60-64) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Maka
macam – macam variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut:
19
2. Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh
keberadaan variabel bebas.
3. Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi kuat lemahnya hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terukat.
4. Variabel intervening adalah variabel yang memberikan jeda antara variabel bebas
dengan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi
variabel terkait.
5. Variabel control adalah variabel yang memebuat konstan hubungan variabel bebas
terhadap variabel terikat sehingga variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor
luar yang tidak diteliti.
20
3.4 Operasionalisasi Variabel
kompensasi adalah imbalan atau upah yang diberikan kepada pegawai sebagai alat
pemuas pegawai untuk meningkatkan kinerja dan loyalitas pegawai pada perusahaan
yang akan berakibat meningkatnya produktivitas kerja para pegawai.
kinerja karyawan adalah tingkatan hasil kerja pegawai dalam waktu tertentu yang
sudah memenuhi dan mencapai persyaratan yang telah ditentukan dan juga sudah
disepakati.
Tabel 3
Operasional Variabel
Variabel Indikator Sub Variabel
21
3.5 Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini memakai dua cara untuk mengumpulkan data yang akan
diperlukan dalam analisis, yaitu sebagai berikut:
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti atau data yang
berasal dari sumber aslinya dan terkait secara langsung dengan topik penelitian.
Pengumpulan data primer dapat menggunakan observasi, wawancara, angket, dan
pola lain yang di perlukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi
dan angket (kuisioner penelitian) sebagai penunjang dalam pengumpulan data.
a. Observasi adalah pengamatan langsung ke lokasi penelitian yang dilakukan
dengan memperhatikan, mempelajari dan mencatat berbagai hal yang dapat
dijadikan obyek penelitian, serta mengumpeulkan data sekunder dari berbagai
dokumen.
b. Angket (kuisioner penelitian) adalah pengajuan pernyataan atau pertanyaan
tertulis serta pilihan jawaban kepada para responden yang menjadi sampel
penelitian.
2. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan pihak lain baik dari dalam
organisasi (perusahaan) atau di luar organisasi (perusahaan). Data sekunder
internal dapat berupa laporan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder eksternal
dapat berupa laporan yang di publikasikan
22
DAFTAR PUSTAKA
Manajemen Sumber Daya Manusia, Hasibuan, Malayu, SP (2002), Jakarta, Bumi Aksara.
Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Rivai, Veithzal (2004), Jakarta, PT.
Raja Grafindo Persada.
Manajemen Sumber Daya Manusia, Simamora, Henry (2004), Bina Aksara, Jakarta.
23