Anda di halaman 1dari 4

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Innallaziina aamanụ wa 'amiluṣ ṣooliḥaati ulaa ika hum khairul-

bariyyah
Alhamdulillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanas taghfiruhu
wana’udzubillahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyi aati “Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,
a’maalin. Man yahdillahu falaa mudlillalahu wa man yudl lil falaa mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 7)
haadiyalah.
Sungguh, waktu ini sangatlah cepat berlalu. Rasanya belum lama
Asyhadu allaa ilaha illallahu wahdahulaa syariikalah, wa asyhadu kita bertemu dengan tahun 1444 Hijriyyah. Namun, ternyata tahun
anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh. Allahumma sholli 1444 Hijiriyyah sudah hampir usai dan tak akan kembali. Berlalu
wasallim ‘alaa sayyidina muhammadinil mujtabaa. Wa’alaa alihi juga semua kesempatan ibadah di dalamnya. Ramadan yang telah
washohbihi ahlit tuqoo wal Wafaa. kita lewati, musim haji, dan bulan Zulhijah telah usai yang ditandai
dengan jemaah haji yang mulai berdatangan dari tanah suci
Ammaa ba’du: fayaa ayyuhal muslimuun. uushiikum wanafsii
Makkah, kembali ke tanah air ini. Sungguh, waktu sangatlah cepat
bitaq wallahi wato’atihi faqod faa dzamanit taqo.
berlalu, dan itu tidaklah mengherankan, karena cepatnya waktu
Qolallahu ta’aalaa fii kitaabihil kariim: yaa ayyuhannasut taquu adalah salah satu karakteristik kehidupan di akhir zaman
robba kumulladzii kholakum min nafsiw wahidatin wakholaqo
Singkatnya waktu yang kita rasakan merupakan salah satu tanda-
minhaa dzau jahaa wabatsa minhumaa rijalang katsirow wanisaa
tanda kecil dekatnya hari kiamat sebagaimana yang pernah Nabi
an, wat taqullohal ladzii nasaa luu nabihi wal arhaama innalloha
shallallahu ‘alaihi wasallam katakan,
kaana ‘alaikum roqiibaa.
“Tidak akan terjadi kiamat hingga zaman berdekatan. Setahun
bagaikan sebulan. Sebulan bagaikan sepekan. Sepekan bagaikan
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah sehari. Sehari bagaikan sejam. Dan sejam bagaikan terbakarnya
Pertama-tama, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan pelepah pohon kurma.”
kita kepada Allah Ta’ala. Karena dengan ketakwaan inilah, kita bisa
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
meraih rida Rabb kita dan dengannya pula kita akan mendapatkan
Alangkah bahagianya bagi siapa saja yang telah memperbanyak
kehidupan yang mulia. Orang yang bertakwa dicap oleh Allah Ta’ala
ketaatan, berlomba-lomba dalam kebaikan, berusaha mengangkat
sebagai makhluk-Nya yang paling baik. Allah Ta’ala berfirman,
derajat pahalanya, dan berusaha agar Allah Ta’ala mengampuni
ٓ
َ ‫ت ُأ ۟و ٰلَِئ‬
‫ك هُ ْم َخ ْي ُر ْٱلبَ ِريَّ ِة‬ ِ ‫صلِ ٰ َح‬ ۟ ُ‫وا َو َع ِمل‬
َّ ٰ ‫وا ٱل‬ ۟ ُ‫ين َءامن‬
َ َ ‫ِإ َّن ٱلَّ ِذ‬ dosa-dosanya pada tahun ini, serta bisa mengambil pelajaran dari
setiap hal yang telah Allah takdirkan. Allah Ta’ala berfirman,
‫ْص ِر‬ َ ِ‫ار ۚ ِإ َّن فِى ٰ َذل‬
َ ٰ ‫ك لَ ِعب َْرةً ُأِّل ۟ولِى ٱَأْلب‬ َ َ‫يُقَلِّبُ ٱهَّلل ُ ٱلَّي َْل َوٱلنَّه‬ wa maa umiruu illaa liya’budullooha mukhliṣiina lahud-diina
ḥunafaa`a wa yuqiimuṣ-ṣolaata wa yu`tuz-zakaata wa dżaalika
yuqollibulloohul-laila wan-nahaar, inna fii żaalika la’ibrotal li uulil- diinul-qayyimah
abṣoor
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan
“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang ikhlas, menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama,
demikian itu, pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat. Dan yang
mempunyai penglihatan (yang tajam).” (QS. An-Nur: 44) demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Alangkah senangnya bagi siapa saja yang mengisi hari-harinya Ma’asyiral Mu’minin, yang dirahmati Allah Ta’ala.
dengan mengerjakan perintah Allah, memenuhi bulan-bulannya
Di antara hak Allah Ta’ala atas hamba-Nya yang telah Allah berikan
dengan menjawab panggilan salat, dan mengorbankan tahun-tahun
begitu banyak kenikmatan, yang telah Allah berikan kesempatan
kehidupannya di dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala disertai
hidup hingga detik ini dalam keadaan yang baik adalah mensyukuri
dengan keikhlasan dan kesadaran bahwa inilah tujuan
segala nikmat-Nya serta memuji-Nya atas segala kemulian-Nya.
diciptakannya manusia di bumi ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
Karena rasa syukur menyebabkan bertambahnya kenikmatan dan
mencegah dari penderitaan. Alangkah baiknya manusia selalu
َ ‫ت ْٱل ِج َّن َوٱِإْل‬
‫نس ِإاَّل لِيَ ْعبُ ُدو ِن‬ >ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬ meresapi dan mematri dengan kuat di dalam hatinya firman Allah
Ta’ala,
wa maa kholaqtul-jinna wal-insa illaa liya’budụun

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka ‫َوِإ ْذ تََأ َّذ َن َربُّ ُك ْم لَِئن َش َكرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِى‬
beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56) ‫لَ َش ِدي ٌد‬
Dan firman-Nya juga,
wa idz ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`aziidannakum wa
۟ ‫ِّين ُحنَفَٓا َء َويُقِي ُم‬
‫وا‬ َ ‫ين لَهُ ٱلد‬ َ ‫ص‬ ۟ ‫َومٓا ُأ ِمر ُٓو ۟ا اَّل لِيَ ْعبُ ُد‬
ِ ِ‫وا ٱهَّلل َ ُم ْخل‬
la`ing kafartum inna ‘ażaabii lasyadiid
‫ِإ‬ َ
‫ين ْٱلقَيِّ َم ِة‬
ُ ‫ك ِد‬ ٰ ۟
َ ِ‫صلَ ٰوةَ َويُْؤ تُوا ٱل َّز َك ٰوةَ ۚ َو َذل‬ َّ ‫ٱل‬ “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.
Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku “Sesungguhnya Allah rida kepada hamba yang menyantap makanan
sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7) lalu memuji Allah atas makanan itu, atau minum lalu memuji Allah
atas minuman itu.” (HR. Muslim no. 2734)
Saat seorang muslim bersyukur, maka kebaikannya akan kembali ke
dirinya sendiri. Dan saat ia kufur terhadap nikmat Allah, maka Ma’asyiral Mu’minin, yang diridai oleh Allah Ta’ala.
bahayanya pun akan kembali ke dirinya sendiri. Karena
Sesungguhnya di antara kemuliaan seseorang, saat ia sudah di
sesungguhnya Allah Ta’ala Mahakaya, tidak memerlukan sesuatu
penghujung sebuah waktu adalah meluangkan waktunya seorang
apapun dari seluruh alam ini. Allah Ta’ala berfirman,
diri, untuk mengintrospeksi dan mengoreksi dirinya atas amalan
‫َو َمن يَ ْش ُكرْ فَِإنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِهۦ ۖ َو َمن َكفَ َر فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى َح ِمي ٌد‬ apa yang telah diperbuat dan amalan apa yang telah terlewat.
Demikian juga dengan waktu yang telah Allah berikan, sudahkah ia
wa may yasykur fa innamaa yasykuru linafsih, wa mang kafaro fa manfaatkan ataukah ia sia-siakan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi
innallooha ganiyyun ḥamiid wasallam pernah mengatakan,
“Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya “Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan
dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa tidak beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh
bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan
Terpuji.” (QS. Luqman: 12) angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi no. 2459)
Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala. Imam Tirmidzi mengatakan, “Maksud sabda Nabi ‘Orang yang
mempersiapkan diri’ adalah orang yang selalu mengoreksi dirinya
Tidak ada yang menjadi tugas kita, kecuali memuji Allah atas apa
pada waktu di dunia sebelum dihisab pada hari kiamat.”
yang telah diberikan kepada kita. Pujian kita kepada-Nya
menandakan keridaan kita atas limpahan rezeki-Nya, dan tidak ada Barokallahuli walakum fil qur aanil ‘adliim, fanafa’ani wa
balasan dari keridaan seseorang kepada Allah, kecuali kemenangan iyyakum bimaa fiihi min aayaati wadz kurol hakiima wata
yang besar. Lihatlah bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam qobbalallahu minnaa wamingkum tilaa watahu wainnahu
mengajarkan kepada kita untuk rida kepada Allah Ta’ala dengan huwassami’ul ‘aliim, wa aquulu quluhadzaa fastagh firullahal
senantiasa memuji-Nya atas segala limpahan nikmat dan karunia- ‘adziima innahu huwal ghofuur rohiim.
Nya kepada kita. Bahkan, terhadap makanan dan minuman yang
kita makan setiap harinya, sebagaimana Rosulullah SAW bersabda:
Alhamdulillahi lahul a’ru kulluhu wa ilaihil mashiir. Wa ash hadu ya’idhukum la’allakum tadzak karuunn, fadz kurullaahal ‘adhiima
allaa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah. Wa asy hadu yadz kur kum. Wasy kuruuhu ‘alaa ni’amihii yadzid kum fas
anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluhul basyiirun nadhiiru aluuhu ming fadlihii yu’thikum wala dzikrullaahi akbar.
wassiroo jul muniiru.
Amma ba’du: fayaaa ayyuhannasut taqullaaha haqqo tuqoo tihii
walaa tamuu tuna illaa wa antum muslimuun. Waqoola ta’aa laa:
innallaha wamalaa ikatahu yu sholluuna ‘alannabiyyi yaa ayyuhal
ladhii na aaamanuu sholluu ‘alaihi wasallimu tasliimaa.
Allahumma sholli wasallim ‘alaa sayyidina muhammadin ‘abdika
warosuulikan nabiyyil ummiyyi wa’alaa alihii wa shohbihii
ajma’iin. Wa’anittaa bi’iina wa taabi’iit taabi’iina wat aa bi’iihim
bi ihsaanin ilaa yaumiddiini wan shur naa ma’ahum biroh matika
yaa ar hamar roohimiin.

Allahumaghfir lil mu’miniina wal mu’minaati wal muslimiina wal


muslimaati. Al ahyaa iminhum wal amwaat, wadlo’if lahumul
hasanaah, wa kaffir ‘anhumus sayyi aat, warzuq hum minal
arzaaqiit thoyyibaat. Allahummak syif ‘annaal balaaa’ wal gholaa’
wal wabaa’ wal fahsyaa’ wal mungkar wal baghya was syadaa
idawal mihana maa dhoharo min haa wamaa bathon. Mim
baladinaa haa dzaa khoooosshoh. Wa mim buldaanil muslimiina
‘aaaaaaammah. Innaka ‘alaa kulli syai ing qodiir. Robbanaa
aatinaa milladungka rohmah, wa hayyi’ lanaa amrinaa rosyadaa.
Robbanaa hablanaa min azwaa jinaa wa zurriyatiina qurrota
a’yuniw waj’alnaa lil muttaqiina imaa maa. Robbanaa atinaa
fiddunyaa hasanah wa fil aa hiroti hasanataw waqinaa ‘adzaa
bannar.

‘ibadallaah. Innallaha ya’muru bil ‘ad li wal ihsaani wa iitaaa idzil


qurbaa wayan haa ‘anil fahsyaa i wal mungkari wal baghyi

Anda mungkin juga menyukai