Anda di halaman 1dari 11

ISSN 2087 - 3352

Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

HELPRIS ESTASWARA
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Pancasila
Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
Telp: 081310488088, E-mail: the.estaswara@yahoo.com

Abstrak Strategic communication merupakan kajian baru dan mulai berkembang serta menjadi
perhatian banyak pihak. Namun, banyak tulisan di jurnal internasional teridentifikasi
belum memasukkan konsep dan teori komunikasi. Artikel ini mencoba menjelaskan
strategic communication dalam perspektif ilmu komunikasi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah literatur review, mengingat banyaknya pemikir strategic
communication menggagas tulisannya dengan menggunakan literatur review. Hasilnya,
dari empat definisi, ditemukan bahwa strategic communication dibangun atas aktor,
kemudian aksi, interaksi dan negosiasi, dan yang terakhir adalah makna. Aktor dalam
strategic communication tidak hanya single actor, tetapi multiple actor. Dengan
multiple actor, strategic communication akan lebih penting dan relevan. Sedangkan
aksi, interaksi dan nogosiasi, di dalam strategic communication tidak hanya aksi saja,
tetapi interaksi dan negosiasi menjadi bahasannya. Terakhir, makna dalam strategic
communication merupakan proses dari multiple actor, di mana mereka secara
bersamaan melakukan aksi, interaksi dan negosiasi.
Kata Kunci : aktor, aksi, negosiasi, makna, dan komunikasi

Abstract Strategic communication is a new study and beginning to develop and it is concern to
many parties. However, many writings in international journals have not been
identified as including communication concepts and theories. This article attempts to
explain strategic communication from the perspective of communication science. The
method used in this research is literature review, considering that many strategic
communication thinkers have initiated their writings using literature reviews. The
result, from the four definitions, found that strategic communication is built on actors,
then action, interaction and negotiation, and the last is meaning. Actors in strategic
communication are not only single actors, but multiple actors. With multiple actors,
strategic communication will be more important and relevant. Whereas action,
interaction and negotiation, in strategic communication, it is not only action, but
interaction and negotiation are the disc ussion. Finally, meaning in strategic
communication is a process from multiple actors, where they simultaneously carry out
actions, interactions and negotiations.
Keywords : actor, action, negotiation, meaning and kommunication

CoverAge :
Journal of Strategic
Communication
Vol. 11,No. 2, Hal. 77-87
Maret 2021
Fakultas Ilmu Komunikasi,
Universitas Pancasila

Accepted January 13, 2021


Approved February 23, 2021
Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu Komunikasi | 78

PENDAHULUAN memublikasikan hasilnya di banyak jurnal


(Holtzhausen & Zerfass 2014, Zerfass et al 2018).
Strategic communication adalah konsep yang Mulai saat itu, berbagai tulisan di jurnal-jurnal
relatif baru dalam ilmu komunikasi. Studi-studi ilmiah (khususnya IJSC), buku-buku, dan bentuk
tentang strategic communication yang berbasis publikasi lainnya mulai banyak diterbitkan. Tidak
ilmu komunikasi mulai banyak dilakukan sejak hanya itu, program-program pengajaran di jenjang
International Journal of Strategic Communication sarjana atau pascasarjana juga banyak dibuka
(IJSC) diterbitkan tahun 2017 (Thomas & Stephens dengan nama “strategic communication” (Zerfass
2015, Werder et al 2018, Nothhaft et al 2018). et al 2018). Menariknya, tidak demikian faktanya
Sampai saat ini, sudah ada 60-an judul artikel yang di Indonesia. Program studi strategic
menggunakan “strategic communication” yang communication tidak banyak dibuka di fakultas
dipublikasikan di IJSC, di mana jumlah ini belum ilmu komunikasi, selain sebatas matakuliah—itu
termasuk publikasi serupa di jurnal lainnya. Walau pun tidak semuanya, hanya tercantum di
tidak semua publikasi tersebut ditulis oleh beberapa kurikulum. Hal ini mengingat bahwa
akademisi komunikasi, namun jumlah sebanyak strategic communication kurang dipahami yang
itu—terhitung hanya dari satu jurnal— menyebabkan kajian ini menjadi tidak populer di
menunjukkan bahwa strategic communication Indonesia Umumnya, strategic communication
telah menjadi perhatian. Mengutip Heide et al hanya dimaknai sekedar perpaduan antara
(2018), perkembangan jumlah artikel ini dikatakan advertising (marketing communication) dan public
sebagai bentuk academic movement yang relations.
berambisi untuk menyatukan public relations, Faktanya, sampai hari ini strategic
marketing communication, organizational communication telah menarik perhatian para
communication, dan berbagai disiplin ilmu lainnya akademisi komunikasi di dunia dengan latar
yang relevan dalam satu perspektif tunggal, belakang yang berbeda-beda, mulai dari public
strategic communication (Hallahan et al 2007). relations, corporate communication,
Pertanyaannya kemudian, apakah “unifiying” atau organizational dan internal communication, public
“integration” saja ambisi dari pengembangan diplomacy, political communication, health
strategic communication? Tidakkah strategic communication, intercultural communication,
communication memiliki peluang ke arah lain yang advertising, sampai marketing communication
lebih menantang, dengan cara mengeksplorasi (Nothhaft et al 2018). Para akademisi tersebut
konsep dan teori dalam ilmu komunikasi? telah memberi kontribusi melalui berbagai
Awalnya, konsep “strategic communication” penelitian empiris tentang strategic
belum diadopsi dalam kajian komunikasi. communication dengan perspektif berbeda-beda
Sebelumnya, konsep ini banyak digunakan dalam (Aggerholm & Asmuß 2016, Aggerholm &
kajian militer dan studi tentang hubungan Thomsen 2016, Grandien & Johansson 2016,
internasional (international relations). Artikel Marchiori & Bulgacov 2012). Literatur lain
ilmiah yang pertama kali menggunakan konsep menuliskan bahwa semua perbedaan atas
strategic communication, telah dipublikasikan di penelitian empiris tersebut faktanya belum
jurnal Foreign Affairs saat Perang Dunia Ke-2 (PD- memerlihatkan kejelasan arah tentang bagaimana
II), dengan judul “Strategic Communication in the komunikasi seharusnya menjadi pilar utama dalam
Middle East”. Dua dekade kemudian, muncul satu kajian strategic communication (Nothhaft et al
artikel lagi tentang strategic communication yang 2018, van Ruler 2018). Di sisi lain, dari berbagai
diterapkan untuk menciptakan stabilitas ancaman penelitian yang telah dipublikasikan selama satu
nuklir pada masa cold war di Journal of Peace dekade lebih perkembangan strategic
Research (Falkheimer & Heide 2014). Sejak communication, penerapan teori atau konsep
Hallahan et al (2007) mengenalkan strategic komunikasi masih bersifat implisit dan terlihat
communication dengan menggunakan perspektif kabur dalam penjelasannya (van Ruler 2018).
ilmu komunikasi dalam artikelnya yang berjudul Berangkat dari penjabaran di atas, artikel ini
“Defining Strategic Communication”—sebagai bertujuan untuk memahami strategic
naskah utama yang dipublikasikan pada terbitan communication dari perspektif ilmu komunikasi
perdana IJSC (2007)—telah mendapatkan sebagai pilar utama. Tiga hal yang dapat dilihat
perhatian yang luas dan mendorong banyak dalam artikel ini, yaitu aktor komunikasi, sebagai
akademisi untuk meneliti kajian baru ini dan
79 | Coverage, Vol. 11, No. 2, Maret 2021 Helpris Estaswara

aksi, interaksi dan negosiasi, dan terakhir adalah practice on behalf of organizations, causes, and
makna (pemaknaan), diambil dari definisi yang social movements”.
diberikan oleh Argenti, Howell & Beck (2005),
Pertama, definisi Argenti, Howell & Beck (2005)
Grunig (2006), Jarzabkowski et al (2007), dan
mengatakan bahwa strategic communication
Hallahan et al (2007).
harus menjadi keseluruhan strategi untuk
meningkatkan strategic posisitioning-nya. Mereka
TINJAUAN PUSTAKA hanya menempatkan aktor tunggal dalam
keseluruhan organisasi. Hal ini sama dengan
Strategic communication merupakan konsep yang definisi yang diungkapkan oleh Grunig (2006). Lain
populer di kalangan akademisi ilmu komunikasi halnya dengan Jarzabkowski et al., (2007) dan
pada dekade kedua abad ke-21 (Holtzhausen & Hallahan et al (2007) yang mengangkat aksi,
Zerfass 2015). Sebagai kajian baru, sejarah interaksi dan negosiasi dari multiple actor atau
penelitian strategic communication dapat kata “people” dalam definisinya. Menarik untuk
dikatakan masih relatif sedikit dan belum dicermati penjabaran tentang strategic
berkembang—dibandingkan dengan disiplin ilmu communication tersebut, dua pemikir menyatakan
lainnya yang telah mapan, seperti public relations, bahwa aktor dalam strategic communication
organizational communication, advertising, adalah tunggal, sedangkan dua pemikir lainnya
maupun marketing communication—khususnya mengungkapkan multiple actor.
dalam memanfaatkan teori dan konsep ilmu
Kedua, Jarzabkowski et al., (2007) mengatakan
komunikasi. Mengingat kajian ini baru
bahwa ada aksi, interaksi dan negosiasi antar
berkembang satu dekade dan teridentifikasi
aktor dan juga praktik-praktik yang digunakan
belum terlihat nyata sebagai suatu disiplin ilmu
dalam strategic communication. Sedangkan
baru, beberapa akademisi mengklaim bahwa
Hallahan et al. (2007) menyiratkan bahwa orang
strategic communication sebenarnya adalah kajian
akan terlibat dalam praktik komunikasi yang
public relations. Namun, hasil tinjauan dari
disengaja atas nama organisasi, causes, dan
berbagai literatur menyatakan bahwa strategic
gerakan sosial. Kedua definisi tersebut pada
communication tidak pernah dibangun untuk
dasarnya memiliki kesamaan makna secara
menggantikan disiplin ilmu apa pun (Hallahan et al
komunikasi. Dalam aksi, interaksi dan negosiasi
2007, Holtzhausen & Zerfass 2015).
antar aktor merupakan perilaku yang ada dalam
Banyak scholars telah mendefinisikan strategic setiap organisasi, di mana dibutuhkan untuk
communication dengan cara-cara yang berbeda berkembang sesuai dengan lingkungannya, baik
serta dengan pengertiannya masing-masing. dalam jaringan (individu, kelompok) ataupun
Seperti definisi strategic communication yang sistem yang lebih besar (Littlejohn & Foss 2009,
diungkapkan Argenti, Howell & Beck (2005, 83) 371).
yang menyatakan bahwa “strategic
Ketiga, makna (meaning) dalam definisi
communication is aligned with the company’s
tersebut teridentifikasi ada dua pandangan, yaitu
overall strategy, to enhance its strategic
Argenti, Howell & Beck (2005) dan Grunig (2006)
positioning.” Lalu Grunig, akademisi di bidang
memahami strategic communication sebagai
public relations, yang mengatakan bahwa strategic
makna yang ada dalam organisasi. Makna dalam
communication merupakan “bridging activity”
organisasi yang dimaksud adalah semua nilai dan
antar organisasi yang harus dilembagakan (Grunig
aturan yang berbasis pada visi dan misi organisasi.
2006). Ada pula Jarzabkowski et al., (2007, 8) yang
Dengan demikian, makna organisasi tersebut bisa
mendefinisikan strategic communication sebagai
membuat semua orang bergerak untuk
“actions, interactions, and negotiations of multiple
memenuhinya. Namun demikian, dalam definisi
actors and the situated practices that they draw
Jarzabkowski et al (2007) dan Hallahan et al.
upon in accomplishing that activity”. Terakhir,
(2007) mengungkapkan makna melalui aksi,
Hallahan et al. (2007, 3)—definisi yang banyak
interaksi dan negosiasi di mana orang-orang tidak
dirujuk para akademisi—mendefinisikan strategic
selalu sama memberikan makna dan bahkan bisa
communication sebagai “the purposeful use of
menimbulkan konflik.
communication by an organization (all kind) to
fulfill its mission [...]. It further implies that people Berangkat dari definisi di atas, secara umum
will be engaged in deliberate communication strategic communication bisa simpulkan sebagai
Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu Komunikasi | 80

“komunikasi yang bertujuan yang dilakukan oleh persyaratan literature review yang berkualitas
individu, kelompok atau organisasi dalam sehingga hasilnya dapat memercepat proses
mencapai tujuan organisasi melalui aksi, interaksi pembangunan teori (Shaw 1995, Estaswara 2018).
dan negosiasi.” Pemahaman ini banyak
Berangkat dari pemahaman tersebut, literatur
mengadopsi gagasan Hallahan et al., (2007) dan
review pada penelitian ini digunakan untuk
ditambahkan dengan memerluas “aktor
meninjau berbagai publikasi ilmiah sebelumnya
komunikasi” di mana tidak terbatas pada
tentang strategic communication dengan tujuan
organisasi saja (Jarzabkowski et al 2007). Berbasis
menjelaskan topik yang diteliti dari perspektif ilmu
pemahaman tersebut, strategic communication
komunikasi dalam rangka memberikan kontribusi
bisa dilihat dengan perspektif ilmu komunikasi
pada arah pembangunan teori dengan cara
yang berbeda-beda, seperti dari “aktor”
mengeksplorasi apa saja hal-hal yang belum
komunikasi yang berperan, “aksi, transaksi dan
diteliti (Denney & Tewksbury 2012, Bolderston
negosioasi”, serta dipandang sebagai “makna”
2008). Lebih lajut, penelitian ini juga
(meaning).
menggunakan artikel-artikel yang telah
dipublikasikan dalam International Journal of
METODE Strategic Communication—di mana, selama satu
dekade terakhir ini menjadi rujukan para
Mendapatkan pemahaman yang holistik tentang akademisi ketika berbicara tentang strategic
strategic communication melalui perspektif ilmu communication. Di sisi lain, dengan mengakses
komunikasi dapat lakukan dengan menggunakan jurnal-jurnal yang “trustable” tersebut dapat
metode literature review. Metode literatur review dikatakan juga bahwa penelitian ini telah
banyak diterapkan oleh para peneliti dalam menggunakan primary source yang merupakan
rangka membangun sebuah pengetahuan (teori) syarat sebuah literature review yang dapat
baru, terlebih lagi bagi kajian (disiplin ilmu) yang dipertanggungjawabkan (Bolderston 2008).
dapat dikatakan relatif baru. Terkait dengan Dengan memahami strategic communication
penelitian-penelitian strategic communication seperti di atas, pada akhirnya akan memerkaya
yang telah dilakukan—ketika mengeksplorasi ide sudut pandang, peneorian, ataupun bangunan
atau gagasan dalam rangka membangun teori paradigma dan metodologi dalam
baru—para peneliti utamanya banyak pengembangannya, alih-alih hanya meletakkan
menerapkan metode literatur review, seperti strategic communication dalam dominasi teori
Ansgar Zerfass (University of Leipzig, Germany), komunikasi tradisional. Ketika strategic
Betteke van Ruler (University of Amsterdam), communication dipahami sekedar perpanjangan
Derina R. Holtzhausen (Lamar University), Dejan (extension) dan penggabungan (unifying) dari
Verčič (University of Ljubljana), dan Kirk Hallahan disiplin ilmu advertising (marketing
(Colorado State University). communication) dan public relations, maka ide-ide
Literature review sendiri merupakan metode tentang strategic communication akan selalu
yang penting dalam menulis artikel jurnal, karena didominasi oleh disiplin lain di luar bidang
tujuannya untuk memberikan pemahaman komunikasi—seperti strategic management.
tentang state of the art atas studi yang sedang Bahkan, secara sinis, Hallahan et al., (2007) dan
diteliti, dalam konteks ini adalah strategic Dervin (1991) mengatakan bahwa cara berpikir
communication. Hal ini digunakan untuk seperti ini dianggapnya sebagai “pendekatan
mengetahui sejauhmana perkembangan komunikasi nonkomunikasi” (non-communication
penelitian strategic communication dan approach to communication).
memerkaya pengetahuan peneliti tentang Faktanya, kajian advertising, marketing
penelitian-penelitian terbaru—sehingga communication, public relations dan komunikasi
menghambat munculnya “imajinasi ilmiah” (Hart organisasi yang selama ini dipelajari menekankan
1998, Webster & Watson 2002). Dengan cara pada penetapan atas tujuan, rencana aksi, dan
seperti ini, tidak akan terjadi redudansi hasil hasil yang dapat diukur (Shandu 2009, van Ruler
penelitian—di mana peneliti tidak memahami 2018). Kesemuanya mendasarkan pada
bahwa penelitian serupa pernah dilakukan. komunikasi sebagai aksi, pengaruh, dan hasil yang
Dengan menghindari hal-hal tersebut, maka dikerangkakan dalam model transmisi/linear (van
tulisan ini bisa dikatakan telah memenuhi Ruler 2018). Kajian ini tidak saja sederhana dalam
81 | Coverage, Vol. 11, No. 2, Maret 2021 Helpris Estaswara

penggunaan berbagai teori komunikasi, namun Aktor dalam Strategic Communication


juga menuntup kemungkinan pemanfaatan ilmu
Hasil tinjauan dari berbagai literatur, pemahaman
komunikasi dalam kajian strategic communication,
tentang aktor komunikasi dalam kajian strategic
alih-alih hanya memberikan peluang bagi ilmu-
communication teridentifikasi ada dua pandangan.
ilmu lainnya (seperti strategic management atau
Pertama, aktor komunikasi dalam strategic
business management) untuk terus mendominasi
communication hanyalah manajemen atau
konsep strategic communication. Sehingga,
pengelola organisasi—yang disebut sebagai single
konsekuensi logis bagi pengembangan teorinya,
actor. Cara pandang seperti ini tidak ada bedanya
ilmu komunikasi akan selalu menjadi
dengan disiplin lain, seperti public relations,
“penumpang” dan tidak penah menjadi “supir”
advertising, dan marketing communication, di
dalam kajian yang bernama strategic
mana public (khalayak), stakeholder atau
communication.
consumer hanyalah sebagai objek komunikasi.
Dengan demikian, dalam penelitian ini, Mereka bergerak dan tindakan komunikasinya
literature review dilakukan dengan cara didasarkan atas tujuan organisasi. Meskipun ada
mengumpulkan, memahami, menganalisis, diskusi, bahkan konflik, namun mereka tetap
mensintesis dan mengevaluasi berbagai jurnal berupaya untuk mencapai tujuan tersebut.
(primary source), yang dilakukan secara bertahap Misalnya dalam advertising, tujuan advertising
dan juga berulang-ulang, dibandingkan dan adalah mengubah minat konsumen (Estaswara
disintesiskan secara terus-menerus, dalam rangka 2008), maka orang-orang yang ada didalamnya
menjawab strategic communication dari akan bekerja untuk menghasilkan tujuan tersebut.
perspektif ilmu komunikasi, guna memberikan Jika pun ada pertentangan di antara mereka
kontribusi bagi arah pengembangan teorinya (Levy selama pembuatan iklan, itu dianggap sebagai hal
& Ellis 2006, Estaswara 2018). yang ceteris paribus. Contohnya lagi dalam
marketing communication, ketika tujuan
organisasi adalah menciptakan brand awareness
HASIL DAN PEMBAHASAN (Estaswara 2008), maka orang-orang satu tim yang
ada didalamnya akan bekerja keras dan detail
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, strategic untuk menciptakan tujuan yang telah ditetapkan.
communication dalam perspektif ilmu komunikasi Persoalan antara bagian advertising dengan sales
dapat dijelaskan mulai dari aktor komunikasi. promotion berbeda pandangan dan bahkan terjadi
Aktor menjadi bahasan awal karena dalam konflik internal, menurut paradigma ini, itu
konteks human communication, manusia hanyalah masalah kecil, yang pada akhirnya akan
merupakan aktor utama yang melakukan praktik- selesai semua sesuai dengan tujuan organisasi.
praktik komunikasi dalam rangka menjalin
hubungan, saling memengaruhi, bekerjasama dan Menarik lagi jika public relations menangani
berorganisasi. Perlu dipahami bahwa komunikasi masalah stakeholder, misalnya saat konsumen
tidak mengkaji perilaku (behaviour) manusia, protes atas pelayanan manajemen (Estaswara
namun perilaku merupakan praktik komunikasi 2008), maka public relations akan menyampaikan
(van Ruler 2018). Setelah itu, baru “aksi, interaksi sesuai dengan tujuan perusahaan, jika di dalam
dan negosiasi”, di mana semua praktik komunikasi tim tersebut ada perbedaan pendapat, bahkan
tersebut akan terjadi mengandaikan jumlah aktor kuat sekali, atasan akan tetap mengambil
dalam ilmu komunikasi. Terakhir adalah makna keputusan. Siapapun itu atasannya, keputusan
(meaning) yang merupakan proses dari praktik akan tetap sesuai tujuan organisasi. Lalu, jika
komunikasi. Berbasis ide tersebut, dalam public relations menangani perseteruan dengan
memahami strategic communication akan menjadi pihak luar, contohnya masyakarat sekitar, maka
lebih variatif, di mana komunikasi bisa dilihat public relations akan melancarkan berbagai
sebagai “actor”, “aksi, interaksi dan negosiasi”, program demi tercapainya tujuan organisasi.
dan dalam konteks “makna”. Dengan cara seperti Misalnya lagi, ketika menangani demostrasi
ini, lebih dimungkinkan untuk menganalisis lebih buruh, public relations akan tetap pada tujuan
lanjut arah pengembangan teori strategic organisasi, meskipun harus berunding di meja
communication. hijau sekalipun.
Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu Komunikasi | 82

Cara pandang seperti di atas, yang mengacu direncanakan, sifatnya disengaja, dengan tujuan
pada single actor, tidak akan mengubah apa pun memengaruhi audience—terjadinya perubahan
terkait strategic communication. Strategic pikiran, sikap, sampai tindakan (Windahl &
communication tak ubahnya hanya sebuah Signitzer 2009).
“penamaan baru” untuk advertising, public
Menariknya, cara berpikir seperti ini
relations dan marketing communication, bahkan
sebenarnya sudah dikenal sejak era 60-an, ketika
organisational communication sekalipun,
social campign (public communication) mulai
meskipun terjadi unifiying atau integration
banyak dipelajari dan dipraktikkan (Falkheimer &
didalamnya. Persoalan terjadi ketika konflik, tidak
Heide 2014). Maka, satu-satunya konsekuensi bagi
akan pernah dilihat sebagai permasalahan yang
pengembangan strategic communication dengan
bisa mengancam tujuan perusahaan. Ketika
cara berpikir ini hanyalah dengan menggabungkan
konflik itu membesar dan berlarut-larut, atasan
(unifiying) atau mengintegrasikan (integrating)
akan datang dan memutuskan, pakai atau buang
beberapa disiplin ilmu, seperti public relations,
orang tersebut. Jika tetap dipakai, maka harus
organizational communication, corporate
diperbaiki sesuai tujuan dan aturan organisasi, jika
communication, integrated marketing
dibuang merupakan akhir dari krisis.
communication, dan advertising, menjadi
Kedua, pemahaman tentang aktor dalam kesatuan pemahaman yang holistik di bawah
strategic communication adalah multiple actors, “bendera” strategic communication. Sehingga
yang didalamnya ada individu, kelompok, dan makna “strategic” bisa diartikan dari derajat
organisasi, baik yang terlibat langsung atau tidak, penggabungan (pengintegrasian) berbagai disiplin
dalam proses pencapaian tujuan organisasi. ilmu tersebut. Jika memahami strategic
Pemahaman pandangan ini tentunya berbeda. communication dengan cara seperti ini, maka
Sebagai contoh, dalam advertising, ketika tujuan pengembangan teorinya hanya fokus pada
organisasi/perusahaan untuk menciptakan minat eksplorasi atas determinant factor yang mampu
membeli konsumen (Estaswara 2008), jika terjadi menjadi reason d’etre tentang integrasi berbagai
konflik di dalam tim advertising ketika menangani disiplin ilmu.
sebuah iklan, maka konflik tersebut dipandang
Pemikiran tersebut sangat berbeda dengan
real atau nyata dan harus diselesaikan, demikian
strategic communication yang memokuskan
juga dengan marketing communication dan public
kajiannya pada multiple actors. Penerapan ilmu
relations. Ketika ada satu aktor yang memaikan
komunikasi tidak lagi berbasis pada planned
peran dominan, maka yang lainnya hanyalah objek
communication yang bercirikan goal-oriented,
dalam komunikasi. Namun, jika ada lebih dari satu
namun bergeser menjadi proses komunikasi yang
aktor dalam komunikasi yang berpartisipasi,
sirkuler, di mana praktik komunikasi dalam
lazimnya disebut subyek. Predikat subyek tersebut
organisasi, pada kenyataannya sulit direncanakan
berbeda dengan objek, di mana subyek selalu
dan dikontrol (van Ruler 2018, Winkler & Etter
menjadi penentu dan objek hanyalah sebagai
2018). Ide seperti ini lebih memberi peluang besar
sasaran komunikasi. Berpredikat subyek dapat
bagi kajian strategic communication untuk
dimaknai bahwa aktor-aktor tersebut bergerak
berkembang menjadi disiplin baru yang mampu
dan bertindak sebagai penentu hasil.
melampaui gagasan-gagasan dalam planned
Dengan melihat aktor komunikasi secara communication. Logika ini lebih memerhatikan
berbeda, memiliki konsekuensi logis atas proses komunikasi (interaksi dan negosiasi) antar
bangunan teori strategic communication. Jika semua aktor dalam praktik organisasi. Namun,
aktor utama dalam kajian strategic tantangan terbesar dari cara berpikir seperti ini
communication adalah manajemen (organisasi), berpotensi menjadi sekedar “wacana teoretis”
maka pihak-pihak yang lain (public, stakeholder tanpa dapat diimplementasikan pada tataran
dan consumer) hanyalah receiver dari pesan praktis (Winkler & Etter 2018).
komunikasi yang disampaikan oleh manajemen.
Pemikiran strategic communication yang
Mereka tidak memiliki kuasa atas pesan dan selalu
berbasis multiple actors, tidak sekedar
dijadikan sebagai pihak yang dipengaruhi
memberikan perspektif baru dalam pemanfaatan
manajemen dalam rangka mencapai tujuan
disiplin ilmu komunikasi, namun mengasumsikan
organisasi. Jika demikian, maka strategic
bahwa organisasi pada dasarnya adalah
communication tak ubahnya hanyalah planned
komunikasi (organization as communication)
communication atau komunikasi yang
83 | Coverage, Vol. 11, No. 2, Maret 2021 Helpris Estaswara

(Cooren 2006, McPhee & Zaug 2000). Gagasan ini individu ataupun kelompok. Individu dan
berangkat dari pengertian organisasi adalah kelompok dalam organisasi pada dasarnya
sesuatu yang abstrak, yang berada dalam pikiran mengelola aksi, yang akhirnya akan menjadi
manusia. Maka, komunikasi (melalui discourse) interaksi dan negosiasi bagi yang lainnya,
antar aktor-lah yang membentuk organisasi demikian seterusnya hingga terjadi komunikasi
(Putnam et al 2009). Komunikasi, pada yang bersifat sirkular atau two-way
kenyataannya, melalui interaksi (interaction) dan communication.
negosiasi (negosiation) digunakan oleh manusia
Komunikasi dalam pandangan “interaksi dan
(actor) untuk mengoordinasikan tindakan (action),
negosiasi” memberikan ruang kesetaraan bagi
menjalin dan memelihara hubungan (relations),
para pelaku komunikasi, sehingga pesan bukan
serta menjaga kelangsungan hidup organisasi
dominasi satu pihak, di mana pihak-pihak yang
(organization) (Heracleous 2006). Membangun
lain diasumsikan “mati”—yang realitasnya hanya
strategic communication dengan basis logika ini
diposisikan sebagai penerima pesan an sich tanpa
akan membawa arah bangunan konseptual yang
memiliki kekuasaan atas pesan, atau paling tidak
lebih kaya akan teori-teori komunikasi, seperti
hanya memiliki hak atas interpretasi pesan, itu
rules theory, systems theory, narrative theory,
pun dalam konteks conditioning (Estaswara et al
speech act theory, conversation analysis,
2020). “Aksi dan interaksi” merupakan tindakan
phenomenology (Husserl), ethnomethodology,
manusia yang pada akhirnya menimbulkan
framing (Goffman), structuration (Giddens),
“negosiasi”. Negosiasi di sini bisa berbentuk
maupun semiology (Barthes), dan bahkan critical
keselarasan makna, namun faktanya dapat terjadi
discourse analysis (Fairclough) atau critical theory
melalui proses yang panjang ataupun bahkan tidak
(Putnam et al 2009).
terjadi kesepakatan apa pun. Dalam hal ini, proses
menjadi fokus kajian dibandingkan dengan hasil.
Strategic Communication Sebagai “Aksi, Interaksi
Hal ini penting menjadi perhatian karena strategic
dan Negosiasi”
communication dapat berkembang dalam disiplin
Berdasarkan hasil tinjauan literatur menemukan ilmu komunikasi jika dilihat sebagai sebuah
bukti bahwa strategic communication dapat “proses”, bukan sekedar proses “linier” yang
dimaknai sebagai “aksi, interaksi dan negosiasi”. mementingkan hasil, namun proses yang dinamis
Dengan melibatkan aktor komunikasi, kajian dan bersifat dialogis.
strategic communication dapat dikembangkan ke
Di sisi lain, negosiasi merupakan aktivitas yang
dalam kerangka logika “interaksi dan negosiasi”
fundamental dalam hubungan saling
alih-alih hanya sebagai “aksi”. Komunikasi dalam
memengaruhi. Negosiasi bukan hanya terjadi
pandangan “aksi” bersifat one-way yang artinya
antar individu, tapi juga kelompok bahkan
semua orang bekerja untuk tujuan organisasi
organisasi. Negosiasi dapat diterjemahkan sebagai
kepada khalayaknya merupakan satu-satunya
proses strategis yang dilakukan melalui manuver
tujuan yang ada—seperti dalam advertising, public
yang dirancang untuk mencapai tujuan. Pihak-
relations, marketing communication ataupun
pihak yang terlibat dalam perundingan untuk
organisational communication—semuanya
mencapai satu atau lebih tujuan instrumental,
bercirikan one-way communication, di mana
seperti mengubah atau mempertahankan
pesannya adalah tujuan organisasi yang diarahkan
kebijakan ataupun menemukan solusi masalah
kepada khalayak umum, baik secara internal
yang dapat disepakati bersama (Wilson & Putnam
ataupun eksternal (Estaswara 2008). “Aksi”
1980). Negosiasi dapat juga diartikan sebagai
melihat pada hasil bukannya proses, maka
proses di mana dua pihak atau lebih menemui
komunikasi sebagai hasil dianggap sebagai
konflik ketika berinteraksi take-and-give untuk
tindakan yang bertujuan, sehingga logis jika
mencapai kesepakatan. Kemudian, kedua belah
“hasil” merupakan fokus dari komunikasi. Gagasan
pihak tersebut harus bekerjasama untuk mencapai
ini memahami komunikasi yang bertujuan untuk
kesepakatan atau memberikan solusi, di mana
menimbulkan effect (pengaruh) kepada receiver
keduanya berpotensi memiliki resiko, yaitu pihak
sesuai dengan maksud yang diharapkan oleh
lain bisa memblokir atau menggangu pencapaian
sender. Tidak masalah jika “aksi” harus menjadi
tujuan pihak yang lainnya. Artinya, mereka harus
bagian dalam strategic communication, namun
bekerjasama untuk mencapai tujuan individu,
“aksi” tersebut harus dilihat juga dalam tataran
sementara bersaing satu sama lain untuk
Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu Komunikasi | 84

kepentingan yang benar-benar berbeda (Putnam seseorang. Komunikasi, terlepas dari apa pun,
1989). Dalam kaitannya dengan strategic dapat diartikan juga sebagai proses creating of
communication, aksi, interaksi dan negosiasi meaning (Rosengren 2000). Faktanya, makna
berjalan secara bersamaan yang harus dipandang bukanlah merupakan “hak eklusif” individu,
sebagai satu-kesatuan. kelompok atau organisasi tertentu. Seperti pernah
dikatakan oleh Littlejohn (2009, 378), bahwa
Tujuan interaksi pada umumnya adalah
“communication does not happen without
negosiasi yang berujung pada tawar-menawar
meaning, and people create and use meaning in
gagasan maupun tidakan, hal ini mengingat bahwa
interpreting events.” Mengutip Rosengren (2000,
negosiasi itu terjadi pada pihak-pihak yang saling
39), pemaknaan dikatakan sebagai “whole way in
bergantung dan tidak bisa memaksakan
which we understand, explain, feel about and
keinginannya sendiri. Sebagai contoh, dalam
react towards a given phenomenon.” Gagasan
organisational communication, antara manajemen
tersebut pada dasarnya mengandaikan bahwa
dengan para pekerja. Ketika para pekerja tidak
komunikasi didasarkan pada pemahaman tentang
mau bekerja secara lembur, maka baiknya harus
apa yang dikatakan, ditulis atau dilakukan
mengomunikasikan kepada manajemen, tentunya
(Cherniak 2018), yaitu tentang apa yang orang,
dalam situasi tawar-menawar. Biasanya, para
kelompok atau organisasi maksudkan dengan
pekerja tersebut akan tetap lembur meskipu
kata-kata, tulisan dan tindakan tertentu. Dengan
mengalami kekalahan dalam situasi tawar-
demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap
menawar. Pihak manajemen, bagaimana pun juga
individu membangun makna, dan semua
akan menggunakan kata “demi perusahaan” untuk
kelompok serta organisasi juga membangun
membuat para pekerjanya tetap lembur. Namun
makna bersama.
demikian, tidak selalu negosiasi merupakan satu-
satunya tujuan dalam interaksi, bisa dikatakan Dalam konteks liniar atau one-way
merupakan bentuk “interpretatif” atau bisa juga communication, makna dipaksakan untuk diterima
“pemrosesan informasi” daripada tujuan interaksi oleh receiver. Biro iklan mendesain creative sesuai
itu sendiri (Wilson & Putnam 1980). Misalnya, dengan makna organisasi dan tujuan perusahaan,
salah satu pihak ingin membentuk kesan sebagai lalu menyebarkannya melalui media demi
lawan baru kepada pihak lainnya, atau satu pihak mempengaruhi orang-orang atas makna yang
ingin memahami pihak yang lainnya dengan tersampikan dalam iklan. Demikian juga, aktor
membuat rencana dan niat mereka. dalam marketing communication bekerja secara
telaten untuk mengombinasikan berbagai
Maka, komunikasi dapat dipahami sebagai
communication tools yang dideseminasikan
pertukaran makna (simbol) yang terjadi di tingkat
kepada khalayak sasaran. Bagaimana
intra-personal, antar individu dengan berbagai
pengintegrasiannya iklan, public relations, sales
posisi, antar individu dalam kelompok formal dan
promotion, personal selling dan direct marketing,
non-formal, antar kelompok dan keseluruhan
menjadi fokus utamanya. Tak ketinggalan, public
orang yang ada di dalam organisasi, organisasi
relations secara internal menggaungkan nilai-nilai
dengan organisasi, individu, kelompok ataupun
atau budaya perusahaan kepada para pekerja, dan
organisasi lain melalui aksi, interaksi dan
secara eksternal mengusahakan tujuan organisasi
negosiasi. Dengan cara berpikir seperti ini, maka
agar bisa diterima dan dikerjakan oleh orang lain
strategic communication tidak hanya sekedar
(Estaswara 2008). Ini merupakan contoh linieritas
linieritas saja, namun mampu menjelaskan
dalam program komunikasi. Pandangan seperti ini
berbagai realitas konflik, konsensus, sampai
hanya menyebarluaskan makna yang dibuat oleh
budaya yang terjadi dalam organisasi dan
organisasi kepada target audience dengan tingkat
hubungannya dengan aktor-aktor (stakeholders)
penerimaan atau adopsi sebagai ukurannya.
lainnya, secara dinamis, bottom-up dan khas
Linieritas dapat dikatakan sah atau berlaku secara
(unik).
umum (Hallahan et al 2007). Namun, di sini tidak
Makna dalam Strategic Communication ada makna individu atau kelompok, tapi hanyalah
makna organisasi atau perusahaan yang berperan.
Komunikasi tak lepas dari pemaknaan, di mana Padahal, dalam strategic communication, tidak
pemaknaan bisa terjadi dalam konteks hanya makna organisasi saja, tetapi individu dan
intrapersonal, interpersonal, kelompok maupun kelompok juga berpengaruh.
massa. Pemaknaan bisa berangkat dari ucapan
(speech), teks (text), simbol, dan tindakan
85 | Coverage, Vol. 11, No. 2, Maret 2021 Helpris Estaswara

Ketika individu dengan individu, individu dipahami dengan cara perpikir yang luas, tidak
dengan kelompok ataupun kelompok dengan acak dan juga tidak disengaja, meskipun bisa jadi
kelompok, bahkan antara organisasi dengan akan berdampak negatif atas pencapaian tujuan
organisasi lainnya dan organisasi dengan organisasi (Hallahan et al 2007). Bersifat strategi
lingkungannya berinteraksi, di situ terdapat proses dalam hal ini adalah mengelola orang-orang,
pemaknaan. Dalam setiap konteks komunikasi, kelompok ataupun organisasi dengan semua
mulai dari mikro sampai makro merupakan proses konteks komunikasi yang ada. Bayangakan sebuah
yang harus dilihat dan dipahami dalam strategic organisasi yang didalamnya ada orang-orang,
communication. Lebih jauh, dalam dunia yang kelompok dan di luar ada organisasi lain serta
global saat ini, makna (meaning) terindentifikasi lingkungannya, dan semuanya melakukan aksi,
beragam—satu hal yang sama bisa bermakna tramsaksi dan negosiasi untuk memberikan makna
berbeda—bersamaan dengan banyaknya budaya atau memaknai, lalu bagaimana organisasi
yang berinteraksi. Tidak hanya itu, di era tersebut harus berstrategi? Bukankah strategi itu
masyarakat modern hari ini, organisasi modern luas? Dengan demikian, strategic jangan diartikan
harus bisa menjadi aktor sosial penting yang dengan sempit, mengingat strategic merupakan
masuk dan memainkan peran ke dalam berbagai multi-dimensional dan harus dikaji dengan konsep
diskusi, termasuk di internet, mengenai publik dan yang luas (Hallahan et al 2007).
permasalahannya yang mencoba membawa
Komunikasi merupakan individu, kelompok
organisasi ataupun yang bertentangan dengan
ataupun organisasi yang melakukan aksi, interaksi
eksistensinya (Hallahan et al 2007). Terkait dengan
dan negosiasi melalui makna dan pemaknaan. Ini
hal ini, banyak makna yang akan muncul dan
merupakan inti dari strategic communication.
melebur ke dalam organisasi, tidak hanya selaras
Terkait dengan strategi itu luas, maka dalam
(satu kata) namun makna-makna tersebut variatif.
analisisnya harus memasukkan aksi, interaksi dan
Melihat banyaknya peran dan pemaknaan yang
negosiasi dalam setiap konteks komunikasi, yaitu
harus dipelajari, diterima, diambil, dan bahkan
pada tataran individu dengan individu, antara
dipraktikkan—ataupun tidak diambil— maka,
individu dengan kelompok, kelompok dengan
memelajari organisasi harus tidak bisa liniar yang
kelompok, kelompok dengan organisasi, individu
mengandalkan komunikasi massa.
dengan organisasi, organisasi dengan organisasi
Terkait dengan ide di atas dan relevansinya lain, ataupun organisasi dengan lingkungannya. Ini
dengan studi tentang strategic communication, merupakan analisis yang kompleks, multi-
penting juga untuk mengkaji makna sehingga dimensional dan tatarannya berbeda-beda.
mampu menjelaskan makna-makna
Strategic communication tidak semata-mata
“tersembunyi” dibalik interaksi komunikasi, baik
hanya untuk memengaruhi target sasaran atau
yang bersifat inter maupun intra organisasi.
untuk menghasilkan perilaku saling pengertian
Kembali pada globalisasi, banyaknya budaya akan
antara organisasi dengan stakeholder-nya. Ini
bertemu dan masuk ke dalam organisasi. Hal ini
menunjukkan bahwa fokus kajian one-way
tidak saja cara-cara berkomunikasi yang berubah,
communication tidak lagi berlaku. Namun
tetapi pemaknaan atas sesuatu juga bisa berbeda.
demikian, pendekatan ini dimaksudkan sebagai
Terlebih, jika ada budaya tertentu memiliki
efek kausalitas yang membuat strategic
keyakinannya sendiri (hidden aggenda), hal ini
communication menjadi lebih penting. Komunikasi
bisa membuat organisasi menjadi limbung. Ide-ide
hari ini yang tidak hanya one-way saja, namun
seputar pentingnya untuk melibatkan “makna
sudah mengarah pada two-way dan bahkan many-
tersembunyai” akan memerdalam studi tentang
way communication (Estaswara 2008), yang
konflik dalam konteks strategic communication
menyebabkan communication, advertising, public
serta upaya pencapaian kesepahaman dan saling
relations dan organisational communication
pengertian.
dengan cara-cara lama (paradigma linieritas)
menjadi tidak teridentifikasi konteksnya. Terkait
Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu
dengan hal tersebut, maka strategic
Komunikasi
communication bersifat multi-dimensional.
Kata strategic dalam strategic communication Artinya, semua konteks komunikasi dan semua
memiliki arti yang luas. Strategic pada dasarnya metode harus bisa dianalisis dan diteliti.
bersifat strategi, di mana strategi itu haruslah
Strategic Communication dalam Perspektif Ilmu Komunikasi | 86

SIMPULAN Science, Education and Humanities Research,


Vol. 233.
Artikel ini menyampaikan adanya gagasan baru Cooren, F. (2006). Arguments for the in-depth
dalam strategic communication yang mengusung study of organizational interactions: A
disiplin ilmu komunikasi yang dilihat dari aktor rejoinder to McPhee, Myers, and Trethewey.
komunikasi, aksi, interaksi dan negosiasi, serta Management Communication Quarterly, 19,
makna. Gagasan ini lebih maju dari hanya sekedar 327–340.
linier atau one-way communication. Strategic Denney, A.S., & Tewksbury, R.T. (2012). How to
communication dilihat dalam pandangan sirkuler Write a Literature Review, Journal of Criminal
atau two-way dan many-way communication Justice Education,
membutuhkan multiple actor, di samping itu tidak DOI:10.1080/10511253.2012.730617
hanya aksi saja, tetapi interaksi dan negosiasi juga
berperan, sehingga makna dan pemaknaan akan Dervin, B. (1991). “Information as Nonsense;
lebih kaya, mendalam dan kompleks. Information as Sense: The Communication
Technology Connection.” Dalam H. Bouwman,
Tidak hanya itu, terkait komunikasi antar- P. Nelissen, & M. Vooijs (Eds.), Between Offer
budaya, di mana para pekerja dari luar daerah dan and Supply. Amsterdam, The Netherlands:
bahkan luar negeri datang, hadir dan memaikan Cramwinckel, 44-59.
peran penting di dalam organisasi menjadi fakta
yang tak bisa dipungkiri. Demikian juga dengan Estaswara, H., Halim, U., & Ahmad, B. B. (2020)
globalisasi, adanya internet yang membuat dunia Memaknai Strategic Communication.
maya menjadi penting, sudah menjadi kenyataan CoverAge, 11(1), 1-11.
yang harus dijalani oleh organisasi. Hal ini tidak Estaswara, H. (2018) Tiga Dekade Perkembangan
hanya masalah orang luar negeri yang mengakses Integrated Marketing Communications (IMC):
internet dan datang kepada organisasi, namun Sebuah Literatur Review. GunaHumas: Jurnal
juga individu dan kelompok di dalam organisasi Kehumasan, 1(2), 198-213.
juga melakukan aksi, interaksi dan negosiasi
melalui internet. Dengan demikian, strategic Estaswara, H. (2008) Think IMC: Efektivitas
communication juga perlu mendasarkan pada Komunikasi untuk Meningkatkan Merek dan
konteks komunikasi antar-budaya dan globalisasi. Laba Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

DAFTAR PUSTAKA Falkheimer, J. & Heide, M. (2014). From Public


Relations to Strategic Communication in
Sweden: The Emergence of a Transboundary
Argenti, P.A., Howell, R.A., & Beck, K.A. (2005). The Field of Knowledge. Nordicom Review, 35(2),
Strategic Communication Imperative. MIT Sloan 123-138.
Management Review, 46(3), 82-89.
Grandien, C., & Johansson, C. (2016). Organizing
Aggerholm, H. K., & Asmuß, B. (2016). A practice and disorganizing strategic communication:
perspective on strategic communication. The Discursive institutional change dynamics in two
discursive legitimization of managerial communication departments. International
decisions. Journal of Communication Journal of Strategic Communication, 10(4),
Management, 20(3), 195–214. 332–351.
Aggerholm, H. K., & Thomsen, C. (2016). Grunig, J. (2006). Furnishing the Edifice: Ongoing
Legitimation as a particular mode of strategic Research on Public Relations as a Strategic
communication in the public sector. Management Function. Journal of Public
International Journal of Strategic Relations Research, 18, 151-176.
Communication, 10(3), 195–206.
Hallahan. K., Holtzhausen D., van Ruler, B., Verčič
Bolderston, A. (2008). Writing an Effective D., & Sriramesh K. (2007) Defining Strategic
Literature Review. Journal of Medical Imaging Communication, International Journal of
and Radiation Sciences, 39, 86-92. Strategic Communication, 1(1), 3-35.
Cherniak, A. (2018) Understanding of Meaning as
a Communication Problem, Advances in Social
87 | Coverage, Vol. 11, No. 2, Maret 2021 Helpris Estaswara

Hart, C. (1998). Doing a literature review: Sandhu, S. (2009). Strategic Communication: An


Releasing the social science research Institutional Perspective, International Journal of
imagination. London, UK: Sage Publications. Strategic Communication, 3(2), 72-92.
Heracleous, L. (2006). Discourse, interpretation, Shaw, D. (1995). Bibliographic database searching
organization. Cambridge, U.K.: Cambridge by graduate students in language and literature:
University Press. Search strategies, system interfaces, and
relevance judgments. Library & Information
Holtzhausen, D., & Zerfass, A. (2014). “Strategic
Science Research, 17(4), 327-345.
Communication: Opportunity and Chalanges in
the Research Area.” Holtzhausen, D.R., & Thomas, F. & Stephens, J. (2015). An Introduction to
Zerfass, A. (Eds.). The Routledge Handbook of Strategic Communication. International Journal
Strategic Communication. New York, of Business Communication, 52(1), 3-11.
NY:Routledge, 3-17.
Van Ruler, B. (2018). Communication Theory: An
Holtzhausen, D. R., & Zerfass, A. (Eds.). (2014). The Underrated Pillar on Which Strategic
Routledge handbook of strategic Communication Rests. International Journal of
communication. New York, NY: Routledge. Strategic Communication, 12(4), 367-381.
Jarzabkowski, P., Balogun, J., & Seidl, D. (2007). Webster, J., & Watson, R. T. (2002) Analyzing The
Strategizing: The Challenges of a Practice Past To Prepare For The Future: Writing A
Perspective. Human Relations, 60, 5-27. Literature Review. MIS Quarterly, 26(2), xiii-xxiii.
Levy, Y., & Ellis, T. J. (2006). A Systems Approach to Werder, K.P., Nothhaft, H., Verčič D., & Zerfass, A.
Conduct an Effective Literature Review in (2018). Strategic Communication as an Emerging
Support of Information Systems Research. Interdisciplinary Paradigm. International Journal
Informing Science Journal, 9, 181-212. of Strategic Communication, 12(4), 333-351.
Littlejohn S. W., & Foss K. A. (2009) Teori Wilson, S. R., & Putnam, L. L. (1990) Interaction
Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Goals in Negotiation, Annals of the International
Communication Association, 13(1), 374-406,
Marchiori, M., & Bulgacov, S. (2012). Strategy as
DOI:10.1080/23808985.1990.11678764
communicational practice in organizations.
International Journal of Strategic Windahl, S., & Signitzer, B. (2009) Using
Communication, 6(3), 199–211. Communication Theory: An Introduction to
Planned Communication (2 ed.) London: Sage.
McPhee, R.D., & Zaug, P. (2000). The
Communicative Constitution of Organizations: A Winkler, P., & Michael Etter, M. (2018) Strategic
Framework for Explanation. Electronic Journal of Communication and Emergence: A Dual
Communication, 10(1/2), 1–16. Narrative Framework, International Journal of
Strategic Communication, 12(4), 382-398.
Nothhaft, H., Werder, K.P., Verčič, D., & Zerfass, A.
(2018) Strategic Communication: Reflections on Zerfass, A., Verčičc, D., Nothhaftd, H., & Werder, K
an Elusive Concept. International Journal of P. (2018) Strategic Communication: Defining the
Strategic Communication, 12(4), 352-366. Field and its Contribution to Research and
Practice. International Journal of Strategic
Putnam, L.L., Nicotera, A.M., & McPhee, R.D.
Communication, 12(4), 487–505.
(2009). “Communication Constitutes
Organization.” Dalam Putnam, L. L., & Nicotera,
A. M. (Eds.). Building theories of organization:
The constitutive role of communication. London:
Routledge, 1-19.
Putnam, L. L. (1989). Bargaining. International
Encyclopedia of Communicatio, Vol. 1, 176-178.
Amherst, PA: Oxford University Press.
Rosengren, K. E. (2000) Communication: An
Introduction. Great Britain: Sage Publication.

Anda mungkin juga menyukai