Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3 Hukum dan Masyarakat

Nama : Deva Tria Agustina

NIM : 043185665

Prodi : Ilmu Hukum

Baca artikel di bawah untuk bisa menjawab pertanyaan nomor 1!


Suami Berhenti Kerja untuk Jadi YouTuber Bersama Istri dengan Membuat Konten Memasak
Liputan6.com, Jakarta - Menjadi YouTuber jadi prosesi yang kian dilirik oleh banyak orang
akhir-akhir ini. Hal itu juga dilakukan oleh Sugu S. Pavithra bersama suaminya. Bersama
istrinya, ia membuat konten memasak sederhana. Dimulai dari inisiatif yang sederhana dan
sekarang menjadi sensasi di Malaysia. Sekarang mereka telah berhasil mengumpulkan
pengikut hampir 650 subscriber. Untuk mencapai angka tersebut, mereka membutuhkan waktu
enam bulan. Berkat popularitas yang kini mereka raih, tak sedikit wartawan dari berbagai
media meminta waktu untuk mewawancarainya.
Setiap kali wawancara, sang suami terpaksa harus cuti sehari agar bisa mengurus anak-anak
mereka. Oleh karena itu, untuk membantu istrinya fokus sebagai YouTuber, ia memutuskan
berhenti bekerja untuk membantu istrinya bekerja setiap hari. Mereka fokus membuat konten
memasak.
Selain itu, Pavithra juga menyebutkan bahwa mereka akan pindah dari rumah mereka,
karena suaminya tidak lagi bekerja di perkebunan. Mereka akan membuat video dari rumah
baru mereka begitu mereka. Terlepas dari semua itu, pasangan ini tetap rendah hati dan
menghindar dari beragam pujian yang diberikan publik.
“Kami hanya orang biasa. Menjadi ikon adalah sesuatu yang besar bagi kami. Apakah ini
cocok untuk kami? Kami pikir kami tidak layak menjadi ikon, karena ikon harus sempurna,
dan kami jauh dari sempurna," kata Pavithra, seperti dikutip dari World of Buzz, Sabtu, 13
Juni 2020.
Banyak orang senang melihat bahwa saluran memasak Sugu Pavithra akhirnya meluncur di
YouTube. Kini, suami istri itu kian bergairah mencari nafkah sebagai YouTuber yang namanya
mulai melejit.
(sumber: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4278645/suami-berhenti-kerja-
untuk-jadi- youtuber-bersama-istri-dengan-membuat-konten-memasak)

Pertanyaan:

1a. Analisis mobilitas sosial yang terjadi pada kasus di atas!

Jawab:
Pada kasus diatas, salah satu faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial adalah faktor
ekonomi, dimana Sugu S. Pavithra bersama suaminya mendapatkan kesempatana untuk
mendapatkan kondisi ekonomi dengan kesempatan yang lebih baik, yaitu dengan menjadi
Youtuber. Selain itu kasus ini juga termasuk mobilitas vertikal keatas atau yang disebut
social climbing, karena suami dari Sugu S. Pavithra ini berhenti dari pekerjaannya yang
notabenenya lebih banyak menghabiskan waktu, monoton, dll menjadi lebih fleksibel dalam
waktu dan tempat.
1b. Pada kasus di atas terdapat hubungan pesatnya era teknologi yang mempengaruhi
mobilitas sosial. Berikan pendapat saudara tentang hal tersebut!

Jawab:
Era teknologi yang semakin berkembang pesat mempengaruhi mobilitas sosial. Hal ini dapat
kita lihat pada kasus diatas. Dimana Sugu S. Pavithra dan suaminya memanfaatkan salah satu
contoh teknologi yang berkembang pesat yaitu Youtube sebagai tempat mereka untuk
mendapatkan pekerjaan/penghasilan yang lebih baik.
Sumber Referensi:
https://penerbitbukudeepublish.com/materi/mobilitas-
sosial/

Di bawah ini adalah artikel untuk soal nomor 2 dan 3!

TEMPO.CO, Jakarta - Masih ada saja masyarakat menolak vaksin atau divaksinasi dengan
berbagai alasan dalam mencegah virus Covid-19. Tentu menjadi tantangan yang tidak
gampang bagi pemerintah untuk melancarkan agenda vaksinasi di Indonesia, yang ditargetkan
beres dalam satu tahun oleh Presiden Joko Widodo.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah membuat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14
Tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin
dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.

Peraturan itu menyebutkan bahwa masyarakat akan diberi sanksi apabila menolak vaksin.
Sanksi itu tertuang dalam Pasal 13A ayat 4 dan Pasal 13B. Dalam Pasal 13A ayat 4
disebutkan bahwa orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima vaksin Covid-19
yang tidak mengikuti vaksinasi dapat dikenakan sanksi administratif, berupa penundaan atau
penghentian pemberian jaminan sosial atau bantuan sosial, penundaan atau penghentian
layanan administrasi pemerintahan, dan atau denda.
Sementara itu, isi dalam Pasal 13B menyebutkan pula bahwa selain dikenakan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A ayat 4, setiap orang yang telah ditetapkan sebagai
sasaran penerima vaksin Covid-19, yang tidak mengikuti vaksinasi dapat dikenakan sanksi
sesuai ketentuan undang- undang tentang wabah penyakit menular.
Sanksi pidana tersebut diatur dalam UU Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular yang tertuang di Pasal 14 ayat 1, bahwa bagi mereka yang dengan sengaja
menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah dapat diancam pidana penjara maksimal
satu tahun, dan atau denda maksimal Rp1 juta.

Menanggapi Perpres tersebut, beberapa pejabat pemerintah daerah ada yang pro dan kontra,
tentu saja hal itu tergantung dari kondisi atau keadaan masyarakat yang mereka pimpin, berikut
kebijakan di beberapa daerah terkait sanksi bagi masyarakat yang menolak divaksin setelah
keluarnya Perpres tersebut.

(sumber: https://nasional.tempo.co/read/1439245/menolak-vaksin-covid-19-sanksi-di-
berbagai- daerah-berbeda-beda/full&view=ok)

Pertanyaan nomor 2 dan 3:

2a. Analisis kasus di atas menggunakan kerangka teori efektivitas hukum dalam
masyarakat! Jawab:
Teori efektivitas hukum menurut Bronislaw Malinowski meliputi tiga
masalah, yaitu :
1. Dalam masyarakat modern, tata tertib kemasyarakatan dijaga antara lain oleh suatu sistem
pengendalian sosial yang bersifat memaksa, yaitu hukum, untuk melaksanakannya hukum
didukung oleh suatu sistem alat-alat kekuasaan (kepolisian, pengadilan dan sebagainya) yang
diorganisasi oleh suatu negara.
2. Dalam masyarakat primitif alat-alat kekuasaan serupa itu kadang-kadang tidak ada.

3. Dengan demikian apakah dalam masyarakat primitif tidak ada hukum. Bronislaw
Malinowski menganalisis efektivitas hukum dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu masyarakat modern dan masyarakat primitif. Masyarakat modern merupakan masyarakat
yang perekonomiannya berdasarkan pasar secara luas, spesialisasi di bidang industri dan
pemakaian teknologi canggih. Di dalam masyarakat modern hukum yang dibuat dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang itu ditegakkan oleh kepolisian, pengadilan dan
sebagainya, sedangkan masyarakat primitif merupakan masyarakat yang mempunyai sistem
ekonomi yang sederhana dan dalam masyarakat primitif tidak mengenal alat-alat kekuasaan
Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto bahwa efektif adalah taraf sejauh mana
suatu kelompok dapat mencapai tujuannya. Hukum dapat dikatakan efektif jika terdapat
dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai sasarannya dalam membimbing
ataupun merubah perilaku manusia sehingga menjadi perilaku hukum.
Berdasarkan dengan kasus diatas, dengan menerapkan undang-undnag tentang pemberian
sanksi kepada masyarakat yang menolak diberika vaksin Covid-19, di harapkan dapat
berlangsung secara efektiv dalam masyarakat. Namun pemerintah juga harus terus
memberikan pengetahuan kepada masyarakat/ mensounding masyarakat betapa pentingnya
vaksin bagi kesehatan masyarakat. Untuk masyarakat modern/tinggal di perkotaan,
pemerintah dapat memberikan penyuluhan mengenai pentingnya vaksin melalui platform-
platform media sosial. Sedangkan untuk masyarakat yang masi bisa dibilang minim
teknologo/tidak mnegerti teknologi/lanjut usia, pemerintah dapat melakukan penyuluhan
betapa pentingnya vaksin melalui penyuluhan secara langsung. Sehingga terciptanya
kepercayaan dalam diri masyarakat sehingga mau melakukan vaksinasi covid 19 dan hukum
dapat berjalan dengan efektiv.
Untuk masyarakat yang masih mengeyel tidak mau melakukan vaksin, pemerintah bisa
secara tegas dan langsung memberikan sanksi yang sudah diterapkan, sehingga masyarakat
tahu bahwa hukum yang di siarkan benar adanya bukan hanya gertakan sementara untuk
masyarakat.
Sumber referensi:
http://eprints.umm.ac.id/37782/3/jiptummpp-gdl-muhammadfa-49003-3-babii.pdf

2b. Bandingkan dengan kasus lain yang efektivitas hukum dalam masyarakatnya bisa
diterapkan!
Jawab:

Kasus lain yang sama dengan kasus vaksinasi covid 19 diatas adalah EFEKTIFITAS
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PELANGGARAN RAMBU–RAMBU
LALULINTAS. Pengambilan tindakan
terhadap pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan dan pengaturan lalu lintas merupakan
wewenang dari Kepolisian Republik Indonesia. Satuan lalu lintas Polres Klungkung
Provinsi Bali melakukan penertiban berlalu lintas berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
UU tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, selama ini mengalami kendala pada aspek
kurang tegasnya penindakan yang dilakukan, yang mengakibatkan banyak terjadi kecelakaan
yang disebabkan oleh adanya pelanggaran lalu lintas.
Sesuai Ketentuan pidana pada Pasal 288 ayat (2) UU tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang berisi:
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat
menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat
(5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).”

Selain itu UU No 22 tahun 2009 Pasal 281 menjelaskan:


“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan yang tidak memiliki Surat
Izin Mengemudi sebagaiman dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan npidana
kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 1.000.000, (satu juta
rupiah).”
Dari sini kita dapat melihat bahwa hukum yang diberlakukan menunjukkan bahwa masih
banyaknya oknum yang suka melakukan pelanggaran lalu lintas, sama seperti kasus
banyaknya masyarakat yang masih suka mangkir/ tidak mau melakukan vaksinasi sehingga
dibuatlah hukum/UU yang mengatur mengenai hal tersebut. Dan para penegak hukum wajib
menjalankannya dengan tegas sehingga masyarakat tahu bahwa hukum yang ada bukanlah
hanya gertakan melainkan benar adanya.
Masyarakat diharapkan dapat menaati peraturan yang ada demi ketertiban bersama dan juga
keselamatan.
Sumber referensi:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthadesa/article/download/71393/39548

3. Simpulkan dengan pendapat anda tentang cara-cara penentuan masalah-masalah hukum dan
masyarakat!
Jawab:

Menurut pendapat saya cara menentukan masalah-masalah hukum dan masyarakat adalah
dengan melihat apakah Hukum yang ada sudah sesuai dan apakah masyarakat menaaati
hukum tersebut. Selain itu perilaku masyarakat juga dapat menimbulkan dibuatnya hukum
baru. Hukum juga harus dibuktikan keefektivitasannya sehingga masyarakat tidak
melakukan pelanggaran. Selain itu aparat penegak hukum juga berperan penting dalam
penentuan masalah-masalah hukum dan masyarakat, karena mereka lah yang membuktikan
apakah hukum yang ada efektiv apa tidak dalam masyarakat.
Sumber : BMP HKUM4102 MODUL 7 DAN 8

Anda mungkin juga menyukai