Anda di halaman 1dari 11

TIM AHLI CAGAR BUDAYA

KABUPATEN KONAWE SELATAN

NASKAH REKOMENDASI
PENETAPAN DAN PEMERINGKATAN

BARAK JEPANG

SEBAGAI
BANGUNAN CAGAR BUDAYA
PERINGKAT KABUPATEN/KOTA

MARET 2023

Dokumen Nomor: 004/TACB-KONSEL/III/2023


REKOMENDASI PENETAPAN STATUS CAGAR BUDAYA

HASIL IDENTIFIKASI CAGAR BUDAYA

Menimbang : a. bahwa Barak Jepang merupakan warisan budaya bersifat


kebendaan yang memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan. Dengan
demikian memenuhi kriteria sebagai cagar budaya;
b. bahwa penetapannya sebagai Cagar Budaya perlu segera
dilakukan dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
c. bahwa Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Konawe Selatan
telah melakukan kajian terhadap objek pendaftaran cagar
budaya tersebut;
Mengingat : a. Pasal 1 poin 1 dan poin 4, Pasal 5, Pasal 8, Pasal 31, Pasal 33,
Pasal 41, dan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya, Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 130 Tahun 2010;
b. Keputusan Bupati Konawe Selatan Nomor 420/1406 Tahun
2022 tentang Pembentukan Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2022.

Merekomendasikan: Barak Jepang sebagai Cagar Budaya peringkat kabupaten/kota


dengan kriteria Bangunan Cagar Budaya.
I. IDENTITAS

Cagar Budaya : Barak Jepang

Keletakan/Lokasi
Koordinat Astronomis : 04°05’15.50’’ LS dan 122°24’52.97’’ BT
Alamat : Kawasan TNI-AU HLO
Desa/Kelurahan : Ambaipua
Kecamatan : Ranomeeto
Kota : Kendari
Provinsi : Sulawesi Tenggara
Luas Lahan : 1.624 ha
Luas Bangunan : 112 m2

II. DESKRIPSI

Uraian:

Deskripsi Objek

Barak Jepang

Secara astronomis Barak Jepang berada pada koordinat 04°05’15.50’’ LS dan


122°24’52.97’’ BT dengan ketinggian 74 mdpl dengan arah hadap Utara ke Selatan,
sedangkan secara administratif bangunan ini masuk dalam wilayah atau kawasan militer TNI-
AU HLO, Desa Ambaipua, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan. Secara
geografis bangunan ini berbatasan dengan hutan dan perumahan TNI-AU HLO pada sisi
Barat, sedangkan sisi Timur berbatasan dengan Desa Konda, sisi Selatan berbatasan dengan
sungai dan sisi Utara berbatasan dengan Bandara Halu Oleo.
Denah bangunan ini memiliki bentuk kotak persegi panjang, memiliki beberapa
ruangan dilengkapi dengan 10 buah jendela dengan masing-masing berukuran tinggi 120 cm
dan lebar 1 m. Bangunan ini memiliki 3 pintu dengan ukuran pintu depan lebar 3 m tinggi 2
m, pintu tengah lebar 2 m tinggi 2 m, pintu belakang lebar 150 cm tinggi 2 m serta tidak
memiliki atap. Di disisi Timur, Barat dan Selatan bangunan ini terdapat gundukan tanah
dengan ukuran tinggi gundukan 110 cm, lebar 150 cm dan panjang yg mengikuti panjang
bangunan 14 m dengan jarak 2 m dari bangunan. Bangunan ini ditemukan berada di dekat
sungai dan masih dalam area kawasan milik TNI-AU HLO. Bangunan ini memiliki ukuran
panjang 14 m, lebar 8 m, tinggi 3 m dan Tebal 20 cm.

Kondisi saat ini:


Kondisi Bangunan Jepang saat ini ini kurang terawat ditandai dengan adanya
beberapa kerusakan seperti retaknya dinding bangunan, pengelupasan dinding bangunan
bagian luar, dan beberapa bagian dinding yang ditumbuhi lumut, tanaman merambat dan
pepohonan.

Latar Belakang Sejarah:


Bagi USAAF, Lapangan Udara Kendari II atau yang sekarang dikenal Bandara Lanud
Halu Oleo (HLO) merupakan lapangan udara yang jauh lebih bagus dibanding dengan
lapangan udara yang berada di Samarinda, sebelah Utara Balikpapan yakni yang berada di
sekitar pantai Timur Kalimantan. Lapangan udara ini mampu menampung 35 pesawat
pengebom. Medan atau lanskap udara di lokasi ini juga sangat bagus untuk melakukan
pengejaran terhadap pesawat tempur musuh. Konstruksi bangunan tempat tinggal yang juga
didukung oleh luasnya areal bandara ini menjadikan lokasi ini sangat bagus sebagai
pertahanan. Begitu pula dengan suplai bahan bakar, di lapangan udara ini telah tersedia cukup
melimpah persediaan bahan bakar premium ber-oktan 100.
Dari catatan Belanda, bahwa pada tahun 1942, Lapangan Udara Kendari II telah
dipersiapkan sepenuhnya sebagai lokasi pertahanan yang cukup kuat. Di lokasi ini telah
tersedia 3000 bom udara dan lebih dari 250.000 galon avtur. Persediaan bahan-bahan perang
ini pada dasarnya untuk digunakan Angkatan Udara Belanda Glenn Martin yang berada di
Kendari. Oleh karena itu, kondisi pertahanan di Lapangan Udara Kendari II ini pada dasarnya
jauh lebih siap dibanding dengan perlengkapan serta persiapan perang yang dimiliki oleh
tentara Amerika di Filipina dan Inggris di Malaya. Kendati demikian, Lapangan Udara
Kendari II tidak dilengkapi dengan personil militer yang memadai. Pasukan militer Belanda
serta bantuan dari Sekutu hanya 400 personil dan jumlah pasukan ini sangat jauh dari efektif
untuk mempertahankan Lapangan Udara Kendari II yang begitu potensial sebagai basis
pertahanan utama di wilayah Sulawesi Tenggara. Sebagaimana komplain yang dilakukan
oleh Kapten Van Straalen dan Kapten A.G.T. Anthonio dari Koninklijk NederlandsIndisch
Leger (KNIL), "What can we do with four hundred men?" [apa yang bisa kita lakukan
dengan empat ratus orang?]. Mereka sangat menyesalkan dengan minimnya personil militer
Belanda yang ditempatkan di lokasi ini. Minimnya personil di lokasi penting ini menjadi
salah satu penyebab dari semakin melemahnya kepercayaan diri dari para tentara Belanda
dalam menghadapi pasukan Jepang. Bagi tentara Jepang, minimnya personil yang bertugas
mengamankan Lapangan Udara Kendari II, justru sangat menguntungkan, karena pasukan
Jepang dengan mudah dapat melumpuhkan kekuatan Belanda dan Sekutu di lokasi ini. Istilah
yang cukup sederhana untuk menjelaskan tentang mudahnya proses pengambilalihan
Lapangan Udara Kendari II sebagai pangkalan udara yang sangat penting bagi Belanda
adalah bahwa “Belanda telah menelan kekalahan sebelum peluru pertama ditembakkan oleh
Jepang”. Kapal perang Child besutan Amerika (baca: Sekutu) ternyata juga tidak cukup
berarti dalam membantu mempertahankan Lapangan Udara Kendari II. Kapal perang ini
justru menyelamatkan diri (melarikan diri) ketika mengetahui kedatangan pasukan Jepang.
Memang terjadi bentrokan kecil antara pasukan Jepang dengan Child di seputar perairan
Buton sebelum akhirnya bertolak menuju Singapura.
Sebagai upaya untuk memperkuat pertahanan di Kendari, Jepang lalu mengirim
berbagai divisinya menuju Kendari. Pada tanggal 25 Januari, Pasukan Jepang telah
sepenuhnya mengendalikan dan memanfaatkan seluruh potensi Lapangan Udara Kendari II.
Pada hari berikutnya yakni tanggal 26 dan 27, secara berturut-turut, pasukan Jepang dari
berbagai divisi didatangkan untuk menguasai dan menjadikan Lapangan Udara Kendari II
sebagai basis pertahanan potensial mereka. Selain beberapa divisi pasukan militer Jepang
yang telah dikirim sebelumnya untuk mengambil alih Kendari, berikutnya Jepang mengirim
kembali beberapa divisi pasukan menuju Lapangan Udara Kendari II untuk memperkuat
penjagaan lokasi ini. Beberapa pasukan militer yang dikirim seperti kategori Air Group di
bawah komando Laksamana Ruitaro Fujita. Beberapa jenis pasukan yang termasuk dalam
kategori ini adalah: 2 Squadron kapal pengangkut [Kapal induk Hiryu dan Soryu]; 11 divisi
kapal Amphibi [kapal induk Chitose dan Mizuho]; Beberapa kapal patroli [P 34 dan P 39].
Kategori Covering Force di bawah komando Laksamana Takeo Takagi. Kategori ini berisi
beberapa divisi pasukan di antaranya adalah: 5 skuadron kapal penjelajah [Nachi (flagship),
Haguro, dan Myoko; 6 DesDiv tergabung dalam dua kelompok yakni DesDiv Ikazuchi dan
Inazuma.

Analisis:
Bandara Lanud Halu Oleo (Lapangan Udara Kendari II) telah diproyeksikan oleh
Jepang sebagai pertahanan udara yang potensial untuk mengamankan daerah-daerah yang
telah dikuasai oleh Jepang. Penaklukan daerah lain di Sulawesi dikendalikan dari Kendari.
Pada tanggal 9 Februari 1942, sebanyak ± 8000 pasukan penerjun dari divisi Yokosuko
SLNF mendarat di sebelah Selatan pusat Kota Makassar. Lapangan Udara Kendari II dapat
digunakan untuk mengendalikan pergerakan bahkan untuk menghancurkan Australia dan
Jawa (Surabaya). Setelah Jepang berhasil menganbil alih Kendari dari Belanda, maka Jepang
membangun basis pertahanan darat, laut dan udara. Bangunan Jepang yang tersebar di
kawasan militer TNI-AU HLO merupakan salah atu bukti adanya arti penting posisi Kendari
pada saat perang dunia ke-2 khususnya pada perang pasifik (Pacific Theater).

Status Kepemilikan dan/atau Penguasaan:


Dimiliki dan dikuasai oleh Pemerintah Repubik Indonesia Cq. Kementerian
Pertahanan Cq. TNI-AU No. 01 Tahun 1979.

III. KRITERIA CAGAR BUDAYA

Dasar Hukum:
Pasal 1 poin 1 dan poin 3, Pasal 5, Pasal 7, Pasal 31, Pasal 33, Pasal 41, dan Pasal 44
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 130 Tahun 2010

Alasan:
Berdasarkan pada dasar hukum tersebut, Bangunan Jepang memenuhi kriteria sebagai
Bangunan Cagar Budaya Karena:
a. Memiliki umur melebihi dari 50 tahun.
b. Memiliki nilai penting sejarah bagi posisi strategis kawasan militer TNI-AU HLO dalam
perang pasifik.
c. Memperkenalkan struktur bangunan modern dengan konstruksi beton yang langka dan
masih bertahan hingga saat ini.
Pernyataan Penting:
- Barak Jepang merupakan bukti sejarah bernilai tinggi yang penting bagi identitas Kota
Kendari II khususnya di kawasan militer TNI-AU HLO.
- Memberikan bukti bahwa Kawasan militer TNI-AU HLO mendapat dampak perang
pasifik dari penguasaan Jepang di Indonesia dan Kota Kendari II pada khususnya.
- Konawe Selatan merupakan titik tengah dalam sistem segitiga pertahanan Jepang yaitu
Morotai, Kendari II dan Kupang.
- Penempatan Barak Jepang dan bangunan sistem pertahanan lainnya yang tersebar di
Kawasan militer TNI-AU HLO merupakan salah satu basis pertahanan Jepang di Sulawesi
Tenggara.
- Keberadaan Barak Jepang merupakan arahan hubungan Internasional dan komitmen
melindungi warisan budaya.
- Memiliki kandungan nilai-nilai edukasi dalam bidang Sejarah, Arkeologi, Arsitektur dan
Teknik Sipil.
- Adanya Barak Jepang menumbuhkan semangat patriotisme dan heroisme kepada generasi
mendatang.
- Sebagai media edukasi nilai-nilai dan wawasan kebangsaan pada generasi mendatang.

IV. REKOMENDASI
Berdasarakan kajian data dan sumber sejarah yang tersedia hingga saat ini, maka Tim
Ahli Cagar Budaya Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
merekomendasikan kepada Bupati Konawe Selatan, bahwa Barak Jepang ditetapkan
statusnya sebagai Cagar Budaya dengan kriteria Bangunan Cagar Budaya.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan kajian terhadap data dan sumber sejarah yang tersedia hingga saat ini,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Barak Jepang yang ada di Kawasan Militer TNI-AU HLO perlu ditetapkan statusnya
sebagai Cagar Budaya oleh Bupati Konawe Selatan, mengingat objek ini masuk dalam
kategori Bangunan Cagar Budaya.
2. Penetapan status sebagai Cagar Budaya tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat 1
dan 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, dilakukan paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten
Konawe Selatan.
DAFTAR PUSTAKA

Allied Geographical Section. 1945. Kendari: (SE Celebes) Terrain StudyNo. 107. Cambena:
General Headquarters, Southwest Pacific Area.

Balar Makassar. 2012. Jejak-Jejak Sejarah Kebudayaan Sulawesi Tenggara Daratan.


Makassar.

Hayunira, Sasadara. (2013). Masa Pendudukan Jepang di Kendari: Interpretasi Terhadap


Tinggalan Bangunan Jepang di Kawasan TNI AU Ranomeeto, Konawe Selatan.
Makassar: Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin.

Jurusan Arkeologi, Balai Arkeologi Sulawesi Selatan. 2016. Historis Situs Lapangan Udara
Kendari II :Rekonstruksi Lapangan Udara Kendari II (Kendari II airfield ) sebagai
Medan Pertempuran Masa Perang Dunia ke II. Laporan Penelitian. Kendari: Balai
Arkeologi Makassar dan Jurusan Arkeologi Universitas Halu Oleo.

Rottman, Gordon. L. 2003. Japanese Pacific Island Defences 1941-45. Great Britain: Osprey
Publishing.
REKOMENDASI PENETAPAN
BARAK JEPANG
SEBAGAI STRUKTUR CAGAR BUDAYA

DISETUJUI OLEH
TIM AHLI CAGAR BUDAYA KABUPATEN KONAWE SELATAN
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KENDARI, MARET 2023

Nama Tanda Tangan

1. Dr. Basri Melamba, M.A. (Ketua)

2. Dr. Jabalnur, SH., MH


(Wakil Ketua /Anggota)
3. Hery Nopianto, S.Sos
(Sekertaris/Anggota)
4. Dr. Sarlan Adi Jaya, S.Sos., M.Si
(Anggota)
5. La Muda, S.Pd., M.Pd. (Anggota)
Lampiran :

Gambar 1: Denah Bangunan Jepang


(Sumber: Tim Pendaftar, 2023)

Gambar 2: Bangunan Jepang Tampak Depan


(Sumber: Dokumentasi Tim Pendaftar, 2023)
Gambar 3: Bangunan Jepang Tampak Belakang
(Sumber: Tim Pendaftar, 2023)

Gambar 4: Peta Lokasi Barak Jepang


(Sumber: Tim Pendaftar, 2023)

Anda mungkin juga menyukai