Anda di halaman 1dari 25

PENATALAKSANAAN TEKNIK PEMERIKSAAN

FEMUR SINISTRA DENGAN KLINIS OSTEOSARCOMA


DI RSUD CIBABAT CIMAHI

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Kesehatan di Politeknik Al Islam Bandung

Disusun oleh :
Rafid Alauddin Ramdhan
TRO/14/00981

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA RADIOLOGI


POLITEKNIK AL ISLAM BANDUNG BANDUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : PENATALAKSANAAN TEKNIK PEMERIKSAAN FEMUR


SINISTRA DENGAN KLINIS OSTEOSARCOMA DI RSUD
CIBABAT CIMAHI

Nama : Rafid Alauddin Ramdhan


NPM : TRO/14/00981

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Proposal Tugas Akhir Program
Studi Diploma Tiga Radiologi Politeknik Al Islam Bandung.

Bandung, Juli 2022

Pembimbing,

Sarengat S, S.ST., MMRS


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kuasa
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami akhirnya dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dapat terselesaikan sesuai rencana, dengan judul
PENATALAKSANAAN TEKNIK PEMERIKSAAN FEMUR SINISTRA
DENGAN KLINIS OSTEOSARCOMA DI RSUD CIBABAT CIMAHI
Penulisan tugas akhir ini bertujuan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar ahli madya kesehatan pada Program Studi D-III Radiologi
Politeknik Al Islam Bandung. Menyadari dalam pembuatan Tugas Akhir ini,
banyak pihak yang ikut membantu baik secara langsung dalam bentuk moral
maupun materil sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan pada waktunya, untuk
itu pada kesempatan ini dengan segenap hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. Hj. Sri Djatnika SA,SE., M.Si. selaku Direktur Politeknik Al Islam
Bandung.
2. Oktarina Damayanti, ST., M.Si. selaku ketua program studi D-III
Radiologi Politeknik Al Islam Bandung.
3. Dian Nuramdiani S.Pd.., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyususn tugas akhir ini.
4. Sarengat, S.ST., MMRS selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan tugas akhir ini
5. Orang tua dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan
dukungan material, moral, do’a kepada penulis.
6. Sahabat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
7. TRO 14 yang sedang berjuang bersama dan memberikan dukungan
kepada penulis Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak.
Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas akhir ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu.

Bandung, Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................2
BAB I................................................................................................................................6
PENDAHULUAN.............................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................8
1.5 Kerangka Penelitian.........................................................................................9
BAB II.............................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................10
2.1 Anatomi dan Fisiologis Femur......................................................................10
2.2 Osteosarcoma..................................................................................................12
2.3 Gejala Klinis Osteosarcoma..........................................................................13
2.4 Penatalaksanaan Pemeriksaan......................................................................16
2.4.1 Pembedahan............................................................................................16
2.4.2 Kemoterapi.............................................................................................18
2.4.3 Radioterapi.............................................................................................19
BAB III...........................................................................................................................21
METODE PENELITIAN..............................................................................................21
3.1 Jenis Penelitian...............................................................................................21
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................21
3.3 Subjek dan Objek Penelitian.........................................................................21
3.4 Metode Pengumpulan Data...........................................................................22
3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data..............................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteosarcoma adalah tumor tulang dengan angka kematian 80% setelah


pasien lima tahun di diagnosis. Penyebab osteosarcoma masih belum jelas
diketahui. Disinyalir adanya hubungan kekeluargaan menjadi suatu
predisposisi. Osteosarcoma adalah tumor tulang dengan angka kematian 80%
setelah pasien lima tahun di diagnosis. Penyebab osteosarcoma masih belum
jelas diketahui. Disinyalir adanya hubungan kekeluargaan menjadi suatu
predisposisi. Osteosarkoma disebut juga osteogeniksarkoma adalah suatu
neoplasma ganas yang berasal dari sel primitif (poorly differentiated cells)
didaerah metafise tulang panjang pada anak-anak. Disebut osteogenic oleh
karena perkembangannya berasal dari seri osteoblastik sel mesensim primitif.
Osteosarcoma merupakan neo plasma primer.
Osteosarcoma biasanya ditemukan pada orang tua berumur 50 tahun
keatas, karena osteosarcoma bisa terjadi karena degenerasi ganas dari paget ‘s
diseasea, dengan prognosis sangat jelek.
Sistem kerangka sebagai penopang tubuh manusia terdiri dari susunan
berbagai macam tulang yang saling berhubungan. Seperti, tulang kepala
berjumlah delapan buah, tulang kerangka dada berjumlah 25 buah, tulang
wajah berjumlah 14 buah, tulang belakang dan pinggul 26 buah, tulang telinga
dalam berjulah 6 buah, tulang lengan berjumlah 64 buah, tulang lidah
berjumlah satu buah, dan tulang kaki berjumlah 62 buah. Fungsi dari sistem
kerangka antara lain, untuk menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak
rubuh, Untuk melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan
paru-paru, sebagai tempat melekatnya otot-otot, untuk pergerakan tubuh
dengan perantaraan otot, sebagai tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel
darah merah, memberikan bentuk pada bangunan tubuh (Min, 2016).
Dalam sistem kerangka tubuh manusia, tulang yang memiliki ukuran
cukup besar yaitu, tulang paha (Femur). Femur atau tulang paha merupakan
tulang terkuat dan terpanjang yang ada dalam sistem kerangka tubuh manusia.
Tulang paha terdiri atas beberapa bagian seperti, kepala (kaput), leher
(collum), batang (shaft), dan Epicondyle.
Selain itu, tulang ini terdiri dari satu bodi dan terdapat dua sendi
ekstremitas. Tulang paha memiliki bentuk silindris dan sedikit cembung ke
anterior dan miring kearah medial sekitar 5 sampai 15 derajat. Ketika femur
vertical, condyles medial lebih rendah dari condylus lateral. Perbedaan dari
kedua condylus tersebut sebesar 5 sampai 7 derajat. Bagian superior femur
berartikulasi dengan acetabulum dari hip joint. Pada bagian distal femur
terdapat medial condylus besar dan lateral condylus kecil. Bagian anterior
dari condylus terpisahkan dengan permukaan patella, permukaannya dangkal
dan berbentuk segitiga. Posterior dari condylus terdapat fossa intercondylar
(Taslima & Harahap, 2019).
Tulang paha merupakan tulang panjang yang seringkali ditemukan kasus
osteosarcoma. Osteosarcoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang
di mana lempeng pertumbuhannya (epi-physeal growth plate) yang sangat
aktif pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus dan
pelvis.
Belakangan ini osteosarcoma mempunyai prognosis yang lebih baik yang
disebabkan oleh prosedur penegakkan diagnosis dan staging dari tumor yang
lebih baik. Begitu pun halnya dengan adanya pengobatan yang lebih canggih.
Dalam penanganan osteosarcoma, modalitas pengobatannya dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu dengan kemoterapi dan dengan operasi.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas lebih
dalam terkait pemeriksaan femur sisnistra dengan klinis osteosarcoma dengan
judul “Penatalaksanaan Teknik Pemeriksaan Femur Sinistra Dengan
Klinis Osteosarcoma Di Rsud Cibabat Cimahi”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Femur Sinistra Dengan Klinis
Osteosarcoma Di Rsud Cibabat Cimahi ?
2. Bagaimana Proses Penatalaksanaan Teknik Pemeriksaan Femur Sinistra
Dengan Klinis Osteosarcoma Di Rsud Cibabat Cimahi ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Femur Sinistra Dengan Klinis
Osteosarcoma Di Rsud Cibabat Cimahi.
2. Untuk mengetahui Proses Teknik Pemeriksaan Femur Sinistra Dengan
Klinis Osteosarcoma Di Rsud Cibabat Cimahi

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari laporan penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang radiologi khususnya
dalam pemeriksaan femur sinistra dengan klinis osteosarcoma.
2. Bagi pembaca
Sebagai gambaran dalam menentukan topik penelitian, khususnya dalam
penatalaksaan pemeriksaan femur sinistra dengan klinis osteosarcoma.
3. Bagi Akademik Sebagai referensi dan menambah bahan bacaan bagi
mahasiswa Politeknik Al Islam Bandung.
1.5 Kerangka Penelitian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologis Femur


Menurut Abdul Wahid (2013), tulang terdiri dari sel-sel yang
berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline
cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses
mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang
dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok
berdasarkan bentuknya.
a. Tulang panjang (Femur, Humerus)
Terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung
yang disebut epifisis. Disebelah proksimal dari epifisis terdapat
metafisis. Diantara epifisis dan metafisis terda metafisisat daerah
tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau
lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi
tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel
tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi
bone (cancellous atau trabecular).
b. Tulang pendek (carpals)
Bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu
lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang pendek datar (tengkorak)
terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang
concellous.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata)
Sama seperti dengan tulang pendek.Tulang sesamoid merupakan
tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan
persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya
patella (kap lutut).
Sedangkan menurut Bontrager dan Lampignano (2014) tulang paha adalah
tulang terpanjang dan terkuat di tubuh. seluruhnya berat badan ditransfer
melalui tulang ini dan persendian sendi di setiap ujungnya. Oleh karena
itu, persendian ini sering menjadi sumber dari patologi saat terjaditrauma.
Femur menghubungkan persendian dengan tiga tulang, tulang coxae, tibia
dan patela, tetapi tidak bersendi dengan fibula. Os. Femur terbagi atas tiga
bagian yaitu bagian proximal, medial, dan distal.

1. Proximal Os. Femur


Menurut Bontrager & Lampignano (2014) Femur proximal terdiri
dari empat bagian penting yaitu caput, collum, trochanter mayor, dan
trochanter minor. Caput Femur berbentuk bulat dan halus untuk
membentuk persendian dengan tulang coxae di acetabulum collum.

Femur menghubungkan caput dengan corpus trochanter mayor


merupakan tonjolan tulang yang bulat dan terletak superior dan lateral dari
corpus femur, sedangkan troochanter minor tonjolannya lebih kecil dan
terletak medial dan superior dari pertemuan collum dan corpus femur.

Oleh karena itu, persendian ini serjng terjadi sumber patologi saat
terjadi trauma.
1. Caput femur sangatlah bulat serta halus dimana tulang paha
berartikulasi dengan tulang panggul.
2. Neck Femur merupakan proses piramidal yang kuat yang dimana
menghubungjan bagian kepala oaha dengan bagian tubuh paha.
3. Trochanter Mayor merupakan tonjolan femur kasar dan besar
berfungsi untuk tempat perlekatan otot.
4. Trocahanter Minor merupakan tonjolan femur yang lebih kecil,
berbentuk kerucut dan tumpul.
2. Medial Os. Femur
Batang Femur atau bagian medial berbentuk silinder halus dan
bundar kedepan dan sisi- sisinya melengkung kedepan dan kebelakang,
dibelakngnya ada belebas yang sangat jelas disebut dengan linea aspera,
tempat kaitan sejumlah otot diantaranya adductor dari Femur.

3. Distal Os. Femur


Distal Femur memperlihatkan dua condyle dan sebuah lekukan
intercondylar, sebuah permukaan popliteum dan sebuah permukaan
pattelaris. Kedua condyle sangat jelas menonjol yang medial lebih rendah
dari yang lateral. Lekukan intrecondyler memisahkan kedua condyle
sedangkan di sebelah depan dipisahkan oleh sebuah permukaan pattlaris.

2.2 Osteosarcoma
Osteosarcoma adalah tumor tulang langka dengan kematian mencapai
80% setelah pasien di diagnose. Osteosarcoma klasik didefinisikan dengan
sarcoma sel spindle dengan derajat malignansi tinggi dan khas
memproduksi matriks steroid. Penyebab osteosarcoma sendiri masih
belum bisa dijelaskan. Adanya hubungan kekeluargaan menjadu satu
alasan predisposisi. Osteosarcoma bisa disebut juga osteogenic sarcoma
adalah suatu neoplasma ganas yang berasal dari sel primitif (poorly
differentiated cells) di daerah metafise tulang panjang pada anak-anak.
Osteosarcoma merupakan suatu neoplasma dimana jaringan steroid
disintesis oleh sel-sel ganas. Osteosarcoma merupakan neoplasma primer.
Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis Tulang panjang dimana
lempeng pertumbuhannya (epi-physeal growthplate) yang sangat aktif ;
yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus dan
pelvis. Osteosarcoma biasanya tumbuh pada permukaan tulang, sedangkan
yang lain terbatas pada kavum meduler. Beberapa kasus ditemukan,
osteosarcoma muncul dari tulang normal (de novo osteosarcoma),
sedangkan yang lain timbul dari penyakit paget atau radiasi. Umumnya
penyakit ini merupakan lesi soliter, walaupun jarang adanya laporan kasus
dengan osteosarcoma multifokal. Tumor ini dapat ditemukan secara
primer namun, sangat jarang ditemukan lebih dari 50 kasus.

2.3 Gejala Klinis Osteosarcoma


Osteosarkoma lebih sering ditemukan pada laki-laki antara umur 5 sampai
30 tahun, paling banyak ditemukan pada usia 10 – 20 tahun. Akan tetapi
osteosarcoma juga sering dilaporkan pada akhir usia dewasa yang
berhubungan dengan penyakit Paget (Paget’s disease). Secara umum
osteosarkoma timbul pada metafisis tulang panjang yang pertumbuhannya
pesat, yaitu lokasi tersering pada distal femur, proksimal tibia dan fibula,
dan proksimal humerus.
Berdasarkan laporan dari jurnal Massachusetts General Hospital (MGH)
Amerika didapatkan osteosarkoma terbanyak didaerah lutut (distal femur
32% dan proksimal tibia 16%). Berdasarkan atas gradasi, lokasi, jumlah
dari
lesinya, penyebabnya, maka osteosarkoma dibagi atas beberapa klasifikasi
atau variasi yaitu,

1. Osteosarkoma klasik.
Osteosarkoma klasik merupakan tipe yang paling sering dijumpai.
Tipe ini disebut juga: osteosarcoma intrameduler derajat tinggi (High-
Grade Intramedullary Osteosarcoma).Tipe ini sering terdapat di
daerah lutut
pada anak-anak dan dewasa muda, terbanyak pada distal dari femur.
Penderita biasanya datang karena nyeri atau adanya benjolan. Pada hal
keluhan biasanya sudah ada 3 bulan sebelumnya dan sering kali
dihubungkan dengan trauma. Nyeri semakin bertambah, dirasakan
bahkan saat istirahat atau pada malam hari dan tidak berhubungan
dengan aktivitas. Terdapat benjolan pada daerah dekat sendi yang
sering kali sangat besar, nyeri tekan dan tampak pelebaran pembuluh
darah pada kulit di permukaannya. Tidak jarang menimbulkan efusi
pada sendi yang berdekatan. Sering juga ditemukan adanya patah
tulang patologis.
2. Osteosarkoma hemoragi atau telangektasis.
Tumor ini memiliki tingkat derajat yang sangat tinggi dan agresif.
Diagnosis yang dilakukan dengan menggunakan biopsi sangat sulit
untuk dideteksi karena tumor ini memiliki sedikit jaringan yang padat,
dan sangat vaskuler.
3. Parosteal osteosarkoma.
Tipikal ini ditandai dengan lesi pada permukaan tulang, dan terjadinya
diferensiasi derajat rendah dari fibroblast dan membentuk woven bone
atau lamellar bone. Biasanya terjadi pada usia lebih tua dari
osteosarcoma klasik, yaitu pada usia 20 s/d 40 tahun.
4. Periosteal osteosarkoma.
Jenis ini merupakan osteosarcoma derajat sedang (moderate-grade)
yang merupakan lesi pada permukaan tulang bersifat kondroblastik,
dna sering terdapat pada daerah proksimal tibia. Kasus ini juga
dijumpai pada diafise tulang panjang seperti femur, hingga tulang pipih
seperti mandibula. Periosteal osteosarcoma biasanya juga menjangkit
pada usia yang sama dengan osteosarcoma klasik.
5. Osteosarkoma sekunder.
Osteosarcoma sekunder dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang yang
mengalami mutase sekunder dan biasanya terjadi pada umur yang lebih
tua misalnya, berasal dari paget ‘s diseasea, asteoblastoma, fibous
dysplasia, benign giant cell tumor. Perjalanan penyakit sampai
mengalami degenerasi ganas memakan waktu cukup lama berkisar 15
– 25 tahun dengan mengeluh nyeri pada daerah inflamasi dari paget’s
disease. Selanjutnya rasa nyeri bertambah dan disusul oleh terjadinya
destruksi tulang.

6. Osteosarkoma intrameduler derajat rendah.


Osteosarcoma tipe ini sangat jarang ditemukan kasusnya.
Osteosarcoma tipe ini merupakan variasi osseofibrous derajat rendah
yang terletak intermeduler. Secara media, gambaran dari tipe ini
adalah mirip parosteal osteosarcoma yang menempati pada daerah
metafise tulang dan laporan kasus paling banuak yaitu menempati
daerah sekitar lutut. Osteosarcoma intermeduler ini biasanya
menjangkiti orang pada usia 15 s/d 65 tahun.
7. Osteosarkoma akibat radiasi.
Osteosarcoma tipe ini muncul akibat dari mendapatkan radiasi
melebihi dari 30Gy. Biasanya dirasakan dalam waktu yang cukup lama
sekitar 3 s/d 35 tahun. Akibat dari radiasi, penyakit ini memiliki
derajat keganasan yang sangat tinggi dengan prognosis jelek dengan
angka metastasenya yang tinggi.
8. Multifokal osteosarkoma.
Variasi ini sangat jarang yaitu terdapatnya lesi tumor yang secara
bersamaan pada lebih dari satu tempat. Hal ini sangat sulit
membedakan apakah sarkoma memang terjadi bersamaan pada lebih
dari satu tempat atau lesi tersebut merupakan suatu metastase. Ada dua
tipe yaitu: tipe Synchronous dimana terdapatnya lesi secara bersamaan
pada lebih darisatu tulang. Tipe ini sering terdapat pada anak-anak dan
remaja dengan tingkat keganasannya sangat tinggi. Tipe lainnya adalah
tipe Metachronous yang terdapat pada orang dewasa, yaitu terdapat
tumor pada tulang lain setelah beberapa waktu atau setelah pengobatan
tumor pertama. Pada tipe ini tingkat keganasannya lebih rendah.
2.4 Penatalaksanaan Pemeriksaan
Penatalaksanaan osteosarkoma meliputi terapi pembedahan (limb salvage
surgery (LSS) atau amputasi), kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi
yang diberikan konkuren ataupun sekuensial sesuai indikasi.

2.4.1 Pembedahan
1. Limb Salvage Surgery
Limb salvage surgery (LSS) merupakan suatu prosedur pembedahan
yang dilakukan untuk menghilangkan tumor, pada ekstremitas dengan
tujuan untuk menyelamatkan ekstremitas. Prosedur LSS merupakan
tindakan yang terdiri dari pengangkatan tumor tulang atau sarkoma
jaringan lunak secara en-bloc dan rekonstruksi defek tulang atau sendi
dengan megaprostesis (endoprostesis), biological reconstruction
(massive bone graft baik auto maupun allograft) atau kombinasi
megaprostesis dan bone graft.

Dalam melakukan tindakan LSS harus dipertimbangkan hal-hal


sebagai berikut:
1. Rekurensinya dan survival rate pasien tidak lebih buruk daripada
amputasi.
2. Prosedur yang dilakukan tidak boleh menunda terapi adjuvant.
3. Fungsi ekstremitas harus lebih baik dari amputasi.
Fungsi ekstremitas pasca-rekonstruksi harus mencapai functional
outcome yang baik, mengurangi morbiditas jangka panjang dan
mengurangi/meminimalkan perlunya pembedahan tambahan.
4. Rekonstruksi yang dilakukan tidak boleh menimbulkan komplikasi
yang membutuhkan pembedahan berikutnya atau hospitalisasi yang
berulang-ulang.
a. Limb Salvage Surgery dengan Megaprostesis
Megaprostesis adalah alat yang terbuat dari logam yang didesain
sebagai pengganti segmen tulang dan atau sendi pada defek tulang
yang terjadi pasca reseksi. Penggunaan megaprostesis,
memungkinkan pasien lebih cepat pulih dan lebih awal menjalani
rehabilitasi dan weight bearing. Dalam dua minggu pasca operasi
latihan esometrik atau non-bending exercise dapat dimulai. Dalam
periode enam minggu pasien sudah berjalan weight bearing sesuai
dengan toleransi pasien.

b. Limb Salvage Surgery dengan Biological Reconstruction


Biological reconstruction adalah metode rekonstruksi yang
ditandai dengan integrasi autograft dan atau proses inisiasi
pembentukan tulang secara de novo pada rekonstruksi defek tulang
atau sendi. Dalam ruang lingkup onkologi ortopaedi, biological
reconstruction diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1).
Transplantasi tulang yang vital-vascularized atau non-
vascularized autograft, 2). Implantasi tulang non-vital berupa
extracorporeal devitalized autograft (allograft), dan 3). Sintesis
tulang secara de novo dengan distraction osteogenesis. Pendekatan
LSS dengan metode biological reconstruction dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik rotational plasty, free microvascular
bone transfer, extracorporeal irradiation autograft, pasteurized
autograft, serta dengan allograft.

c. Limb Salvage Surgery dengan metode lainnya


Metode LSS lainnya dilakukan pada osteosarkoma yang mengenai
tulang expandable seperti fibula proksimal, ulna distal, ilium
dengan indikasi pelvic resection tipe I, costae yang diindikasikan
untuk reseksi tanpa rekonstruksi. Pada ekstremitas dengan defek
tulang massif yang tidak memungkinakan dilakukan rekonstruksi
dengan megaprostesis atau biological reconstruction, seperti defek
tulang pada tibia atau distal femur, rekonstruksi dapat dilakukan
dengan IM nail atau plate dengan bone cement atau disesuaikan
dengan fasilitas yang tersedia di RS setempat.
2. Amputasi
Amputasi pada osteosarcoma dilakukan bila persyaratan LSS tidak
terpenuhi. Pada osteosarcoma derajat keganasan tinggi yang tidak
memungkinkan pemberian kemoterapi osteosarcoma (misalnya:
adanya ulkus, peradarahan, tumor dengan ukuran yang sangat besar)
maka langsung dilakukan pembedahan terlebih dahulu, selanjutnya
diikuti dengan pemberian kemoterapi adjuvant.

2.4.2 Kemoterapi
Osteosarkoma salah satu dari solid tumor dimana adjuvant kemoterapi
terbukti bermanfaat.
Ketentuan umum;
1. Karena kemoterapi adalah sistemik terapi, akan mempengaruhi dan
dipengaruhi organ-organ lain. Oleh karena itu dilakukan oleh
dokter penyakit dalam dan spesialis onklologi medis. Atau paling
sedikit oleh internis plus latihan singkat onkologi medis,
bersertifikat. (internis plus).
2. Pemeriksaan pendahuluan (work up) adalah, patologi anatomi:
osteosarkoma, grade, stadium.
3. Performance status 0,1 (WHO) , fungsi organ-organ (jantung, paru,
liver, ginjal) baik. Komorbid infeksi, TB, hepatitis B dan C., bila
ada diobati.
4. Pasca kemoterapi; follow up: respon terapi yang terukur, diameter,
vaskularisasi, konsistensi, berkala, klinis dan radiologi (RECIST)
darah perifer lengkap, ureum–kreatinin dan fungsi organ lain yang
terkait oleh internis.
5. Kemoterapi neoadjuvant diberikan 2-3 siklus, setelahnya dilakukan
evaluasi pre-operasi (penilaian respon histopatologi berdasarkan
kriteria HUVOS). Bila menurut HUVOS kurang respon, maka
diberikan kemoterapi second line.
6. Bila adjuvant 6 siklus.
7. Pada kemoterapi palliative, tergantung respons penyakit.
Prinsipnya kualitas hidup diperbaiki dan survival dapat
diperpanjang.
Dengan demikian efek samping yang merugikan secara dini bisa
diketahui dan pencegahan atau pengobatan dini bisa dilakukan.

2.4.3 Radioterapi
Prinsip radioterapi pada osteosarkoma dapat dibedakan untuk lokasi
tumor primer dan lesi metastasis.
Radiasi pada tumor primer
a. Radiasi eksterna dipertimbangkan pada kasus batas sayatan positif
pasca operasi, reseksi subtotal, dan kasus yang tidak dapat
dioperasi.
b. Dosis radiasi pasca operasi: 54-66 Gy.
c. Dosis radiasi pada kasus unresectable: 60-70 Gy, bergantung pada
toleransi jaringan sehat.
Radiasi juga dapat diberikan sebagai terapi paliatif pada kasus
metastasis, misalnya nyeri hebat atau perdarahan. Dosis paliatif
biasanya 40 Gy yang dapat terbagi dalam fraksinasi konvensional, 2Gy
per hari atau hipofraksinasi.

2.4.3.1 Pemilihan Radioterapi


1. Localized Diseasea
Menurut rekomendasi guidelines, wide excision merupakan terapi
primer pada pasien dengan low grade (intramedullary dan surface)
oteosarkoma dan lesi pariosteal. Pada periosteal osteosarkoma
penatalaksanaan disesuaikan dengan highgrade osteosarkoma
lainnya. Setelah wide excision maka dilanjutkan dengan
kemoterapi setelah operasi. Operasi re-reseksi dengan atau tanpa
radioterapi perlu dipertimbangkan untuk pasien dengan margin
jaringan positif.
2. Osteosarkoma yang disertai metastasis
Sepuluh sampai dengan 20 % pasien osteosarkoma terdiagnosis
saat sudah terjadi metastasis. Walau kemoterapi menunjukan hasil
yang membaik pada pasien non metastatik, high grade, localized
osteosarcoma kemoterapi justru menunjukan hasil kurang
memuaskan pada osteosarkoma yang disertai metastasis. Pada
yang resectable dengan metastasis paru, visceral, atau tulang,
maka terapi untuk tumor primernya sama dengan penatalaksanaan
osteosarkoma derajat keganasan tinggi dan didukung dengan
kemoterapi serta metastasektomi. Pada yang unresectable
penatalaksanaan yang dilakukan adalah kemoterapi, radioterapi dan
melakukan evaluasi ulang tumor primer untuk mengontrol tumor
secara lokal.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskiptif
dengan melakukan observasi tindakan pemeriksaan femur sinstra dengan
klinis osteosarcoma RSUD Cibabat, Cimahi. Observasi ini dilakukan
bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang baik dan tepat, sehingga
dapat membantu Dokter Spesialis Radiologi mendiagnosa maupun
mengobati suatu penyakit.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


a. Waktu penelitian
Penulis melaksanakan penelitian tentang penatalaksanaan teknik
pemeriksaan femur sinistra dengan klinis osteosarcoma pada periode
Mei s/d Juni 2022.

b. Lokasi penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih oleh penulis untuk
dilakukannya penelitian penatalaksanaan teknik pemeriksaan femur
sinistra dengan klinis osteosarcoma bertempat di di RSUD Cibabat,
Cimahi

3.3 Subjek dan Objek Penelitian


a. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan pada penatalaksanaan teknik pemeriksaan
femur sinistra dengan klinis osteosarcoma meliputi:
1. Dokter spesialis radiologi
2. Radiografer
b. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah prosedur penatalaksanaan
teknik pemeriksaan femur sinistra dengan klinis osteosarcoma di
RSUD Cibabat, Cimahi.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
a. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap penatalaksanaan
teknik pemeriksaan femur sinistra dengan klinis osteosarcoma di
RSUD Cibabat, Cimahi.

b. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan dokter spesialis dan radiografer
untuk memperoleh keterangan dan persiapan apa saja yang
berhubungan dengan penatalaksanaan teknik pemeriksaan femur
sinistra dengan klinis osteosarcoma di RSUD Cibabat, Cimahi.

c. Dokumentasi
Untuk melengkapi data penelitian, penulis mengumpulkan dokumen
yang berhubungan dengan penatalaksanaan teknik pemeriksaan femur
sinistra dengan klinis osteosarcoma di RSUD Cibabat, Cimahi. Antara
lain riwayat klinis pasien, hasil gambaran dan hasil ekspertise pada
pemeriksaan tersebut.
3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data
Penulis melakukan anilisis data yang merupakan kegiatan menelaah
suatu komponen yang kemudian menelaah hubungan masing-masing
komponen dengan keseluruhan konteks dari segala sudut pandang. Data
yang telah didapatkan peneliti bermaksud untuk menganalisis data melalui
beberapa tahapan, seperti:
a. Reduksi data
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan akan mempermudah peneliti untuk mecari data selanjutnya
dan mencarinya Kembali apabila data tersebut diperlukan. Menurut
(Sugiyono, 2009:2) reduksi data merupakan proses berpikir sensitif
yang memerlukan kecerdasan dan keleluasan dan kedalam wawasan
yang tinggi.
Hasil dalam penelitian ini akan dibuat transkip hasil wawancara
dengan setiap narasumber, hasil wawancara akan dipilih dan dipilah
sehingga data yang tidak diperlukan tidak akan di masukan.

b. Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart, dan
sejenisnya. Data yang sering digunakan untuk menyajikan data
biasanya dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan
data. Maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut (Sugiyono, 2009:95).
Hasil wawancara yang telah direduksi oleh peneliti dikelompokan
sesuai dengan tujuan yang ada. Maka untuk mempermudah peneliti
memnuat kedalam tabel.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan peneliti mengungkapkan makna
dari hasil penelitian yang ada kemudian peneliti mencari hubungannya
antara penyajian data dan reduksi data sehinga terverifikasi dan tidak
melenceng dari hasil reduksi data dan penuajian data yang telah
dilakukan sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Hasil yang telah
didapatkan oleh peneliti, peneliti menganalisis dengan menggunakan
beberapa sumber yakni dengan menggunakan konsep yang relevan
dengan penelitian.

Dari penelitian diatas, penulis mempelajari tentang penatalaksanaan teknik


pemeriksaan femur sinistra dengan klinis osteosarcoma melalui studi
pustaka, kemudian penulis melakukan pengamatan atau observasi
langsung terhadap penatalaksanaan teknik pemeriksaan femur sinistra
dengan klinis osteosarcoma di RSUD Cibabat, Cimahi. Kemudian penulis
mengumpulkan data yang berhubungan dengan penulisan penelitian ini
antara lain dengan mendokumentasikan teknik pemeriksaan, hasil
pemeriksaan dan hasil pembacaan penatalaksanaan teknik pemeriksaan
femur sinistra dengan klinis osteosarcoma dokter spesialis. Kemudian
penulis melakukan wawancara dengan dokter spesialis dan radiografer
untuk memperoleh keterangan yang berhubungan dengan tentang
penatalaksanaan teknik pemeriksaan femur sinistra dengan klinis
osteosarcoma. Data yang telah terkumpul melalui observasi, wawancara ,
dan dokumentasi kemudian di lakukan reduksi untuk menghasilkan
kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, A. 2020. Karakteristik Pasien Fraktur Femur Di Rsup Dr . Wahidin


Sudirohusodo Makassar Periode Januari - Desember 2018. Skripsi.
Desiartama, Agus & I G N Wien Aryana. 2017. Gambaran Karakteristik Pasien
Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013. Denpasar: E-
Jurnal Medika, Volume 6, Nomor 5
Dr Cipto Mangunkusumo. 2018. Panduan Praktik Klinis Osteosarcoma. Jakarta:
Pelayanan Onkologi Terpadu RSCM.
Ismiarto, Yoyos Dias & Gustman Lumanda Sitanggang. 2019. Karakteristik
Pasien
Dengan Osteosarkoma Pada Ekstremitas Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014. Bandung: Syifa
Medika, Volume 10, Nomor 1.
Kawiyana, Siki. Tanpa Tahun. Osteosarkoma Diagnosis Dan Penanganannya.
Denpasar. SMF Orthopaedi dan Traumatologi RSUP Sanglah Denpasar.
Loho, Lili L. 2014. Osteosarcoma. Manado: Jurnal Biomedik, Volume 6 Nomor 3
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
RS Siaga Raya. 2014. Fraktur Collum Femur. [Online].
https://www.rssiagaraya.com/artikel/fraktur-collum-femur/ (diakses Juli
2022).

Anda mungkin juga menyukai