Karateristik Batuan Ultramafik Dan Distribusi Nikel Daerah Siuna, Pagimana, Banggai Sulteng
Karateristik Batuan Ultramafik Dan Distribusi Nikel Daerah Siuna, Pagimana, Banggai Sulteng
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno-Hatta Km. 9, Kota Palu,
Sulawesi Tengah, Indonesia.
Manuscript received: 29 October 2021; Received in revised form: 22 April 2022; Accepted: 28 April 2022
Abstrak
Geologi Pulau Sulawesi khususnya bagian lengan timur diketahui tersusun dari batuan ultramafik yang
cukup luas dengan potensi mineral yang dimilikinya, termasuk mineral nikel laterit. Daerah penelitian
terletak di PT. X Daerah Siuna Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik batuan ultramafik pada daerah penelitian,
mengetahui sebaran nikel laterit serta hubungannya dengan karakteristik batuan ultramafik pada daerah
penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian lapangan dan analisis
laboratorium (petrografi dan analisis XRF). Penelitian lapangan dilakukan untuk mengambil data
lapangan berupa sampel batuan dan sampel tanah yang dimana sampel batuan ada 9 stasiun dan sampel
tanah ada 4 stasiun. Selanjutnya akan dianalisis laboratorium berupa analisis petrografi untuk
menentukan komposisi mineral pada batuan, kemudian pada analisis XRF (X-Ray Flourescence)
dilakukan untuk menentukan kadar nikel laterit yang selanjutnya diolah menggunakan software ArcGis
10.5, kemudian diinterpolasi menggunakan metode Inverse Distance Weight (IDW). Berdasarkan hasil
analisi lapangan dan laboratorium karakteristik batuan pada daerah penelitian memiliki 3 tipe batuan
yaitu satuan peridotit terserpentinisasi, satuan dunit terserpentinisasi dan satuan serpentinit. Ketiga
batuan tersebut telah mengalami serpentinisasi dengan tingkat menengah - tinggi, mineral penyusunnya
telah di dominasi oleh serpentin, sedikit mineral opak, mineral piroksen, dan olivin. Berdasarkan hasil
interpolasi metode IDW, penyebaran nikel laterit pada bagian barat daerah penelitian memiliki kadar
nikel (Ni) 0,50 – 1,2%, sedangkan pada bagian selatan – timur daerah penelitian memiliki kadar nikel
(Ni) 0,20 – 0,5%.
Abstract
The geology of Sulawesi Island, especially the eastern arm, is known to be composed of extensive
ultramafic rocks with mineral deposit potential, including nickel laterite. The research area is located at
PT. X Siuna, Pagimana District, Banggai Regency, Central Sulawesi Province. This study purpose to
determine the characteristics of ultramafic rocks in the study area and to determine the distribution of
laterite nickel and the relationship between ultramafik rock characteristics in the study area. The
research methods used are field research methods and laboratory analysis (Petrography and XRF
Analysis). Field research was conducted to collect field data in the form of rock samples and soil
samples where there were 9 stations for rock samples and 4 stations for soil samples. Furthermore,
laboratory analysis in the form of petrographic analysis will be carried out to determine the mineral
composition of the rock, then XRF (X-Ray Flourescence) analysis is carried out to determine laterite
nickel content which is then processed using ArcGIS 10.5 software, then interpolated using the Inverse
Distance Weight (IDW) method. Based on the results of field and laboratory analysis, the rock
characteristics in the study area have 3 rock types, namely serpentinized peridotite units, serpentinized
dunite units and serpentinite units. The three rocks have been serpentinized with intermediate to strong
intensity, the constituent minerals have been dominated by serpentine, opaque mineral, pyroxine, and
olivine. Based on IDW interpolation results, the distribution of nickel laterite in the western part of the
study area has nickel (Ni) content of 0.50 – 1.2%, while in the southern – eastern part of the research
area it has nickel (Ni) content of 0.20 – 0.5%.
tekstur ofit dan poikilitik beberapa tempat. kristal berbentuk anhedron. Serpentin
Batuan ini terutama tersusun atas olivin merupakan mineral ubahan dari olivin dan
dengan tekstur khusus mosaik dan piroksen dijumpai mengisi rekahan kristal
piroksen-klino atau piroksenorto; serta membentuk struktur menyerupai jala (mesh
mineral ikutan yaitu yakut dan epidot. structure). Batuan ini telah mengalami
Diperkirakan batuan ini telah mengalami penggerusan, sehingga dijumpai
indikasi penggerusan ditandai oleh pemilonitan setempat dalam ukuran sangat
pelengkungan pada kembaran polisintesis halus dan memperlihatkan struktur
yang dijumpai pada mineral piroksen. kataklastik. Dijumpai mineral zoisit, klorit,
dan mineral gelap pada lajur milonit serta
terdapat pula di seluruh bagian batuan.
Batuan ultramafik tersusun atas mineral harzburgit, lerzolit, wehrlit, dan dunit.
primer olivine, piroksen dan hornblende Peridotit tersusun atas mineral – mineral
yang mempunyai warna gelap dalam holokristalin dengan ukuran medium –
keadaan segar. Penguraian mineral-mineral kasar dan berbentuk anhedral.
primer tersebut yang menyebabkan unsur- Komposisinya terdiri dari olivin dan
unsur yang terbawa dalam larutan piroksen. Mineral asesorisnya berupa
kemudian akan mengendap pada suatu plagioklas, hornblende, biotit, dan
tempat tertentu. Proses ini berjalan secara garnet (Williams dkk., 1954).
dinamis dan lambat, sehingga terbentuk 2. Dunit. Menurut Williams dkk. (1954),
profil laterit yang merupakan bahwa dunit merupakan batuan yang
pengembangan dari tahapan laterisasi hampir murni olivin (90 – 100%).
(Hasria dkk., 2020). Sedangkan Waheed (2002) menyatakan
bahwa dunit memiliki komposisi
Berdasarkan klasifikasi penamaan batuan mineral hampir seluruhnya adalah
beku ultamafik menurut Streckeisen (1976)
monomineralik olivin (umumnya
menjelaskan bahwa batuan intrusi dan magnesia olivin), mineral asesorisnya
ekstrusi dipisahkan. Klasifikasi ini meliputi kromit, magnetit, ilmenit, dan
membagi batuan berdasarkan kandungan spinel. Pembentukan dunit berlangsung
mineraloginya, yang terbagi dalam tiga pada kondisi padat atau hampir padat
jenis mineral yaitu olivin, ortopiroksen, dan (pada temperatur yang tinggi) dalam
klinopiroksen (Gambar 2). larutan magma, dan sebelum mendingin
pada temperatur tersebut, batuan
tersebut siap bersatu membentuk massa
olivin anhedral yang saling mengikat
(Williams dkk., 1954). Terbentuknya
batuan yang terdiri dari olivin murni
(dunit) misalnya, membuktikan bahwa
larutan magma (liquid) berkomposisi
olivin memisah dari larutan yang lain
(Wilson, 1989).
3. Serpentinit. Serpentinit merupakan
Gambar 2. Klasifikasi batuan ultramafik batuan hasil alterasi hidrotermal dari
berdasarkan kandungan mineraloginya
(Streckeisen, 1976). batuan utrabasa, dimana mineral –
mineral olivin dan piroksen jika
Menurut Burger (1996), Komposisi kimia teralterasi akan membentuk mineral
penyusun batuan utrabasa adalah sebagai serpentin. Serpentinit sangat umum
berikut: SiO2 (38 – 45 %), MgO (30 – 45 memiliki komposisi batuan berupa
%), *Fe2O3 dan *FeO ( 7– 10 %), Al2O3 monomineralik serpentin, batuan
(0,3 – 5,0 %), Cr2O3 (0,2 – 1,0 %), NiO (0,2 tersebut dapat terbentuk dari
– 0,3%), CaO (0,01 – 0,02 %), MnO (0,10 serpentinisasi dunit, peridotit (Waheed,
– 0,30 %), NaO (0,00 – 1,00 %), H2O (10– 2002). Serpentinit tersusun oleh mineral
14 %). *total Fe diekspresikan dalam Fe2O3 grup serpentin > 50 % (Williams dkk.,
dan FeO. 1954). Menurut Ringwood (1975),
bahwa pada prinsipnya kerak serpentinit
Jenis-jenis batuan ultramafik, antara lain: dapat dihasilkan dari mantel oleh hidrasi
1. Peridotit. Peridotit biasanya membentuk dari mantel utrabasa (mantel peridotit
suatu kelompok batuan ultramafik yang dan dunit) di bawah punggungan tengah
disebut ofiolit, umumnya membentuk samudera (Mid Ocean Ridge) pada
tekstur kumulus yang terdiri atas temperatur <5000C. Serpentin kemudian
terbawa keluar melalui migrasi litosfer. Bijih nikel latertit biasanya ditemukan pada
Serpentinisasi pada mineral olivine daerah yang relatif dangkal yaitu berkisar di
menurut Waheed (2002), bahwa kedalaman 15 – 20 meter di bawah
Serpentin merupakan suatu pola mineral permukaan tanah. Bijih nikel laterit
dengan komposisi H4Mg3Si2O9, berkontribusi hingga 60 – 70% dari
terbentuk melalui alterasi hidrothermal cadangan nikel dunia dan sebagian besar
dari mineral feromagnesia seperti olivin, berada di negara-negara tropis dan
piroksen dan amfibol. Umumnya alterasi subtropis seperti Indonesia, New
pada olivin dimulai pada pecahan/ Caledonia, Australia, Kuba, Brazil, Filipina
retakan pada kristalnya, secepatnya dan Papua Nugini (Kose, 2010).
keseluruhan kristal mungkin teralterasi
dan mengalami pergantian. Menurut Menurut Kyle (2010), secara umum deposit
Waheed (2002), bahwa serpentinisasi nikel laterit dapat dibagi menjadi empat
pada olivin memerlukan penambahan zona utama, yaitu zona ferricrete, zona
air, pelepasan magnesia atau limonit, zona saprolit dan bedrock.
penambahan silika, pelepasan besi (Mg, Keempat zona ini memiliki kandungan
Fe) pada olivin, konversi pelepasan besi nikel, besi dan magnesia yang berbeda-
dari bentuk ferrous (Fe2+) ke ferri (Fe3+) beda (Gambar 3).
ke bentuk magnetit.
Nikel Laterit
Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later,
yang artinya bata (membentuk bongkah-
bongkah yang tersusun seperti bata yang
berwarna merah bata) (Jafar dkk., 2016).
Laterit merupakan hasil proses pelapukan
dan pengkayaan batuan mafic/ utramafic di
daerah tropis. Oleh karena itu komposisi
kimia dan mineraloginya berbeda antara
satu endapan dengan endapan lainya. Nikel
dalam bijih nikel laterit berasosiasi dengan
besi oksida dan mineral silikat sebagai hasil
substitusi isomorphous unsur besi dan
magnesium dalam struktur kristalnya,
sehingga secara kimia dan fisik, bijih nikel
laterit dapat digolongkan menjadi dua jenis
yaitu bijih jenis saprolit (silikat/ hidro Gambar 3. Ilustrasi profil laterit (Waheed,
silikat) dan jenis limonit (oksida/ 2008)
hidroksida) (Subagja dkk., 2016). 1. Zona ferricrete. Zona ferricrete
merupakan bagian paling atas dari
Laterit dapat dijumpai terutama pada deposit nikel laterit yang terdiri dari
daerah yang beriklim tropis sampai humus, oksida besi dan sisa organik.
subtropis yang memiliki suhu tinggi dan Lapisan ini berwarna coklat tua
curah hujan yang cukup. Akibatnya laterit kehitaman dan bersifat gembur.
banyak ditemukan di daerah Indonesia Kandungan besi pada lapisan ini sangat
(daerah Sulawesi), serta beberapa wilayah tinggi (sekitar 60%) dengan komponen
lain yang memiliki iklim tropis dan mineral utama berupa hematit. Nikel
subtropis. yang terkandung pada zona ini
umumnya <0,6%. Biasanya lapisan ini
menjadi overburden pada proses terdiri dari penelitian lapangan dan analisis
penambangan. laboratorium. Penelitian lapangan
dilakukan untuk mengambil data lapangan
2. Zona limonit. Zona limonit berada di
(data primer) dan data sekunder. Data
bawah zona ferricrete. Zona ini
primer adalah data yang diperoleh secara
merupakan hasil pelapukan lebih lanjut
dari batuan beku ultramafik. Lapisan ini langsung di lapangan, yaitu data singkapan,
litologi dan geomorfologi. Pengambilan
berwarna merah kecoklatan dan
data primer terdiri dari 13 stasiun meliputi
mengandung oksida besi yang umumnya
pengambilan sampel batuan sebanyak 9
dalam bentuk senyawa goethite dan
stasiun dan pengambilan sampel tanah
hematite. Pada zona limonit kandungan
(tespit) sebanyak 4 stasiun serta
nikelnya berkisar antara 0,8 – 1,5%.
pengamatan profil laterit sebanyak 1
Sebagian besar nikel berada dalam
stasiun. Adapun data sekunder berupa data
larutan padat dengan goethite. Pada zona
kadar nikel laterit dari dari 6 titik lubang bor
limonit kandungan besi nya cukup tinggi
yang diperoleh dari PT. X. Data lubang bor
berkisar antara 40 – 50%.
yang berisi data mengenai posisi/koordinat
3. Zona saprolite. Zona saprolit berada di lubang bor berupa easting dan northing
bawah lapisan limonit. Zona saprolit yang berjumlah 6 titik bor. Data kadar nikel
merupakan zona dengan kandungan laterit yang berisi informasi kadar nikel
nikel paling tinggi. Mineral utama pada tiap-tiap interval kedalaman 1-10 m
saprolit adalah serpentine pada masing-masing lubang bor.
(Mg3Si2O5(OH)4) dengan nikel
menggantikan Mg untuk membentuk
senyawa garnierite (Mg,Ni)3Si2O5(OH).
Kandungan nikel pada zona saprolit
berkisar 1,5 – 3%.
4. Bedrock. Bedrock merupakan zona
terbawah. Zona ini terdiri dari
bongkahan peridotite yang berukuran
besar dan sudah tidak mengandung
mineral ekonomis untuk diolah.
Gambar 4. Peta lokasi penelitian.
Dari keempat zona di atas, saat ini yang
diolah untuk diambil nikelnya adalah zona Sampel batuan dan sampel tanah dari
limonit dan zona saprolit. Bijih saprolit dan penelitian lapangan selanjutnya dipreparasi
bijih limonit memiliki karakter yang untuk analisis laboratorium. Sampel batuan
berbeda dan bervariasi dari satu tempat dipreparasi menjadi sayatan tipis (thin
ketempat lain. section) kemudian dianalisis laoratorium
berupa analisis petrografi untuk
menentukan komposisi mineral pada
Metode Penelitian batuan sehingga dapat diketahui
karakteristik batuan ultramafik pada daerah
Lokasi penelitian terletak pada Desa Siuna,
penelitian. Sedangkan sampel tanah
Kecamatan Pagimana, Kabupaten Banggai,
dianalisis menggunakan metode X-Ray
Provinsi Sulawesi Tengah (Gambar 4).
Flourescence (Epsilon 3) untuk
Secara astronomis daerah penelitian
menentukan kadar nikel (Ni). Data kadar
terletak pada 122°57'30" - 122°58'45" BT
dari penelitian lapangan kemudian
dan 0°43'20" - 0°44'40" LS.
diintegrasi dengan data kadar nikel (Ni)
dari PT. X. Selanjutnya data tersebut diolah
Metode penelitian yang digunakan adalah
menggunakan software ArcGis 10.5. dan
metode kualitatif dan kuantitatif yang
diinterpolasi dengan menggunakan metode rekahan dan patahan pada batuan akan
Inverse Distance Weight (IDW) sehingga mempermudah rembesan air masuk
menghasilkan peta penyebaran nikel laterit kedalam tanah dan mempercepat proses
di daerah penelitian. pelapukan pada batuan induk. Selain itu
rekahan dan patahan dapat juga berfungsi
Hasil dan Pembahasan sebagai tempat pengendapan larutan yang
mengandung nikel laterit.
Geologi Daerah Penelitian
Daerah penelitian termasuk satuan Karakteristik Batuan Ultramafik
bentangalam Perbukitan Rendah Curam Berdasarkan penelitian lapangan dan
Denudasional. Satuan bentang alam ini analisis petrografi, daerah penelitian
dicirikan dengan bentuk lereng miring, tersusun oleh batuan ultramafik yaitu
dengan bentuk puncak tumpul (Gambar 5). peridotit terserpentinisasi, dunit
terserpentinisasi dan serpentinite.
Karakteristik batuan ultramafik tersebut
dapat dijelaskan berdasarkan pengamatan
megaskopis dan mikroskopis.
Op
Ol
Srp
A
0,25 1,25 0,25 1,25
mm mm
B Nikol // Nikol X
Nikol // Nikol X
Nikol X
0,25 1,25
mm
Berdasarkan analisis petrografi, tingkat lubang bor, data koordinat dan data kadar
serpentinisasi pada daerah penelitian telah Ni. Kemudian data tersebut diinterpolasi
mengalami proses serpentinisasi dengan dengan menggunakan metode IDW untuk
tingkat menengah hingga tinggi (>50 – mengetahui peta sebaran nikel laterit pada
85%). Mineral penyusunnya telah di daerah penelitian (Gambar 11).
dominasi oleh mineral serpentin hingga 80,
sedikit mineral opak dan sedikit mineral Penyebaran nikel laterit dipengaruhi oleh
utama dari batuan peridotit tersebut yaitu kemiringan lereng pada daerah penelitian.
olivin dan ada pula urat-urat vein yang terisi Semakin besar kemiringan lereng maka
oleh mineral serpentin dan mineral opak. ketebalan endapan nikel laterit yang
Batuan terserpentinisasi umumnya akan terbentuk akan semakin tipis. Sebaliknya,
menjadi lebih magnetik. Peran atau bila kemiringan lereng sedang sampai
kemunculan mineral serpentin pada batuan landai maka endapan nikel laterit yang
dasar penghasil laterit akan memberikan terbentuk akan tebal dan penyebaran nikel
dampak yang sangat signifikan terhadap laterit juga dipengaruhi oleh batuan asal
karakteritisasi tanah laterit yang ada. yang dimana mineral serpentin yang berasal
Kehadiran mineral serpentin pada batuan dari batuan asal yang terbentuk saat proses
ultramafik menjadi suatu peranan penting laterisasi dan membuat proses laterisasi
dalam pembentukan karakteristik tanah menjadi lebih cepat. Saat batuan ultramafik
laterit yang ada terutama pada pengkayaan menjadi batuan serpentinite, unsur Fe pada
unsur logam Ni pada tanah laterit. Proses mineral akan lepas dan membentuk mineral
serpentinisasi akan menyebabkan baru yaitu magnetite. Proses laterisasi yang
perubahan tekstur mineralogi dan senyawa tujuannya memisahkan unsur Ni-Mg dari
pada mineral olivin pengurangan atau unsur Fe akan terbantu karena unsur Fe-nya
perubahan komposisi unsur Mg, Ni dan Fe sudah terpisah saat proses serpentinisasi
pada mineralnya. terjadi.
Penyebaran Nikel Laterit pada Lubang Bor Endapan nikel laterit yang berasal dari
batuan serpentinite akan mengandung lebih
Penyebaran nikel laterit pada daerah banyak mineral serpentin dibandingkan
penelitian digambarkan melalui pola dengan endapan nikel laterit yang berasal
distribusi nikel laterit baik dari data lubang dari kelompok ultramafik yang tidak
bor maupun data analisis XRF. Pola mengalamai proses serpentinisasi.
distribusi nikel laterit pada daerah
penelitian diperoleh dari PT. X pada 6 titik Profil Nikel Laterit pada Lubang Bor
lubang bor dengan kedalaman 0-10 m
(Gambar 9). Diperoleh kadar Ni pada Profil nikel laterit pada lubang bor
DS_033 (0,2 – 0,4%), DS_42 (0,33 – ditentukan berdasarkan kadar nikel (Ni)
0,53%). DS_069 (0,30 – 0,79%), DS_78 dari 6 lubang bor PT X. Profil laterit
(0,69 – 1,18%), DS_87 (0,28 – 0,67%) dan termasuk dalam zona limonite (red limonite
DS_091 (0,40 – 0,72%) (Tabel 1 dan dan yellow limonite), dimana red limonite
Gambar 10). terdapat pada hole id DS_033 kedalaman 1
– 10 m, DS_042 kedalaman 1 – 10 m,
Penyebaran nikel laterit pada daerah DS_069 kedalaman 1 – 10 m, DS_07
penelian diperoleh melalui interpolasi kedalaman 1 m, DS_087 kedalaman 1 – 10
dengan menggunakan metode Inverse m dan DS_091 kedalaman 1 – 10 m.
Distance Weight (IDW) dengan Sedangkan yellow limonite hanya terdapat
mengunakan data sekunder (data pada DS_078 kedalaman 2 – 10 m (Tabel
perusahaan). Data-data tersebut diinput 2). Dasar klasifikasi zona berdasarkan
dalam aplikasi ArcGis 10.5 dengan unsur kimia pada klasifikasi profil laterit
menggabungkan data-data yaitu data
3,5
3
Persentasi Ni (%)
DS_091
2,5 DS_087
2 DS_078
DS_069
1,5
DS_042
1
DS_033
0,5
0
0-1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 9-10
Kedalaman (m)
Gambar 10. Grafik persentasi unsur Ni dari 6 titik bor.
Gambar 11. Peta sebaran nikel laterit pada daerah penelitian berdasarkan hasil interpolasi menggunakan
metode IDW.
Penyebaran Nikel Laterit pada Tespit yellow limonite akan lebih dominan
sedangkan pada daerah yang miring, red
Pola distribusi nikel laterit pada daerah limonite akan lebih dominan.
penelitian diperoleh dari hasil analisis XRF
pada 4 titik tespit dengan kedalaman 0 – 2
m yang diperoleh kadar Ni pada TS_001
(0,46%), TS_002 (0,35%), TS_003
(0,44%) dan TS_004 (0,43%) (Tabel 3).
Tabel 3. Kadar Ni (%) pada lubang tespit dari
analisis XRF.
Kedalaman
Hole Id Ni (%)
(Meter)
TS_001 0-2 0,46
TS_002 0-2 0,35
TS_003 0-2 0,44
TS_004 0-2 0,43
Top soil berwarna coklat tua, tanahnya Berdasarkan struktur regional yang terdapat
gembur dan memiliki lapukan-lapukan akar didaerah penelitian menyebabkan
kayu serta mempunyai kadar besi yang terjadinya rekahan pada Kompleks Mafik.
tinggi tapi kadar Ni yang rendah. Ketebalan Adanya rekahan pada batuan akan
rata-rata zona top soil berkisar 10 – 30 cm. mempermudah rembesan air masuk
Red limonite berwarna merah coklat atau kedalam tanah dan mempercepat proses
kuning, lapisan kaya besi dari limonite pelapukan pada batuan induk.
menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis
pada daerah yang terjal, dan pada daerah Curah hujan yang tinggi daerah penelitian
datar lapisan ini tebal. Sebagian dari nikel mempengaruhi jumlah air yang melewati
pada zona ini hadir di dalam mineral tanah seiring dengan kecepatan run off air
hematite. Ketebalan rata-rata red limonite tanah akan meningkat dan waktu
0,3 – 1,5 meter. penyerapan air tanah akan berkurang
sehingga mineral hematite sebagai penciri
Faktor-Faktor Penyebab Terbentuknya red limonite akan lebih banyak dari mineral
Nikel Laterit ghoetite yang menjadi penciri yellow
limonite. Penyerapan air yang lama
Nikel laterit bukanlah endapan dengan membuat limonite pada daerah penelitian
sebaran yang homogen. Ketebalan total memberikan waktu yang cukup untuk
nikel laterit di pengaruhi oleh bentukan mengubah mineral hematite (Fe2O3) yang
topografi. Pada topografi landai pada memiliki cerat berwarna merah menjadi
puncak bukit yang landai akan memiliki mineral ghoetite (Fe2O3 + H2O) bercerat
endapan nikel laterit yang relatif tipis kuning kecoklatan. Hal ini menyebabkan
dibandingkan dengan yang ada pada lereng yellow limonite pada daerah penelitian
bukit yang landai. Pada daerah yang datar, tersebut lebih sedikit dari pada red limonite.
Mineral serpentin yang berasal dari batuan melaksanakan salah satu tridarma yaitu
asal yang terbentuk saat proses laterisasi. penelitian dan pengabdian kepada
Mineral serpentin juga membuat proses masyarakat.
laterisasi menjadi lebih cepat. Saat batuan
ultramafik menjadi batuan serpentinite, Daftar Pustaka
unsur Fe pada mineral akan lepas dan
membentuk mineral baru yaitu magnetite. Arifin, M., Widodo, S. dan Anshariah.
Proses laterisasi yang tujuannya 2015. Karakteristik Endapan Nikel
memisahkan unsur Ni-Mg dari unsur Fe Laterit Pada Blok X PT. Bintang
akan terbantu karena unsur Fe-nya sudah Delapan Mineral Kecamatan
terpisah saat proses serpentinisasi terjadi. Bahodopi Kabupaten Morowali
Endapan laterit yang berasal dari batuan Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal
serpentinite akan mengandung lebih Geomine. 1(1), pp.37-45.
banyak mineral serpentin dibandingkan https://doi.org/10.33536/jg.v1i1.7
dengan endapan nikel laterit yang berasal Burger, P.A. 1996. Origins and
dari kelompok ultramafik yang tidak Characteristic of Lateritic Deposits.
mengalamai proses serpentinisasi. In: Procceding nickel’96 pp.179 –
183, Melbourne: The Australisian
Kesimpulan Institute of Mining and Metallurgy.
Hall, R. dan Wilson, M.E. 2000. Neogene
Pertama, karakteristik batuan pada daerah sutures in eastern Indonesia. Journal
penelitian memiliki 3 tipe batuan yang of Asian Earth Sciences. 18(6),
pertama satuan peridotit terserpentinisasi, pp.781-808.
Kedua satuan dunit terserpentinisasi, dan https://doi.org/10.1016/S1367-
yang ketiga satuan serpentinit. Ketiga 9120(00)00040-7
batuan tersebut telah mengalami Hasria., Hasan, E.S., Deniyatno, Salihin,
serpentinisasi dengan intensitas kuat, L.M.I. dan Asdiwam. 2020.
mineral penyusunnya telah di dominasi Characteristics of Ultramafic
oleh mineral serpentin, sedikit mineral Igneous Rock Ofiolite Complex in
opak, sedikit mineral piroksen, dan sedikit Asera District, North Konawe
mineral utama dari ketiga batuan tersebut Regency, Southeast Sulawesi
yaitu olivin. Kedua, berdasarkan hasil Province, Indonesia. Journal of
interpolasi IDW, penyebaran nikel laterit Geoscience, Engineering,
pada bagian barat daerah penelitian dengan Environment, and Technology. 5(3),
6 titik bor pada kedalaman 0 – 10 m pp.108-112.
memiliki kadar nikel 0,50 – 1,2 %, https://doi.org/10.25299/jgeet.2020.
sedangkan pada bagian selatan – timur 5.3.4113
daerah penelitian memiliki kadar nikel 0,20 Hutabarat, J. dan Ismawan. 2015. Tinjauan
– 0,5%. Keterdapatan Batuan Ultramafik
dalam Komplek Ofiolit Ciletuh di
Ucapan Terima Kasih Daerah Ciletuh, Jawa Barat.
Bulletin of Scientific Contribution:
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya Geology. 13(3), pp.213-220.
kepada Fakultas Teknik, Universitas https://jurnal.unpad.ac.id/bsc/article/
Tadulako yang telah memberikan view/8408
pembiayaan dari hibah penelitian DIPA. Jafar, N., Erwin, M.A. dan Djamaluddin.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya 2016. Analisis Perbandingan
juga disampaikan kepada LPPM Kandungan Unsur Nikel (Ni) dan
Universitas Tadulako yang telah Besi (Fe) dari Data Titik Bor dengan
memberikan kesempatan dalam Realisasi Penambangan. Jurnal