HELPRIS ESTASWARA
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Pancasila
Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
Telp: 081310488088, E-mail: the.estaswara@yahoo.com
Abstrak Strategic communication merupakan kajian baru dan mulai berkembang serta menjadi
perhatian banyak pihak. Namun, banyak tulisan di jurnal internasional teridentifikasi
belum memasukkan konsep dan teori komunikasi. Artikel ini mencoba menjelaskan
strategic communication dalam perspektif ilmu komunikasi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah literatur review, mengingat banyaknya pemikir strategic
communication menggagas tulisannya dengan menggunakan literatur review. Hasilnya,
dari empat definisi, ditemukan bahwa strategic communication dibangun atas aktor,
kemudian aksi, interaksi dan negosiasi, dan yang terakhir adalah makna. Aktor dalam
strategic communication tidak hanya single actor, tetapi multiple actor. Dengan
multiple actor, strategic communication akan lebih penting dan relevan. Sedangkan
aksi, interaksi dan nogosiasi, di dalam strategic communication tidak hanya aksi saja,
tetapi interaksi dan negosiasi menjadi bahasannya. Terakhir, makna dalam strategic
communication merupakan proses dari multiple actor, di mana mereka secara
bersamaan melakukan aksi, interaksi dan negosiasi.
Kata Kunci : aktor, aksi, negosiasi, makna, dan komunikasi
Abstract Strategic communication is a new study and beginning to develop and it is concern to
many parties. However, many writings in international journals have not been
identified as including communication concepts and theories. This article attempts to
explain strategic communication from the perspective of communication science. The
method used in this research is literature review, considering that many strategic
communication thinkers have initiated their writings using literature reviews. The
result, from the four definitions, found that strategic communication is built on actors,
then action, interaction and negotiation, and the last is meaning. Actors in strategic
communication are not only single actors, but multiple actors. With multiple actors,
strategic communication will be more important and relevant. Whereas action,
interaction and negotiation, in strategic communication, it is not only action, but
interaction and negotiation are the disc ussion. Finally, meaning in strategic
communication is a process from multiple actors, where they simultaneously carry out
actions, interactions and negotiations.
Keywords : actor, action, negotiation, meaning and kommunication
CoverAge :
Journal of Strategic
Communication
Vol. 11,No. 2, Hal. 77-87
Maret 2021
Fakultas Ilmu Komunikasi,
Universitas Pancasila
aksi, interaksi dan negosiasi, dan terakhir adalah practice on behalf of organizations, causes, and
makna (pemaknaan), diambil dari definisi yang social movements”.
diberikan oleh Argenti, Howell & Beck (2005),
Pertama, definisi Argenti, Howell & Beck (2005)
Grunig (2006), Jarzabkowski et al (2007), dan
mengatakan bahwa strategic communication
Hallahan et al (2007).
harus menjadi keseluruhan strategi untuk
meningkatkan strategic posisitioning-nya. Mereka
TINJAUAN PUSTAKA hanya menempatkan aktor tunggal dalam
keseluruhan organisasi. Hal ini sama dengan
Strategic communication merupakan konsep yang definisi yang diungkapkan oleh Grunig (2006). Lain
populer di kalangan akademisi ilmu komunikasi halnya dengan Jarzabkowski et al., (2007) dan
pada dekade kedua abad ke-21 (Holtzhausen & Hallahan et al (2007) yang mengangkat aksi,
Zerfass 2015). Sebagai kajian baru, sejarah interaksi dan negosiasi dari multiple actor atau
penelitian strategic communication dapat kata “people” dalam definisinya. Menarik untuk
dikatakan masih relatif sedikit dan belum dicermati penjabaran tentang strategic
berkembang—dibandingkan dengan disiplin ilmu communication tersebut, dua pemikir menyatakan
lainnya yang telah mapan, seperti public relations, bahwa aktor dalam strategic communication
organizational communication, advertising, adalah tunggal, sedangkan dua pemikir lainnya
maupun marketing communication—khususnya mengungkapkan multiple actor.
dalam memanfaatkan teori dan konsep ilmu
Kedua, Jarzabkowski et al., (2007) mengatakan
komunikasi. Mengingat kajian ini baru
bahwa ada aksi, interaksi dan negosiasi antar
berkembang satu dekade dan teridentifikasi
aktor dan juga praktik-praktik yang digunakan
belum terlihat nyata sebagai suatu disiplin ilmu
dalam strategic communication. Sedangkan
baru, beberapa akademisi mengklaim bahwa
Hallahan et al. (2007) menyiratkan bahwa orang
strategic communication sebenarnya adalah kajian
akan terlibat dalam praktik komunikasi yang
public relations. Namun, hasil tinjauan dari
disengaja atas nama organisasi, causes, dan
berbagai literatur menyatakan bahwa strategic
gerakan sosial. Kedua definisi tersebut pada
communication tidak pernah dibangun untuk
dasarnya memiliki kesamaan makna secara
menggantikan disiplin ilmu apa pun (Hallahan et al
komunikasi. Dalam aksi, interaksi dan negosiasi
2007, Holtzhausen & Zerfass 2015).
antar aktor merupakan perilaku yang ada dalam
Banyak scholars telah mendefinisikan strategic setiap organisasi, di mana dibutuhkan untuk
communication dengan cara-cara yang berbeda berkembang sesuai dengan lingkungannya, baik
serta dengan pengertiannya masing-masing. dalam jaringan (individu, kelompok) ataupun
Seperti definisi strategic communication yang sistem yang lebih besar (Littlejohn & Foss 2009,
diungkapkan Argenti, Howell & Beck (2005, 83) 371).
yang menyatakan bahwa “strategic
Ketiga, makna (meaning) dalam definisi
communication is aligned with the company’s
tersebut teridentifikasi ada dua pandangan, yaitu
overall strategy, to enhance its strategic
Argenti, Howell & Beck (2005) dan Grunig (2006)
positioning.” Lalu Grunig, akademisi di bidang
memahami strategic communication sebagai
public relations, yang mengatakan bahwa strategic
makna yang ada dalam organisasi. Makna dalam
communication merupakan “bridging activity”
organisasi yang dimaksud adalah semua nilai dan
antar organisasi yang harus dilembagakan (Grunig
aturan yang berbasis pada visi dan misi organisasi.
2006). Ada pula Jarzabkowski et al., (2007, 8) yang
Dengan demikian, makna organisasi tersebut bisa
mendefinisikan strategic communication sebagai
membuat semua orang bergerak untuk
“actions, interactions, and negotiations of multiple
memenuhinya. Namun demikian, dalam definisi
actors and the situated practices that they draw
Jarzabkowski et al (2007) dan Hallahan et al.
upon in accomplishing that activity”. Terakhir,
(2007) mengungkapkan makna melalui aksi,
Hallahan et al. (2007, 3)—definisi yang banyak
interaksi dan negosiasi di mana orang-orang tidak
dirujuk para akademisi—mendefinisikan strategic
selalu sama memberikan makna dan bahkan bisa
communication sebagai “the purposeful use of
menimbulkan konflik.
communication by an organization (all kind) to
fulfill its mission [...]. It further implies that people Berangkat dari definisi di atas, secara umum
will be engaged in deliberate communication strategic communication bisa simpulkan sebagai
Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu Komunikasi | 80
“komunikasi yang bertujuan yang dilakukan oleh persyaratan literature review yang berkualitas
individu, kelompok atau organisasi dalam sehingga hasilnya dapat memercepat proses
mencapai tujuan organisasi melalui aksi, interaksi pembangunan teori (Shaw 1995, Estaswara 2018).
dan negosiasi.” Pemahaman ini banyak
Berangkat dari pemahaman tersebut, literatur
mengadopsi gagasan Hallahan et al., (2007) dan
review pada penelitian ini digunakan untuk
ditambahkan dengan memerluas “aktor
meninjau berbagai publikasi ilmiah sebelumnya
komunikasi” di mana tidak terbatas pada
tentang strategic communication dengan tujuan
organisasi saja (Jarzabkowski et al 2007). Berbasis
menjelaskan topik yang diteliti dari perspektif ilmu
pemahaman tersebut, strategic communication
komunikasi dalam rangka memberikan kontribusi
bisa dilihat dengan perspektif ilmu komunikasi
pada arah pembangunan teori dengan cara
yang berbeda-beda, seperti dari “aktor”
mengeksplorasi apa saja hal-hal yang belum
komunikasi yang berperan, “aksi, transaksi dan
diteliti (Denney & Tewksbury 2012, Bolderston
negosioasi”, serta dipandang sebagai “makna”
2008). Lebih lajut, penelitian ini juga
(meaning).
menggunakan artikel-artikel yang telah
dipublikasikan dalam International Journal of
METODE Strategic Communication—di mana, selama satu
dekade terakhir ini menjadi rujukan para
Mendapatkan pemahaman yang holistik tentang akademisi ketika berbicara tentang strategic
strategic communication melalui perspektif ilmu communication. Di sisi lain, dengan mengakses
komunikasi dapat lakukan dengan menggunakan jurnal-jurnal yang “trustable” tersebut dapat
metode literature review. Metode literatur review dikatakan juga bahwa penelitian ini telah
banyak diterapkan oleh para peneliti dalam menggunakan primary source yang merupakan
rangka membangun sebuah pengetahuan (teori) syarat sebuah literature review yang dapat
baru, terlebih lagi bagi kajian (disiplin ilmu) yang dipertanggungjawabkan (Bolderston 2008).
dapat dikatakan relatif baru. Terkait dengan Dengan memahami strategic communication
penelitian-penelitian strategic communication seperti di atas, pada akhirnya akan memerkaya
yang telah dilakukan—ketika mengeksplorasi ide sudut pandang, peneorian, ataupun bangunan
atau gagasan dalam rangka membangun teori paradigma dan metodologi dalam
baru—para peneliti utamanya banyak pengembangannya, alih-alih hanya meletakkan
menerapkan metode literatur review, seperti strategic communication dalam dominasi teori
Ansgar Zerfass (University of Leipzig, Germany), komunikasi tradisional. Ketika strategic
Betteke van Ruler (University of Amsterdam), communication dipahami sekedar perpanjangan
Derina R. Holtzhausen (Lamar University), Dejan (extension) dan penggabungan (unifying) dari
Verčič (University of Ljubljana), dan Kirk Hallahan disiplin ilmu advertising (marketing
(Colorado State University). communication) dan public relations, maka ide-ide
Literature review sendiri merupakan metode tentang strategic communication akan selalu
yang penting dalam menulis artikel jurnal, karena didominasi oleh disiplin lain di luar bidang
tujuannya untuk memberikan pemahaman komunikasi—seperti strategic management.
tentang state of the art atas studi yang sedang Bahkan, secara sinis, Hallahan et al., (2007) dan
diteliti, dalam konteks ini adalah strategic Dervin (1991) mengatakan bahwa cara berpikir
communication. Hal ini digunakan untuk seperti ini dianggapnya sebagai “pendekatan
mengetahui sejauhmana perkembangan komunikasi nonkomunikasi” (non-communication
penelitian strategic communication dan approach to communication).
memerkaya pengetahuan peneliti tentang Faktanya, kajian advertising, marketing
penelitian-penelitian terbaru—sehingga communication, public relations dan komunikasi
menghambat munculnya “imajinasi ilmiah” (Hart organisasi yang selama ini dipelajari menekankan
1998, Webster & Watson 2002). Dengan cara pada penetapan atas tujuan, rencana aksi, dan
seperti ini, tidak akan terjadi redudansi hasil hasil yang dapat diukur (Shandu 2009, van Ruler
penelitian—di mana peneliti tidak memahami 2018). Kesemuanya mendasarkan pada
bahwa penelitian serupa pernah dilakukan. komunikasi sebagai aksi, pengaruh, dan hasil yang
Dengan menghindari hal-hal tersebut, maka dikerangkakan dalam model transmisi/linear (van
tulisan ini bisa dikatakan telah memenuhi Ruler 2018). Kajian ini tidak saja sederhana dalam
81 | Coverage, Vol. 11, No. 2, Maret 2021 Helpris Estaswara
Cara pandang seperti di atas, yang mengacu direncanakan, sifatnya disengaja, dengan tujuan
pada single actor, tidak akan mengubah apa pun memengaruhi audience—terjadinya perubahan
terkait strategic communication. Strategic pikiran, sikap, sampai tindakan (Windahl &
communication tak ubahnya hanya sebuah Signitzer 2009).
“penamaan baru” untuk advertising, public
Menariknya, cara berpikir seperti ini
relations dan marketing communication, bahkan
sebenarnya sudah dikenal sejak era 60-an, ketika
organisational communication sekalipun,
social campign (public communication) mulai
meskipun terjadi unifiying atau integration
banyak dipelajari dan dipraktikkan (Falkheimer &
didalamnya. Persoalan terjadi ketika konflik, tidak
Heide 2014). Maka, satu-satunya konsekuensi bagi
akan pernah dilihat sebagai permasalahan yang
pengembangan strategic communication dengan
bisa mengancam tujuan perusahaan. Ketika
cara berpikir ini hanyalah dengan menggabungkan
konflik itu membesar dan berlarut-larut, atasan
(unifiying) atau mengintegrasikan (integrating)
akan datang dan memutuskan, pakai atau buang
beberapa disiplin ilmu, seperti public relations,
orang tersebut. Jika tetap dipakai, maka harus
organizational communication, corporate
diperbaiki sesuai tujuan dan aturan organisasi, jika
communication, integrated marketing
dibuang merupakan akhir dari krisis.
communication, dan advertising, menjadi
Kedua, pemahaman tentang aktor dalam kesatuan pemahaman yang holistik di bawah
strategic communication adalah multiple actors, “bendera” strategic communication. Sehingga
yang didalamnya ada individu, kelompok, dan makna “strategic” bisa diartikan dari derajat
organisasi, baik yang terlibat langsung atau tidak, penggabungan (pengintegrasian) berbagai disiplin
dalam proses pencapaian tujuan organisasi. ilmu tersebut. Jika memahami strategic
Pemahaman pandangan ini tentunya berbeda. communication dengan cara seperti ini, maka
Sebagai contoh, dalam advertising, ketika tujuan pengembangan teorinya hanya fokus pada
organisasi/perusahaan untuk menciptakan minat eksplorasi atas determinant factor yang mampu
membeli konsumen (Estaswara 2008), jika terjadi menjadi reason d’etre tentang integrasi berbagai
konflik di dalam tim advertising ketika menangani disiplin ilmu.
sebuah iklan, maka konflik tersebut dipandang
Pemikiran tersebut sangat berbeda dengan
real atau nyata dan harus diselesaikan, demikian
strategic communication yang memokuskan
juga dengan marketing communication dan public
kajiannya pada multiple actors. Penerapan ilmu
relations. Ketika ada satu aktor yang memaikan
komunikasi tidak lagi berbasis pada planned
peran dominan, maka yang lainnya hanyalah objek
communication yang bercirikan goal-oriented,
dalam komunikasi. Namun, jika ada lebih dari satu
namun bergeser menjadi proses komunikasi yang
aktor dalam komunikasi yang berpartisipasi,
sirkuler, di mana praktik komunikasi dalam
lazimnya disebut subyek. Predikat subyek tersebut
organisasi, pada kenyataannya sulit direncanakan
berbeda dengan objek, di mana subyek selalu
dan dikontrol (van Ruler 2018, Winkler & Etter
menjadi penentu dan objek hanyalah sebagai
2018). Ide seperti ini lebih memberi peluang besar
sasaran komunikasi. Berpredikat subyek dapat
bagi kajian strategic communication untuk
dimaknai bahwa aktor-aktor tersebut bergerak
berkembang menjadi disiplin baru yang mampu
dan bertindak sebagai penentu hasil.
melampaui gagasan-gagasan dalam planned
Dengan melihat aktor komunikasi secara communication. Logika ini lebih memerhatikan
berbeda, memiliki konsekuensi logis atas proses komunikasi (interaksi dan negosiasi) antar
bangunan teori strategic communication. Jika semua aktor dalam praktik organisasi. Namun,
aktor utama dalam kajian strategic tantangan terbesar dari cara berpikir seperti ini
communication adalah manajemen (organisasi), berpotensi menjadi sekedar “wacana teoretis”
maka pihak-pihak yang lain (public, stakeholder tanpa dapat diimplementasikan pada tataran
dan consumer) hanyalah receiver dari pesan praktis (Winkler & Etter 2018).
komunikasi yang disampaikan oleh manajemen.
Pemikiran strategic communication yang
Mereka tidak memiliki kuasa atas pesan dan selalu
berbasis multiple actors, tidak sekedar
dijadikan sebagai pihak yang dipengaruhi
memberikan perspektif baru dalam pemanfaatan
manajemen dalam rangka mencapai tujuan
disiplin ilmu komunikasi, namun mengasumsikan
organisasi. Jika demikian, maka strategic
bahwa organisasi pada dasarnya adalah
communication tak ubahnya hanyalah planned
komunikasi (organization as communication)
communication atau komunikasi yang
83 | Coverage, Vol. 11, No. 2, Maret 2021 Helpris Estaswara
(Cooren 2006, McPhee & Zaug 2000). Gagasan ini individu ataupun kelompok. Individu dan
berangkat dari pengertian organisasi adalah kelompok dalam organisasi pada dasarnya
sesuatu yang abstrak, yang berada dalam pikiran mengelola aksi, yang akhirnya akan menjadi
manusia. Maka, komunikasi (melalui discourse) interaksi dan negosiasi bagi yang lainnya,
antar aktor-lah yang membentuk organisasi demikian seterusnya hingga terjadi komunikasi
(Putnam et al 2009). Komunikasi, pada yang bersifat sirkular atau two-way
kenyataannya, melalui interaksi (interaction) dan communication.
negosiasi (negosiation) digunakan oleh manusia
Komunikasi dalam pandangan “interaksi dan
(actor) untuk mengoordinasikan tindakan (action),
negosiasi” memberikan ruang kesetaraan bagi
menjalin dan memelihara hubungan (relations),
para pelaku komunikasi, sehingga pesan bukan
serta menjaga kelangsungan hidup organisasi
dominasi satu pihak, di mana pihak-pihak yang
(organization) (Heracleous 2006). Membangun
lain diasumsikan “mati”—yang realitasnya hanya
strategic communication dengan basis logika ini
diposisikan sebagai penerima pesan an sich tanpa
akan membawa arah bangunan konseptual yang
memiliki kekuasaan atas pesan, atau paling tidak
lebih kaya akan teori-teori komunikasi, seperti
hanya memiliki hak atas interpretasi pesan, itu
rules theory, systems theory, narrative theory,
pun dalam konteks conditioning (Estaswara et al
speech act theory, conversation analysis,
2020). “Aksi dan interaksi” merupakan tindakan
phenomenology (Husserl), ethnomethodology,
manusia yang pada akhirnya menimbulkan
framing (Goffman), structuration (Giddens),
“negosiasi”. Negosiasi di sini bisa berbentuk
maupun semiology (Barthes), dan bahkan critical
keselarasan makna, namun faktanya dapat terjadi
discourse analysis (Fairclough) atau critical theory
melalui proses yang panjang ataupun bahkan tidak
(Putnam et al 2009).
terjadi kesepakatan apa pun. Dalam hal ini, proses
menjadi fokus kajian dibandingkan dengan hasil.
Strategic Communication Sebagai “Aksi, Interaksi
Hal ini penting menjadi perhatian karena strategic
dan Negosiasi”
communication dapat berkembang dalam disiplin
Berdasarkan hasil tinjauan literatur menemukan ilmu komunikasi jika dilihat sebagai sebuah
bukti bahwa strategic communication dapat “proses”, bukan sekedar proses “linier” yang
dimaknai sebagai “aksi, interaksi dan negosiasi”. mementingkan hasil, namun proses yang dinamis
Dengan melibatkan aktor komunikasi, kajian dan bersifat dialogis.
strategic communication dapat dikembangkan ke
Di sisi lain, negosiasi merupakan aktivitas yang
dalam kerangka logika “interaksi dan negosiasi”
fundamental dalam hubungan saling
alih-alih hanya sebagai “aksi”. Komunikasi dalam
memengaruhi. Negosiasi bukan hanya terjadi
pandangan “aksi” bersifat one-way yang artinya
antar individu, tapi juga kelompok bahkan
semua orang bekerja untuk tujuan organisasi
organisasi. Negosiasi dapat diterjemahkan sebagai
kepada khalayaknya merupakan satu-satunya
proses strategis yang dilakukan melalui manuver
tujuan yang ada—seperti dalam advertising, public
yang dirancang untuk mencapai tujuan. Pihak-
relations, marketing communication ataupun
pihak yang terlibat dalam perundingan untuk
organisational communication—semuanya
mencapai satu atau lebih tujuan instrumental,
bercirikan one-way communication, di mana
seperti mengubah atau mempertahankan
pesannya adalah tujuan organisasi yang diarahkan
kebijakan ataupun menemukan solusi masalah
kepada khalayak umum, baik secara internal
yang dapat disepakati bersama (Wilson & Putnam
ataupun eksternal (Estaswara 2008). “Aksi”
1980). Negosiasi dapat juga diartikan sebagai
melihat pada hasil bukannya proses, maka
proses di mana dua pihak atau lebih menemui
komunikasi sebagai hasil dianggap sebagai
konflik ketika berinteraksi take-and-give untuk
tindakan yang bertujuan, sehingga logis jika
mencapai kesepakatan. Kemudian, kedua belah
“hasil” merupakan fokus dari komunikasi. Gagasan
pihak tersebut harus bekerjasama untuk mencapai
ini memahami komunikasi yang bertujuan untuk
kesepakatan atau memberikan solusi, di mana
menimbulkan effect (pengaruh) kepada receiver
keduanya berpotensi memiliki resiko, yaitu pihak
sesuai dengan maksud yang diharapkan oleh
lain bisa memblokir atau menggangu pencapaian
sender. Tidak masalah jika “aksi” harus menjadi
tujuan pihak yang lainnya. Artinya, mereka harus
bagian dalam strategic communication, namun
bekerjasama untuk mencapai tujuan individu,
“aksi” tersebut harus dilihat juga dalam tataran
sementara bersaing satu sama lain untuk
Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu Komunikasi | 84
kepentingan yang benar-benar berbeda (Putnam seseorang. Komunikasi, terlepas dari apa pun,
1989). Dalam kaitannya dengan strategic dapat diartikan juga sebagai proses creating of
communication, aksi, interaksi dan negosiasi meaning (Rosengren 2000). Faktanya, makna
berjalan secara bersamaan yang harus dipandang bukanlah merupakan “hak eklusif” individu,
sebagai satu-kesatuan. kelompok atau organisasi tertentu. Seperti pernah
dikatakan oleh Littlejohn (2009, 378), bahwa
Tujuan interaksi pada umumnya adalah
“communication does not happen without
negosiasi yang berujung pada tawar-menawar
meaning, and people create and use meaning in
gagasan maupun tidakan, hal ini mengingat bahwa
interpreting events.” Mengutip Rosengren (2000,
negosiasi itu terjadi pada pihak-pihak yang saling
39), pemaknaan dikatakan sebagai “whole way in
bergantung dan tidak bisa memaksakan
which we understand, explain, feel about and
keinginannya sendiri. Sebagai contoh, dalam
react towards a given phenomenon.” Gagasan
organisational communication, antara manajemen
tersebut pada dasarnya mengandaikan bahwa
dengan para pekerja. Ketika para pekerja tidak
komunikasi didasarkan pada pemahaman tentang
mau bekerja secara lembur, maka baiknya harus
apa yang dikatakan, ditulis atau dilakukan
mengomunikasikan kepada manajemen, tentunya
(Cherniak 2018), yaitu tentang apa yang orang,
dalam situasi tawar-menawar. Biasanya, para
kelompok atau organisasi maksudkan dengan
pekerja tersebut akan tetap lembur meskipu
kata-kata, tulisan dan tindakan tertentu. Dengan
mengalami kekalahan dalam situasi tawar-
demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap
menawar. Pihak manajemen, bagaimana pun juga
individu membangun makna, dan semua
akan menggunakan kata “demi perusahaan” untuk
kelompok serta organisasi juga membangun
membuat para pekerjanya tetap lembur. Namun
makna bersama.
demikian, tidak selalu negosiasi merupakan satu-
satunya tujuan dalam interaksi, bisa dikatakan Dalam konteks liniar atau one-way
merupakan bentuk “interpretatif” atau bisa juga communication, makna dipaksakan untuk diterima
“pemrosesan informasi” daripada tujuan interaksi oleh receiver. Biro iklan mendesain creative sesuai
itu sendiri (Wilson & Putnam 1980). Misalnya, dengan makna organisasi dan tujuan perusahaan,
salah satu pihak ingin membentuk kesan sebagai lalu menyebarkannya melalui media demi
lawan baru kepada pihak lainnya, atau satu pihak mempengaruhi orang-orang atas makna yang
ingin memahami pihak yang lainnya dengan tersampikan dalam iklan. Demikian juga, aktor
membuat rencana dan niat mereka. dalam marketing communication bekerja secara
telaten untuk mengombinasikan berbagai
Maka, komunikasi dapat dipahami sebagai
communication tools yang dideseminasikan
pertukaran makna (simbol) yang terjadi di tingkat
kepada khalayak sasaran. Bagaimana
intra-personal, antar individu dengan berbagai
pengintegrasiannya iklan, public relations, sales
posisi, antar individu dalam kelompok formal dan
promotion, personal selling dan direct marketing,
non-formal, antar kelompok dan keseluruhan
menjadi fokus utamanya. Tak ketinggalan, public
orang yang ada di dalam organisasi, organisasi
relations secara internal menggaungkan nilai-nilai
dengan organisasi, individu, kelompok ataupun
atau budaya perusahaan kepada para pekerja, dan
organisasi lain melalui aksi, interaksi dan
secara eksternal mengusahakan tujuan organisasi
negosiasi. Dengan cara berpikir seperti ini, maka
agar bisa diterima dan dikerjakan oleh orang lain
strategic communication tidak hanya sekedar
(Estaswara 2008). Ini merupakan contoh linieritas
linieritas saja, namun mampu menjelaskan
dalam program komunikasi. Pandangan seperti ini
berbagai realitas konflik, konsensus, sampai
hanya menyebarluaskan makna yang dibuat oleh
budaya yang terjadi dalam organisasi dan
organisasi kepada target audience dengan tingkat
hubungannya dengan aktor-aktor (stakeholders)
penerimaan atau adopsi sebagai ukurannya.
lainnya, secara dinamis, bottom-up dan khas
Linieritas dapat dikatakan sah atau berlaku secara
(unik).
umum (Hallahan et al 2007). Namun, di sini tidak
Makna dalam Strategic Communication ada makna individu atau kelompok, tapi hanyalah
makna organisasi atau perusahaan yang berperan.
Komunikasi tak lepas dari pemaknaan, di mana Padahal, dalam strategic communication, tidak
pemaknaan bisa terjadi dalam konteks hanya makna organisasi saja, tetapi individu dan
intrapersonal, interpersonal, kelompok maupun kelompok juga berpengaruh.
massa. Pemaknaan bisa berangkat dari ucapan
(speech), teks (text), simbol, dan tindakan
85 | Coverage, Vol. 11, No. 2, Maret 2021 Helpris Estaswara
Ketika individu dengan individu, individu dipahami dengan cara perpikir yang luas, tidak
dengan kelompok ataupun kelompok dengan acak dan juga tidak disengaja, meskipun bisa jadi
kelompok, bahkan antara organisasi dengan akan berdampak negatif atas pencapaian tujuan
organisasi lainnya dan organisasi dengan organisasi (Hallahan et al 2007). Bersifat strategi
lingkungannya berinteraksi, di situ terdapat proses dalam hal ini adalah mengelola orang-orang,
pemaknaan. Dalam setiap konteks komunikasi, kelompok ataupun organisasi dengan semua
mulai dari mikro sampai makro merupakan proses konteks komunikasi yang ada. Bayangakan sebuah
yang harus dilihat dan dipahami dalam strategic organisasi yang didalamnya ada orang-orang,
communication. Lebih jauh, dalam dunia yang kelompok dan di luar ada organisasi lain serta
global saat ini, makna (meaning) terindentifikasi lingkungannya, dan semuanya melakukan aksi,
beragam—satu hal yang sama bisa bermakna tramsaksi dan negosiasi untuk memberikan makna
berbeda—bersamaan dengan banyaknya budaya atau memaknai, lalu bagaimana organisasi
yang berinteraksi. Tidak hanya itu, di era tersebut harus berstrategi? Bukankah strategi itu
masyarakat modern hari ini, organisasi modern luas? Dengan demikian, strategic jangan diartikan
harus bisa menjadi aktor sosial penting yang dengan sempit, mengingat strategic merupakan
masuk dan memainkan peran ke dalam berbagai multi-dimensional dan harus dikaji dengan konsep
diskusi, termasuk di internet, mengenai publik dan yang luas (Hallahan et al 2007).
permasalahannya yang mencoba membawa
Komunikasi merupakan individu, kelompok
organisasi ataupun yang bertentangan dengan
ataupun organisasi yang melakukan aksi, interaksi
eksistensinya (Hallahan et al 2007). Terkait dengan
dan negosiasi melalui makna dan pemaknaan. Ini
hal ini, banyak makna yang akan muncul dan
merupakan inti dari strategic communication.
melebur ke dalam organisasi, tidak hanya selaras
Terkait dengan strategi itu luas, maka dalam
(satu kata) namun makna-makna tersebut variatif.
analisisnya harus memasukkan aksi, interaksi dan
Melihat banyaknya peran dan pemaknaan yang
negosiasi dalam setiap konteks komunikasi, yaitu
harus dipelajari, diterima, diambil, dan bahkan
pada tataran individu dengan individu, antara
dipraktikkan—ataupun tidak diambil— maka,
individu dengan kelompok, kelompok dengan
memelajari organisasi harus tidak bisa liniar yang
kelompok, kelompok dengan organisasi, individu
mengandalkan komunikasi massa.
dengan organisasi, organisasi dengan organisasi
Terkait dengan ide di atas dan relevansinya lain, ataupun organisasi dengan lingkungannya. Ini
dengan studi tentang strategic communication, merupakan analisis yang kompleks, multi-
penting juga untuk mengkaji makna sehingga dimensional dan tatarannya berbeda-beda.
mampu menjelaskan makna-makna
Strategic communication tidak semata-mata
“tersembunyi” dibalik interaksi komunikasi, baik
hanya untuk memengaruhi target sasaran atau
yang bersifat inter maupun intra organisasi.
untuk menghasilkan perilaku saling pengertian
Kembali pada globalisasi, banyaknya budaya akan
antara organisasi dengan stakeholder-nya. Ini
bertemu dan masuk ke dalam organisasi. Hal ini
menunjukkan bahwa fokus kajian one-way
tidak saja cara-cara berkomunikasi yang berubah,
communication tidak lagi berlaku. Namun
tetapi pemaknaan atas sesuatu juga bisa berbeda.
demikian, pendekatan ini dimaksudkan sebagai
Terlebih, jika ada budaya tertentu memiliki
efek kausalitas yang membuat strategic
keyakinannya sendiri (hidden aggenda), hal ini
communication menjadi lebih penting. Komunikasi
bisa membuat organisasi menjadi limbung. Ide-ide
hari ini yang tidak hanya one-way saja, namun
seputar pentingnya untuk melibatkan “makna
sudah mengarah pada two-way dan bahkan many-
tersembunyai” akan memerdalam studi tentang
way communication (Estaswara 2008), yang
konflik dalam konteks strategic communication
menyebabkan communication, advertising, public
serta upaya pencapaian kesepahaman dan saling
relations dan organisational communication
pengertian.
dengan cara-cara lama (paradigma linieritas)
menjadi tidak teridentifikasi konteksnya. Terkait
Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu
dengan hal tersebut, maka strategic
Komunikasi
communication bersifat multi-dimensional.
Kata strategic dalam strategic communication Artinya, semua konteks komunikasi dan semua
memiliki arti yang luas. Strategic pada dasarnya metode harus bisa dianalisis dan diteliti.
bersifat strategi, di mana strategi itu haruslah
Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu Komunikasi | 86