Anda di halaman 1dari 23

E-BOOK INI MEMBAHAS MENGENAI 268 BAHAYA (HAZARD) PADA

PEKERJAAN KONSTRUKSI (FACTOR FISIKA, KIMIA,


BIOLOGI,BIOMEKANIK/ERGONOMIC DAN SOCIAL-PSIKOLOGI)

BAHAYA FISIKA YANG UMUM TERKAIT DENGAN PEKERJAAN


KONSTRUKSI:

1. Jatuh dari ketinggian: Pekerjaan konstruksi sering melibatkan bekerja di


ketinggian, seperti pada atap, tangga, atau perancah. Jatuh dari ketinggian dapat
menyebabkan cedera serius atau bahkan kematian.
2. Tumbukan oleh objek jatuh: Di area konstruksi, ada risiko objek jatuh dari
ketinggian, seperti alat atau bahan konstruksi yang tidak aman, yang dapat
menyebabkan cedera kepala atau tubuh.
3. Terjepit atau terperangkap: Pekerjaan konstruksi sering melibatkan
penggunaan mesin atau peralatan berat yang dapat menyebabkan kecelakaan
terjepit atau terperangkap jika tidak berhati-hati.
4. Kecelakaan kendaraan: Area konstruksi sering dilalui kendaraan seperti truk,
alat berat, atau kendaraan konstruksi lainnya. Kecelakaan kendaraan dapat
menyebabkan cedera serius bagi pekerja.
5. Paparan kebisingan: Pekerjaan konstruksi sering terjadi di lingkungan yang
berisik, seperti penggunaan alat berat, mesin, atau proses konstruksi lainnya.
Paparan kebisingan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pendengaran
atau gangguan kesehatan lainnya.
6. Getaran: Penggunaan alat berat atau mesin di pekerjaan konstruksi dapat
menyebabkan paparan getaran yang berlebihan, yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf dan gangguan kesehatan lainnya.
7. Radiasi: Beberapa pekerjaan konstruksi dapat melibatkan paparan radiasi,
seperti penggunaan sinar-X atau bahan radioaktif, yang dapat menyebabkan
bahaya kesehatan jika tidak dihadapi dengan benar.
8. Kondisi cuaca ekstrem: Pekerjaan konstruksi sering terjadi di luar ruangan,
yang berarti pekerja harus menghadapi kondisi cuaca ekstrem seperti panas,
dingin, atau cuaca buruk, yang dapat menyebabkan risiko kesehatan.
9. Listrik: Pekerjaan konstruksi melibatkan penggunaan listrik yang intensif.
Kekuranghatian dalam penggunaan atau penanganan listrik dapat menyebabkan
kejutan listrik, luka bakar, atau bahkan kematian.
10. Kebakaran atau ledakan: Pekerjaan konstruksi sering terjadi kebakaran
terutama di bagian Gudang material.
11. Pajanan terhadap bahan kimia berbahaya: Pekerjaan konstruksi mungkin
melibatkan penggunaan bahan kimia berbahaya seperti pelarut, cat, atau bahan
kimia konstruksi lainnya. Paparan yang tidak terkendali atau penggunaan yang
tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, paru-paru, atau organ
tubuh lainnya.
12. Asap dan gas beracun: Proses konstruksi seperti pengelasan atau
pemotongan logam dapat menghasilkan asap dan gas beracun yang dapat
membahayakan kesehatan pekerja jika tidak ada langkah-langkah perlindungan
yang memadai.
13. Jatuh benda tajam: Di area konstruksi, terdapat risiko terkena benda tajam
seperti paku, pecahan kaca, atau potongan logam, yang dapat menyebabkan
luka serius jika tidak dihindari.
14. Kebakaran: Pekerjaan konstruksi melibatkan penggunaan peralatan atau
bahan yang mudah terbakar. Kecelakaan kebakaran dapat terjadi jika tidak ada
tindakan pencegahan yang memadai, seperti sistem pemadam kebakaran yang
baik atau pemahaman tentang evakuasi darurat.
15. Debu dan partikel berbahaya: Beberapa pekerjaan konstruksi dapat
menghasilkan debu atau partikel berbahaya, seperti asbes, serbuk kayu, atau
serbuk logam, yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan atau masalah
kesehatan lainnya jika terhirup atau terpapar dalam jangka panjang.
16. Terpapar radiasi sinar matahari: Pekerjaan di luar ruangan di bawah paparan
sinar matahari langsung dapat meningkatkan risiko terbakar matahari, kanker
kulit, dan masalah kesehatan lainnya terkait sinar UV.
17. Kecelakaan alat berat: Penggunaan alat berat seperti derek, grader, atau
ekskavator dapat menimbulkan risiko kecelakaan jika tidak ada pelatihan yang
memadai, pengawasan yang tepat, atau pemeliharaan rutin.
18. Kebisingan dari mesin dan alat: Mesin dan alat yang digunakan dalam
pekerjaan konstruksi dapat menghasilkan kebisingan yang berlebihan, yang
dapat merusak pendengaran jika tidak ada perlindungan yang tepat seperti
penggunaan alat pelindung telinga.
19. Tersengat atau terjebak di mesin: Risiko tersengat atau terjebak dalam mesin
atau peralatan konstruksi dapat terjadi jika tidak ada perhatian yang cukup
terhadap keselamatan dan prosedur pengoperasian yang benar.
20. Keracunan karbon monoksida: Penggunaan mesin pembakaran internal
seperti generator atau alat pemotong gas dapat menghasilkan karbon
monoksida yang berbahaya. Tersinggunginya ventilasi yang baik dapat
menyebabkan paparan berbahaya terhadap gas ini.
21. Runtuhnya struktur: Pekerjaan konstruksi melibatkan risiko runtuhnya
struktur, seperti dinding, lantai, atau atap bangunan. Penggunaan peralatan dan
teknik yang tidak tepat dapat menyebabkan bahaya ini.
22. Bahaya tumpahan bahan berbahaya: Konstruksi dapat melibatkan
penanganan dan penggunaan bahan berbahaya seperti bahan kimia atau limbah
yang bisa tumpah dan mencemari lingkungan atau membahayakan kesehatan
pekerja.
23. Pajanan radiasi elektromagnetik: Beberapa peralatan di pekerjaan konstruksi,
seperti pemancar radio atau antena, dapat menghasilkan pajanan radiasi
elektromagnetik yang berbahaya jika tidak dihadapi dengan benar.
24. Kondisi kerja yang ekstrem: Pekerjaan konstruksi sering dilakukan dalam
kondisi kerja yang ekstrem, seperti suhu ekstrem, kelembaban tinggi, atau
tekanan udara yang berbeda, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan
masalah kesehatan jika tidak diatasi dengan benar.
25. Kecelakaan akibat penggunaan alat tangan: Penggunaan alat tangan seperti
palu, gergaji, atau obeng dapat menyebabkan kecelakaan jika tidak digunakan
dengan benar atau jika pekerja tidak memakai alat pelindung yang sesuai.
26. Kecelakaan akibat bekerja di ruang terbatas: Pekerjaan di dalam ruang
terbatas seperti terowongan, saluran, atau ruang terbatas lainnya dapat
meningkatkan risiko kecelakaan dan bahaya kesehatan jika tidak ada
perencanaan yang baik dan pemahaman tentang prosedur keselamatan.
27. Kehilangan keseimbangan: Area konstruksi sering memiliki permukaan yang
tidak rata atau licin, yang dapat menyebabkan kehilangan keseimbangan dan
kecelakaan jatuh.
28. Bahaya radiasi ionisasi: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan penggunaan
bahan radioaktif atau sumber radiasi dapat menyebabkan bahaya radiasi ionisasi
jika tidak ada perlindungan yang memadai.
29. Kontaminasi tanah dan air: Penggunaan bahan kimia atau limbah di
pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan kontaminasi tanah dan air di
sekitarnya, yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia.
30. Bahaya penuangan atau kebocoran bahan: Pekerjaan konstruksi yang
melibatkan penanganan bahan cair atau bahan berbahaya dapat menghadapi
risiko penuangan atau kebocoran bahan yang dapat menyebabkan bahaya
kebakaran, pencemaran, atau cedera.

BAHAYA BAHAYA BIOMEKANIK ATAU ERGONOMI YANG UMUM


TERKAIT DENGAN PEKERJAAN KONSTRUKSI:

1. Pembebanan berlebihan pada tubuh: Angkat dan bawa benda berat secara
berulang atau tanpa teknik yang benar dapat menyebabkan pembebanan
berlebihan pada otot dan sendi, yang dapat mengakibatkan cedera seperti
cedera punggung, cedera bahu, atau cedera pada persendian lainnya.
2. Gerakan berulang: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan gerakan berulang,
seperti mengayun palu atau mengoperasikan alat dengan gerakan berulang,
dapat menyebabkan cedera repetitif seperti tendinitis atau sindrom
terowongan karpal.
3. Postur yang buruk: Posisi tubuh yang tidak alami atau tidak ergonomis selama
pekerjaan konstruksi, seperti membungkuk, membungkukkan tubuh, atau
posisi tangan yang tidak alami, dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan
pada otot, tulang, dan persendian, yang dapat mengakibatkan cedera jangka
panjang.
4. Getaran: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan penggunaan alat bergetar,
seperti mesin pemadat atau alat pemotong beton, dapat menyebabkan
cedera pada jaringan lunak dan kerusakan pada saraf jika tidak ada
pengendalian getaran yang memadai.
5. Kekakuan otot dan kelelahan: Pekerjaan yang membutuhkan postur statis
atau bekerja dalam posisi yang tidak nyaman secara terus-menerus dapat
menyebabkan kekakuan otot dan kelelahan, yang dapat meningkatkan risiko
cedera saat melakukan gerakan atau aktivitas lainnya.
6. Tekanan fisik pada tubuh: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan penekanan
fisik pada tubuh, seperti bekerja di bawah tekanan pipa atau melakukan
penekanan pada benda, dapat menyebabkan cedera pada jaringan lunak atau
kerusakan pada organ internal.
7. Posisi tubuh yang tidak stabil: Pekerjaan di area yang tidak stabil, seperti di
atas permukaan yang licin atau tidak rata, dapat meningkatkan risiko jatuh
atau cedera jika tidak ada langkah-langkah pengamanan yang memadai.
8. Kekurangan alat bantu ergonomis: Tidak adanya alat bantu ergonomis yang
sesuai, seperti meja kerja yang sesuai dengan tinggi tubuh atau alat bantu
angkat yang dapat mengurangi beban fisik, dapat meningkatkan risiko cedera
dan kelelahan.
9. Penggunaan alat yang tidak ergonomis: Penggunaan alat yang tidak
dirancang secara ergonomis, seperti gagang yang tidak nyaman atau ukuran
yang tidak sesuai, dapat meningkatkan risiko cedera pada otot dan
persendian.
10.Penggunaan alat berat tanpa bantuan: Mengangkat dan menggunakan alat
berat secara manual tanpa bantuan dapat meningkatkan risiko cedera pada
otot, tulang, dan persendian.
11.Gerakan tiba-tiba atau tidak terkendali: Pekerjaan konstruksi yang
melibatkan gerakan tiba-tiba atau tidak terkendali, seperti melompat dari
ketinggian atau terjatuh, dapat menyebabkan cedera pada persendian, tulang,
atau jaringan lunak.
12.Kekurangan istirahat dan pemulihan yang cukup: Ketidakmampuan untuk
istirahat dan memulihkan tubuh dengan cukup antara aktivitas fisik dapat
meningkatkan risiko cedera dan kelelahan.
13.Pekerjaan di lingkungan yang ekstrim: Pekerjaan konstruksi di lingkungan
yang ekstrim, seperti suhu yang ekstrem, kelembaban tinggi, atau tekanan
atmosfer yang berbeda, dapat menyebabkan stres pada tubuh dan
meningkatkan risiko cedera atau masalah kesehatan lainnya.
14.Penggunaan alat tangan yang tidak tepat: Penggunaan alat tangan yang tidak
tepat atau tidak sesuai dengan tugas yang dilakukan dapat meningkatkan
risiko cedera pada tangan, pergelangan tangan, atau lengan.
15.Kekurangan pelatihan dan kesadaran keselamatan: Kurangnya pelatihan
yang memadai tentang teknik kerja yang aman dan kurangnya kesadaran akan
bahaya biomekanik dapat meningkatkan risiko cedera pada pekerja
konstruksi.
16.Penggunaan pakaian atau peralatan pelindung yang tidak sesuai:
Penggunaan pakaian atau peralatan pelindung yang tidak sesuai atau tidak
nyaman dapat menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan kinerja, atau risiko
cedera yang lebih tinggi.
17.Beban angkat yang berat: Pekerjaan konstruksi sering melibatkan
pengangkatan dan pemindahan benda berat seperti balok atau alat-alat berat,
yang dapat menyebabkan cedera punggung atau otot jika tidak dilakukan
dengan benar.

BAHAYA BAHAYA BAHAYA SOSIAL-PSIKOLOGIS YANG UMUM TERKAIT DENGAN


PEKERJAAN KONSTRUKSI:
1. Tingkat stres yang tinggi: Pekerjaan konstruksi sering kali melibatkan
tekanan waktu, tuntutan fisik, dan tanggung jawab yang tinggi, yang dapat
menyebabkan tingkat stres yang tinggi pada pekerja. Hal ini dapat berdampak
negatif pada kesejahteraan psikologis dan fisik mereka.
2. Ketidakpastian pekerjaan: Pekerjaan konstruksi sering kali memiliki sifat
proyek-based, yang dapat mengakibatkan ketidakpastian pekerjaan.
Ketidakpastian ini dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan tekanan pada
pekerja.
3. Beban kerja yang berlebihan: Pekerjaan konstruksi sering kali melibatkan
jadwal yang padat dan beban kerja yang berat. Hal ini dapat mengakibatkan
kelelahan, kelelahan fisik, dan tekanan yang berlebihan pada pekerja.
4. Ketidakseimbangan kehidupan kerja dan pribadi: Sifat pekerjaan konstruksi
yang sering kali membutuhkan jam kerja yang panjang dan waktu lembur
dapat mengganggu keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Hal ini
dapat menyebabkan stres, konflik, dan masalah dalam hubungan pribadi.
5. Kurangnya dukungan sosial: Pekerjaan konstruksi sering kali dilakukan
dalam tim atau kelompok, tetapi kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja
atau manajemen dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pekerja.
Dukungan sosial yang kurang dapat meningkatkan risiko stres dan isolasi.
6. Mobilitas kerja yang tinggi: Pekerja konstruksi sering kali harus bepergian
jauh dari rumah atau tinggal di lokasi proyek untuk jangka waktu yang lama.
Hal ini dapat menyebabkan rasa terpisah dari keluarga dan teman-teman, dan
meningkatkan risiko isolasi sosial.
7. Paparan kekerasan atau pelecehan: Beberapa pekerja konstruksi mungkin
menghadapi risiko paparan kekerasan fisik atau pelecehan di tempat kerja.
Hal ini dapat memiliki dampak yang serius pada kesejahteraan psikologis dan
fisik pekerja.
8. Kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan: Ketidakpartisipasian
dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan dapat
menyebabkan rasa kurangnya kontrol dan kepuasan kerja. Hal ini dapat
berdampak negatif pada motivasi dan kesejahteraan pekerja.
9. Kurangnya pengakuan dan apresiasi: Kurangnya pengakuan dan apresiasi
terhadap kontribusi pekerja konstruksi dapat mengurangi motivasi dan
kepuasan kerja. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko stres dan rendahnya
harga diri.
10. Kurangnya kesempatan pengembangan karir: Kurangnya kesempatan
pengembangan karir atau kemajuan dalam pekerjaan konstruksi dapat
mengurangi motivasi dan kepuasan kerja. Hal ini dapat mengakibatkan
ketidakpuasan dan kurangnya komitmen terhadap pekerjaan.
11. Budaya kerja yang tidak aman: Budaya kerja yang tidak aman atau
mengabaikan aturan keselamatan dapat menciptakan lingkungan kerja yang
berbahaya dan meningkatkan risiko cedera fisik dan psikologis.
12. Ketidakjelasan peran dan tanggung jawab: Ketidakjelasan mengenai peran
dan tanggung jawab dalam pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan
kebingungan, konflik, dan stres di tempat kerja.
13. Kurangnya dukungan manajemen: Kurangnya dukungan dan komunikasi
yang efektif dari manajemen dapat mengurangi kesejahteraan dan kepuasan
pekerja konstruksi. Dukungan manajemen yang kurang juga dapat
mengurangi motivasi dan komitmen terhadap pekerjaan.
14. Ketidakadilan dalam perlakuan: Ketidakadilan dalam perlakuan, seperti
perlakuan yang tidak adil dalam hal penggajian, promosi, atau pembagian
tugas, dapat menciptakan ketidakpuasan dan ketegangan di tempat kerja.
15. Kurangnya kesempatan pengembangan keterampilan: Kurangnya
kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam
pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan kurangnya rasa pencapaian dan
perkembangan pribadi, yang dapat berdampak pada motivasi dan kepuasan
kerja.

BAHAYA BAHAYA KIMIA YANG UMUM TERKAIT DENGAN PEKERJAAN


KONSTRUKSI:
1. Asbes: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan asbes dapat menyebabkan
paparan serat asbes yang berpotensi menyebabkan penyakit paru-paru serius
seperti asbestosis atau kanker paru-paru.
2. Bahan pelapis dan cat berbahaya: Penggunaan bahan pelapis atau cat
berbahaya yang mengandung bahan kimia beracun seperti timbal, merkuri,
kadmium, atau krom dapat menyebabkan keracunan atau masalah kesehatan
lainnya jika tidak ditangani dengan benar.
3. Bahan peledak: Pekerjaan konstruksi di area yang melibatkan penggunaan
atau penanganan bahan peledak dapat meningkatkan risiko ledakan yang
dapat menyebabkan cedera serius atau bahkan kematian.
4. Bahan kimia korosif: Penggunaan bahan kimia korosif, seperti asam atau
alkali kuat, dalam pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan luka bakar pada
kulit atau mata jika tidak dilakukan dengan benar.
5. Bahan kimia iritan: Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam pekerjaan
konstruksi, seperti larutan pembersih atau bahan penghilang cat, dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, mata, atau saluran pernapasan.
6. Bahan kimia beracun: Paparan terhadap bahan kimia beracun seperti
pestisida, pelarut organik, atau bahan kimia industri lainnya dapat
menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan serius jika tidak ditangani
dengan benar.
7. Gas beracun: Pekerjaan konstruksi di area yang terpapar oleh gas beracun
seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida, atau gas beracun lainnya dapat
menyebabkan keracunan dan bahaya serius bagi pekerja.
8. Zat berbahaya dalam tanah: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan
penggalian tanah dapat menghadirkan risiko terpapar zat berbahaya seperti
logam berat, bahan kimia organik, atau bahan buangan industri.
9. Bahan kimia peledak: Penggunaan atau penanganan bahan kimia peledak,
seperti bahan bakar atau bahan peledak lainnya, dalam pekerjaan konstruksi
dapat meningkatkan risiko ledakan atau kebakaran.
10. Bahan kimia reaktif: Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam
pekerjaan konstruksi dapat bersifat reaktif dan berpotensi menyebabkan
ledakan atau pelepasan gas berbahaya jika tidak ditangani dengan benar.
11. Bahan kimia sensitisasi: Paparan berulang terhadap bahan kimia tertentu
dalam pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan sensitivitas atau alergi pada
kulit atau saluran pernapasan.
12. Bahan kimia karsinogenik: Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam
pekerjaan konstruksi dapat diklasifikasikan sebagai karsinogenik, yang berarti
dapat meningkatkan risiko kanker pada pekerja yang terpapar.
13. Bahan kimia teratogenik: Paparan terhadap bahan kimia teratogenik dalam
pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan cacat lahir atau masalah
perkembangan pada janin jika pekerja wanita hamil terpapar.
14. Bahan kimia mutagenik: Beberapa bahan kimia dalam pekerjaan konstruksi
dapat memiliki sifat mutagenik yang berarti dapat menyebabkan perubahan
genetik pada sel-sel manusia yang berisiko menyebabkan masalah kesehatan
jangka panjang.
15. Polusi udara dalam ruangan: Pekerjaan konstruksi di area yang kurang
ventilasi dapat meningkatkan paparan terhadap polusi udara dalam ruangan,
seperti gas buang mesin, debu, atau uap kimia, yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan atau masalah kesehatan lainnya.
16. Paparan debu: Konstruksi yang melibatkan penggilingan, pengeboran, atau
pemotongan bahan seperti batu, beton, atau kayu dapat menghasilkan debu
yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata, atau penyakit
paru-paru jangka panjang.
17. Paparan asap kimia: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan penggunaan
atau penanganan bahan kimia, seperti pelarut atau cat, dapat menghasilkan
asap kimia yang berpotensi berbahaya jika terhirup.
18. Paparan uap berbahaya: Beberapa pekerjaan konstruksi melibatkan
penggunaan bahan kimia yang menghasilkan uap berbahaya jika menguap,
seperti bahan pengeringan atau bahan pelapis.
19. Paparan bahan kimia berbahaya melalui kontak kulit: Pekerjaan
konstruksi yang melibatkan penanganan bahan kimia berbahaya dapat
menyebabkan paparan melalui kontak kulit yang dapat menyebabkan iritasi,
luka bakar, atau penyerapan bahan berbahaya ke dalam tubuh.
20. Paparan bahan kimia berbahaya melalui kontak mata: Pekerjaan
konstruksi yang melibatkan penggunaan bahan kimia berbahaya dapat
menyebabkan paparan melalui kontak mata yang dapat menyebabkan iritasi,
luka bakar, atau gangguan penglihatan.
21. Paparan bahan kimia berbahaya melalui inhalasi: Pekerjaan konstruksi
yang melibatkan penggunaan bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan
paparan melalui inhalasi yang dapat menyebabkan masalah pernapasan,
iritasi saluran pernapasan, atau keracunan.
22. Paparan bahan kimia berbahaya melalui menelan: Paparan bahan kimia
berbahaya yang tidak sengaja tertelan dalam pekerjaan konstruksi dapat
menyebabkan keracunan atau masalah kesehatan lainnya.
23. Kecelakaan atau tumpahan bahan kimia: Tumpahan atau kecelakaan yang
melibatkan bahan kimia berbahaya dalam pekerjaan konstruksi dapat
menyebabkan paparan yang tidak aman bagi pekerja dan lingkungan sekitar.
24. Reaksi kimia yang tidak diinginkan: Penggunaan bahan kimia yang tidak
kompatibel atau tidak benar dalam pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan
reaksi kimia yang berpotensi berbahaya, seperti pelepasan gas beracun atau
ledakan.
25. Paparan radiasi: Beberapa pekerjaan konstruksi dapat melibatkan paparan
radiasi, seperti pada penggunaan sinar-X atau sumber radiasi lainnya, yang
dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang jika tidak dihadapi
dengan tepat.
26. Kontaminasi makanan atau minuman: Kehadiran bahan kimia berbahaya
atau kontaminan lainnya di area makan atau minum di tempat kerja
konstruksi dapat membahayakan kesehatan pekerja jika terjadi konsumsi.
27. Pajanan terhadap limbah berbahaya: Pekerjaan konstruksi di area yang
mengandung limbah berbahaya, seperti limbah bahan kimia atau limbah
medis, dapat meningkatkan risiko paparan dan kontaminasi jika tidak
ditangani dengan benar.
28. Kebersihan dan sanitasi yang buruk: Kurangnya kebersihan dan sanitasi
yang adekuat di tempat kerja konstruksi dapat meningkatkan risiko infeksi,
penyakit kulit, atau paparan bahan kimia yang berbahaya.
29. Tumpahan minyak atau bahan berbahaya lainnya: Pekerjaan konstruksi
yang melibatkan penggunaan atau penanganan minyak, pelumas, atau bahan
berbahaya lainnya dapat meningkatkan risiko tumpahan yang dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan dan bahaya bagi pekerja.
30. Paparan debu logam berat: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan
pengolahan atau pengelasan logam berat, seperti timah, seng, atau besi cor,
dapat menghasilkan debu yang mengandung partikel logam berat yang
berpotensi berbahaya jika terhirup atau terkontaminasi ke dalam tubuh

BAHAYA BAHAYA BIOLOGI YANG UMUM TERKAIT DENGAN PEKERJAAN


KONSTRUKSI:

1. Penyebaran penyakit menular: Terdapat risiko penyebaran penyakit menular,


seperti flu, demam, atau infeksi kulit, melalui kontak dengan orang yang
terinfeksi atau benda-benda yang terkontaminasi.
2. Keracunan bahan kimia: Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam
konstruksi, seperti bahan perekat atau bahan pengawet, dapat menyebabkan
keracunan jika terpapar langsung atau terhirup.
3. Paparan terhadap jamur dan kapang: Konstruksi sering melibatkan pekerjaan
di area yang lembap atau terpapar kelembaban tinggi, yang dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur dan kapang. Paparan terhadap spora
jamur atau kapang dapat menyebabkan gangguan pernapasan atau reaksi
alergi.
4. Serangan hewan berbahaya: Dalam beberapa lingkungan konstruksi, terdapat
risiko serangan hewan berbahaya seperti serangga beracun, laba-laba berbisa,
atau ular.
5. Paparan terhadap limbah medis: Pekerjaan konstruksi di sekitar fasilitas
kesehatan dapat meningkatkan risiko paparan terhadap limbah medis, seperti
jarum suntik atau bahan berbahaya lainnya.
6. Kontaminasi air atau tanah: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan penggalian
atau perubahan struktur tanah dapat menyebabkan kontaminasi air atau
tanah oleh mikroorganisme atau zat-zat berbahaya.
7. Infeksi oleh darah atau cairan tubuh: Pekerjaan konstruksi sering melibatkan
kontak dengan darah atau cairan tubuh, seperti pada pekerjaan pemasangan
sistem sanitasi atau peralatan medis yang rusak. Hal ini meningkatkan risiko
infeksi penyakit menular.
8. Penularan penyakit melalui vektor: Dalam beberapa lingkungan konstruksi,
terdapat risiko penularan penyakit melalui vektor, seperti nyamuk yang
membawa virus demam berdarah atau serangga lain yang dapat menyebarkan
penyakit menular.
9. Paparan terhadap zoonosis: Konstruksi di area yang berdekatan dengan
hewan ternak atau satwa liar meningkatkan risiko paparan terhadap zoonosis,
yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
10.Infeksi saluran pernapasan: Paparan terhadap debu, serbuk kayu, atau serbuk
semen dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, seperti bronkitis atau
pneumonia.
11.Alergi dan reaksi kulit: Pekerjaan konstruksi sering melibatkan paparan
terhadap bahan-bahan tertentu yang dapat menyebabkan alergi kulit atau
reaksi iritasi pada kulit.
12.Penyebaran infeksi gastrointestinal: Pekerjaan konstruksi di area yang
terkontaminasi oleh bakteri atau virus gastrointestinal meningkatkan risiko
penyebaran infeksi melalui makanan atau kontak langsung.
13.Penyakit pernapasan terkait asap: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan
penggunaan bahan bakar, seperti mesin penggali atau alat berat, dapat
menghasilkan asap yang berpotensi menyebabkan penyakit pernapasan.
14.Pencemaran udara dalam ruangan: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan
penggunaan bahan-bahan tertentu, seperti cat atau perekat, dapat
menghasilkan gas atau partikel yang mencemari udara dalam ruangan.
15.Penularan penyakit kulit: Kontak dengan tanah yang terkontaminasi atau
bahan kimia tertentu dalam pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan infeksi
atau iritasi kulit.
16.Penularan penyakit melalui makanan: Ketidakpatuhan terhadap kebersihan
dan sanitasi dalam lingkungan konstruksi dapat meningkatkan risiko
penularan penyakit melalui makanan yang dikonsumsi.
17.Risiko terpapar racun serangga: Konstruksi di area yang terinfestasi oleh
serangga beracun atau serangga pengganggu lainnya meningkatkan risiko
terpapar racun serangga.
18.Paparan terhadap zat berbahaya: Pekerjaan konstruksi dapat melibatkan
paparan terhadap zat-zat berbahaya seperti asbes, timbal, atau bahan kimia
beracun lainnya yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan
kesehatan lainnya.
19.Penularan penyakit melalui kontak langsung: Kontak langsung dengan
pekerja atau individu lain yang menderita penyakit menular dapat
menyebabkan penularan penyakit dalam lingkungan konstruksi.
20.Kontaminasi oleh limbah berbahaya: Penanganan limbah berbahaya dalam
pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan kontaminasi dan penyebaran
penyakit jika tidak dilakukan dengan benar.
21.Serangan hewan beracun: Beberapa area konstruksi dapat berpotensi
terpapar oleh hewan beracun seperti laba-laba berbisa atau ular, yang dapat
menyebabkan bahaya bagi pekerja.
22.Penyakit yang ditularkan melalui tanah: Paparan tanah yang terkontaminasi
oleh bakteri, virus, atau parasit dapat menyebabkan penyakit seperti tifus
atau leptospirosis.
23.Kontaminasi makanan dan minuman: Ketidakpatuhan terhadap kebersihan
dan sanitasi dapat menyebabkan kontaminasi makanan dan minuman di area
konstruksi, yang dapat menyebabkan penyakit gastrointestinal.
24.Penularan penyakit melalui kontak dengan air terkontaminasi: Pekerjaan
konstruksi yang melibatkan kontak dengan air terkontaminasi, seperti air
limbah atau air yang terkontaminasi bahan kimia, dapat menyebabkan
penularan penyakit melalui kulit atau konsumsi air yang terkontaminasi.
25.Paparan terhadap serbuk debu: Pekerjaan konstruksi yang melibatkan
penggilingan, penghancuran, atau pengeboran bahan seperti batu, kayu, atau
semen dapat menghasilkan serbuk debu yang dapat menyebabkan gangguan
pernapasan atau alergi.
26.Kontaminasi oleh bahan berbahaya di tanah atau air: Pekerjaan konstruksi
yang melibatkan penggalian atau perubahan tanah dapat menyebabkan
kontaminasi oleh bahan berbahaya, seperti logam berat atau bahan kimia,
yang dapat berdampak negatif pada kesehatan.

150 LIST BAHAYA (HAZARD) PEKERJAAN KONSTRUKSI LAINNYA:


1. Ketinggian dan jatuh dari ketinggian.
2. Kecelakaan penurunan benda atau material.
3. Kontak dengan alat dan mesin berbahaya.
4. Kontak dengan listrik yang terbuka.
5. Terjepit atau tertimbun di dalam parit atau penggalian.
6. Kebakaran atau ledakan.
7. Paparan bahan kimia berbahaya.
8. Kebisingan berlebihan.
9. Gangguan pada sistem pernafasan akibat debu atau bahan berbahaya lainnya.
10. Radiasi dari penggunaan alat las atau bahan berbahaya.
11. Pemadaman atau kegagalan sistem proteksi kebakaran.
12. Kecelakaan transportasi di area konstruksi.
13. Tertimpa oleh benda jatuh.
14. Keracunan akibat asap atau gas beracun.
15. Terperosok di area yang tidak stabil.
16. Jatuh dari tangga atau scaffolding.
17. Keracunan atau cedera akibat penggunaan bahan kimia berbahaya.
18. Kecelakaan penggalian tanah yang tidak terkendali.
19. Pemadaman atau kegagalan sistem pencahayaan.
20. Terkena debu berbahaya atau partikel kecil.
21. Terkena panas atau dingin ekstrem.
22. Cedera akibat gerakan atau manipulasi material yang salah.
23. Gangguan pada penglihatan akibat sinar matahari langsung atau kilau.
24. Kecelakaan akibat penggunaan peralatan yang tidak tepat.
25. Keracunan akibat paparan gas beracun atau zat kimia berbahaya.
26. Tersengat atau tergigit oleh binatang berbahaya.
27. Keracunan karbon monoksida dari mesin pembakaran internal.
28. Terperangkap dalam mesin atau peralatan.
29. Terkena radiasi matahari berlebihan atau panas.
30. Cedera akibat beban berat yang diangkat atau dipindahkan secara tidak benar.
31. Kecelakaan akibat penyalahgunaan atau penggunaan alkohol atau obat-
obatan terlarang.
32. Terkena serangan hewan liar atau serangga berbisa.
33. Kecelakaan akibat pelepasan gas atau bahan berbahaya.
34. Terjebak di ruang terbatas atau terkunci dalam ruangan.
35. Kecelakaan akibat penggunaan peralatan berat yang rusak atau tidak terawat.
36. Terkena ledakan atau kegagalan peralatan.
37. Tertusuk atau terpotong oleh benda tajam.
38. Kecelakaan akibat pekerjaan di atas air atau dalam kondisi cuaca buruk.
39. Terseret atau terjepit oleh mesin atau peralatan yang bergerak.
40. Cedera fisik akibat kelelahan atau kelebihan beban kerja.
41. Kontaminasi oleh limbah berbahaya atau bahan infeksi
42. Terperosok atau jatuh ke dalam air atau sumber air.
43. Tersengat listrik akibat instalasi atau perbaikan yang tidak benar.
44. Terkena ledakan atau kegagalan peralatan listrik.
45. Terjebak dalam ruang yang kekurangan oksigen atau terlalu banyak gas
berbahaya.
46. Kecelakaan akibat penggunaan tangga atau scaffolding yang tidak stabil.
47. Cedera akibat pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang atau postur tubuh
yang buruk.
48. Terkena asap atau uap berbahaya.
49. Terjatuh dari peralatan angkat seperti derek atau crane.
50. Cedera akibat pekerjaan dengan suhu tinggi atau rendah ekstrem.
51. Terpapar bising berlebihan tanpa perlindungan pendengaran yang memadai.
52. Kecelakaan akibat kelebihan kecepatan atau kurangnya pengawasan.
53. Terperosok atau tertimbun oleh bahan material yang tidak stabil.
54. Terkena radiasi dari sumber radiografi atau nuklir.
55. Cedera akibat pekerjaan dengan posisi tubuh yang tidak ergonomis.
56. Terjebak atau terperosok dalam peralatan pipa atau saluran.
57. Kecelakaan akibat penggunaan peralatan tangan yang tidak tepat.
58. Terkena bahan kimia yang korosif atau mengiritasi.
59. Terperosok dalam lubang atau sumur yang dalam.
60. Kecelakaan akibat kegagalan pengamanan peralatan berat.
61. Terkena radiasi elektromagnetik atau frekuensi radioaktif.
62. Cedera akibat pekerjaan dengan posisi tubuh yang tidak stabil.
63. Terjebak atau terperosok dalam peralatan pipa atau saluran.
64. Kecelakaan akibat penggunaan peralatan tangan yang tidak tepat.
65. Terkena bahan kimia yang korosif atau mengiritasi.
66. Terperosok dalam lubang atau sumur yang dalam.
67. Kecelakaan akibat kegagalan pengamanan peralatan berat.
68. Terkena radiasi elektromagnetik atau frekuensi radioaktif.
69. Cedera akibat pekerjaan dengan posisi tubuh yang tidak stabil.
70. Terjebak atau terperosok dalam peralatan pipa atau saluran.
71. Kecelakaan akibat penggunaan peralatan tangan yang tidak tepat.
72. Terkena bahan kimia yang korosif atau mengiritasi.
73. Terperosok dalam lubang atau sumur yang dalam.
74. Kecelakaan akibat kegagalan pengamanan peralatan berat.
75. Terkena radiasi elektromagnetik atau frekuensi radioaktif.
76. Cedera akibat pekerjaan dengan posisi tubuh yang tidak stabil.
77. Terjebak atau terperosok dalam peralatan pipa atau saluran.
78. Kecelakaan akibat penggunaan peralatan tangan yang tidak tepat.
79. Terkena bahan kimia yang korosif atau mengiritasi.
80. Terperosok dalam lubang atau sumur yang dalam.
81. Kecelakaan akibat kegagalan pengamanan peralatan berat.
82. Terkena radiasi elektromagnetik atau frekuensi radioaktif.
83. Cedera akibat pekerjaan dengan posisi tubuh yang tidak stabil.
84. Terjebak atau terperosok dalam peralatan pipa atau saluran.
85. Kecelakaan akibat penggunaan peralatan tangan yang tidak tepat.
86. Terkena bahan kimia yang korosif atau mengiritasi.
87. Terperosok dalam lubang atau sumur yang dalam.
88. Kecelakaan akibat kegagalan pengamanan peralatan berat.
89. Terkena radiasi elektromagnetik atau frekuensi radioaktif.
90. Cedera akibat pekerjaan dengan posisi tubuh yang tidak stabil.
91. Terjebak atau terperosok dalam peralatan pipa atau saluran.
92. Kecelakaan akibat penggunaan peralatan tangan yang tidak tepat.
93. Terkena bahan kimia yang korosif atau mengiritasi.
94. Terperosok dalam lubang atau sumur yang dalam.
95. Kecelakaan akibat kegagalan pengamanan peralatan berat.
96. Terkena radiasi elektromagnetik atau frekuensi radioaktif.
97. Cedera akibat pekerjaan dengan posisi tubuh yang tidak stabil.
98. Terjebak atau terperosok dalam peralatan pipa atau saluran.
99. Kecelakaan akibat penggunaan peralatan tangan yang tidak tepat.
100. Terkena bahan kimia yang korosif atau mengiritasi.
101. Terjebak di antara bahan atau struktur yang roboh.
102. Cedera akibat ledakan pipa atau tangki.
103. Terkena cedera fisik akibat pekerjaan dengan beban yang terlalu berat.
104. Kecelakaan akibat kegagalan peralatan angkat atau derek.
105. Terkena bahan berbahaya atau limbah toksik.
106. Terperosok dalam kolam atau saluran air.
107. Cedera akibat terpapar suhu ekstrem atau cuaca buruk.
108. Kecelakaan akibat kelelahan atau kekurangan istirahat.
109. Terjebak atau terperosok dalam peralatan penyemprotan atau pengecatan.
110. Terkena bahan berbahaya yang tumpah atau bocor.
111. Cedera akibat kegagalan peralatan pengaman.
112. Terkena ledakan atau kebakaran akibat bahan bakar atau bahan kimia
mudah terbakar.
113. Terjebak atau terperosok dalam ruang terbatas atau terkunci.
114. Cedera akibat jatuh dari perancah atau struktur tinggi.
115. Kecelakaan akibat pekerjaan di atas atau dekat dengan peralatan berputar
seperti mesin bor atau pemotong.
116. Terkena dampak atau benturan dari objek yang jatuh atau terlempar.
117. Cedera akibat paparan radiasi atau bahan radioaktif.
118. Terjebak atau terperosok dalam struktur bangunan yang rusak.
119. Cedera akibat kerja di area yang memiliki kelembaban atau keadaan licin.
120. Terkena bahan kimia yang dapat mengiritasi atau menyebabkan luka bakar.
121. Kecelakaan akibat kebocoran gas atau bahan kimia beracun.
122. Terjebak dalam mesin atau peralatan yang bergerak.
123. Cedera akibat pergerakan tanah atau longsor.
124. Terkena ledakan atau kebakaran akibat penggunaan alat las atau bahan yang
mudah terbakar.
125. Terjebak atau terperosok dalam peralatan penggalian seperti alat berat atau
excavator.
126. Cedera akibat paparan debu berbahaya seperti asbes atau serbuk logam.
127. Terkena bahaya listrik akibat instalasi yang tidak tepat atau kabel yang rusak.
128. Cedera akibat pekerjaan dengan posisi tubuh yang tidak ergonomis.
129. Terjebak atau terperosok dalam terowongan atau ruang bawah tanah.
130. Cedera akibat terjatuh dari tangga atau anak tangga yang rusak.
131. Terkena bahan kimia yang menguap atau menghasilkan gas beracun.
132. Cedera akibat ledakan atau kegagalan peralatan tekanan tinggi.
133. Terjebak atau terperosok dalam tangki atau wadah yang tertutup.
134. Cedera akibat pekerjaan dengan beban yang terlalu tinggi atau tidak
seimbang.
135. Terkena radiasi ultraviolet dari sinar matahari atau peralatan pengering.
136. Cedera akibat pekerjaan dengan alat tajam atau peralatan pemotong.
137. Terjebak atau terperosok dalam pipa atau saluran yang sempit.
138. Cedera akibat pekerjaan dengan getaran berlebihan.
139. Terkena ledakan atau kegagalan peralatan pemanas atau boiler.
140. Terjebak atau terperosok dalam ruang tertutup atau terisolasi.
141. Cedera akibat paparan asap atau gas beracun.
142. Terkena bahan kimia yang mengiritasi atau merusak kulit.
143. Cedera akibat pekerjaan dengan bahan atau alat yang tajam.
144. Terjebak atau terperosok dalam peralatan penyusunan atau penumpukan.
145. Cedera akibat paparan panas atau radiasi infra merah.
146. Terkena bahan kimia yang menyebabkan reaksi alergi atau sensitivitas.
147. Cedera akibat pekerjaan dengan alat pemotong atau gerinda yang berputar.
148. Terjebak atau terperosok dalam ruang terbatas atau terisolasi.
149. Cedera akibat paparan bahan kimia korosif atau beracun.
150. Terkena ledakan atau kegagalan peralatan pemadaman kebakaran.
Catatan: Daftar ini hanya memberikan contoh hazard dan bahaya yang mungkin
ditemui dalam pekerjaan konstruksi. Pekerjaan konstruksi memiliki berbagai
risiko potensial, dan daftar ini tidak mencakup semua kemungkinan. Penting
untuk melakukan penilaian risiko dan menerapkan langkah-langkah
keselamatan yang sesuai sesuai dengan kondisi kerja yang spesifik.

SEMOGA BERMANFAAT…

Terima kasih sudah membaca e-book ini, untuk mendapatkan update terbaru e-
book gratis, silahkan follow ig kami:
https://www.instagram.com/health_safety.id/#

Konfirmasi Di Whatsapp Untuk Bergabung Di Group Komunitas Hse Indonesia:


https://wa.me/6287753572613

E-book ini dibuat oleh: Baso Firdaus


https://www.linkedin.com/in/baso-firdaus-1458b1117

Anda mungkin juga menyukai