Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Profil Bidan Praktek Mandiri (BPM) Wahyuni

BPM Wahyuni dibangun pada tahun akhir tahun 2015 dan mulai beroperasi dan

Mempunyai Izin Praktek Tahun 2016 sampai dengan sekarang, BPM Wahyuni

bekerja Sama dengan BPJS mandiri dalam Pengklaiman pasien, baik dari pasen

Hamil (ANC), melahirkan (INC), masa Nifas (PNC) dan Pemeriksaan Bayi baru

lahir

BPM Wahyuni terletak di Lingkungan Rangas Timur, Kelurahan Rangas,

Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene Sulawesi barat, Dibangun Diatas Tanah

Milik Pribadi Seluas , luas bangunan 9X7 meter persegi, 200 meter dari jalan

Poros Majene Mamuju

b. Sarana dan Prasarana

1) Ruang Bersalin Tedapat 3 tempat Tidur Ibu, 1 meja bayi, 3 troli yang berisikan

alat partus dan obat injeksi,1 lemari penyimpanan obat-obatan, cairan dan

bahan penunjang lainnya

2) Ruang Nifas terdapat 2 tempat tidur ibu, 2 box bayi, 2 troly, 1 buah lemari

3) Ruang Pemeriksaan Kehamilan, terdapat 1 tempat tidur, meja Bidan, 1 rak,

dan 1 lemari

4) Ruang Tunggu/ Ruang Pendaftaran, terdapat 5 kursi tunggu pasien, 1 meja

pendaftaran, 1 buah lemari penyimpanan berkas dan obat-obatan

c. Ketenagaan
BPM Wahyuni, terdapat 4 Bidan yang di bagi menjadi, kepala Bidan sekaligus

Penangung Jawab BPM, 2 Bidan sebagai pembantu kepala Bidan dalam melakukan

tindakan kebidanan, 1 bidan yang bertanggung jawab untuk kelengkapan berkas dan

administrasi BPM Wahyuni

2. Analisis Deskriptif

Tabel 4.1 Perubahan Produksi ASI Pre dan Post Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum Di
BPM Wahyuni Tahun 2021

Produksi ASI
Waktu Waktu N Mean St. Median Min Max
Deviasi
Pre Test 20 0,30 0,47 0,00 0,00 1,00
Hari Ke-1
Post Test 20 0,35 0,49 0,,00 0,00 1,00
Pre Test 20 0,35 0,49 0,00 0,00 1,00
Hari Ke-2
Post Test 20 0,78 0,42 1,00 0,00 1,00
Pre Test 23 0,65 0,49 1,00 0,00 1,00
Hari Ke-3
Post Test 23 0,96 021 1,00 0,00 1,00

Gambar 4.1 Rerata Perubahan Produksi ASI Pre dan Post Pijat Oksitosin Pada Ibu Post
Partum Di BPM Wahyuni Tahun 2021

Rerata Produksi ASI Pre dan Post Pijat Oksitosin


1.20

1.00

0.80
Produksi ASI

0.60 Pre
Post
0.40

0.20

0.00
Hari-1 Hari-2 Hari-3
Pijat Oksitosin

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada hari ke-1 , rata- rata produksi ASI Ibu post

partum sebelum dilakukan pijat oksitosin sebesar 0,30 dengan standar deviasi 0,47. Setelah

dilakukan pijat oksitosin, rata – rata produksi ASI Ibu post PARTUM menjadi 0,35 dengan

standar deviasi 0,49. Hasil ini menjelaskan bahwa pada hari ke-1 perubahan produksi ASI
ibu post partum sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin tidaklah terlalu signifikan,

karena hanya berbeda 0,05 atau hanya sebesar 5 % peningkatannya. Artinya, hanya satu

responden yang mengalami perubahan produksi ASI dari kategori tidak lancar menjadi

lancar.

Pada hari ke-2 , rata- rata produksi ASI Ibu post partum sebelum dilakukan pijat

oksitosin sebesar 0,35 dengan standar deviasi 0,49. Setelah dilakukan pijat oksitosin, rata –

rata produksi ASI Ibu post partum menjadi 0,78 dengan standar deviasi 0,42. Hasil ini

menjelaskan bahwa pada hari ke-2 perubahan produksi ASI ibu post partum sebelum dan

sesudah dilakukan pijat oksitosin berbeda 0,43 atau sebesar 43 % peningkatannya. Artinya,

ada sekitar 8 responden yang mengalami perubahan produksi ASI dari kategori tidak lancar

menjadi lancar.

Pada hari ke-3 , rata- rata produksi ASI Ibu post partum sebelum dilakukan pijat

oksitosin sebesar 0,65 dengan standar deviasi 0,49. Setelah dilakukan pijat oksitosin, rata –

rata produksi ASI Ibu post partum menjadi 0,96 dengan standar deviasi 0,21. Hasil ini

menjelaskan bahwa pada hari ke-3 perubahan produksi ASI ibu post partum sebelum dan

sesudah dilakukan pijat oksitosin berbeda 0,31 atau hanya sebesar 31 % peningkatannya.

Artinya, hanya satu responden yang mengalami perubahan produksi ASI dari kategori tidak

lancar menjadi lancar.

3. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Post Partum Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi ASI di BPM WahyuniTahun 2021

NO Variabel f %
1 Umur
19 – 26 16 69,6
27 - 34 6 26,1
35 – 42 1 4,3
Total 23 100
2 Paritas
Primipara 10 43,5
Multipara 13 56,5
Total 23 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa umur ibu post partum di BPM Wahyuni berkisar

dari 19 tahun s.d 42 tahun. Ibu post partum berumur 19 – 26 tahun sebanyak 16 orang

(69,6%), berumur 27 – 34 tahun sebanyak 6 orang (26,1%), dan berumur umur 35 – 42

tahun sebanyak 1 orang (4,3%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas umur Ibu

Post partum di BPM Wahyuni adalah 19 – 26 tahun. Tabel 4.2 juga menunjukkan

bahwa paritas ibu post partum di BPM Wahyuni 10 orang (43,5%) primipara, dan 13

orang (56,5%) multipara. Hasil tersebut menjelaskan bahwa mayoritas paritas Ibu Post

partum di BPM Wahyuni adalah multipara.

b. Distribusi Frekuensi Produksi ASI Pre dan Post Pijat Oksitosin

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Produksi ASI Pre dan Post Pijat Oksitosin Pada Ibu Post
Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021

Pijat Oksitosin Hari Ke-


1 2 3
NO Produksi ASI Pre Test Post Test Pre Test Post Test Pre Test Post Test
f % f % f % f % f % f %
1 Tidak Lancar 16 69,6 15 65,2 15 65,2 5 21,7 8 34,8 1 4,3
2 Lancar 7 30,4 8 34,8 8 34,8 18 78,3 15 65,2 22 95,7
Jumlah 23 100 23 100 23 100 23 100 23 100 23 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 23 Ibu Post Partum sebelum dilakukan pijat

oksitosin hari ke-1, produksi ASI dengan kategori tidak lancar sebanyak 16 ibu (69,6%)

dan sebanyak 7 ibu (30,4%) dengan kategori lancar. Setelah dilakukan pijat oksitosin

ada sebanyak 15 ibu (65,2%) yang produksi ASI-nya dalam kategori tidak lancar dan 8

ibu (34,8%) yang produksi ASI-nya dengan kategori lancar. Hasil ini menunjukkan bahwa

pada hari ke-1, ada 1 (5%) ibu yang mengalami perubahan ASI dari kategori tidak lancar

menjadi lancar.
Pada hari ke-2, produksi ASI dengan kategori tidak lancar sebanyak 15 ibu (65,2%)

dan sebanyak 8 ibu (34,8%) dengan kategori lancar. Setelah dilakukan pijat oksitosin

ada sebanyak 5 ibu (21,7%) yang produksi ASI-nya dalam kategori tidak lancar dan 18

ibu (78,3%) yang produksi ASI-nya dengan kategori lancar. Hasil ini menunjukkan bahwa

pada hari ke-2, ada 10 ibu (43,5%) yang mengalami perubahan ASI dari kategori tidak

lancar menjadi lancar.

Pada hari ke-3, produksi ASI dengan kategori tidak lancar sebanyak 8 ibu (34,8%)

dan sebanyak 15 ibu (65,2%) dengan kategori lancar. Setelah dilakukan pijat oksitosin

ada sebanyak 1 ibu (4,3%) yang produksi ASI-nya dalam kategori tidak lancar dan 22 ibu

(95,7%) yang produksi ASI-nya dengan kategori lancar. Hasil ini menunjukkan bahwa

pada hari ke-3, ada 3 ibu (13%) yang kembali mengalami penurunan produksi ASI (tidak

lancar) pada hari ke-3 sebelum dilakukan pijat oksitosin dan sebanyak 7 ibu

(30,4%)mengalami perubahan ASI dari kategori tidak lancar menjadi lancar pada hari

ke-3 setelah pijat oksitosin.

4. Analisis Bivariat

Tabel 4.4 Perubahan Pre dan Post Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Post
Partum BPM Wahyuni Tahun 2021

TFU
Pijat
Waktu N Mean (SD) P Value*
Oksitosin
Nilai Perubahan %
Pre Test 20 0,30 (0,47)
Hari Ke-1 0,16 16 0,317
Post Test 20 0,35 (0,49)
Pre Test 20 0,35 (0,49) 1,23
Hari Ke-2 123 0,002
Post Test 20 0,78 (0,42)
Pre Test 23 0,65 (0,49) 0,48
Hari Ke-3 48 0,008
Post Test 23 0,96 (0,21)
*Wilcoxon

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada hari ke-1, terjadi perubahan produksi ASI pada

ibu Post Partum sesudah diberikan pijat oksitosin yaitu sebesar 16% dari kondisi sebelum

diberikan pijat oksitosin. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi peningkatan produksi ASI dari
pre pijat oksitosin dan post pijat oksitosin. hasil uji statistik Wilcoxon didaptkan tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dengan produksi ASI Ihari ke-1 pada

bu Post Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021 (p: 0,317).

Pada hari ke-2, terjadi perubahan produksi ASI pada ibu Post Partum sesudah

diberikan pijat oksitosin yaitu sebesar 123% dari kondisi sebelum diberikan pijat oksitosin

atau meningkat sebesar 7,7 kali bila dibandingkan dengan hari ke-1. Hal ini menjelaskan

bahwa terjadi peningkatan produksi ASI yang signifikan dari pre pijat oksitosin dan post pijat

oksitosin. Hasil uji statistik Wilcoxon didaptkan terdapat pengaruh yang signifikan antara

pijat oksitosin dengan produksi ASI hari ke-2 pada Ibu Post Partum di BPM Wahyuni Tahun

2021 (p: 0,002).

Pada hari ke-3, terjadi perubahan produksi ASI pada ibu Post Partum sesudah

diberikan pijat oksitosin yaitu sebesar 48% dari kondisi sebelum diberikan pijat oksitosin

atau meningkat sebesar 3 kali bila dibandingkan dengan hari ke-1 dan menurun 2,56 kali

bila dibandingkan dengan hari ke-3. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi peningkatan

produksi ASI dari pre pijat oksitosin dan post pijat oksitosin. Hasil uji statistik Wilcoxon

didaptkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dengan produksi ASI hari

ke-2 pada Ibu Post Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021 (p: 0,008).

B. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan terhadap 23 Ibu Post Partum di BPM Wahyuni tahun 2021

didapatkan bahwa, rerata perubahan produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan pijat

oksitosin pada hari ke-1 adalah sebesar 16%. Hasil ini menunjukkan bahwa setelah diberikan

pijat oksitosin, produksi ASI ibu post partum meningkat sebesar 0,16 kali dibandingkan sebelum

diberikan pijat oksitosin. Nilai rerata pre pijat oksitosin sebesar 0,30 dan nilai pijat post oksitosin

sebesar 0,35 pada hari ke-1 menunjukkan adanya perbedaan jumlah ibu post partum yang

mengalami peningkatan produksi ASI menjadi “lancar” sebesar 0,05 atau sekitar 1 ibu post

partum. Hasil ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pijat oksitosin hari ke-1, walaupun tidak
banyak, tapi ada responden yang langsung mengalami perubahan produksi ASI dari “tidak

lancar” menjadi “lancar”. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai p= 0,371 yang menunjukkan

bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dengan produksi ASI Ihari

ke-1 pada bu Post Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021. Walaupun mengalami peningkatan

produksi ASI pada Ibu Post Partum hari ke-1 setelah diberikan pijat oksitosin, akan tetapi hasil

uji statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dan

Produksi ASI hari ke-1 pada ibu post partum. Hal ini disebabkan karena sedikitnya jumlah

responden yang mengalami peningkatan produksi ASI, yaitu dari 16 ibu yang mempunyai

produksi Asi tidak lancar pada hari ke-1 sebelum diberikan pijat oksitosin, hanya 1 orang ibu

saja yang mengalami peningkatan menjadi kategori lancar. Faktor lain yang menyebabkan

produksi ASI ibu pada hari ke-1 tidak lancar adalah seringkali ibu merasa khawatir mengenai

produksi ASI-nya pada hari pertama kelahiran. Perasaan ibu yang khawatir ini akan

menimbulkan ketidaknyamanan, ketegangan emosional dan rasa tidak percaya diri. Kondisi ini

menyebabkan pemberian pijat oksitosin hanya menjadi faktor luar yang menstimulus produksi

ASI, sedangkan faktor dari dalam diri ibu adalah yang paling berperan dalam meningkatkan

produksi ASI. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Rahayu D dan Yunarsih (2018) yang

menyatakan, bila ibu menyusui mengalami stres atau ketidaknyamanan, maka akan terjadi

hambatan dari refleks let down sehingga akan menurunkan produksi ASI. Selain itu, tentunya

masih banyak faktor lain yang bisa dikembangkan dalam penelitian ini untuk melihat faktor –

faktor apa saja yang berperan dalam produksi ASI Ibu Post Partum.

Rerata perubahan produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin pada hari

ke-2 adalah sebesar 123%. Hasil ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pijat oksitosin,

produksi ASI ibu post partum meningkat sebesar 1,23 kali dibandingkan sebelum diberikan pijat

oksitosin. Nilai rerata pre pijat oksitosin sebesar 0,35 dan nilai pijat post oksitosin sebesar 0,78

pada hari-2 menunjukkan adanya perbedaan jumlah ibu post partum yang mengalami

peningkatan produksi ASI menjadi “lancar” sebesar 0,43 atau sekitar 10 ibu post partum. Hasil
ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pijat oksitosin hari ke-2, lebih banyak responden

yang mengalami perubahan produksi ASI dari “tidak lancar” menjadi “lancar” dibandingkan

dengan hari ke-1. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai p= 0,002 yang menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dengan produksi ASI Ihari ke-2 pada bu

Post Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021. Penelitian ini diperkuat dengan teori yang

diungkapkan oleh (Pillitry, 2003) yang menyatakan bahwa pijat oksitosin dapat merangsang

hipofisis anterior dan posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin. hal ini menunjukkan

bahwa dengan melakukan pemijatan sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang

costae kelima-keenam akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin, sehingga ASI pun

otomatis akan lebih lancar. Selain memperlancar ASI, pijat oksitosin juga membantu ibu merasa

nyaman yang dapat memperbaiki kondisi psikologis ibu menjadi lebih baik. Hasil perubahan

produksi ASI yang meningkat sangat signifikan pada hari ke-2 juga dipengaruhi oleh pemberian

informasi (penyuluhan) terkait ASI kepada Ibu post partum dan keluarganya oleh peneliti pada

hari ke-1 setelah melakukan pijat oksitosin.

Rerata perubahan produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin pada hari

ke-3 adalah sebesar 48%. Hasil ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pijat oksitosin,

produksi ASI ibu post partum meningkat sebesar 0,48 kali dibandingkan sebelum diberikan pijat

oksitosin. Nilai rerata pre pijat oksitosin sebesar 0,65 dan nilai pijat post oksitosin sebesar 0,96

pada hari ke-3 menunjukkan adanya perbedaan jumlah ibu post partum yang mengalami

peningkatan produksi ASI menjadi “lancar” sebesar 0,31 atau sekitar 7 ibu post partum. Hasil ini

menunjukkan bahwa setelah diberikan pijat oksitosin hari ke-2, hampir semua responden

mengalami perubahan produksi ASI dari “tidak lancar” menjadi “lancar” dibandingkan dengan

hari ke-1 dan hari ke-2. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai p= 0,008 yang menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pijat oksitosin dengan produksi ASI Ihari ke-3

pada bu Post Partum di BPM Wahyuni Tahun 2021. Hasil ini juga menjelaskan bahwa setelah

dilakukan pijat oksitosin selama 3 hari, hampir selutuh responden mengalami peningkatan
produksi ASI, hanya sisa 1 ibu saja yang produksi ASI-nya masih belum lancar. Hal ini tentunya

masih terkait dengan pembahsan di hari ke-1, dimana masih banyak faktor – aktor lain yang

mempengaruhi produksi ASI ibu post partum selain pijat oksitosin. Hal ini sejalan dengan

penelitian Budiarti (2009) yang memasukkan pijat oksitosin ke dalam paket “SUKSES ASI”

terhadap 30 ibu menyusui di RSUD Cibinong dan Depok, sehingga diperoleh 21 responden

mengalami produksi ASI yang lancar, sedangkan dari 30 responden kontrol hanya 10 responden

yang mengalami ASI yang lancar. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Mardiyaningsih (2010)

yang menyatakan bahwa sebanyak 20 dari 27 responden kelompok intervensi pijat oksitosin di

Rusah Sakit wilayah Jawa Tengah memiliki pengeluaran ASI yang cukup dan mengalami

peningkatan pada pengukuran hari ke-2 dan ke-3 berturut turut sebanyak 22 dan 23 responden.

Menurut asumsi peneliti, bahwa kurangnya produksi ASI pada awal setelah kelahiran bayi

selain disebabkan oleh faktor internal (psikologis) ibu post partum seperti ketidaknyamanan,

ketegangan emosional, rasa sakit pasca melahirkan, serta rasa tidak percaya diri juga

disebabkan oleh faktor eksternal seperti dukungan keluarga dan tidak/kurang dilaksanakannya

pemberian pijat oksitosin bagi ibu post partum oleh nakes penolong persalinan. Faktor usia ibu

yang masih terbilang muda sehingga organ reproduksi belum matang sempurna serta faktor

pengalaman ibu primipara yang baru beradaptasi dengan peran barunya juga menyebabkan

terjadinya produksi ASI yang tidak lancar. Asumsi ini diperkuat oleh data hasil penelitian,

dimana didapatkan 1 orang ibu primipara berusia 19 tahun yang tidak mengalami peningkatan

produksi ASI hingga hari ke-3 pemberian pijat oksitosin.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik ibu post partum di BPM Wahyuni Tahun 2021 mayoritas berumur 19 – 26

tahun dan mayoritas paritasnya adalah multipara.

2. Proses perubahan produksi ASI hari ke-1 mengalami perubahan sebesar 16% setelah

dilakukan pijat oksitosin pada ibu post partum di BPM Wahyuni tahun 2021.

3. Proses perubahan produksi ASI hari ke-2 mengalami perubahan sebesar 123% setelah

dilakukan pijat oksitosin pada ibu post partum di BPM Wahyuni tahun 2021.

4. Proses perubahan produksi ASI hari ke-3 mengalami perubahan sebesar 48% setelah

dilakukan pijat oksitosin pada ibu post partum di BPM Wahyuni tahun 2021.

5. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pijat oksitosin hari ke-1 terhadap produksi ASI pada

ibu post partum di BPM Wahyuni tahun 2021.

6. Terdapat pengaruh yang signifikan pijat oksitosin hari ke-2 terhadap produksi ASI pada ibu

post partum di BPM Wahyuni tahun 2021.

7. Terdapat pengaruh yang signifikan pijat oksitosin hari ke-3 terhadap produksi ASI pada ibu

post partum di BPM Wahyuni tahun 2021.

B. Saran

1. Penelitian ini dikembangkan lagi dengan membandingkan 2 kelompok atau lebih, yaitu

kelompok kontrol dan perlakuan untuk melihat keefektifan pijat oksitosin terhadap

produksi ASI

2. Penelitian ini dikembangkan dengan melibatkan variabel lain yang diduga menjadi faktor

yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu post partum dengan sampel yang lebih besar

dan heterogen.

Anda mungkin juga menyukai