A. Hasil Penelitian
BPM Wahyuni dibangun pada tahun akhir tahun 2015 dan mulai beroperasi dan
Mempunyai Izin Praktek Tahun 2016 sampai dengan sekarang, BPM Wahyuni
bekerja Sama dengan BPJS mandiri dalam Pengklaiman pasien, baik dari pasen
Hamil (ANC), melahirkan (INC), masa Nifas (PNC) dan Pemeriksaan Bayi baru
lahir
Milik Pribadi Seluas , luas bangunan 9X7 meter persegi, 200 meter dari jalan
1) Ruang Bersalin Tedapat 3 tempat Tidur Ibu, 1 meja bayi, 3 troli yang berisikan
alat partus dan obat injeksi,1 lemari penyimpanan obat-obatan, cairan dan
2) Ruang Nifas terdapat 2 tempat tidur ibu, 2 box bayi, 2 troly, 1 buah lemari
dan 1 lemari
c. Ketenagaan
BPM Wahyuni, terdapat 4 Bidan yang di bagi menjadi, kepala Bidan sekaligus
Penangung Jawab BPM, 2 Bidan sebagai pembantu kepala Bidan dalam melakukan
tindakan kebidanan, 1 bidan yang bertanggung jawab untuk kelengkapan berkas dan
2. Analisis Deskriptif
Tabel 4.1 Perubahan Produksi ASI Pre dan Post Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum Di
BPM Wahyuni Tahun 2021
Produksi ASI
Waktu Waktu N Mean St. Median Min Max
Deviasi
Pre Test 20 0,30 0,47 0,00 0,00 1,00
Hari Ke-1
Post Test 20 0,35 0,49 0,,00 0,00 1,00
Pre Test 20 0,35 0,49 0,00 0,00 1,00
Hari Ke-2
Post Test 20 0,78 0,42 1,00 0,00 1,00
Pre Test 23 0,65 0,49 1,00 0,00 1,00
Hari Ke-3
Post Test 23 0,96 021 1,00 0,00 1,00
Gambar 4.1 Rerata Perubahan Produksi ASI Pre dan Post Pijat Oksitosin Pada Ibu Post
Partum Di BPM Wahyuni Tahun 2021
1.00
0.80
Produksi ASI
0.60 Pre
Post
0.40
0.20
0.00
Hari-1 Hari-2 Hari-3
Pijat Oksitosin
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada hari ke-1 , rata- rata produksi ASI Ibu post
partum sebelum dilakukan pijat oksitosin sebesar 0,30 dengan standar deviasi 0,47. Setelah
dilakukan pijat oksitosin, rata – rata produksi ASI Ibu post PARTUM menjadi 0,35 dengan
standar deviasi 0,49. Hasil ini menjelaskan bahwa pada hari ke-1 perubahan produksi ASI
ibu post partum sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin tidaklah terlalu signifikan,
karena hanya berbeda 0,05 atau hanya sebesar 5 % peningkatannya. Artinya, hanya satu
responden yang mengalami perubahan produksi ASI dari kategori tidak lancar menjadi
lancar.
Pada hari ke-2 , rata- rata produksi ASI Ibu post partum sebelum dilakukan pijat
oksitosin sebesar 0,35 dengan standar deviasi 0,49. Setelah dilakukan pijat oksitosin, rata –
rata produksi ASI Ibu post partum menjadi 0,78 dengan standar deviasi 0,42. Hasil ini
menjelaskan bahwa pada hari ke-2 perubahan produksi ASI ibu post partum sebelum dan
sesudah dilakukan pijat oksitosin berbeda 0,43 atau sebesar 43 % peningkatannya. Artinya,
ada sekitar 8 responden yang mengalami perubahan produksi ASI dari kategori tidak lancar
menjadi lancar.
Pada hari ke-3 , rata- rata produksi ASI Ibu post partum sebelum dilakukan pijat
oksitosin sebesar 0,65 dengan standar deviasi 0,49. Setelah dilakukan pijat oksitosin, rata –
rata produksi ASI Ibu post partum menjadi 0,96 dengan standar deviasi 0,21. Hasil ini
menjelaskan bahwa pada hari ke-3 perubahan produksi ASI ibu post partum sebelum dan
sesudah dilakukan pijat oksitosin berbeda 0,31 atau hanya sebesar 31 % peningkatannya.
Artinya, hanya satu responden yang mengalami perubahan produksi ASI dari kategori tidak
3. Analisis Univariat
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Post Partum Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi ASI di BPM WahyuniTahun 2021
NO Variabel f %
1 Umur
19 – 26 16 69,6
27 - 34 6 26,1
35 – 42 1 4,3
Total 23 100
2 Paritas
Primipara 10 43,5
Multipara 13 56,5
Total 23 100
Sumber : Data Primer 2021
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa umur ibu post partum di BPM Wahyuni berkisar
dari 19 tahun s.d 42 tahun. Ibu post partum berumur 19 – 26 tahun sebanyak 16 orang
tahun sebanyak 1 orang (4,3%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas umur Ibu
Post partum di BPM Wahyuni adalah 19 – 26 tahun. Tabel 4.2 juga menunjukkan
bahwa paritas ibu post partum di BPM Wahyuni 10 orang (43,5%) primipara, dan 13
orang (56,5%) multipara. Hasil tersebut menjelaskan bahwa mayoritas paritas Ibu Post
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Produksi ASI Pre dan Post Pijat Oksitosin Pada Ibu Post
Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 23 Ibu Post Partum sebelum dilakukan pijat
oksitosin hari ke-1, produksi ASI dengan kategori tidak lancar sebanyak 16 ibu (69,6%)
dan sebanyak 7 ibu (30,4%) dengan kategori lancar. Setelah dilakukan pijat oksitosin
ada sebanyak 15 ibu (65,2%) yang produksi ASI-nya dalam kategori tidak lancar dan 8
ibu (34,8%) yang produksi ASI-nya dengan kategori lancar. Hasil ini menunjukkan bahwa
pada hari ke-1, ada 1 (5%) ibu yang mengalami perubahan ASI dari kategori tidak lancar
menjadi lancar.
Pada hari ke-2, produksi ASI dengan kategori tidak lancar sebanyak 15 ibu (65,2%)
dan sebanyak 8 ibu (34,8%) dengan kategori lancar. Setelah dilakukan pijat oksitosin
ada sebanyak 5 ibu (21,7%) yang produksi ASI-nya dalam kategori tidak lancar dan 18
ibu (78,3%) yang produksi ASI-nya dengan kategori lancar. Hasil ini menunjukkan bahwa
pada hari ke-2, ada 10 ibu (43,5%) yang mengalami perubahan ASI dari kategori tidak
Pada hari ke-3, produksi ASI dengan kategori tidak lancar sebanyak 8 ibu (34,8%)
dan sebanyak 15 ibu (65,2%) dengan kategori lancar. Setelah dilakukan pijat oksitosin
ada sebanyak 1 ibu (4,3%) yang produksi ASI-nya dalam kategori tidak lancar dan 22 ibu
(95,7%) yang produksi ASI-nya dengan kategori lancar. Hasil ini menunjukkan bahwa
pada hari ke-3, ada 3 ibu (13%) yang kembali mengalami penurunan produksi ASI (tidak
lancar) pada hari ke-3 sebelum dilakukan pijat oksitosin dan sebanyak 7 ibu
(30,4%)mengalami perubahan ASI dari kategori tidak lancar menjadi lancar pada hari
4. Analisis Bivariat
Tabel 4.4 Perubahan Pre dan Post Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Post
Partum BPM Wahyuni Tahun 2021
TFU
Pijat
Waktu N Mean (SD) P Value*
Oksitosin
Nilai Perubahan %
Pre Test 20 0,30 (0,47)
Hari Ke-1 0,16 16 0,317
Post Test 20 0,35 (0,49)
Pre Test 20 0,35 (0,49) 1,23
Hari Ke-2 123 0,002
Post Test 20 0,78 (0,42)
Pre Test 23 0,65 (0,49) 0,48
Hari Ke-3 48 0,008
Post Test 23 0,96 (0,21)
*Wilcoxon
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada hari ke-1, terjadi perubahan produksi ASI pada
ibu Post Partum sesudah diberikan pijat oksitosin yaitu sebesar 16% dari kondisi sebelum
diberikan pijat oksitosin. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi peningkatan produksi ASI dari
pre pijat oksitosin dan post pijat oksitosin. hasil uji statistik Wilcoxon didaptkan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dengan produksi ASI Ihari ke-1 pada
Pada hari ke-2, terjadi perubahan produksi ASI pada ibu Post Partum sesudah
diberikan pijat oksitosin yaitu sebesar 123% dari kondisi sebelum diberikan pijat oksitosin
atau meningkat sebesar 7,7 kali bila dibandingkan dengan hari ke-1. Hal ini menjelaskan
bahwa terjadi peningkatan produksi ASI yang signifikan dari pre pijat oksitosin dan post pijat
oksitosin. Hasil uji statistik Wilcoxon didaptkan terdapat pengaruh yang signifikan antara
pijat oksitosin dengan produksi ASI hari ke-2 pada Ibu Post Partum di BPM Wahyuni Tahun
Pada hari ke-3, terjadi perubahan produksi ASI pada ibu Post Partum sesudah
diberikan pijat oksitosin yaitu sebesar 48% dari kondisi sebelum diberikan pijat oksitosin
atau meningkat sebesar 3 kali bila dibandingkan dengan hari ke-1 dan menurun 2,56 kali
bila dibandingkan dengan hari ke-3. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi peningkatan
produksi ASI dari pre pijat oksitosin dan post pijat oksitosin. Hasil uji statistik Wilcoxon
didaptkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dengan produksi ASI hari
ke-2 pada Ibu Post Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021 (p: 0,008).
B. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan terhadap 23 Ibu Post Partum di BPM Wahyuni tahun 2021
didapatkan bahwa, rerata perubahan produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan pijat
oksitosin pada hari ke-1 adalah sebesar 16%. Hasil ini menunjukkan bahwa setelah diberikan
pijat oksitosin, produksi ASI ibu post partum meningkat sebesar 0,16 kali dibandingkan sebelum
diberikan pijat oksitosin. Nilai rerata pre pijat oksitosin sebesar 0,30 dan nilai pijat post oksitosin
sebesar 0,35 pada hari ke-1 menunjukkan adanya perbedaan jumlah ibu post partum yang
mengalami peningkatan produksi ASI menjadi “lancar” sebesar 0,05 atau sekitar 1 ibu post
partum. Hasil ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pijat oksitosin hari ke-1, walaupun tidak
banyak, tapi ada responden yang langsung mengalami perubahan produksi ASI dari “tidak
lancar” menjadi “lancar”. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai p= 0,371 yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dengan produksi ASI Ihari
ke-1 pada bu Post Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021. Walaupun mengalami peningkatan
produksi ASI pada Ibu Post Partum hari ke-1 setelah diberikan pijat oksitosin, akan tetapi hasil
uji statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dan
Produksi ASI hari ke-1 pada ibu post partum. Hal ini disebabkan karena sedikitnya jumlah
responden yang mengalami peningkatan produksi ASI, yaitu dari 16 ibu yang mempunyai
produksi Asi tidak lancar pada hari ke-1 sebelum diberikan pijat oksitosin, hanya 1 orang ibu
saja yang mengalami peningkatan menjadi kategori lancar. Faktor lain yang menyebabkan
produksi ASI ibu pada hari ke-1 tidak lancar adalah seringkali ibu merasa khawatir mengenai
produksi ASI-nya pada hari pertama kelahiran. Perasaan ibu yang khawatir ini akan
menimbulkan ketidaknyamanan, ketegangan emosional dan rasa tidak percaya diri. Kondisi ini
menyebabkan pemberian pijat oksitosin hanya menjadi faktor luar yang menstimulus produksi
ASI, sedangkan faktor dari dalam diri ibu adalah yang paling berperan dalam meningkatkan
produksi ASI. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Rahayu D dan Yunarsih (2018) yang
menyatakan, bila ibu menyusui mengalami stres atau ketidaknyamanan, maka akan terjadi
hambatan dari refleks let down sehingga akan menurunkan produksi ASI. Selain itu, tentunya
masih banyak faktor lain yang bisa dikembangkan dalam penelitian ini untuk melihat faktor –
faktor apa saja yang berperan dalam produksi ASI Ibu Post Partum.
Rerata perubahan produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin pada hari
ke-2 adalah sebesar 123%. Hasil ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pijat oksitosin,
produksi ASI ibu post partum meningkat sebesar 1,23 kali dibandingkan sebelum diberikan pijat
oksitosin. Nilai rerata pre pijat oksitosin sebesar 0,35 dan nilai pijat post oksitosin sebesar 0,78
pada hari-2 menunjukkan adanya perbedaan jumlah ibu post partum yang mengalami
peningkatan produksi ASI menjadi “lancar” sebesar 0,43 atau sekitar 10 ibu post partum. Hasil
ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pijat oksitosin hari ke-2, lebih banyak responden
yang mengalami perubahan produksi ASI dari “tidak lancar” menjadi “lancar” dibandingkan
dengan hari ke-1. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai p= 0,002 yang menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dengan produksi ASI Ihari ke-2 pada bu
Post Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021. Penelitian ini diperkuat dengan teori yang
diungkapkan oleh (Pillitry, 2003) yang menyatakan bahwa pijat oksitosin dapat merangsang
hipofisis anterior dan posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin. hal ini menunjukkan
bahwa dengan melakukan pemijatan sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang
costae kelima-keenam akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin, sehingga ASI pun
otomatis akan lebih lancar. Selain memperlancar ASI, pijat oksitosin juga membantu ibu merasa
nyaman yang dapat memperbaiki kondisi psikologis ibu menjadi lebih baik. Hasil perubahan
produksi ASI yang meningkat sangat signifikan pada hari ke-2 juga dipengaruhi oleh pemberian
informasi (penyuluhan) terkait ASI kepada Ibu post partum dan keluarganya oleh peneliti pada
Rerata perubahan produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin pada hari
ke-3 adalah sebesar 48%. Hasil ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pijat oksitosin,
produksi ASI ibu post partum meningkat sebesar 0,48 kali dibandingkan sebelum diberikan pijat
oksitosin. Nilai rerata pre pijat oksitosin sebesar 0,65 dan nilai pijat post oksitosin sebesar 0,96
pada hari ke-3 menunjukkan adanya perbedaan jumlah ibu post partum yang mengalami
peningkatan produksi ASI menjadi “lancar” sebesar 0,31 atau sekitar 7 ibu post partum. Hasil ini
menunjukkan bahwa setelah diberikan pijat oksitosin hari ke-2, hampir semua responden
mengalami perubahan produksi ASI dari “tidak lancar” menjadi “lancar” dibandingkan dengan
hari ke-1 dan hari ke-2. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai p= 0,008 yang menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dengan produksi ASI Ihari ke-3
pada bu Post Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021. Hasil ini juga menjelaskan bahwa setelah
dilakukan pijat oksitosin selama 3 hari, hampir selutuh responden mengalami peningkatan
produksi ASI, hanya sisa 1 ibu saja yang produksi ASI-nya masih belum lancar. Hal ini tentunya
masih terkait dengan pembahsan di hari ke-1, dimana masih banyak faktor – aktor lain yang
mempengaruhi produksi ASI ibu post partum selain pijat oksitosin. Hal ini sejalan dengan
penelitian Budiarti (2009) yang memasukkan pijat oksitosin ke dalam paket “SUKSES ASI”
terhadap 30 ibu menyusui di RSUD Cibinong dan Depok, sehingga diperoleh 21 responden
mengalami produksi ASI yang lancar, sedangkan dari 30 responden kontrol hanya 10 responden
yang mengalami ASI yang lancar. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Mardiyaningsih (2010)
yang menyatakan bahwa sebanyak 20 dari 27 responden kelompok intervensi pijat oksitosin di
Rusah Sakit wilayah Jawa Tengah memiliki pengeluaran ASI yang cukup dan mengalami
peningkatan pada pengukuran hari ke-2 dan ke-3 berturut turut sebanyak 22 dan 23 responden.
Menurut asumsi peneliti, bahwa kurangnya produksi ASI pada awal setelah kelahiran bayi
selain disebabkan oleh faktor internal (psikologis) ibu post partum seperti ketidaknyamanan,
ketegangan emosional, rasa sakit pasca melahirkan, serta rasa tidak percaya diri juga
disebabkan oleh faktor eksternal seperti dukungan keluarga dan tidak/kurang dilaksanakannya
pemberian pijat oksitosin bagi ibu post partum oleh nakes penolong persalinan. Faktor usia ibu
yang masih terbilang muda sehingga organ reproduksi belum matang sempurna serta faktor
pengalaman ibu primipara yang baru beradaptasi dengan peran barunya juga menyebabkan
terjadinya produksi ASI yang tidak lancar. Asumsi ini diperkuat oleh data hasil penelitian,
dimana didapatkan 1 orang ibu primipara berusia 19 tahun yang tidak mengalami peningkatan
A. Kesimpulan
1. Karakteristik ibu post partum di BPM Wahyuni Tahun 2021 mayoritas berumur 19 – 26
2. Proses perubahan produksi ASI hari ke-1 mengalami perubahan sebesar 16% setelah
dilakukan pijat oksitosin pada ibu post partum di BPM Wahyuni tahun 2021.
3. Proses perubahan produksi ASI hari ke-2 mengalami perubahan sebesar 123% setelah
dilakukan pijat oksitosin pada ibu post partum di BPM Wahyuni tahun 2021.
4. Proses perubahan produksi ASI hari ke-3 mengalami perubahan sebesar 48% setelah
dilakukan pijat oksitosin pada ibu post partum di BPM Wahyuni tahun 2021.
5. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pijat oksitosin hari ke-1 terhadap produksi ASI pada
6. Terdapat pengaruh yang signifikan pijat oksitosin hari ke-2 terhadap produksi ASI pada ibu
7. Terdapat pengaruh yang signifikan pijat oksitosin hari ke-3 terhadap produksi ASI pada ibu
B. Saran
1. Penelitian ini dikembangkan lagi dengan membandingkan 2 kelompok atau lebih, yaitu
kelompok kontrol dan perlakuan untuk melihat keefektifan pijat oksitosin terhadap
produksi ASI
2. Penelitian ini dikembangkan dengan melibatkan variabel lain yang diduga menjadi faktor
yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu post partum dengan sampel yang lebih besar
dan heterogen.