Anda di halaman 1dari 110

KERJASAMA KEPALA SEKOLAH, GURU BK, DAN GURU

KELAS DALAM PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN


KONSELING SELAMA MASA PANDEMI COVID-19
DI MTsN 2 MEDAN

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat dan Melengkapi Tugas-tugas
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:
Nadiyah Lihayati
NIM. 0303173173

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2021
KERJASAMA KEPALA SEKOLAH, GURU BK, DAN GURU
KELAS DALAM PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN
KONSELING SELAMA MASA PANDEMI COVID-19
DI MTsN 2 MEDAN

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat dan Melengkapi Tugas-tugas
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:
Nadiyah Lihayati
NIM. 0303173173

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nefi Damayanti, M.Si Dr. Azizah Hanum OK, M.Ag


NIP. 196311092001122001 NIP. 19690323 200701 2 030

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2021

i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Nadiyah Lihayati
NIM : 0303173173
Fak/Prodi : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ Bimbingan Konseling
Pendidikan Islam
Judul : Kerjasama Kepala Sekolah, Guru BK, dan Guru Kelas dalam
Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling Selama Masa
Pandemi Covid-19 di MTsN 2 Medan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini


benar-benar merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dari
ringkasan-ringkasan yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila di
kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka gelar
dan ijazah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.

Medan, Juli 2021


Yang membuat pernyataan

Nadiyah Lihayati
NIM. 0303173173

ii
ABSTRAK
Nama : Nadiyah Lihayati
NIM : 0303173173
Program Studi : Bimbingan Konseling Pendidikan Islam
Pembimbing I : Dr. Nefi Damayanti, M.Si
Pembimbing II : Dr. Azizah Hanum OK, M.Ag
Judul : Kerjasama Kepala Sekolah, Guru BK, dan Guru Kelas
dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling
Selama Masa Pandemi Covid-19 di MTsN 2 Medan
Kata Kunci : Kerjasama, Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kerjasama kepala


sekolah, guru BK, guru kelas dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling,
faktor penghambat dan pendukung kerjasama kepala sekolah, guru BK, guru kelas
dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19
di MTsN 2 Medan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan
dengan mewawancarai empat informan, yaitu satu kepala sekolah, dua guru BK,
dan satu wali kelas MTsN 2 Medan. Data dikumpulkan melalui teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa kerjasama
yang dilakukan kepala sekolah, guru BK dan guru kelas dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19 berjalan dengan
lancar, meski terdapat banyak hambatan. Bentuk kerjasama kepala sekolah, guru
BK, dan guru kelas dapat dilihat dari pertemuan rutin setiap bulan, memberikan
atau menerima masukan dan saran, saling terbuka bertukar pikiran atau
berdiskusi. Kendala atau hambatan kerjasama dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling berasal dari siswa yang susah dihubungi dan orangtua yang
tidak dapat memenuhi panggilan surat kesekolah.

Pembimbing I

Dr. Nefi Damayanti, M.Si


NIP. 196311092001122001

iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kasih-Nya tiada batas dan Sayang-Nya
melimpah kepada Hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah saya mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kerjasama Kepala Sekolah,
Guru BK, dan Guru Kelas dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan
Konseling Selama Masa Pandemi Covid-19 di MTsN 2 Medan”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar Sarjana (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sumatera Utara Medan. Sebagai insan yang tidak pernah luput dari kesalahan,
penulis menyadari ketidaksempurnaan penulis dalam penyusunan skripsi ini baik
dari segi bahasa atau tulisan. Karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
skripsi.
Hambatan dalam penyusunan skripsi yang penulis hadapi dapat
terselesaikan dengan baik karena adanya dukungan moril maupun materil dari
orang-orang yang terkasih. Sehingga dengan hati yang ikhlas dan tulus, penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang saya hormati:
1. Prof. Dr. Syahrin Harahap, M.A, Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
2. Dr. Mardianto, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
3. Dr. Nurussakinah Daulay, M.Psi., Ketua Prodi Bimbingan dan
Konseling Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Nefi Damayanti, M.Si Selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan
ibu Dr. Azizah Hanum OK, M.Ag Selaku Dosen Pembimbing Skripsi
II, yang telah memberikan waktu, bimbingan dan arahan serta masukan
kepada penulis untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.
5. Kepada pihak sekolah MTsN 2 Medan, yang telah memberikan
kesempatan bagi peneliti untuk dapat melangsungkan penelitian dan
memperoleh data.

iv
6. Kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Edi Harianto dan Ibunda
Maya Susi Hevida yang selama ini telah membantu peneliti dalam
bentuk perhatian, kasih saying, semangat, serta doa yang tidak henti-
hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Teristimewa untuk Muhamammad Fahmi Ananda Siregar yang terus
memberikan motivasi, do’a, semangat dan pengorbanan yang tak
ternilai selama pendidikan.
8. Ucapan terima kasih untuk sahabat dan teman seperjuangan, beserta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
turut memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih untuk semua dukungan dan
kerjasamanya serta maaf untuk kesalahan yang telah penulis torehkan. Semoga
Allah membalas kebaikan kalian semua dengan Syurga-Nya dan semoga skripsi
ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Penulis

Nadiyah Lihayati
NIM. 0303173173

v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................8
C. Tujuan Penelitian....................................................................................8
D. Manfaat Penelitian..................................................................................8
BAB II KAJIAN LITERATUR.......................................................................10
A. Kajian Teoritis.........................................................................................10
1. Kerjasama..........................................................................................10
a. Pengertian kerjasama..................................................................10
b. Pelaksanaan kerjasama................................................................12
c. Faktor pendukung dan penghambat kerjasama...........................19
d. Tujuan dan manfaat kerjasama....................................................20
2. Bimbingan dan Konseling.................................................................22
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling.........................................22
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling..............................................26
c. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling..........................29
d. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Selama
Masa Pandemi Covid-19.............................................................35
B. Penelitian Yang Relevan.........................................................................41
C. Kerangka Teoritis....................................................................................43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................49
A. Jenis Penelitian........................................................................................49
B. Waktu dan Tempat..................................................................................50
C. Subjek Penelitian ....................................................................................50
D. Metode Pengumpulan Data.....................................................................50
E. Teknik Analisis Data...............................................................................51

vi
F. Teknik Penjamin Keabsahan Data..........................................................52
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN..............54
A. Temuan Umum........................................................................................54
1. Sejarah Singkat MTsN 2 Medan.......................................................54
2. Profil MTsN 2 Medan.......................................................................54
3. Visi dan Misi MTsN 2 Medan..........................................................55
4. Struktur Organisasi MTsN 2 Medan.................................................56
5. Keadaan guru MTsN 2 Medan..........................................................56
6. Keadaan guru BK MTsN 2 Medan...................................................57
7. Keadaan siswa MTsN 2 Medan........................................................57
8. Fasilitas.............................................................................................60
9. Ekstrakurikuler..................................................................................61
B. Temuan Khusus.......................................................................................61
BAB V PENUTUP.............................................................................................85
A. Kesimpulan.............................................................................................85
B. Saran-saran..............................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................87

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Struktur Organisasi............................................................................56

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Daftar Guru/ Pegawai...........................................................................57
Tabel 2: Keadaan Siswa Kelas VII.....................................................................58
Tabel 3: Keadaan Siswa Kelas VIII....................................................................59
Tabel 4: Keadaan Siswa Kelas IX.......................................................................59
Tabel 5: Keadaan Ruangan.................................................................................60

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Riwayat Hidup..................................................................................90
Lampiran II Instrumen Wawancara....................................................................91
Lampiran III Dokumentasi Penelitian.................................................................97
Lampiran IV Surat Riset.....................................................................................98
Lampiran V Surat Balasan Riset.........................................................................99

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit corona virus
2019 (corona virus disease 2019, disingkat Covid-19). Wabah Covid-19 pertama
kali dideteksi di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada tanggal 1 Desember
2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan dunia (WHO)
pada tanggal 11 Maret 2020.
Covid-19 melanda banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Sudah
sejak Maret 2020 wabah Corona Virus Disease-19 (Covid-19) dijadikan sebagai
pandemi global dan BNPT menetapkan status darurat nasional. Pemerintah
setempat akhirnya mengambil kebijakan untuk mencegah dan meminimalisir
penyebaran virus corona yaitu dengan menerapkan social distancing atau menjaga
jarak.
Dalam upaya menangani wabah virus corona yang semakin meluas,
pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan social distancing atau
pembatasan sosial. Pegawai negeri maupun swasta dilakukanlah sistem kerja work
from home (WFH) atau bekerja dari rumah. Dari ketetapan tersebut banyak
menimbulkan implikasi pada berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan.
Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah
menerbitkan surat edaran tentang pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat
Covid-19 yaitu proses belajar dan mengajar dilakukan dalam jaringan (daring)
atau dari rumah masing-masing.1
Kondisi pandemi Covid-19 ini mengakibatkan perubahan yang luar biasa,
termasuk bidang pendidikan. Seolah seluruh jenjang pendidikan dipaksa
bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-tiba drastis untuk melakukan
pembelajaran dari rumah melalui media daring (online). Ini tentu bukanlah hal
yang mudah, karena belum sepenuhnya siap. Problematika dunia pendidikan yaitu
belum seragamnya proses pembelajaran, baik standar maupun kualitas capaian
pembelajaran yang diinginkan.

1
Surat edaran nomor 4 tahun 2020.

1
Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem
pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi
dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus
memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di
rumah. Mendikbud juga memberikan amanat yang berkaitan dengan proses
pembelajaran daring agar kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat
memberikan pengalaman belajar yang berkesan bagi siswa, tanpa terbebani
tuntutan menuntaskan seluruh pencapaian kurikulum untuk kenaikan kelas
maupun kelulusan. Mendikbud juga menyarankan bagi daerah-daerah yang sudah
melakukan belajar daring atau belajar dari rumah, agar para guru juga melakukan
proses pembelajaran dari rumah agar dapat dipastikan bahwa para guru juga
mendapat keamanan seperti para siswa.
Sistem pembelajaran daring dilaksanakan melalui perangkat personal
computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet yang
berarti proses pembelajaran yang berlangsung tidak akan terjadi yang namanya
lagi tatap muka antara guru dan murid. Hal ini merupakan hal baru bagi tenaga
pendidik dan para siswa, karena mengingat pentingnya pembelajaran tatap muka
yang harus terjadi antara siswa dan guru untuk menentukan hasil belajar yang
diperoleh selama masa pembelajaran. Guru dituntut dapat mendesain media
pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).
Dalam keseluruhan pendidikan, guru merupakan faktor utama dalam
tugasnya sebagai pendidik, guru banyak sekali memegang berbagai jenis peranan
yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebagai seorang guru.2 Peran yang
dimaksud disini adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas
semua petugas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Sejalan dengan itu
peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan demi tercapainya tujuan
pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut diharapkan tidak hanya
semata-mata tanggung jawab guru mata pelajaran, tetapi guru bimbingan dan
konseling (BK) serta personil sekolah lainnya juga mempunyai tanggung jawab
yang sama dalam kesuksesan proses belajar mengajar siswa.

2
Sopian, “Tugas, Peran, dan Fungsi Guru dalam Pendidikan”, STIRU: Sakatiga. h. 88.

2
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah memang guru yang ahli
dibidang itu yang didasarkan pada persyaratan tertentu, antara lain mereka ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling yang ditunjukkan dengan latar belakang
pendidikan terkait. Namun demikian, keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah tidak akan berhasil jika hanya menyerahkan sepenuh
kegiatan bimbingan dan konseling pada guru bimbingan konseling. Oleh sebab itu
guru kelas pun memiliki tugas dalam bidang bimbingan dan konseling dengan
peran-peran tertentu. Demikian pula dengan kepala sekolah, kepala sekolah juga
memiliki tugas-tugas tertentu terkait dengan pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putri yang berjudul
“Kerjasama Guru BK Dengan Semua Personil Sekolah Terhadap Pemberian
Layanan Konseling Kepada Siswa di SMA” didapatkan hasil penelitian bahwa
pelayanan bimbingan konseling perlu dilakukan di sekolah terutama pemberian
layanan diberikan kepada siswa. Adanya kontribusi guru bimbingan konseling
dengan personil sekolah lainnya membantu siswa untuk melakukan tugas
perkembangannya dengan baik sehingga siswa bisa mengaktualisasikan dirinya di
lingkungannya. Orang yang berperan penting adalah guru BK, kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, coordinator BK, wali kelas, tata usaha, komite sekolah, guru
mata pelajaran, guru praktik, dll.3
Dalam melaksanakan tugasnya guru bimbingan konseling tidak bisa
bekerja sendiri melainkan bekerjasama dengan kepala sekolah dan guru kelas.
Kerjasama adalah suatu usaha antara perorangan atau kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Agar kerjasama dapat berjalan dengan optimal maka diperlukan
organisasi yang baik. Di samping itu, kepala sekolah dan guru kelas harus dapat
memahami tugas-tugas, tanggungjawab dan wewenangnya masing-masing di
dalam seluruh kegiatan bimbingan konseling, serta petugas bimbingan konseling
menyadari peranannya dan bentuk-bentuk kerjasama dengan petugas lain dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.4

3
Solihah, “Konsep BK SMA Dalam Memberikan Keterampilan Manajemen Diri”. Jurnal
Bimbingan Konseling Islam. Vol 4. No 2.
4
Silvia Rislina, “Upaya Guru Pembimbing Dalam Mensosialisasikan Kegiatan
Bimbingan Konseling di SMAN 3 Duri”, Pekanbaru: UINSSKR, 2010, h. 16.

3
Kepala sekolah, guru bimbingan konseling, dan guru kelas sama-sama
melakukan kerjasama yang baik merupakan hal yang penting. Kerjasama seperti
ini akan dapat mewujudkan proses belajar mengajar yang transparan dan teratur,
merasa bertanggungjawab terhadap proses belajar mengajar, institusi pendidikan
merupakan milik bersama, kewajiban bersama dan tanggungjawab bersama yang
harus dipikul secara bersama-sama, bukan lawan yang harus ditakuti namun
merupakan kawan yang harus dirangkul, sehingga segala masalah yang dihadapi
lembaga pendidikan dapat diselesaikan dengan baik dan bijak. Membangun pola
kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru bimbingan konseling dan guru
kelas sudah merupakan keharusan dan menjadi komitmen antara kepala sekolah,
guru bimbingan konseling dan guru kelas.
Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan memiliki andil
besar dalam menciptakan suasana kondusif yang ada dalam lingkungan kerjanya.
Suasana kondusif tersebut faktor yang terpenting dalam menciptakan guru yang
berprestasi. Sedangkan guru sebagai pendidik memiliki peran yang sangat penting
terhadap kemajuan siswa, guru juga sebagai salah satu faktor penentu
keberhasilan pendidikan. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala
sekolah, kepala sekolah berhasil apabila memahami keberadaan sekolah sebagai
organisasi yang kompleks, serta mampu melaksanakan peranan dan
tanggungjawab untuk memimpin sekolah.
Mengacu pada Surat Edaran dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No
4 Tahun 2020 yang berisi tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa
darurat penyebaran Covid-19. Kepala sekolah menetapkan kebijakan pelaksanaan
pembelajaran secara daring. Upaya mewujudkan proses pembelajaran daring yang
optimal diperlukan kesiapan pendidik, kurikulum yang sesuai, ketersediaan
sumber belajar, serta dukungan jaringan yang stabil sehingga komunikasi antar
peserta didik dan pendidik dapat berjalan secara efektif. Kepala sekolah berperan
penting dalam menentukan kebijakan yang akan diambil dalam menjalankan
proses daring untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan.5

5
Sawitri, “Analisis Kebijakan Kepala Sekolah Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Daring”, UMS, 2020, h. 5.

4
Guru sangat berperan dalam menentukan prestasi siswa dalam sekolah.
Artinya untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas diperlukan guru dengan
kualitas dan prestasi maksimal dapat diperoleh bila ditunjang oleh kepemimpinan
kepala sekolah yang baik. Begitu juga dengan guru bimbingan konseling. Karena
tugas seorang guru bimbingan konseling sangat berpengaruh untuk prestasi siswa
dimana tugas seorang guru bimbingan konseling memberikan motivator,
informatory, inspirator, korektor, inisiator kepada siswa.6
Peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan
belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan, dan
dengan adanya bimbingan dan konseling di dalam lembaga pendidikan siswa akan
melakukan aktivitas belajar sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Bimbingan
dan konseling merupakan proses pemberian yang diberikan oleh pembimbing
(konselor) kepada individu (konseli), supaya konseli mempunyai kemampuan atau
kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mempunyai kemampuan
memecahkan masalahnya sendiri.7
Pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu yaitu pelayanan yang
mampu mengarahkan, mengembangkan potensi, dan tugas-tugas perkembangan
individu yang menyangkut kawasan kematangan personal dan emosional, sosial,
pendidikan, dan karier. Perwujudan pelayanan bimbingan dan konseling yang
bermutu dipengaruhi salah satunya yaitu kinerja konselor/guru bimbingan dan
konseling. Hal ini dikarenakan seorang guru bimbingan dan konseling yang
mempunyai kinerja yang berkualitas akan menampilkan sikap produktif, memiliki
motivasi yang tinggi, disiplin, kreatif, inovatif, dan mandiri dalam melaksanakan
peran dan tugasnya sehingga pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan
juga akan sesuai dengan beban kerja wajib yang diterimanya yaitu paling kurang
150 (seratus lima puluh) orang siswa.
Kerjasama yang dilakukan antara kepala sekolah, guru bimbingan
konseling dan guru kelas dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan adaptasi
terhadap situasi kritis guna mencapai perkembangan optimal, karena selama

6
Djamarah, “Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif”, Jakarta: Rineka Cipta,
2010, h. 43.
7
Tohirin, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah”, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2014, h. 25.

5
pandemi ini memunculkan banyak reaksi siswa, dapat berupa kecemasan,
menolak kenyataan, psikosomatis, dan lainnya. Respon-respon yang muncul ini
menjadi sasaran layanan yang dapat diberikan oleh guru bimbingan konseling
untuk membantu siswa kembali memiliki mental yang sehat.
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di MTs Negeri 2 Medan
menunjukkan bahwa, sebelum pandemi Covid-19 guru kelas dan siswa disana
melakukan pembelajaran seperti biasa yang dilakukan sekolah lain. Dalam ranah
bimbingan dan konseling, guru bimbingan konseling disana melaksanakan
pelayanan seperti layanan konseling individual, layanan konseling kelompok,
layanan bimbingan kelompok, layanan bimbingan klasikal, dan home visit.
Namun setelah pandemi Covid-19 hanya ditemukan beberapa guru saja yang
berada di sekolah, tentunya guru dan siswa kesulitan dalam melakukan
pembelajaran dan juga terkhusus bagi guru bimbingan konseling yang
kebingungan dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, dikarenakan
siswa tidak berada di lingkungan sekolah melaksanakan pembelajaran tatap muka
semenjak diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kepala
sekolah akhirnya mengeluarkan kebijakan agar tetap melaksanakan pembelajaran
tetapi tidak secara langsung, dalam artian pembelajaran dilakukan secara media
online atau pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19.
Kerjasama guru BK dengan kepala sekolah dan guru kelas selama masa
pandemi Covid-19 sangatlah penting, karena guru BK tidak akan dapat berbuat
banyak tanpa bantuan dan kerjasama dari kepala sekolah dan guru kelas. Kegiatan
bimbingan konseling harus diselenggarakan dalam bentuk kerjasama untuk
mencapai suatu tujuan, karena kegiatan bimbingan konseling harus
diselenggarakan secara teratur, sistematik dan terarah/terencana agar berdaya dan
berhasil guna bagi pertumbuhan dan pengembangan siswa. Sesuai dengan yang
diungkapkan oleh kepala sekolah, guru BK dan guru kelas dalam hasil wawancara
peneliti yang mana guru bimbingan konseling mengungkapkan bahwa kerjasama
kepala sekolah, guru kelas dengan guru bimbingan konseling berjalan dengan
baik, kepala sekolah secara terbuka memberikan masukan dan dorongan terhadap
program-program layanan bimbingan dan konseling dan guru kelas juga sangat
berpartisipasi aktif, membantu guru BK dalam pemberian layanan bimbingan

6
konseling. Begitu juga kepala sekolah mengungkapkan bahwa di sekolah tersebut
sangat dibutuhkan guru bimbingan konseling karena sebagai seseorang yang
membimbing siswa yang bermasalah, serta kepala sekolah memberikan dukungan
terhadap program apa yang dijalankan guru bimbingan konseling serta
memberikan masukan serta arahan terhadap semua program agar terlaksana
dengan baik. Begitu juga dengan guru kelas, guru kelas mengungkapkan bahwa
guru kelas sangat membutuhkan peranan dari guru BK dalam menangani kendala-
kendala yang ada dalam proses pembelajaran. Mengetahui bentuk hubungan
kerjasama kepala sekolah dan guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi Covid-19 di MTsN 2 Medan berjalan dengan
lancar. Kepala sekolah, guru BK dan guru kelas dapat bekerjasama dalam
mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan oleh guru BK, menyediakan
sarana dan prasarana, melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap
perencanaan dan pelaksanaan program serta memfasilitasi guru BK untuk dapat
mengembangkan kemampuan profesionalnya. Dengan demikian kepala sekolah
dengan terbuka membantu agar masalah siswa bisa diatasi dengan memberikan
solusi-solusi dan kepala sekolah juga menanggapi dengan baik dan memperbaiki
masalah siswa dengan bersama-sama menuju perkembangan yang lebih baik.
Bentuk kerjasama guru BK dan guru kelas dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19 juga berjalan dengan baik.
Guru kelas selalu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian bimbingan, agar peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran
secara daring dan lebih mematuhi peraturan sekolah yang berlaku.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai kerjasama antara
guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling dan menciptakan
kerjasama yang baik terutama terhadap seluruh program bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19, sehingga peneliti tertarik mengambil judul
“Kerjasama Kepala Sekolah, Guru BK, dan Guru Kelas Dalam Pelaksanaan
Layanan Bimbingan Konseling Selama Masa Pandemi Covid-19 di MTsN 2
Medan”.

7
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk kerjasama kepala sekolah, guru bimbingan
konseling dan guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
selama masa pandemi Covid-19?
2. Faktor apa sajakah yang menghambat dan mendukung kerjasama
antara kepala sekolah, guru kelas, dan guru bimbingan konseling
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling selama masa pandemi
Covid-19?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mendeskripsikan bentuk kerjasama yang dilakukan kepala
sekolah, guru bimbingan konseling dan guru kelas dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling selama masa pandemi Covid-19.
2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor penghambat dan pendukung
kerjasama antara kepala sekolah, guru kelas, dan guru bimbingan
konseling dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling selama masa
pandemi Covid-19.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat
praktis sebagai berikut:
1. Penelitian Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
dan pemahaman tentang cara kepala sekolah, guru bimbingan
konseling dan guru kelas dalam menciptakan kerjasama yang baik
terutama terhadap seluruh program bimbingan konseling di sekolah.

8
2. Penelitian Praktis
a. Bagi peneliti sendiri, untuk melengkapi persyaratan dalam
menyelesaikan Stara Satu (S.1) di Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara Medan dan menambah wawasan pengetahuan
tentang fenomena yang terjadi di lapangan terkait bimbingan
konseling.
b. Bagi fakultas khususnya jurusan bimbingan konseling pendidikan
islam, hasil penelitian ini digunakan sebagai informasi mengenai
upaya kerjasama yang dilakukan kepala sekolah, guru bimbingan
konseling dan guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling selama masa pandemi Covid-19.
c. Bagi kepala sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
dampak yang positif guna meningkatkan mutu layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi Covid-19.
d. Bagi guru kelas dan guru bimbingan dan konseling, hasil penelitian
ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi baik guru kelas maupun
guru bimbingan konseling, dengan tujuan yaitu meningkatkan
mutu pembelajaran selama masa pandemi Covid-19.

9
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Kajian Teoritis
1. Kerjasama
a. Pengertian Kerjasama
Dalam bahasa inggris, kerjasama disebut cooperate. Menurut Kamus
Oxford kerjasama adalah bekerja bersama menuju akhir yang sama. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kerjasama adalah kegiatan atau usaha
yang di lakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah dan sebagainya) untuk
mencapai tujuan bersama.8
Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫وتَعاونُوا َعلَى ا ْلبر والتَّ ْق ٰو ۖى واَل تَعاونُوا َعلَى ااْل ْثم وا ْلع ْدوان ۖواتَّقُوا هّٰللا ۗانَّ هّٰللا‬
َ ِ َ َ ِ َ ُ َ ِ ِ ْ َ َ َ َ ِّ ِ ْ َ َ َ
ِ ‫ش ِد ْي ُد ا ْل ِعقَا‬
‫ب‬ َ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran
(Qs. Al-Maidah ayat 2)”.9
Ayat di atas menjelaskan bahwa hidup harusla saling tolong-menolong dan
membantu dalam kebaikan. Kerjasama (tolong-menolong) bermakna ganda yaitu
kebaikan dan keburukan.Islam mengajarkan tolong menolong dalam kebaikan dan
melarang tolong-menolong dalam berbuat buruk. Islam lebih mengedepankan
pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dari pada yang dilakukan secara
individu karena pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama memiliki
kepastian dan menciptakan kekuatan yang besar sehingga pekerjaan-pekerjaan
yang susah akan menjadi mudah. Perlu diperhatikan bahwa kerjasama dan saling
tolong menolong dalam islam tidak hanya sebatas pada pemberian fakis dan
miskin, namun merupakan suatu ajaran yang bersifat global dan sangat luas,
mencangkup persoalan kemasyarakatan, hak-hak, akhlak dan lainnya.

8
KBBI, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. (Online). https://www.kamusbesar.com/kerja-
sama
9
Departemen Agama RI, “Al-qur’an dan terjemahannya”, Bandung: Diponegoro, 2008.

10
Abdulsyani, Roucek dan Warren, mengatakan bahwa kerjasama berarti
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama adalah satu proses
sosial yang paling dasar. Biasanya kerjasama melibatkan pembagian tugas,
dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung
jawabnya demi tercapainya tujuan bersama.10
Menurut Clistrap, kerjasama merupakan suatu kegiatan dalam
berkelompok untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas secara bersama-
sama, dalam kerjasama ini biasanya terjadi interaksi antar anggota kelompok dan
mempunyai tujuan yang sama untuk dapat dicapai bersama-sama.11
Zainudin memandang kerjasama sebagai kepedulian satu orang atau satu
pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam suatu kegiatan yang
menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai, dan
adanya norma yang mengatur. Makna kerjasama dalam hal ini adalah kerjasama
dalam konteks organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (seluruh anggota).
Kerjasama adalah keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain secara
menyeluruh dan menjadi bagian dari kelompok. Sehingga menumbuhkan rasa
peduli, percaya dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.12
Dari pengertian kerjasama di atas, maka ada beberapa aspek yang
terkandung dalam kerjasama, yaitu:
1) Dua orang atau lebih, artinya kerjasama akan ada kalau ada minimal
dua orang/pihak yang melakukan kesepakatan. Oleh karena itu, sukses
tidaknya kerjasama tersebut ditentukan oleh peran dari kedua orang
atau kedua pihak yang bekerjasama tersebut.
2) Aktivitas, menunjukkan bahwa kerjasama tersebut terjadi karena
adanya aktivitas yang dikehendaki bersama, sebagai alat untuk
mencapai tujuan dan ini membutuhkan strategi (usaha).
3) Tujuan/target, merupakan aspek yang menjadi sasaran dari kerjasama
usaha tersebut, biasanya adalah keuntungan baik secara financial
maupun nonfinansial yang dirasakan atau diterima oleh kedua pihak.
10
Abdulsyani, “Sosiologi Skematik, Teori, dan Terapan”, Jakarta: Bumi Aksara,1994, h .
156.
11
Roestiyah,“Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h. 15.
12
Henrayana, “Kerjasama” . Tanggerang: Sekolah Tinggi Akuntasi Negara, 2011, h. 2.

11
4) Jangka waktu tertentu, menunjukkan bahwa kerjasama tersebut
dibatasi oleh waktu, artinya ada kesepakatan kedua pihak kapan
kerjasama itu berakhir. Dalam hal ini, tentu saja setelah tujuan atau
target yang dikehendaki telah tercapai.
Dari penjelesan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama
adalah suatu usaha bersama antar dua orang atau lebih, perorangan atau kelompok
yang melakukan kesepakatan dalam memecahkan suatu permasalahan untuk
mencapai tujuan bersama.
b. Pelaksanaan Kerjasama
Pelaksanaan kerjasama dan sistem informasi pendidikan dapat dilakukan
dengan menempuh tahapan yaitu: tahap penjajakan, tahap penanda tangan
kerjasama, tahap penyusunan program, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan
tahap pelaporan.13
Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat berjalan
dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati oleh dua orang atau lebih
tersebut yaitu:
1) Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerjasama yang baik harus ada
komunikasi yang komunikatif antara dua orang yang bekerjasama atau
lebih.
2) Saling mengerti, kerjasama berarti dua orang atau lebih bekerja sama
untuk mencapai suatu tujuan, dalam proses tersebut, tentu ada, salah
satu yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan permasalahan
yang sedang dihadapkan.
Dalam membangun kerjasama kelompok diperlukan keterbukaan atau
transparasi. Untuk menciptakan keterbukaan diperlukan kemauan dan
kemampuan setiap anggota organisasi atau kelompok untuk berkomunikasi.
Berkomunikasi tidak hanya sekedar berbicara, tetapi bagaimana
seseorang atau komunikator mampu mengeluarkan pendapat atau jalan
pikirannya kepada orang lain, sehingga orang lain mau dan mampu menerima
pendapatnya. Selain itu, dalam proses komunikasi, perlu diperhatikan karakter
masing-masing pihak supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman.
13
Abuddin Nata, “Ilmu Pendidkan Islam”, Jakarta: Prenada Media Group, 2016, h. 279-
288.

12
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kerjasama kelompok yang baik,
antara lain:14
a) Rasa saling percaya
Rasa saling percaya merupakan hal yang perlu dibangun dalam suatu
kelompok, supaya terhindar dari kepentingan pribadi atau individual
yang dapat menimbulkan konflik. Dengan adanya saling percaya
antar setiap anggota dan menyadari bahwa mereka semua sebagai
satu kesatuan, maka kerjasama kelompok akan menjadi baik dan
berkembang.
b) Keterbukaan
Keterbukaan cenderung mengarah pada pembentukan sikap dalam
diri seseorang, dimana sikap keterbukaan ini difokuskan pada sejauh
mana orang lain mampu mengetahui tentang dirinya dan atau
sebaliknya. Pada sikap keterbukaan ini, juga diperlukan sikap positif
dan dewasa, baik dalam pola pikir maupun tindakan dari setiap orang
dalam berinteraksi.
c) Realisasi diri
Realisasi diri merupakan suatu bentuk kebutuhan setiap orang dan
merupakan kebutuhan yang paling dicari. Dengan adanya realisasi
diri diharapkan keberadaan dirinya dapat dirasankan dan diakui
dalam lingkungannya. Karena pada kebutuhan ini setiap individu
mempunyai peran yang melekat pada dirinya, baik dalam hal
kecerdasan, pekerjaan, keterampilan dan sebagainya.
d) Saling ketergantungan
Saling ketergantungan dipengaruhi antara lain oleh adanya ikatan
antar individu. Supaya saling ketergantungan ini dapat terjalin dengan
baik, maka di perlukan pemeliharaan tingkat hubungan yang lebih
harmonis, kondusif dan lebih matang.
Menurut Sumantri, agar kerjasama bisa terjalin dengan baik perlu adanya
beberapa tahapan kesamaan sebagai berikut:15
1) Kesamaan Tempat
14
Sri Wiranti,”Membangun Kerjasama Tim ( Kelompok) ”, Jurnal STIE Semarang. Vol 4,
No 3, Edisi Oktober 2012, h. 60-64.

13
Kesamaan tempat ini bisa menjadi dasar bagi terwujudnya kerjasama.
Karena dengan berada di tempat yang sama, akan memudahkan
seluruh anggota kelompok atau organisasi untuk saling
berkomunikasi, berdiskusi atau berargumentasi, sehingga
memudahkan terwujudnya kerjasama.
2) Kesamaan Pikiran
Karena berada ditempat yang sama, memudahkan seluruh anggota
kelompok atau semua pihak untuk menyamakan pikiran atau konsep
pemikiran. Jika seluruh anggota kelompok atau organisasi sudah
mempunyai kesamaan sudut pandang atau konsep pemikiran, maka
akan mudah untuk mencari solusi atau pemecahan setiap masalah
yang terjadi dalam organisasi, meskipun mereka tidak berada
ditempat yang sama.
3) Kesamaan Perasaan
Dalam mengelola suatu organisasi, tidak mungkin seseorang berfikir
linier atau berfikir yang monoton. Karena pemikiran linier tersebut
diwakili oleh data atau dokumen. Sehingga pada tahap tertentu
seseorang harus menggunakan perasaan untuk menyelesaikan
masalah yang ada, khususnya yang berkaitan dengan policy,
kebijakan, kebijaksanaan atau yang terkait dengan faktor eksternal.
4) Kesamaan Jiwa
Kesamaan jiwa ini merupakan tahap yang tertinggi dalam
membangun kerjasama kelompok, dimana masing-masing anggota
organisasi telah memahami seutuhnya tentang fungsi, tugas dan
kewajibannya. Selain itu telah ada kepercayaan atau saling percaya
diantara sesama anggota atau kelompok, sehingga akan terbentuk
suatu kultur organisasi yang baik dan utuh. Pada tahapan ini, tidak
akan banyak terjadi perbedaan pendapat, dan jika masih ada
perbedaan pendapat tidak akan menimbulkan prasangka buruk
diantara mereka.
Michael mengemukakan ada 14 cara membangun kerjasama yang baik di
15
Setiyanti, “Membangun Kerjasama Tim (Kelompok)”, Semarang: Jurnal STIE, 2012, h.
60.

14
sekolah, yakni:16
a) Tentukan tujuan bersama dengan jelas. Sebuah tim bagaikan kapal
yang berlayar di lautan luas. Jika tim tidak memiliki tujuan atau arah
yang jelas, tim tidak akan menghasilkan apa-apa. Tujuan merupakan
pernyataan apa yang harus diraih oleh tim dan memberikan daya
motivasi bagi setiap anggota untuk bekerja. Contohnya, sekolah yang
telah merumuskan visi dan misi sekolah hendaknya menjadi tujuan
bersama. Selain mengetahui tujuan bersama, masing-masing bagian
seharusnya mengetahui tugas dan tanggungjawabnya untuk mencapai
tujuan bersama tersebut.
b) Perjelas keahlian dan tanggungjawab anggota. Setiap tim harus
menjadi pemain di dalam tim. Masing-masing bertanggungjawab
terhadap suatu bidang atau jenis pekerjaan/tugas. Di lingkungan
sekolah, para guru selain melaksanakan proses pembelajaran biasanya
diberikan tugas-tugas tambahan, seperti menjadi wali kelas,
mengelola laboratorium, koperasi, dan lain-lain. Agar terbentuk
kerjasama yang baik, maka pemberian tugas tambahan tersebut harus
didasarkan pada keahlian mereka masing-masing.
c) Sediakan waktu untuk menentukan cara bekerjasama. Meskipun
setiap orang telah menyadari bahwa tujuan hanya bisa dicapai melalui
kerjasama, tetapi tetap diperlukan adanya pedoman bagaimana
kerjasama itu harus dilakukan. Pedoman tersebut sebaiknya
merupakan kesepakatan semua pihak yang terlibat. Pedoman dapat
dituangkan secara tertulis atau sekedar sebagai konvensi.
d) Hindari masalah yang bisa diprediksi. Hal ini berarti mengantisipasi
masalah yang bisa terjadi. Seorang pemimpin yang baik harus dapat
mengarahkan anak buahnya untuk mengantisipasi masalah yang akan
muncul, apa lagi kalau dapat mengenali sumber-sumber masalah,
maka organisasi tidak akan disibukkan kemunculan masalah yang
silih berganti harus ditangani.
e) Gunakan konstitusi atau aturan tim yang telah disepakati bersama.
16
Direktur Tendik Ditjen PMPTK Depdiknas, “Menumbuhkan Semangat Kerjasama di
Lingkungan Sekolah (Bahan Diktat Peningkatan Kompetensi Pengawas Sekolah), Jakarta.

15
Peraturan tim akan banyak membantu mengendalikan tim dalam
menyelesaikan pekerjaannya dan menyediakan petunjuk ketika ada
hal yang salah.
f) Ajarkan rekan baru satu tim. Agar anggota baru mengetahui
bagaimana tim beroperasi dan bagaimana perilaku antar anggota tim
berinteraksi. Yang dibutuhkan anggota tim adalah gambaran yang
jelas tentang cara kerja, norma, dan nilai-nilai tim. Di lingkungan
sekolah ada guru baru atau guru pindahan dari sekolah lain, sebagai
anggota baru yang baru perlu diajari bagaimana bekerja di
lingkungan tim kerja di sekolah. Suatu sekolah terkadang sudah
memiliki budaya saling pengertian, tanpa ada perintah setiap guru
mengambil inisiatif untuk menegur siswa jika tidak disiplin. Cara
kerja ini mungkin belum diketahui oleh guru baru sehingga perlu
disampaikan agar tim sekolah tetap solid dan kehadiran guru baru
tidak merusak sistem.
g) Selalu bekerjasama. Caranya dengan membuka pintu gagasan orang
lain. Tim seharusnya menciptakan lingkungannya terbuka dengan
gagasan setiap anggota. Misalnya sekolah sedang menghadapi
masalah keamanan dan ketertiban. Hal ini sebaiknya dibicarakan
secara bersama-sama sehingga kerjasam tim dapat berfungsi dengan
baik.
h) Wujudkan gagasan menjadi kenyataan. Caranya dengan menggali
atau memacu kreativitas tim dan mewujudkan menjadi suatu
kenyataan. Di sekolah banyak sekali gagasan yang kreatif, karena itu
usahakan untuk diwujudkan agar tim bersemangat untuk meraih
tujuan. Dalam menggali gagasan perlu mencari kesamaan pandangan.
i) Aturlah perbedaan secara aktif. Perbedaan pandangan atau bahkan
konflik adalah hal yang biasa terjadi disebuah lembaga atau
organisasi. Organisasi yang baik dapat memanfaatkan perbedaan dan
mengarahkannya sebagai kekuatan untuk memecahkan masalah.
j) Perangi virus konflik. Jangan sekali-kali memproduksi konflik, di
sekolah terkadang ada saja sumber konflik misalnya pembagian tugas

16
yang tidak merata ada yang terlalu berat tetapi ada juga yang sangat
ringan. Ini sumber konflik dan perlu dicegah agar tidak meruncing,
konflik dapat melumpuhkan tim kerja jika tidak segera ditangani.
k) Saling percaya. Jika kepercayaan antar anggota hilang, sulit bagi tim
untuk bekerja bersama. Apalagi terjadi, anggota tim cenderung
menjaga jarak tidak siap berbagi informasi, tidak terbuka dan saling
curiga.Situasi ini tidak baik bagi tim. Sumber saling ketidakpercayaan
di sekolah biasanya berawal dari kebijakan yang tidak transparan atau
consensus yang dilanggar oleh pihak-pihak tertentu dan kepala
sekolah tidak bertindak apapun. Memberikan situasi yang saling tidak
percaya antar anggota tim dapat memicu konflik.
l) Saling memberi penghargaan. Faktor nomor satu yang memotivasi
karyawan adalah perasaan bahwa mereka telah berkontribusi terhadap
pekerjaan dan prestasi organisasi. Setelah sebuah pekerjaan besar
selesai atau ketika pekerjaan yang sulit membuat tim lelah,
kumpulkan anggota tim untuk merayakannya. Di sekolah dapat
dilakukan sesering mungkin setiap akhir kegiatan besar seperti akhir
semester, akhir ujian nasional, dan lain-lain.
m) Evaluasilah tim secara teratur. Tim yang efektif akan menyediakan
waktu untuk melihat proses dan hasil kerja tim. Setiap anggota
diminta untuk berpendapat tentang kineja tim, evaluasi kembali
tujuan tim dan konsitusi tim.
n) Jangan menyerah. Terkadang tim menghadapi tugas yang sangat sulit
dengan kemungkinan untuk berhasil sangat kecil. Tim bisa menyerah
dan mengizinkan kekalahan ketika semua jalan kreativitas dan
sumberdaya yang ada telah dipakai. Untuk meningkatkan semangat
anggotanya antara lain dengan cara memperjelas mengapa tujuan
tertentu menjadi penting dan begitu vital untuk dicapai. Tujuan
merupakan sumber energitim. Setelah itu bangkitkan kreativitas tim
yaitu dengan cara menggunakan kerangka fikir dan pendekatan baru
terhadap masalah.

17
Menurut Cooley, kerjasama timbul apabila:17
1) Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-
kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerjasama.
2) Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan
adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam
kerjasama yang berguna.
Pada dasarnya kerjasama dapat terjadi apabila seseorang atau
sekelompok orang dapat memperoleh keuntungan atau manfaat dari orang atau
kelompok lainnya, demikian pula sebaliknya.
Agar dapat berhasil melaksanakan kerjasama, maka di butuhkan prinsip-
prinsip umum sebagaimana yang dijelaskan oleh Edralin dan Whitaker, prinsip
umum tersebut terdapat dalam prinsip good governance, yaitu:18
1) Transparasi
2) Akuntabilitas
3) Partisipatif
4) Efisiensi
5) Efektivitas
6) Konsensus
7) Saling menguntungkan dan memajukan
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk membangun
kerjasama ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain: membangun rasa
saling percaya, saling pengertian, keterbukaan, kejujuran dan keberanian,
membangun komunikasi, realisasi diri, motivasi, saling ketergantungan dan lain
sebagainya.
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Kerjasama
1) Faktor pendukung dalam kerjasama
Ada 5 Strategi dalam pencapaian tujuan diantaranya adalah:
17
Rianto, “Sosiologi Hukum Kajian Hukum Secara Sosiologis”, Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2012. h. 45.
18
Busro, “Teori-teoriManajemenSumberDaya Manusia”, Jakarta: Prenadamedia Group,
2018. h.310.

18
a) Saling ketergantungan
Saling ketergantungan diperlukan di antara para anggota tim dalam
hal ini informasi, sumber daya, pelaksanaan tugas dan dukungan.
Adanya ketergantungan dapat memperkuat kebersamaan tim
b) Perluasan tugas
Setiap tim harus diberi tantangan,karena reaksi atau tanggapan
tantangan tersebut akan membantu semangat persatuan,
kebanggaan dan kesatuan tim.
c) Bahasa yang umum
Setiap tim harus menguasai bahasa yang umum dan mudah
dimengerti.
d) Penjajaran
Anggota tim harus bersedia menyisihkan sikap individualismenya
dalam rangka mencapai rangka misi bersama.
e) Keterampilan menangani konfrontasi atau konflik
Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Oleh karna itu
dibutuhkan keterampilan dalam penerimaan perbedaan pendapat
dan menyampaikan ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain
tanpa harus menyakiti orang lain.
2) Faktor penghambat dalam kerjasama
Sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim. Orang-
orang dalam suatu kelompok tidak secara otomatis dapat bekerjasama.
Sering kali tim tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan,
penyebabnya adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi pribadi anggota tim
Sudah merupakan hal yang alamiah bila seseorang ingin
tahu apakah mereka cocok di suatu organisasi, termasuk di
dalam suatu tim. Orang mengkhawatirkan hal-hal seperti
kemungkinan menjadi outseder, pergaulan dengan anggota
lainnya, faktor pengaruh dan saling percaya antar tim .
b) Hubungan antar anggota tim

19
Agar setiap anggota dapat bekerjasama, mereka saling
mengenal dan berhubungan. Untuk itu dibutuhkan waktu
bagi anggota nya untuk saling bekerjasama.
c) Identitas tim didalam organisasi
Faktor ini terdiri dari dua aspek: (1) kesesuaian atau
kecocokan tim didalam organisasi dan (2) pengaruh
keanggotaan tim tertentu terhadap hubungan dengan
anggota.19
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, faktor yang dapat
mendukung terjalinnya kerjasama masing-masing pihak harus sadar mengakui
kemampuan masing masing, harus mengerti dan memahami akan masalah yang
dihadapi, pentingnya berkomunikasi, dan adanya keterbukaan dan kepercayaan.
Sedangkan hal yang mengganggu kerjasama yaitu adanya pihak yang bersikap
menyerah dan tidak bertanggungjawab, menutup diri dan tidak bersedia
memberikan sebagian dari kemampuannya untuk membantu pihak lain.
d. Tujuan dan Manfaat Kerjasama
Hafsah mengatakan bahwa pada dasarnya maksud dan tujuan dari
kerjasama adalah win-win solution. Maksudnya adalah bahwa dalam kerjasama
harus menimbulkan kesadaran dan saling menguntungkan kedua pihak. Tentu
saja, saling menguntungkan bukan berarti bahwa kedua pihak yang bekerjasama
tersebut harus memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama serta memperoleh
keuntungan yang sama besar. Akan tetapi, kedua pihak member kontribusi atau
peran yang sesuai dengan kekuatan dan potensi masing-masing pihak, sehingga
keuntungan atau kerugian yang dicapai atau diderita kedua pihak bersifat
proporsional, artinya sesuai dengan peran dan kekuatan masing-masing.20
Kusnadi mengatakan bahwa berdasarkan penelitian kerjasama
mempunyai beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:21
1) Kerjasama mendorong persaingan didalam pencapaian tujuan dan
peningkatan produktivitas.

19
Fandi Tjipto,”Total Qualiti Management”,Yogyakarta: Andi Offset, 1994, h.
167.
20
Henrayana, “Kerjasama” . Tanggerang: Sekolah Tinggi Akuntasi Negara, 2011, h. 3.
21
Ibid, h.5.

20
2) Kerjasama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja
lebih produktif, efektif, dan efisien.
3) Kerjasama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya
operasionalisasi akan menjadi semakin rendah yang menyebabkan
kemampuan bersaing meningkat.
4) Kerjasama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis
antarpihak terkait serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.
5) Kerjasama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan
semangat kelompok.
6) Kerjasama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang
terjadi di lingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga
dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik.
Terdapat sejumlah tujuan dan manfaat dari kerjasama dan sistem
informasi pendidikan sebagaimana tersebut di atas, yaitu:
a) Dapat menjaring peserta didik yang lebih luas untuk memasuki
lembaga pendidikan dan program-program yang ditawarkan.
b) Dapat melakukan penghemat waktu, tenaga dan biaya dalam
pemberian informasi dan penyelenggaraan pendidikan.
c) Dapat digunakan untuk membantu citra positif lembaga, sehingga
lebih dikenal dan dipercaya oleh masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan jika setiap anggota tim saling
memahami pentingnya sebuah kerjasama, maka hubungan kerja antar bagian atau
unit kerja akan berjalan dengan baik dan lancar, sehingga program-program yang
sudah direncanakan mudah dicapai.

2. Bimbingan dan Konseling


a. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari
kata“guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide”, yang mempunyai arti
“menunjukkan”, “membimbing”, “menuntun”, ataupun “membantu”. Sesuai

21
dengan istilahnya, maka secara umum, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu
bantuan atau tuntunan.22
Winkel mendefinisikan bimbingan: pertama, usaha melengkapi individu
dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri. Kedua,
cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan
mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk
perkembangan pribadinya. Ketiga, sejenis pelayanan kepada individu-individu
agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan
menyusun rencana yang realistis sehingga mereka dapat menyesuaikan diri
dengan memuaskan diri dalam lingkungan tempat mereka hidup. Keempat, proses
pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri
sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan,
memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan
tuntutan lingkungan.23
Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan,
dan merencanakan masa depan”. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.24
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus
dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai
tingkat perkembangan, yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.25
Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125:

22
Jamal Makmura Asmani, “Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah”,
Jakarta: Diva Press, 2010, h. 31.
23
Sutirna, “Bimbingan dan Konseling (Bagi Guru dan CalonGuru Mata Pelajaran)”,
Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2021. h. 24.
24
Prayitno, “Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah”,Jakarta: Rieneka Cipta, 2001, hal 5.
25
Dewa Ketut Sukardi, “Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling”,
Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hal 35.

22
َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗ ُن اِ َّن َرب‬
‫ك‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
ُ ‫اُ ْد‬
َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬
َ ‫هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu (Dialah) yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan- Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk (Q.S. An-Nahl ayat 125)”.26
Dari pengertian di atas dapat diketahui bimbingan adalah proses untuk
membantu individu memahami dirinya dan dunia disekelilingnya supaya dapat
menggunakan kemampuan dan bakat yang ada dengan optimal. Karena bimbingan
dapat dirumuskan sebagai: 1) bimbingan merupakan bagian dari keseluruhan
usaha pendidikan, 2) bimbingan menyediakan berbagai kesempatan, 3) bimbingan
dilakukan oleh orang yang ahli, 4) bimbingan meningkatkan kemampuan secara
optimal, 5) bimbingan sesuai dengan ide-ide demokratisasi bahwa masing- masing
anak memiliki bakat, kemampuan, dan minat yang berbeda antara yang satu
dengan yang lain.
Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
bimbingan pada prinsipnya merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal
memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri
dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan
konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pengertian konseling secara etimologi, berasal dari bahasa latin, yaitu
consilium (dengan atau bersama), yang dirangkai dengan menerima atau
memahami. Dalam bahasa Anglo Saxon, istilah konseling berasal dari sellan, yang
berarti menyerahkan atau menyampaikan.27
Prayitno mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses untuk
membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan

26
Departemen Agama RI, “Al-qur’an dan terjemahannya”, Bandung: Diponegoro, 2008.
27
Farid Mashudi, “Psikologi Konseling”, Yogyakarta: Ircisod, 2012, hal 16.

23
untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya,
proses tersebut dapat berjalan setiap waktu.28
Robinson mengatakan bahwa konseling adalah semua bentuk hubungan
antara dua orang, dimana seorang yaitu klien dibantu untuk lebih mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya.29
Menurut Shertzer dan Stone, konseling adalah upaya membantu individu
melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dengan konseli agar
konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan
dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli
merasa bahagia dan efektif perilakunya.30
Dengan demikian konseling merupakan proses interaksi antara konselor
dan klien, tujuannya adalah meningkatkan dan mengembangkan atau memperjelas
tujuan nilai dan prilaku klien dimasa mendatang.
Dalam bahasa arab kata konseling berarti al-irsyad atau al-istisyarah kata
bimbingan disebut al-taujih, kemudian menjadi guidance and conseling. Secara
etimelogi kata irsyad yaitu, al-huda, ad-dalalah, yang berarti talaba minh al-
masyarah’an-nasihah yang artinya meminta nasehat, konsultasi”.31
Hal ini sesuai Firman Allah dalam Al-Quran surat Luqman ayat 13:

َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهّٰلل ِ ۗاِ َّن ال ِّشر‬


‫ك لَظُ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬ َّ َ‫َواِ ْذ قَا َل لُ ْقمٰ ُن اِل ْبنِ ٖه َوهُ َو يَ ِعظُهٗ ٰيبُن‬

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu


ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar (Q.S. Luqman 13)”.32

28
Prayitno dkk, ”Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling”, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h.
100.
29
Surya, “Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan”. Jakarta : Universitas Terbuka, 1986,
h.25.
30
Namora Lumongga, “MemahamiDasar-dasar Konseling DalamTeori dan Praktik”,
Jakarta: Kencana, 2011, h.65
31
Saiful Akhyar, “Konseling Islam dan Kesehatan Mental”, Medan: Citapustaka Media
Perintis, 2011, h. 57.
32
Departemen Agama RI, “Al-qur’an dan terjemahannya”, Bandung: Diponegoro, 2008.

24
Ayat di atas menjelaskan bagaimana Luqman memberi bimbingan dan
pembelajaran pada anaknya agar tidak mempersekutukan Allah, berarti ia harus
tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah, pengesaan kepada Allah syarat utama
dalam menjalin hubungan antara hamba dengan pencipta-Nya. Tauhid
dimaksudkan sebagai penyerahan total segala urusan, masalah pada Allah
sehingga tidak terjadi kesenjangan antara keinginan dan kehendak Allah SWT.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian dari
konseling adalah proses hubungan tatap muka yang dilakukan oleh seorang
konselor dengan klien yang bersifat rahasia guna untuk mengatasi permasalahan
yang dialami oleh seorang klien atau konseli.
Dengan demikian, bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor kepada anak didik agar dapat
memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertindak dengan baik
sesuai dengan perkembangan jiwanya.33
Bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang diberikan oleh
konselor (orang yang ahli) kepada konseli (orang yang meminta bantuan), melalui
wawancara konseling secara sistematis yang bermuara pada terentaskannya
permasalahan yang dihadapi konseli.
Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari kata guidance dan
counseling dalam bahasa Inggris. Arti dari kedua istilah itu baru dapat ditangkap
dengan tepat bila ditinjau dengan apa yang dimaksudkan dengan kedua kata asli
dalam bahasa Inggris. Kalau istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi arti
yang selaras sehingga muncul dua pengertian yang agak mendasar yaitu:
a) Memberikan informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat
digunakan untuk mengambil suatu keputusan atau memberikan sesuatu
sambil memberikan nasehat.
b) Mengarahkan menuntun kesuatu tujuan.Tujuan itu mungkin perlu
diketahui oleh kedua belah pihak.
Dari Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan
konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling face to face (tatap muka) oleh seorang ahli yang disebut konselor
33
Ahmad Muhaimin Azzet, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah”, Yogyakarta: Arruz
Media, 2011, h. 11.

25
kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang disebut konseli dan
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga
individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa
depan yang lebih baik.
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Sejalan dengan perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling, maka
tujuan bimbingan dan konseling pun mengalami perubahan, dari yang sederhana
sampai ke yang lebih komprehensif. Perkembangan itu dari waktu kewaktu dapat
dilihat.
1) Tujuan Umum
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta
didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai
makhluk Tuhan, sosial dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan
konseling adalah membantu individu dalam mencapai: Kebahagiaan
hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, kehidupan yang produktif dan
efektif dalam masyarakat, hidup bersama dengan individu-individu
lain, harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang
dimiliki.34
Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah
sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 2003
(UU No.20/2003),35 yaitu terwujudnya manusia indonesia seutuhnya
yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta rasa tanggungjawab ke masyarakat dan kebangsaan.
Prayitno dalam bukunya menyatakan bahwa tujuan bimbingan
konseling adalah:

34
Wardati dan Mohammad Jauhar,”Implementasi Bimbingan dan Konseling di
Sekolah”,Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011, h. 28.
35
Rafael, “Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus(Sebuah PerspektifBimbingan dan
Konseling)”, Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2020, h. 5.

26
a) Untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan,
penyesuaian-penyesuaian dan interprestasi-interprestasi
dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu.
b) Selanjutnya (Brandshow) tujuan bimbingan konseling
adalah untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan.
c) Selain itu (Tiedeman) tujuan bimbingan konseling untuk
membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak
hanya sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna
saja.36
Dari pengertian di atas rumusan tentang tujuan bimbingan
konseling yaitu bertujuan agar klien: 1) mengikuti kemauan-kemauan
atau saran-saran konselor, 2) mengadakan perubahan tingkah laku
secara positif, 3) melakukan pemecahan masalah, 4) melakukan
pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran, dan
pengembangan pribadi, 5) meningkatkan penerimaan diri, 6)
memberikan pengukuhan.
Dengan rumusan tersebut maka tujuan umum bimbingan dan
konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri
secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi
yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya),
berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga,
pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan
positif lingkungannya. Dalam hal ini bimbingan konseling membantu
individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang
memiliki berbagai wawasan, pandangan, interprestasi, pilihan,
penyesuaian, dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri
sendiri dan lingkungannya.
2) Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pelayanan konseling adalah untuk
membantu individu agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal, sehingga memungkinkan individu mengenal dan menerima

36
Ibid., hal 112.

27
lingkungan secara objektif dan dinamis, mengambil keputusan oleh
dan untuk diri, mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang
diambil, dapat mewujudkan diri secara efektif dan produktif sesuai
dengan peranan yang diinginkannya dimasa depan.
Secara khusus pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan
untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan
perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial, belajar, dan karier. Di
bawah ini akan lebih diuraikan mengenai tujuan khusus dari bimbingan
konseling dilihat dari beberapaaspek:
a) Dalam aspek perkembangan pribadi-sosial, layanan
bimbingan dan konseling membantu siswa agar:
1) Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan
penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada
dirinya.
2) Dapat mengembangkan sikap positif.
3) Membuat pilihan secara sehat.
4) Mampu menghargai orang lain.
5) Memiliki rasa tanggung jawab.
6) Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi.
7) Dapat menyelesaikan konflik.
8) Dapat membuat keputusan secara efektif
b) Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan
bimbingan dan konseling membantu siswa agar:
1) Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar
secara efektif.
2) Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.
3) Mampu belajar secara efektif.
4) Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam
menghadapi evaluasi/ ujian.
c) Dalam aspek tugas perkembangan karier, layanan
bimbingan dan konseling membantu siswa agar:
1) Mampu membentuk identitas karier, dengan cara

28
mengenali ciri-ciri pekerjaan didalam lingkungan kerja.
2) Mampu merencanakan masa depan.
3) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu
kecenderungan arah karir.
4) Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan
bimbingan konseling itu tidak terlepas dari membantu klien agar
mandiri, terlepas dari permasalahan yang dialaminya, memberikan
wawasan, pandangan, pemahaman, keterampilan dan alternatif dan
menjadikan klien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya.
c. Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan
yang diberikan kepada siswa secara terus-menerus agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri, sehinga siswa sanggup, mengarahkan dirinya sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.37
Jenis-jenis layanan yang dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah, secara umum meliputi:
1) Layanan Orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik memahami lingkungan (seperti
lingkungan sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di
lingkungan yang baru itu, seperti:
a) Mengenal lingkungan sekolah dan fasilitas yang dimiliki oleh
sekolah seperti jumlah gedung, perpustakaan, mesjid, kamar kecil,
lapangan olahraga dan lain sebagainya.
b) Hak dan kewajiban peserta didik yang harus dipatuhi di sekolah
seperti hak mendapatkan pembelajaran dan kewajiban membayar
pembayaran sekolah.

37
Ibid., hal 253.

29
c) Organisasi peserta didik (OSIS) ataupun organisasi yang lain yang
terdapat di sekolah.
d) Kurikulum yang diterapkan di sekolah, apakah menggunakan
kurikulum KTSP ataupun kurikulum 2013 serta bentuk
pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.
e) Layanan bimbingan konseling yang ada di sekolah, seperti
pengenalan tentang guru pembimbing, konselor, ruangan
bimbingan konseling, struktur layanan bimbingan konseling dan
berbagai layanan bimbingan konseling yaitu yang dapat didapatkan
oleh setiap peserta didik.
2) Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi
diri, sosial, belajar, karir/ jabatan, dan pendidikan lanjutan secara
terarah, objektif dan bijak.
3) Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan
dan penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta
kondisi pibadinya, seperti:
a) Penempatan kelas peserta didik.
b) Penempatan kelompok belajar peserta didik. Dalam pembelajaran
kemungkinan peserta didik akan ditempatkan pada kelompok yang
heterogen ataupun homogeny yang dapat membantu peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan belajarnya.
c) Penempatan organisasi peserta didik. penempatan ini bertujuan
agar organisasi yang dimasuki oleh seorang peserta didik sesuai
dengan bakat dan minat yang dimiliki.
d) Penempatan kegiatan ekstrakurikuler.
4) Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama

30
komponen dan atau kebiasaan dalam melakukan, berbuat atau
mengerjakan sesuatu yang berguna dalam kehidupan di
sekolah/madrasah, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan tuntutan
kemajuan dan berkarakter cerdas yang terpuji, sesuai dengan potensi
dan peminatan dirinya.
5) Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung
tatap muka (secara perorangan) dengan guru dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahan dan pengentasan pribadi
yang dideritanya, seperti:
a) Pemahaman peserta didik terhadap sikap yang baik dan buruk yang
terdapat dalam dirinya, kebiasaan yang baik dan buruk, bakat yang
dimiliki peserta didik, serta pemahaman tentang kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki.
b) Mengatasi kelemahan diri peserta didik dan pengembangan
kekuatan diri. seperti kelemahan sering terlambat kesekolah karena
terlambat bangun tidur, hal tersebut dapat diatasi dengan kekuatan
ataupun kelebihan yang dimiliki seperti motivasi yang tinggi dalam
belajar.
c) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam
lingkup formal seperti pada saat tampil didepan kelas, nonformal
seperti pada saat dalam kegiatan kemasyarakatan dan infromasi
seperti pada saat menyampaikan keinginan dengan menggunakan
bahasa yang baik dan sopan kepada orangtua.
d) Pengembangan sikap kebiasaan belajar yang baik, seperti selalu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan mempelajari
kembali materi yang diajarkan oleh guru di rumah.
e) Pengambilan keputusan sesuai kondisi pribadi, sosial dan keluarga
merupakan hal yang penting karena dalam bimbingan konseling
setiap peserta didik dituntut untuk mengambil keputusan sendiri.
keputusan dari setiap persoalan tersebut dengan melakukan

31
pertimbangan kesesuaian dengan kondisi pribadi peserta didik atau
kondisi keluarga peserta didik.
6) Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber
tertentu (terutama dari guru) dan/atau membahas secara bersama-sama
pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang
pemahaman dan kehidupan sehari-hari dan/atau untuk perkembangan
dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk
pertimbangan dalam pengambil-keputusan dan/atau tindakan tertentu:
a) Pengenalan sikap, bakat dan minat serta penyalurannya, hal ini
sangat penting agar setiap individu memahami bakat dan minat
yang dimiliki serta wadah penyaluran dari bakat dan minat yang
dimiliki, dan yang paling penting adalah pengenalan berbagai sikap
yang dapat menunjang kehidupan peserta didik mengarah kepada
kehidupan yang lebih baik.
b) Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya, setiap peserta
didik bukan hanya memiliki kelebihan namun juga kekurangan,
namun terkadang peserta didik kurang memahami kelemahan yang
dimiliki sehingga diperlukan pengenalan kelemahan peserta didik
dan berbagai cara dalam penanggulangan kelemahan tersebut.
c) Pengenalan kekuatan diri dan pengembangannya, selain kelemahan
pemahaman akan kekuatan yang dimiliki oleh setiap peserta didik
juga sangat penting, agar peserta didik dapat mengoptimalkan
ataupun mengembangkan kekuatan yang dimiliki dengan dibantu
oleh pembimbing.
d) Pengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan berbagai
tingkatan usia, jenis kelamin ataupun stara sosial, yang menuntut
cara yang berbeda.
e) Pengembangan kebiasaan belajar dengan membuat jadwal belajar
setiap hari.

32
f) Pengembangan penguasaan IPTEK, karena peserta didik berada
pada masyarakat modern yang hampir seluruh kehidupan manusia
diwarnai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
diperlukan pengembangan IPTEK bagi peserta didik.
g) Orientasi perguruan tinggi sesuai dengan karier yang dikehendaki.
Hal tersebut dilakukan agar peserta didik peserta didik tidak salah
memilih perguruan tinggi ataupun jurusan yang tidak relevan
dengan pilihan karier yang diinginkan oleh peserta didik.
h) Perencanaan masa depan, dengan memberikan pemahaman kepada
peserta didik tentang kehidupan yang selalu berjalan sehingga
setiap peserta didik harus bisa mempersiapkan diri dengan
melakukan perencanaan hidup dimasa depan.
7) Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan secara
kolektif (secara kelompok) dengan guru dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan kelompok yang dideritanya, seperti:
a) Melatih anggota kelompok berbicara didepan orang banyak, karena
biasanya banyak peserta didik yang malu, ragu-ragu ataupun
enggan untuk berbicara didepan umum.
b) Melatih anggota kelompok bertenggang rasa dengan teman sebaya,
karena dalam kehidupan setiap manusia harus saling menghargai
dan saling menghormati perasaan orang lain, terutama dalam suatu
kelompok.
c) Mengembangkan bakat masing-masing anggota kelompok, karena
dalam suatu kelompok peserta didik terdiri dari berbagai individu
yang masing-masing memiliki bakat yang berbeda antara satu
dengan yang lain sehingga pengembangan bakat dalam kelompok
disesuaikan dengan bakat setiap individu dalam kelompok tersebut.
d) Mengatasi permasalahan kelompok, karena permasalahan yang
dihadapi oleh setiap peserta didik bukan hanya masalah individual,
namun bisa juga masalah kelompok, sehingga setiap peserta didik

33
diharapkan mampu mengatasi setiap permasalahan yang
dihadapinya di dalam kelompoknya. 38
8) Layanan Konsultasi
Layanan konsultasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dan/atau pihak lain dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara atau perlakuan yang perlu
dilaksanakan kepada pihak ketiga sesuai dengan tuntutan karakter-
cerdas yang terpuji.
9) Layanan Mediasi
Layanan Mediasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dan
memperbaiki hubungan dengan pihak lain sesuai dengan tuntutan
karakter-cerdas yang terpuji.
10) Layanan Advokasi
Layanan advokasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya
yang tidak diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang salah
sesuai dengan tuntutan karakter- cerdas yang terpuji.39

d. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Selama Masa Pandemi


Covid-19
Pandemi Covid-19 berdampak besar pada berbagai sektor, salah satunya
pendidikan. Dunia pendidikan juga ikut merasakan dampaknya. Pendidik harus
memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun peserta didik
berada di rumah. Solusinya, pendidik dituntut mendesain media pembelajaran
sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).
Pelaksanaan bimbingan dan konseling memegang peranan penting dalam
menunjang kependidikan di sekolah. Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan

38
Myrna Apriany,”Konseling di SD (Mendampingi Siswa Meraih Mimpi”), Yogyakarta:
Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA, 2020, h. 53-60.
39
Prayitno,”Pembelajaran Melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan”, Padang:
Universitas Negeri Padang, 2014, h. 149-150.

34
konseling di sekolah tidak hanya bergantung pada kemampuan konselor atau guru
bimbingan konseling saja, melainkan juga tergantung pada kerjasama yang baik
dari semua pihak terkait seperti kepala sekolah dan guru kelas. Bagi guru
bimbingan dan konseling sudah menjadi tanggungjawabnya untuk memberikan
layanan kepada setiap siswanya tanpa terkecuali, namun pada saat sekarang ini
kita dihadapkan dengan masalah pandemi Covid-19, selama pandemi Covid-19
tentunya banyak hambatan bagi semua instansi, baik itu sekolah dalam
memberikan pelajaran bagi siswanya, cara guru dalam memberikan pembelajaran
dengan cara pembelajaran online atau daring. 40
Semua tenaga pendidik dan peserta didik wajib belajar melalui beberapa
model pembelajaran daring, tentunya banyak pilihan aplikasi yang bisa di
gunakan sebagai penunjang pemberian layanan bimbingan dan konseling daring.
Guru bimbingan konseling berlomba-lomba berinovasi dan belajar hal-hal baru,
berusaha mampu mengaplikasikan pembelajaran daring, sebab siapa yang
menguasai kecanggihan teknologi informasi maka ia akan siap dan mampu
bersaing dalam masa pandemi Covid-19 saat ini.
Selanjutnya dengan perkembangan masa pandemi Covid-19 saat ini
masalah muncul dan tantangan lebih berat bagi peserta didik maupun guru
bimbingan konseling. Bimbingan dan konseling itu sendiri adalah suatu proses
pemberian bantuan pada peseta didik terlebih pada peserta didik yang tidak
melaksanakan pembelajaran tatap muka. Sehingga dapat di laksanakan melalui
berbagai metode layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan
konseling saat ini semakin berkembang. Tidak hanya dilakukan melalui tatap
muka, namun juga dapat memanfaatkan media Handphone (Android) atau
teknologi informasi lain yang dimiliki. Seperti aplikasi whatsaap, google
classroom, zoom, google, dsb. Hal tersebut bertujuan untuk menjadikan layanan
bimbingan dan konseling lebih dekat, komunikatif, interaktif, dan inovatif
terutama dalam pembelajaran daring dengan peserta didik saat pandemi Covid-
19.Namun, tetap mengedepankan dan memperhatikan asas-asas dalam kode etik
bimbingan dan konseling.41

40
Irmayanti, “Hasil Evaluasi Bimbingan Belajar dan Bimbingan Belajar di Masa
Pandemi Covid 19”, Sapaya: Universitas Megarezky, 2020, h. 9-11.

35
Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui personal computer (PC) atau
laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Pendidik dapat
melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di
media sosial seperti Whatsapp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom, ataupun
media lainnya sebagai media pembelajaran.
Masa pandemi Covid-19 ini bisa dikatakan sebagai peluang dalam dunia
pendidikan, baik pemanfaatan teknologi seiring dengan industry 4.0 maupun
orangtua sebagai mentor. Harapannya, pasca-pandemi Covid-19 kita menjadi
terbiasa dengan sistem saat ini sebagai budaya pembelajaran dalam
pendidikan.Guru bimbingandan konseling dalam memberikan layanan kepada
siswa binaannya dengan menggunakan inovasi baru sesuai dengan era revolusi
industry 4.0 dan tidak mengesampingkan protokol kesehatan.
1) Menggunakan media Whatsaap. Media ini dipergunakan dalam
memberikan layanan bimbingan kelompok kepada peserta didik atau
konseli dengan mudah tanpa dibatasi ruang dan waktu. Begitu juga
buat para orangtua siswa yang sibuk bekerja bisa mendapatkan layanan
ini dan bisa dijangkau dimanapun mereka berada.
2) Media website bimbingan. ini salah satu media yang dapat
menampilkan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan
informasi teks, gambar diam atau bergerak, animasi maupun suara
yang bisa diakses oleh siapapun termasuk siswa.
3) Media cybercounseling. Guru bimbingan dan konseling dapat
memberikan layanan lewat dunia maya menggunakan dan
memanfaatkan video call di jejaring sosial. Dengan model konseling
ini, konselor dan konseli tetap dapat bertatap muka dan berkomunikasi
lisan sebagai inti dari konseling. Konseling melalui cyber ini konselor
juga dapat menunjukkan empati dan perhatian penuh pada konseli,
melihat gerak-gerik konseli dan saling berkomunikasi secara verbal.
4) Media Electronic-counseling. E-konseling melalui media internet
secara umum merujukpada profesi yang berkaitan dengan layanan
kesehatan mental melalui teknologi komunikasi internet.Yang perlu
41
Putri, “Layanan Bimbingan dan Konseling Daring Selama Masa Pandemi Covid-
19”.Jurnal Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, 2020, h. 16.

36
dipersiapkan dalam electronic counseling yang mendasar adalah
konselor dan konseli harus memiliki paket internet yang memadai.
Bimbingan dan konseling daring atau lewat dunia maya merupakan bukan
hal baru, jika sebelumnya konseling daring menggunakan Email atau lewat
inboxFacebook. Dalam pandemi Covid-19 saat ini perkembangan mode daring
sangat pesat, konseling lebih mudah dengan whatsapp, semakin canggih, dan
mudah dalam pengoperasiannya sehingga menuntut guru bimbingan dan
konseling agar lebih aktif dan proaktif dalam mengikutinya. Sehingga tidak
tertinggal dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan era
pandemi Covid-19 saat ini. Salah satu tindakan pengembangan dan inovasi yang
dapat di lakukan oleh konselor yaitu melalui pemberian layanan konseling melalui
Aplikasi Video Call Whatsapp. Konseling dengan metode ini sangat efektif
terutama pada saat era pandemi Covid-19 ini dan bagi guru bimbingan konseling
yang tidak memiliki jam tatap muka dalam struktur kurikulum sekolah yang tidak
terjadwal pada setiap minggunya.
Konseling yang dilakukan melalui Video Call Whatsapp tidak sulit/rumit
dilakukan. Hal tersebut di karenakan hampir semua guru bimbingan dan konseling
dan peserta didik memiliki HP Android, telah terbiasa dalam mengaplikasikan
teknologi informasi Whatsapp (WA), hampir semua sekolah telah memiliki akses
wifi. Guru bimbingan dan konseling hanya tinggal mengomunikasikan program
BK yang telah di konsep melalui kegiatan layanan konseling daring kepada pihak
terkait di sekolah, dalam hal ini ranah wakasek kurikulum agar dapat terlaksana
dengan lancar. Hal ini sangatlah penting karena merupakan salah satu kewajiban
sekolah dalam memfasilitasi program yang dimaksud dukungan sistem.
Sinema konseling merupakan bentuk konseling kreatif, yang mana seorang
konselor mampu menampilkan film pendek atau video sebagai metode konseling.
Bahkan saat ini Youtube merupakan salah satu sarana pembelajaran daring.
Konselor bisa membuat konten Youtube sendiri maupun dari link Youtube yang
tersedia dalam menyusun materi pembelajaran. Sinema konseling merupakan
sebuah metode layanan konseling kepada peserta didik yang menggunakan film
atau video pendek yang dapat dilakukan secara individu ataupun berkelompok
serta memiliki tujuan tertentu yang menghasilkan efek positif. Hal tersebut di

37
karenakan pada masa pandemi Covid-19 saat ini, peserta didik lebih mudah dalam
melihat konten Youtube yang telah disediakan konselor/guru bimbingan konseling
yang berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, serta karier.
Etika dalam layanan bimbingan dan konseling daring tidak jauh berbeda
dengan layanan bimbingan dan konseling non-daring atau tatap muka. Perbedaan
terletak pada adanya alat bantu lain dalam pelaksanaan layanan, sehingga layanan
yang dilaksanakan tidak terjadi secara langsung. Secara umum, etika dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling daring mencakup: a) pembahasan
mengenai informasi mengenai kelebihan dan kekurangan dalam layanan
bimbingan dan konseling daring, 2) penggunaan bantuan teknologi dalam layanan
bimbingan konseling daring, 3) ketetapan bentuk layanan bimbingan konseling
daring, 4) akses terhadap aplikasi komputer untuk layanan bimbingan konseling
daring, 5) aspek hukum dan aturan dalam penggunaan teknologi dalam konseling,
6) hal-hal teknis yang menyangkut teknologi dalam bisnis dan hukum jika
seandainya layanan diberikan antar wilayah atau Negara, 7) berbagai persetujuan
yang harus dipenuhi oleh konseli terkait dengan teknologi yang digunakan, dan 8)
mengenai penggunaan situs dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling
daring.

Wibowo menyebutkan proses layanan bimbingan dan konseling daring


sebagai berikut:
a) Tahap persiapan
Mencakup teknis perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software) yang akan digunakan dalam proses layanan bimbingan dan
konseling daring. Tahap persiapan juga termasuk persiapan konselor
dalam hal keterampilan, kelayakan akademik, penilaian secara etik dan
hukum serta tata kelola.
b) Proses layanan bimbingan dan konseling
Proses layanan bimbingan dan konseling tidak berbeda dengan layanan
secara tatap muka. Terdiri dari pengantaran, penjajagan, penafsiran,

38
pembinaan, dan penilaian. Perbedaan yang terjadi adalah saat tahap
pelaksanaan, konselor dan konseli harus mampu menjalin hubungan
dengan bantuan perangkat lain, sehingga proses layanan bimbingan
dan konseling yang terjadi lebih fleksibel. Pemilihan teknik atau
pendekatan yang akan digunakan disesuaikan dengan permasalahan
yang dihadapi konseli.
c) Pasca layanan bimbingan dan konseling
Tahap terakhir adalah tindak lanjut dari proses layanan bimbingan dan
konseling daring yang telah dilaksanakan. Terdapat tiga kemungkinan
yang dapat terjadi yaitu, (1) layanan bimbingan konseling daring akan
sukses, ditandai dengan kondisi konseli yang memenuhi effective daily
living, (2) layanan bimbingan konseling akan dilanjutkan pada proses
layanan daring berikutnya, atau (3) konseli akan direferal pada
konselor atau ahli lain.
Layanan pendidikan daring bertujuan untuk memandirikan peserta didik
dapat tercapai serta dapat membantu mengentaskan permasalahan pembelajaran
siswa dengan layanan bimbingan konseling daring.
Berdasarkan uraian di atas, layanan informasi bimbingan konseling
berbasis daring merupakan bagian dari sistem sekolah yang mampu membantu
siswa dalam mengatasi persoalan yang dihadapi saat proses belajar-mengajar agar
mencapai perkembangan pesrta didik yang maksimal. Dalam hal ini, segala usaha
dapat dilakukan guna menjalin hubungan kedekatan emosi antara guru bimbingan
konseling dengan peserta didik. Usaha ini pun dilakukan guna mengaplikasikan
program layanan bimbingan dan konseling yang telah terkonsep sebagai empat
komponen layanan bidang bimbingan dan konseling. Empat komponen layanan
bidang tersebut yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier.
1) Tujuan dari bimbingan pribadi adalah agar konseli/peserta didik bisa
membuat dan memonitor konsep diri yang menyenangkan, mampu
memahami kelemahan dan kelebihan yang dimiliki serta bisa
menerima kondisi yang terjadi saat ini. Pada masa pandemi Covid-19
ini, melalui bimbingan pribadi, diharapkan siswa mampu:

39
a) Mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan lingkungan
sekitar, selalu menjaga diri, mengutamakan kesehatan, dan
mampu dengan gaya hidup sehat.
b) Mampu menganalisis potensi diri, kekuatan dan kelemahan
pada dirinya.
c) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
d) Mengambil keputusan yang mereflesikan perencanaan dirinya.
e) Memahami dan berani mengambil keputusan untuk dirinya.
2) Layanan bidang bimbingan sosial merupakan suatu layanan yang
membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta
mengembangkan kemampuan interaksi sosial yang sehat dan efektif
dengan teman sebaya, anggota keluarga, serta masyarakat sekitar
terutama dalam masa pandemi Covid-19. Dimasa Covid-19 saat ini
melalui bimbingan sosial, diharapkan peserta didik dapat:
a) Memahami batasan/jaga jarak ketika berkomunikasi dengan
orang lain.
b) Selalu menjaga hubungan harmonis dengan keluarga, teman
serta masyarakat sekitar.
c) Mampu menjaga interaksi dengan masyarakat sekitar dengan
petunjuk protokol kesehatan.
3) Bimbingan pengembangan kemampuan belajar adalah bidang
pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan
belajarsecara optimal dalam masa pandemi Covid-19 dalam hal ini
pembelajaran mandiri maupun daring. Di masa pandemi Covid-19 saat
ini melalui bimbingan belajar, diharapkan peserta didik dapat:
a) Menerapkan belajar mandiri efektif.
b) Mampu beradaptasi dengan pembelajaran daring.
c) Mampu mengoptimalkan waktu kesehariannya dengan belajar.
4) Bimbingan karir adalah bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan
mengambil keputusan karier, dalam hal ini termasuk perencanaan studi

40
lanjut. Di masa pandemi Covid-19 saat ini melalui bimbingan karier,
diharapkan peserta didik dapat:
a) Membuat peta konsep perencanaan studi lanjut/rencana karir
setelah lulus sekolah.
b) Mampu melihat peluang usaha/kerja dalam situasi sulit
pandemi Covid-19.
c) Mampu berwirausaha dalam dan setelah masa pandemi Covid-
19.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru bimbingan
dan konseling dituntut untuk berpikir dinamis dan obyektif dengan konten yang
menarik serta mudah dipahami peserta didik, yakni memberikan kemudahan siswa
mendapatkan layanan bimbingan konseling melalui daring.

B. Penelitian Yang Relevan


Sebelum diuraikan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian
yang akan dilaksanakan yaitu Kerjasama Kepala Sekolah, Guru BK, dan Guru
Kelas Dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling Selama Masa Pandemi
Covid-19, terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai beberapa penelitian
terdahulu. Ada beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini,
yaitu:
1. Penelitian Wilda Gusrita (2014), “Kerjasama Guru BK dan Guru Mata
Pelajaran Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik di
SMA Negeri 1 Talamau Kabupaten Pasaman Barat”, yang berupa
jurnal. Hasil penelitian menunjukkan kerjasama guru BK dan guru
mata pelajaran dalam membimbing peserta didik untuk menggunakan
sarana dan prasarana yang ada secara efektif, mulai dari membimbing
peserta didik untuk menyiapkan kelas, berdoa, membaca ayat suci al-
qur’an, mengambil absen dan memulai pelajaran tanpa melibatkan
guru BK. Begitu juga dengan guru BK tidak pernah melibatkan guru
mata pelajaran dalam menyiapkan dan mengkondisikan kelas sebelum
proses pembelajaran dimulai. Kerjasama guru BK dan guru mata
pelajaran dalam mempersiapkan mental peserta didik untuk belajar

41
efektif juga belum dilakukan. Guru mata pelajaran memberikan
motivasi dan nasehat kepada peserta didik tanpa berkonsultasi terlebih
dahulu dengan guru BK. Begitu juga dalam memanfaatkan fasilitas
belajar kerjasama guru BK dan guru mata pelajaran kurang baik yaitu
guru mata pelajaran menyiapkan fasilitas belajar sebelum proses
pembelajaran dimulai, ada yang disiapkan di rumah ada yang di
sekolah. Apabila ada kendala langsung dikonsultasikan dengan wakil
sarana dan prasarana tanpa melibatkan guru BK, akan tetapi kerjasama
guru BK dan guru mata pelajaran dalam menangani peserta didik yang
mengalami masalah sudah dilakukan. Apabila peserta didik mengalami
permasalahan dalam belajar, guru mata pelajaran mengahlitangankan
kepada guru BK, begitu juga dalam menangani berbagai permasalahan
peserta didik guru BK melakukan kerjasama dengan guru mata
pelajaran agar permasalahan peserta didik terentaskan dengan baik.
2. Penelitian Emaliza Fitri (2018), “Kerjasama Kepala Sekolah dan Guru
Bimbingan Konseling Dalam Menciptakan Mutual Trust di SMAN 3
Kluet Utara”, yang berupa skripsi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bentuk kerjasama dan kepercayaan (Mutual Trust) antara kepala
sekolah dan guru bimbingan konseling adalah sangat baik. Hal ini
terlihat dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru
bimbingan konseling yang menyatakan bahwa mereka selalu
bekerjasama dalam perencanaan program maupun dalam pelaksanaan
program bimbingan konseling.Adapun langkah-langkah yang
dilakukan kepala sekolah dan guru bimbingan konseling dalam
kerjasama menciptakan kepercayaan di SMAN 3 Kluet Utara yaitu
dengan cara memberikan kepercayaan penuh kepada staf, guru maupun
siswa, menciptakan komunikasi yang baik dan nyaman diantara
sesama, saling menghargai, dan mementingkan prinsip transparan dan
akuntabilitas, bekerjasama dalam melaksanakan program dan
kepercayaan terbentuk melalui rangkaian perilaku antara orang yang
memberikan kepercayaan dan orang yang dipercayakan.

42
3. Penelitian Yunarsih (2017), “Kerjasama Guru Pendidikan Agama
Islam dan Guru Bimbingan Konseling Dalam Pengendalian Emosi
Belajar Siswa Kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Karya Ibu
Palembang”, yang berupa skripsi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kerjasama yang mempunyai beberapa bentuk yang selalu
dilakukan, seperti memberikan motivasi dan nasihat, memberikan nilai
pelanggaran tata tertib pada siswa yang melanggar aturan sekolah,
memberikan surat peringatan orangtua kepada siswa yang bermasalah
dan mendiskusikan masalah siswa secara bersama-sama.

C. Kerangka Teoritis
Kerjasama adalah suatu usaha antara perorangan atau kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam melaksanakan tugasnya guru BK tidak bisa
bekerja sendiri melainkan bekerjasama dengan kepala sekolah dan guru kelas.
Adapun bagan alur kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Kepala Sekolah

Guru BK Guru Kelas

1. Kepala Sekolah
Menurut Marsidin, Kepala sekolah adalah tokoh sentral dalam
peningkatan mutu pendidikan disekolah. Berhasil atau tidaknya sebuah
lembaga pendidikan khususnya pada satuan pendidikan dan sangat
dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki kepala sekolah tersebut.42
Peranan dan tanggungjawab kepala sekolah dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling disekolah, sebagai berikut:
a. Memberikan support administratif, memberikan dorongan
dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan dan
konseling.
42
Novitya, “Strategi Supervisi Oleh Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru”. UNP. h. 5.

43
b. Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya
maupun jumlahnya menurut keperluannya.
c. Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan
anggota-anggota stafnya.
d. Mendelegasikan tanggungjawab kepada “guidances
specialist” atau konselor dalam hal pengembangan program
bimbingan dan konseling.
e. Memperkenalkan peranan para konselor kepada guru-guru,
murid-murid, orangtua murid, dan masyarakat melalui rapat
guru, rapat sekolah, rapat orangtua murid atau dalam
buletin-buletin bimbingan dan konseling.
f. Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang
kooperatif dan saling membantu antara para konselor, guru
dan pihak lain yang berkepentingan dengan layanan
bimbingan dan konseling.
g. Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk
pelaksanaan bimbingan dan konseling.
h. Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan
yang dapat meningkatkan hubungan antar manusia untuk
menggalang proses bimbingan dan konseling yang efektif.
i. Memberikan dorongan dan semangat dalam hal
pengembangan dan penggunaan waktu belajar untuk
pengalaman-pengalaman bimbingan dan konseling, baik
klasikal, kelompok maupun individual.
j. Penanggungjawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan
memberdayakan para konselor dalam mengembangkan
tingkah laku siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin.
Adapun kerjasama atau usaha yang dapat dilakukan kepala
sekolah dan guru bimbingan dan konseling seperti yang diungkapkan
oleh Nawawi adalah:43
1) Bentuk usaha formal
43
Yusliadi, “Kerjasama Guru Bimbingan Konseling Dengan Kepala Sekolah dalam
Melaksanakan Konferensi Kasus di SMP N 6 Banda Aceh”, Banda Aceh: UINAR, 2017, h. 11.

44
Usaha formal adalah bentuk usaha yang sengaja, terencana,
terarah dan sistematis.Dalam hal ini, guru bimbingan
konseling dan guru kelas dapat melaksanakan kegiatan yang
sudah diatur secara resmi di sekolah.
2) Bentuk usaha informal
Usaha informal adalah usaha yang diselenggarakan secara
sengaja, akan tetapi tidak terencana dan tidak sistematis.
Bentuk usaha ini merupakan bentuk usaha untuk menjunjang
kegiatan formal yang telah ada sebelumnya.
2. Guru Bimbingan Konseling
Menurut prayitno, guru bimbingan dan konseling adalah
seorang pelaksana bimbingan dan konseling sekolah secara khusus
ditugasi untuk itu. Dengan demikian bimbingan dan konseling tidak
dilaksanakan oleh semua guru atau sembarangan guru.44
Tugas-tugas dari guru bimbingan dan konseling yaitu:
a. Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling
(terutama kepada siswa).
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling bersama
kordinator BK.
c. Merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling.
d. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap
siswa yang menjadi tanggung jawabnya (melaksanakan
layanan dasar, responsif, perencanaan individual, dan
dukungan sistem).
e. Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan
dan konseling.
f. Menganalisis hasil evaluasi.
g. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis
penilaian.
h. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling.

44
Prayitno,”Pelayanan Bimbingan dan Konseling SMU”. Jakarta: Dirjen Dikti Diknas,
1997. Hal 24.

45
i. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan kepada
koordinator guru pembimbing atau kepada kepala sekolah.
j. Menampilkan pribadi sebagai figure moral yang berakhlak
mulia (seperti taat beribadah , jujur, bertanggungjawab,
sabar, disiplin, respek terhadap pimpinan, kolega, dan
siswa).
k. Berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan sekolah yang
menunjang peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
3. Guru Kelas
Winkel menjelaskan guru kelas sebagai pembimbing untuk
satuan kelas dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup,
mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK), sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan peserta didik, dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa
seorang guru atau wali kelas harus menjadi orangtua kedua, dapat
memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya, serta
mentransformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap dan
membantu peserta didik dalam mengidentifikasi diri sendiri.45
Guru kelas dalam pelayanan bimbingan dan konseling
bertugas:
a. Membantu guru bimbingan konseling dalam melaksanakan
tugas-tugasnya untuk kelas yang dibawah tanggung
jawabnya.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi (mendorong)
untuk menerima pelayanan bimbingan dan konseling sesuai
kebutuhan.
c. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus seperti
konferensi kasus, referral.
d. Mengahlitangankan siswa yang membutuhkan bantuan
pelayanan khusus.

45
Heriyanto, “Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling Dengan Wali Kelas Dalam
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Pagai Utara Selatan Kabupaten
Mentawai”.STKIP.h 2.

46
Bentuk kerjasama guru bimbingan konseling bersama guru
kelas terkait kebutuhan dan aktivitas peserta didik dikelas yaitu:
1) Mengatasi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah,
dengan indikator.
a) Mengidentifikasi gejala-gejala salah asuh pada diri
peserta didik terutama dengan guru kelas.
b) Merancang atau menyusun program BK yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dan situasi sekolah.
c) Menghadapi peserta didik dan orangtua peserta didik.
d) Mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam
rangka penilaian bimbingan.
e) Membantu peserta didik yang memperoleh hasil
belajar rendah, dengan indikator.
f) Mengembangkan suasana kelas yang menyangkut
hubungan baik peserta didik.
g) Melaksanakan pengembangan diri peserta didik sesuai
dengan bakat dan minat.
h) Melakukan kunjungan rumah terhadap peserta didik
terutama dengan guru kelas.
i) Mengadakan kontrak dengan peserta didik terutama
dengan orang tua peserta didik.
Jadi berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepala sekolah, guru bimbingan konseling, dan guru kelas
harus melakukan kerjasama yang baik. Membangun pola kerjasama
yang baik antara kepala sekolah, guru bimbingan konseling dan guru
kelas sudah merupakan keharusan dan menjadi komitmen antara
kepala sekolah, guru bimbingan konseling dan guru kelas.

47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada studi ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat
diamati.46
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu
metode kualitatif lebih bisa dan mudah menyesuaikan apabila berhadapan dengan

46
Lexy J. moeleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006, h. 4.

48
kenyataan ganda, metode ini menyajikan hakekat hubungan antara peneliti dan
responden secara langsung dan metode ini lebih peka sehingga dapat
menyesuaikan diri dan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola
nilai yang dihadapi peneliti.47 Penelitian diarahkan untuk mendapatkan fakta-fakta
yang berhubungan dengan kerjasama kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas
dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19
di MTsN 2 Medan.
Penerapan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan kemungkinan data
yang diperoleh dilapangan berupa data dalam bentuk fakta yang perlu adanya
analisis secara mendalam. Maka pendekatan kualitatif akan lebih mendorong pada
pencapaian data yang bersifat lebih mendalam terutama dengan keterlibatan
peneliti sendiri dilapangan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen
utama dalam mengumpulkan data yang dapat berhubungan langsung dengan
instrument atau subjek penelitian.48

B. Waktu dan Tempat


1. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga)
bulan terhitung dari bulan April-Juli, 2 bulan pengumpulan data dan 1 bulan
pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah MTs Negeri 2 Medan di jalan
Peratun No.3 Sidorejo Hilir Kecamatan Medan Tembung.

C. Subjek Penelitian

47
Ahmad Tanzeh dan Suyitno,”Dasar-Dasar Penelitian”, Surabaya: Elkaf, 2006, h. 116.
48
Sugiyono, “Memahami Penelitian”, Bandung: CV Alfabeta, 2005, h. 2.

49
Yang dimaksud subjek penelitian, adalah orang, tempat, atau benda yang
diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran. Adapun subjek dalam
penelitian ini berjumlah 5 orang, 1 Kepala Sekolah, 3 Guru BK, dan 1 Guru Kelas
di Sekolah MTsN 2 Medan.

D. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus
sebagai pengumpul data. Prosedur yang di pakai dalam pengumpulan data yaitu :
1. Observasi
Menurut Subagyo, observasi adalah pengamatan yang
dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan
gejala-gejala psikologis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Melalui
tahap observasi ini penulis ingin menggali data mengenai kerjasama
kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19.49
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang mewawancarai (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Adapun jenis teknik
wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah teknik wawancara
sistematik, yaitu wawancara yang mengarah pada pedoman yang telah
dirumuskan berdasarkan keperluan penggalian data dalam penelitian.50
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah setiap bahan tertulis, film dan
gambar yang dapat memberikan informasi. Melalui teknik ini penulis
berupaya untuk mencari data dari hasil sumber tertulis, melalui
dokumen atau apa saja yang memiliki relevansi sehingga dapat
melengkapi data yang diperoleh dilapangan.

49
Joko Subagyo, “Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek”, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004, h. 63.
50
Ibid.,h. 135.

50
E. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data model Milles dan
Huberman yang terdiri dari:51
1. Reduksi Data
Peneliti menggunakan analisis data berupa reduksi data dengan
mengumpulkan seluruh data, informasi dan dokumentasi di lapangan
atau di tempat penelitian. Kemudian, setelah terkumpul seluruh data
maka peneliti melakukan proses pemilihan, dan penyederhanaan
tentang data yang berkaitan dengan judul penelitian atau pembahasan
penelitian. Untuk memudahkan penyimpulan data-data yang telah
didapat dari lapangan atau tempat penelitian, maka diadakan reduksi
data. Peneliti melakukan reduksi data dengan mengumpulkan semua
catatan di lapangan atau tempat penelitian kemudian dianalisis dengan
cermat dan lugas, kemudian menyisihkan data lapangan yang tidak
sesuai dengan fokus penelitian dan berkaitan dengan pembahasan
penelitian, agar hasilnya menjadi lebih baik.
2. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data, peneliti menggunakan analisis
data berupa penyajian data yaitu dengan pemilihan, dan
penyederhanaan tentang data yang berkaitan dengan judul penelitian
atau pembahasan penelitian. Dengan adanya penyajian data, maka
peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi di ruang lingkup
penelitian maupun hal-hal yang berkaitan dengan penelitian untuk
disajikan dan dipergunakan untuk penelitian.
3. Menarik Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan reduksi data kemudian di lanjutkan
dengan penyajian data, yaitu semua hasil observasi, wawancara, dan
temuan dokumendokumen yang berkaitan dengan penelitian dan
selanjutnya diproses dan dianalisis, maka proses selanjutnya adalah
dengan menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yang berupa data, tulisan, tingkah laku pada
51
Milles dan Hubermen, “Analisis Data Kualitatif”, Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1992,h. 16.

51
subjek atau tempat penelitan yang terkait Kerjasama Kepala Sekolah,
Guru BK, Guru Kelas dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan
Konseling Selama Masa Pandemi Covid-19 di MTsN 2 Medan.

F. Teknik Penjamin Keabsahan Data


Keabsahan data digunakan untuk menjamin bahwa semua data yang telah
diamati dan diteliti relevan dengan yang sesungguhnya, agar penelitian ini
menjadi sempurna. Untuk keabsahan data penulis menggunakan Triangulasi yaitu
mengadakan perbandingan, antara teori dan hasil di lapangann pada sumber data
yang satu dengan yang lain. Teknik Triangulasi adalah teknik pengabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat (4) yaitu: Teknik
Triangulasi dengan sumber, metode, penyidik, dan teori.
Triangulasi dalam penelitian ini meliputi triangulasi teori dan triangulasi
sumber. Triangulasi teori adalah hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi.infromasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif
teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau
kesimpulan yang dihasilkan. Triangulasi sumber yaitu perbandingan atau
pengecekan balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda, dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan data hasil
wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan informan di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang
dihimpun atau berkaitan.52

52
Lexy J.Moleong, “Metodologi Penelitian…,h. 178.

52
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Singkat MTsN 2 Medan
Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan (MTsN 2  Medan) pada awal
berdirinya merupakan Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan. Ketika terjadi
perubahan tuntutan kebutuhan terhadap kualitas SDM guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan mensyaratkan lulusan Diploma III, maka PGAN
6 tahun dilikuidasi oleh pemerintah terhitung Tahun Pelajaran 1979-1980. Diawal
Tahun Pembelajaran  1980-1981 siswa MTs Negeri Medan merupakan siswa
peralihan dari PGAN Medan Kelas I s/d III. Dan proses KBM di Jl. Pancing
(sekarang Jl. Williem Iskandar).

53
Selanjutnya Pada Tahun 1983 MTs Negeri Medan memiliki lokasi
Kegiatan Belajar Mengajar yg baru di Jl. Pertahanan Desa Amplas-Kec.
Patumbak. Meskipun demikian proses KBM di MTs Negeri Medan Jl. Pancing
(sekarang Jl. Williem Iskandar) tetap berlangsung. Selanjutnya terjadi  perubahan
kepemimpinan di MTs Negeri Medan sebagai berikut:
Kepala MTs Negeri Medan yg Pertama adalah Bapak Drs. H.M. Sanip
Ma`un, kemudian di lanjutkan oleh Bapak Drs. H. Suangkupon Siregar, dan yang
terakhir adalah Bapak Drs. H.M. Sotar Siregar.
Pada tanggal 01 April 1996 MTs Negeri Medan di pecah menjadi 2
bagian, yaitu MTs Negeri 1 Medan terletak di Jl. Pertahanan Desa Amplas
Patumbak, sedangkan MTs Negeri 2 Medan terletak di Jl. Peratun No. 03
Kompleks Medan Estate. Pemrakarsa pemisahan MTs Negeri Medan menjadi 2
bagian adalah Bapak Drs. Marahalim Siregar dan Bapak Drs. H. Sotar Siregar
yang terjadi pada masa kepemimpinan Bapak Drs. H. Suangkupon Siregar.
2. Profil MTsN 2 Medan
Nama Madrasah : MTsN 2 Medan
NSM : 112111270002
NPSN : 60725141
NPWP : 00.198.14.5-124.000
Akreditasi :A
Alamat : Jl. Peratun No.3
Desa/Kelurahan : Sidorejo Hilir
Kecamatan/Kota : Kec. Medan Tembung/ Kota Medan
Provinsi : Sumatera Utara
Status Sekolah : Negeri
Jenjang Pendidikan : MTs
Tahun Berdiri : 1995
Status Tanah : Bersertifikat
Luas Tanah : 7.360 m2
3. Visi dan Misi MTsN 2 Medan
a. Visi MTsN 2 Medan

54
Mewujudkan Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan yang populis, 
Islami, Berkualitas, dan Berwawasan Lingkungan.
b. Misi MTsN 2 Medan
1) Menerapkan prinsip-prinsip keimanan, ketaqwaan dan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi secara islami.
3) Melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, rapi dan pendidikan
yang sesuai dengan standar BSNP.
4) Menerapkan prinsip-prinsip keimanan, ketaqwaan dan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari.
5) Mewujudkan lingkungan bestari bersih, sehat, rapi dan indah yang
kondisif serta memiliki tekad mencegah pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup secara berkesinambungan.

4. Struktur Organisasi MTsN 2 Medan

55
Gambar 1: Struktur Organisasi
5. Keadaan Guru MTsN 2 Medan
Guna mendukung terhadap keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang
di MTsN 2 Medan, maka perlunya peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bagi guru yang mengajar di MTsN 2 Medan. Guru memegang peranan penting
dalam pelaksanan aktivitas belajar mengajar. Kemampuan dan keberhasilan guru
dalam melaksanakan tugasnya tentu didukung oleh pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman yang baik yang dimiliki oleh guru tersebut.
Keberadaan guru menjadi faktor penting bagi keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan yang ada di MTsN 2 Medan. Maka kesesuaian
bidang keahlian bagi guru menjadi faktor penting bagikeberhasilan pelaksanaan
tugas guru dalam mengelola aktivitas belajar mengajar di sekolah. Keseluruhan
tenaga pengajar yang bertugas di MTsN 2 Medan. Untuk mengetahui keadaan
jumlah guru berdasarkan jenis kelamin di MTsN 2 Medan Tahun 2020-2021 dapat
dikemukakan melalui tabel sebagai berikut:
Tabel 1

56
Daftar Guru/ Pegawai

No Kategori Guru/Pegawai Lk Pr Jumlah

1 Guru PNS Kemenag 17 55 72

2 Guru PNS yang diperbantukan 1 0 1

3 Guru Honorer 8 12 20

4 Pegawai PNS Kemenag 3 2 5

5 Peg. Honor/Tenaga Teknis 11 9 20

Jumlah 40 78 118

Sumber Data: Staf Tata Usaha MTsN 2 Medan


6. Keadaan Guru BK MTsN 2 Medan
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pendidikan di MTsN 2 Medan,
juga harus didukung oleh keberadaan guru bimbingan dan konseling. Guru
bimbingan konseling membantu dalam membimbing dan mengarahkan siswa
dalam mengatasi permasalahan aktivitas belajar siswa, khususnya ketika siswa
mengalami permasalahan dalam mengikuti atau melaksanakan kegiatan belajar
Bimbingan dan konseling sangat penting diberikan, jika tidak maka dapat
berdampak negatif pada aktivitas belajar yang dilakukan di sekolah.
Hal ini dikarenakan bahwa dalam melakukan aktivitas belajar, siswa sudah
tentu akan dihadapkan pada masalah-masalah yang dapat menghambat
pelaksanaan aktivitas belajar siswa. Kesuksesan dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah, juga didukung faktor keberadaan konselor sekolah
terutama konselor yang memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan dan
pengamalan dalam menjalankan tugasnya di sekolah.
Adapun guru bimbingan dan konseling yang bertugas di MTsN 2 Medan
ada sebanyak 2 orang yaitu Yanda Muhammad Syafrial, S.Pd, dan Bunda Nona
Juli Angraini, S.Pd.
7. Keadaan Siswa MTsN 2 Medan
Siswa adalah warga sekolah yang merupakan komponen penting yang
akan didik melalui aktivitas pembelajaran di sekolah. Siswa tidak hanya sebagai
subjek dalam penyelenggaraan pembelajaran di sekolah, akan tetapi siswa juga

57
sebagai subjek yang akan dihantarkan kepada tujuan pelaksanaan pendidikan di
sekolah. Setiap siswa dalam pelaksanaan aktivitas belajarnya selalu
mengharapkan bahwa akan memberikan hasil yang memuaskan.
Menjadi perhatian penting adalah ditumbuhkannya dalam diri siswa
kegairahan dan semangat yang tinggi dalam melaksanakan aktivitas belajar di
sekolah, rumah maupun di lingkungan masyarakatnya. Untuk mengetahui keadaan
jumlah siswa di MTsN 2 Medan dapat dikemukakan sebagai berikut:
Tabel 2
Keadaan Siswa Kelas VII
No Kelas Lk Pr Jlh Wali Kelas
1 Asrama 0 16 16 Dra. Hj. Nurjani, M.P.Fis
2 VII - P 1 14 18 32 Sehat Matuah Ritonga, S.Pd
3 VII - P 2 15 17 32 Hj. Novida Hairuni, S.Pd
Total 29 35 80
4 VII – 1 12 20 32 Elvi Yosna Lubis, S.Pd
5 VII – 2 16 16 32 Muchtar Riza Akbar, S.Pd
6 VII – 3 16 16 32 Nuraini Erlinda, M.Pd
7 VII – 4 14 18 32 Tri Wahyuni, S.Pd
8 VII – 5 18 14 32 Vini Yovina, S.Pd
9 VII – 6 16 16 32 Surianto, S.Ag
10 VII – 7 14 18 32 Mardiyah Rambe, SS
11 VII – 8 16 17 33 Fakhridayani Harahap,S.Pd
12 VII – 9 16 16 32 Ratih Swastika Zulmi, S.Pd.I
13 VII – 10 14 18 32 Rosalinda Pasaribu, S.Pd
Total 152 169 321
Jlh 181 204 401
Sumber Data: Staf Tata Usaha MTsN 2 Medan

Tabel 3
Keadaan Siswa Kelas VIII

58
No Kelas Lk Pr Jlh Wali Kelas
14 VIII - P 1 13 16 29 Irma Safiah Lubis, S.Pd
15 VIII - P 2 12 16 28 Dra. Hj. Ermi Suhartyni, MA
Total 25 32 57
16 VIII – 1 14 18 32 Zuarniwati, S.Ag
17 VIII – 2 15 18 33 Khalidah, M.Hum
18 VIII – 3 13 18 31 Hj. Anda, S.Ag, M.Pd
19 VIII – 4 14 18 32 Syaripa Hasibuan, S.Pd
20 VIII – 5 14 18 32 Siti Mabrurah, S.Pd
21 VIII – 6 14 18 32 Sarwedi, ST
22 VIII – 7 14 18 32 Rahmi Wardah, S.Ag
23 VIII – 8 14 18 32 Dra. Hj. Paridawati
24 VIII – 9 13 19 32 Naharman, S.Ag
25 VIII – 10 27 17 44 Supriana, S.Pd
18
Total 152 332
0
21
Jlh 177 389
2
Sumber Data: Staf Tata Usaha MTsN 2 Medan
Tabel 4
Keadaan Siswa Kelas IX
No Kelas Lk Pr Jlh Wali Kelas
26 IX - P 1 10 18 28 Nurhidayati Nst, S.Pd
27 IX - P 2 9 15 24 Dra. Hj. Hotnida Sari Siregar, MA
Total 19 33 52
28 IX 1 20 18 38 Rina Sefriani Nasution, S.Pd
29 IX 2 14 25 39 Ishak Hasibuan, S.Pd.I
30 IX 3 18 19 37 Erliani, S.Ag
31 IX 4 18 20 38 Hanizar Sary, M.Pd
32 IX 5 16 22 38 Hj. Masdelina, SPd.I
33 IX 6 20 18 38 Dra. Hj. Minarni Harahap

59
34 IX 7 20 18 38 Dra. Hj. Jusliana
35 IX 8 17 20 37 Drs. A. Mu'in
36 IX 9 20 18 38 Tuti, S.Pd.I
37 IX 10 19 20 39 Fauziana Lubis, SPd
19
Total 182 380
8
23
Jlh 201 432
1
Sumber Data: Staf Tata Usaha MTs N 2 Medan
8. Fasilitas
Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung efektifitas kegitan
pembelajaran di sekolah. Berdasarkan data yang diperoleh, MTsN 2 Medan
memiliki sarana dan Prasarana yang cukup baik, semua fasilitas ini tidak lain
untuk menunjang optimalisasi kegiatan belajar mengajar di MTsN 2 Medan
dengan fasilitas ruang belajar yang memadai serta didukung dengan bangunan
ruang yang lainnya seperti ruang guru, ruang kepala sekolah, asrama, MGMP,
ruang BK, ruang UKS, ruang UKS, ruang pramuka, ruang tata usaha, ruang
kesenian, lab komputer, lab multimedia/bahasa, lab ipa, lab volt, perpustakaan,
masjid, pos satpam, toilet dan kantin.
Tabel 5
Keadaan Ruangan
Jumlah Ruangan Menurut Kondisi
No. Jenis Bangunan Rusak Rusak Rusak
Baik
Ringan Sedang Berat

1. Ruang Kelas  36


2. Ruang Kepala Madrasah  1
3. Ruang Guru  1
4. Ruang Tata Usaha  1
5. Laboratorium Komputer 1
6. Ruang Perpustakaan  1
7. Ruang UKS  1
8. Ruang Kesenian  1
9. Asrama 1

60
10. Toilet Guru 2
11. Toilet Siswa 12
12. Ruang BK  1
13. Ruang OSIS  1
14. Ruang Pramuka  1
15. Masjid 1
16. Pos Satpam  1
17. Kantin 9
18. Koperasi 1
19. Tempat berwudhu 21
Sumber Data: Staf Tata Usaha MTs N 2 Medan
9. Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan
peserta didik sekolah. Umumnya di luar jam belajar kurikulum standar. Adapun
ekstrakurikuler yang terdapat di MTsN 2 Medan antara lain:
a. Ekstrakurikuler dibidang keagamaan yaitu Tilawatil Qur’an dan
Tahfidz/BTQ.
b. Ekstrakurikuler dibidang Akademik yaitu Olimpiade/KSM, English
Club, dan Arabic Club.
c. Ekstrakurikuler dibidang Krida yaitu PMR, Dokter Remaja, Pramuka
dan Paskibra.
d. Ekstrakurikuler dibidang Seni dan Olahraga yaitu Seni Tari, Seni
Musik, Nasyid, Drumband, Taekwondo, Futsal, Basket dan Anggar.

B. Temuan Khusus
1. Bentuk kerjasama kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas dalam
pelaksanaan layanan bimbingan konseling sebelum masa pandemi Covid-
19
Setelah mendapatkan surat izin penelitian, penulis diperkenankan
melakukan penelitian sampai batas waktu yang ditentukan. Penulis
mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung aktifitas yang berjalan
di MTsN 2 Medan untuk memperoleh data penulis melakukan wawancara
terhadap kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling dan guru kelas di

61
MTsN 2 Medan. Agar tersusun secara sistematis, deskripsi hasil penelitian
penulis sajikan berdasarkan hasil observasi dan urutan pertanyaan penelitian
tanpa mengurangi substansi yang diteliti. Deskripsi hasil penelitian dapat
dilihat dari paparan berikut: Hasil dari wawancara dengan kepala sekolah,
guru BK dan guru kelas tentang bentu kerjasama dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling selama masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah butir pertanyaan
sebagai berikut :
1) Sebelum masa pandemi Covid-19, apakah kepala sekolah
bekerjasama dengan guru BK dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling? Jika iya apa saja bentuk kerjasama yang
dilakukan?
Setelah peneliti mengajukan pertanyaan diatas, maka kepala
sekolah di sekolah ini menjawab bahwa “iya melakukan kerjasama,
bentuk kerjasama kepala sekolah contohnya memberikan fasilitas
seperti ruangan BK, sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan
bimbingan konseling. Kepala sekolah di sekolah ini juga
menambahkan bahwa bentuk kerjasama yang dilakukan kepala
sekolah adalah kepala sekolah juga ikut andil dalam penetapan tata
tertib peraturan sekolah yang dirancang oleh BK contoh seperti
kepala sekolah mengizinkan kegiatan senyum sapa salam setiap
pagi”53.
2) Bagaimana peran atau kontribusi apa saja yang diberikan kepala
sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling?
Dari pertanyaan yang diajukan peneliti diatas kemudian
kepala sekolah menjawab bahwa “peran kepala sekolah sebagai
management madrasah, artinya kepala sekolah mengatur,
mengelola, mengontrol dan bertanggungjawab untuk semua kondisi
di sekolah. Lalu kepala sekolah menambahkan bahwa untuk
kontribusi terbagi dua yaitu materi dan non materi. Materi
contohnya seperti ruangan BK, sarana dan prasarana yang

53
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021

62
mendukung pelaksanaan layanan bimbingan konseling. Dan non
materi yaitu apapun kegiatan bimbingan konseling yang sifatnya
positif maka kepala sekola akan selalu mendukung”.54
3) Selama masa pandemi Covid-19, bagaimana bentuk kerjasama
yang dilakukan kepala sekolah dan guru BK dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling?
Dari butir pertanyaan di atas tentang bentuk kerjasama
kepala sekolah dan guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi Covid-19 memberikan jawaban
bahwa “selama masa pandemi Covid-19, murid melakukan
pembelajaran secara daring. Maka peran guru kelas sangat besar
disini artinya untuk mengontrol absensi siswa itu perannya guru
kelas. Jikalau ada siswa yang tidak sesuai dengan ketentuan tata
tertib maka guru kelas akan berkoordinasi dengan guru BK, dan
guru BK akan berkoordinasi dengan kepala sekolah. Peran kepala
sekolah yaitu jika ada anak yang tidak disiplin/ mengalami masalah
dalam proses pembelajaran, maka guru BK akan diinstruksikan
untuk menegur anak lewat telpon, whatsapp. Jika tidak ada
tanggapan maka akan diadakan kunjungan rumah. Jika guru BK
sudah mengunjungi rumah sudah tau kondisi atau permasalahan
yang dihadapi siswa, maka guru BK kembali lagi ke sekolah untuk
laporan kepada kepala sekolah apa tindakan yang akan diambil.
Jika sudah ditetapkan tindakan apa yang ingin dilakukan maka guru
BK harus mengkoordinasikannya dengan guru kelas. Jika memang
kondisinya sangat berat maka orangtua siswa yang akan dipanggil
kesekolah yang akan dihadiri oleh kepala sekolah, guru BK, dan
guru kelas, peran kepala sekolah disini ialah sebagai pengambil
keputusan. Jadi selama masa pandemi Covid-19, bentuk kerjasama
yang dilakukan kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas yaitu
berkoordinasi untuk mendisiplinkan murid baik itu masalah absensi
maupun dalam proses pembelajaran contohnya seperti terlambat

54
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021

63
mengerjakan tugas maupun tidak mengerjakan tugas”.55 Dari
jawaban kepala sekolah di atas diketahui bahwa kepala sekolah
melakukan kerjasama yang baik terhadap pelaksanaan layanan
bimbingan konseling sebelum dan selama masa pandemi Covid-19.
4) Apakah kepala sekolah memberikan arahan sebelum pelaksanaan
layanan bimbingan konseling? Bila iya bagaimana bentuknya?
Kepala sekolah menjawab bahwa “iya kepala sekolah
memberikan arahan. Karena pelaksanaan layanan bimbingan
konseling ini sifatnya kontinu yang artinya berketerusan. Jadi
bentuk arahannya terbagi 2, yaitu melalui rapat dan pribadi.
Melalui rapat intruksi yang diberikan itu diadakan setiap bulan
yang dimana pertemuan dihadiri semua guru termasuk guru BK
untuk mengevaluasi kegiatan belajar siswa dan rapat perencanaan
untuk bulan kedepannya. Adapun melalui pribadi yaitu jika ada
guru BK yang mengalami kendala atau guru BK yang memerlukan
arahan maka kepala sekolah akan memanggil guru BK secara
pribadi. Jadi didalam rapat akan dibahas apa yang menjadi kendala
dan yang menghambat. Jika didalam rapat belum ditemukan solusi,
maka kepala sekolah akan memanggil guru BK dan langsung
memberikan arahan kepada guru BK”.56
5) Dalam memberikan arahan selama masa pandemi Covid-19 ini,
apakah kepala sekolah melakukannya secara offline atau online?
Kepala sekolah mengatakan bahwa “arahan yang diberikan
masa pandemi Covid-19 tetap dilakukan secara tatap muka
(Offline) melalui rapat dan pemanggilan pribadi”.57
6) Bagaimana cara kepala sekolah mengawasi kegiatan guru BK
dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19?
Dari pertanyaan di atas kepala sekolah menjawab “cara
mengawasi guru BK melalui grub kelas yang dimonitoring oleh

55
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021
56
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021
57
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021

64
guru kelas. Dan selama masa pandemi Covid-19 guru tetap datang
kesekolah, dengan demikian kepala sekolah tetap dapat memantau
keaktifan guru BK melalui absensi”.58
7) Apakah dalam pengawasan kepala sekolah, guru BK dan guru kelas
sudah melakukan kerjasama dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi Covid-19?
Kepala sekolah menjawab “guru BK dan guru kelas sudah
melakukan kerjasama”.59
8) Menurut pengawasan kepala sekolah, apakah pelaksanaan layanan
bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19 sudah
mencapai tujuan yang diinginkan?
Kepala sekolah memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan peneliti, kepala sekolah menjawab “belum mencapai
tujuan, karena kita tidak pernah mempersiapkan sebelumnya
pembelajaran dengan suasana pandemi Covid-19 seperti ini, karena
pasti ada pergeseran dalam proses pembelajaran. Tetapi sudah
maksimal untuk pembelajaran secara daring ini karena adanya
kerjasama antara kepala sekolah, guru BK dan guru kelas itu
sendiri”.60
9) Bagaimana cara kepala sekolah membangun kerjasama yang baik
dengan guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19?
Kepala sekolah menjawab “tetap berkomunikasi dan tetap
berkoordinasi antara kepala sekolah, guru BK dan guru kelas”.61
10) Menurut kepala sekolah, apakah ada perbedaan bentuk kerjasama
dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling sebelum dan
selama masa pandemi Covid-19?
Dari butir pertanyaan di atas kepala sekolah menjawab
“perbedaannya pasti ada, sebelum pandemi dilakukan secara

58
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021
59
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021
60
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021
61
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021

65
offline, kontrol kepala sekolah lebih terlihat disini. Sedangkan
selama masa pandemi Covid-19 dilakukan secara online jadi tidak
bisa terpantau karena jarak dan waktu”.62
Kemudian dalam mengumpulkan informasi mengenai kerjasama
kepala sekolah, guru BK dan guru kelas, maka peneliti juga melakukan
wawancara dengan guru BK itu sendiri untuk mendapatkan informasi lebih
jelasnya. sebagaimana yang dipaparkan dalam rincian pertanyaan dan
jawaban sebagai berikut :
1) Sebelum masa pandemi Covid-19, apakah ada kerjasama dari
kepala sekolah dan guru kelas dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling? Jika iya apa saja bentuk kerjasama yang
dilakukan?
Bapak M menjawab “ iya, bentuk kerjasamanya yaitu
kepala sekolah menyediakan fasilitas dan material yang cukup
untuk pelaksanaan layanan bimbingan konseling, dan guru kelas
juga berpartisipasi aktif didalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling”.63
Ibu N menjawab “iya melakukan kerjasama, bentuk
kerjasamanya yaitu kepala sekolah membentuk dan menjalin
hubungan kerja yang kooperatif dan saling membantu antara guru
BK, guru kelas dan pihak lain yang berkepentingan dengan
layanan bimbingan konseling. Kepala sekolah juga memberikan
support administratif dengan memberikan dorongan dan pimpinan
untuk seluruh program layanan bimbingan konseling. Guru kelas
juga membantu guru BK dalam melaksanakan tugas-tugasnya
untuk kelas yang dibawah tanggungjawabnya”.64
2) Kontribusi apa yang diberikan kepala sekolah dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling?

62
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021
63
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
64
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021

66
Bapak M menjawab “kepala sekolah selalu meninjau
ruangan BK”.65
Ibu N menjawab “menyediakan fasilitas dan material yang
cukup untuk pelaksanaan layanan bimbingan konseling, kepala
sekolah juga memberikan dorongan dan semnagat untuk
pengembangan proses bimbingan konseling yang efektif”. 66
3) Selama masa pandemi Covid-19, bagaimana bentuk kerjasama
yang dilakukan guru BK dengan kepala sekolah dan guru kelas
dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling?
Bapak M menjawab “bentuk kerjasama selama masa
pandemi Covid-19, kepala sekolah memberikan bantuan paket
data kepada guru BK, dan guru BK akan memberikannya kepada
guru kelas dan guru kelas yang akan membagikannya kepada
siswa”.67
Ibu N menjawab “selama masa pandemi Covid-19,
kerjasama lebih terlihat dari banyaknya permasalahan siswa
didalam proses pembelajaran, misalnya anak yang tidak aktif
dalam pembelajaran daring, anak yang tidak mengikuti
pembelajaran daring, dan anak yang tidak mengerjakan tugas. Jadi
guru kelas memerlukan bantuan dari guru BK. jika ada siswa yang
bermasalah, maka guru kelas akan berkoordinasi dengan guru BK,
dan guru BK akan meminta arahan kepada kepala sekolah untuk
mendiskusikan bagaimana tindak lanjut, cara penyelesaian bahkan
mencari solusi untuk masalah anak tersebut”.68
4) Selama masa pandemi Covid-19, bagaimana bentuk layanan
bimbingan konseling? Layanan apa saja yang diberikan?
Bapak M menjawab “selama masa pandemi Covid-19
pemberian layanan bimbingan konseling dilakukan melalui grup
kelas siswa, jika terlihat dari pantauan guru BK ada siswa yang

65
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
66
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021
67
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
68
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021

67
mengalami masalah maka guru BK akan memberikan layanan
individual melalui whatsapp maupun zoom. Disana siswa
diberikan waktu untuk bercerita masalah apa yang sedang
dihadapi, jika diharuskan untuk menanganan lebih lanjut maka
guru BK akan melakukan kunjungan rumah (home visit)”.69
Ibu N menjawab “bentuk layanan yang diberikan selama
masa pandemi dilakukan secara online, karena guru BK masuk
kedalam grub pembelajaran siswa. Untuk layanan yang sering
diberikan selama masa pandemi Covid-19 ini adalah layanan
individual dan home visit”.70
5) Dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19 ini, apakah guru BK melakukannya secara
offline atau online?
Bapak M menjawab “secara online”.71
Ibu N menjawab “pelaksanaan layanan bimbingan selama
masa pandemi Covid-19 dilakukan secara online dan offline.
Online melalui telpon, via whatsapp, sedangkan offline
memanggil orangtua siswa kesekolah atau melakukan kunjungan
rumah (home visit)”.72
6) Apakah pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19 sudah mencapai tujuan yang diinginkan?
Bapak M menjawab “belum mencapai tujuan yang
diinginkan”.73
Ibu N menjawab “belum, tapi sudah maksimal untuk
pembelajaran daring ini”.74
7) Apakah kepala sekolah memberikan arahan sebelum pelaksanaan
layanan bimbingan konseling? bila iya bagaimana bentuknya?

69
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
70
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021
71
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
72
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021
73
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
74
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021

68
Bapak M mengatakan bahwa “kepala sekolah memberikan
arahan, bentuknya seperti motivasi. Kepala sekolah selalu
memotivasi guru BK agar terus bekerjasama dengan pihak-pihak
yang bersangkutan didalam perkembangan proses pembelajaran
peserta didik”.75
Ibu N mengatakan bahwa “iya kepala sekolah memberikan
arahan, bentuknya melalui rapat setiap bulan”.76
8) Apakah guru kelas membantu dan melaksanakan tugas-tugasnya
dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19?
Bapak M menjawab “guru kelas selalu berdampingan
dengan guru BK untuk bekerjasama mengentaskan permasalahan
siswa dalam proses pemelajaran daring”.77
Ibu N menjawab “membantu, karena guru kelas yang lebih
tau tentang absensi siswa, tugas dan lainnya. Jadi jika ada siswa
yang bermasalah guru BK akan menghubungi guru kelas untuk
mendapatkan informasi diri siswa”.78
9) Bagaimana cara guru BK mengkomunikasikan pelaksanaan
layanan bimbingan konseling dengan kepala sekolah dan guru
kelas selama masa pandemi Covid-19?
Bapak M mengatakan bahwa “guru BK
mengkomunikasikan layanan bimbingan konseling melalui rapat
atau evaluasi yang diadakan setiap bulan yang dihadiri oleh semua
guru termasuk kepala sekolah dan guru kelas”.79
Ibu N mengatakan bahwa “melalui rapat”.80
10) Bagaimana cara guru BK membangun kerjasama yang baik
dengan kepala sekolah dan guru kelas dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19?
75
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
76
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021
77
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
78
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021
79
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
80
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021

69
Bapak M menjawab “tetap berkoordinasi dan
berkomunikasi dengan guru kelas dan kepala sekolah”.81
Ibu N menjawab “rajin berkomunikasi, jadi guru BK setiap
hari bertanya kepada guru kelas ada tidak siswa yang mengalami
permasalahan belajar selama daring, jika ada maka guru BK juga
akan mengkomunikasikannya kepada kepala sekolah untuk
mendapatkan arahan lebih lanjut”.82
11) Menurut guru BK, apakah ada perbedaan bentuk kerjasama dalam
pelaksanaan layanan bimbingan konseling sebelum dan selama
masa pandemi Covid-19?
Bapak M mengatakan “tidak ada bedanya, karena tetap
berkoordinasi dengan guru kelas dan kepala sekolah”.83
Ibu N mengatakan “perbedaannya pasti ada, sebelum
pandemi dilakukan secara offline, kontrol kepala sekolah lebih
terlihat disini. Sedangkan selama masa pandemi Covid-19
dilakukan secara online jadi tidak bisa terpantau karena jarak dan
waktu”84
Adapun hasil wawancara dengan guru kelas yaitu:
1) Sebelum masa pandemi Covid-19, apakah guru kelas bekerjasama
dengan guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling? jika iya apa saja bentuk kerjasama yang dilakukan?
Dari pertanyaan yang diajukan peneliti diatas kemudian
guru kelas menjawab bahwa “iya melakukan kerjasama, guru BK
mengontrol setiap pagi siswa yang datang ke MTsN 2 Medan, jika
ditemukan siswa yang bermasalah dari keterlambatan, cara
berpakaian dan lainnya maka guru BK akan mendata siswa yang
bermasalah dan melaporkannya kepada guru kelas dan guru BK
yang akan memproses anak yang bermasalah tersebut.”.85

81
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
82
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021
83
Wawancara dengan guru BK M pada tanggal 14 Juni 2021
84
Wawancara dengan guru BK N pada tanggal 16 Juni 2021
85
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021

70
2) Apa saja faktor yang melatarbelakangi kerjasama antara guru kelas
dan guru BK?
Guru kelas menjawab “yang melatarbelakangi kerjasama
diantara guru kelas dan guru BK yaitu anak-anak yang mengalami
permasalahan, Jadi guru kelas sangat membutuhkan peran guru
BK untuk mengatasi dan sama-sama menangani kendala-kendala
yang ada dalam proses pembelajaran di dalam maupun diluar
kelas”.86
3) Kontribusi apa yang diberikan kepala sekolah dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling?
Guru kelas menjawab “kepala sekolah memberikan guru
kelas masing-masing kelas yang harus dibina, kepala sekolah
memberikan guru BK siswa untuk ditangani. Dan kepala sekolah
juga memberikan motivasi kepada guru kelas untuk terus
bekerjasama dengan guru BK untuk membimbing siswa”.87
4) Selama masa pandemi Covid-19, bagaimana bentuk kerjasama
yang dilakukan guru kelas dan guru BK dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling?
Dari pertanyaan di atas guru kelas memberikan jawaban
“karena selama masa pandemi Covid-19 tidak adanya tatap muka
selama pembelajaran daring, guru kelas dan guru BK harus ada di
dalam grup pembelajaran (whatsapp), selain guru kelas yang
mengontrol maka guru BK juga tetap memantau dan membimbing
siswa melalui grub kelas terutama siswa yang mengalami kendala
belajar agar tetap aktif dalam pembelajaran daring”.88
5) Apakah kepala sekolah memberikan arahan sebelum pelaksanaan
layanan bimbingan konseling? bila iya bagaimana bentuknya?
Guru kelas menjawab bahwa “kepala sekolah memberikan
arahan melalui rapat bulanan, kepala sekolah selalu memotivasi
dan menyemangati guru kelas agar terus selalu bekerjasama

86
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021
87
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021
88
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021

71
dengan guru BK yang bertujuan agar peserta didik tertib didalam
proses pembelajaran daring”.
6) Apa saja peran guru kelas dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi Covid-19?
Berdasarkan pertanyaan di atas, guru kelas menjawab
“guru kelas selalu mengalihtangankan siswa yang membutuhkan
bantuan pelayanan khusus, selalu memberikan kesempatan kepada
peserta didik dan mendorong mereka untuk menerima pelayanan
bimbingan konseling sesuai kebutuhan mereka. Jadi selama
pandemi Covid-19, guru kelas selalu memantau proses
pembelajaran daring peserta didik melalui grub whatssap, jika
diketahui ada siswa yang mengalami kendala maka guru kelas
akan bekerjasama dengan guru BK”.89
7) Apakah guru kelas membantu dan melaksanakan tugas-tugasnya
dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19?
Guru kelas menjawab “ guru kelas sangat membantu guru
BK, karena guru kelas yang mengontrol penuh terhadap kelasnya.
Jadi guru kelas mengumpulkan informasi yang diperlukan guru
BK dalam rangka penilaian bimbingan konseling”.90
8) Selama masa pandemi Covid-19, apakah pelaksanaan layanan
bimbingan konseling sudah mencapai tujuan yang diinginkan?
Guru kelas memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan peneliti, guru kelas menjawab “sudah, contohnya jika ada
anak yang mengalami permasalahan didalam proses pembelajaran
daring (tidak mengerjakan tugas, tidak ikut serta dalam
pembelajaran daring), setelah adanya kerjasama antara guru kelas
dan guru BK, maka anak yang bermasalah sudah mulai
mengerjakan tugas dan sudah ikut serta dalam pembelajaran
daring”.91

89
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021
90
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021
91
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021

72
9) Bagaiamana cara guru kelas membangun kerjasama yang baik
dengan guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19?
Guru kelas memberikan jawaban “ harus saling mengerti,
tujuan guru kelas dan guru BK bekerjasama adalah untuk
terentaskannya masalah siswa tersebut. Jadi guru kelas terus
mengontrol siswa di grup kelas dan guru BK juga ikut memantau
siswa melalui grup kelas”.92
10) Menurut guru kelas, apakah ada perbedaan bentuk kerjasama
dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling sebelum dan
selama masa pandemi Covid-19?
Guru kelas mengatakan bahwa “ada perbedaan bentuk
kerjasama sebelum dan selama masa pandemi Covid-19, sebelum
masa pandemi peserta didik datang kesekolah, melakukan proses
pembelajaran di kelas, melakukan ekstrakurikuler yang dapat
dipantau langsung oleh guru kelas maupun guru BK. Sedangkan
selama pandemi proses pembelajaran dilakukan secara daring”.93

2. Faktor penghambat dan pendukung kerjasama antara kepala sekolah,


guru BK, dan guru kelas dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi Covid-19
Setelah mengetahui bentuk kerjasama kepala sekolah, guru BK, dan
guru kelas dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19, selanjutnya peneliti ingin mencari informasi lebih lanjut
yaitu mengenai faktor penghambat dan faktor pendukung kerjasama yang ada
di dalam pelaksanakan layanan bimbingan konseling selama masa pandemi
Covid-19. Oleh karena itu peneliti mulai mengajukan pertanyaan kepada
kepala sekolah mengenai faktor penghambat dan faktor pendukung kerjasama
yang dihadapi kepala sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi Covid-19, agar lebih jelasnya maka dapat
dilihat dalam rincian pertanyaan berikut:
92
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021
93
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021

73
1) Apa saja faktor yang mendukung kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19?
Menurut kepala sekolah faktor yang mendukung kerjasama
dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid 19 ini terbagi menjadi 2, yaitu faktor internal
(komunikasi yang baik antara kepala sekolah, guru BK, dan guru
kelas), dan faktor eksternal (pantauan/masukan).94
2) Apa saja faktor yang menghambat kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19?
Menurut kepala sekolah faktor yang menghambat
kerjasama dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19 berasal dari kebijakan pemerintah
yang mengharuskan seluruh institusi pendidikan melakukan
pembelajaran daring. Faktor yang menghambat berasal dari pihak-
pihak yang ikut serta dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling tersebut, siswa yang susah untuk dihubungi, orangtua
yang tidak dapat memenuhi panggilan surat kesekolah, dan guru
BK yang kebingungan menemukan alamat rumah siswa yang
kadang terus berganti.95
Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung kerjasama antara
kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19 maka penulis
mengajukan beberapa pertanyaan dalam bentuk wawancara kepada guru BK
itu sendiri sebagai berikut:
1) Apa saja faktor yang mendukung kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19?
Menurut guru BK faktor yang mendukung yaitu pelayanan
bimbingan konseling itu sendiri. Bagaimana guru BK dapat
merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan menganalisis
kegiatan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19

94
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021
95
Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 14 Juni 2021

74
yang dibantu oleh pihak lain seperti kepala sekolah dan guru
kelas.96
2) Apa saja faktor yang menghambat kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19?
Menurut guru BK disekolah bahwa hambatan yang terjadi
dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19 adalah hambatan dari orang tua siswa yang
bersangkutan, sewaktu siswa bermasalah kemudian orang tua
dipanggil ke sekolah disaat itu orang tua siswa tersebut tidak dapat
hadir dengan alasan tertentu. Dan jika diharuskan untuk
melakukan kunjungan rumah, terkendala di alamat siswa yang
terus berubah.97
Setelah melakukan wawancara dengan kepala sekolah mengenai
faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19, selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan
kepada guru kelas di sekolah tersebut. Dengan pertanyaan sebagai berikut:
1) Apa saja faktor yang mendukung kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19?
Faktor yang mendukung kerjasama selama masa pandemi
Covid-19 menurut guru kelas yaitu, selalu berkoordinasi dan
menjaga komunikasi antara kepala sekolah, guru BK maupun guru
kelas.98
2) Apa saja faktor yang menghambat kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19?
Faktor yang menghambat yaitu kondisi pandemi Covid-19
itu sendiri. Karena pandemi proses pembelajaran yang seharusnya
dilakukan tatap muka, dapat memantau siswa secara langsung
sekarang tidak bisa. Bahkan selama masa pandemi ini banyak guru

96
Wawancara dengan guru BK M dan N
97
Wawancara dengan guru BK M dan N
98
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021

75
yang tidak tau mengenai siswanya seperti apa, karakternya
bagaimana.99

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Bentuk kerjasama kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas dalam
pelaksanaan layanan bimbingan konseling sebelum masa pandemi Covid-
19 di MTsN 2 Medan
Hasil penelitian menemukan bahwa kerjasama kepala sekolah, guru
BK, dan guru dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19 di MTsN 2 Medan berjalan dengan lancar, seperti halnya
konselor atau guru BK harus mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait
dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa pandemi
Covid-19 melalui pembelajaran daring. Guru BK selalu berkoordinasi dan
bekerjasama dengan guru-guru lain seperti guru kelas sehingga guru kelas
dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi suksesnya
pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama pandemi Covid-19 ini.
Begitu juga dengan kepala sekolah, dimana kepala sekolah sebagai pemimpin
sekolah secara otomatis memimpin sekolah, sekaligus menyusun dan
mengatur program bimbingan konseling sedemikian rupa agar program
tersebut dapat bersatu dan terlaksana dengan program pendidikan.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh kepala sekolah, guru BK dan
guru kelas dalam hasil wawancara peneliti yang mana guru bimbingan
konseling mengungkapkan bahwa kerjasama kepala sekolah, guru kelas
dengan guru bimbingan konseling berjalan dengan baik, kepala sekolah
secara terbuka memberikan masukan dan dorongan terhadap program-
program layanan bimbingan dan konseling dan guru kelas juga sangat
berpartisipasi aktif, membantu guru BK dalam pemberian layanan bimbingan
konseling. Begitu juga kepala sekolah mengungkapkan bahwa di sekolah
tersebut sangat dibutuhkan guru bimbingan konseling karena sebagai
seseorang yang membimbing siswa yang bermasalah, serta kepala sekolah
memberikan dukungan terhadap program apa yang dijalankan guru

99
Wawancara dengan guru kelas pada 14 Juni 2021

76
bimbingan konseling serta memberikan masukan serta arahan terhadap semua
program agar terlaksana dengan baik. Begitu juga dengan guru kelas, guru
kelas mengungkapkan bahwa guru kelas sangat membutuhkan peranan dari
guru BK dalam menangani kendala-kendala yang ada dalam proses
pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Krimah (2017) dengan judul
“Kerjasama Personil Sekolah dalam Pelayanan BK di Sekolah” mirip dengan
penelitian ini, yaitu juga mengenai kerjasama dalam pelayanan bimbingan
konseling.100 Namun kajian Krimah terlampau luas karena membahas seluruh
personil sekolah, sedangkan penelitian ini hanya mengambil fokus kepada
kepala sekolah, guru BK dan guru kelas saja. Krimah menyatakan bahwa
kerjasama terjalin apabila adanya team work yang solid yang terdiri dari
beberapa orang. Untuk memperoleh hasil yang maksimal perlu sekali
kerjasama yang sungguh-sungguh. Begitu juga untuk membantu guru BK
dalam melaksanakan pelayanan di sekolah. Kerjasama yang dilakukan tidak
hanya pada tugas yang di emban melainkan juga terjalin dalam setiap
komunikasi sewaktu berada di sekolah. Sikap saling menghargai, saling
mendukung, dan saling membantu sesama personil sangat diperlukan dalam
sebuah kerjasama. Jelaslah bahwa kerjasama itu sangat penting. Adanya
kerjasama personil sekolah, semua kegiatan akan terasa mudah, kegiatan
pelayanan BK dapat berjalan dengan baik. Kesamaan penelitian ini dengan
penelitian Krimah yaitu sama-sama membahas pentingnya peran serta dari
segenap pelaku pendidikan terhadap pelaksanaan layanan bimbingan
konseling di sekolah. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan
konseling di sekolah tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah, jadi
pelaksanaan layananan bimbingan konseling di sekolah melibatkan banyak
orang (personil). Guru BK tidak akan dapat berbuat banyak tanpa bantuan
dan kerjasama dengan personil sekolah seperti kepala sekolah dan guru kelas.
Kepala sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam
menentukan maju mundurnya sebuah lembaga pendidikan. Kepala sekolah
adalah tokoh sentral dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
100
Krimah, “Kerjasama Personil Sekolah dalam Pelayanan BK di Sekolah”, JRIT: IICET:
2017, h. 1-5.

77
Berhasil atau tidaknya sebuah lembaga pendidikan khususnya pada satuan
pendidikan dan sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki kepala
sekolah tersebut. Kepala sekolah adalah salah satu komponen pendidikan
yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Kepala sekolah berperan sebagai management madrasah, artinya
kepala sekolah mengatur, mengelola, mengontrol dan bertanggungjawab
untuk semua kondisi di sekolah. Adapun kontribusi yang diberikan kepala
sekolah terbagi dua yaitu materi dan non materi. Materi contohnya seperti
ruangan BK, sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan layanan
bimbingan konseling. Dan non materi yaitu apapun kegiatan bimbingan
konseling yang sifatnya positif maka kepala sekolah akan selalu mendukung.
Selain kepala sekolah dan guru BK. Guru kelas juga berperan sebagai
petugas utama dan tenaga inti dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling tentunya guru kelas memiliki peranan penting bagi kemajuan
peserta didik. Guru kelas adalah orang yang bertanggungjawab untuk
mengelola kelas, serta dapat merangsang peserta didik untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran,
khususnya dalam pelayanan bimbingan konseling. Layanan bimbingan
konseling perlu dilakukan di sekolah terutama selama masa pandemi Covid-
19 ini. Dengan adanya kontribusi guru BK dengan kepala sekolah dan guru
kelas membantu peserta didik untuk melakukan tugas perkembangannya
dengan baik sehingga peserta didik bisa mengaktualisasikan dirinya di
lingkungannya.
Sebelum dan selama masa pandemi Covid-19, kepala sekolah, guru
BK dan guru kelas sudah melaksanakan kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling. Adapun bentuk kerjasama kepala sekolah
sebelum masa pandemi Covid-19 contohnya memberikan fasilitas seperti
ruangan BK, sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan bimbingan
konseling. Kepala sekolah juga ikut andil dalam penetapan tata tertib
peraturan sekolah yang dirancang oleh BK contoh seperti kepala sekolah
mengizinkan kegiatan senyum sapa salam setiap pagi. Adapun bentuk
kerjasama selama masa pandemi Covid-19 yaitu murid melakukan

78
pembelajaran secara daring. Maka peran guru kelas sangat besar disini artinya
untuk mengontrol absensi siswa itu perannya guru kelas. Jikalau ada siswa
yang tidak sesuai dengan ketentuan tata tertib maka guru kelas akan
berkoordinasi dengan guru BK, dan guru BK akan berkoordinasi dengan
kepala sekolah. Peran kepala sekolah yaitu jika ada anak yang tidak disiplin/
mengalami masalah dalam proses pembelajaran, maka guru BK akan
diinstruksikan untuk menegur anak lewat telpon, whatsapp. Jika tidak ada
tanggapan maka akan diadakan kunjungan rumah. Jika guru BK sudah
mengunjungi rumah sudah tau kondisi atau permasalahan yang dihadapi
siswa, maka guru BK kembali lagi ke sekolah untuk laporan kepada kepala
sekolah apa tindakan yang akan diambil. Jika sudah ditetapkan tindakan apa
yang ingin dilakukan maka guru BK harus mengkoordinasikannya dengan
guru kelas. Jika memang kondisinya sangat berat maka orangtua siswa yang
akan dipanggil kesekolah yang akan dihadiri oleh kepala sekolah, guru BK,
dan guru kelas, peran kepala sekolah disini ialah sebagai pengambil
keputusan. Jadi selama masa pandemi Covid-19, bentuk kerjasama yang
dilakukan kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas yaitu berkoordinasi untuk
mendisiplinkan murid baik itu masalah absensi maupun dalam proses
pembelajaran contohnya seperti terlambat mengerjakan tugas maupun tidak
mengerjakan tugas.
Adapun perbedaan bentuk kerjasama sebelum dan selama masa
pandemi Covid-19 dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling yaitu
sebelum pandemi dilakukan secara offline, kontrol kepala sekolah lebih
terlihat disini. Sedangkan selama masa pandemi Covid-19 dilakukan secara
online jadi tidak bisa terpantau karena jarak dan waktu. Walaupun demikian,
kepala sekolah tetap memberikan arahan dan tetap mengawasi guru BK dan
guru kelas. Karena pelaksanaan layanan bimbingan konseling ini sifatnya
kontinu yang artinya berketerusan. Jadi bentuk arahannya terbagi 2, yaitu
melalui rapat dan pribadi. Melalui rapat intruksi yang diberikan itu diadakan
setiap bulan yang dimana pertemuan dihadiri semua guru termasuk guru BK
untuk mengevaluasi kegiatan belajar siswa dan rapat perencanaan untuk bulan
kedepannya. Adapun melalui pribadi yaitu jika ada guru BK yang mengalami

79
kendala atau guru BK yang memerlukan arahan maka kepala sekolah akan
memanggil guru BK secara pribadi. Jadi didalam rapat akan dibahas apa yang
menjadi kendala dan yang menghambat. Jika didalam rapat belum ditemukan
solusi, maka kepala sekolah akan memanggil guru BK dan langsung
memberikan arahan kepada guru BK.
Kerjasama kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas dalam
pelaksanaan layanan bimbingan konseling, muncul dalam bentuk kerjasama
yaitu:
a. Pertemuan rutin
Pertemuan rutin baik itu yang bersifat formal maupun
informal itu sangat penting, tujuannya untuk melakukan riview
apakah selama ini masing-masing anggota sudah bekerja dengan
baik atau belum. Selain itu melalui pertemuan formal dapat
diketahui progress program sudah berjalan sampai dimana dan ini
yang paling penting, jika ada masalah dan mengalami kesulitan
maka bisa segera membantu mencari solusinya.
Menurut Sahertian melalui rapat, guru-guru baik secara
individu maupun bersama-sama dibantu untuk menemukan dan
menyadari kebutuhan-kebutuhan mereka, menganalisis problema
mereka dan mempertumbuhkan diri pribadi dan jabatan mereka.101
Diskusi, musyawarah, atau sebagainya merupakan forum
yang paling sesuai dalam menyampaikan sesuatu. Terutama yang
berkaitan dengan program. Dengan demikian setiap program yang
direncanakan dan yang akan dilaksanakan mendapat banyak
masukan sehingga program tersebut dapat terlaksana dengan
sempurna.

b. Memberikan atau menerima masukan dan saran


Memberikan umpan balik adalah cara anda berkomunikasi
yang efektif dengan orang lain. Sebagai professional sejati anda
harus mampu memberikan umpan balik (feedback) dan sebaliknya
101
Sahertian, ”Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia)”, Jakarta: Rineka Cipta, 2020. h. 95.

80
mau menerima umpan balik, saran dan masukan. Umpan balik
bukanlah sesuatu yang perlu dilakukan (nice to have) namun
sesuatu yang harus dilakukan (must to have), terlebih jika anda
adalah pemimpin tim. Merupakan sebuah kewajiban bagi anda
memberikan masukan positif kepada anggota tim, sehingga
mereka akan bekerja dan berkarya mengacu pada visi misi
organisasi. Dengan adanya umpan balik yang regular anda berikan
kepada masing-masing anggota tim, maka motivasi kerja mereka
akan terjaga baik dan perfoma akan tetap prima. Umpan balik
adalah pekerjaan yang harus rutin dilakukan terlebih setelah
sebuah proyek selesai dikerjakan. Umpan balik dapat dilakukan
secara periodik, bukan dalam momen annual meeting atau meeting
bulanan. Anda berkewajiban memberikan umpan balik kepada
tim. Untuk memudahkan anda.
c. Saling terbuka bertukar pikiran/berdiskusi
Jika ada yang ingin disampaikan ke sesama anggota
hendaknya disampaikan secara terbuka, jujur dan saling
menghargai satu sama lain. Komunikasi yang baik tentu saja
komunikasi dengan berhadapan langsung, sehingga kesalahan
komunikasi dapat dihindari. Di dalam sebuah forum hendaknya
penyampaian itu dilakukan secara terbuka karena tujuannya adalah
saling tukar pendapat, pengalaman sehingga menghasilkan sebuah
keputusan. Sebagaimana pendapat Sukardi, bahwa berdiskusi
adalah pertemuan dua orang atau lebih, yang ditunjukkan untuk
saling tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya menghasilkan
keputusan bersama, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi
itu secara jujur berusaha memperoleh kesimpulan setelah
mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan
pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.102

102
Sukardi, “Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah”,
Jakarta: Rineka Cipta, h. 220.

81
2. Faktor penghambat dan pendukung kerjasama antara kepala sekolah,
guru BK, dan guru kelas dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi Covid-19 di MTsN 2 Medan
Hasil penelitian menemukan bahwa faktor yang mendukung
kerjasama dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19 di MTsN 2 Medan, diketahui apabila selama masa
pandemi Covid-19 murid melakukan pembelajaran secara daring. Maka peran
guru kelas sangat besar disini artinya untuk mengontrol absensi siswa itu
perannya guru kelas. Jikalau ada siswa yang tidak sesuai dengan ketentuan
tata tertib maka guru kelas akan berkoordinasi dengan guru BK, dan guru BK
akan berkoordinasi dengan kepala sekolah. Peran kepala sekolah yaitu jika
ada anak yang tidak disiplin/ mengalami masalah dalam proses pembelajaran,
maka guru BK akan diinstruksikan untuk menegur anak lewat telpon,
whatsapp. Jika tidak ada tanggapan maka akan diadakan kunjungan rumah.
Jika guru BK sudah mengunjungi rumah sudah tau kondisi atau permasalahan
yang dihadapi siswa, maka guru BK kembali lagi ke sekolah untuk laporan
kepada kepala sekolah apa tindakan yang akan diambil. Jika sudah ditetapkan
tindakan apa yang ingin dilakukan maka guru BK harus
mengkoordinasikannya dengan guru kelas. Jika memang kondisinya sangat
berat maka orangtua siswa yang akan dipanggil kesekolah yang akan dihadiri
oleh kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas, peran kepala sekolah disini
ialah sebagai pengambil keputusan. Jadi selama masa pandemi Covid-19,
bentuk kerjasama yang dilakukan kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas
yaitu berkoordinasi untuk mendisiplinkan murid baik itu masalah absensi
maupun dalam proses pembelajaran contohnya seperti terlambat mengerjakan
tugas maupun tidak mengerjakan tugas. Jadi faktor yang mendukung
kerjasama antara kepala sekolah, guru BK dan guru kelas dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19 di MTsN 2
Medan terbagi menjadi 2, yaitu faktor internal (komunikasi yang baik antara
kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas), dan faktor eksternal
(pantauan/masukan).

82
Faktor yang menghambat dalam kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling yaitu berasal dari kebijakan pemerintah yang
mengharuskan seluruh institusi pendidikan melakukan pembelajaran daring.
Faktor yang menghambat berasal dari pihak-pihak yang ikut serta dalam
pelaksanaan layanan bimbingan konseling tersebut, siswa yang susah untuk
dihubungi, orangtua yang tidak dapat memenuhi panggilan surat kesekolah,
dan guru BK yang kebingungan menemukan alamat rumah siswa yang
kadang terus berganti.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Shofaria (2020) yang
berjudul “Inovasi Layanan Bimbingan dan Konseling Pada Pembelajaran
dalam Jaringan Masa Pandemi Covid-19”.103 Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sehubungan dengan situasi pandemi Covid-19 mau tidak mau semua
elemen masyarakat, tatanan pendidikan menyesuaikan dengan protokol
kesehatan. Kesehatan peserta didik lebih utama sehingga pembelajaran dalam
jaringan (daring) salah satu metode yang diterapkan dan membawa dampak
besar bagi peserta didik dan guru, tidak menutup kemungkinan dalam
pemberian layanan bimbingan konseling, oleh sebab itu guru BK harus berani
berinovasi dalam pemberian layanan bimbingan konseling kepada peserta
didik. Tidak ada alasan apapun dalam masa pandemi Covid-19 guru BK
berhenti memberikan layanan kepada peserta didik, bahkan dengan adanya
pandemi seperti ini semua guru BK dikenalkan dengan beberapa macam
metode aplikasi pembelajaran daring sehingga menambah keterampilan diri
dalam menggunakan layanan bimbingan konseling berbasis daring.
Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jamaluddin (2020)
yang berjudul “Upaya Pelayanan Guru Bimbingan dan Konseling Selama
Pandemi Covid-19 Pada Siswa di SMP N 23 Banjarmasin”. 104 Pada penelitian
ini peneliti mengetahui pelayanan guru BK selama pandemi Covid-19 SMP N
23 Banjarmasin berjalan dengan lancar, meski banyak hambatan dan kendala
baik bagi guru BK maupun bagi siswa. Kendala atau hambatan pelayanan
bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19 terdapat hambatan-
103
Shofariah, “Inovasi Layanan Bimbingan dan Konseling Pada Pembelajaran dalam
Jaringan Masa Pandemi Covid-19”, Sarirejo: Jurnal Bikotetik, 2020. h. 55-61.
104
Jamaluddin, “Upaya Pelayanan Guru Bimbingan dan Konseling Selama Pandemi
Covid-19 Pada Siswa di SMP N 23 Banjarmasin”, Banjarmasin: UPT Publikasi, 2020. h. 1-12.

83
hambatan berupa ada beberapa siswa yang tidak memiliki handphone, biaya
yang kurang memadai untuk paket data, dan jaringan telephon yang lelet
sehingga siswa menjadi terganggu dalam pembelajaran.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Shofariah dan Jamaluddin
yaitu sama-sama membahas pemberian layanan bimbingan konseling selama
masa pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 berdampak besar pada
pendidikan. Dunia pendidikan ikut merasakan dampaknya. Walau demikian
pendidik harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan,
meskipun peseta didik berada di rumah. Solusinya, pendidik dituntut
mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media
daring (online). Kepala sekolah dituntut untuk memberikan dorongan dan
pimpinan untuk seluruh program layanan bimbingan konseling serta
membimbing para siswa agar tetap terarah dengan baik, dan ketika adanya
masalah harus terselesaikan secara cepat dan tepat untuk ditangani maka
dibantulah oleh guru BK. Karena disini peran guru BK sangat penting sekali.
Guru BK harus mengetahui seluk beluk semua masalah yang dihadapi,
dialami, dan yang menjadi beban siswa. Pada hakikatnya peran guru kelas
juga penting sebab guru kelas yang lebih mengontrol pembelajaran daring
disetiap harinya melalui grup whatsaap. Untuk siswa bermasalah guru kelas
selalu memberikan informasi kepada guru BK, agar guru BK dapat
memberikan bantuan untuk psikis maupun psikologis siswa.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan tentang kerjasama
kepala sekolah, guru BK, dan guru kelas dalam pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi Covid-19 di MTsN 2 Medan sebagaimana data

84
yang telah disajikan kemudian dianalisa, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kerjasama kepala sekolah, guru BK dan guru kelas dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling selama masa pandemi Covid-19 di
MTsN 2 Medan berjalan dengan lancar, dengan bentuk kerjasama yang
dapat dilihat dari pertemuan rutin setiap bulan, memberikan atau
menerima masukan dan saran, saling terbuka bertukar pikiran atau
berdiskusi.
2. Faktor yang mendukung kerjasama antara kepala sekolah, guru BK dan
guru kelas dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling selama
masa pandemi Covid-19 di MTsN 2 Medan terbagi menjadi 2, yaitu
faktor internal dengan menjaga komunikasi yang baik antara kepala
sekolah, guru BK, dan guru kelas, dan faktor eksternal yang dimana
tidak hanya guru kelas yang mengontrol siswa tetapi guru BK juga
memantau, serta kepala sekolah harus dapat menerima masukan dari
anggota sekolah yang lain. Bentuk kerjasama yang dilakukan kepala
sekolah, guru BK, dan guru kelas yaitu dengan saling berkoordinasi
untuk mendisiplinkan murid, baik itu masalah absensi maupun dalam
proses pembelajaran contohnya seperti terlambat mengerjakan tugas
maupun tidak mengerjakan tugas. Adapun Faktor yang menghambat
dalam kerjasama dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling
berasal dari siswa yang susah untuk dihubungi dan orangtua yang tidak
dapat memenuhi panggilan surat kesekolah.

B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan berikut diberikan
saran kepada:
1. Kepala sekolah, peneliti menyarankan supaya kepala sekolah untuk
kedepannya lebih meningkatkan kerjasama dengan memberikan

85
berbagai informasi terkait dengan kerjasama guru BK dengan guru
kelas dan lebih memperhatikan perkembangannya.
2. Guru BK, untuk kedepannya diharapkan lebih mempertahankan atau
meningkatkan kerjasamanya, lebih sering mengontrol atau
memperhatikan sikap dan perilaku siswa di dalam grup kelas, termasuk
sikap belajar agar tidak terjadi penyimpangan dan kemampuan belajar
yang dimiliki siswa lebih optimal.
3. Guru kelas, untuk kedepannya diharapkan dapat mempertahankan
kerjasama dengan mengumpulkan informasi yang diperlukan guru BK
dalam rangka penilaian bimbingan konseling.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Muhaimin Azzet. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Yogyakarta: Arruz Media.

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematik, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ahmad Tanzeh dan Suyitno. 2006. Dasar-Dasar Penelitian”, Surabaya: Elkaf.

86
Abuddin Nata. 2016. Ilmu Pendidkan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.

Burhan Bungin.2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Busro. 2018. Teori-teori Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:


Prenadamedia Group.

Departemen Agama RI. 2008. Al-qur’an dan terjemahannya. Bandung:


Diponegoro.

Direktur Tendik Ditjen PMPTK Depdiknas, “Menumbuhkan Semangat Kerjasama


di Lingkungan Sekolah (Bahan Diktat Peningkatan Kompetensi Pengawas
Sekolah), Jakarta.

Djamarah. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta.

Dewa Ketut Sukardi. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan


Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Fandi Tjipto. 1994. Total Qualiti Management. Yogyakarta: Andi Offset.

Farid Mashudi. 2012. Psikologi Konseling. Yogyakarta: Ircisod.

Henrayana. 2011. Kerjasama. Tanggerang: Sekolah Tinggi Akuntasi Negara.

Heriyanto.Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling Dengan Wali Kelas Dalam


Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Pagai Utara
Selatan Kabupaten Mentawai.STKIP.

Irmayanti.2020. Hasil Evaluasi Bimbingan Belajar dan Bimbingan Belajar di


Masa Pandemi Covid 19. Sapaya: Universitas Megarezky.

Jamal Makmura Asmani.2010. Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di


Sekolah. Jakarta: Diva Press.

Jamaluddin. 2020. Upaya Pelayanan Guru Bimbingan dan Konseling Selama


Pandemi Covid-19 Pada Siswa di SMP N 23 Banjarmasin, Banjarmasin:
UPT Publikasi.

Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

KBBI. 2021. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Online), di akses 14 April 2021.

Krimah. 2017. Kerjasama Personil Sekolah dalam Pelayanan BK di Sekolah,


JRIT: IICET.

87
Lexy J. moeleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Milles dan Hubermen. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Myrna Apriany. 2020. Konseling di SD (Mendampingi Siswa Meraih Mimpi.


Yogyakarta: Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA.

Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-dasar Konseling Dalam Teori dan


Praktik. Jakarta: Kencana.

Novitya.Strategi Supervisi Oleh Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan


Profesionalisme Guru.UNP.

Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di


Sekolah”,Jakarta: Rieneka Cipta.

Prayitno. 2014. Pembelajaran Melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan.


Padang: Universitas Negeri Padang.

Prayitno dkk. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka


Cipta.

Putri.2020. Layanan Bimbingan dan Konseling Daring Selama Masa Pandemi


Covid-19.Jurnal Bimbingan Konseling Pendidikan Islam.

Rafael. 2020. Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus (Sebuah Perspektif


Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

Rianto. 2012. Sosiologi Hukum Kajian Hukum Secara Sosiologis. Jakarta:


Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sahertian. 2020. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia), Jakarta: Rineka Cipta.

Saiful Akhyar. 2011. Konseling Islam dan Kesehatan Mental. Medan: Citapustaka
Media Perintis.

Sawitri. 2020. Analisis Kebijakan Kepala Sekolah Dalam Pelaksanaan


Pembelajaran Daring. UMS.

Setiyanti. 2012. Membangun Kerjasama Tim (Kelompok). Semarang: Jurnal


STIE.

88
Shofariah. 2020. Inovasi Layanan Bimbingan dan Konseling Pada Pembelajaran
dalam Jaringan Masa Pandemi Covid-19, Sarirejo: Jurnal Bikotetik.

Silvia Rislina. 2010. Upaya Guru Pembimbing Dalam Mensosialisasikan Kegiatan


Bimbingan Konseling di SMAN 3 Duri. Pekanbaru: UINSSKR.

Sri Wiranti. 2012. Membangun Kerjasama Tim ( Kelompok) ”, Jurnal STIE


Semarang.

Solihah. Konsep BK SMA Dalam Memberikan Keterampilan Manajemen Diri.


Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Vol 4. No 2.

Sopian. Tugas, Peran, dan Fungsi Guru dalam Pendidikan. STIRU: Sakatiga.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.


Jakarta: Rineka Cipta.

Surya.1986. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan.Jakarta : Universitas Terbuka.

Sutirna. 2021. Bimbingan dan Konseling (Bagi Guru dan Calon Guru Mata
Pelajaran). Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Tohirin. 2014. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Wardati dan Mohammad Jauhar.2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling di


Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Yusliadi. 2017. Kerjasama Guru Bimbingan Konseling Dengan Kepala Sekolah


Dalam Melaksanakan Konferensi Kasus di SMP N 6 Banda Aceh. Banda
Aceh: UINAR.

Yusuf. 2018. Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo: IAIN Palopo.

LAMPIRAN I
RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Nadiyah Lihayati
2. Tempat & Tanggal Lahir : Seimencirim, 29 September 1999
3. Kebangsaan : Indonesia
4. Status : Belum Menikah

89
5. Tinggi, Berat Badan : 165 Cm, 40 Kg
6. Agama : Islam
7. Alamat : Jl. Jati Psr 4 Dsn 1 Seimencirim
8. Provinsi : Sumatera Utara
9. E-mail : lihayatinadiyah@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan Formal
1. SD : SD Muhammadiyah 29 Sunggal
2. SMP : SMP N 1 Sunggal
3. SMA : SMA Muhammadiyah 18 Sunggal
4. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
C. Pengalaman Kerja
1. Guru Ilmu Pengetahuan Alam di MTs Al-Khairiyah Sunggal
2. Guru Seni Budaya di MTs Al-Khairiyah Sunggal

LAMPIRAN II
INSTRUMEN WAWANCARA
Variabel Indikator Pertanyaan
Kerjasama - Bentuk kerjasama kepala - Sebelum masa pandemi Covid-19,
sekolah, guru BK, guru kelas apakah kepala sekolah bekerjasama
Pelaksanaan - Faktor penghambat kerjasama dengan guru BK dalam pelaksanaan
Layanan kepala sekolah, guru BK, guru layanan bimbingan konseling? Jika

90
Bimbingan kelas iya apa saja bentuk kerjasama yang
Konseling - Faktor pendukung kerjasama dilakukan?
kepala sekolah, guru BK, guru - Bagaimana peran atau kontribusi
Pedoman kelas apa saja yang diberikan kepala
Wawancara sekolah dalam pelaksanaan layanan
Untuk Kepala bimbingan konseling?
Sekolah MTsN 2 - Selama masa pandemi Covid-19,
Medan bagaimana bentuk kerjasama yang
dilakukan kepala sekolah dan guru
BK dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling?
- Apakah kepala sekolah memberikan
arahan sebelum pelaksanaan
layanan bimbingan konseling? Bila
iya bagaimana bentuknya?
- Dalam memberikan arahan selama
masa pandemi Covid-19 ini, apakah
kepala sekolah melakukannya
secara offline atau online?
- Bagaimana cara kepala sekolah
mengawasi kegiatan guru BK dalam
pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi
Covid-19?
- Apakah dalam pengawasan kepala
sekolah, guru BK dan guru kelas
sudah melakukan kerjasama dalam
pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi
Covid-19?
- Menurut pengawasan kepala
sekolah, apakah pelaksanaan

91
layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19
sudah mencapai tujuan yang
diinginkan?
- Bagaimana cara kepala sekolah
membangun kerjasama yang baik
dengan guru BK dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19?
- Menurut kepala sekolah, apakah ada
perbedaan bentuk kerjasama dalam
pelaksanaan layanan bimbingan
konseling sebelum dan selama masa
pandemi Covid-19?
- Apa saja faktor yang mendukung
kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19?
- Apa saja faktor yang menghambat
kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19?
Pedoman - Bentuk kerjasama kepala - Sebelum masa pandemi Covid-19,
Wawancara sekolah, guru BK, guru kelas apakah ada kerjasama dari kepala
Untuk Guru BK - Faktor penghambat kerjasama sekolah dan guru kelas dalam
MTsN 2 Medan kepala sekolah, guru BK, guru pelaksanaan layanan bimbingan
kelas konseling? Jika iya apa saja bentuk
- Faktor pendukung kerjasama kerjasama yang dilakukan?
kepala sekolah, guru BK, guru - Kontribusi apa yang diberikan
kelas kepala sekolah dalam pelaksanaan
- pelaksanaan layanan bimbingan layanan bimbingan konseling?
konseling selama masa pandemi - Selama masa pandemi Covid-19,

92
Covid-19 di MTsN 2 Medan. bagaimana bentuk kerjasama yang
dilakukan guru BK dengan kepala
sekolah dan guru kelas dalam
pelaksanaan layanan bimbingan
konseling?
- Selama masa pandemi Covid-19,
bagaimana bentuk layanan
bimbingan konseling? Layanan apa
saja yang diberikan?
- Dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19 ini, apakah guru
BK melakukannya secara offline
atau online?
- Apakah pelaksanaan layanan
bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19 sudah mencapai
tujuan yang diinginkan?
- Apakah kepala sekolah memberikan
arahan sebelum pelaksanaan
layanan bimbingan konseling? bila
iya bagaimana bentuknya?
- Apakah guru kelas membantu dan
melaksanakan tugas-tugasnya dalam
pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi
Covid-19?
- Bagaimana cara guru BK
mengkomunikasikan pelaksanaan
layanan bimbingan konseling
dengan kepala sekolah dan guru
kelas selama masa pandemi Covid-

93
19?
- Bagaimana cara guru BK
membangun kerjasama yang baik
dengan kepala sekolah dan guru
kelas dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling selama masa
pandemi Covid-19?
- Menurut guru BK, apakah ada
perbedaan bentuk kerjasama dalam
pelaksanaan layanan bimbingan
konseling sebelum dan selama masa
pandemi Covid-19?
- Apa saja faktor yang mendukung
kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19?
- Apa saja faktor yang menghambat
kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19?
Pedoman - Bentuk kerjasama kepala - Sebelum masa pandemi Covid-19,
Wawancara sekolah, guru BK, guru kelas apakah guru kelas bekerjasama
Untuk Guru - Faktor penghambat kerjasama dengan guru BK dalam pelaksanaan
Kelas MTsN 2 kepala sekolah, guru BK, guru layanan bimbingan konseling? jika
Medan kelas iya apa saja bentuk kerjasama yang
- Faktor pendukung kerjasama dilakukan?
kepala sekolah, guru BK, guru - Apa saja faktor yang
kelas melatarbelakangi kerjasama antara
guru kelas dan guru BK?
- Kontribusi apa yang diberikan
kepala sekolah dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling?

94
- Selama masa pandemi Covid-19,
bagaimana bentuk kerjasama yang
dilakukan guru kelas dan guru BK
dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling?
- Apakah kepala sekolah memberikan
arahan sebelum pelaksanaan
layanan bimbingan konseling? bila
iya bagaimana bentuknya?
- Apa saja peran guru kelas dalam
pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi
Covid-19?
- Apakah guru kelas membantu dan
melaksanakan tugas-tugasnya dalam
pelaksanaan layanan bimbingan
konseling selama masa pandemi
Covid-19?
- Selama masa pandemi Covid-19,
apakah pelaksanaan layanan
bimbingan konseling sudah
mencapai tujuan yang diinginkan?
- Bagaiamana cara guru kelas
membangun kerjasama yang baik
dengan guru BK dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19?
- Menurut guru kelas, apakah ada
perbedaan bentuk kerjasama dalam
pelaksanaan layanan bimbingan
konseling sebelum dan selama masa
pandemi Covid-19?

95
- Apa saja faktor yang mendukung
kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19?
- Apa saja faktor yang menghambat
kerjasama dalam pelaksanaan
layanan bimbingan konseling
selama masa pandemi Covid-19?

LAMPIRAN III
DOKUMENTASI PENELITIAN

96
Lampiran IV
Surat Riset

97
Lampiran V

98
Surat Balasan Riset

99

Anda mungkin juga menyukai