Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

AKUNTANSI BIAYA + LAB

PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERSAMA DAN PRODUK

SAMPINGAN
ABSTRAK TUJUAN

Berkembangnya industri akan Setelah membaca modul ini,


mahasiswa diharapkan mampu
selalu memunculkan produk-
untuk :
produk baru. Perusahaan akan
Tatap Muka 1. Mahasiswa
Kode Mata Kuliah : dapat
selalu berusaha menciptakan
mengetahui perilku biaya

09
Fakultas: Ekonomi dan Bisnis Disusun Oleh :
produk yang dibutuhkan oleh pada perusahaan.
Program Studi: Akuntansi Ahmad Sopyan, SS., MM.
konsumen. Akibatnya suatu
2. Mahasiswa dapat memahami
perusahaan  tidak hanya perhitungan biaya produk
gabungan/bersama dalam
memproduksi satu produk
proses produksi
tetapi beragam produk untuk
3. Mahasiswa dapat melakukan
memenuhi kebutuhan perhitungan biaya produk
konsumen. Hal ini menjadikan sampingan proses produksi.

masalah baru bagi perusahaan


.
dalam perhitungan
akuntansinya. Bersumber dari
masalah inilah kalkulasi produk
bersama dan produk
sampingan menjadi penting
untuk dibahas.

2020 Akuntansi Biaya


2 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
PEMBAHASAN
Dasar Biaya Gabungan
Biaya gabungan adalah biaya proses produksi yang menghasilkan berbagai produk
secara serentak. Mari kita pertimbangkan penyulingan batu bara, yang menghasilkan batu
alam, gas alam, dan produk lainya. Biaya penyulingan ini merupakan biaya gabungan. Titik
splitoff adalah saat yang kritis dalam proses produksi gabungan apabila dua atau lebih produk
dapat diidentifikasi secara terpisah. Biaya yang dapat dipisahkan adalah semua biaya
manufaktur, pemasaran, distribusi dan sebagainya yang terjadi diluar titik split off yang
dibebankan ke setiap produk spesifik yang diidentifikasi pada titik splitoff.
Produk Utama, Produk Gabungan, dan Produk Sampingan
Istilah produk menggambarkan setiap output yang memiliki nilai jual positif. Jika
proses produksi gabungan menghasilkan satu produk dengan total nilai jual yang tinggi,
dibandingkan dengan total nilai jual produk lainya dari proses tersebut, produk itu disebut
sebagai produk utama. Jika proses produksi gabungan menghasilkan dua atau lebih produk
dengan total nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan total nilai jual produk lainya, jika ada,
produk itu disebut sebagai produk gabungan. Produk yang dihasilkan dari proses produksi
gabungan yang memiliki total nilai jual yang rendah dibandingkan dengan total nilai jual
produk yang utama atau produk gabungan disebut sebagai produk sampingan.
Sebagai contoh, jika harga BBM berkualitas rendah itu tinggi, BBM tersebut dianggap
sebagai produk gabungan bersama dengan BBM berkualitas tinggi. Jika harga BBM berkualitas
rendah turun, BBM tersebut dianggap sebagai produk sampingan. Pada intinya, produk
gabungan adalah produk dengan nilai jual yang tinggi, sedangkan produk sampingan adalah
produk dengan nilai jual yang rendah.

Beberapa konteks yang mengharuskan biaya gabungan dialokasikan ke produk atau jasa
individual adalah :
Penghitungan biaya persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan
akuntansi keuangan serta pelaporan kepada otoritas pajak penghasilan.
Perhitungan biaya persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan
internal.
Pembayaran kembali biaya kepada perusahaan yang segelintir, tetapi tidak
semua produk atau jasanya dibayar kembali menurut kontrak biaya-plus dengan,
misalnya agen pemerintah.
Penghitungan penyelesaian asuransi atas klaim kerusakan yang dilakukan
berdasarkan informasi tentang biaya produk yang dibuat secara gabungan.
Regulasi tarif untuk satu atau lebih produk yang dibuat secara gabungan atau
jasa yang menjadi subjek regulasi harga.
Ligitasi di mana biaya produk gabungan merupakan input utama.

Pendekatan untuk Mengalokasikan Biaya Gabungan


Dua pendekatan dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya gabungan.

2020 Akuntansi Biaya


3 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
  Pendekatan 1. Mengalokasikan biaya gabungan dengan menggunakan data berdasarkan
pasar seperti pendapatan. Tiga metode yang menggunakan pendekatan ini :
1.      Metode nilai jual pada titik splitoff.
Metode nilai jual pada titik splitoff mengalokasikan biaya gabungan ke produk
gabungan berdasarkan total nilai jual relatif pada titik splitoff dari total produk
tersebut yang dibuat selama periode akuntansi.
2.     Metode nilai realisasi bersih ( NRV )
Metode NRV mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan berdasarkan
NRV relatif – nilai jual akhir dikurangi dengan biaya yang dapat dipisahkan – total
gabungan yang dibuat selama periode akuntansi.
3.      Metode NRV dengan persentase marjin kotor yang konstan
Metode ini mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan dengan cara
sedemikian rupa sehingga persentase marjin kotor secara keseluruhan sama bagi
setia produk.
  Pendekatan 2. Mengalokasikan biaya gabungan dengan menggunakan ukuran fisik seperti
bobot produk gabungan.
Metode alokasi biaya gabungan mana yang harus digunakan? Gunakan metode nilai jual pada
titik splitoff apabila data harga jual tersedia pada titik splitoff. Alasan mengapa menggunakan
metode nilai jual pada titik splitoff mencangkup:
1.      Pengukuran nilai produk gabungan pada titik splitoff. Nialai jual pada titik splitoff
merupakan ukuran terbaik atas manfaat yang diterima yang berasal dari
pemrosesan gabungan dibandingkan dengan semua metode pengalokasian biaya
gabungan lainya.
2.      Tidak ada antisipasi terhadap keputusan manajemen selanjutnya. Metode nilai jual
pada titik splitoff tidak memerlukan informasi tentang langkah-langkah
pemrosesan setelah splitoff, jika ada pemrosesan lebih lanjut.
3.      Ketersediaan dasar yang umum untuk mengalokasikan biaya gabungan ke produk.
Metode jual pada titik splitoff memiliki dasar yang umum untuk mengalokasikan
biaya gabungan ke produk, yaitu pendapatan.
4.      Kesederhanaan. Metode nilai jual pada titik splitoff sangat sederhana.

Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-
mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan
identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik.
Biaya produk bersama muncul dari produksi secara simultan atas berbagai produk dalam
proses yang sama. Ketika dua atau tiga produk di produksi dari sumber daya yang sama maka
akan terbentuk biaya gabungan. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik
pisah adalah saat dihasilkannya dua atau lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk
bersama bisa langsung dijual atau diproses lebih lanjut.
Biaya bersama digunakan untuk memproduksi berbagai produk, yaitu:
a.    Produk bersama (joint-product)

2020 Akuntansi Biaya


4 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Produk Bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama- sama atau
serempak dengan menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku, tenaga
kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan masukkan (input) tersebut tidak diikuti jejaknya
pada setiap macam produk tertentu. Biaya produk bersama bersifat homogen untuk
seluruh produk sampai pada titik pisah. Nilai jual dari masing-masing produk bersama
relatif sama sehingga tidak ada produk yang dianggap sebagi produk utama dan produk
sampingan.
Contoh: Pabrik penyulingan minyak mentah (crude oil) menghasikan minyak siap
dikonsumsi berupa minyak gasolin, karosine, minyak diesel (solar), minyak bakar, minyak
tanah, dll.
b.    Produk Sampingan (by-product)
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total relatif kecil
dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar. Produk yang
nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Produk sampingan juga bisa
diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat
dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang
diolah atau karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif
kecil dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk.
Pembedaan produk utama dan produk sampingan terletak pada nilai jualnya. Jika nilai jual
salah satu produk relatif lebih kecil dari yang lainnya maka dikategorikan sebagai produk
sampingan, sedangkan apabila produk-produk yang dihasilkan relatif sama maka
dikategorikan sebagai produk bersama.
Contoh: pada pabrik penggergajian kayu, kayu lapis dan papan kayu merupakan produk
utama, sedangkan serbuk gergaji dan kayu bakar merupakan produk sampingan.
c.   Produk sekutu (coproduct)
Produk sekutu dapat didefinisikn sebagai beberapa macam produk yang dihasilkan dalam
waktu yang sama, tetapi tidak berasal dari proses pengolahan yang sama atau tidak dari
bahan baku yang sama.
Contoh : Pabrik penggergajian dapat menghasilkan papan kayu dan kayu lapis dari
berbagai jenis kayu log (kayu gelonggongan) yang diproses sehingga macam produk yang
dihasilkan dapat berupa papan kayu jati, kayu meranti, kayu kanfer, begitu pula dapat
dihasilkan kayu lapis jati,meranti atau kanfer.
AKUNTANSI PRODUK BERSAMA

Manfaat menghitung alokasi biaya dalam produk bersama adalah:


1. Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan
2. keuangan internal dan eksternal.
3. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
4. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak.
5. Biaya bahan yang hancur.
6. Menetukan biaya departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran kinerja eksekutif.

2020 Akuntansi Biaya


5 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
7. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi dikenakan
peraturan harga.
8. Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadap
totalpendapatan perusahaan.
9. Mengetahui seluruh biaya produksi yang dibebankan ke masing-masing produk
bersama

Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan metode nilai
pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit kuantitatif.
a)     Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada
yang lainnya, hal itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya
juga lebih tinggi dibandingkan produk lain.
Terdapat dua metode dalam metode nilai jual relatif, yaitu:
1.     Metode nilai pasar saat split-off point
Metode ini digunakan ketika setelah split-off point tidak ada proses produksi
lanjutan dan harga jual sudah diketahui pada saat itu. Biaya bersama (joint cost)
dialokasikan ke masing-masing produk sesuai dengan perbandingan nilai jualnya
terhadap nilai jual keseluruhan produk bersama.

Contoh :
PT METALINDO Inc memproduksi 3 macam produk yaitu Steel, Iron dan Zenc. Biaya
bersama yang dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp 20.000.000,00.
Jumlah produksi dan harga jual masing-masing produk tertera pada table berikut:

Produk Jumlah unit Harga unit

Steel 5.000 Rp 1.000


Iron 10.000 Rp 800
Zenc 7.000 Rp 1.300

Penyelesaian :

Produk Jumlah unit Harga unit Nilai jual Rasio Alokasi HPP/ unit
Stell 5.000 1.000 5.000.000 22,62% 4.524.000 904,8
Iron 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.240.000 724

Zenc 7.000 1.300 9.100.000 41,18% 8.236.000 1.176,5


Jumlah 22.100.00 100% 20.000.000
0

2.     Metode nilai jual hipotesis

2020 Akuntansi Biaya


6 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama adalah harga
pasar hipotesis. Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah
diproses lebih lanjut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses
lanjutan setelah pemisahan.

Contoh :
Dengan menggunakan data perusahaan PT. METALINDO Inc. pada contoh soal metode
nilai pasar, diketahui biaya proses lanjutan masing-masing produk adalah sebagai berikut:

Keterangan Produk Steel Produk Iron Produk Zenc

Unit Produksi 5.000 10.000 7.000

Harga Jual/unit Rp1.000 Rp800 Rp1.300

Biaya Proses lanjutan/unit Rp400 Rp300 Rp500

Produk Hrg jual/ Biaya Tmbhan Nilai jual Jmlh Prduk Nilai jual Rasio Alokasi** HPP /kg

bersama kg Hipotesis* (20.000.000)

Steel 1.000 400 600 5.000 3.000.000 22,06% 4.412.000 882,4

Iron 800 300 500 10.000 5.000.000 36,76% 7.352.000 735,2

Zenc 1.300 500 800 7.000 5.600.000 41,18% 8.236.000 1.176,6

13.600.000 100% 20.000.000

*(Harga jual – biaya tambahan)

**(rasio x 20.000.000)

b)     Metode rata-rata biaya per satuan


Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan ke
berbagai produk atas dasar biaya per unit. Metode ini digunakan jika dari satu proses
produksi bersama dihasilkan beberapa produk yang bisa diukur dalam satuan yang
sama meskipun dalam kualitas yang berbeda-beda. Penentuan biaya untuk setiap
produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-masing produk yang
dihasilkan.
Contoh :
Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 2.000.000 untuk memproduksi 1000
liter produk dari minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah Rp 2.000 (Rp
2.000.000/1000)

2020 Akuntansi Biaya


7 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Produk Kuantitas Rata-rata biaya per Alokasi biaya bersama
satuan
Bensin 350 Rp 2.000 Rp 700.000
Pelumas 250 Rp 2.000 Rp 500.000
Minyak 300 Rp 2.000 Rp 600.000
Tanah
Solar 100 Rp 2.000 Rp 200.000
Jumlah 1000 Rp 2.000.000

c)     Metode rata-rata tertimbang


Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah
unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk
alokasi.
Contoh :
Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui
bobot untuk bensin 4, pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya
bersamanya sebagai berikut :

Produk Jumlah Angka Jumlah produk x angka Alokasi biaya bersama


produk penimbang penimbang (2.000.000)
Bensin 350 4 1400 Rp 965.517
Pelumas 250 2 500 Rp 344.826
Minyak tanah 300 3 900 Rp 620.689
Solar 100 1 100 Rp. 68.966
Total 1000 2.900 Rp 2.000.000

d)     Metode unit kuantitatif / satuan fisik


Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan berdasarkan
satuan ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan sebagainya. Jika produk
bersama mempunyai ukuran yang berbeda maka harus ditentukan koefisien
ekuivalesinya yang digunakan untuk mengubah satuan yang berbeda kedalam satuan
yang sama. Metode ini beranggapan bahwa setiap produk dapat diidentifikasi sesuai
dengan tingkat pemanfaatan bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.
Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang menghabiskan
biaya sebesar Rp 1.000.000 :

Produk Kuantitas Presentase (%) Alokasi Biaya Bersama


(pon)
Kokas 1.200 60% Rp 600.000
Ter Batu Bara 300 15% Rp 150.000
Gas 500 25% Rp 250.000
Jumlah 2.000 100% Rp 1.000.000

2020 Akuntansi Biaya


8 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
B.    Perhitungan Harga Pokok Produk Sampingan
Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok
produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan
produk sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan
pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relatif rendah bila
dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam kenyataannya ada beberapa metode
yang mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan.
Metode-metode akuntansi yang dapat diterima untuk menetapkan biaya produk
sampingan dibagi dalam dua kategori, yaitu:
a.     Metode Tanpa Harga Pokok (Non-Cost Methods)
Dalam metode ini, Harga pokok produk sampingan atau persediannya tidak
diperhitungkan, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan prduk sampingan
sebagai pendapatan atau pengurang biaya prduksi produk utama. Dalam rangka
perhitungan biaya persediaan, suatu nilai yang berdiri sendiri dapat dibebankan ke
produk sampingan.
Metode tanpa harga pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk
sampingan tidak memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum
dipisah. Metode tanpa harga pokok dibagi menjadi 2 macam:
1.   Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split-off
point) atau pengakuan atas pendapatan kotor.

Metode ini memperlakukan penjualan produk sampingan berdasarkan penjualan


kotor. Hal ini dilakukan karena biaya persediaan final dari produk utama dianggap
terlalu tinggi sehingga menanggung biaya yang seharusnya dibebankan pada produk
sampingan. Dalam metode ini penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam
laporan laba rugi dapat dikategorikan sebagai berikut :

a)     Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai penghasilan diluar


usaha.
Metode ini tidak mencoba untuk menentukan harga pokok sampingan. Metode
ini cocok bila digunakan pada perusahaan yang:
1) Nilai produk sampingnya tidak begitu penting atau tidak dapat
ditentukan.
2) Penggunaan metode yang lebih teliti tidak sebanding dengan manfaat
yang diperoleh.
3) Pemisahan produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan
pembebanan harga pokok produk sampingan pada produk utama tidak
mengakibatkan perbedaan yang mencolok pada harga pokok produk
utama.

Terdapat beberapa kekurangan pada metode pendapatan penjualan produk


sampingan dicatat sebagai penghasilan diluar usaha, yaitu:

2020 Akuntansi Biaya


9 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
a.
Apabila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan pokok
sampingan, maka timbul masalah penilaian persediaan untuk tujuan
pembuatan neraca perusahaan. Pada umumnya persediaan akhir produk
sampingan tidak diadakan penilaian sehingga mengakibatkan harga pokok
persediaan produk utama lebih besar.
b. Dapat mengakibatkan perbandingan pendapatan dan biaya yang kurang
tepat karena perbedaan periode akuntansi. Pada saat produk sampingan
selesai diproduksi tidak ada pencatatan jurnal, pencatatan dilakukan
ketika produk dijual. Apabila produksi dan penjualannya tidak dalam satu
periode maka perhitungan pendapatan dan biaya menjadi kurang tepat.
c. Tidak adanya pengawasan dari terhadap persediaaan produk sampingan
mengakibatkan rawan terjadi penggelapan.
d. Dapat mengaburkan gambaran menyeluruh tentang hasil usaha
perusahaan.
Contoh : Diketahui data dari kegiatan operasional perusahaan “ABC” sebagai berikut:
Unit Produksi Produk Utama 16.200 unit

Unit Penjualan Produk Utama 13.500 unit

Unit Persediaan Awal Produk Utama 500 unit

Harga Jual per Unit Rp750

Biaya produksi/unit produk utama Rp500

Hasil Penjualan Produk Sampingan (2.000xRp300) Rp600.000

Beban Pemasaran dan Administrasi Produk Utama Rp2.925.000

Laporan laba-rugi sebagai berikut:


Penjualan produk utama Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500) Rp 1.600.000 -
Rp 6.750.000-
Laba Kotor Rp 3.375.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 450.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Laba sebelum pajak Rp 1.050.000

Pendapatan penjualan produk sampingan dijadikan sebagai pendapatan lain-lain sehingga


akan menambah laba operasi secara langsung.
b)     Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai tambahan pendapatan

2020 Akuntansi Biaya


10 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
penjualan produk utama.

Metode ini merupakan variasi dari metode pertama. Semua biaya produksi
dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk (baik utama maupun
sampingan) untuk mendapatkan laba bruto. Dalam metode ini tidak ada alokasi
biaya bersama seperti dalam metode pertama.
Dengan menggunakan data perusahaan METALINDO, maka laporan laba-rugi
menggunakan metode ini akan tampak sebagai berikut:

Penjualan Rp 10.125.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Penjualan bersih Rp 10.725.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 xRp 500) Rp 1.600.000 -
Rp 6.750.000-
Laba Kotor Rp 3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 1.050.000

Dari laporan laba rugi diatas, ditampilkan Rp600.000 dari penjualan produk sampingan
sebagai tambahan penjualan produk utama. Akibatnya total pendapatan menjadi Rp
10.725.000,00. Sedangkan angka lainnya tetap sama.

c)     Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang harga pokok
penjualan.

Dari data perusahaan METALINDO, jika dibuat laporan laba-rugi dengan metode in maka
akan menjadi:
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500) Rp 1.600.000 -
Harga pokok penjualan Rp 6.750.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000 -
Rp 6.150.000 -
Laba Kotor Rp 3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000 -
Laba operasi Rp 1.050.000
Dalam kasus ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000 dikurangkan pada
harga pokok penjualan sehingga HPP menjadi Rp6.150.000 (HPP sebelum dikurangkan
sebesar Rp 6.750.000).

2020 Akuntansi Biaya


11 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
d)     Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang total biaya produksi.
Pada metode ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000 dikurangkan pada
total biaya produksi sebesar Rp 8.100.000 sehingga menghasilkan biaya produksi netto
sebesar Rp7.500.000. Pegurangan ini menyebabkan biaya per unit rata-rata menjadi
Rp464,07 (7.500.000+250.000 : 16.700) Konsekuansinya persediaan akhir sebesar Rp
1.600.000,00 menjadi Rp1.485.024,00
Laporan laba rugi akan tampak sebagai berikut :
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500x500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x 500) Rp 8.100.000
Pendapatan penjualan PS Rp 600.000-
Rp 7.500.000+
Tersedia dijual Rp 7.750.000
Persediaan akhir (3.200 x 464,07) Rp 1.485.024 -
Rp 6.264.976 -
Laba Kotor Rp 3.860.024
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000 -
Laba operasi Rp 935.024

2.     Produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk
utama atau pengakuan atas pendapatan bersih.

Ayat jurnal dalam metode ini juga terdiri atas pembebanan biaya setelah pemisahan
(proses lanjutan) terhadap hasil penjualan produk sampingan. Beban pemasaran dan
administrasi juga dialokasikan kedalam produk sampingan sesuai tarif yang telah
direncanakan sebelumnya.
Dalam metode ini hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung, yaitu :

Penjualan/pendapatan produk sampingan Rp xxxxxx


Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya pemasaran dan biaya administrasi Rp xxxxxx +
Rp xxxxxx +
Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan Rp xxxxxx

Pendapatan bersih produk sampingan inilah yang nantinya akan dimaksukkan pada
perhitungan laporan laba-rugi.
Seperti metode pertama, dalam menghitung harga pokok produk sampingan metode
kedua juga bisa dilkaukan dengan metode-metode yang ada pada metode pertama,
yaitu:
1.   Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
2.   Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
3.   Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
4.   Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.

b.     Metode-Metode Harga Pokok (Cost Methods)

2020 Akuntansi Biaya


12 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Dalam metode ini pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama dengan produk
bersama yaitu sebagian biaya bersama dialokasikan kepada produk sampingan dan
menentukan harga pokok persediaan produk sampingan dengan biaya yang dialokasikan
tersebut. Ada dua metode yang berdasarkan dpada metode harga pokok, yaitu:
1.     Metode biaya pengganti
Metode biaya pengganti biasanya digunakan pada perusahaan yang produk
sampingannya digunakan sendiri, sehingga tidak perlu membeli bahan dari pemasok luar.
Harga pokok yang diperhitungkan adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti
(replacement cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok ini kemudian dikreditkan pada
rekening Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku (BDP-BBB), sehingga mengurangi biaya
produksi produk utama. Pengurangan biaya produksi produk utama ini akan
mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama menjadi lebih rendah.

Contoh:
Misalkan diketahui data sebagai berikut :
Jumlah biaya produksi untuk 10.000kg produk utama 700.000

Pendapatan penjualan (9000 x 120) 1.080.000

Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan dalam pengolahan produk utama 50.000

Biaya pemasaran dan administrasi&umum 100.000


Persediaan akhir produk 1000kg

Laporan laba rugi :

Pendapatan penjualan produk utama Rp 1.080.000


HPP:
Biaya produksi Rp 700.000
Dikurangi: biaya pengganti produk smpingan Rp 50.000 -
Rp 650.000
Dikurangi: Persediaan akhir (1000kg x Rp65)* Rp 65.000-
Rp 585.000-
Laba bruto Rp 495.000
Biaya pemasaran dan admnstrasi&umum Rp 100.000-
Laba bersih sebelum PPh Rp 395.000

*Rp650.000 : 10.000kg = Rp65

2.     Metode pasar


Metode pasar juga disebut dengan metode pembatalan biaya (reversal cost methods).
Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode tanpa harga pokok-pendapatan produk
sampingan mengurangi biaya produksi. Tetapi ada seedikit perbedaan yaitu kalau pada
metode pertama (metode tanpa harga pokok-pendapatan produk sampingan mengurangi

2020 Akuntansi Biaya


13 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
biaya produksi) yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan
sesungguhnya produk sampingan, sedangkan pada metode nilai pasar yang dikurangkan
adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini berusaha untuk menaksir biaya
produk sampingan berdasarkan nilai pasarnya.
Contoh :
Misalkan diketahui perusahaan XYZ memproduksi produk utama sebanyak 900 buah dan
produk sampingan sebanyak 100 buah. Produk sampingan jika dijual akan laku sebesar Rp
500/buah. Biaya bersama yang dikeluarkan sebanyak Rp1.600.000. hitunglah harga pokok
produk utama dan produk sampingan!

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Bastian dan Nurlela.2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu

Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya Edisi 5. UPP STIM YKPN Universitas Gadjah mada,

Suryadi,Lukman, S.E., M.M. 2013. Akuntansi Biaya, Indeks,

http://www.guruakuntansi.co.id

http://www.ilmumanajemenindustri.com

http://www.manajemenkeuangan.net

Usry, Carter, Akuntansi Biaya, Edisi 13, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2004

https://yabeshulu.blogspot.com/2015/06/produk-bersama-dan-produk-sampingan.html

2020 Akuntansi Biaya


14 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
2020 Akuntansi Biaya
15 Ahmad Sopyan, SS., MM. Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai