Anda di halaman 1dari 239

Pelayanan Pendidikan

1
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

ISBN: 978-623-95288-0-5
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata
Oleh: Meily Lunanta Kouwagam & Lita Patricia Lunanta

©2020 Sekolah Tinggi Theologia Jaffray


Diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Jalan Gunung Merapi No. 103 Makassar, 90114
Sulawesi Selatan, Indonesia
Telp : 0411-3624129
Email : sttjaffraymakassar@gmail.com
Website : www.sttjaffray.ac.id

Desain Sampul: Queency Ch. Wauran


Setting Layout/Editor: Queency Ch. Wauran

Hak pengarang dilindungi Undang-Undang


Dilarang mereproduksi sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis
dan penerbit.

2
Pelayanan Pendidikan

Oh My Papa
Eddie Fisher
https://youtu.be/6dWOsP_wly0

Oh, my papa, to me he was so wonderful


Oh, my papa, to me he was so good
No one could be, so gentle and so lovable
Oh, my papa, he always understood.
Gone are the days when he could take me on his knee
And with a smile he'd change my tears to laughter
Oh, my papa, so funny, so adorable
Always the clown so funny in his way
Oh, my papa, to me he was so wonderful
Deep in my heart I miss him so today.

iii 3
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Daftar Isi
Prakata | 8
Sepatah Kata Dari Suami Tercinta by Laurentius Lunanta | 10
Pendahuluan by Lita Patricia Lunanta | 12

BAGIAN 1: CERITA MAMI

1. Masa Kecil |17


Mijn Kleine Rosje by dr. Gilbert Kouwagam | 18
Adikku Semata Wayang by Ir. Jinhard Kouwagam | 20
Papi Mami Terbaik | 24
2. Masa Remaja – Kuliah | 30
Sahabatku yang Baik by Lena Salahuddin |33
Si Penghapus Duka Lara by Ihsan Djirong | 38
Nilai Sebuah Persahabatan by Prof. Dr. Ir. Anastasia Sulistyawati | 45
Meily Lunanta Kouwagam di mata Tuhan, di mata keluarga dan
di mata Saya by Pdt. Yosep S. Kawu |48
Pribadi yang Ikhlas, Ramah, Anggun, dan Bersahaja by Prof. Dr. H.
Syamsul Bachri Thalib, M.Si | 51
My Sister, the Best by Jenny Tu | 52
3. Pelayanan Pendidikan | 56
Tim Peduli Pendidikan Keuskupan Agung Makassar (KAMS) | 58
Ketika Seseorang Menyadari Bahwa Hidup Ini Adalah Berkat
by Mgr. John Liku-Ada’ | 59
4 iv
Melebihi Permata:Pelayanan
Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata
Pendidikan

Aku Tahu kepada Siapa Aku Percaya by P. Carolus Patampang | 64


Seorang Motivator Penuh Kasih dan Semangat
by N. Tri Suswanto Saptadi | 66
Meily Lunanta Kouwagam Sebagai Seorang Ketua TPP
by Dr. Riny Jefri, SE., M.Ak. | 75
Nama Indah, Seindah dan Selembut Pribadinya
by Dr. Henny Cecilia Somba, MARS | 79
Haggai Institute | 81
Meily Lunanta Kouwagam yang Saya Kenal by Maimunah
Natasha | 82
Available by Basuki Tri Nugroho | 87
Yayasan Gamaliel | 89
Bersama Ibu Meily Anda Merasa Istimewa by Andre Steven Oroh | 90
Alat Peraga Menghargai Sesama by Indarto | 91
STT Jaffray Makassar | 94
Sang Pelayan Anak by Pdt. Dr. Daniel Ronda | 96
Kak Meily, Seorang yang Friendly and Care
by Pdt Leonard Sumule, Ph.D | 98
Kasih Bagi Hidup Saya by Helber | 101
My Teacher, My Superhero by Angelina Berliana | 103
Motivasi seorang Ibu yang Penuh Kasih by Novelik Agung | 105
ACSI | 106
ISKA | 107
Keakraban Seorang Sahabat by Bernadeth Tongli | 108
Majelis Pendidikan Kristen Sulselbara | 112
Meily Lunanta Kouwagam, A Servant Leader by David J. Tjandra | 114
4. Pelayanan Sosial | 118
Guru Sekolah Minggu | 119
37 Tahun Dalam Pengabdian di Sekolah Minggu by Magda
Gurning, S.Th | 121
Menjadi Pendoa Orang Sakit | 124
Keramahan dan Senyum dari Saudari di Makassar
by DR. dr. I.B.G. Fajar Manuaba, Sp.OG, MARS | 125
Pelayanan Konseling di Penjara | 127
v5
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Pelayanan Anak Asuh | 128


Sosok Bunda Maria Jaman Now by Irma Hoesan, SE, MM. | 129
Ibu dan Anak Nakalnya by Isnawati Putri Loleba | 131
Buku Kehidupan by Lita Faust | 133
Pelayanan Konselor | 135
Meily Lunanta, Heartwarmerku by Julianto Simanjuntak | 137
Pelayanan Anak Jalanan | 140
Pelayanan AYUB | 141
Yang Supel yang Potensi by Lany Wiharjo | 142
SJMJ (Suster Jesus Maria Joseph) | 145
Penghapus Kesukaanku by Sr. Theresia Tulung | 146
Ladies of the Fellowship | 149
Sahabatku Meily by Johanis S. Najoan | 150
Asosiasi Pastoral Indonesia | 153
Pelayanan Lain | 154
Menghadirkan Oase dalam Hiruk-pikuk Keseharian by Albertus Jap,
SE, MM, CPS | 157
Nilai Kehidupan by Dr. Ir. Andy Mulyadi Sapan, M.Th | 160
5. Mengalami Kebaikan Tuhan dalam Keluarga | 164

BAGIAN 2: PRINSIP DAN PELAJARAN KEHIDUPAN

6. Melihat Dunia | 172


7. Sederhana dan Berdampak | 175
8. Demokrasi dalam Keluarga | 180
Sang Wanita Pemberani by Dr. Adityawarman M.
Kouwagam, SH,M.Kn | 182
The Meaning of Meily by dr. Anggrainy D.
Kouwagam, M.Kes, Sp.OG | 183
Cahaya Dalam Keluarga by Adipradana T. Kouwagam, S.Ars., M.Sc | 187
Bundaku Tersayang by drg. Anggriana C Kouwagam, S.Kg | 189
Melihat Persamaan dan Mengingat Kekeluargaan
by Dr. Santy Kouwagam dan Sigit Kouwagam | 193
What I love about Granny by Rodrick Jayden Simanjuntak | 195
vi
6
Melebihi Permata:Pelayanan Pendidikan
Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

My Granny a.k.a Granny-ku by Racquelle Aretha Simanjuntak | 196


9. Mengalami Kuasa Doa dalam Keluarga | 198
Sahabat yang selalu berpikiran Positif by Devy Aswarie | 201
10. Rahasia Melayani Tuhan | 206
11. Filosofi Penghapus | 208
12. Melipatgandakan Kebaikan | 211

BAGIAN 3: WARISAN

13. Warisan Dari Papi | 215


14. Mamiku Bintangku by Lita Lunanta | 218
15. My Other Mother by Reinhard Simanjuntak | 221
16. Ibu Terbaik by Rinaldy Prabowo Lunanta | 223
17. Mertua Idaman by Esther Angela Agus | 226

Lampiran: Guru Kehidupan | 230

vii
7
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Prakata

M
enjelang usia 60 tahun saya sering merenung dan berpikir. Warisan apa-
kah yang bisa saya berikan kepada anak cucu saya? Kebaikan apa yang
sudah saya bagikan kepada sesama saya? Hidup pemberian Tuhan ini,
apakah sudah saya jalani sesuai panggilanNya? Perenungan itu membawa saya
kepada keinginan untuk menulis. Saya ingin merekam kebaikan Tuhan selama saya
hidup dan ingin mengingat saudara-saudara serta sahabat-sahabat yang begitu me-
warnai perjalanan hidup saya. Pengalaman adalah guru yang paling baik. Saya ingin
menceritakannya. Lalu, seperti pepatah harimau mati meninggalkan belang, saya
rasa alangkah baiknya kalau manusia berpulang ke pencipta-Nya, jangan hanya
meninggalkan nama, tapi juga meninggalkan tulisan. Saya sungguh berharap tuli-
san ini bisa ada manfaatnya bagi siapapun yang membacanya.
Tiap orang dalam perjalanan hidupnya pasti ada kejadian pahit maupun
manis, yang sulit untuk dilupakan. Kejadian-kejadian yang saya ceritakan dalam
buku ini adalah pengalaman yang selalu terkenang, entah itu karena pernah me-
nimbulkan rasa sedih yang mendalam dihati saya, mengenaskan, mengharukan
atau sebaliknya acap kali menimbulkan rasa senang, bahagia dan perasaan lain yang
sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Peristiwa tak terlupakan itu mungkin

8
Prakata
Pelayanan Pendidikan

pula karena keunikannya, keistimewaannya atau karena begitu tidak masuk akal
atau luar biasa, yang hanya bisa terbuka melalui renungan mendalam.
Puji dan Syukur saya haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia
dan rahmat-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan buku ini. Saya pun pada kesem-
patan ini ingin mengucapkan terimakasih untuk saudara-saudara dan sahabat-sa-
habat yang dengan baik hati mau memberikan saya tulisannya untuk menjadi ke-
nangan. Buku ini menjadi begitu berarti karena kontribusi saudara dan sahabat
semuanya, yang tidak bisa saya sebutkan semuanya satu per satu. Rasa syukur dan
terima kasih juga saya ucapkan kepada sahabat yang dengan tekun dan ikhlas mem-
bantu merampungkan buku ini untuk saya persembahkan kepada keluarga, teman
dan siapapun yang berminat untuk membacanya.
Saya yakin bahwa masa depan seseorang ditentukan dengan sentuhan per-
tama dari Ibu dan ayahnya, terutama pada masa-masa golden age, yakni 0-5 tahun.
Apakah ia akan jadi orang sukses dan gagal, sekali lagi bergantung kepada pendidi-
kan di lingkungan keluarganya. Saya sangat beruntung lahir dalam keluarga yang
penuh kasih dengan Papi Mami yang bijaksana serta kakak-kakak saya yang luar
biasa.
Akhirnya saya sangat bersyukur kepada Yang Maha Kuasa oleh karena atas
karunia-Nya lah saya kini hidup bahagia bersama suami dan dua orang anak, dua
menantu dan 4 orang cucu-cucu yang manis-manis.

Makassar, 14 Juni 2020


Meily Lunanta Kouwagam

9
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Sepatah Kata Dari Suami Tercinta

S
aya bertemu Meily pertama kali di tahun 1977. Waktu itu saya masih ber-
profesi sebagai konsultan pembangunan jalan dan jembatan. Memang latar
belakang pendidikan saya adalah Teknik Sipil di Universitas Parahyangan.
Meily adalah adik kawan saya Jinhard Kouwagam. Kami menikah 14 Juni
1980. Apa yang saya suka dari dirinya? Banyak. Di antaranya adalah kemurahan
hatinya. Ketika ada orang yang mengalami kesusahan maka dia tak segan-segan
memberi bantuan. Disiplinnya, selalu on time. Keramahan dan kesupelannya, ia bisa
langsung bercakap-cakap dengan orang baru. Dan yang pasti ia adalah seorang ibu
yang terbaik bagi anak-anak kami. Memang ia tegas terhadap kedua anak kami,
tetapi dengan begitu mereka kini menjadi orang yang berhasil.
Meily adalah orang yang bisa membaca situasi dengan baik, bisa mempre-
diksi dengan tepat hal-hal di masa mendatang yang kadang tidak terduga. Beberapa
kali ketika berbisnis, ada orang yang menipu saya dengan cara tidak membayar tagi-
han, ia enteng saja berkata, “Nanti juga orang itu bayar!”, dan benar terjadi (tentu
saja dibarengi dengan doa dan usaha). Hal ini mungkin dikarenakan ia adalah orang
yang dekat dengan Tuhan. Jadi Dia kadang-kadang “memberi tahu” istri saya
sesuatu yang perlu kami ketahui. Kejadian seperti ini sering terjadi dalam pekerjaan
dan hal-hal lainnya.

10
Sepatah Kata Dari
Pelayanan Suami Tercinta
Pendidikan

Saya sangat bersyukur mendapatkan Meily sebagai istri. Kenapa? Meily itu
jelas yang terbaik. Ia begitu multitalented tapi hormat kepada saya sebagai suami.
Waktu anak bungsu kami masih SMP, ada kejadian ia meminta ijin ibunya untuk
pergi ke rumah temannya dan tidak diperbolehkan sementara saya mengi-
zinkannya. Meily segera membackup keputusan saya walau mungkin dia tidak se-
tuju. Akhirnya setelah kejadian itu, kami sepakat, anak-anak minta izin kepada
ibunya lalu ibunya melapor ke saya. Dengan begitu saya pun tidak merasa
dilangkahi sebagai suami. Ia mendidik anak-anak kami dengan baik sehingga saya
bisa mempercayakan masalah pendidikan kepadanya. Meily juga tipe istri yang bisa
diajak susah. Baginya uang dan harta bukan yang nomor satu. Ia bisa menerima
keadaan saya apa adanya. Tidak menuntut jika ingin sesuatu. Dengan didampingi
oleh Meily, saya sangat tenang dalam bekerja dan berusaha, karena kesederha-
naannya tidak menuntut banyak dari saya.
Hal lain yang saya kagumi darinya adalah kemampuan menemukan jalan
keluar dalam waktu cepat. Ia juga sangat mandiri dan tidak perlu banyak dibantu.
Kalau soal kecantikan, saya yakin banyak yang sepakat kalau istri saya itu cantik,
tetapi yang tidak kalah menariknya adalah bahwa ia juga seorang wanita yang
berani. Pernah suatu kali kami pulang ke rumah dan mendapati pintu rumah dalam
keadaan terbuka. Belum sempat saya bereaksi, Meily sudah turun dari mobil, masuk
rumah lebih dulu dan mengecek ruang dalam. Saya kaget dibuat oleh refleksnya
yang tidak kenal takut itu.
Saya berharap Anda semua, keluarga dan teman-teman yang membaca
buku ini, bisa menikmati mengenal Meily yang saya kenal. Terlebih lagi, semoga
buku biografi istri saya ini menjadi kenangan bagi keluarga kami dan bermanfaat
dan berguna bagi keluarga dan teman-teman yang membacanya.

Laurentius Lunanta
PT Tehnik Unggul

11
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Pendahuluan

S
etujukah Anda jika saya katakan bahwa penghapus adalah salah satu
penemuan penting dalam sejarah manusia? Ya. Bayangkan seandainya tidak
ada benda kecil berwarna putih (atau hitam atau berbagai warna) itu.
Bagaimana jadinya para seniman ketika membuat kesalahan saat menggambar?
Atau bagaimana jadinya ketika seorang ilmuwan sedang berusaha merumuskan
suatu penemuan penting tetapi kemudian salah menuliskan satu variabel?
Penghapus memang kecil, tetapi gunanya besar. Karena itulah saya juga
suka mengumpulkan penghapus. Namun, ini bukanlah ide saya. Mama saya yang
memperkenalkan penghapus kepada saya. Waktu kecil kalau bepergian, dia suka
membawakan saya hadiah penghapus dari mana-mana. Bahkan koleksi penghapus
Mami (begitu saya memanggilnya) jumlahnya sampai ribuan. Bagaimana tidak
ribuan karena dia sudah mengumpulkannya selama 38 tahun dari berbagai negara.
Ada yang nilainya murah hanya Rp. 100,- sampai yang harganya mahal, Rp.
100.000,- (ya, untuk satu penghapus, harga-nya bisa mencapai ratusan ribu). Ada
yang Mami dapatkan di dalam negeri, ada juga yang dia beli di luar negeri, di Jepang,
Amerika, Italia dan Inggris. Biasanya Mami juga menambahkan koleksinya dari te-
man yang mau pergi ke luar dan sebagai oleh-oleh dibawakanlah penghapus (biar
murah tapi berkesan, begitu kata Mami).

12
Pelayanan
Pendahuluan
Pendidikan

Bentuk penghapusnya juga macam-macam. Ada yang standar kotak, kecil.


Ada yang berupa miniatur mainan, baling-baling, gunting, radio, sandal, binatang,
buah-buahan, hamburger, biskuit, roti dan berbagai bentuk unik lainnya. Ada juga
tokoh kartun: Mickey Mouse, Donald Duck, Hello Kitty dan lain-lain.
Kenapa Mami suka penghapus? Suatu ketika saya pernah bertanya
demikian. Karena ia bisa menghapus, demikian jawabnya. Bengong saya dengan ja-
wabannya itu. Tapi tidak kok, dia tidak sedang bercanda. Mami selalu mengajarkan
kepada saya bahwa hidup itu harus seperti penghapus. Mampu menghapus setiap
kenangan negatif. Belajar menghapus bagian yang perlu dihapus dan menyisakan
yang perlu disisakan. Belajar mengingat hal-hal yang baik saja. Meski tidak mudah,
tapi bisa dipelajari.
Kata Mami, dari penghapus kita bisa belajar satu kata ini: memaafkan. Da-
lam hidup, kita akan mengalami masa tidak enak. Masa di mana sepertinya ada saja
yang membuat diri kita terluka. Ketika saat itu terjadi, apa yang harus kita lakukan?
Apakah kita akan menyimpannya atau mengambil “penghapus” dan menghapus
kesalahan orang yang melukai kita?
Saya lihat Mami saya memang selalu penuh sukacita, dia sangat easy going
dan berteman dengan siapa saja. Saya ingin membagikan bagaimana Mami
mendapatkan pelajaran tentang filosofi penghapus. Tentunya setelah melewati
waktu yang cukup panjang dan banyak mengalami kejadian dalam hidup. Tentu
tidak semuanya mulus, ada juga yang menyakitkan, ada yang mengakibatkan
trauma. Terkadang saya saja masih marah, Mami yang mengalami sendiri mengam-
bil penghapus dan melupakan. “Pilih”, begitu katanya, “Apakah kita akan terus
mengingatnya atau memutuskan untuk melupakannya?”. Setiap kali, Mami memu-
tuskan untuk mengambil “penghapus” dan mulai menghapusnya. Saya harap Anda
juga akan melakukan hal yang sama.
Dalam halaman-halaman berikut, Anda akan membaca kisah hidup Mami
dari kecil sampai sekarang. Bukan kenapa sih saya ingin menulis ini tetapi karena
kesadaran bahwa hidup adalah surat Kristus, yang ditulis oleh berbagai orang yang

13
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Tuhan izinkan hadir dalam kehidupan, dan surat ini haruslah dapat dibaca semua
orang (2 Korintus 3:2-3). Karena itulah, harapan saya, lewat buku sederhana ini,
“surat hidup” Mami bisa menjadi berkat bagi sebanyak mungkin orang. Buku ini
akan saya bagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berkisah tentang perjalanan
hidup Mami seperti yang diceritakannya sendiri dan bagian kedua tentang pelaja-
ran-pelajaran yang Mami dapatkan selama hidup, sementara bagian tiga berbicara
tentang warisan kehidupan yang Mami dapat dari Opa saya serta pandangan be-
berapa orang dekat Mami mengenai Mami dan apa yang mereka pelajari dari hidup-
nya.

Jakarta, 11 April 2020


Lita Patricia Lunanta
Si Anak

14
Pelayanan Pendidikan
Pendahuluan

Saya dan koleksi penghapus saya

15
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Cerita Mami
BAGIAN I

16
Pelayanan Pendidikan

1
Masa Kecil

S
aya1 bersyukur dilahirkan di keluarga Kouwagam. Banyak teladan dan pelaja-
ran berharga yang saya dapatkan dalam keluarga kami ini walaupun mungkin
masih jauh dari sempurna. Ayah saya bernama Setianegara Kouwagam dan
ibu saya Teowati. Papi saya adalah seorang guru. Ia juga adalah guru pertama saya.
Mami saya ibu rumah tangga yang luar biasa handal yang darinya saya belajar ba-
nyak sekali. Saya lahir tanggal 16 November 1960 di kota Makassar sebagai anak
bungsu dari 4 bersaudara. Ketiga kakak saya, Howard Kouwagam, M.H., dr. Gilbert
Kouwagam, dan Ir. Jinhard Kouwagam, SH., semuanya adalah laki-laki. Wow sekali
kan ya jadi anak bungsu satu-satunya perempuan dari kakak laki-laki yang cukup
jauh lebih besar dari saya. Masa kecil saya memang sangat berlebihan kasih sayang.

1
Kisah hidup Mami adalah hasil “wawancara” saya dengan Mami. Hasil ngobrol kami se-
tiap hari, baik pagi-siang-sore-maupun malam. Saya tuliskan dalam sudut pandang Mami
ya.

17
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Saya masih ingat kadang saya diantar jemput Papi atau salah satu kakak. Di rumah,
kalau ada apa-apa saya selalu dinomorsatukan. Saya ingat dulu ketika ada ikan Pa-
lumara, lemak-lemak di bagian perutnya diberikan kepada saya, karena anak
bungsu. Istimewa sekali bukan?
Soal keistimewaan ini saya tidak mengada-ngada, bahkan kakak-kakak
saya pun mengaminkannya, seperti yang bisa kita baca dalam kata-kata mereka di
bawah ini.

Mijn Kleine Rosje


dr. Gilbert Kouwagam
(dokter, Makassar)

S
aat ini sedang berlangsung badai pandemik Covid-19 di mana kita semua me-
rasakan bagaimana kesulitan yang dialami oleh penduduk seluruh dunia, ba-
nyak kota yang lockdown, kota kami Makassar memberlakukan PSBB (pem-
batasan sosial berskala besar).
Pagi hari HP saya bergetar memberi signal ada berita yang masuk, segera
dibuka dan dibaca ternyata adik saya Meily Kouwagam memberitakan bahwa
meminta untuk menulis tentang dirinya, saatnya tepat sekali yaitu saat semua orang
semua media cetak dan elektronik membicarakan Covid-19, saya mendapatkan ke-
sempatan untuk menulis dan melupakan sejenak Covid-19 tersebut. Problemnya,
untuk sementara melupakan Covid-19 sangat mudah, tapi pada saat bersamaan saya
harus mengingat kembali pengalaman hidup puluhan tahun yang lalu mulai adik
saya dalam kandungan ibu sampai saat sekarang ini. Inilah yang memerlukan kon-
sentrasi dan ujian daya ingat.

18
MasaPendidikan
Pelayanan Kecil

Adikku yang tercinta, saat adinda dilahirkan, mempunyai tiga orang kakak
laki-laki (laki-laki semua) dengan jarak kelahiran berbeda jauh dengan kakak-ka-
kaknya, sehingga patutlah bila kelahiran adik perempuan sangat dinantikan dan di-
harapkan.
Puji Tuhan saat kelahiran tiba, 16 November, dan ternyata doa kami
sekeluarga dikabulkan. Kami memperoleh adik perempuan yang diberi nama Meily,
sukar dibayangkan bagaimana senang dan bahagiannya kami semua, karena
mendapatkan anak/adik perempuan!
Ibu kami memberi gelar untuk Meily, MIJN KLEINE ROSJE (bunga Rose
kecil saya). Bunga Rose, gelar yang sangat tepat untuk Meily, bunga Rose mempu-
nyai warna yang sangat indah, aroma yang sangat harum, tapi juga mempunyai
tangkai dan daun yang berduri.
Meily memberi kehidupan yang sangat indah bagi keluarga, membawa
nama sangat harum untuk keluarga, mungkin duri melambangkan bahwa Meily
mempunyai tiga orang saudara laki-laki yang sangat siap menjaga dan melin-
dunginya. Sewaktu kecilmu, memang sangat manja dan dimanjakan oleh Papi, bila
terjadi perselisihan di antara saudara, maka pasti Papi ada di pihakmu, kami kakak-
kakakmu dapat mengerti dengan baik keadaan ini, karena Meily anak terkecil dan
satu-satunya perempuan sehingga kakak-kakak selalu diminta untuk mengalah.
Adikku ini sangat didambakan akan kehadirannya, kami rasakan sejak la-
hirnya sampai sekarang. Selalu membawa rasa sejuk, rasa harum, seharum bunga
Rose. Meily, ada hal yang mungkin juga baru adikku ketahui, ketahuilah bahwa
adindaku betul-betul kami rasakan sebagai bunga di keluarga. Saat ada yang sakit
maka adinda tidak ha-nya sekadar menelepon, menanyakan, tapi pasti akan datang
dengan buah tangan untuk diberikan kepada masing-masing kegemaran kita, da-
tang menghibur dan membawa keharuman seperti bunga rose.
Pergaulanmu betul-betul sangat luas, terasa bila kami jalan bersama, maka
banyak sekali sapaan teman-temanmu yang datang dari berbagai latar belakang dan
berbagai kalangan, bahkan saat tepat berada di sampingmu, kami merasa sangat

19
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

dekat walaupun sering tidak dapat banyak bercakap-cakap karena banyaknya te-
manmu yang menyapa, mana lagi tidak henti-hentinya harus menjawab panggilan
HP.
Dalam keluarga kami, Meily ini adalah adik terkecil, berhasil menjadi
penerus cita-cita orang tua kami sebagai pendidik, teruslah berkarya adikku,
teruslah menjadi kebanggaan keluarga, pasti Papi dan Mami di surga akan
tersenyum dan senang sekali melihat akan anak perempuannya. Kami kakak-ka-
kakmu juga patut memberi rasa salut akan prestasi nyatamu, jagalah dan angkatlah
setinggi-tingginya nama harum keluarga Kouwagam yang terpatri di belakang
namamu. Demikianlah tulisan ringkas ini yang dapat saya persembahkan untuk
adikku tercinta, Meily Lunanta Kouwagam.
Saudaramu yang sangat menyayangimu dan mencintaimu, dr. Gilbert
Kouwagam.
***

Adikku Semata Wayang


Ir. Jinhard Kouwagam
(pengusaha, Makassar)

P
agi ini saya bangun lebih awal dari biasanya dan di dalam keheningan pagi
teringat permintaan adik saya untuk menulis tentang siapa dia di mata saya,
katanya untuk disisipkan pada buku biografi kehidupannya. Saya coba me-
nerawang mengingat masa-masa sekitar enam puluh tahun yang lalu di mana saat
itu Meily adikku baru dilahirkan.
Kami empat bersaudara, tiga lelaki dan satu wanita, terlahir dari rahim
seorang ibu rumah tangga yang sangat bijaksana dan baik hati. Ayah saya seorang

20
MasaPendidikan
Pelayanan Kecil

guru. Saya ingat bahwa hidup keluarga kami tidak mewah tapi berkecukupan,
mungkin karena saat itu gaji pegawai negeri tergolong baik, apalagi ayah saya adalah
seorang Kepala Sekolah Guru Atas (SGA), yang kemudian berganti nama menjadi
Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Kami tinggal di sebuah rumah dinas kepala sekolah
yang tergolong cukup besar dengan halaman yang luas dan banyak pohon buah-
buahan di dalamnya. Selain banyak pohon mangga dari berbagai jenis, ada pohon
jambu air, serikaya, belimbing, murbey bahkan ada pohon kerzen alias lobe-lobe
yang buahnya kecil seperti kelereng, sangat manis rasanya dan digemari oleh kele-
lawar, mungkin pohon itu sekarang sudah cukup langka. Di halaman rumah kami
yang cukup luas itu, sering sehabis pulang sekolah dan sesudah makan siang, saya
mengajak Meily untuk bermain layang-layang dan kaleng penggulung benangnya
dipegang oleh Meily. Itulah sepenggal kenangan masa kecil bersama adikku.
Ayah saya sangat disiplin, tegas tapi sekaligus pengayom yang sangat bi-
jaksana. Masa kecil kami tergolong sangat bahagia dan sangat kompak sesama
saudara, mungkin itulah yang terbawa sampai saat ini. Walaupun kami empat ber-
saudara, semua sudah menjadi opa dan oma, kami masih sering jalan bareng, makan
bareng dan wisata bersama. Baru kali ini di tahun 2020, pandemi Covid-19 me-
misahkan kita, sudah sekitar tiga bulan kami tidak berjumpa secara fisik karena
kami terpisah kota. Meily dan satu kakak saya berada di Makassar, satu kakak saya
di Singapore, dan saya di Jakarta.
Masih sangat jelas dalam ingatan saya bahwa tempo dulu, hampir setiap
sore menjelang magrib, kita satu keluarga diajak jalan-jalan keliling kota dengan
mobil Morris Minor. Papi yang nyetir, Mami duduk di sampingnya dan kami tiga
anak lelaki duduk di belakang, adapun Meily si gadis kecil, suka-suka dia mau duduk
di mana, sering di pangkuan Mami atau pun ke belakang di pangkuan kami, dan
saat Meily duduk di belakang, pasti kami kakak-kakaknya berebut untuk me-
mangkunya. Jalan-jalan sore ini biasanya berakhir di rumah kakek yang terletak di
dekat Pasar Kalimbu, jalan Maros namanya, sekarang menjadi jalan Gunung
Bawakaraeng Kota Makassar.
Si kakek sangat senang kalau kami datang ke rumahnya, terutama Meily,
21
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

paling sering dipangku dan digendong oleh beliau, juga kami tidak cemburu kalau
hanya Meily yang diberi coklat yang utuh satu biji oleh kakek dan kami tiga lelaki
disuruh berbagi, satu coklat dibagi tiga, sungguh suatu kenangan manis yang indah
semanis coklatnya kakek.
Meily si adik bungsu adalah satu-satunya saudara wanita kami. Usia kami
terpaut cukup jauh sehingga Meily itu sangat kami manjakan. Selain memang karena
dia satu-satunya anak wanita yang sangat dimanjakan oleh kedua orang tua kami,
kami pun tiga kakak laki- lakinya juga sangat memanjakan dia, mungkin karena usia
yang terpaut cukup jauh itu. Tidak pernah kami merasakan ada cemburu kalau dia
diperlakukan khusus, bahkan kami juga memperlakukan khusus terhadap adik kecil
perempuan ini.
Teringat beberapa puluh tahun yang lalu, saya sebagai kakak yang langsung
di atasnya setiap pagi mengantarnya ke sekolah, waktu itu dia masih duduk di
bangku SMP Rajawali. Meily ini terlahir sangat beruntung karena dia selalu hidup
yang dimanjakan orang. Bahkan setelah bersuami pun usia suaminya yang terpaut
cukup jauh sangat memanjakan dia, bahkan sampai hari ini, sepanjang hidupnya dia
selalu dimanjakan oleh suaminya. Itulah yang saya lihat dari adikku ini.
Meily Adikku ini pandai bergaul, walaupun masa kecil atau masa mudanya
dia itu sangat diproteksi, alias dipingit, tidak boleh sembarang bergaul. Boleh dikata
kalau bahasa sekarang kurang pergaulan atau kuper. Dia hanya bergaul dengan
orang yang teman-teman kami yang memang terseleksi dan datang bermain ke ru-
mah kami. Meily ini nyaris tidak pernah keluar rumah sendiri, selalu ada yang
mengawal. Apakah kami kakak-kakaknya atau orang tua kami.
Meily ini diperlakukan seperti kristal, sesuatu yang mudah pecah oleh
keluarga kami. Jadi dia selalu di “handle with care’. Dia selalu dijaga agar tidak retak
dan itu barangkali yang membentuk karakternya sampai menjelang usia 60 tahun
ini dia tetap selalu bermanja-manja. Kalau dia datang ke rumah saya dan kebetulan
saya lagi beristirahat di kamar, dia tidak segan naik bermanja-manja di tempat tidur
saya dan bercerita apa adanya tentang kehidupan atau apa saja.

22
MasaPendidikan
Pelayanan Kecil

Hari ini Meily yang dulu kuper sudah lain, dia sangat pandai bergaul dan
pergaulannya sangat luas, dengan semua kalangan dia bergaul. Dia bisa masuk ke
mana saja bahkan sempat suatu ketika Harian Fajar, harian terbesar di Indonesia
Timur menobatkan dia atau memberi dia award sebagai The Most Inspiring Woman
of The Year. Jadi wanita yang paling menginspirasi pada tahun tersebut. Ini sesuatu
pencapaian yang tidak mudah, karena terseleksi dari begitu banyak orang dan me-
mang harus dapat dukungan masyarakat melalui short message service untuk me-
milihnya. Adikku ini mewarisi profesi ayah kami sebagai seorang pendidik dan me-
mang saya lihat dia punya talenta di situ. Dia menggabungkan dua talenta orang tua
kami sebagai pendidik dan penginjil, kedua talenta itu dia lakukan dan dia lakukan
dengan sangat baik.
Meily berada di begitu banyak organisasi baik organisasi Kristen maupun
non Kristen. Dia juga berada di banyak lembaga pendidikan dan juga berada di lem-
baga lembaga sosial dan kemasyarakatan. Saya melihat dia lakukan semua ini bukan
sebagai suatu kewajiban, melainkan dia lakukan ini semua sebagai suatu kerinduan,
dan mendapat support dari suaminya sehingga dia selalu ceria di dalam setiap
kegiatan yang dia lakukan yang terkadang harus dia lakukan sampai larut malam.
Dalam keluarga kami kalau ada acara-acara keluarga, kami selalu mendau-
lat Meily untuk berdoa karena kami menganggap dialah yang paling religius di antara
keluarga kami dan selalu dia lakukan dengan senang hati berdoa untuk keluarga
kami. Satu lagi yang saya kagum terhadap adik saya ini bahwa dia sangat menya-
yangi keluarganya. Dia sangat menyayangi suaminya dan dia sangat menyayangi
anak anaknya, Lita dan Naldy. Saya melihat Meily ini melakukan apa saja demi ke-
bahagiaan dan kebaikan kedua anaknya ini. Bukan saja sejak kecil, tapi sampai hari
ini. Kadang kala kedua anaknya ini tidak tahu bahwa ibunya bersusah payah untuk
melakukan sesuatu yang baik demi kebahagian kedua anaknya ini.
Meily ini mungkin karena terlahir satu-satunya wanita di antara tiga lelaki
sehingga terbentuk suatu jiwa keberanian seperti lelaki. Meily ini seperti tidak pu-
nya rasa takut dalam menghadapi orang-orang yang akan berniat kurang baik pada
kehidupannya. Dia berani tampil garang mirip seorang lelaki. Kadang-kadang
23
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

bahkan dia tampil lebih lelaki daripada lelaki dalam menghadapi lelaki. Memang
adikku ini kelihatannya halus dan cantik, tetapi dalam jiwanya dia pemberani. Saya
lihat itu, kadang kala saya sendiri khawatir melihat keberaniannya yang berlebih.
Tapi itulah dia.
Meily ini sebagai seorang wanita, menurut saya, dia wanita hebat bukan
karena dia adik saya tapi karena memang dia punya karakter yang baik, dia punya
rasa mengayomi yang baik, dan dia memang punya kasih terhadap orang. Dan
akhirnya saya mau sampaikan selamat ulang tahun yang ke 60 buat adikku ini.
Usia 60 itu hanya angka. Tidak ada kata tua untuk orang yang berkarya.
Teruslah berkarya adikku, sampai ajal datang menjemput. Tuhan memberkatimu,
“Kau hebat Adikku.”
Inilah secarik gugusan kenangan dari kakak yang selalu mengasihimu Ir.
Jinhard Kouwagam.
***

Papi Mami Terbaik

P
api dan Mami saya adalah yang terbaik. Ya, yang terbaik!. Saya tahu semua
mungkin merasa seperti itu terhadap orang tuanya ya, tetapi ijinkan saya
juga bercerita alasan-alasan saya. Sebagai guru, Papi adalah kepala sekolah
SPG (Sekolah Pendidikan Guru) di Makassar dan dosen di IKIP (sekarang Universi-
tas Negeri Makassar). Pagi hari, Papi mengajar di sekolah dan sorenya mengajar di
kampus IKIP. Kami sekeluarga tinggal di rumah dinas di kompleks Amanagappa.
Lingkungan rumah tempat saya dibesarkan ini sangatlah unik dan menyenangkan.
Di dekat rumah kami ada asrama Gowani (wanita) dan asrama SPG. Saya jadi punya
banyak teman dari latar belakang berbeda karena lokasi rumah saya yang dikelilingi
24
MasaPendidikan
Pelayanan Kecil

asrama. Dibesarkan oleh ayah yang adalah guru dan hidup di lingkungan yang dekat
dengan dunia pendidikan membuat saya juga ingin menjadi guru. Apalagi sejak kecil
saya melihat Papi, idola saya, sebagai guru yang berdedikasi kepada tempatnya
mengajar. Saya juga yang paling sering diajak Papi ikut mengajar. Sementara
menunggu, biasanya saya diberikan alat tulis supaya tidak mengganggu Papi yang
lagi mengajar. Papi ini adalah orang yang-menurut istilah jaman sekarang “walk the
talk”, apa yang ia nasihatkan begitulah yang ia teladankan juga. Saya bangga sekali
dengan Papi saya.
Bagaimana dengan Mami saya yang notabene adalah ibu rumah tangga “bi-
asa”? Wah wah, kalau Anda pernah mengenal Mami, Anda pasti tahu tidak ada yang
“biasa” dari Mami saya. Kita mungkin bisa mengecilkan ibu rumah tangga dan me-
nyebut mereka “just a mom”, tapi itu pasti karena belum tahu bagaimana pengaruh
hal-hal kecil yang seorang ibu lakukan dalam menjadikan anaknya “orang besar”.
Small act but big impact mungkin itu kesimpulan yang bisa saya berikan untuk
Mami. Kalau dari Papi saya belajar banyak tentang ilmu dan keterampilan, maka
dari Mami saya mendapat impartasi jiwa sosial. Tadi saya singgung tentang asrama
dekat rumah kami itu kan. Mami secara rutin membuat dapur umum. Anak-anak
asrama boleh makan di rumah kami. Mami bahkan membuat dapur terpisah agar
anak-anak asrama bisa gunakan. Ia melengkapi dapurnya yang sederhana itu
dengan telur (kebetulan kami memelihara ayam petelur), terigu, gula, minyak
goreng dan beras. Hal ini diharapkan dapat menguntungkan anak asrama, apalagi
kalau sudah “tanggal tua”. Kita paham sama pahamlah bagaimana kondisi kantong
kan ya.
Menu Mami tidak mewah, tapi justru dalam kesederhanaan itulah kami
menjadi dekat. Prinsip Mami adalah lebih baik banyak orang makan secara seder-
hana, daripada sedikit orang makan mewah. Kami sekeluarga juga suka ikut makan
bersama dengan anak-anak asrama itu. Sekarang sebagian dari mereka yang dulu
pernah “numpang makan” di rumah kami sudah menjadi orang-orang sukses; ada
yang jadi menteri, dosen, bahkan Ketua DPR.

25
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Mami juga “pintar” membuat tradisi dari kesederhanaannya. Ada hal-hal


kecil yang ia lakukan secara rutin tetapi akhirnya menjadi bentuk ekspresi kasih
sayang yang konsisten bagi kami. Salah satu contoh yang berkesan untuk semua
cucunya, Mami selalu memecahkan telur dengan hati-hati, membuat lubang kecil
pada telur tersebut untuk mengeluarkan isinya. Kulit telur lalu dicuci bersih dan
dikeringkan. Bila jumlahnya sudah banyak, Mami akan membuat pudding susu se-
derhana dan mengisinya dalam cangkang telur itu. Cucu-cucu menyebutnya puding
telur Oma. Sederhana bukan? Bagi anak dan keponakan saya, tidak ada yang seder-
hana dari puding telur Oma ini, suatu kemewahan bila mereka bisa mendapat-
kannya. Sekarang anak dan keponakan saya berusaha menghidupkan lagi tradisi ini
untuk anak-anak mereka. Mengapa? Karena ada begitu banyak cinta dalam puding
telur itu.
Mami juga punya banyak ide. Tidak hanya mendirikan dapur umum, Mami
juga berusaha menolong dengan cara lain. Kami membeli dua becak, bukan untuk
digunakan sendiri, melainkan diserahkan kepada karyawan sekolah supaya bisa
mendapat penghasilan tambahan. Mami juga membuat es mambo yang nantinya
dijual oleh anak dari karyawan sekolah tersebut. Dengan demikian, mereka
sekeluarga bisa mendapat uang lebih tanpa harus meminta-minta. Hikmat bijak-
sana Mami ini sangatlah saya kagumi. Saya yakin hikmat ini datang dari pergaulan-
nya yang erat dengan Tuhannya. Because she is such an angel.
Sebagai anak perempuan satu-satunya, Papi dan Mami ingin agar saya
tumbuh sebagai “wanita sejati”. Sejak kecil saya sudah diikutsertakan berbagai kur-
sus “kewanitaan”, mulai dari les menari dan balet, sampai les menjahit, meng-
gunting rambut dan membuat kue. Sejak kecil saya sering sekali menari di sekolah
atau di gereja atau bahkan di acara pertunjukan khusus. Sejak remaja saya men-
jahitkan daster dan baju tidur untuk orang-orang di rumah serta menggunting ram-
but keluarga dekat saya. Semua keterampilan itu (selain menari) terbukti menjadi
bekal berguna ketika saya sudah dewasa, bahkan sampai saat ini.
Sebagai anak yang sepertinya “tidak sengaja” hadir di dunia, saya pernah
bertanya-tanya apakah saya diinginkan oleh orang tua saya. Saya baru tahu kemu-

26
Pelayanan
MasaPendidikan
Kecil

dian bahwa kelahiran saya itu anugerah. Saya lahir di saat Ibu berusia 38 tahun dan
sudah mengidap diabetes. Dokter mengatakan saya lahir dengan risiko cacat dan
lain sebagainya. Saat itu mengandung di usia 38 tahun sudah dianggap sangat ter-
lambat dan tua tetapi Mami tetap mempertahankan saya dan ingin saya dilahirkan.
Puji Tuhan saya lahir dengan sehat. Mami suka cerita bagaimana ia langsung ber-
tanya ke dokter dan bidan: “Lengkap jarinya dok?” “Ada rambutnya dok?” Yah, saya
memang sering sakit di 6 tahun pertama kehidupan sehingga saat saya kecil dijaga
sangat baik dan protektif oleh seluruh anggota keluarga. Bisa jadi ada pengaruh dari
kondisi ibu yang sudah cukup lanjut ketika mengandung tetapi lihatlah bagaimana
penyertaan Tuhan, saya bisa sehat sampai sekarang ini kan.
Selain pendidikan, kebutuhan lain juga orang tua saya perhatikan, terma-
suk olahraga. Papi saya sampai usia lanjut selalu menyempatkan diri berolahraga
ringan pagi dan sore. Keluarga kami adalah keluarga yang senang dengan olahraga.
Di rumah kami ada meja pingpong, lapangan bulu tangkis, meja bilyard, bahkan
area karate. Ketiga kakak saya juga dulu latihan bela diri dan sangat mahir di cabang
bela diri yang mereka pilih masing-masing. Waktu kecil saya juga sempat belajar
karate walaupun tidak berhasil jadi jagoan, hehehe.
Orang tua juga sangat membiarkan kami bermain dengan bebas dan
mengeksplorasi hal-hal yang kami sukai. Waktu kecil saya senang main layang-
layang, bahkan bisa membuatnya sendiri. Kakak-kakak saya banyak mengajarkan
saya mengenai hal ini. Saya bahkan bisa membuat benang yang kuat dengan mela-
pisnya menggunakan larutan telur-kaca beling. Saya ahli “mengambil” layangan
orang bahkan sambil berdiri di atas genteng rumah. Tentu saja, bagian berdiri di
genteng rumah, jika ketahuan akan mendapatkan hukuman ya.
Bercerita seperti ini membuat saya bahagia. Betapa bersyukurnya saya un-
tuk orang tua, untuk kakak-kakak saya, untuk lingkungan pergaulan dan teman-
teman yang baik. Semua menjadi fondasi untuk kehidupan saya sampai dewasa.
***

27
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Foto-foto kenangan bersama orang tua ketika saya kecil

28
MasaPendidikan
Pelayanan Kecil

Foto keluarga besar Kouwagam

29
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

2
Masa Remaja-Kuliah

M
asih ingatkan berbagai kursus yang saya singgung tadi? Orang tua saya
konsisten lho dalam mendisiplinkan saya mengikuti kursus. Semua yang
saya ikuti, saya selesaikan sampai mastering, sampai menguasai betul.
Untuk menjahit, sudah mencapai target bisa membuat baju, celana panjang, rok dan
jenis pakaian lainnya. Untuk menata rambut sampai benar mahir dan bahkan bisa
membuka salon sendiri kalau memang minat. Untuk membuat kue, sampai pelaja-
ran kue ulang tahun dan bahkan kue pengantin. Hal ini tidak lepas dari prinsip yang
ditanamkan Mami bahwa anak perempuan harus punya keahlian sehingga bisa
mandiri.
Menjelang dan selama masa remaja, orang tua saya sering sekali mengi-
ngatkan kalau mereka itu tidak akan bisa memberikan warisan berupa harta benda.
Mereka berusaha memberikan warisan ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk
bersosialisasi tanpa membedakan suku, ras dan agama. Inilah pesan yang selalu
saya ingat sampai sekarang.
30
Pelayanan Pendidikan
Masa Remaja-Kuliah

Pengetahuan, keterampilan, dan kerohanian. Inilah warisan terbesar yang


saya dapat dari Papi dan Mami. Lebih dari Permata, demikian warisan yang saya
dapatkan. Kalau saya ingat-ingat, Papi Mami saya tidak banyak menasihati dan
memberi wejangan. Dari kecil saya diajak beribadah di gereja bahkan terlibat pela-
yanan. Saya pelan-pelan berani memimpin pujian, kemudian menari, menjadi ang-
gota koor, bahkan sempat dipercayakan menjadi ketua remaja. Papi yang terlebih
dulu ikut melayani di gereja, bahkan menjadi salah satu pendiri dari Sekolah Kristen
Gamaliel di Makassar. Sekolah Gamaliel didirikan kurang lebih 50 tahun yang lalu.
Mami aktif pelayanan untuk orang jompo dan mendirikan Yayasan Theo-
dora yang merupakan panti jompo bagi lansia perempuan. Saya “cuma” belajar dari
contoh dan teladan saja, itulah cara belajar yang paling efektif bukan?

31
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Dipingit
Masa SMP sampai dengan SMU saya banyak habiskan antara rumah-sekolah-tem-
pat les. Saya banyak menghabiskan masa SMP sampai dengan SMU di antara ru-
mah, sekolah, tempat les. Bisa dikatakan saya “dipingit”. Sisi lain dari terlalu disa-
yang ya seperti inilah mungkin ya. Namun demikian, saya bahagia karena sejak SMP
banyak teman berkumpul di rumah kami. Kebetulan, di rumah ada banyak pohon
buah, jadi kawan-kawan sering datang untuk datang, belajar bersama dengan bonus
memetik buah jambu, mangga, nanas, dll untuk dibuat rujak.
Karena “dipingit” itulah saya bisa dikatakan tidak memiliki banyak ke-
nangan indah semasa SMU seperti orang-orang lain. Yang saya paling ingat dari
masa SMU justru adalah kakak tertua saya yang sangat keras terhadap saya khu-
susnya dalam hal keluar rumah. Pernah suatu kali saya menghadiri undangan sweet
seventeen seorang teman, sesampainya di rumah, kakak tertua marah besar pada
saya. Saya tahu, ia takut ada sesuatu terjadi pada diri adik bungsunya ini. Sejak saat
itu saya tidak pernah lagi menghadiri acara undangan apa pun di luar rumah.

Salah seorang teman dari masa


remaja yang sampai sekarang
masih terhubung adalah Lena
Salahuddin. Kami pertama kali
berkenalan saat masih di bangku
SMP. Berikut penuturannya:

32
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

Sahabatku yang Baik


Lena Salahuddin
(Pengusaha – Bandung)

M
enjalin persahabatan merupakan sebuah seni yang indah, namun acap-
kali kita gagal mengikat sebuah persahabatan agar bertahan lama. Se-
makin banyak teman yang kita miliki, jaringan sosial dan pribadi kita
akan tumbuh semakin tinggi. Di sinilah, sebuah persahabatan kadang diuji dengan
banyak hal, utamanya oleh rasa saling percaya dan keterbukaan.
Sahabat dapat berarti adanya sebuah ikatan kasih sayang antara sesama,
baik tua maupun muda walaupun terkadang susah membina sebuah persahabatan.
Cara mencari sahabat adalah dengan menjadi sahabat terlebih dahulu bagi orang
lain, belajar menghargai orang lain dan memahami sudut pandangnya, dan mem-
buat orang lain merasa nyaman ketika berada dekat kita. Dan satu hal yang tidak
kalah pentingnya dalam membangun sebuah persahabatan adalah ketulusan.
Berangkat dari tulisan di atas inilah saya menjalin persahabatan dengan
seorang gadis remaja kala itu di bangku SMP, tepatnya ketika kami sama-sama men-
gecap pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama yaitu di SMP Katolik Raja-
wali dan berlanjut hingga kami tamat di bangku SMA Katolik Rajawali pada tahun
1979.
Gadis remaja yang menjadi sahabat saya hingga kini itu bernama Meily
Kouwagam, gadis cantik kelahiran Makassar 16 November, putri satu-satunya dari
keluarga Kouwagam dari empat bersaudara. Meily adalah gadis cantik, periang dan
sejak kecil sudah nampak begitu besar jiwa sosialnya, rasa saling inilah yang mem-

33
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

buat Meily banyak dikelilingi oleh teman-temannya. Selain memang cantik se-
bagaimana gelar yang diberikan oleh ibunya Mijn Kleine Rosje juga Meily memiliki
rasa cinta dan kasih sayang antar manusia.
Ketulusannya dalam menjalin persahabatan jelas dirasakan oleh teman-te-
mannya di mana Meily itu selalu memberi dan tak pernah berharap akan mendapat
balasan. Sayangnya, tamat dari bangku SMA kami terpisah oleh waktu karena
tujuan pendidikan dan tujuan hidup masing-masing bahkan kami berdua sampai
lost contact.
Selama berpuluh tahun saya sama sekali tidak berkomunikasi lagi dengan
Meily, jarak dan waktu telah memisahkan kami berdua, karena saya hijrah ke Ban-
dung melanjutkan pendidikan dan sempat berdomisili di Jerman sekian belas tahun,
sementara Meily tetap di Makassar.
Puji syukur, dengan kehadiran media sosial FB dan WhatsApp kami berdua
akhirnya dipertemukan kembali, dan bisa saling menyapa dan bisa saling bertatap
muka, berjabat hati kembali ketika sekolah kami SMAKARA khususnya angkatan
kami (angk ’79) mengadakan reuni.
Pada saat inilah kami mulai menjalin kembali persahabatan yang sempat
terputus berpuluh puluh tahun lamanya. Reuni SMAKARA '79 di Yogyakarta adalah
momen yang terindah bagi kami berdua, karena di sinilah saya tahu aktivitas Meily
selama ini, yang banyak bergelut di dunia sosial, menjadi pelayan masyarakat,
menyampaikan firman Tuhan, sama seperti aktivitas saya selama ini.
Kami berdua berbeda keyakinan, saya Muslim dan Meily Nasrani/Non Mus-
lim, tetapi justru perbedaan keyakinan inilah yang makin mempererat tali per-
sahabatan kami. Meily adalah sahabat yang baik, yang dapat menjadi saudara pada
saat teman susah, sedih, bahkan dapat menjadi petunjuk bagi kita yang sedang
tersesat dan menjadi petunjuk jalan bagi kita yang sedang galau atau gelisah.
Berawal dari reuni SMAKARA'79 di Yogyakarta itulah hubungan kami ber-
dua terus terjalin. Saat saya sedang berkunjung ke Makassar, Meily selalu melu-
angkan waktunya untuk menemani hari-hari selama saya di Makassar dengan

34
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

mengajak nangkring di mall, nonton bioskop, dan dinner bareng. Meily seakan-akan
tidak ingin kehadiran saya di Makassar terlewatkan begitu saja tanpa keber-
samaannya.

Satu hal yang tidak bisa saya lupakan ketika saya butuh penginapan yang
comfortable selama liburan di Makassar, Meily langsung menawarkan sweet room
di hotel milik salah satu kakaknya dengan harga yang murah dengan fasilitas yang
sangat memuaskan. Terima kasih Meily, selama seminggu saya merasakan liburan
yang nyaman di sebuah hotel di Jalan Jampea. Karena kesibukan masing-masing,
kami saat ini tetap berkomunikasi. Setiap pagi Meily selalu yang duluan menyapa
35
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

selamat pagi melalui WhatsApp dan sapaan paginya itu selalu diiringi dengan un-
taian doa-doa yang indah.
Sekali lagi saya berterimakasih pada Meily, khususnya pada Tuhan yang
telah memberi saya sahabat yang baik. Di manapun Meily berada, selalu memberi
kabar, terutama apabila sedang berada di luar kota Makassar.
Pada suatu hari Meily mengabari saya kalau saat itu sedang di Bandung dan
menginap di hotel Crown Palace, dalam kondisi waktu yang sangat sempit, Meily
tetap memaksakan diri untuk bertemu dengan saya, walaupun hanya beberapa
menit untuk ngobrol dan berfoto-foto. Betapa bahagianya saya memiliki sahabat
yang demikian.
Untuk Meily sahabatku yang baik
kau memberiku jauh lebih banyak dari persahabatan,
kau selalu ada ketika saya sangat membutuhkan teman,
kau adalah orang yang peduli kepadaku,
tak peduli apapun yang aku lakukan atau katakan,
kau baik, perhatian dan lembut,
kau adalah orang yang menyenangkan, pengertian dan penuh kasih
yang mudah disukai dan disayangi,
kau adalah orang yang luar biasa di mataku,
karena kau adalah sahabatku yang terdekat.
Ya Allah,
Saya bersyukur atas orang orang yang jauh dariku sebab kami dapat
menjadi dekat dengan mengutarakan DOA.
Saya bersyukur atas orang orang yang menyayangiku sebab saya
dapat belajar untuk saling menyayangi,
Saya bersyukur atas orang orang yang memerhatikanku, sebab kamu
dapat saling mengisi kemiskinan jiwa kami dengan CINTA.
Ya Allah,
tumbuhkanlah kesetiaan itu dalam hatiku,
agar saya dapat mencintai sahabatku Meily dengan setia,
Semoga jarak yang terbentang tidak mengurangi kesetiaan kami,

36
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

Semoga SENYUM kami berdua dapat menjadi tanda persahabatan sejati.


Aamiinn.
BERTEMAN itu bagaikan MAWAR dengan tangkainya.
Salah memegang maka duri akan menusuknya.
Tapi, keindahannya bagaikan malam yang diterangi cahaya bintang.
***
Foto bersama Lena Salahuddin

37
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Reuni bersama teman-teman SMA dan kuliah

Si Penghapus Duka Lara


Ihsan Djirong
(Wartawan, Makassar)

C
ukup mengetikkan namanya di Google untuk menemukan beberapa jejak
pengabdiannya di dunia pendidikan dan sosial kemanusiaan. Dia ada di ru-
ang-ruang kelas, meja seminar, podium gereja, hingga kolong-kolong rumah
di pelosok. Memegang mikrofon dan berbagi cerita.

38
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

Pada lain waktu, kita bisa melihat dia di televisi, bicara mengenai sisi lain
kehidupannya; kolektor penghapus. Karet-karet aneka warna yang berfungsi untuk
melenyapkan kesalahan tulis oleh pensil itu dikumpulkannya lebih dari empat de-
kade. Saya beruntung karena menjadi salah satu yang mengenal Meily Kouwagam
dalam kurun waktu yang tidak singkat. Puluhan tahun lamanya.
Saya memanggilnya Kak Meily. Sebab memang lebih senior (seumuran
dengan kakak sulung saya, Salmah Djirong) dan saya begitu menghormatinya. Da-
hulu kami bertetangga di Amanagappa, di kompleks Sekolah Pendidikan Guru
(SPG). Rumah orang tuanya bernomor 8, rumah orang tua saya 10 A. Berdempetan
dan hanya dipisahkan oleh dinding. Jadi, jangan ragukan seberapa saya mengenal-
nya.
Kami juga sama-sama tumbuh dalam keluarga pendidik. Ayahnya guru,
ayah saya guru. Saat ayahnya kepala sekolah, ayah saya sempat menjadi wakilnya.
Bertambah lagi alasan mengapa keluarga kami begitu dekat dan berinteraksi layak-
nya sanak saudara.
Andai saya hanya diberi satu kata untuk menjelaskan sosok Kak Meily, saya
akan memilih kata “ceria”. Sebab kesan itulah yang selalu saya tangkap dari dirinya.
Dari kami kanak-kanak hingga kini. Barangkali karena itu juga dia ditakdirkan men-
jadi kolektor penghapus. Kehadirannya sanggup menghapus duka lara. Namun jika
saya dibebaskan memilih beberapa kata, saya akan menambahkan kata ramah dan
cerdas. Dua hal itu juga menonjol di keseharian Kak Meily. Makanya jangan heran
jika sedang bersamanya di sebuah tempat, beberapa orang akan mampir menyapa
dan bahkan ikut bergabung.
Kak Meily begitu supel. Saya kira dia adalah salah satu sosok yang tepat
dijadikan mentor dalam pergaulan. Dia mampu meng-hadirkan kesan mendalam di
hati banyak orang (termasuk saya) yang kemudian tak segan menganggapnya se-
bagai saudara. Tak peduli dari mana ia datang, apa agama atau sukunya, kaya atau
miskin. Sosoknya memang begitu inspiratif. Sehingga sudah tepat memilih jalan
pengabdian di dunia pendidikan dan sosial kemanusiaan. Dosen yang mumpuni,
guru yang hebat, pelanjut kiprah sang ayah; Om Setianegara Kouwagam.
39
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Saya pernah membaca tulisan Kak Meily yang mengisahkan perjalanan


Papinya (begitu dia menyapa ayahnya) sebagai pendidik. Pak Kho, begitu maha-
siswa memanggil Om Setiawan, tak hanya merasa sebagai anak didik, tetapi sudah
seperti anak sendiri. Betapa tidak, Pak Kho sampai membangunkan dapur, di
samping rumahnya, untuk menjadi tempat mereka menyelamatkan diri dari rasa
lapar.
Pak Kho menyediakan beras, telur, dan minyak dan setiap mahasiswa bisa
datang, masak, dan makan di rumah itu. Begitu antara lain Kak Meily menuliskan
kisah itu dan saya bersaksi semuanya nyata. Dan sungguh Kak Meily mewarisi ke-
baikan hati Papinya. Dia menempatkan dirinya lebih dari seorang guru, lebih dari
seorang dosen, di depan anak-anak didiknya.
Di luar lingkungan
pendidikan, dia menem-
patkan diri sebagai kakak,
adik, ibu, tante, atau istilah
apa saja yang menggam-
barkan kekerabatan. Hu-
bungan yang walau tak
dilandasi kesamaan darah,
tetap terbina dengan san-
gat baik dan hangat. Saya
beruntung mengenal dan
kerap mendapat wejangan
dan inspirasi dari Kak
Meily. Dia kakak saya sejak
dahulu, kini, nanti selama-
nya.
***
Bersama grup Comaga

40
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

Selepas SMU, saya melanjutkan kuliah ke Universitas Hasanuddin (Unhas),


mengambil jurusan Sastra Inggris. Nah, di masa kuliah ini, tepatnya di semester
enam, saya menikah dengan Laurentius Lunanta. Lah bagaimana ia bisa lolos dari
kakak tertua saya? Singkatnya, itu karena usia kami terpaut 10 tahun dan ia adalah
teman dari kakak saya. Tuhan buka jalan, hehehe.
Cerita panjangnya bagaimana? Mulainya sejak saya kelas 2 SMU. Waktu itu
Lunanta datang ke rumah untuk mencari kakak saya karena ada urusan tentang
proyek jalan dan jembatan di Bone-Bone. Ia sengaja datang jauh-jauh dari Jakarta
ke Makassar sebagai pimpinan proyek. Kebetulan (yang saya yakin dalam rencana
Tuhan), hari itu saya yang membukakan pintu. Setelah itu ia sering datang ke ru-
mah kami. Saya yang masih SMU tidak terlalu paham mengapa setelah proyek jalan
dan jembatan ini selesai, kok Lunanta sering datang ke Makassar, khususnya hari
Sabtu sampai Senin.
Lama kelamaan baru saya mengerti kalau ia melakukan hal itu demi ber-
temu saya. Suami saya ini bukan orang romantis loh ya tapi dia ya seperti itu, aksi-
nya datang duluan dari kata-katanya.
Seiring pertemuan dan waktu, kami pun makin dekat, tapi untuk membi-
carakan pernikahan... nanti dulu. Saya masih kuliah dan merasa masih sangat
muda. Tentunya, mahasiswa di mana-mana, ketika mulai kuliah punya cita-cita
ingin menyelesaikannya. Namun, oleh karena berbagai pertimbangan, salah
satunya menyangkut kesehatan Mami yang menderita diabetes dan sering khawatir
tidak dapat melihat pernikahan kami, ajakan menikah dari Lunanta pun saya
iyakan. Kuliah saya di Sastra Inggris pun cuti dan saya ambil jurusan baru dengan
lapang hati, jurusan pernikahan.

41
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

42
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

Puji Tuhan karena setelah menikah saya berkesempatan untuk melanjut-


kan kuliah kembali. Saat anak saya yang sulung berusia 6 tahun dan yang bungsu 4
tahun, tentunya sambil tetap mengurusi mereka, saya kembali ke bangku perkuliah-
an untuk mengambil gelar Sarjana Pendidikan Kristen di STT Jaffray. Setelah itu
saya lanjut mengambil gelar Magister di jurusan Konseling dan Magister di jurusan
Pendidikan, semuanya di kampus yang sama.

43
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Bersekolah di kampus negeri lalu lanjut ke sekolah teologi membuat mata


saya terbuka. Sebelumnya saya pikir sekolah teologi adalah sekolah para malaikat,
ternyata saya salah. Sekolah Alkitab adalah tempat pembentukan bagi saya menjadi
hamba Tuhan, walaupun awalnya tujuan saya mengambil kuliah di sekolah teologi
bukan untuk gelarnya. Saya secara sederhana hanya berpikir bahwa ilmunya bisa
saya gunakan untuk mengajar anak. Puji Tuhan, saya mendapatkan lebih dari seka-
dar bekal untuk mendidik anak. Tidak mudah memang membagi waktu antara
kuliah, mengurus rumah, sekaligus mengasuh anak. Hanya oleh pertolongan Tuhan
dan dukungan dari orang terdekat sajalah saya bisa melakukannya. Dosen-dosen
STT Jaffray juga sangat memudahkan saya, bahkan saya akhirnya menjadi dekat
dengan dosen-dosen saya. Pada waktu itu kebanyakan dosen di sana masih berasal
dari Amerika. Kami kadang piknik atau melayani bersama. Saya juga suka
mengundang mereka untuk ikut panen udang di tambak udang milik suami. Yang
paling menyenangkan tentu setelah panennya itu, kami bisa makan udang bersama-
sama.

Foto wisuda saya

44
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

Walau pada masa SMP-SMU saya termasuk kuper, tetapi setelah dewasa saya belajar
untuk membangun relasi dengan sebanyak mungkin orang dari berbagai kota. Beri-
kut ini adalah kata-kata dari sahabat-sahabat saya dari beberapa kota berbeda di
Indonesia.
***

Nilai Sebuah Persahabatan


Prof. Dr. Ir. Anastasia Sulistyawati, M.S.,M.M.,M.Mis.,D.Th.,Ph.D., D.I.Ag
Direktur Politeknik Internasional Bali
Ketua Dewan Pakar INTI Bali
Pembina IKBS (Inti Klub Bali Sehat)

M
eily Lunanta Kouwagam. Pertama kali saya mengenalnya pada tahun
1987. Pada saat itu saya sedang melakukan perjalanan (liburan) di Eropa,
saat itulah saya bertemu dengan Ibu Meily karena berada dalam ke-
lompok tour yang sama. Dalam perjalanan saya lebih sering membaca karena saya
masih kuliah program pendidikan Magister (S2) di Universitas Indonesia, namun
saya kagum dengan sosok Ibu Meily. Selama perjalanan Ibu Meily yang didampingi
oleh suaminya, Ir. Laurentius Lunanta, merupakan sosok yang ceria, lincah, berse-
mangat, dan menyenangkan. Salah satu dosen STT Jaffray ini dapat dikatakan me-
miliki kepribadian yang ekstrovert. Selama perjalanan tersebut Bu Meily dapat ber-
sosialisasi dengan seluruh anggota kelompok tour tidak terkecuali dengan saya dan
suami. Semua anggota tour diajak berkenalan dan dapat mengobrol santai dengan
dirinya yang sangat mudah bergaul.
Setelah melakukan perjalanan tour, wanita asal Makassar ini tetap menjaga
komunikasi dengan baik melalui SMS. Hingga saat ini komunikasi masih berjalan
setiap hari ditambah dengan adanya WhatsApp yang memudahkan untuk berkomu-

45
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

nikasi. Setiap hari saya selalu menerima ucapan selamat pagi, doa-doa untuk men-
jalani hari, kabar tentang aktivitas yang dilakukannya di Makassar, dan kabar
gembira Bu Meily, seperti saat masuk TV dan koran sebagai seorang wanita yang
memiliki koleksi penghapus serta sebagai Inspiring Women, yang membuat saya se-
nang sekaligus bangga memiliki sahabat yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Saya paling berkesan dengan makna yang terkandung dalam koleksi “penghapus”.
Penghapus memiliki makna yang sangat mendalam bagi Bu Meily karena menurut-
nya hidup tidak terlepas dari kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak. Setiap
kesalahan yang diperbuat harus dihapus dan berusaha menggantinya dengan suatu
kebaikan. Filosofi “penghapus” sungguh-sungguh dihayati dan dilakukan dalam
menjalankan kehidupannya. Inilah mungkin yang menjadi salah satu alasan Bu
Meily dapat menjadi perempuan yang mengispirasi orang banyak.
Ibu Meily merupakan wanita yang selalu tampak bersemangat dan antusias,
selain itu Bu Meily sangat ramah dan sangat suka membantu orang-orang di seki-
tarnya. Anak bungsu dari empat bersaudara ini tidak hanya menjaga hubungan per-
temanan yang baik dengan saya, namun juga mengenalkan saya dan suami (alm.
Dr. Ir. Frans Bambang Siswanto, MM) dengan keluarga dan saudaranya, Howard
Kouwagam, SH., MH., dr. Gilbert Kouwagam, dan Ir. Jinhard Kouwagam, SH. Ka-
rena itu hingga saat ini bila anak dan keponakannya melakukan acara atau pesta
pernikahan, ibu dua anak ini selalu mengundang saya dan dengan sangat gembira
saya akan datang untuk menghadirinya, begitupun sebaliknya. Saat berkunjung ke
Bali, dirinya selalu menyempatkan diri untuk dapat mampir ke rumah saya hanya
untuk menjaga silahturami. Saat saya berkunjung ke Makassar pun dirinya selalu
menemani saya untuk berjalan-jalan dan mencoba beberapa kuliner terkenal di Ma-
kassar.
Inilah nilai sebuah persahabatan, dengan persahabatan saya bisa lebih
mengenal secara langsung dan dari dekat mengenai berbagai keindahan alam Indo-
nesia dengan keberagaman dari kekayaan alamnya, etnisnya dengan kekhasan seni,
budaya, tradisinya, dan kulinernya yang tidak dapat ditemui di tempat lainnya. Itu-
lah Indonesia yang harus dijaga selalu keberagamannya dalam kesatuan sebagai

46
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

kekayaan bangsa yang adiluhung dengan semangat “Bhineka Tunggal Ika”, yang te-
lah terpatri sebagai semboyan negara di atas pita putih di kaki Burung Garuda Pan-
casila yang agung dan tinggi filosofis.
Meily Lunanta Kouwagam benar-benar sosok yang mampu mengamalkan se-
mangat Pancasila ini, dengan sangat peduli dan senang membantu banyak orang,
terbukti dari pelayanannya untuk membantu orang yang membutuhkan, salah
satunya di Lapas Narkoba dan melayani sebagai Konselor di LK3. Saya yakin, buku
mengenai perjalanan hidup seorang wanita yang dipenuhi cinta kasih sedari kecil
dan memiliki hati yang sangat baik ini akan menyenangkan dan menyemangati
semua orang yang membacanya. Semoga Tuhan selalu memberkati Ibu Meily.
***

Bersama Prof. Anastasia Sulistyawati


47
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Meily Lunanta Kouwagam di mata Tuhan,


di mata Keluarga dan di mata Saya
Pdt. Yosep S. Kawu
(Pelayan Tuhan, Tangerang)

M
eily Lunanta Kouwagam atau sering saya panggil Ibu Meily. Terlahir dari
keluarga yang menyintai pendidikan dan mewarisi hati dan “passion” un-
tuk mengabdi dalam menyerdaskan sesama, terutama anak-anak didik
yang dititipkan Tuhan! Dalam keluarga yang cinta Tuhan dan mengutamakan pen-
didikan inilah; sebagai istri yang mendampingi suami dan menjadi teladan bagi
anak-anak yang dititipkan Tuhan; demikian Ibu Meily telah membangun keluar-
ganya bersama suami. Keluarga yang bukan sekadar hadir sebagai keluarga bahagia,
tetapi keluarga yang takut akan Tuhan, sejauh yang saya kenal.

48
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

Reorientasi dalam tulisan ini, saya mulai dari masa perkenalan di Makassar
(ketika itu masih disebut Ujung Pandang) 25 tahun yang lalu. Kemudian masa
kebersamaan dalam beberapa kegiatan pelayanan di Persekutuan Para Pengusaha,
mengingat Suami Bu Meily, Pak Lunanta, aktivis setia dan Pengurus di FGBMFI Su-
lawesi Selatan, dan ketiga, adalah masa yang takkan berakhir sebagai mitra hamba-
Nya yang saya kagumi, karena kepribadian Ibu Meily yang sangat bersahabat! Yang
tak mungkin saya lupakan, manakala di tengah kesibukannya, pelayanan hospitality
beliau sebagai tuan rumah, yang beberapa kali, ketika saya pelayanan di Makassar
setelah saya kembali ke Poso, rumah Pak Lunanta dan keluarga menjadi persinggah-
an dan tumpangan bagi saya dan istri.
Masa awal saya mengenal Bu Meily dan Pak Lunanta, saya merasakan
keramahan mereka, bersahabat, bahkan setiap kali kami bersekutu bersama,
keakraban dilanjutkan dengan diskusi tentang banyak hal yang menyangkut Alkitab
dan pelayanan. Saya melihat Bu Meily, selain pembelajar yang baik, sesuai dengan
panggilan Tuhan, sebagai mitra pelayanan, hamba-Nya adalah seorang murid
Kristus yang berdedikasi sebagai mama bagi anak-anak, istri dan pekabar Injil,
pekerja tangguh bagi Tuhan. Dengan bekal kesederhanaannya Bu Meily yang men-
dampingi suami dalam pelayanan di kaum pengusaha, beliau juga menjadi contoh
untuk tetap menjaga posisi yang Tuhan percayakan, sebagai istri, menjadi penolong
yang sepadan, bagi suaminya; walaupun di sisi lain, pelayanan Bu Meily sangat
menginspirasi siapapun dalam komunitas yang dilayani dan dipimpinnya, sebagai
panutan untuk berani menjadi diri sendiri.
Karakternya yang haus akan ilmu pengetahuan, membuatnya untuk terus
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bu Meily telah menggunakan
waktunya secara baik dan efisien, untuk membaca buku-buku teologi, ilmu penge-
tahuan yang ia miliki. Hobinya yang suka membaca ini pun menjadi bekal panggilan
pelayanan Ibu Meily. Bahkan di saat-saat menekuni bidang teologi secara akademik,
sekaligus menjadi seorang pengajar yang handal dan mumpuni, tidak segan untuk
mengambil tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan baginya. Karena sikap hati
seorang beriman, pengetahuan yang ia miliki semakin bertambah dan wawasannya

49
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

pun menjadi lebih luas; tidak disimpannya sebagai kebanggaan pribadi, melainkan
diamalkannya dengan tulus dan bukan pamrih.
Lebih dari itu, sebagai hamba-Nya, Bu Meily telah membuktikan bahwa
wanita juga harus bisa dan punya wawasan yang lebih luas lagi; serta dedikasi yang
teruji. Bagi Ibu Meily, apa yang telah dimulai dari Tuhan, terus bergerak walau ak-
tivitas yang dikerjakan di hari-hari yang semakin panjang dalam perjalanan hidup-
nya; semakin disibukkan dengan aktivitas membaca dan mengajarnya; beliau tetap
membagi waktu berharganya dengan keluar-ga besar beliau bersama suami. Meily
adalah seorang wa-nita pejuang di bidangnya, yang mempunyai pandangan
melebihi rata-rata pelayan di zamannya. Meski dia sendiri harus membatasi diri,
dengan tetap menjadi panutan di mata keluarga besar.
Akhir kata, meski bukan yang tak penting, adalah ungkapan isi hati saya
bahwa suatu kehormatan bisa berbagi lewat tulisan ini, untuk sedikit bercerita apa
ada-nya, bukan ada apa-apanya, tentang sosok pelayan Tuhan yang telah saya
uraikan di atas. Doa saya, bagi sahabat, mitra di ladang Tuhan; tetap setia, dan apa
yang telah dimulai dari dan dalam Roh, akan diselesaikan dalam Roh-Nya.
Segala sesuatu adalah dari Tuhan, oleh Tuhan, dan bagi Tuhan segala kemuliaan.
(Roma 11:36)
***

50
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

Pribadi yang Ikhlas, Ramah, Anggun dan Bersahaja


Prof. Dr. H. Syamsul Bachri Thalib, M.Si.
(Direktur Testing Centered UNM dan Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia Timur, Makassar)

M
eily Lunanta, salah satu sahabat saya yang sikap dan
perilakunya sungguh sangat luar biasa. Beliau merupa-
kan sosok pribadi sangat matang, mudah bergaul dan
menyesuaikan diri, ramah, setia terhadap persahabatan, dan
ikhlas dalam menjalankan tugas. Beliau sangat terbuka terhadap
siapa saja yang memerlukan budi baik beliau, tanpa membedakan
latar belakang seseorang, juga sangat terbuka menerima pendapat
dan pemikiran orang lain terhadapnya. Ketika pertama kali ber-
temu puluhan tahun yang lalu untuk urusan akademik,
keramahtamahan beliau menjadi inspirasi bagaimana seharusnya orang menjalin
persahabatan, hidup rukun dan damai, bukan hanya sekadar berteman.
Di samping sebagai ibu rumah tangga, sebagai dosen, beliau aktif dalam
berbagai kegiatan akademik dan kegiatan kemanusiaan. Tidak heran, beliau pernah
terpilih sebagai salah satu perempuan berpengaruh di Sulawesi Selatan. Tentu saja,
selain aktivitasnya di bidang organisasi kemasyarakatan dan aktivitasnya di bidang
pendidikan sehingga terpilih sebagai salah satu perempuan yang berpengaruh, juga
karena pengalamannya dalam bidang sosial, baik di dalam maupun di luar negeri.
Sekalipun demikian, kesibukan dan prestasinya tidak membuatnya lupa daratan,
siapa saja yang bertemu beliau pasti merasakan suasana bersahabat karena kesan-
tunan, kehangatan, tutur kata, dan penampilan yang sangat bersahaja. Keikhlasan
dalam pengabdiannya, di samping di kampus, juga dalam bidang keagamaan dan
pengabdian ke masyarakat tanpa menuntut imbalan yang setimpal. Beliau memang
berasal dari latar belakang pendidik yang setia dalam pengabdian.

51
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Setiap kali ada kesempatan temu ilmiah, saya selalu mengajaknya ke kam-
pus (UNM) untuk berdiskusi dalam kegiatan seminar, workshop, dan semacamnya,
dan beliau selalu menyempatkan hadir. Saya juga selalu menyempatkan hadir, ter-
masuk kalau ada acara keluarga beliau, bahkan sudah beberapa kali diajak makan
siang di rumahnya bersama keluarga besar beliau, tentunya dalam suasana yang
penuh kekeluargaan.
Kesuksesan dan keharmonisan rumah tangga juga patut menjadi suri tela-
dan, dikarunia satu putra dan satu putri, dan sudah dikarunia pula beberapa cucu
menjadi bukti pula akan keberhasilan beliau bersama sang suami tercinta Ir. Lau-
rentius Lunanta yang juga tampak sangat sederhana, tidak banyak bicara, tidak suka
basa-basi, tapi banyak bertindak. Kesantunan, keramahtamahan, dan kepiawaian
keduanya (Bu Meily dan Bapak Lauren) menjadi inspirasi pula kepada putra pu-
trinya. Putri tersayangnya, Litha Lunanta, S.Psi.,M.Psi., psikolog yang kini menjadi
dosen pada salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta, tampak sangat periang,
murah senyum, menghargai dan menghormati siapa saja yang lebih usia darinya.
Akhirnya, kepada Bu Meily, sahabatku, sukses dan bahagia selalu bersama keluarga,
teruslah bergiat dan berjuang untuk kemaslahatan bangsa dan negara kita tercinta.
***

My Sister, the Best


Jenny Tu
(Kepala Sekolah, Jayapura)

S
uatu pagi yang ceria di hari minggu bertahun-tahun yang lalu… Tiba-tiba
seorang wanita cantik mengetuk pintu pertemuan guru-guru Sekolah Minggu
di GKI Makassar bertanya, “Adakah yang namanya adik Jenny?” Pada saat itu
saya ada dalam ruangan dan menyapa, “Ya saya Jenny. Ada yang bisa dibantu,
kakak?” Itulah awal persahabatan kami. Bertahun-tahun berlalu saat itu, tapi bila
mengingat kejadian itu… terasa hangat awal pertemanan kami, serasa baru kemarin
kejadiannya padahal itu terjadi kurang lebih 32 tahun yang lalu.
52
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

Mengenal pribadi kakak Meily Lunanta (saya memanggil kakak karena me-
rasa itulah panggilan yang sangat dekat bagi saya) sangat menyenangkan, sosok
pribadi yang hangat, sosok kakak yang baik, dan selalu optimis. Kak Meily adalah
seorang wanita yang hebat menurut saya dan salut padanya. Karena beliau sema-
ngat untuk kuliah, walau sudah berkeluarga. Bagi saya, itu hal luar biasa di mana
tanggung jawabnya sebagai istri, ibu juga harus dilakukan. Dan selama bergaul
dengan kak Meily saya melihat semua tanggung jawab dilakukan dengan sangat
baik; mendampingi suami dalam bisnis dilakukan dengan sangat terampil; mem-
besarkan dan mendidik anak-anak; sebagai seorang anak kak Meily sangat memer-
hatikan Opa dan Oma Kouwagam, semua dilakukan dengan sangat baik, tulus dan
sempurna, terbukti kedua anak kak Meily berhasil dalam studi dan sukses di bidang
masing-masing. Pribadi yang tegas, tulus dalam persahabatan, penuh perhatian
pada sahabat, itu saya temukan dalam diri kak Meily. Boleh dikata, kakakku yang
baik ini adalah pribadi yang kaya dalam banyak hal: kaya teman, kaya pengalaman,
kaya berkat, kaya perhatian, dll. Tapi dengan semua itu saya melihat kehidupan kak
Meily tetap bersahaja kepada siapa saja.
Saat menulis tentang kak Meily saya menemukan ada beberapa nilai ke-
hidupan yang saya lihat dalam kehidupan kak Meily memengaruhi keputusan hidup
saya. Misalnya, memilih teman hidup, saya memilih suku yang sama dengan suami
kak Meily. Puji Tuhan dengan suami yang baik dan mengasihi saya dan anak-anak,
kalimat kak Meily yang selalu teringat “Dek Jen… nikmati masa kecil dengan anak-
anak jangan terlewati, setiap waktu itu berharga.” Dan waktu masa kecil anak-anak
saya, saya sangat menikmati pertumbuhan dan kebersamaan dengan mereka, se-
hingga saya tidak kehilangan masa yang indah dengan anak-anak saya dan waktu
berlalu tidak terasa mereka sudah menjelang remaja dan dewasa. Bersyukur pada
Tuhan dan terima kasih kakak Meily untuk teladan hidup yang diberi sehingga saya
dibekali untuk menjalani hidup berkeluarga. Kak Meily, adikmu bahagia dengan
keluarga kecilnya.
Melihat kak Meily yang sekarang dengan segala prestasi dan tanggung ja-
wab yang diberikan dan kesibukannya, bagi saya sangatlah pantas dimilikinya. Ka-
rena kakak Meily adalah seorang wanita yang tangguh, pribadi yang kuat dan kaya
53
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

dengan pengalaman hidup juga pribadi yang baik untuk dicontohi nilai-nilai hidup
yang dimilikinya. Inilah goresan saya tentang kak Meily Lunanta yang adalah sa-
habat, kakak yang baik dalam hidup saya, mentor keluarga saya. Selalu ada rasa
sayang untuk kakak Meily. Doaku kakak dan Pak Lunanta selalu sehat dan diberkati
Tuhan Yesus.
Salam hormat dan rindu selalu untuk kakak Meily.
***

54
Masa Remaja-Kuliah
Pelayanan Pendidikan

Sebagian foto-foto kenangan saya bersama sahabat-sahabat saya

55
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Pelayanan Pendidikan
S
etiap orang punya mimpi dan cita-cita. Saya pribadi ingin dikenang orang se-
bagai seorang yang memperjuangkan pendidikan. Oleh karena itu, saya me-
mang selalu melibatkan diri dalam kemajuan pendidikan. Saya sangat percaya
bahwa salah satu jalan kepada keberhasilan adalah melalui pendidikan. Seseorang
dapat mengembangkan diri melalui pendidikan. Saya sangat senang dengan pela-
yanan pendidikan dan semua hal dalam hidup saya selalu berkaitan dengan pen-
didikan. Setiap orang yang bersentuhan dengan hidup saya juga mengetahui bahwa
saya sangat mencintai dunia pendidikan begitu rupa.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kecintaan saya pada dunia pendidi-
kan memang dipengaruhi orang tua. Mereka memberikan teladan, yang kemudian
saya teladani lagi kepada anak-anak dan murid-murid saya. Anak-anak itu belajar
bukan lewat kata-kata tetapi lewat teladan. Anak-anak saya melihat saya suka mem-
baca, maka anak saya juga suka membaca. Papa saya menjadi dosen dan saya juga
menjadi dosen dan anak saya juga menjadi dosen. Bahkan cucu saya juga sudah bisa

56
Pelayanan Pendidikan

mengajar adiknya membaca dan dia juga bisa dengan sabar mengajarkan teknologi
kepada saya. Bagi saya teladan hidup adalah sebuah hal yang paling penting.
Seperti yang sudah saya singgung di atas, saya jatuh cinta pada dunia pen-
didikan. Di bawah ini adalah beberapa organisasi yang berkecimpung di dunia pen-
didikan di mana saya terlibat di dalamnya dan juga kesan-pesan dari orang-orang
yang terlibat di dalamnya:

57
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Tim Peduli Pendidikan Keuskupan Agung Makassar (KAMS)


Oleh karena anugerah Tuhan, 27 Agustus 2017 saya terpilih menjadi ketua umum
Tim Peduli Pendidikan Keuskupan Agung Makassar (KAMS). Ini adalah sebuah ke-
hormatan bagi saya karena waktu itu ada lebih banyak orang hebat yang lebih layak
menyandang posisi ini. Tapi di sisi lain menjadi ketua umum TPP KAMS adalah se-
buah tantangan. “Anda dapat membayar orang untuk mengajar tetapi Anda tidak
dapat membayar orang untuk bisa peduli pendidikan”. Itulah yang saya sampaikan
dalam pidato pelantikan. Artinya kami dalam melayani di organisasi ini tidak
dibayar. Tetapi kami bisa melayani di sini karena sudah terlebih dahulu dipedulikan
oleh banyak orang sebelum kami yang berperan di dunia pendidikan: guru, pastor,
dan lain sebagainya.
Saya berharap bahwa dalam periode ini, kami sebagai Tim Peduli Pendidi-
kan dapat berbuat sesuatu bagi pelayanan pendidikan di wilayah Sulawesi Selatan.
Saya bersyukur kepada Tuhan bisa melayani di tempat ini. Harapan saya kami bisa
mengambil satu bagian untuk menolong orang-orang yang membutuhkan dalam
pendidikan.
Foto kegiatan TPP KAMS bersama tim

58
Pelayanan Pendidikan

Ketika Seseorang Menyadari Bahwa Hidup Ini Adalah Berkat


Mgr. John Liku-Ada’,
Uskup Agung Makassar

B
eberapa waktu lalu, di saat sudah berlaku PSBB melawan Covid-19, saya
mendapat WA dari Ibu Meily Lunanta Kouwagam. Agak panjang. Diawali
dengan permohonan maaf, karena tidak dapat bertemu langsung. Intinya
permohonan sumbangan tulisan berupa “kesan atau apa saja” untuk buku biografi
beliau yang sedang dalam proses penyusunan. Saya tertegun sejenak. Kemudian
saya menjawab, “Suatu kehormatan diminta menulis sesuatu dalam buku biografi
Ibu Meily”. Selanjutnya menambahkan semoga waktunya masih cukup lama. Dija-
wab, “Terima kasih atas kesediaan bapak Uskup, waktunya masih panjang, dan
terserah bapak Uskup kapan saja waktunya.”
Sejak itu saya mulai berusaha mengingat-ingat merangkum dalam pikiran
dan merenungkan highlights hidup seorang Meily Lunanta Kouwagam sejauh yang
saya lihat, dengar atau baca, sebelum mencoba merajutnya dalam sebuah tulisan.
Saat pertama duduk dalam keheningan untuk mulai menulis, tanpa sadar sepe-
nuhnya, secara spontan, mengalun dari mulut saya senandung lagu yang kini sangat
populer itu sampai selesai:
Hidup ini adalah kesempatan
Hidup ini untuk melayani Tuhan
Jangan sia-siakan apa yang Tuhan bri
Hidup ini harus jadi berkat
O Tuhan, pakailah hidupku
Selagi aku masih kuat
Bila saatnya nanti ku tak berdaya lagi
Hidup ini sudah jadi berkat

59
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Kemudian saya tersadar penuh, terperanjat: Ada apa ini? Terbayanglah di


hadapan saya sosok Ibu Meily sebagai seorang yang sungguh menyadari serta meng-
hayati dan mengamalkan pesan inti lagu ini! Bukankah hidup itu sendiri pada
hakikatnya adalah berkat, adalah pemberian, anugerah? Tak ada manusia yang ber-
asal dari dirinya sendiri. Sekurang-kurangnya ia adalah “pemberian” dari orang tua-
nya. Tetapi orang tua juga ‘kan tidak berasal dari dirinya sendiri. Mereka adalah
“pemberian” dari kakek-nenek. Namun kakek-nenek juga tidak kekal dan tidak ber-
asal dari diri mereka sendiri. Hidup mereka juga adalah “pemberian”. Sedemikian
itu, kita akan menemukan garis keturunan yang panjang sekali sampai ke nenek
moyang manusia yang pertama. Pertanyaannya, dari mana nenek moyang yang per-
tama itu? Jawaban teori evolusi (dari monyet) hanya sekadar memperpanjang garis
keturunan itu, tidak memberi jawaban akhir yang dibutuhkan. Kitab Suci Kristiani
menjawab, pada mulanya “Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya…;
laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej. 1:27). Jadi pada hakikatnya,
(hidup) manusia adalah pemberian, anugerah dari Allah.
Selanjutnya, adakah seorang anak manusia ketika dilahirkan ke dunia ini
sudah berpakaian? Tidak ada. Kita semua datang ke dunia ini dalam keadaan, maaf,
telanjang bulat. Artinya tidak bawa apa-apa. Jadi apa saja yang kemudian kita miliki
dalam hidup ini pada hakekatnya adalah pemberian, anugerah. Orang bisa berkata,
itu adalah pemberian dari orang tuanya. Tetapi orang tua kita juga kan datang ke
dunia ini tanpa bawa apa-apa.
Ketika seseorang menyadari bahwa hidup ini dan apa saja yang kita miliki
dalam hidup ini pada hakikatnya adalah anugerah, dia tidak dapat lain daripada
mensyukuri kehidupan ini dan berupaya menjadikannya berkat bagi orang lain.
Tentu saja di sini kita menyentuh inti keyakinan iman.
Pagi hari, 6 Februari 2020, saya membuka HP. Ternyata menjelang tengah
malam, 5 Februari, ada WA dari Ibu Meily, “Malam bapak Uskup, saya baru tiba di
Jakarta. Baru lahir prematur cucu saya, anak dari Esther (menantu perempuan) dan
Rinaldy (putra bungsu dari dua bersaudara) di RSIA Grand Family Kamar 215. Kem-
bar 3, 1 laki dan 2 perempuan, dengan berat masing-masing tidak sampai 1 kg dan

60
Pelayanan Pendidikan

sekarang lagi di NICU. Masa kritisnya 4 hari. Tolong doakan kami, bapak Uskup-ku
yang baik hati. Terima kasih.” Saya segera menjawab, “O, semoga Tuhan, Sang
Sumber dan Pemberi Kehidupan, menjaga dan memelihara ketiga kehidupan baru
itu! Tuhan Maha Kasih!”
Dari WA-WA dan foto-foto dari ruang NICU yang dikirim kepada saya, saya
dapat merasakan betapa beratnya bagi Ibu Meily, Esther-Rinaldy, mama-papa si
kembar tiga, dan seluruh keluarga melalui hari-hari selanjutnya, dalam penungguan
penuh harapan bercampur baur dengan kekhawatiran. Dan saya hanya mampu
mendampingi mereka dari jauh dengan kata-kata peneguhan bahwa saya terus ikut
berdoa.
Yang paling memilukan ialah eulogi panjang berjudul “Jalur Panjang Men-
jemput Kalian” dari sang mama, yang diteruskan kepada saya via WA pada malam,
12 Februari 2020. Diawali dengan sukacita kebahagiaan ketika pada Agustus 2019
diketahui sang mama hamil kembar tiga. Sang mama sudah membayangkan puncak
kebahagiaan ketika mereka lahir ke dunia sekitar pertengahan April 2020. Tetapi
kini, ketika si triplet terlahir prematur, mama dan papa terhempas ke dalam ke-
khawatiran, apakah mereka akan dapat bertahan hidup. Tetapi di lain pihak, tetap
penuh harapan. “Tunggu kami menjemput kalian pulang ke rumah”, demikian eu-
logi panjang itu ditutup.
Saya tercenung dan hanya mampu mengirim kata-kata peneguh, “Saya bisa
merasakan keperihan hati Esther-Rinaldy, tetapi Tuhan pasti lebih merasakannya!
Kita pasrahkan segalanya kepada-Nya!” Dijawab Ibu Meily, “Terima kasih bapak
Uskup. Salam hormat dari Esther dan Rinaldy di Jakarta.”
Hari-hari selanjutnya berlalu tanpa kabar. Tahu-tahu 16 Februari subuh
datang WA dari Ibu Meily. Namun karena sibuk, saya baru buka HP pada malam
harinya. Inilah WA-nya: “Teman-teman terkasih, dalam hikmat-Nya yang sem-
purna Tuhan telah mengijinkan kami melihat tiga baby yang lahir ke dunia. Dalam
waktunya yang terbaik, Ia telah mengambil tiga baby yang adalah milik-Nya. Terima

61
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

kasih untuk semua doa dan support yang telah diberikan kepada kami. Kiranya Al-
lah sumber damai sejahtera terus melimpahkan anugerah-Nya bagi kita. Tuhan
memberkati.”
WA tersebut diiringi foto peti jenazah bayi triplet yang tertutup hamparan
bunga serba merah, yang disusun dan diambil fotonya sedemikian rupa, sehingga
tampak seperti pohon Natal dengan dua lilin bernyala. Dalam keheningan bela-
sungkawa, saya membaca pesan foto itu, bukankah dalam iman Kristiani kematian
dipercaya sebagai kelahiran ke dunia abadi nan bahagia di rumah Bapa? Di samping
foto tersebut tertera kutipan dari Kitab Suci: “O, alangkah dalamnya kekayaan, hik-
mat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan
sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya” (Rm. 11:33).
Agak lama saya tertegun dalam keheningan kedukaan. Kemudian jemari
saya mengetik kata-kata ini di WA: “Allah itu kasih! Kasih-Nya tanpa batas! Tak
mudah kita memahami dan menerima, tetapi rencana-Nya selalu indah! Kelak kita
akan memahaminya. Ketiga makhluk mungil suci murni diberi-Nya hidup abadi ba-
hagia! Terpujilah Dia!” Yang segera dijawab Ibu Meily: “Trims banyak Uskup yang
baik hati. Kami bisa tersenyum saat bertemu orang, tapi hati kami menangis. Apa
pun yang terjadi, Tuhan tetap baik”.
Sungguh luar biasa mendalam iman Ibu ini! Setelah terhempas dalam ke-
nyataan bahwa bayi triplet yang sangat diharapkan olehnya hidup, ternyata toh
meninggal, bayangan saya dari relung hatinya akan terhambur kekecewaan dan ke-
marahan terhadap Tuhan. Tetapi tidak! Justru sebaliknya yang terjadi: kepasrahan
total kepada Tuhan! Imannya mengingatkan saya kepada iman seorang Ayub dalam
Kitab Suci: “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tu-
han!” (Ayb. 1:21).
Hari-hari sesudah itu, Ibu Meily masih mengirim kepada saya sejumlah WA
ungkapan hati dan doa, antara lain: “Tuhan, jadikan aku pribadi yang sabar dan
selalu bersyukur, tetap berusaha melakukan yang terbaik, lindungilah orang-orang
yang kukasihi dan berkatilah mereka selalu. Amen”; “Tuhan ingin kita seperti
garam, larut di dalam air, tak kasat mata tetapi meninggalkan secercah rasa dalam
62
Pelayanan Pendidikan

kehidupan orang lain”; “Rancangan Tuhan adalah rancangan yang mendatangkan


damai sejahtera. Meskipun saat ini kita belum bisa melihat rencana-Nya secara kese-
luruhan dan harapan kita kadang tidak sesuai dengan kenyataan yang kita terima,
Tuhan akan selalu menyertai dan memberikan yang terbaik untuk hidup kita.
Digerakkan oleh iman seperti itu, Meily Lunanta Kouwagam, MA., M.Pd.K.,
adalah seorang yang super aktif dan sibuk. Sehari-hari bekerja sebagai dosen di STT
Jaffray Makassar, juga menjabat sebagai Ketua Tim Peduli Pendidikan (TPP)
Keuskupan Agung Makassar. Pada waktu yang sama beliau juga adalah Ketua
Umum Majelis Pendidikan Kristen wilayah Sulselbara, Konselor di Layanan Konse-
ling Keluarga dan Karir (LK3) serta di Lapas Narkoba. Kecuali itu, juga bergabung
di organisasi PUKAT, INTI, Gloria Ministry, Ikatan Alumni Haggai Institute, PELITA,
Asosiasi Pastoral Indonesia, PKK KAMS, dan Asosiasi SJMJ.
Bila kita menelisik sekian banyak kegiatan yang digelutinya tersebut, kita
akan menemukan fokusnya adalah bidang pendidikan, baik dalam arti sempit mau-
pun dalam arti luas kata itu. Ibu Meily memiliki obsesi yang kuat di bidang pendidi-
kan, yang terungkap dalam motto “WARISAN NENEK MOYANG”. Beliau mengaku
seringkali menggunakan ungkapan ini ketika ingin memotivasi orang muda, khu-
susnya anak-anaknya sendiri, untuk mengerjakan sesuatu. Baginya, “warisan nenek
moyang” ini memiliki makna yang sangat mendalam. Membuat anak-anak mema-
hami, bahwa sesuatu dapat terus-menerus diturunkan dari generasi ke generasi
sangatlah penting. Perilaku kita sekarang dapat saja tidak berkesan bagi kita. Tetapi
bagi anak-anak atau cucu-cucu kita, beberapa generasi setelah kita, akan mempu-
nyai efek. Nah, kalau satu orang tua saja bisa demikian memberikan warisan nenek
moyang, bagaimana dengan guru yang mempunyai “banyak anak”?. Demikian Ibu
Meily melempar tantangan. Ia mengutip kata-kata Henry Adams, A teacher affects
eternity; he can never tell where his influence stops”. “Seorang guru merasuki kea-
badian; ia tidak pernah dapat mengatakan di mana pengaruhnya berhenti”.
Mungkin kita bertanya, dari mana seorang Meily Lunanta Kouwagam
memperoleh kebijaksanaan hidup yang mendalam seperti ini? Ternyata itu diper-
oleh dan diwarisi dari Sang Ayah: Setianegara Kouwagam. Selama puluhan tahun

63
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

sang ayah mengabdikan hidupnya sebagai guru, sejak usia 16 tahun sampai pensiun.
Semua itu dapat kita baca dalam buku biografi ini. Nilai luhur “warisan nenek mo-
yang” ini selanjutnya berpadu dengan iman Katolik-nya membentuk sosok seorang
Meily Lunanta Kouwagam: seorang yang menyadari bahwa hidup ini adalah berkat,
dan karena itu harus pula menjadi berkat bagi sesama.
Ibu Meily yang saya kagumi, selamat melanjutkan menapaki kehidupan ini,
semakin menjadikannya berkat bagi semakin banyak orang. Tuhan memberkati!
***

Aku Tahu Kepada Siapa Aku Percaya


Pastor Carolus Patampang
(Imam Diosesan KAMS)

S
aya harus jujur mengatakan bahwa ketika diminta oleh Ibu Meily untuk mem-
beri testimoni tentang dirinya, saya merasa kesulitan. Secara pribadi saya be-
lum mengenal Ibu Meily terlalu lama. Selama ini, saya hanya tahu bahwa Ibu
Meily banyak terlibat dalam kegiatan kelompok doa. Saya baru mengenal Ibu Meily
secara lebih mendalam di pertengahan tahun 2017. Ketika itu, bapak uskup mem-
beri tugas kepada saya untuk menjadi moderator Tim Peduli Pendidikan (TPP)
KAMS yang diketuai oleh Ibu Meily.
Dari perkenalan yang singkat itu, izinkanlah saya mengisahkan beberapa
hal tentang sosok ibu Meily. Kalaupun kisah ini kurang berkenan bagi Ibu Meily,
saya mohon dimaafkan. Pertama-tama saya harus mengatakan bahwa Ibu Meily
adalah sosok yang sungguh-sungguh memahami dan menghayati mutiara iman
yang dihidupi oleh Santo Paulus, “Aku tahu kepada siapa aku percaya” (2 Tim 1:12c).
Dalam setiap kegiatan TPP KAMS, Ibu Meily selalu memperlihatkan optimisme yang

64
Pelayanan Pendidikan

mendalam karena ia percaya Bapa yang penuh kasih di Surga tidak akan pernah
membiarkannya berjalan sendiri. Ibu Meily meyakini bahwa setiap aktivitas TPP
bertujuan bukan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok, tetapi demi
memuliakan nama Allah. Itulah sebabnya Ibu Meily – dalam situasi sesulit apa pun
ketika TPP berkegiatan – selalu meyakini bahwa kegiatan tersebut akan berjalan
dengan sukses. Keyakinannya hanya satu: Allah pasti akan memberi berkat. Keya-
kinan tersebut memang selalu berbuah positif. Berkegiatan melalui Tim Peduli Pen-
didikan bukanlah hal yang mudah. Namun, optimisme Ibu Meily akan belas kasih
Allah membuat berbagai hal yang dibuat dapat berjalan dengan baik. Kata-kata Ibu
Meily dalam setiap rapat dan pertemuan, terlebih kegesitannya menyelesaikan
sesuatu dalam sebuah kegiatan menjadi tanda yang jelas bahwa ia sungguh bergan-
tung kepada Allah yang ia percayai akan menganugerahkan rahmat yang dibutuh-
kan.
Kedua, Ibu Meily juga adalah sosok yang sangat mencintai dunia pendidi-
kan. Saya memberanikan diri untuk mengatakan dalam diri Ibu Meily, sosok ibu,
guru, dan dosen hadir secara utuh. Sebagai seorang dosen di lembaga pendidikan
tinggi, Ibu Meily tetap memperlihatkan kekhasan seorang guru. Ia bekerja taktis dan
profesional sebagai pengajar di lembaga pendidikan tinggi, sembari tetap memper-
lihatkan kasih seorang guru yang akan memandang anak didiknya dengan penuh
cinta. Akhirnya, sisi keibuannya tampak dalam perhatiannya terhadap hal-hal kecil
yang diperlihatkannya dalam setiap pertemuan dan kegiatan bersama TPP.
Saya bersyukur dan berterima kasih karena boleh mengenal sosok Ibu
Meily. Mengenal Ibu Meily dengan keteladanan iman yang luar bisa dan dedikasi
yang mendalam terhadap dunia pendidikan adalah berkat bagi saya. Tuhan senan-
tiasa memberkatimu, Ibu Meily bersama dengan suami dan anak-anak yang ter-
kasih.
***

65
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Seorang Motivator Penuh Kasih dan Semangat


N. Tri Suswanto Saptadi
Sekretaris Tim Peduli Pendidikan Keuskupan Agung Makassar (TPP KAMS),
dosen Informatika Universitas Atma Jaya Makassar (UAJM)

H
ari begitu cerah, matahari bersinar terang, suasana sejuk sangat terasa di aula
Keuskupan Agung Makassar (KAMS). Kehidupan terus berjalan dengan dina-
mika yang begitu cepat serta seolah tanpa henti di Era Industri 4.0. Per-
temuan pertama kali dengan ibu terkasih Meily Lunanta Kouwagam terjadi saat
kegiatan Profesional dan Usahawan Katolik (PUKAT) KAMS sekitar bulan Mei 2017.
Perkenalan itu diawali oleh sapaan bapak Julius Yunus Suteja yang mengajak saya
dan berbincang-bincang bersama Ibu Meily tentang rencana pembentukan pengu-
rus Tim Peduli Pendidikan (TPP) yang sudah lama tidak aktif. Perbincangan terse-
but sangat menarik, hangat dan bersahabat karena di saat baru berkenalan sudah
merasa nyaman sehingga beberapa kesepakatan dan agenda dalam membuat
rencana untuk kembali mengaktifkan kepengurusan TPP agar dapat berkontribusi
nyata terhadap dunia pen-
didikan di sekolah Katolik
KAMS segera dapat ter-
wujud.

66
Pelayanan Pendidikan

Pelantikan Pengurus TPP


Hari bahagia yang direncanakan itu pun akhirnya tiba. Setelah mengadakan komu-
nikasi melalui WhatsApp dan pertemuan beberapa calon pengurus secara efektif,
kemudian dilaksanakan perayaan misa syukur dan pelantikan pengurus TPP pada
24 Agustus 2017 oleh Yang Mulia Mgr. John Liku-Ada’ dan disaksikan oleh umat di
Gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus Katedral Makassar. Setelah misa, Ibu Meily
mengajak pengurus dan para tamu yang hadir untuk melanjutkan acara ramah
tamah bersama di aula KAMS. Acara dimulai dengan doa, kemudian sambutan dan
perkenalan diri pengurus. Saat memberikan sambutan Ibu Meily selaku Koordinator
TPP merasa bahagia, penuh seman-
gat dan harapan, semoga kepenguru-
san ini akan berjalan dengan baik,
lancar dan selalu dalam lindungan
Tuhan. Keyakinan itu terlihat dari
raut wajah yang ceria, anggun dan
penuh sukacita. Bahwa pertemuan
ini adalah berkat dari Tuhan.

Mengunjungi Mitra TPP


Kebersamaan dengan Bu Meily yang akrab biasa dipanggil begitu sehari-hari, telah
begitu terasa dalam setiap komunikasi dan pertemuan. Beberapa kegiatan TPP se-
perti rapat pengurus selalu rutin dilaksanakan. Sebagai langkah awal pengurus, Ibu
Meily mengusulkan agar pengurus yang baru dapat mengunjungi Mitra TPP seperti
Yayasan Joseph YEEMYE, Yayasan Paulus, dan Santo Martinus Menara. Hal ini
merupakan upaya dan bukti nyata pengurus serta komitmen dalam memajukan dan
meningkatkan kualitas penyelenggara pendidikan di Yayasan Katolik.

67
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Setiap kegiatan TPP selalu dilaksanakan dengan penuh warna keceriaan serta
suasana kekeluargaan. Dalam beberapa kesempatan dan kunjungan ke Yayasan, Ibu
Meily senantiasa selalu tampil dengan bersih, rapih dan cantik yang diiringi pula
dengan gaya khas yang penuh semangat, lincah dan senyum manis sehingga mem-
buat seluruh pengurus yang hadir menjadi lebih bersemangat. Harapan akan ke-
hidupan dan pengelolaan yayasan secara profesional selaku mitra TPP tergambar
dari sambutan yang diterima dan
senyum ceria pengurus saat berkunjung.
Menurut Ibu Meily, pendidikan di
sekolah Katolik harus lebih baik dan
berkualitas serta selalu menanamkan
berpikir positif, serius namun santai
dengan menciptakan persepsi kon-
struktif dan friendly.

Pertemuan Rutin dan Misa


Pertemuan rutin yang menjadi penyemangat dan menumbuhkan Iman Katolik di-
wujudkan pada pertemuan bulanan dalam bentuk misa dan diskusi bersama pe-
ngurus yang hadir. Kegiatan ini merupakan bentuk tindak lanjut dari hasil rekoleksi
pengurus di Assisi.
Selama tahun 2018, sekurangnya ada tujuh kali pertemuan rutin dalam ben-
tuk misa dilaksanakan di rumah pengurus dari satu tempat ke tampat lain secara
bergantian sekaligus untuk memperkenalkan keadaan dan lokasi tempat tinggal
serta keluarga dari anggota pengurus. Ibu Meily selalu bersemangat untuk hadir dan
memberi nasihat serta motivasi bahwa menjadi pendidik atau pemerhati dunia pen-
didikan itu adalah sebuah panggilan hidup yang berasal dari Tuhan.
RD. Dr. Carolus Patampang selaku Moderator TPP juga selalu hadir dalam
pertemuan dan misa dengan memberikan berkat kepada pengurus. Para pengurus

68
Pelayanan Pendidikan

senantiasa diingatkan akan tugas dan tanggung jawab yang senantiasa diharapkan
dapat membangun komunikasi dan persaudaraan sejati.
Agenda dan usulan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam membangun dan
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah Katolik senantiasa menjadi bahan
diskusi yang menarik karena diselingi dengan canda dan tawa diantara anggota pe-
ngurus yang semuanya tentu bertujuan untuk semakin dapat memuji dan
memuliakan kebesaran Allah Bapa di surga sebagai sumber kehidupan setiap insan
manusia.
Dalam pertemuan selalu diingatkan akan keberadaan mengenai Visi TPP,
yaitu: “Berperan secara aktif dalam pembaruan komitmen atas panggilan dan peru-
tusan gereja demi tercapainya generasi muda yang cerdas, dewasa dan beriman me-
lalui lembaga pendidikan Katolik.” Sementara misi yang diemban adalah 1) Menjadi
agen perubahan sosial dengan ciri khas Katolik dalam dunia pendidikan; 2) Mem-
bantu sekolah-sekolah yang kurang berkembang menjadi sekolah yang mandiri dan
berkualitas; dan 3) Bekerja sama dengan semua pihak dan elemen di Keuskupan
Agung Makassar untuk memajukan pendidikan Katolik.

Rekoleksi Pengurus
Kepengurusan harus berjalan
sesuai visi, misi, dan tujuan
sebagaimana tertuang dalam
dokumen pembentukan TPP
KAMS. Dalam kothbah saat
Misa Syukur dan Pelantikan,
Mgr. John Liku-Ada menaruh
pengharapan besar agar para
pengurus dapat senantiasa
merealisasikan berbagai
kegiatan yang mendukung

69
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

untuk kemajuan dunia pendidi-


kan di sekolah Katolik. Ibu Meily
selaku Koordinator TPP dapat
menerjemahkan dengan baik dan
positif sembari memberikan ara-
han dan rencana dalam setiap per-
temuan. Sekalipun hujan tetap
tidak melemahkan semangat dan
rencana dalam kegiatan TPP un-
tuk bertemu dan berekoleksi.

Kegiatan rekoleksi Pengurus TPP pada 18 Maret 2018 dengan tema “Disiplin
murid Yesus Zaman Now” akhirnya dapat dilaksanakan. Rekoleksi dibawakan oleh
RD. Dr. Carolus Patampang di Paroki Fransiskus Assisi Makassar dan dihadiri oleh
pengurus. Komunikasi antar pengurus dalam menggali ide dan masukan akhirnya
boleh terjadi. Beberapa diantaranya masih perlu pendalaman dan membutuhkan
semangat dalam pelaksanaan.
Gagasan untuk dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan dibentuknya TPP di-
harapkan dapat berkontribusi bagi kehidupan dunia pendidikan di KAMS. Ibu Meily
senantiasa memberikan usulan agar para pengurus dapat memberikan perhatian
dan mau bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas serta kepercayaan yang
telah diterima. Keprihatian dan dorongan terhadap potret pendidikan Katolik yang
mulai berkurang mutu pendidikan dan jumlah siswa menjadi salah satu alasan dan
diskusi mendalam saat rekoleksi.

Seminar Pendidikan
Kegiatan seminar pendidikan dalam rangka Hardiknas yang digagas oleh Ibu
Meily pun telah berbuah manis dan memberikan kesan positif terhadap peserta
yang hadir. Pelaksanaan tersebut terjadi di Aula KAMS pada Rabu, 1 Mei 2019
dengan tema “Guru Berkarakter Kristiani” yang dihadiri oleh guru-guru dalam

70
Pelayanan Pendidikan

naungan Yayasan Katolik Se-Kota Makassar. Suasana begitu akrab, penuh perhatian
dan bahagia karena materi yang diberikan begitu aktual, realistis, dan penuh tan-
tangan dunia pendidikan yang baru di era digital.

Dalam sambutan penutup dengan rendah hati Ibu Meily mengucapkan


syukur dan terima kasih karena semua peserta boleh hadir dan memberi kontribusi
dalam kegiatan memperingati Hardiknas. Tanpa dukungan peserta yang hadir,
tentu kegiatan ini tidak berjalan dengan lancar dan berlangsung dengan baik. Uca-
pan ini yang tidak dapat dilupakan karena meskipun tim kerja seminar telah ber-
usaha secara maksimal hingga dapat berjalan, namun semua boleh terjadi semata-
mata karena kehadiran peserta.
Setelah berhasil melaksanakan sebuah seminar di Makassar, kemudian Ibu
Meily mengusulkan kembali dalam rapat pengurus agar dapat dilaksanakan semi-
nar pendidikan serupa di Tana Toraja yang dilaksanakan pada tanggal 15-16 No-
vember 2019 di STIKPAR Toraja dan aula Gereja Hati Tak Ternoda Santa Perawan
Maria Makale. Usulan tersebut disambut baik oleh pengurus yang hadir dan
kemudian memulai membuat rencana dan persiapan untuk pelaksanaan tersebut

71
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

yang pada waktunya berbuah manis dan indah karena dapat terlaksana baik dan
lancar.
Ibu Meily merasa bahagia dan bersyukur karena banyak peserta yang hadir
dan merespons secara positif kegiatan seminar pendidikan. Dalam sambutan Ibu
Meily menceritakan bagaimana sosok sang ayah yang merupakan teladan dan pen-
didik sejati yang adalah “Seorang guru yang pengaruhnya tak berujung” sehingga
menjadi figur dalam karya sepanjang kehidupan.

Banyak pelajaran hidup yang berharga dan baik untuk dapat dibagikan dalam
kehidupan manusia. Meskipun suasana pendidikan di Toraja berbeda dengan di Ma-
kassar, namun dengan penuh rasa syukur kegiatan itu boleh berjalan sesuai dengan
harapan bersama.
Pusat Ziarah Sa’pak Bayo-bayo
Sebagai bentuk syukur setelah seminar selama dua hari, Ibu Meily mengajak pen-
gurus untuk mengikuti kegiatan berupa kunjungan ke tempat Pusat Ziarah Sa’pak
Bayo-bayo. Saat itu dengan semangat Ibu Meily mengajak rekan-rekan pengurus

72
Pelayanan Pendidikan

untuk memasuki sebuah gua yang dalam, gelap dan panjang dengan penuh tan-
tangan.
Dengan penuh keyakinan, Ibu Meily memberanikan diri untuk melangkah
lebih awal memasuki dan menyusuri Gowa. Meskipun ada rasa sedikit khawatir,
namun semangat untuk mengetahui isi dan keindahan yang ada dalam goa meru-
pakan sebuah pengalaman berharga
dan tak terlupakan. Di dalam goa ter-
nyata banyak hal yang belum terpikir-
kan, seperti pijakan kaki yang licin,
dinding gua yang relatif rendah, posisi
jalan yang curam, dan gelap gulita
tanpa cahaya yang masuk. Suasana
dingin pun sangat terasa. Namun
dengan penuh ceria, tawa, dan sema-
ngat, Ibu Meily senantiasa tetap tenang
meski sesekali selalu untuk minta di
foto sepanjang perjalanan di dalam goa.
Setelah menyusuri goa kurang lebih 1,5-2 jam, kemudian pengurus istirahat
sejenak sambil berdoa di depan patung keluarga Nazaret. Setelah membersihkan
badan, kemudian kegiatan dilanjutkan dengan jamuan makan malam yang sudah
dipersiapkan sebelumnya sebagai bentuk ungkapan syukur dan kebersamaan dalam
Kepengurusan TPP.

Ungkapan Syukur
Malam itu merupakan malam yang istimewa dan membahagiakan bagi Ibu Meily
karena pengurus berinisiatif memberikan kejutan melalui kue ulang tahun. Mes-
kipun mungkin berat karena harus meninggalkan keluarga yang dicintai di saat hari
bahagia, namun akhirnya kegiatan seminar tetap dilaksanakan tepat di hari jadi Ibu
Meily yang sebelumnya sempat tertunda beberapa kali karena berbagai alasan pe-
ngurus dengan kegiatan lain yang bersamaan. Sebagai bentuk rasa syukur sebagai

73
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

hamba Tuhan, Ibu Meily merelakan waktu untuk menjalankan tugas dan mengkoor-
dinir bersama pengurus dalam melaksanakan seminar pendidikan.
Ibu Meily adalah sosok seorang motivator yang penuh semangat, ceria dan
santun. Dalam diri Ibu Meily terdapat sebuah iman, pengharapan dan kasih. Setiap
kesempatan dalam pertemuan menjadikan sebuah pembaruan ide, gagasan, dan
harapan baru dalam melaksanakan kegiatan yang memungkinkan dapat di-
wujudkan. Semoga dengan kesederhanaan, semangat, perhatian, dan keteladanan
Ibu Meily dapat selalu menjadikan inspirasi iman, harapan dan kasih bagi setiap
orang yang dijumpai dalam perziarahan di dunia ini.
Sebelum kembali ke Makassar, Minggu, 17 November 2020, pengurus ber-
kesempatan dalam mengikuti misa bersama umat di Paroki Kristus Raja Nonongan
di Toraja Utara. Sebagai ungkapan syukur atas terlaksananya seminar, kemudian
pengurus memperkenalkan diri dan mengucapkan terima kasih kepada umat yang
hadir melalui Frans Fandy Palinoan, Pr., S.S., M.Hum. Banyak hal peristiwa dan
pelajaran yang di dapat diperoleh saat berkunjung melaksanakan seminar pendidi-
kan di Toraja Utara dan Tana Toraja.

74
Pelayanan Pendidikan

Iman, Harapan, dan Kasih


Semoga Ibu Meily senantiasa diberi kesehatan, kekuatan, dilindungi, diberkati, dan
dibimbing oleh Bapa di surga dalam menikmati karunia kehidupan sebagai pribadi
yang bahagia dan selalu bersyukur dengan penuh kasih yang tak berkesudahan. Se-
hingga benarlah apa yang difirmankan oleh Allah mengenai iman, pengharapan dan
kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih (1 Kor. 13:13). Tiga hal tersebut
adalah merupakan theological virtue atau kebajikan ilahi, di mana kasih adalah yang
terbesar dan mengarahkan iman dan pengharapan. Kebajikan ilahi ini telah
diterima pada saat dibaptis. Dan inilah yang memampukan orang dan menandai
jiwa seseorang yang telah dibaptis untuk dapat berbuat sesuai dengan moralitas dan
keyakinan yang dituntut oleh Yesus sehingga dapat menjadi anak-anak Allah.
***

Meily Lunanta Kouwagam Sebagai Ketua TPP


Dr. Riny Jefri, SE., M.Ak.

M
eily Lunanta Kouwagam, sebuah nama yang pertama kali saya lihat di
tahun 2017 dalam sebuah Surat Keputusan Uskup Agung Keuskupan
Agung Makassar. Nama yang terlihat tidak biasa dan agak sulit diucap-
kan. Kami pertama kali bertemu dalam rapat terkait program kegiatan organisasi
peduli pendidikan dalam lingkup Keuskupan Agung Makassar yang bernama Tim
Peduli Pendidikan yang biasa disingkat TPP. Ibu Meily diamanahkan sebagai ketua
TPP, demikian biasanya kami menyebutnya. Ibu Meily dengan kepadatan kegiatan-
nya sebagai pengajar, konselor dan menjadi Ketua Umum Majelis Pendidikan Kris-
ten untuk Wilayah Sulawesi Selatan, masih bersedia menerima amanah dan tang-
gung jawab sebagai ketua TPP periode 2017 hingga 2020.
75
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Satu hal yang selalu teringat terkait Ibu Meily adalah penampilannya yang
selalu rapi, cantik dan tatanan gaya rambutnya yang khas. Setiap melihat gaya ram-
but tersebut, yang terlintas dipikiran saya adalah butuh waktu berapa lama untuk
merapikan dan menata rambut dengan gaya demikian cantiknya, namun tidak ber-
lebihan. Selain dari gaya rambutnya yang khas itu, Ibu Meily selalu berbicara dengan
lembut dan sangat tenang. Gaya bicara Ibu Meily yang lembut sering kali merontok-
kan hati yang diajak bicara sehingga mengiyakan permintaan Ibu Meily. Bukan
hanya karena kelembutannya, tetapi karena kemampuan Ibu Meily dalam berkomu-
nikasi dan membesarkan hati orang. Sebagai bukti, hal ini sudah cukup sering saya
lihat dan itu berhasil (salut untuk Ibu Meily). Keistimewan Ibu Meily dalam berko-
munikasi adalah kemampuan merangkul orang-orang dengan latar belakang,
kesibukan dan usia yang beragam.
Saya sendiri sudah seringkali merasakan kemampuan komunikasi ibu
Meily. Terkadang, saat kondisi yang sudah padat dengan kegiatan dan rasanya su-
dah tak mungkin lagi, Ibu Meily selalu mampu memberikan jalan atau ide agar men-
jadi mungkin. Kemampuan komunikasi Ibu Meily, bukan hanya berupa kemampuan
membujuk tapi memberikan tuntunan sebagai solusi. Mungkin kemampuan ini di-
peroleh karena latar belakang pendidikannya sebagai konselor. Selain sebagai kon-
selor di LK3, Ibu Meily juga merupakan salah satu anggota Tim konselor Komisi
Keluarga di Keuskupan Agung Makassar. Bersama Pastor Rusdyn dan beberapa Pas-
tor lainnya, Psikiater dan pasangan keluarga membantu keluarga Katolik yang
membutuhkan pendampingan baik secara langsung ataupun secara online dikare-
nakan kondisi pandemi saat ini.
Hal lain dari Ibu Meily adalah filosofi penghapus yang menjadi kesukaan-
nya. Filosofi penghapus yang digambarkan Ibu Meily adalah hidup ini seperti peng-
hapus, yang mampu menghapus kenangan atau hal negatif dalam hidup ini, dan
menerima apabila dalam kehidupan ini terdapat hal yang tidak dapat dihapus.
Kesukaan Ibu Meily akan filosofi penghapus ini, tidak hanya sekadar filosofinya saja,
karena ternyata Ibu Meily juga memang seorang kolektor penghapus karet. Koleksi
penghapus karet Ibu Meily sudah sangat banyak. Bentuk koleksi penghapus yang

76
Pelayanan Pendidikan

dimilikinya sangat beragam dan berasal dari beberapa negara. Sebagian dari koleksi
Ibu Meily terpajang rapi di ruang tamu kediaman Ibu Meily.
Keluarga Ibu Meily adalah keluarga yang harmonis, didampingi suaminya
bersama dengan 2 orang anak dan menantu serta cucu-cucu. Ibu Meily dengan
kesibukan mengajar dan aktivitas organisasi yang dilakukannya tidak membuatnya
melupakan keluarga, walaupun anak dan mantu serta cucunya berada di kota yang
berbeda. Namun jarak tak menjadi penghalang dan batasan untuk Ibu Meily
berkumpul bersama keluarga tercinta.
Kegiatan Seminar Pendidikan pertama yang dilaksanakan TPP, tak akan
pernah terlupakan. Semangat Ibu Meily agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan
baik sangat terlihat dari tindakan dan usaha yang dilakukannya dengan merangkul
seluruh Tim Peduli Pendidikan untuk dapat berpartisipasi. Puji syukur kegiatan
Seminar Pendidikan pertama ini dapat terlaksana dengan sangat baik. Seminar Pen-
didikan ini dilaksanakan di Aula Keuskupan Agung Makassar di bulan Mei 2019 se-
bagai salah satu kegiatan peringatan Hari Pendidikan Nasional. Kegiatan terlaksana
dengan peserta guru-guru yang berasal dari beberapa yayasan pendidikan yang ada
di Makassar dengan jumlah peserta ratusan. Hal ini merupakan buah dari kunju-
ngan Ibu Meily dan Tim TPP lainnya ke Yayasan Pendidikan Katolik yang ada di
Makassar. Kegiatan Seminar Pendidikan diisi oleh tiga pembicara diantaranya ada-
lah Pastor Aidan yang baru menyelesaikan studinya. Dalam pelaksanaan kegiatan
ini, Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar berkenan berbagi cerita kepada
semua peserta tentang TPP, yang merupakan sebuah sukacita tersendiri yang
dirasakan Ibu Meily, yang terlihat di wajahnya yang tak henti-hentinya bersyukur
atas kese-diaan dan waktu Uskup yang sebenarnya cukup tidak terduga saat itu.
Kesuksesan Seminar Pendidikan pertama ini diputuskan untuk dilanjutkan
ke Tana Toraja yang direncanakan di dua lokasi yang berbeda dengan hari yang
berbeda. Kedua lokasi tersebut adalah Kota Makale dan Kota Rantepao yang meru-
pakan ibu kota provinsi Toraja Utara dan Toraja Selatan dengan target peserta yang
cukup besar di lingkungan pengajar di sekitar Kota Makale dan di sekitar Kota
Rantepao. Sejak awal rencana kegiatan ini sebenarnya saya sudah menyatakan diri

77
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

tidak siap untuk dapat terlibat di kegiatan ini. Hal ini karena kelemahan dan masalah
fisik terkait perjalan darat yang panjang. Makassar-Tana Toraja harus ditempuh
sekitar 8 jam perjalanan dengan kendaraan roda 4. Namun seperti biasa, Ibu Meily
memberikan semangat dan juga solusi agar saya dapat ikut serta dalam kegiatan
tersebut. Keistimewaan Ibu Meily bersama Ibu Vera dan Ibu Bernadeth sangat saya
rasakan saat keberangkatan dan kepulangan dari Tana Toraja. Bagaimana usaha
mereka agar saya bisa nyaman dan bertahan di dalam kendaran selama kurang lebih
8 jam.
Rangkaian kata yang tertulis ini merupakan sedikit tentang Meily Lunanta
Kouwagam yang saya kenal melalui Tim Peduli Pendidikan KAMS. Berkenalan
dengan Ibu Meily memberikan semangat positif dan sukacita dalam pelayanan yang
tidak hanya disampaikannya tapi juga dilakukannya dengan sepenuh hati. Ibu Meily
juga telah melakukan dengan tulus hati apa yang dituliskan dalam Kolose 4 ayat 2
dan ayat 5 sampai dengan ayat 6. Semoga langkah baru Ibu Meily untuk melanjut-
kan studinya merupakan jalan berkat untuk Ibu Meily dapat lebih berbagi dan ber-
bahagia dalam Tuhan Yesus. Saya mendoakan semoga Ibu Meily sekeluarga tetap
sehat dan bahagia selalu dalam lindungan Tuhan Yesus. Amin.
Kolose 4:2; 5-6: Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah
sambil mengucap syukur. Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang
luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh
kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawa-
ban kepada setiap orang.
***

78
Pelayanan Pendidikan

Nama Indah, Seindah dan Selembut Pribadinya


Dr. Henny Cecilia Somba, MARS,
Kepala RS Awal Bros, Makassar

M
eily Kouwagam, nama indah, seindah dan selembut pribadinya. Gadis
kecil yang sangat dimanjakan dalam keluarga, namun tidak memanjakan
dirinya. Sampai SMA, Meily selalu dalam pengawasan ketat orang tua
dan kakak-kakaknya, namun entah kenapa bila kami yang menjemputnya pasti
Meily diizinkan keluar. Dalam tatanan keluarga, Meily sebagai ponakan yang sangat
lincah, penuh senyuman. Dalam tatanan usia sebagai adik yang sangat supel dalam
bergaul dengan siapa saja, seorang yang ringan tangan dalam berbagai hal. Teru-
tama bila ada unsur didik mendidik, pendidikan serta lingkup pembelajaran, Meily
sangat antusias ikut serta.
Teringat pada pertengahan tahun 2010, secara kebetulan kami bertemu
dan berbincang lepas sampai saya menyampaikan kami keluarga besar TLSW
(keluarga besar mama saya empat saudara, sedangkan Meily dari keluarga papa
saya), bahwa kami akan mengadakan reuni keluarga. Spontan Meily meminta izin
bisa ikut. Terlebih saat saya menyampaikan tema reuni TLSW 2010 “Lepas rindu,
kompak bina generasi penerus keluarga berkarakter dan lebih berkualitas”. Ditam-
bah pokok-pokok materi pada reuni kami. Tanpa canggung dan penuh semangat
Meily menyatakan sangat berkeinginan untuk ikut. Singkat cerita reuni hari ke-3
sampai reuni hari ke-5 di Malino kami lewati bersama, bahkan tambahan tempat
penginapan spontan difasiltasi Meily….thanks God, Engkau mempertemukan kami
pada waktu yang tepat, kami mendapat bantuan fasiltas dari Meily dan saudaranya
Jinhard Kouwagam. Jadilah reuni TLSW semakin semarak, bermakna dan penuh
pencerahan dengan kehadiran Meily sebagai narasumber, motivator, inovator dan
konselor dalam materi-materi reuni, dan Yuri sebagai penengah dalam kuis dan

79
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

games dalam kegiatan kami. Spontanitas keikutsertaan Meily benar menjadi berkat
bagi reuni keluarga TLSW. Karena Meily terlibat sebagai saudara penuh kekeluar-
gaan dan membaur dengan semua peserta reuni sekitar 100 orang anak, menantu,
cucu dan cicit TLSW. Sesuatu yang memberi imbas cukup besar di akhir reuni.
Buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Ungkapan yang buat saya sangat
tepat bagi Meily. Kenapa? Sebagai keluarga sejak kecil kami mengenal dekat
keluarga pak Kho (Kouwagam). Kami mengenal pak Kho (ayah Meily) sebagai
kepala sekolah yang disiplin, tapi penuh perhatian pada keluarga terlebih masalah
pendidikan. Tidak pernah keluar kata “tidak bisa” saat ada permintaan orang.
Hal ini juga tergambar dalam pribadi Meily yang sudah kami lihat, rasakan
dan berkembang di beberapa komunitas. Dengan kehadiran Meily di tengah-tengah
komunitas semua rencana bisa berjalan karena keikutsertaan secara langsung dan
perhatian Meily Banyak komunitas yang bisa memberi testimoni tentang
keberadaan Meily. Hal ini juga turun kepada anaknya Lita Lunanta.
Benar-benar pohon keluarga Kouwagam yang sudah bertumbuh dan
berkembang dengan buah yang manis. Jiwa pendidik dari pak Kho, menurun kepada
Meily. Dan Meily tidak tinggal diam malah mengembangkannya pada anaknya, Lita.
Lita sebagai keluarga dan sahabat anak saya sejak SMA, teman kost di Depok sampai
wisuda di fakultas Psikologi Universitas Indonesia, perhatian dan motivasai Meily
sangat berarti dan berbuah manis pada mereka berdua. Semua ini berjalan lancar
dengan ditopang oleh suami tercintanya pak Lunanta. Proficiat buat Meily, Lunanta
dan Lita.
Meily, tetaplah setia sebagai pendidik, motivator, inovator, menjadi sumber
inspirasi bagi banyak orang. Tuhan memberkati setiap langkah mu dan perbuatan
tanganmu. Sukses dan bahagia selalu dalam Kasih-Nya. Sekadar coretan sebagai
tante sekaligus kakakmu.
***

80
Pelayanan Pendidikan

HAGGAI INSTITUTE
Saya adalah alumni pertama seminar Haggai di kota Makassar. Jadi tidak heran ka-
lau saya memiliki beban khusus terhadap pelayanan ini. Saya lihat apa yang diajar-
kan di Haggai Institute adalah sesuatu yang baik dan dapat memberkati calon-calon
pemimpin di seluruh dunia, namun bagi saya khususnya di kota Makassar, di mana
saya berada. Saya sangat mengagumi kepemimpinan dan integritas – dua aspek
yang menjadi penekanan di Haggai Institute. Saya sangat percaya bahwa inilah yang
dibutuhkan pemimpin bangsa kita saat ini. Oleh karena itu, walau sudah lebih dari
10 tahun melayani di Haggai Institute, saya tidak pernah bosan.
Saya percaya bahwa pelatihan kepemimpinan ini akan memberkati banyak
orang di seluruh Indonesia dan memberi dampak bagi kepemimpinan di masa
mendatang. Saya menekuni pelayanan ini bersama kawan-kawan di kota Makassar.
Pelayanan Haggai ini tetap berlangsung di Makassar sampai hari ini dan di seluruh
Indonesia dan bahkan di seluruh dunia.
***

81
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Meily Lunanta Kouwagam yang Saya Kenal


Maimunah Natasha
(Pembicara, Jakarta)

K etika saya diminta menulis tentang Meily yang saya kenal, rasanya begitu mu-
dah tetapi juga begitu sulit; mudah karena sudah lama kenal dan tahu banyak
tentang dirinya, susah karena banyak sekali yang bisa ditulis namun terbatas
oleh ruang. Saya percaya otobiografi yang akan diterbitkan ini akan sangat berguna
bagi para pembaca.
Meily adalah seorang yang berpendidikan tinggi dengan beberapa titel yang
melekat pada namanya. Meily juga adalah seorang pendidik yang memiliki talenta
dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan keagamaan. Sebagai seorang dosen
di salah satu sekolah teologi dan juga guru di sekolah minggu selama puluhan tahun,
Meily memiliki banyak anak didik yang tersebar di seantero Nusantara.
Saya kenal dengan Meily tidak lepas dari pelayanan kami di Haggai Indo-
nesia belasan tahun yang lalu. Pribadinya luwes, hangat, rendah hati, peduli, ramah,
selalu dalam keadaan cantik, memang Meily cantik sekali, dan selalu dalam keadaan
rapih.
Dalam belasan tahun perkenalan saya dengan Meily banyak hal-hal yang
menyenangkan dan yang sulit dilupakan. Tetapi tidak mungkin ditulis satu persatu.
Ada satu peristiwa yang saya tidak akan pernah lupa. Itu terjadi belasan tahun yang
lalu. Mungkin tahun 2006. Saya baru kembali dari Amerika tengah malam tetapi
harus mengajar ke Makassar. Jadi saya harus langsung berangkat ke Makassar
subuh itu juga. Saya tidak sempat pulang ke rumah. Saya tiba di bandara Makassar
pada jam tujuh pagi hari. Saya akan mulai mengajar jam 10 pagi. Sehingga saya pikir
saya akan memiliki kira-kira dua jam untuk istirahat di hotel. Saya dijemput oleh
tiga srikandi Makassar. Salah satunya adalah Meily.

82
Pelayanan Pendidikan

Kemudian baru saya ketahui bahwa seminar diadakan di Malino bukan Ma-
kassar. Jadi mobil langsung meluncur ke Malino. Ketiga srikandi mendampingi saya
sampai ke Malino. Setelah selesai mengajar pada jam dua siang, saya langsung di-
antar kembali ke Bandara Makassar. Karena saya harus kembali ke Jakarta untuk
pelayanan saya esok pagi. Meily dan dua srikandi yang lain mendampingi saya mulai
dari Bandara Makassar ke Malino dan kembali lagi ke bandara. Mereka sangat setia
dan mereka tetapi melayani dengan sukacita. Seingat saya mereka terus menghibur
saya sepanjang jalan pulang pergi bandara Makassar Malino. Saya tidak akan bisa
melupakan waktu yang kami lalui bersama yang sangat berharga tersebut.
Selama belasan tahun, kami sering bertemu dalam acara Haggai. Beliau
adalah salah satu pengurus di Makassar dari waktu belasan tahun yang lalu sampai
sekarang. Bila ditanya siapakah Meily yang saya kenal? Maka sulit sekali menjawab-
nya. Karena bisa sangat panjang. Untuk memberi gambaran seorang Meily yang
saya kenal secara singkat, maka saya mencoba membaginya dalam beberapa butir.
Seorang Pemimpin
Meily adalah seorang pemimpin yang sangat unik. Kita tahu banyak posisi kepe-
mimpinan yang dia pegang. Di samping sebagai dosen, beliau juga adalah Ketua
Umum Majelis Pendidikan Kristen untuk Wilayah Sulawesi Selatan. Bahkan tahun
kemarin ketika beliau terpilih kembali, beliau menyatakan keberatan karena ingin
ada regenerasi. Namun atas permintaan forum, akhirnya beliau terima juga posisi
tersebut. Di samping menjabat kepemimpinan di bidang pendidikan, Meily juga
seorang pemimpin di banyak organisasi dalam bidang yang berbeda. Salah satu
kepemimpinannya adalah tekun mengajar di Sekolah Minggu selama lebih dari 40
tahun.
Lady yang Selalu Tampil Cantik dan Rapi
Saya belum pernah bertemu Meily tidak dalam keadaan rapi dan cantik. Cantik me-
mang dibawa lahir tetapi senantiasa tampil menarik dan rapi tidaklah mudah. Meily
sangat mengerti menata diri untuk selalu tampil bukan saja cantik dan rapi, tetapi
juga anggun. Penampilan Meily selalu sempurna tetapi sederhana. Dengan wajah
yang selalu bersih dan terias cantik, pakaian yang selalu necis, dengan rambutnya

83
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

yang terurai panjang dan ikal menjadikan penampilan Meily sangat menyenangkan.
Bagi saya itu sangat luar biasa. Karena untuk selalu rapi butuh energi dan waktu.
Seorang Komunikator
Meily tanpa harus memperkenalkan dirinya, siapa saja yang bertemu dengan beliau
disambut dengan senyumnya yang merekah yang langsung membuat siapa pun
yang melihatnya merasa sejuk dan diterima. Meily selalu tampil hangat namun
luwes, manis dan bersahabat dalam hubungannya dengan siapa pun. Tidak pernah
memperlihatkan kemarahan maupun kekesalan. Di dalam pelayanan kita pasti
pernah merasa capek dan ingin diam saja. Tidak demikian dengan Meily. Dia selalu
tampil seperti sekuntum bunga yang merekah di msim semi. Kadang ketika kami
berjumpa dari matanya kelihatan Meily lagi capek. Tetapi senyumannya tidak
pernah meninggalkan wajahnya yang membuat siapa yang bertemu dia merasakan
kesejukan dan keramahan. Itu sebabnya saya katakan Meily adalah seorang komu-
nikator yang luar biasa, yang mampu mengatasi kelelahan dan tetap tampil manis
dan menarik. Saya bersyukur boleh mengenal beliau.
Pemimpin yang Melayani
Saya pernah membaca beberapa artikel tentang Meily. Beliau bukan hanya melayani
pada posisi tinggi seperti Ketua Umum Majelis Pendidikan, atau dosen saja, tetapi
Meily juga melayani sebagai Konselor di LK3. Di samping beberapa pelayanannya,
Meily juga melayani para penghuni Lapas Narkoba dan mendampingi para pecandu
narkoba. Tidaklah mudah bagi seseorang yang menduduki posisi terhormat dalam
dunia perguruan tinggi untuk turun mendampingi para pecandu narkoba. Bagi saya
itu adalah pemimpin dengan hati pelayan. Banyak sekali kita bertemu dengan pe-
mimpin hebat. Tetapi pemimpin yang menyaksikan kepemimpinannya dalam pela-
yanan itu tidak banyak.
Pemimpin yang melayani membutuhkan kerendahan hati yang tulus.
Benar bahwa Meily sangat rendah hati. Berkali-kali bila saya mengajar di Makassar,
Meily maunya mengantar saya ke kamar saya dan menjemput saya dari kamar.
Alasannya adalah saya adalah seorang Mami. Tetapi bagi saya itu tidak sepenuhnya
benar. Melayani adalah tanggungnjawab masing-masing. Saya merasa sangat risih

84
Pelayanan Pendidikan

dilayani demikian. Saya tahu Meily juga memiliki banyak tanggung jawab yang ha-
rus dia selesaikan. Untuk datang menjemput dari kamar dan mengantar kembali ke
kamar di malam hari, bukanlah hal yang lumrah. Saya tidak biasa dengan pelayanan
yang demikian sehingga saya selalu menolak. Tetapi sering sekali sebelum saya
keluar kamar Meily sudah tiba di kamar saya, dan setiap kali saya mau kembali ke
kamar Meily selalu mendampingi saya berjalan menuju ke kamar. Sungguh luar bi-
asa.
Demikian juga Meily selalu mendampingi kami ketika jam makan tiba.
Bukan itu saja, Meily selalu ingin membantu melayani dengan mengambilkan ma-
kanan kesukaan kami. Menurut saya itu hanya bisa dilakukan oleh seorang yang
memiliki hati hamba.
Sebagai seorang pemimpin dan seorang ibu rumah tangga, Meily pasti sa-
ngat sibuk. Tetapi hati pelayanannya sangat kuat. Seingat saya setiap kali saya
mengajar di Makassar, maka saya selalu melihat Meily hadir di ruangan. Terkecuali
bila beliau ada tugas mengajar atau meeting. Bila waktunya bentrok maka Meily
akan minta waktu untuk mengurus urusannya. Artinya, setiap kali saya di Makassar,
saya melihat waktu Meily banyak sekali yang dipergunakan untuk melayani. Itulah
makna Meily, seorang pemimpin yang melayani. Sungguh luar biasa.
Pemimpin yang Antusias
Kami sering ngobrol di saat-saat jam makan maupun coffee break. Kami juga ngo-
brol ketika Meily menjemput saya dari kamar atau mengantar saya dan sepanjang
perjalanan menuju ruang seminar bahkan ketika berjalan di mall. Dalam setiap per-
temuan dan saat ngobrol, Meily selalu tampil antusias. Sepertinya Meily memiliki
energi yang tidak pernah habis.
Ketika tiga cucunya lahir dan Meily pasti juga sangat cemas, Meily tetap
terdengar ceria. Bahkan ketika mendapat kabar bahwa ketiga cucunya dibawa pu-
lang oleh Tuhan, walaupun suara Meily bergetar, tetapi semangatnya luar biasa.
Ketaatannya kepada Tuhan diperlihatkan pada saat-saat demikian. Meily berpegang
teguh kepada pimpinan Tuhan dan berserah dengan tidak mengeluh. Semangatnya
tidak kendor. Puji Tuhan.
85
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Setia dan Konsisten


Saya kadang heran mengapa sepertinya Meily tidak pernah capek melayani.
Akhirnya saya mengerti bahwa Meily banyak belajar dari sang ayah yang memiliki
dedikasi tinggi dan konsisten, yang mengajarkan kepada Meily dan saudara-
saudaranya untuk melayani seperti seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Ayahnya
mengajarkan kepadanya untuk ‘setia dalam hal-hal kecil, agar menjadi berkat bagi
banyak orang dalam jangka panjang.’ Ayahnya juga mengajarkan ‘jangan memilih
pekerjaan berdasarkan bayarannya, namun berdasarkan manfaatnya untuk orang
lain dan untuk kemuliaan Tuhan.’ Motto seorang bapak yang telah turun kepada
sang putri dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Banyak yang ingin saya tulis tentang sosok yang bernama Meily ini. Tetapi
agar orang lain juga mendapat ruang untuk mengekspresi-kan siapa Meily saya
ingin menutup tulisan ini dengan berdoa,
Tuhan yang baik, terima kasih telah memberikan saya seorang teman,
seorang saudara dan seorang anak seperti Meily untuk mewarnai hidup
saya. Saya berdoa Tuhan selalu memimpin dan mendampingi hidup
Meily dengan penuh harapan dan penyertaan Tuhan. Lindungi Meily
dari segala hal yang tidak baik, berkati dia dengan semua yang terbaik
baginya. Jadikan dia alat Tuhan dan terang bagi keluarganya serta bagi
orang banyak. Jadikan hidupnya berguna bagi manusia dan me-
nyenangkan hati Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
Yesaya 40:31, ‘tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN men-
dapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan
kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan
tidak menjadi lelah.’
***

86
Pelayanan Pendidikan

Available
Basuki Tri Nugroho
Ketua IAHI Makassar

B
u Meily, sory mendadak, tolong besok Ibu bisa jemput faculty ya. Ibu bisa
cari teman untuk menemani?”
“Oh bisa Pak Bas, gampang nanti saya atur.”
Itulah Bu Meily. Tidak kelihatan menonjol tetapi mudah didapatkan saat
kami memerlukan. Dalam kepengurusan dan kepanitiaan hampir selalu sebagai mo-
bilisator, tetapi jika dibutuhkan selalu available, entahkah itu di penjemputan, hos-

87
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

pitality, sampai membantu administrasi mempersiapkan berbagai formulir dan ma-


teri seminar. Setiap seminar Bu Meily akan datang pagi-pagi dan pulang setelah
seminar selesai. Saya sering melihat Bu Meily bersedia pulang agak malam supaya
bisa menemani faculty makan malam atau rapat evaluasi.
Relasi Bu Meily yang banyak sangat membantu kami bukan hanya dalam
rekrutmen peserta, tetapi juga untuk keperluan-keperluan teknis. Cekatan dalam
bertindak dan simple dalam prosesnya. Saya tidak pernah segan untuk minta ban-
tuannya jika kami memerlukan.
Rapat persiapan seminar biasanya dihadiri oleh tidak terlalu banyak orang.
Namun, Bu Meily selalu mengusahakannya. Saya hampir selalu melihat Bu Meily
hadir rapat tidak dari rumah, tetapi dari berbagai tempat karena urusannya.
Artinya, di tengah kesibukannya, rapat kita selalu diutamakan Bu Meily untuk hadir.
Kita tahu bahwa komitmen dan kesungguhan seseorang akan menyemangati yang
lain untuk bekerja.
Bu Meily adalah angkatan pertama Haggai di Makassar. Tahun 2008 Bu
Meily sempat menjadi ketua panitia seminar di hotel Yasmin Makassar. Dari situ
muncul banyak teman yang aktif dalam kepengurusan selanjutnya. Banyak teman
alumni yang karena kesibukannya tidak aktif lagi, tetapi Bu Meily tidak pernah ter-
putus, tiap tahun jika sedang ada di Makassar pasti akan terlibat dalam kerja kepa-
nitiaan seminar, sampai sekarang.
Bu Meily pernah berkata kepada saya, “Saya senang melayani di Haggai ka-
rena nilai utamanya adalah pemberitaan kabar baik dan integritas. Saya merasa
aman dalam wadah ini karena tujuannya jelas dan cara kerjanya benar.” Bu Meily,
terima kasih ya untuk support dan keterlibatan Ibu dalam Ikatan Alumni Haggai
Institute Makassar. Kesetiaan, semangat dan kegembiraan Ibu menyemangati kami
semua.
***

88
Pelayanan Pendidikan

Yayasan Gamaliel
Seperti yang sudah disinggung di atas, ayah saya adalah salah satu pendiri Yayasan
Gamaliel yang membawahi sekolah Gamaliel (PG sampai SMU). Saya terlibat di sini
sebagai salah satu anggota yayasan. Sekolah Gamaliel berdiri kurang lebih 50 tahun
lalu karena ada kebutuhan anak-anak orang Tionghoa untuk bersekolah, sedang
pada masa itu sekolah Tionghoa ditutup oleh pemerintah akibat imbas dari G30S.
Dari yang awalnya hanya tiga kelas kini Sekolah Gamaliel telah menjelma menjadi
sekolah dengan fasilitas lengkap untuk mendidik anak dari usia dini sampai SMU.
***
89
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Bersama Ibu Meily Anda Merasa Istimewa


Andre Steven Oroh
(Pengusaha, Makassar)

P
epatah yang mengatakan, “Seorang musuh terlalu banyak. Seribu teman ter-
lalu sedikit” mungkin sangat cocok dikenakan kepada ibu Meily. Dia adalah
tipe seorang yang selalu ingin menjalin persahabatan dengan setiap orang.
Setiap lapisan masyarakat. Setiap strata sosial. Dan dia mewujudkannya. Hal itu bisa
terlihat dari teman-teman yang ada di sekitarnya. Dari kalangan bawah sampai
dengan para elite politik ataupun selebriti.
Ketika Anda bergaul dengan dia, Anda akan merasa Anda adalah temannya
yang istimewa! Itulah kehebatannya dalam menjalin persahabatan. Anda tidak akan
merasa Anda nomor dua. Selalu nomor satu di hadapannya.
Tumbuh dan hidup dalam sebuah keluarga pendidik telah menjadikan Ibu
Meily seorang pribadi yang sangat hangat dalam pergaulan. Dia mampu menye-
suaikan diri dengan lingkungan di mana dia berada. Saya teringat dengan panggalan
puisi Rudyard Kipling “If” manakala berbicara tentang sikap dan kepribadian seperti
ini.
“...If you can talk with crowds and keep your virtue,
Or walk with Kings—nor lose the common touch,...”
Ibu Meily telah menerapkan prinsip-prinsip puisinya Kipling ini. Hal mana
juga ada kalanya bisa disalah mengerti oleh mereka yang kurang mengenal
kepribadiannya yang bisa akrab dengan semua orang itu. Mengenal Ibu Meily akan
membuat Anda memperoleh motivasi dan inspirasi dari seorang yang banyak mem-
iliki pengalaman yang berharga dan menarik. Karena dia dengan senang hati
menceritakan pengalaman-pengalaman nya itu kepada Anda.

90
Pelayanan Pendidikan

Memiliki seorang suami yang sabar dan tidak banyak bicara, Pak Lunanta,
tidaklah membuat dia seorang wanita atau istri yang otoriter. Hal itu bisa terlihat
dari hubungan mereka yang tetap harmonis setelah mengarungi puluhan tahun ke-
hidupan berumah tangga mereka.
Namun dibalik kelembutan dan kehangatan dalam bergaul, Ibu Meily me-
miliki kemampuan seorang wanita yang dapat bertindak dengan tegas manakala
diperlukan.
Dibesarkan di tengah-tengah saudara-saudaranya yang semua lelaki serta
kaya dengan pengalaman bertemu dan bergaul dengan banyak jenis orang membu-
atnya bisa seperti itu. Tegas dan berani menghadapi suatu yang tidak benar.
Saya mendengarkan dengan sangat antusias sendiri cerita dia tatkala
menghadapi rekan bisnis suaminya yang berusaha menipu mereka. Ibu Meily dapat
bertindak dengan sikap tegas menghadapi orang tersebut dan dengan sikap yang
tepat dan tegas untuk menyelesaikan masalah itu. Serta memenangkannya dengan
gemilang!
Sudah lama kita tidak ketemu karena kesibukan masing-masing, juga ka-
rena pandemic COVID-19 ini. Saya rindu kumpul lagi, kalau Tuhan mengizinkan
kami bisa melewati krisis ini. Pasti ada banyak pengalaman menarik yang bisa saya
dapatkan dari Ibu Meily ketika kami berkumpul.
***

91
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Alat Peraga Menghargai Sesama


Indarto
(Koordinator Pendidikan Sekolah Gamaliel, Makassar)

S
eorang sahabat adalah harta yang sangat berharga dalam kehidupan. Sebuah
kalimat yang pernah saya dengar dari ungkapan tutur kata ibu Meily.
Ketika mendengar kalimat ini, pikiran saya melayang pada Firman Tuhan
yang mengajarkan tentang “Satu orang berharga di mata Tuhan.” Sepanjang perja-
lanan persahabatan saya dengan beliau, memang saya merasa diperlakukan sebagai
sahabat yang berharga. Saya juga memerhatikan bagaimana beliau bersahabat
dengan banyak orang, dari lapisan atas, menengah, sampai paling bawah, dalam
berbagai komunitas, yang tidak dibatasi oleh suku, ras dan agama, beliau memper-
lakukan setiap sahabatnya berharga, tidak membedakan status strata maupun sta-
tus harta, bahkan dari berbagai usia.
Salah satu komunitas yang di dalamnya saya juga bergabung adalah pada
organisasi Majelis Pendidikan Kristen Wilayah Sulselbara, beliau memegang peran
sebagai Ketua yang sekarang sudah berjalan memasuki masa bakti yang kedua.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, beliau menerapkan semboyannya
di atas, menjaga dan merangkul semua perbedaan untuk didorong bisa menjalan-
kan peran untuk saling menghagai sesama, dengan prinsip perbedaan itu indah,
bagaimana kita bisa berhamoni dalam kebersamaan yang bermakna.
Semangat melayani yang tinggi tidak peduli bagaimana orang menilai, yang
penting bagi beliau adalah menjalani hidup untuk kebermaknaan di dalam Tuhan.
Saya bersyukur kepada Tuhan atas anugerah sahabat yang Tuhan jadikan
sebagai alat peraga dalam menghargai sesama.

92
Pelayanan Pendidikan

Kiranya Tuhan Yesus senantiasa memelihara dan memberkati Ibu Meily


dan keluarga, dan menjadikannya berkat bagi banyak jiwa. Ibu Meily, selamat me-
layani.
***

93
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

STT Jaffray Makassar


Selain menjadi dosen di STT Jaffray, saya juga menjadi anggota yayasan Jaffray. Sa-
lah satu kesenangan menjadi dosen di sini adalah kesempatan bertemu berbagai
mahasiswa dari seluruh pelosok Indonesia. Dalam mengajar, saya selalu berusaha
menjadikan mahasiswa seperti anak-anak sendiri. Saya berbagi hidup dengan
mereka. Saya berbagi dunia dengan mereka.
Dalam mengajar, saya berusaha tidak monoton. Karena itulah dalam kelas
yang saya ajar, kadang kami belajar di pantai. Saya kadang membuat seragam bagi
mereka. Kami juga punya group whatsapp. Semua ini membuat mahasiswa tidak
bosan dan dengan begitu pelajaran yang disampaikan akan lebih efektif.
***

94
Pelayanan Pendidikan

Bersama Kelas Alat Peraga

Bersama Mahasiswa STT Jaffray

95
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Sang Pelayan Anak


Pdt. Dr. Daniel Ronda, Th.M
(Ketua Sinode Gereja Kemah Injil Indonesia)

I
bu Meily Lunanta-Kouwagam sudah saya kenal sejak kami sama-sama maha-
siswa di STT Jaffray walaupun saat berkuliah itu beliau sudah berkeluarga.
Beliau aktif di kampus dalam pelbagai kepanitiaan dan juga sebagai pengurus
pelayanan mahasiswa seperti penginjilan. Dia sangat terlibat layaknya seorang ma-
hasiswa yang masih bujangan seperti kami-kami ini. Ini menunjukkan bahwa sejak
awal masuk kampus Jaffray beliau sudah bertekad melayani Tuhan. Kami kemudian
meninggalkan kampus di tahun 1990.
Saya kemudian balik ke almamater di STT Jaffray Makassar di tahun 1994
sebagai dosen. Saya mendengar waktu itu Ibu Meily setia mengajar Sekolah Minggu
di GKI Samiun dan tentunya sebagai aktivis yang juga menopang kegiatan suami
dalam bisnisnya. Ketika saya menjadi Wakil Ketua 1 Bidang Akademik saya meminta
beliau menjadi dosen paruh waktu (part time) di STT Jaffray sebagai Dosen Alat
Peraga (media pembelajaran). Beliau senang menerima tugas itu dan terus setia da-
lam pelayanan mengajarnya. Mahasiswa mendapat kesan yang baik dan kekuatan
Ibu Meily adalah relasinya yaitu bagaimana membangun kehangatan dan kekom-
pakkan dalam kelas. Mereka kerap kali menampilkan karya mereka di acara ibadah
kapel di kampus STTJ. Begitulah dari tahun ke tahun beliau melakoninya dengan
tekun dalam mengajar mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Kristen (PAK).
Bagi sebagian orang dalam dunia teologi, apa yang dilakukan Ibu Meily ter-
lihat seperti tak ada artinya. Dia bukan seorang teolog yang menuliskan karya-karya
teologis yang besar. Ia hanya seorang dosen Pendidikan Agama Kristen yang sedang
menyiapkan mahasiswa menjadi pelayan anak atau seorang guru di sekolah. Tetapi
pelayanan terhadap anak adalah yang paling penting dalam gereja. Ironisnya pela-
yanan anak sering disepelekan dan anggaran gereja pun ala kadarnya. Sebaliknya
96
Pelayanan Pendidikan

seorang Ibu Meily mengerti pentingnya pembentukan spiritualitas dan kepribadian


anak-anak sejak dini. Itu sebabnya dia rela mengajar walaupun sebenarnya honor
tidak ada artinya bagi dia. Bukan itu yang dicarinya, tapi membentuk mahasiswa
menjadi pelayanan anak yang berdedikasi.
Bagi saya dedikasi kepada pelayanan anak sama pentingnya dengan gem-
bala atau teolog. Sudah waktunya pelayanan anak mendapatkan perhatian yang
serius dalam gereja dan dunia pendidikan teologi. Jangan lagi fasilitas untuk ibadah
anak masih ala kadarnya menumpang di gereja umum, tidak ada anggaran yang
cukup untuk melatih tenaga guru Sekolah Minggu, dan kurikulum pelayanan anak
dibuat seadanya. Ini waktunya diubah. Belum lagi saat ini banyak gereja yang tidak
ramah terhadap anak dan hak anak. Tanpa perubahan paradigma soal pelayanan
anak, maka dipastikan gereja akan kehilangan generasi di masa yang akan datang.
Kekristenan akan menuju kepada penurunan dan kematian jika pelayanan anak di-
abaikan. Dedikasi Ibu Meily dari sebuah kesetiaan datang ke kampus mengajarkan
mahasiswa hendaknya dijadikan teladan dan menyadarkan kita masih banyak orang
yang mau berkorban untuk melayani anak-anak dengan penuh komitmen.
Jika Yesus dengan gamblang menegur para murid dan orang yang percaya
kepada-Nya pada waktu anak-anak dihalangi berjumpa, Yesus dengan tegas menga-
takan: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang
kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga”
(Matius 19:14). Sudah waktunya pengabdian sang pelayan anak ini juga dihargai di
mana gereja mulai bahu-membahu menjadikan gereja mereka gereja yang ramah
kepada anak. Dengan demikian tercapailah panggilan pelayanan yang dikerjakan
hamba-Nya Ibu Meily. Beliau bukan minta apresiasi dan pujian namun menjadi
suatu pemenuhan atau pencapaian (fulfillment) baginya jika gereja memedulikan
anak lebih sungguh lagi. Itulah harapan sang pelayan anak yang patut disuarakan
tanpa henti. Anak itu berharga di mata Tuhan.
***

97
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Kak Meily, Seorang yang Friendly and Care


Pdt Leonard Sumule, Ph.D
(Dosen STT Jaffray Makassar)

P
ertama kali saya bertemu dengan Ibu Meily Lunanta pada saat saya berada
di tahun ketiga di STT Jaffray Makassar, tahun 1988. Kesan pertama saya
untuk Kak Meily, panggilan saya untuk Ibu Meily, adalah seorang pribadi
yang sangat akrab dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini terlihat dari banyaknya
teman-teman kuliah setingkatnya yang selalu bersama-sama dengan dia saat dia ada
kampus.

98
Pelayanan Pendidikan

Oleh karena saya adalah kakak tingkat waktu itu, saya agak sungkan untuk
memperkenalkan diri kepada Kak Meily. Tetapi, rupanya pribadi Kak Meily yang
begitu friendly dengan siapa saja, dialah yang datang berkenalan dengan saya. Sejak
itu, saya semakin mengenal kehidupan, keluarga dan beban pelayanan yang Tuhan
berikan kepada Kak Meily.
Setelah tamat dari STT Jaffray tahun 1991, saya kembali melayani di Kali-
mantan Timur, tempat masa PKL saya. Saat saya berada dalam pelayanan di Ka-
limatan Timur, beberapa kali saya dapat kesempatan mengunjungi Makassar. Setiap
saat, bila saya balik ke Makassar, Kak Meily selalu mencari waktu untuk bisa sharing
dengan saya sehubungan dengan pelayanan pendidikan dan penginjilan yang meru-
pakan passion-nya. Beberapa kali saya sempat diajak ke rumah nya untuk makan
bersama-sama dengan keluarganya, baik saat saya masih bujang maupun setelah
menikah. Itu sebabnya, saya dan istri saya kenal baik dengan suami, Pak Lunanta
dan kedua anak mereka, Lita dan Rinaldy.
Saya baru sadar sekarang bahwa pembicaraan kami kalau bertemu dulu
sebagian besar tentang pendidikan. Rupanya, kami berdua dilahirkan dan bertum-
buh dalam keluarga pendidik. Ayah dan ibu saya adalah guru. Begitu pula, orang tua
dari Kak Meily. Contoh dan teladan hidup dari orang tua Kak Meily sangat terlihat
dalam kehidupannya. Keramahan saat bersama kuliah dulu di STT Jaffray terus
nampak dalam keramahannya saat menjadi dosen di STT Jaffray, terhadap sesama
dosen dan para mahasiswa di kampus.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, saat keluarga kami kembali ke Ma-
kassar untuk melayani Tuhan di STT Jaffray, saya diizinkan Tuhan untuk dapat me-
layani bersama-sama dengan Kak Meily.
Banyak mahasiswa yang mengambil mata kuliah saya, Pendidikan Agama
Kristen Remaja-Pemuda, memberitahukan bahwa mereka sangat terkesan dan
beruntung dapat mengambil matakuliah yang diajarkan oleh Kak Meily Pendidikan
Kristen & Alat Peraga. Mereka tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan teori
pendidikan dari Kak Meily tetapi juga mereka mendapatkan “seorang ibu” dalam
kehidupan mereka. “Kami tidak merasakan Ibu Meily sebagai dosen saja, tetapi juga
99
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

dia adalah ‘ibu kami’ di kampus STT Jaffray. Kami bisa curhat apa saja dengan be-
liau. Dia selalu mendengarkan dan membimbing kami,” ungkap salah satu maha-
siswa saya. “Kalau kami curhat dengan Ibu Meily, dia selalu memeluk kami. Dia sa-
ngat care dengan kami,” sambung salah seorang mahasiswi yang lain.
Doa saya, kiranya Kak Meily terus menjadi berkat bagi banyak orang dan
selalu menjadi teladan bagi calon-calon pendidik masa depan.
“People don’t care how much you know, until they know how
much you care.” Theodore Roosevelt
***

Bersama Pdt. Leo Sumule

100
Pelayanan Pendidikan

Kasih Bagi Hidup Saya


Helber
(Mahasiswa STT Jaffray Makassar)

S
aya adalah orang yang tidak pernah menolak dengan tugas atau tawaran yang
diberikan, contohnya dalam masa-masa sekarang, masa sibuk dalam peker-
jaan kami. Puji Tuhan saya dipercayakan bekerja di Panwascam Malinau
Utara (Pengawas Kecamatan). Dengan pekerjaan ini tentunya banyak kesibukan
yang dilakukan namun sayapun tidak lupa untuk menuliskan tulisan ini karena ini
sangat penting bagi mommy.
Hal yang selalu mommy inginkan adalah ketika orang lain dapat menulis-
kan tentang hidupnya, yang akan memotivasi dirinya untuk terus berkarya. Hara-
pan mommy dengan tulisan-tulisan ini dia dapat dikenang dan dapat dijadikan
teladan hidup di hari mendatang. Harapan sayapun demikian, saya rindu melalui
tulisan ini, bukan hanya saya yang mendapatkan kasih ini melainkan orang lain
juga.
Cerita singkat pertama kali mengenal mommy, saya bertemu dengan
mommy di kelas Alat Peraga. Saya adalah mahasiswa angkatan 2015 yang biasanya
mudah bergaul, tetapi saat saya bertemu dengan mommy saya tidak dapat berbuat
apa-apa, karena melihat penampilan mommy yang menurut saya tidak akan bisa
bergaul dengan kami. Setelah mommy memperkenalkan nama dan saya melihat
cara mommy berbicara, saya seperti tidak yakin ada orang yang seperti mommy,
yang bersedia memberi diri untuk melayani dan mau memberi diri untuk mengapdi
mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jaffray Makassar.
Seiring berjalannya waktu dalam peroses belajar-mengajar ada saja yang
mommy berikan kepada kami, sebagai wujud kasihnya kepada kami. Mommy tidak
hanya mengajarkan kepada kami bagaimana mewujudkan kasih kepada orang lain,
101
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

tetapi mommy sendiri yang menjadi center alat peraganya untuk bertindak
melakukan kasih kepada kami. Melalui sikap mommy yang mendukung kami,
memotivasi kami, bahkan selalu memberi waktu bagi kami di luar dari jam perkuli-
ahan kami, yang mungkin menurut orang lain hal ini sederhana, tetapi saya yang
merasakannya, hal ini merupakan hal yang luar biasa dalam hidup saya.
Sikap inilah yang membuat panggilan saya diteguhkan dan semakin se-
mangat untuk melakukan kebaikan karena melihat sikap mommy yang rendah hati.
Yang menjadi pendukung saya untuk menjadi semangat adalah yang pertama ketika
mommy memberi diri untuk mengajar di STFT Jaffray Makassar.
Dan yang kedua, mommy bukan hanya menjadi Dosen kami, tetapi juga
menjadi orang tua bagi kami. Menjadi tempat kami berbagi cerita hidup, pergumu-
lan hidup, bukan hanya bersedia mendengarkan tetapi juga memberi dukungan bagi
kami. Saya yakin dan percaya bukan hanya saya yang mengalami kasih yang diberi-
kan mommy kepada saya, melainkan teman-teman juga pasti merasakan demikian.
Sosok pribadi yang saya temui dari mommy adalah hati hamba yang berse-
dia melayani, bersedia ada kepada anak-anaknya yang membutuhkan penguatan.
Salah satu dosen yang masih berkomunikasi dengan saya sampai hari ini adalah
mommy Meily Lunanta. Inilah sosok orang tua yang saya maksudkan, yang ada
bukan hanya saat berada bersama, meski kami tidak bersamaan saat ini atau ber-
beda pulau tapi bentuk kasih dan kepedulian mommy itu masi saya rasakan sampai
hari ini.
Belajar dari kehidupan mommy memotivasi saya untuk tidak menunda un-
tuk melakukan kebaikan. Terima kasih momi, kiranya Tuhan Yesus terus member-
kati mommy dalam pekerjaan dan pelayanan. Salam dari anakmu, Helber.
***

102
Pelayanan Pendidikan

My Teacher, My Superhero
Angelina Berliana
(Mahasiswi STT Jaffray)

S
yalom buat kita semua Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yesus oleh
karena kebaikan-Nya dalam hidup kita semua. Di sini saya akan memperke-
nalkan seseorang yang sangat luar biasa, mengapa saya katakan luar biasa?
Nanti saya akan bahas dalam tulisan ini.
Dia adalah wanita yang luar biasa dan tangguh yang Tuhan pakai dalam
melayani baik itu gereja, di sekolah maupun di tempat lain. Beliau adalah Ibu Meily
tetapi biasanya kami panggil Mom. Saya bersyukur bisa mengenal beliau, beliau
tidak hanya baik tetapi juga rendah hati. Bagi saya mom adalah seorang figur yang
mencintai Tuhan dengan sepenuh hatinya, terlukiskan lewat hidup beliau. Mom
adalah orang bijaksana, lemah lembut dan kalau saya bisa katakan Mom tidak
pernah marah atau memang tidak bisa marah. Mom itu selalu terseyum, Mom baik
kepada orang-orang tidak peduli siapapun orang itu. Mom tetap mengasihi tanpa
membeda-bedakan dan selalu membagi berkat lewat pengalaman hidupnya. Itu
yang membuat saya dan teman-teman saya sangat diberkati dan senang kepada
Mom.
Sedikit pengalaman saya selama mengenal Mom, suatu hari, sewaktu Mom
mengajar kami di kelas ada salah satu teman saya yang tidak masuk kelas saya tidak
tahu apa yang menjadi alasannya. Mom karena terlalu sayang dengan semua maha-
siswanya akhirnya Mom menelepon teman saya ini. Saat itu saya duduk di bangku
paling depan, saya hanya memerhatikan apa yang Mom lakukan di dalam kelas,
tetapi dalam hati saya berkata “Ada yah dosen yang mencari mahasiswanya yang
tidak tahu alasannya kenapa tidak bisa masuk kelas?” Padahal kalau dipikir untuk
apa dicari kalau memang tidak ada keterangan, pakai logika aja, ini yang butuh nilai
siapa? Mahasiswa kan? Tetapi yang cari ini Mom selaku dosen kami di kelas, kalau

103
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

dipikir mending dialpakan saja, kenapa Mom harus mencari sampai menelpon. Saya
hanya heran melihat Mom melakukan hal itu kepada teman.
Tetapi saya tetap berpikir positif saja, karena Mom ingin lihat kami semua
lulus dengan nilai terbaik, itu yang terlintas dalam pikiran saya. Mulai hari itu saya
selalu memerhatikan Mom selama mengajar kami di kelas, itu sedikit pengalaman
saya dengan Mom. Di sini saya belajar bahwa jiwa seorang ibu ada di dalam diri
Mom, tidak pandang apakah itu anak kandung atau bukan, jika kita sudah memiliki
kasih sudah pasti ada yang kita korbankan, seperti Mom dia mengorbankan waktu,
tenaga dan seluruh hidupnya hanya untuk kami anak-anaknya. Terimakasih Mom
sudah mau menjadi sosok ibu yang mendidik kami semua.
Semoga lewat cerita ini siapapun yang membaca buku ini bisa memberkati
kalian semua. Pesan saya buat kita semua bahwa kasih itu tidak ada batasnya dan
jangan membanding-bandingkan jika kita ingin berbagi kasih. Tuhan Yesus mem-
berkati kita semua. Amin.
***
Berikut beberapa foto kebersamaan kami dengan Mom

104
Pelayanan Pendidikan

Motivasi Seorang Ibu yang Penuh Kasih


Novelik Agung
(Mahasiswa STT Jaffray Makassar)

P
ertama-tama saya sangat bersyukur kepada Tuhan, yang mana Tuhan telah
mempertemukan saya dengan seorang dosen sekaligus orang tua bagi saya.
Sejak saya kenal dengan Ibu Meily ada banyak hal yang saya pelajari dari Ibu.
Ia selalu mengingatkan untuk saling peduli terhadap orang lain. Kebetulan saya saat
105
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

itu dipercayakan jadi ketua kelas dan waktu itulah saya belajar banyak tentang be-
liau, terutama “tanggung jawab”. Selama saya mengikuti kelas media pembelajaran
PAK, kesan pertama yang paling tidak bisa dilupa yaitu, saat-saat semua nyaman
untuk curhat dan menceritakan pengalaman hidup bersama di dalam kelas, terma-
suk Ibu Meily juga hehehe.
Kesan kedua, bisa jadi pendengar yang baik yaitu dengan mendengarkan
apa yang dibagikan oleh ibu dan teman-teman. Bisa memikirkan apa rencana yang
akan saya lakukan ke depan lewat mind map yang dikerjakan (jadi rindu suasana
kelas dengan ibu). Jujur di setiap jam kelas selalu ada sesi bapernya. Iyaa itu tadi
(curhat), di sana pembahasan sangat privasi jadi kalau mau tahu ayo belajar sama
beliau. Beliau juga mengajarkan kami pengalaman hidupnya bersama Tuhan, yang
mana beliau begitu setia, taat, peduli dan bertanggung jawab atas keparcayaan yang
Tuhan berikan kepada beliau.
Kiranya melalui buku ini ada banyak yang diberkati. Buku ini menceritakan
perjalanan hidup sosok seorang ibu yang penuh dengan kesetiaan, dan tanggung
jawab seorang ibu yang sangat peduli dan perjuangan yang begtu luar biasa dalam
hidupnya. Kiranya Tuhan Yesus selalu menyertai kehidupan ibu dan kelurga dan
selalu diberikan kesehatan, semua yang ibu kerjakan Tuhan sertai. Amin.
Saya Novelik Agung mewakili teman-teman kelas Media Pembelajaran PAK
mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Meily.
***

ACSI
ACSI (Association Christian School International) atau asosiasi pendidikan Kristen
bertaraf Internasional, masuk ke Makassar kira-kira belasan tahun yang lalu. Sejak
saat itu saya sudah bergabung dengan organisasi ini. ACSI ini hanya bekerja sama

106
Pelayanan Pendidikan

dengan dunia pendidikan Kristen. Alasan saya bergabung di ACSI semata-mata ka-
rena saya cinta dunia pendidikan sehingga organisasi apa pun yang berkaitan
dengan dunia pendidikan, saya ingin terlibat di dalamnya.
ACSI bekerjasama dengan sekolah-sekolah Kristen menyediakan modul-
modul yang baik bagi dunia pendidikan supaya pendidikan Kristen dan guru-
gurunya makin berkembang.

ISKA
ISKA (Ikatan Sarjana Katholik) adalah sebuah komunitas di mana para sarjana
Katholik bisa berkumpul untuk saling melayani dan berbagi. Ini adalah sebuah
komunitas pelayanan di bidang kemanusiaan. Di sini saya menjabat sebagai
penasihat. Saya senang bisa ada di ISKA karena saya bisa bertemu orang-orang yang
hebat untuk bertukar pikiran, membangun kebersamaan dalam kasih per-
saudaraan.

107
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Keakraban Seorang Sahabat


Bernadeth Tongli, S.E,M.Si, Ph.D
(Dosen, di Makassar)

S
aya mengenal Bu Meily Lunanta lewat Pak Julius Tedja saat ingin mengak-
tifkan kembali Tim Peduli Pendidikan di Keuskupan Agung Makassar. Kami
bertemu di sebuah restauran di Makassar dan rupanya diundang secara ber-
sama dengan beberapa orang untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan
kepedulian pendidikan di KAMS. Perjumpaan itu hanya sepintas dan tidak sempat
mengenal satu dengan yang lain. Dari pertemuan pertama ini saya mengenal Ibu
Meily sebagai seorang yang ramah dengan senyumnya yang khas dan cantik.
Selanjutnya kami tergabung dalam tim peduli pendidikan di mana bu Meily
diangkat sebagai ketua dan kemudian masuk dalam suatu grup WA yang sama. Se-
jak itu, kami sering bertegur sapa hanya sebatas lewat grup WA saja.
Pada kesempatan yang lain, saya dipanggil oleh Ikatan Sarjana Katolik In-
donesia DPD Sulawesi Selatan untuk bertatap muka dengan Walikota Makassar dan
juga akan mengadakan kunjungan ke harian Fajar bersama dengan para pengurus
Ikatan Sarjana Katolik DPD SulSel. Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk
perkenalan pengurus dan sekaligus meminta dukungan pemerintah setempat dan
media kepada pengurus yang baru saja dilantik pada saat itu. Pada organisasi ini
saya dipercaya sebagai bendahara dan Ibu Meily sebagai penasihat. Pada kesem-
patan ini kami kemudian menjadi lebih akrab karena hanya tiga orang perempuan
yang hadir di antara 15 orang peserta.
Komunikasi yang intens di antara kami berlangsung di dua grup WA yaitu
ISKA dan TPP menjadikan kami semakin akrab dan juga menjadikan saya lebih se-
mangat untuk terlibat dalam beberapa kegiatan di Tim Peduli Pendidikan. Kami pun
senantiasa berbagi informasi dan saling menguatkan satu dengan yang lain sebagai
sesama perempuan yang aktif dalam berbagai kegiatan di lingkup keuskupan. Dan
108
Pelayanan Pendidikan

yang lebih penting lagi bahwa kami mempunyai latar belakang yang sama di mana
profesi orang tua sama-sama pendidik atau guru di zamannya, sehingga mungkin
dengan latar belakang inilah ada beberapa persamaan diantara kami dalam me-
mandang perkembangan pendidikan di Kams.
Tim peduli pendidikan yang dipimpin oleh Ibu Meily berangsur-angsur
melakukan kegiatan yang didahului dengan seminar pendidikan di Kota Makassar,
dan seminar serupa rencananya akan diadakan di masing-masing kevikepan di wila-
yah Keuskupan Agung Makassar. Pada pelaksanaan kegiatan seminar di Kevikepan
Toraja kemudian dipercayakan kepada saya selaku ketua pelaksana. Saat itu Tim
Peduli Pendidikan merencanakan untuk mengadakan seminar pendidikan di dua
kabupaten yaitu kabupaten Toraja Utara dan Kabupaten Tana Toraja.
Sebagai ketua pelaksana dengan kondisi waktu yang terbatas dan jarak dari
Makassar ke Kevikepan Toraja sekitar 350 km. Saya mencoba mengorganisir
pelaksanaan seminar tersebut dengan memanfaatkan teknologi yang ada dan men-
coba untuk berkomunikasi dengan pihak Sekolah Tinggi Katekese Rantepao (STI-
KPAR) untuk mengadakan kerja sama, utamanya dalam hal pengumpulan peserta
guru-guru agama katolik di Kevikepan Toraja dan persiapan tempat seminar di dua
kabupaten tersebut. Waktu itu Ibu Meily sebagai ketua TPP sedang mengadakan

109
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

perjalanan ke luar negeri, sehingga dalam mengadakan persiapan seminar ini kami
berkomunikasi hanya via WA dan segala urusan surat menyurat diselesaikan
dengan menggunakan WA dan email. Ada kepercayaan di antara kami untuk bekerja
dalam tim. Pertemuan secara fisik untuk persiapan seminar sangat terbatas dan
hanya bertemu dua kali yaitu pada saat penunjukan sebagai ketua pelaksana semi-
nar dan satu minggu sebelum pelaksanaan seminar berlangsung yang direncanakan
tgl 15-16 November 2020 di kabupaten TORUT dan kabupaten Tana Toraja dengan
target peserta guru-guru agama katolik sebanyak 300 orang.
Segala persiapan seminar kami laksanakan dengan baik meskipun jarak
dan waktu yang tidak memungkinkan kami bertemu satu dengan yang lain, tetapi
kepercayaan akan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pa-
nitia membuat segalanya berjalan dengan baik. Sampai akhirnya kami berangkat ke
Tana Toraja dengan rombongan tanggal 14 November 2020. Kami berangkat
dengan Ibu Meily dengan menggunakan kendaraan yang dikemudikan oleh sahabat
TPP Ibu Vera Liuw di mana dalam perjalanan sungguh terjalin keakraban yang luar
biasa, dipenuhi dengan humor yang menyenangkan dan cerita yang lucu-lucu dari
sahabatku Ibu Vera Liuw sehingga tidak terasa akhirnya tiba di Tana Toraja dengan
sukacita.
Keesokan harinya tanggal 15-
16 November 2020, kami mengadakan
seminar selama dua hari secara ber-
turut-turut di kabupaten Torut dan
Tana Toraja. Sungguh luar biasa
penyertaan Tuhan setelah mengecek
persiapan tempat dan komunikasi
dengan beberapa peserta, kehadiran
peserta dan pelaksanaan seminar,
(Mengunjungi tempat wisata Pango-Pango di
Makale. Tana Toraja bersama Tim Peduli Pen-
didikan KAMS, tanggal 15 November 2020)

110
Pelayanan Pendidikan

maka kami merasa bahwa apa yang kami laksanakan berlangsung dengan baik
sesuai dengan perencanaan.
Di sela-sela waktu melayani kami juga memanfaatkan waktu untuk me-
ngunjungi tempat-tempat wisata di Tana Toraja. Hari pertama kami mengunjungi
Wisata Alam Pango-Pango. Perjalanan menuju tempat wisata ini sangat indah
dengan jalanan yang sangat terjal dan berkelok. Di tempat ini dipenuhi dengan hu-
tan pinus.
Tanggal 16 November 2020, Sukacita kami bertambah, karena ternyata di
sela-sela pelayanan, sahabat kami Ibu Meily merayakan ulang tahunnya yang ke 59.
Setelah seminar berlangsung kami membuat surprise kecil dan merayakan ulang
tahun Ibu Meily bersama semua peserta seminar kira-kira sebanyak 150 orang.

(Perayaan ulang tahun ke 59 Ibu Meily Lunanta bersama Tim Peduli Pendidikan Kams di Pas-
toran Paroki Makale, usai melaksanakan seminar bagi para guru agama katolik di Kabupaten
Tana Toraja)

Selanjutnya kami mengadakan rekreasi bersama dengan tim TPP sehingga


keakraban di antara kami bertambah. Pelayanan dengan tulus dan sukacita akan
memberi kebahagiaan bagi yang melaksanakannya.

111
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Selamat berkarya 40 tahun sebagai tenaga pendidik kepada Ibu Meily Lu-
nanta. Tuhan menyertai dalam tugas dan pelayanannya. Amin.
***

Rekreasi bersama Ibu Meily menyusuri goa di Sa’pak Bayo-Bayo (16 November 2020)

MAJELIS PENDIDIKAN KRISTEN SULSELBARA


Sebenarnya saya tidak pernah berpikir menjadi ketua umum wilayah Majelis Pen-
didikan Kristen Sulselbara. Waktu itu tahun 2013, saya sudah jadi dosen di STT
Jaffray dan anggota Yayasan Sekolah Gamaliel. Tepat di saat itu, tim dari Majelis
Pendidikan seluruh Indonesia datang ke Makassar untuk mencari kandidat ketua
umum Majelis Pendidikan Kristen Sulselbara.
Mereka bertemu, mewawancarai saya dan meminta untuk ikut dalam
bursa pencalonan ketua umum. Setelah mempertimbangkan banyak hal dan ma-
sukan, saya setuju untuk ikut sebagai wakil dari yayasan. Dan akhirnya saya pun
terpilih sebagai ketua umum Majelis Pendidikan Kristen Sulselbara.
Dengan berada di Majelis Pendidikan Kristen, saya melihat ada jurang yang
sangat besar antara pendidikan di desa dan kota. Salah satu tugas saya sebagai ketua
umum adalah memerhatikan keadaan itu dan bertukar pendapat dengan majelis
pendidikan di seluruh Indonesia, berusaha mencari solusinya. Saya ingin agar
112
Pelayanan Pendidikan

semua murid di kota dan desa mendapat pendidikan yang baik. Saya juga berharap
agar guru-guru sejahtera, maka mutu pendidikan baik dan bahkan murid-murid
diajar dengan baik. Dengan demikian bangsa Indonesia menjadi maju. Untuk men-
capai tujuan ini, saya dan teman-teman membuat banyak program salah satunya
adalah pelatihan TOT (Training of Trainer), seminar-seminar pendidikan, dan lain
sebagainya.
Foto-foto kegiatan pelatihan MPK

113
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Foto pengurus inti MPK

Meily Lunanta Kouwagam, a servant leader


David J. Tjandra
(Ketua Umum MPK)

P
ertama kali saya bertemu kira kira sepuluh tahun lalu dengan Ibu Meily un-
tuk menawarkan posisi menjadi ketua Majelis Pendidikan Kristen Wilayah
Sulselbara untuk mengkoordinir seluruh Yayasan Pendidikan Kristen/
sekolah-sekolah Kristen di wilayah tersebut. Tidaklah mudah meyakinkannya untuk
menerima tawaran tersebut sehingga memberi impresi bagi saya kalau Bu Meily
tidak sekadar cari posisi atau jabatan karena waktu itu sudah banyak posisi yang
diembannya.
Belakangan baru kami tahu kalau ayah beliau adalah seorang guru yang
luar biasa yang memberi inspirasi bagi bu Meily untuk mengabdikan dirinya dalam

114
Pelayanan Pendidikan

pelayanan pendidikan yang diembannya. Sebuah motivasi yang memberi semangat


dan dorongan baginya untuk terus melayani walau kadang banyak kendalanya.
Pernah suatu kali ada rapat kerja nasional MPK yang digelar tiap tahun ha-
rus bentrokan dengan hari ulang tahunnya dan Bu Meily merelakan waktu yang
spesial tersebut dengan keluarga dan pergi ke Rakernas demi tuntutan tanggung
jawab sebagai ketua MPK Wil Sulselbara. Namun, Tuhan memberikan bonus yang
lebih besar bagi pengorbanan hambapNya ini karena suami, anak, mantu dan cucu
rupanya menyusul ke tempat Rakernas MPK dan akhirnya kami merayakan HUT bu
Meily dengan keluarganya dan keluarga besar MPK dari seluruh Indonesia, suatu
HUT yang sangat istimewa dan sulit terulang kembali.

Perkenalan kami terus berlangsung dalam berbagai kegiatan pelatihan para


guru maupun anggota yayasan di Makassar maupun di wilayah lainnya di Indonesia
makin memperlihatkan kualitas Bu Meily sebagai pemimpin yang tidak ingin me-
nonjolkan diri sendiri lebih banyak mengayomi rekan rekan pengurus MPKW
Sulselbara lainnya bahkan menjadi jembatan bagi yang berbeda kepribadian se-
hingga di bawah kepemimpinannya MPKW Sulselbara terus didukung oleh anggota
anggotanya dalam menjalankan program-programnya. Seorang pemimpin yang

115
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

mampu membangun jaringan dengan berbagai tokoh dan lapisan sehingga tidak
heran beliau dinobatkan sebagai salah satu wanita berpengaruh di wilayah sulsel.
Hubungan kami bukan sekadar hubungan formil dalam pelayanan tapi juga
personal karena dalam beberapa kejadian kami selalu diundang kerumahnya untuk
makan bersama dengan keluarga besarnya yaitu kakak-kakaknya dan juga bertemu
dengan suaminya pak Lunanta yang terus mendukung bu Meily untuk menghabis-
kan waktu bagi pelayanannya di berbagai organisasi.
Saya pribadi mengucap syukur kepada Tuhan karena diberikan rekan se-
pelayanan seperti Ibu Meily di MPK, kiranya akan muncul figur-figur seperti Ibu
Meily melalui kehidupannya yang memberi inspirasi bagi banyak orang bagaimana
melayani dan bagaimana menjadi seorang servant leader. Di atas semua ini, terpu-
jilah Tuhan yang memberi kepelbagaian manusia untuk membangun tubuh-Nya
bagi kemuliaan-Nya. Terima kasih Ibu Meily Lunanta Kouwagam atas kerjasamanya
selama ini, kiranya Tuhan memberkati semua jerih payahnya.
***

116
Pelayanan Pendidikan

117
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

4
Pelayanan Sosial
K
arena sejak kecil sudah dekat dengan dunia gereja, saya tidak terlalu asing lagi
dengan pelayanan. Dari beberapa pelayanan di mana saya terlibat, sebagian
berhubungan dengan dunia pendidikan. Itulah passion utama saya. Sebagian
yang lain berkaitan dengan kesejahteraan sesama karena itulah teladan dari orang
tua saya yang saya berusaha ikuti.
Bagaimana saya terlibat dalam satu pelayanan dan lainnya, semua ada
ceritanya dan kadang bisa diberikan oleh Tuhan tanpa saya pikirkan atau rencana-
kan.
Berikut beberapa foto pelayanan bakti sosial yang saya lakukan:

118
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Guru Sekolah Minggu


Sejak usia 20 tahun, saya sudah menjadi guru Sekolah Minggu dan sampai hari ini
pun saya masih mengajar Sekolah Minggu. Kenapa saya begitu suka dengan Sekolah
Minggu? Pertama-tama karena dengan mengajar Sekolah Minggu, beban saya di
dunia pendidikan tersalurkan. Selain itu, pengajaran yang anak-anak terima di
Sekolah Minggu adalah fondasi bagi masa depan mereka. Bonusnya, karena selama
berdekade-dekade mengajar Sekolah Minggu, saya sudah memegang berbagai ke-
lompok usia. Hal ini membuat saya selalu merasa muda karena keterhubungan saya
dengan anak-anak kecil setiap minggunya.
Sesekali muncul pemikiran, apakah sebaiknya saya berhenti mengajar
sekolah minggu dan biarkan yang muda-muda saja yang mengajar. Pergumulan
yang biasa saja namun kadang-kadang terpikirkan juga. Suatu ketika Tuhan men-
jawab pertanyaan hati saya ini. Ketika sedang ada di Jakarta, saya beribadah di Gere-
ja GII Hok Im Tong Semanggi. Saya melihat wajah hamba Tuhan yang berkotbah
sepertinya familiar, sepertinya saya kenal tetapi saya takut salah. Minggu depannya,

119
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

saya ke sana lagi dan bertemu dengan hamba Tuhan itu lagi. Ia bertanya apa saya
orang Makassar. Waktu saya iyakan, ia memeluk saya. Ternyata ia adalah mantan
murid sekolah minggu saya di Makassar. Ia bercerita bisa jadi hamba Tuhan karena
pernah saya ajar dulu. Saya katanya pernah memberikan seekor hamster kepadanya
karena menghafal ayat Firman Tuhan. Saya sendiri tidak terlalu ingat detail yang
saya ajarkan dulu, tapi melihat ia sekarang menjadi hamba Tuhan, rasanya semua
jerih payah terbayar lunas.
Ada buah-buah pelayanan yang Tuhan berikan kalau kita mau setia
melakukan pelayanan-pelayanan yang dianggap orang kecil sekalipun. Sekarang su-
dah 40 tahun saya menjadi guru sekolah minggu. Kadang capek, kadang juga jenuh.
Seringkali, saya baru tiba dari luar kota hari Sabtu malam dan Minggunya sudah
harus mengajar pagi-pagi. Kalau menuruti daging, rasanya ingin meminta orang
lain menggantikan. Tetapi Tuhan selalu mengingatkan bahkan membangunkan
saya di hari Minggu pagi. Tuhan senantiasa menguatkan supaya saya bisa terus
menjadi guru Sekolah Minggu.

120
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

37 Tahun Dalam Pengabdian di Sekolah Minggu


Ev. Magda Gurning S. Th
(Pelayanan Anak Talitha, Jakarta)

N
ama lengkapnya Ibu Meily Lunanta Kouwagam, beliau saya kenal sebagai
sosok wanita cantik, tegas namun sangat keibuan. Orangnya sangat ramah
supel, hangat smart dan juga rendah hati. Sifatnya membuat saya tak
sungkan untuk menginap di rumahnya. Pintu rumah beliau selalu terbuka bagi para
hamba Tuhan dari luar daerah yang melayani gerejanya.
Kala itu tahun 2001, saya menginap di rumah beliau tiga hari lamanya, saat
itu ada pelayanan Seminar Guru Sekolah Minggu & KKR anak dengan panggung
boneka di GKI Samiun, Ujung Pandang. Ya itu sudah 19 tahun lalu dan setelah itu
kami hampir tak pernah berkomunikasi mengingat kesibukan masing masing. Na-
mun kenangan tiga hari tersebut tak terlupakan dan membekas di hati saya yang
paling dalam.
Masih segar dalam ingatan saya, keluarga beliau menerima saya dengan
sepenuh hati dengan kasih yang tulus. Saya seperti merasa di rumah sendiri. Pagi-
pagi sekali dengan wajah cerah bersemangat beliau siap mengantar saya untuk ber-
sama-sama melayani anak-anak di Sekolah Minggu. Beliau memang konsisten da-
lam waktu. Setelah tiba di gereja, beliau dengan sigap dan semangat bergabung dan
bekerja sama bersama guru-guru lainnya melayani anak-anak Sekolah Minggu. Pa-
dahal tadi malam kami sempat berbincang panjang lebar paska makan malam ber-
sama di rumah beliau bersama keluarga. Suami beliau Pak Lun, adalah pribadi yang
tenang, bijak dan sangat men-support kegiatan pelayanan Bu Meily.
Anak beliau Lita Lunanta juga sangat ramah dan bersahabat. Saya kagum
akan kesuksesan dalam mendidik anak-anak mereka. Setelah melayani KKR anak
kami pun pulang, namun beliau masih memikirkan saya dengan mampir di toko

121
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

swalayan membelikan snack untuk penganan. Sungguh luar biasa hospitality-nya.


Kekaguman saya semakin bertambah ketika Bu Meily mengubungi saya beberapa
hari lalu beliau akan membuat sebuah buku. Saya terharu saya hanyalah seorang
biasa tidak disangka masih diingat oleh beliau.
Saya ingin mengangkat topi hormat atas keramahan, integritas, dedikasi
dan kerendahan hati Beliau. Saya sering mendapat undangan seminar sebagai
pemerhati anak baik di Jakarta maupun di luar kota dan pulau. Saya sering
mendengar keluhan dari pihak gereja akan kekurangan guru-guru Sekolah Minggu.
Baik itu dikarenakan kesibukan kuliah, pekerjaan, rumah tangga atau kejenuhan
sehingga menjadi beban guru-guru Sekolah Minggu sehingga mereka mengundur-
kan diri. Bahkan yang lebih menakutkan banyaknya friksi di antara para guru
Sekolah Minggu. Padahal banyak anak yang butuh guru Sekolah Minggu di masa
mereka.
Namun berbeda dengan Bu Meily di tengah kesibukannya sebagai ibu ru-
mah tangga, karirnya sebagai dosen, konselor keluarga, anggota GEPENTA, pem-
bicara seminar dan kegiatan lainnya, beliau masih aktif sebagai guru Sekolah
Minggu selama 37 tahun di gereja yang sama, bahkan ada anak murid Sekolah
Minggu Bu Meily yang menyerahkan diri sebagai hamba TUHAN karena teladan
yang diberikan Bu Meily. Sungguh suatu hal yang luar biasa, sesuatu yang harus
ditiru oleh para guru Sekolah Minggu khususnya dan para wanita pada umumnya.
Teruslah berkarya Bu Meily, kiranya Tuhan Yesus memberkati ibu sekeluarga.
Ibu Meily mengingatkan saya pada salah satu bunga kesukaan saya, bunga
teratai. Bunga teratai adalah simbol keindahan, kebesaran hati, kebaikan dan
keteguhan. Bunga teratai sekalipun berada di lingkungan yang kurang nyaman, na-
mun lingkungan itu tak menghalangi bunga teratai untuk teguh menghasilkan bun-
ganya yang indah dan terjaga untuk tetap bersih.
37 tahun sudah, Ibu Meily melayani Tuhan dengan menjadi guru sekolah
Minggu. Ini menggambarkan keindahan dan ketulusan Ibu Meily dalam ke-
hidupannya sebagai anak Tuhan fokus terhadap pendidikan anak anak kristiani.

122
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Percaya bahwa berbeda dengan yang lain bukan penghalang untuk menjadi yang
terbaik.

Bunga teratai memang tumbuh di lingkungan air yang tidak bersih dan
berbau kurang sedap. Tapi teratai selalu berusaha menutupinya dengan daunnya
yang lebar dan bunganya yang elok hingga yang melihatnya bisa lebih fokus pada
keindahannya, bukan lingkungan sekitarnya. Begitu juga dengan Ibu Meily yang ak-
tif dalam kegiatan pendidikan, pengurus Gloria Ministry dan GEPENTA, kiranya
dengan tuntunan Roh Kudus Ibu Meily dapat mengharumkan lingkungan hidup
mereka yang butuh pertolongan dan perhatian melalui perjuangan kebaikan yang
telah Ibu sumbangkan. Ibu Meily selalu berbuat baik seperti bunga teratai yang
selalu berbuat baik tanpa mengharap balasan akan mendapat imbalan.
Ibu Meily bagai bunga teratai yang banyak memberi manfaat pada mahluk
lainnya, misalnya melindungi ikan dari teriknya matahari, menjadikan daunnya un-
tuk tempat serangga yang hinggap serta katak untuk melompat. Saya teringat pada
kebaikan Ibu Meily yang selalu memberi bantuan pada para penginjil baik dalam hal
fasilitas, penginapan dan lainnya ketika saya dari Jakarta melayani Sekolah Minggu
di Ujung Pandang. Pelayanan sungguh yang sudah Ibu Meily berikan berkesan di
lubuk hati saya yang paling dalam.
Bunga teratai memang indah namun sayang mekar dalam waktu yang sa-
ngat singkat. Begitu pula perjalanan kita manusia dalam kehidupan di dunia ini.

123
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Pada hakikatnya kita sebagai, manusia juga hidup di dunia dalam


waktu yang singkat., kiranya Ibu Meily telah memberikan contoh
pada kita semua bagaimana kita seharusnya memanfaatkan
waktu kehidupan kita dengan dengan kasih Kristus pada semua,
bagai daun bunga teratai yang juga sering diambil dan digunakan
sebagai obat.
Hanyalah kehidupan di surga yang kekal. Kiranya TU-
HAN Yesus Kristus selalu memberkati Ibu Meily sekeluarga da-
lam pelayanannya.
***

Menjadi Pendoa Orang Sakit


Ketika berumur 40 tahun saya merasa ada yang aneh dengan perut saya. Ketika
dicek, ternyata ada tumor (mioma) yang harus diangkat. Saya coba konsultasi ke
beberapa dokter, bahkan sampai ke Singapura namun semuanya mengatakan sama.
Saya juga sempat mencari solusi alternatif, misalnya dengan mengkonsumsi
ramuan obat tetapi tidak bisa juga. Akhirnya saya pun melewati operasi angkat kan-
dungan. Puji Tuhan, semuanya berjalan lancar. Setelah melewati masa penyem-
buhan, saya pun mulai terjun dalam pelayanan mendoakan orang sakit. Saya pergi
ke bangsal-bangsal rumah sakit, mendoakan mereka. Saya melakukan ini karena
tahu rasanya sakit. Saya mengerti bagaimana perasaan mereka yang terbaring di
sana, karena saya pun pernah ada di posisi itu.
Terus terang saja, pelayanan ini adalah pelayanan yang tidak pernah ter-
pikir oleh saya. Sejak kecil, saya sering sakit-sakitan sehingga pelayanan pem-
besukan atau kunjungan ke rumah sakit membuat saya sangat enggan. Ada memori
yang tidak menyenangkan ketika berkunjung ke rumah sakit. Namun, setelah men-
galami sakit parah dan disembuhkan, timbul kerinduan agar orang sakit lain juga
mengalami apa yang saya alami, bagaimana Tuhan menjamah dan menyembuhkan
saya.
124
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Keramahan dan Senyum dari Saudari di Makassar


DR. dr. I.B.G. Fajar Manuaba, Sp.OG, MARS
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali

S
etiap saya ingat Tante Meily Kouwagam yang terbayang adalah seorang
saudari dari Makassar yang ramah dan selalu tersenyum. Perkenalan dengan
Tante Meily Kouwagam mungkin sudah garis Tuhan, entah nasib apa yang
membawa saya harus menjalankan Pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi di
Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 1999. Pada bulan-bulan pertama pen-
didikan, saya harus tinggal sementara waktu di kakak Tante Meily yaitu dr. Gilbert
Kouwagam, seorang dokter senior di Makassar. Dari sini kami saling mengenal dan
cepat akrab. Pada awal saya kenal yang teringat pasti keramahan dan senyuman
Tante Meily Kouwagam, kami memang beda dalam segala hal namun komunikasi
selalu nyambung. Jadi seolah-olah saudara yang lama tidak ketemu, kemudian tanpa
sengaja ketemu di Makassar.
Salah satu pembelajaran yang saya petik dari Tante Meily Kouwagam ada-
lah antusiasnya dan perhatiannya pada orang lain. Awal saya mengikuti Pendidikan
Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Universitas Hasanuddin Makassar adalah masa
yang amat berat karena jauh dari orang tua di Denpasar dan lingkungan serta bu-
daya yang serba berbeda dengan di Bali. Masa-masa sulit itu dapat saya lalui dengan
mulus salah satunya berkat sapaan dan dorongan Tante Meily Kouwagam yang su-
dah seperti keluarga sendiri dengan sapaan yang khas “Dik Fajar”
Panggilan “Dik Fajar” juga berlaku juga untuk istri saya Ida Ayu Ketut Suci
yang selalu dipanggil “Dik Suci”. Akrablah kami suami istri dengan Tante Meily
Kouwagam sekeluarga. Tante Meily Kouwagam juga tidak pernah ragu memper-
kenalkan saya dengan sebagai “saudara saya dari Bali”. Tapi rasanya memang kita

125
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

sudah seperti saudara, mungkin karena tangan Tuhan yang mempertemukan tanpa
perlu hubungan darah.
Rasa bersyukur pada Tuhan yang mungkin membuat Tante Meily
Kouwagam selalu terlihat ramah dan tersenyum. Bahkan ketika ditemukan pem-
besaran rahim pun Tante Meily Kouwagam bersyukur bisa bertemu guru saya Prof.
Dr. dr. Arifuddin Djuana, Sp.OG(K) untuk selanjutnya direncanakan operasi
pengangkatan rahim. Pada saat persiapan operasi saja Tante Meily Kouwagam agak
tegang, namun tetap percaya saya telah memberikan pilihan terbaik untuk masalah
kesehatannya. Jadi saya temani Tante Meily Kouwagam sampai tertidur baru
melanjutkan membantu guru saya Prof. Dr. dr. Arifuddin Djuana, Sp.OG(K) untuk
operasi mengangkat rahim. Proses penyembuhan berlangsung cepat karena saran
saya untuk melawan rasa sakit diikuti dengan baik. Minggu depannya setelah
operasi Tante Meily Kouwagam sudah kembali ramah dan tersenyum seperti tidak
pernah terjadi sesuatu. Andaikata semua pasien seperti ini mungkin proses penyem-
buhan operasi akan lebih cepat dan pasien cepat pulang dari rumah sakit.
Di tahun 2019 ketemu
Tante Meily Kouwagam rasanya
sama saja seperti saya ketemu
tahun 1999. Mungkin Tante
Meily Kouwagam dilahirkan un-
tuk selalu ramah dan tersenyum.
***

126
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Pelayanan Konseling di Penjara


Saya juga melayani di Lembaga Pemasyarakatan Narkoba, khususnya dalam bidang
konseling dan pemerhati. Pada umumnya, lembaga pemasyarakatan dibagi dua: un-
tuk tahanan pria dan tahanan wanita. Namun, walau saya wanita, saya melayani
tahanan yang pria juga (dan tentu juga yang wanita).
Biasanya saya pergi dengan tiga teman, lalu kami menguatkan orang-orang
yang oleh sebagian besar orang dianggap sampah masyarakat. Bagi saya, para napi
itu adalah kawan yang harus diperhatikan. Saya berharap perhatian yang diberikan
kepada mereka membekas sehingga setelah keluar dari lapas, mereka bisa jadi mu-
tiara masyarakat.
Ada satu kesaksian yang membuat saya terus melayani di penjara, walau
ada yang mengatakan pelayanan ini sia-sia. Apalagi di hari pelayanan itu saya harus
menghabiskan waktu satu hari, karena jauhnya perjalanan dari rumah ke lokasi
Lapas tersebut. Kadang juga saya merasa down karena mereka yang sudah keluar
dari Lapas kerap jatuh ke dalam kesalahan yang sama dan masuk lagi ke dalam
Lapas tersebut. Saya kadang bertanya juga, apakah ada gunanya pelayanan ini.
Suatu hari saya, dengan mobil dinas yang sudah tua, mengantar tamu ke
bandara. Di tengah jalan mobil saya mogok dan tidak ada yang bisa menolong.
Akhirnya ada seorang pria bertato yang membantu mendorong mobil itu. Reaksi
pertama saya adalah takut dengan penampilan pria tesebut. Ternyata pria itu adalah
mantan napi yang pernah saya layani dan sekarang menjadi pengusaha travel. Wah
saya sangat terhibur melihat pria itu berada pada jalur yang benar dan membantu
orang lain yang dalam kesulitan. Kejadian itu membuat saya terus melayani di lapas
narkoba.

127
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Pelayanan Anak Asuh


Saya juga melayani di Gloria Ministry. Ini adalah pelayanan anak asuh, khususnya
anak-anak di daerah dan yang mencakup seluruh daerah di Indonesia. Walaupun
memakai istilah “anak asuh”, namun anak-anak yang kami tolong masih tinggal
dengan orang tua masing-masing, kami hanya membantu dari segi pembiayaan un-
tuk sekolahnya dari tingkat TK sampai SMU.
Di luar Gloria Ministry, saya juga memiliki anak-anak asuh sendiri. Be-
berapa tahun lalu, ada dua bersaudara anak Sekolah Minggu yang orang tuanya su-
dah meninggal. Saya sekolahkan mereka sampai lulus. Yang lelaki, bekerja di peru-
sahaan suami dan terus dibekali training-training untuk memperdalam ilmunya.
Yang terakhir 2017, ia masih mengambil short course di Jakarta dalam bidang
teknik. Adik perempuannya, menjadi anak saya di rumah. Mereka berdua sudah
bersama keluarga kami lebih dari 15 tahun.
Selain mereka, saya juga punya dua anak asuh perempuan yang tuna netra.
Saya bertemu mereka ketika mengadakan kelompok belajar untuk anak jalanan.
Saya angkat keduanya menjadi anak dan saya sekolahkan di sebuah SLB di Sura-
baya. Sekarang mereka sudah dewasa dan sudah mandiri. Saya bangga dengan
kedua anak ini yang sekarang bisa menghidupi dirinya sendiri lewat keterampilan
pijat yang dimilikinya.
Saya memilih pelayanan anak asuh tidak lepas karena dari nilai-nilai yang
ditanamkan oleh ayah ibu saya. Ingat prinsip yang saya ceritakan tentang ibu saya
kan, “tidak apa-apa makan sederhana asal bisa makan bersama-sama”. Buat saya,
uang yang saya punya tidak masalah kalau “diberikan” untuk orang lain asal mereka
bisa merasakan pendidikan yang baik sebagai modal di masa depan. Saya sangat
percaya bahwa pendidikan adalah jalan untuk hidup yang lebih baik, itu sebabnya
kenapa saya banyak terlibat dalam pelayanan pendidikan dan sosial.

128
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Sosok Bunda Maria Jaman Now


Irma Hoesan, SE, MM.
(Dosen Atma Jaya Jakarta)

P
uji dan Syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yesus, karena saya dapat
mengenal sosok seorang ibu yang mengasihi dengan cinta yang tulus. Bagi
saya, Mami adalah seorang figur yang mencintai Tuhan dengan sepenuh hati

129
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

nya, terlukiskan lewat cara hidup beliau yang mengasihi semua orang tanpa mem-
beda-bedakan. Cinta seorang ibu yang tulus, dapat beliau berikan kepada saya (yang
mengenal Mami dalam suatu kelompok doa, di mana beliau sering memberi renun-
gan di sana, dan bukan anak kandung Mami).
Bahkan dalam beberapa kesempatan, saya seringkali melihat bagaimana
beliau mencintai asisten rumah tangga beliau, Is, dengan cinta yang tulus dari
seorang ibu.
Saya percaya, buku ini akan sangat memberkati semua orang yang mem-
bacanya, sebab buku ini berisi perjalanan hidup seorang ibu, perjuangannya, ke-
bijaksanaannya dalam mengatur, keadilannya dalam membagi. Tuhan senantiasa
memberkati Mami, dan kisah hidup Mami untuk memberkati dan memberi
kekuatan bagi banyak orang. Love you mom.
***
Saya dan Irma

130
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Ibuku dan Anak Nakalnya


Isnawati Putri Loleba
(Nama yang ibu dan bapak kasih untuk saya)

I
bu, Mama, Bunda. Begitu saya biasa memanggil Ibu Meily. Saya anak nakalnya
ibuku. Kalau Kakak Lita dan Kakak Naldy selalu patuh dan dengar-dengaran
sama ibu, tapi saya tidak. Saya sering bikin ulah, kadang saya bohong, kadang
bikin ibu marah, tetapi herannya ibu tidak pernah menyerah sama saya.
Pagi-siang-sore-malam, ibu selalu tak jemu-jemu menasihati saya, mengi-
ngatkan saya harus bagaimana dalam hidup. Saya pernah (karena malas) memba-
kar rumput liar yang tumbuh di kebun belakang rumah, kaget sekali karena api jadi
besar dan menjalar. Saya hampir mencelakakan seisi rumah, bahkan rumah
tetangga. Ibu marah tapi sebentar saja. Ibu selalu begitu, kalau marah tidak pernah
lama.
Saya ini anaknya ibu. Saya tiap hari nonton sama-sama ibu dan bapak di
kamar, sambil pijat-pijat kaki ibu, selalu ibu cerita dan nasihati saya bagaimana
supaya jadi orang yang baik. Saya selalu diajak ke Sekolah Minggu waktu saya masih
lebih muda. Lalu kemudian, saya diajak juga selalu ke persekutuan doa, dari dulu
sampai sekarang.
Saya tiap minggu jalan-jalan ke mall bertiga dengan ibu dan bapak, sebe-
lum kita sekarang di rumah terus seperti sekarang ini. Kadang cuma jalan-jalan,
kadang juga nonton bertiga. Kayaknya tidak ada yang lebih senang dari saya deh.
Ibu juga bantu urus adik-adikku, kasih sekolah dan kasih kerja. Kami ini anak yatim
piatu tetapi Tuhan pelihara melalui ibu Meily.
Saya sayang sama ibu, kalau ada yang salah dengan ibu, biarpun bukan
saya yang bikin, saya rasa sedih dan salah. Pernah ibu cedera sebelum kakak Naldy

131
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

menikah, ibu tabrak pintu kaca dan matanya biru bengkak. Semalaman saya nangis
karena takut ibu kenapa-kenapa. Ibu selalu bilang, “Kau anakku, kau harus jadi
orang hebat”. Bertahun-tahun saya sama ibu, kayaknya masih suka juga salah-salah
tetapi ibu selalu percaya sama saya. Makasih ibu.
***
Saya dan Isna

132
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Buku Kehidupan
Lita Faust
(Surabaya, pengusaha)

S
aya harus menulis ini karena saya merasa bahwa buku ini akan menjadi
sesuatu yang penting untuk hidup mommy, begitu panggilan saya kepada
sosok Ibu Meily Lunanta K. Sesuatu yang mommy selalu inginkan adalah
menulis “buku hidup”-nya. Dan melalui tulisan singkat ini saya ingin mommy tau
betapa saya benar-benar mengapresiasi dan menyayanginya.
Bermula dari acara pertemuan orang tua di sekolah, saya diberikan nomor
HP momi oleh sang pembicara waktu itu. Nomor HP yang diberikan pun ternyata
salah dan tidak pernah nyambung tetapi karena penasaran saya mencari di google
dan akhirnya iseng ber-WA hingga akhirnya bertemu di mall. Jadi pertemuan terse-
but menurut saya adalah kehendak Tuhan untuk mempersiapkan hidup saya men-
jadi lebih baik. Karena dari beliau saya belajar banyak tentang “buku hidup”.
Momi Meily adalah sosok yang sangat penuh cinta kasih, mengajarkan ba-
nyak hal tentang kebaikan seperti cinta kasih, sabar, memaafkan, dan tulus hati. Ia
adalah sosok pendengar setia, dan penyayang. Hal ini tercermin dari kehidupannya
yang lebih banyak menunjukkan suka cita daripada mengeluh. Tidak heran ayat fa-
vorit mommy adalah Mazmur 16:11 karena sesuai tanggal kelahirannya memang be-
gitulah mommy menjalankan hidupnya dengan selalu bersyukur dan selalu mem-
berikan sukacita bagi orang lain. Jika tidak setuju mungkin mommy hanya akan
diam dan mendengarkan ketimbang memberikan saran yang salah.

133
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Biarpun ada masalah mommy tetap selalu mendengarkan keluh kesah


orang lain, membantu orang lain dan bahkan pelayan rutin ke lapas. Dunia pendidi-
kan dan juga merupakan passion mommy yang lain terbukti dengan menjadi dosen
yang cintai murid-muridnya dan juga guru Sekolah Minggu.
Mommy juga suka mengkoleksi penghapus yang mana hobi tersebut me-
nular kepada saya dan anak saya. Filosofinya adalah jadilah penghapus kesedihan.
Dan itu bukan sekadar kata kata mutiara biasa melainkan fakta karena dalam hidup-
nya mommy sudah banyak sekali menghapus kesedihan orang lain.
Saya sangat bersyukur sekali diberikan kesempatan untuk mengenal
mommy karena lewat mommy-lah saya belajar banyak hal. Tentang kebaikan Tuhan
melalui kebaikan dan ketulusan mommy, yang tidak hanya kepada saya tetapi juga
kepada orang lain. Mommy juga mengubah cara pandang hidup saya dari sisi sudut
pandang yang lebih tinggi. Melihat dari atas kotak dan bukan dari dalam kotak un-
tuk dapat selalu mensyukuri semua kebaikan Tuhan.
Saya juga kagum dengan cara pandang mommy yang selalu positif seolah-
olah kehidupan ini adalah panggung sandiwara dan Tuhan sang pencipta adalah
sutradaranya. Berbuat baik, tulus, iklas tanpa ditentukan bagaimana orang lain
mungkin memperlakukan kita karena pada akhirnya semua adalah urusan masing
masing dengan sang Pencipta.
Terlalu banyak hal yang mommy sudah bagikan dalam kehidupan saya. Ia
mengajarkan saya tentang buku kehidupan. Terima kasih mommy untuk ketulusan,
kesabaran dan kebaikanmu. Semoga Tuhan selalu memberkati mommy dan
keluarga.
***

134
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Saya dan Lita

Pelayanan Konselor
Bagi sebagian orang, pelayanan konseling masih dianggap sebelah mata, tetapi bagi
saya konselor adalah pelayanan profesional. Karena itulah, saya tidak main-main
ketika harus terjun ke dunia konseling. Saya sengaja mengambil jurusan Magister
Konseling di STT Jaffray, sekali lagi bukan untuk mengejar gelarnya, melainkan
ilmunya. Saya tidak mau setengah-setengah dalam melayani.
Sebagai seorang konselor, bersyukur orang mempercayakan rahasianya
kepada saya dan meminta bantuan untuk menemukan jalan keluarnya. Sebagai kon-
selor pula, saya kadang-kadang harus bergaul dengan orang yang mengalami ban-
yak masalah, tetapi bukan mengikuti kehidupan mereka melainkan menolong
mereka untuk keluar dari masalah-masalah yang mereka hadapi. Bersyukur karena
135
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

lewat pelayanan konseling, banyak orang dipulihkan dan bertemu dengan Tuhan
secara pribadi dan mengalami pertobatan yang membawa pemulihan kehidupan.
Seiring berjalannya waktu, dan banyaknya orang yang saya bantu, maka
makin banyak orang yang mencari bantuan saya, sehingga suatu hari saya dijadikan
sebagai salah satu dari tujuh Inspiring Women di Makassar versi SEMME (kumpulan
pengusaha wanita). Belakangan, saya baru tahu kalau proses untuk menjadi Inspi-
ring Women itu sangat rumit. Dari ratusan calon, diseleksi lagi sampai menjadi 25
calon. Dari 25 itu barulah dipilih tujuh orang terbaik. Saya bersyukur kalau dianggap
sebagai salah satu dari tujuh wanita yang memberi pengaruh. Malam ketika peng-
hargaan diberikan itu juga sangat berkesan dan dihadiri oleh pejabat daerah.

Artikel tentang Inspiring Women di koran lokal Makassar

136
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Foto saat penghargaan inspiring women

Meily Lunanta, Heartwarmer-ku


Julianto Simanjuntak
(Konselor, Dosen, Jakarta)

D
ari ratusan alumni pembelajar konseling di lembaga kami ada satu yang
menarik perhatian. Dia pengajar di salah satu lembaga teologi di Makassar
dan pernah dinobatkan sebagai salah satu wanita berpengaruh di Sulawesi
Selatan.
137
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Konselor yang bukan hanya hangat, ramah dan pergaulannya luas. Tapi
rutin menyapa saya secara pribadi, sesuatu yang jarang kami dapatkan. Setiap kami
ke Makassar untuk mengajar atau seminar, selalu menyempatkan diri menyapa atau
makan bersama. Kami senang diberi waktu khusus karena tahu kesibukannya yang
tidak sedikit.
Bu Meily Lunanta, menjadi salah satu heartwarmer atau penghangat jiwa
kami. Karunia pemerhati sangat terasa dalam pribadinya. Karena keluasan ilmu dan
kekayaan pengalaman hidupnya, selalu ada saja bahan percakapan yang menye-
nangkan.
Ceritanya yang utama adalah tentang keluarga: sang suami, kedua anaknya
dan mantu serta ketiga cucunya yang cerdas. Pribadinya enerjik dan suka berpetua-
lang dalam pelayanan. Mulai pelayanan penjara, pendampingan para pecandu
narkoba hingga edukasi sekolah minggu. Semua bidang sosial dia geluti dengan
cinta yang sangat besar. Tidak ada asal terjun, tidak sekadar pasang nama dan pu-
nya posisi, tapi dilayani dengan hati.
Kegiatannya di dunia pendidikan dan agama juga menonjol. Di gereja selain
guru Sekolah Minggu, terlibat dalam pelayanan pendidikan di gereja Katolik hingga
tingkat keuskupan Sulawesi Selatan. Tidak heran jika dia dipercaya menjadi ketua
umum Badan Pendidikan Kristen Se-Sulawesi Selatan dan Barat, yang menaungi
semua sekolah Kristen di provinsi tersebut.
Karena pendidikan magisternya di bidang konseling maka kami mem-
percayakan Bu Meily banyak klien yang butuh pertolongan dan pendampingan.
Maklum konselor profesional belum banyak di Makassar. Di antara mahasiswa yang
diajar beliau, banyak yang mencari sekadar curhat kepada Bu Meily. Saya dengar
murid muridnya sangat suka belajar karena perhatiannya sangat besar kepada ma-
hasiswanya.
Meskipun sangat sibuk, kedalaman iman dan rohaninya sangat baik. Bukan
sekadar aktif melayani di gereja tapi Bu Mel suka menimba iman dengan
mendengarkan khotbah atau menghadiri seminar rohani. Dia juga dikenal baik di

138
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

kalangan pendeta baik di kalangan Kristen Protestan maupun di antara para pastor
di komunitas Katolik. Sesuatu yang sangat jarang kita temukan.
Pengalaman dan kedalaman iman inilah menjadi modal jiwanya meng-
hadapi ujian yang berat, ketika Bu Mel menghadapi kenyataan ketiga cucunya yang
baru lahir dari rahim mantunya, meninggal dunia beberapa waktu lalu. Sangat tidak
mudah menerima kenyataan ketiga cucu yang sudah lama ditunggu-tunggu
meninggal dunia hanya beberapa hari setelah lahir. Kami sempat mengunjungi be-
liau dan keluarga di rumah sakit, saya bisa merasakan aura iman yang tegar
menghadapi situasi yang menggoncangkan siapapun yang menghadapi.
Bukan hanya iman dan pengetahuannya yang luas. Paling menarik per-
hatian saya ialah kelenturan dan keluwesan pribadi Bu Meily, itu menjadi modalnya
mendapatkan pertemanan yang luas.
Saya sungguh salut dan merasa terhormat bisa mengenal beliau, yang tetap
bisa menjadi pribadi rendah hati dan hangat kepada relasinya tanpa pandang bulu.
Uniknya, meski sangat sibuk dengan banyak agenda baik mengajar, beror-
ganisasi, seminar, Konseling dsb, Bu Mel selalu menyempatkan diri mengunjungi
anak cucu di Jakarta. Rutin mengatur waktu berlibur dengan keluarga baik di dalam
maupun ke luar negeri. Pribadinya sangat rileks, membuatnya mudah menyerap
energi baru seusai liburan. Inilah salah satu kekuatannya. Saya pribadi merasa ba-
hagia karena sering mendapat cerita liburan hingga oleh-oleh.
Inilah sekelumit catatan saya tentang pribadi Bu Meily, sahabat yang men-
jadi penghangat jiwa kami, terutama saat kami dalam keadaan lelah. Bertemu dan
ngobrol dengan Bu Mel memberikan enerji, sukacita dan semangat baru. Kami
doakan Bu Mel tetap sehat dan produktif melayani keluarga, mengajar mahasiswa,
konseling dan aktivitas sosial lainnya.
***

139
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Bersama Pdt. Julianto Simanjuntak

Pelayanan Anak Jalanan


Bersama anak perempuan saya, Lita, saya melakukan pelayanan anak jalanan. Kami
menampung beberapa anak jalanan di suatu tempat. Biasanya sekali kumpul, ada
30 anak jalanan yang datang. Setelah itu kami mengajar mereka. Kami berikan pe-
mahaman tentang budi pekerti yang baik. Kami berikan perlengkapan belajar se-
perti buku, pensil, dan meja menggambar. Pelayanan ini berlangsung cukup lama.
Bahkan sampai hari ini pun masih berjalan. Hanya saja sekarang saya sudah punya
beberapa anggota tim yang membantu. Kegiatan ini rutin dilakukan seminggu
sekali.

140
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Pelayanan AYUB
AYUB adalah lembaga pelayanan yang bertujuan untuk memberikan kesejahteraan
bagi masyarakat. Kami memberikan pelatihan wiraswasta, memberikan kaki palsu
bagi orang cacat, memberikan pelatihan hidroponik. Intinya kami berusaha
melakukan segala sesuatu agar orang-orang yang kami layani bisa mandiri dan
sukses dalam kehidupan. Kami tidak mau memberikan ikan tetapi kail. Info terakhir
dari pelayanan AYUB adalah kami berencana membuat sebuah desa wisata edukasi
di Malino.

141
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Yang Supel yang Potensi


Lany Wihardjo
(Pengusaha, Jakarta)

T
idak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau
tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.” (Yoh. 3:27) Ayat Alkitab dalam
Yohanes 3:27 ini terbersit ketika sahabatku Meily Lunanta Kouwagam, M.A.
M.Pd.K bermaksud membuat buku kenangan.
Pertemuan pertama kami, pada mulanya hanyalah sebuah pertemuan for-
mal yang dijadwalkan dalam pelayanan dalam wadah AYUB (Asosiasi Yayasan Un-
tuk Bangsa) sebagai pengurus, untuk membicarakan dan melaksanakan salah satu
program di Makassar.
Semua terasa biasa, masing-masing fokus pada apa yang telah diagendakan
dalam pertemuan ini, yang santai tapi serius, di kota di mana saudariku ini
mengarungi kehidupannya dengan jarak 2 jam penerbangan dari Jakarta di mana
saya bertempat tinggal.
Tanpa terasa pertemuan yang sederhana, terjadwal secara resmi tidak ber-
henti hanya dalam acara formal dengan skedul yang penuh protokoler, namun
gayung bersambut dan berkelanjutan sebagai pertemanan dua wanita yang ber-
sahabat, tanpa beban, tanpa tuntutan, tanpa agenda yang pasti namun menarik hati.
Hal inilah mengingatkan saya pada firman Tuhan dalam Yoh. 3:27 tersebut. Semua
hanyalah kasih dan karunia-Nya, yang merajut kehidupan kita, memberi nilai-nilai
dalam kehidupan kita, hingga kita dapat menjadi seperti saat ini, karena terbentuk
dari saling memengaruhi satu dan yang lainnya, sebagai bentuk penggenapan
rencana Tuhan, yang seringkali kita tidak bisa memilih siapa teman kita.

142
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Supel dan dikenal


Dipanggil dengan nama Meily, dengan pribadinya yang supel sangat terasa,
sekalipun dalam pertemuan formal, namun demikian siapakah dia? Sesungguhnya
saya tidak dapat langsung melihatnya. Kesederhanaannya, cara bicaranya menutupi
kehebatan di dalam dirinya. Sungguh pribadi yang rendah hati semakin jelas ketika
semakin mengenal Ibu Meily yang cantik, riang, sangat supel terhadap semua orang
yang ditemui, membuat setiap pertemuan memberi kehangatan dan membuka ban-
yak wawasan. Bahkan di balik kelembutan seorang wanita, tampak ketegasan dalam
prinsip-prinsip hidupnya yang kuat layaknya seorang guru.
Tidak heran bila ternyata pribadi yang supel ini memiliki potensi yang luar
biasa. Latar belakang keluarga besar yang harmonis, jiwa seorang guru yang ingin
menularkan pentingnya pendidikan kepada orang lain, bahkan kepada anak-anak
yang tidak punya arti di masyarakat seperti anak jalanan, narkoba, narapidana,
maupun yatim piatu, jiwanya yang fokus pada pendidikan serta ketegasan pribadi-
nya, mengalahkan rintangan untuk memenuhi kerinduannya melihat anak-anak ini
berhasil dan mempunyai nilai hidup yang sangat berarti. Bukan untuk kepen-
tingannya sendiri.
Juga tidak heran bila pribadi yang supel, yang penuh potensi ini, menjadi
target bagi banyak organisasi yang berharap dapat ambil bagian di dalamnya.
Visi yang kuat
Potensi dan kecerdasan yang Tuhan berikan tidaklah disia-siakan. Pribadinya yang
supel dan tegas mampu untuk memilah-milah apa yang menjadi bagiannya dalam
menggenapi visi yang Tuhan bebankan padanya: pendidikan… pendidikan… pen-
didikan…, seperti yang telah diturunkan dari ayahnya sendiri.
Oleh karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, Ibu Meily tidak
pernah berkata tidak, selalu ringan tangan dan siap membantu dan mendorong un-
tuk keberhasilan, sekalipun tidak untuk dirinya maupun organisasinya.

143
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Keluarga dan teman


Dalam pertemuan kami di Makassar, Tuhan memberi kesempatan saya untuk ber-
jumpa dengan keluarga besar Ibu Meily. Pendidikan dimulai dari rumah. Keluarga
yang harmonis memberi dasar yang sangat baik untuk dapat mendidik orang lain
menjadi baik, menjadi pribadi yang merdeka sehingga tidak hanya mengenal orang
lain, tetapi dikenal orang lain seperti pribadi yang satu ini: Meily Lunanta
Kouwagam, M.A., M.Pd.K. Anugerah dari Tuhan bersambut dengan pribadi yang
siap membantu adalah kunci keberhasilannya.
Pertemuan kami terasa lucu dan menakjubkan karena kebaikan Tuhan. Ka-
lau mengingat Ibu Meily dan teman-teman saya secara pribadi seperti eks teman
sekantor saya ketika bekerja, teman masa kecil di kota Semarang (teman SMA), te-
man pelayanan di gereja, di Jakarta dan di organisasi yang saat ini kami ada, mereka
semua mengenal ibu cantik, yang supel, yang penuh keramahan dan memiliki po-
tensi yang besar ini. Tuhan pertemukan kami, sehingga semakin lengkap dan indah
persahabatan kami, dan di kemudian hari masih banyak yang Tuhan kerjakan bagi
kami.
Tantangan hidup ada di mana-mana. Bagi seseorang yang sangat cinta
keluarga, sungguh berat harus menyaksikan dari 3 cucu, satu persatu cucu yang
diharapkan pulang ke rumah Bapa sebelum sempat berbuat sesuatu baginya. Ke-
percayaan akan kasih Tuhan teruji, kesedihan dan luka menyayat hatinya, ini semua
dihadapi Ibu Meily tengan tekun dan membuahkan iman yang kuat untuk menatap
hari depan yang penuh harapan.
Ibu Meily Lunanta Kouwagam, M.A. M.Pd.K sebagai tokoh pendidikan,
memberikan sepak terjang yang mengagumkan di mata manusia, terlebih lagi di
mata Tuhan Yesus Kristus yang telah membentuk menjadi bejana yang indah.
Semua hanya bagi kemuliaan Tuhan.
Akhirnya firman Tuhan mengatakan: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh
mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di da-

144
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

lam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
(1 Kor. 2:9).
Tuhan Yesus mengasihi Meily Lunanta Kouwagam.
***

SJMJ (Suster Jesus Maria Joseph)


Bersama 11 orang awam lain, saya bergabung dalam asosiasi SJMJ (Suster Jesus Ma-
ria Joseph) bekerja sama dengan suster-suster Katolik untuk mengadakan kegiatan
sosial. Kami mengadakan seminar, kunjungan ke panti asuhan, mengadakan
kegiatan amal, dll.
Uniknya, lewat SJMJ, selain menolong orang lain, saya sendiri pun merasa
tertolong. Ada banyak pengalaman menarik yang bisa saya pelajari lewat pergaulan
dengan suster-suster itu. saya melihat sendiri bagaimana hidup membiara. Ter-
nyata tidak mudah. Suster biara tidak boleh pergi sesuka hatinya. Mereka menye-
rahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Hal ini membuat saya semakin terpacu un-
tuk melayani-Nya. Saya meneladani kasih dan pengorbanan para suster itu. Mereka
bangun pagi untuk mendoakan banyak orang. Mereka memberikan hidupnya untuk
pelayanan. Dari sana saya semakin
merasa bahwa yang saya lakukan
selama ini tidak ada apa-apanya
dibandingkan mereka. Sejak saat itu
hidup dan semangat pelayanan saya
semakin di-booster.

145
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Penghapus Kesukaanku
Sr. Theresia Tulung
(Rohaniawan, Makassar)

B
erjumpa dengan sosok yang “fashionable” ini, memberikan kesan yang
sungguh inspiratif. Dialah Ibu Meily Lunanta Kouwagam yang akrab disa-
pa Ibu Meily. Sebagai seorang dosen di STT Jaffray, Ibu Meily juga adalah
orang yang aktif dalam berbagai organisasi: sosial, kemasyarakatan dan keagamaan.
Dia adalah Ketua Umum Majelis Pendidikan Kristen Wilayah Sulselbara dan Ketua
Tim Peduli Pendidikan Keuskupan Agung Makassar.
Tidak mengherankan, bila berbicara tentang pendidik atau pendidikan,
pastilah Ibu Meily akan bersemangat dan berapi-api, terpancar dari raut wajahnya
yang cantik dan mengungkapkan suatu “kebanggaan” dengan profesi pendidik.
Menjadi seorang pendidik membutuhkan passion. Dari pribadi ini sungguh sangat
memberi inspirasi, bahwa kurun waktu yang tidak singkat + 40 tahun menjalani
profesi sebagai pendidik, boleh dikatakan “guru hebat” itu mengilhami, menginspi-
rasi, menghidupkan dan memberi terang dengan sukacita.
Suatu malam, ketika selesai mengikuti sebuah pertemuan, Bu Meily me-
ngundang saya untuk makan malam bersama keluarga di rumahnya. Suatu penga-
laman yang langka di zaman ini, ketika seseorang mengundang makan biasa lebih
gampang makan di restaurant, kita tidak perlu repot-repot. Dalam perjalanan dari
tempat pertemuan ke rumahnya, kami terlibat dalam percakapan-percakapan yang
sungguh sangat menyenangkan, menggembirakan dan meneguhkan. Bak dua sa-
habat yang telah bertahun-tahun baru ketemu. Setiba di rumah, kami disambut
dengan hangat oleh Pak Lun, demikian sapaan akrab suami bu Meily. Ada juga asis-
ten rumah tangganya (Is) yang sudah bertahun-tahun bekerja di keluarga ini. Ia
sungguh mengalami tuntunan, bimbingan yang penuh kasih dalam bekerja.
146
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Suasana keakraban mewarnai waktu makan kami. Perhatian dan pela-


yanan mulai dari hal-hal kecil dan sepele, nampak menjadi keseharian bu Meily, baik
sebagai istri, sebagai ibu dan sebagai sahabat.
Ada satu hal yang mencuri perhatian saya, di salah satu sudut ruangan ru-
mah, terdapat sejumlah wadah yang tertata rapi dan menarik yang berisi aneka
warna dan bentuk penghapus, dengan tulisan: “PENGHAPUS KESUKAANKU”.
Menelisik lebih jauh, “koleksi penghapus” bukanlah sekadar hobi.Ternyata
sudah seusia bu Meily melakoni profesi sebagai seorang pendidik, sudah hampir 40
tahun dengan tekun dan telaten ia mengumpulkannya. Sudah ada ribuan pengha-
pus yang menjadi koleksinya. Ia berujar, awalnya hanya ingin memberi motivasi
anak dan anak sekolah minggu dalam proses mendidik dan mengajar, sebagai ben-
tuk apresiasi untuk membangkitkan dan memacu semangat terus belajar, belajar
dan belajar.
Tetapi ternyata dengan bergulirnya waktu “penghapus” mempunyai
makna dan peran yang besar dalam filosofi kehidupannya. “Ia” mampu menghapus
sebuah kesalahan dan menggantinya dengan kebenaran melalui pembelajaran.
Hidup ini tidak terlepas dengan yang namanya kesalahan baik itu suatu hal yang
disengaja maupun tidak. Setiap kesalahan yang kita buat, kita hapus dan berusaha
mengganti dengan suatu kebaikan. Hidup ini adalah pengalaman “jatuh dan
bangun”, yang membutuhkan usaha dan kerja keras. Sungguh luar biasa, filosofi
“penghapus” dihayati dalam pengalaman mendidik, mengembangkan dan mem-
berdayakan anak-anak dan generasi muda yang dipercayakan dalam asuhan kasih
sayangnya. Juga dalam bekerja, berelasi dan berorganisasi.
Pengalaman itu tergambar dalam keseharian hidupnya, dengan kesetiaan
dan komitmen, terus menjadi pendidik yang sabar. Melakukan tugas dengan sege-
nap hati, tidak mengeluh sekalipun tugas yang dihadapi penuh tantangan dan pe-
ngorbanan.
Walau kadang, “penghapus” perlahan-lahan mulai kotor dan terkikis sedi-
kit demi sedikit. Selalu menanamkan sikap berpikir positif terhadap setiap pribadi.

147
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Rela melakukan apa saja untuk sesuatu yang lebih baik dan bermakna bagi orang
lain. Mengoreksi dan menghapus kesalahan dan menulis kembali untuk sesuatu
yang lebih baik, lebih indah, benar dan menjadi sumber berkat, semuanya dilakukan
dengan ketulusan hati dan penuh sukacita.
Nilai-nilai yang baik, yang telah menjadi karakter hidupnya: integritas,
menghargai orang lain, menerima tanggungjawab, berbagi dengan orang lain,
penuh kasih sayang dibarengi dengan keramah-tamahan dan keterbukaan mau me-
rangkul siapa saja, tanpa pilih kasih, telah menginspirasi begitu banyak orang: anak-
anak, anak didik, generasi muda, sahabat dan siapa saja yang terpancar dari
keteladanan hidupnya.
Guru hebat adalah guru yang mengabdikan dirinya secara total dan me-
mandang bahwa menyiapkan generasi muda yang berkarakter adalah panggilan
hidupnya. Guru hebat adalah menjadi guru dihati anak didik. Terima kasih Ibu
Meily, saya boleh menjadi bagian dari pengalaman itu dan bersama dengan pe-
mazmur mengungkapkan: Terang sudah terbit bagi orang benar dan sukacita bagi
orang-orang yang tulus hati (Mzm. 97:11).
***

148
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Ladies Of The Fellowship


LOF (Ladies of The Fellowship) adalah pelayanan ibu-ibu di kegerakan FGBMFI (Full
Gospel Business Men’s Fellowship International). Mereka yang tergabung dalam
LOF suami-suaminya adalah anggota FG BMFI. Di LOF saya hanya menjadi anggota
biasa. Saya ikut mendukung pelayanan ini yang sangat memberkati orang-orang
Kristen Interdenominasi. Alasan lain saya ikut LOF adalah sebagai wujud men-
dukung pelayanan suami, yang juga mencintai dunia pelayanan gereja dan dunia
sosial.

149
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Sahabatku Meily
Johanis S. Najoan
(Anggota FGBMFI Indonesia, Gideon International,
International Christian Chamber of Commerce)

A
dalah suatu kehormatan bagi saya kalau saya dipilih oleh karibku Meily
untuk ikut mengambil bagian dengan menyampaikan suatu tulisan dalam
salah satu karya besar Meily yaitu biografi Meily Lunanta Kouwagam.
Saya sudah mengenal Meily secara peribadi sejak tahun sembilan puluhan
melalui suatu pelayanan kaum pria yang sudah banyak dikenal yaitu, Full Gospel
Business Man’s Fellowship International (FGBMFI) di mana suami Meily, Lunanta
terlibat di dalamnya. Meily menjadi anggota LOF, bahkan salah satu kakak Meily,
Jinhard Kouwagam merupakan pimpinan FGBMFI Wilayah Timur yang merupakan
partner saya di pelayanan wilayah Timur.
Rombongan FGBMFI Makassar berjumlah 24 orang pernah mengadakan
pelayanan ke Sulawesi Utara (Air Lift), Meily juga ikut serta dan pelayanan ini sem-
pat melayani di Kecamatan Kawangkoan dan rombongan menginap di country
house kami. Pelayanan ini sungguh diberkati Tuhan dan kami semua penuh
sukacita.
Saya semakin mengenal Meily lebih dekat pada suatu pertemuan Family
Camp di Malino Sulawesi Selatan pada tahun 1996 di mana kita saling sharing, tukar
pendapat dalam acara Family Camp tersebut. Saya sangat mengagumi sosok Meily
karena melihat pencapaiannya dalam pendidikan formal dan sangat aktif juga di
dunia pelayanan rohani dan pendidikan Kristen bahkan Meily menjadi dosen di sa-
lah satu STT di Makassar. Tidak sampai di situ Meily juga wanita yang sangat ramah
dalam pergaulan.

150
Pelayanan Pendidikan
Pelayanan Sosial

Kalau melihat latar belakang keluarga Meily, Meily adalah anak keempat
dengan tiga kakak laki-laki, berarti Meily adalah anak perempuan yang sangat di-
nanti-nantikan bapaknya, ibu, dan sudah tentu kakak-kakaknya. Dan betapa baha-
gianya keluarga ini dengan kehadiran Meily di tengah keluarga Kouwagam, konse-
kuensi logis Meily punya potensi besar menjadi anak yang manja.
Hal ini saya alami sendiri karena istri saya adalah anak kelima dengan em-
pat kakak laki-laki dan istri saya sangat-sangat dimanja oleh ayahnya dan jangan
pernah tersentuh tangan oleh siapa pun atau ayahnya akan marah. Disuruh kerja
apa saja tidak boleh. Dengan demikian anak manja punya karakter antara lain, egois,
mau menang sendiri, kemauannya harus diikuti dan “fighting spirit”nya lemah.
Tapi saya memerhatikan tidak demikian dengan Meily, puluhan tahun saya
mengenal dia, karena saya sering sekali mengadakan pelayan di Makassar, saya
dapati Meily yang cute orangnya cukup rendah hati, cekatan, pandai, bijaksana dan
berhikmat, dan karena karakternya yang demikian dia bisa mencapai kariernya
yang cukup sukses. Terlebih lagi Meily di samping kariernya dia pun adalah seorang
ibu yang baik dari dua anaknya dan oma dari tiga cucu.
Saya teringat dengan tokoh perempuan dalam Alkitab yang terkenal yang
punya persamaan dengan Meily yaitu Abigail. Para ahli Alkitab mencatat, ada dua
pidato terbaik di seluruh Alkitab, yang pertama adalah kata-kata perpisahan yang
diucapkan Rasul Paulus pada jemaat di Efesus yang dicatat dalam Kis. 20 ayat 17-38
dan yang kedua perkataan Abigail waktu dia menghadang 600 tentara Daud dengan
pedang terhunus serta hati yang geram karena terhina, yang dicatat dalam 1 Samuel
25 ayat 14-35.
Belajar dari seorang Abigail bagaimana dia hanya seorang wanita dapat me-
lunakkan hati 600 tentara yang sedang marah dan siap membunuh setiap laki-laki
yang mereka temui. Kalau kita baca ceritanya keberhasilan Abigail, saya simpulkan
sebagai berikut: dia rendah hati. Dia menghadang tentara dengan tertunduk ke
tanah meskipun dia wanita terhoramat dan sangat kaya. Dia berkorban dengan su-
sah payah memasak makanan begitu banyak untuk 600 laki- laki, dia punya inisiatif
tanpa ragu-ragu. Dia wanita yang berhikmat, berani mengambil tanggung jawab,
151
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

tidak menyalahkan orang lain dan bijaksana dalam berbicara sehingga dengan kata-
kata dia dapat menaklukan hati 600 tentara yang sedang geram dan Abigail berhasil
menyelamatkan keluarganya.
Meily punya persamaan karakter seperti Abigail sehingga dia dapat men-
capai suatu kehidupan yang berhasil dalam keluarga, dalam study, dalam pelayanan
meskipun banyak sekali tantangan yang dia hadapi seperti sering dia share pada
saya bagaimana dia menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupan keluarga,
usaha dan pelayanan rohani dan mengatasinya.
Kita akan mengetahui lebih jauh lagi siapa sosok Meily yang manis ini da-
lam suka duka, keberhasilan perjuangan hidup Meily, pada saat kita membaca bio-
grafi yang ditulisnya sendiri. Saya berdoa buku ini akan banyak memberi inspi-
rasi dan teladan buat pembaca terutama kaum perempuan sehingga buku ini men-
jadi suatu legacy bagi generasi mendatang yang akan dikenang terus dan menjadi
kebanggaan keluarga Lunanta Kouwagam terlebih bagi keluarga besar Kouwagam
yang diberkati Tuhan.
Tuhan Yesus yang penuh kasih sayang akan senantiasa melindungi dan
memberkati keluarga Lunanta Kouwagam dan kita semua pembaca.
***

152
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Asosiasi Pastoral Indonesia


Saya juga melayani di API (Asosiasi Pastoral Indonesia), khususnya di bagian kon-
seling. Kami membuat sebuah perkumpulan untuk melayani di lapas narkoba dan
membuat kegiatan sosial. Kami bisa saling mementor dan menguatkan satu sama
lain. Hampir semua anggota API adalah konselor. Tujuan utama API berdiri adalah
sebagai wadah mentoring satu sama lain, untuk saling menguatkan, mendukung,
supaya kami tetap semangat dalam melayani Tuhan.

153
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Pelayanan Lain
Selain yang sudah disebuntukan, saya juga melayani di BPK PKK KAMS (Perseku-
tuan Gereja Katholik di kota Makassar), dan beberapa organisasi sosial lainnya, se-
perti INTI, PDO Filemon, PUKAT, El Shaddai dan The Gideon.

154
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Bersama BPPK KAMS

Bersama Keuskupan Makassar

155
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

156
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Menghadirkan Oase Dalam Hiruk Pikuk Keseharian


Albertus Jap, SE., MM., CPS
(Pengusaha, Makassar)

S
ecara pribadi, saya mengenal bu Meily Lunanta Kouwagam belum lama, ku-
rang dari 10 tahun dan seringkali hanya dalam kegiatan sosial yang digelar
Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Provinsi Sulawesi Selatan di mana
ia sebagai Koordinator Bidang Pendidikan dan saya selaku Sekretaris dalam kepe-
ngurusan organisasi tersebut. Namun sejak pertama bertemu, langsung bisa akrab
dan sekaligus ada rasa hormat.
Kesan pertama yang saya peroleh saat kenal dengan Ibu Meily, demikian
biasa saya menyapanya, adalah bahwa ia seorang sosok wanita yang mature yang
ditunjukannya dalam kemandirian dan kecepatan ia memahami sekaligus menem-
patkan diri dalam suatu suasana atau dalam setiap perbincangan baik dalam forum
resmi pun dalam candaan dengan teman-teman. Ia senantiasa menunjukkan ke-
mampuan dapat menjaga tutur kata tetap sopan, ramah dan mempertimbangkan
perasaan lawan bicara sehingga membuat nyaman setiap lawan bicaranya.
Kemampuan tersebut pastilah terbit dari kedalaman dan keluasan horizon-
tal berpikir yang dimilikinya serta kebiasaan yang sudah lama terlatih sehingga
mampu memiliki kepekaan rasa dan kemampuan mengendalikan diri untuk men-
jadi pendengar yang baik serta pemberi inspirasi dari setiap perbin-cangan.
Tentu itu juga tak terlepas sumbangsih latar belakang keluarga terpelajar
dan profesi Ibu Meily sebagai dosen/pengajar di suatu institusi pendidikan, serta
praktisi psikolog dan aktivis sosial.

157
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Hal ini membuat saya maklum, mengapa bapak Peter Gozal selaku Ketua
Pengurus Indonesia Tionghoa (INTI) Provinsi Sulawesi Selatan sejak periode per-
tama kepengurusannya telah mengajak Ibu Meily bergabung sebagai koordinator
yang mengelola bidang pendidikan karena kemungkinan sekali pengalaman in-
teraksi mereka di Lions Club di Makassar.
Walaupun keaktifannya di organisasi Perhimpunan INTI tergolong tidak
“segila” kami, pengurus lainnya, dalam mengalokasikan waktu buat organisasi ini
namun saya dapat memakluminya karena Ibu Meily memiliki juga banyak kegiatan
lain dan selama ini berhasil membagi waktu dan perhatian antara keluarga, hobi,
dan aktivitas pelayanan masyarakat.
Dengan latar belakang profesi yang saya sebutkan di atas di mana juga Ibu
Meily sekaligus sebagai ibu rumah tangga, maka tentu bukanlah hal mudah untuk
memadupadankan banyak kepentingan dan mengatur waktu. Ini membutuhkan ke-
mampuan manajerial tersendiri agar semua berjalan dan terlayani dengan baik.
Selain itu, saya juga mendapat kesan positif dari bagaimana sikap, intonasi
suara dan gaya bahasa yang dipergunakan Ibu Meily dalam merespons lawan
bicaranya secara langsung ataupun via telepon, baik dengan anak, suami maupun
dengan PRT di rumah, membuatku yakin kalau ia mestinya disukai banyak teman-
temannya di luar sana dan tentu saja juga anggota keluarganya.
Kita pun sebenarnya dapat merasakan bila berkesempatan bersua dengan-
nya, berhadapan muka maka kita akan menangkap adanya rasa nyaman dalam
bercakap dengannya dan adanya cahaya (aura) dari wajah ayu Ibu Meily yang sering
memancarkan ketenangan, keceriaan dan penguatan.
Kematangan, kemandirian, ketenangan, dan keceriaan serta kebijaksa-
naannya sebenarnya juga terekam pada penampilan Ibu Meily yang senantiasa
mampu menempatkan pembicaraan serta berhasil menyanding-pantaskan pilihan
busana dengan suasana dikala situasi resmi maupun santai, baik dalam komunitas
lama maupun komunitas yang baru dikenalnya. Tidak lerlu heran atas keberagam
komunitas yang dimilikinya sebab semua ini adalah konsekuensi dari keluasan, ke-

158
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

terampilannya menjalin relasi sehat dan membawa diri dalam banyak pergaulan di
berbagai kalangan jenis masyarakat.
Saya pikir, Ibu Meily menempatkan landasan relasinya pada rasa saling
menghormati sebab seringkali ia tidak terlalu tertarik dengan gosip murahan na-
mun suka pada topik-topik bagaimana membantu orang lain membangun diri dan
kerap mengatakan dalam berbagai kesempatan bahwa ia senantiasa ingat, ber-
syukur serta takut akan Tuhan. Dan mengajak untuk ikut mengimplementasi-
kannya.
Untuk hal seperti ini, ia dapat menjadi kakak atau sahabat yang enak diajak
bicara dan dapat menjadi contoh wanita profesional serta ibu rumah tangga yang
mampu membawa diri dengan baik dalam pergaulan umum.
Hal yang sama ternyata juga dirasakan oleh teman-teman lainnya, sesama
pengurus dalam Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI). Sehingga praktis men-
imbulkan rasa hormat dan tanpa sadar telah menempatkan Ibu Meily sebagai sosok
yang pantas dihormati serta patut diteladani.
Masyarakat kita
akan terus membutuhkan
figur orang-orang yang bisa
mencerahkan khususnya
dalam keberanian mem-
berikan perhatian kepada
manusia dalam setiap relasi
dengan sesama. Berani
melihat manusia sebagai
manusia tanpa terganggu
pada predikat atau label-la-
bel seperti pangkat, strata
sosial, kepandaian dan lain
sebagainya.

159
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Semoga Ibu Meily semakin diberkati sekeluarga dan menjadi suluh bagi
banyak orang pada setiap karya-karyanya sepanjang hidupnya, yah. Sebagaimana
Ibu Meily merupakan anak dari seorang guru dan memiliki saudara yang menya-
nyanginya, kini bolehlah juga memberikan pengajaran melalui keteladanan hidup-
nya. Amin.
***

Nilai Kehidupan
Dr. Ir. Andy Mulyadi Sapan, M.Th
Pembantu Ketua III STT Blessing Makassar
Ketua Harian Badan Kerja sama Gereja-gereja (BKSG) Makassar
Sekertaris Umum PGLII Wilayah Sulawesi Selatan
Fasilitator Umum Regional Sulawesi JDN

M
eily Lunanta Kouwagam, namanya lebih dahulu saya tahu sebelum
mengenal pribadinya, itu memberi kesan bahwa wanita yang sangat
friendly ini pesonanya jauh berjalan melampaui dirinya sendiri.
Pertama kali mengenal Ibu Meily pada paskah sekota Makassar sekaligus
deklarasi “Badan Kerja Sama Gereja-gereja” (BKSG) kota Makassar 16 April 2016.
Surprised karena beliau ternyata adalah juga seorang tokoh gereja dan aktif dalam
kegerakan oikumene. Antusiasnya terhadap gerakan oikumene dan keramahannya
mampu untuk menjadikannya langsung
tampil bersama tokoh aras gereja daerah
Sulawesi Selatan. Dalam setiap per-
jumpaan dengan wanita yang lincah dan
bersemangat ini selalu menghadirkan
suasana yang hangat dan ceria, sehingga

160
Pelayanan Pendidikan

selalu meninggalkan kesan untuk dapat segera


bertemu lagi, itu sebabnya kehadirannya selalu
dinantikan.
Wanita yang fashionable ini aktif da-
lam berbagai organisasi: sosial, kemasyara-
katan dan keagamaan. juga adalah tokoh Pen-
didikan, Ketua Umum Majelis Pendidikan Kris-
ten Wilayah (MPKW) Sulselbara dan Ketua Tim
Peduli Pendidikan Keuskupan Agung Makassar.
Jika berbicara tentang pendidikan, salah satu
dosen STT Jaffray Makassar ini selalu berse-
mangat, kurang lebih 40 tahun menjalani
profesi sebagai pendidik, Ibu Meily sangat
mengerti arti kehadiran seorang guru yang akan
mengilhami, menginspirasi kehidupan, itu
sebabnya ketika BKSG Makassar mengajak ker-
jasama MPKW dalam pelatihan Guru PAUD dan
diklat sertifikasi guru agama Kristen kota Ma-
kassar langsung disambut dengan antusias oleh
ibu cantik ini.
Ibu Meily merupakan motivator wani-
ta yang selalu tampak bersemangat, itu sebab-
nya sebagai tokoh gereja dan sangat suka mem-
bantu orang-orang di sekitarnya serta ide-ide
segarnya membuat ibu ini layak untuk selalu
dihadirkan dalam pertemuan-pertemuan gere-
jawi, keramahannya mampu untuk memposisi-
kan dirinya dengan siapapun dan dalam kapasi-
tas apapun, kehadiran Ibu Meily dalam per-
temuan-pertemuan kegiatan jaringan doa na-
sional (JDN) di Makassar.
161
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Dalam rangka membina hubungan dengan sesama Tubuh Kristus di daerah


ini, wanita inspiratrif ini melakukannya dengan sepenuh hati dan usaha, undangan
untuk hadir dalam suatu kegiatan tak pernah ditolaknya walaupun hanya sekadar
memberi support kepada orang lain. Itu sebabnya ketika Ibu Meily mengundang,
maka akan membuat saya memastikan untuk memenuhinya, karena Ibu Meily su-
dah lebih dahulu melakukan kebaikan itu.
Buku perjalanan hidup seorang wanita yang disenangi banyak orang ini
dan selalu dipenuhi cinta kasih, juga memiliki hati yang baik ini akan menyenang-
kan untuk dibaca dan menginspirasi serta menyemangati semua pembacanya. Tu-
han Yesus selalu memberkati Ibu Meily dan keluarga dalam menuntaskan panggilan
pelayanan-Nya.
***

162
Pelayanan
Pelayanan Sosial
Pendidikan

Bagi saya pribadi, orang pintar itu banyak, tetapi yang paling penting adalah orang
yang punya hati. Hati yang bagaimana dulu, begitu mungkin komentar saudara
saudari sekalian kan. Hati yang ingin menolong orang lain mengalami perjumpaan
dengan Tuhan. Hati yang ingin menolong orang lain mengalami transformasi dalam
hidupnya ke arah yang lebih baik. Sebagai pendidik khususnya, kita setiap hari ber-
temu dengan murid-murid dan memberi pengaruh kepada mereka, baik atau bu-
ruk. Nah pengaruh itulah yang tinggal di dalam diri murid-murid bagi masa depan
mereka. Saya hanya mau memberi pengaruh yang positif kepada pada murid.
Prinsip ini pertama-tama diajarkan orang tua saya. Seorang guru haruslah
dicintai oleh murid-muridnya, setelah itu murid akan jatuh cinta kepada pelajaran
yang diajarkan. Begitu yang mereka katakan. Dan itu juga yang saya usahakan di
dalam proses mengajar. Jadi karena kecintaan kepada dunia pendidikan, saya ba-
nyak melayani di dalam dunia pendidikan baik di kota Makassar maupun di tempat
lain.
Saya rindu hidup saya menjadi saluran berkat bagi orang banyak supaya
nama Tuhan dipermuliakan dan orang-orang di sekitar saya diberkati. Dengan
mengajar, saya harap hidup saya bisa berdampak di masa mendatang untuk banyak
orang.

163
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

5
Mengalami Kebaikan Tuhan dalam Keluarga

W
alaupun sibuk pelayanan, bagi saya keluarga tetap nomor satu. Saya selalu
berusaha memerhatikan kebutuhan mendasar anak-anak seperti kese-
hatan, pendidikan, iman, dan hal-hal lain yang mereka perlukan. Waktu
mereka kecil, sambil kuliah, saya tetap mengasuh mereka. Walau saya seorang kon-
selor dan dosen, saya tetap merasa pekerjaan utama saya adalah ibu rumah tangga.
Saya mengatur waktu sedemikian rupa sehingga selalu ada waktu untuk semua ak-
tivitas. Keluarga, studi, pekerjaan, karier, pelayanan, itu adalah sedikitnya hal-hal
yang saya masukkan dalam kegiatan saya sehari-hari.
Saya diberkati dengan dua orang anak; Lita dan Rinaldy. Lita anak sulung
saya, mengambil gelar Sarjana Psikologinya di Universitas Indonesia, lalu lanjut S2
profesi Psikolog Anak di kampus yang sama. Setelah lulus, Lita pernah pulang ke
Makassar, dan menjadi dosen di Universitas Negeri Makassar serta karena ia tidak
bisa diam seperti saya, ia pun mengajar STT Jaffray dan Universitas 45 serta
mengajar piano di Yamaha sebagai penyeimbang kegiatannya. Ia juga giat pela-
yanan musik di gereja dan persekutuan doa. Setelah menikah, Lita sempat pindah
ke Milan bersama dengan anak mantu saya Reinhard yang sedang kuliah S2 dan
164
Mengalami Pelayanan
Kebaikan Tuhan Dalam Keluarga
Pendidikan

cucu saya Aretha yang waktu itu masih bayi. Sekarang mereka di Jakarta, ia
melanjutkan pekerjaannya sebagai dosen di Universitas Esa Unggul serta tetap aktif
pelayanan musik. Sekarang ia memilih paduan suara anak-anak untuk bisa mela-
yani bersama-sama dengan cucu-cucu saya.

Foto-foto kenangan saya dan Lita

165
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

166
Mengalami Pelayanan
Kebaikan Tuhan Dalam Keluarga
Pendidikan

Anak kedua saya, Rinaldy, mengambil S1-nya dalam jurusan Teknik Indus-
tri di Universitas Trisakti, lalu lanjut lagi dengan Magister Manajemen, masih di
kampus Trisakti. Rinaldy kemudian lanjut belajar dan bekerja di Singapura selama
beberapa saat. Rinaldy pun sekarang berdomisili di Jakarta dan melanjutkan pa-
ssionnya dalam kewirausahaan. Dengan penyertaan Tuhan, ia berhasil merintis dan
menjalankan usaha dalam bidang generator.
Foto-foto kenangan saya dan Rinaldy

167
Melebihi
Mengalami
Permata: Kebaikan
Menulis Kebaikan
Tuhan Dalam
Menghapus
Keluarga
Air Mata

Sejak anak-anak masih bersama dengan kami di Makassar, saya sudah ter-
libat dalam banyak pelayanan. Terlebih lagi ketika mereka sudah besar, saya pun
semakin bisa menambah waktu pelayanan saya di luar sambil saya melanjutkan
studi saya. Saya bersyukur pemeliharaan Tuhan bagi keluarga saya sangat nyata.
Bukan hanya bagi kami berdua sebagai suami istri tetapi juga sampai ke anak cucu.
Banyak cerita hidup yang merupakan kesaksian akan kasih dan penyertaan
Tuhan. Terkadang pada hal yang sangat signifikan tetapi terkadang juga pada hal
yang sangat sederhana. Tuhan hadir dalam hal kecil dan besar jika kita mau memer-
hatikan kehadirannya dengan seksama. Salah satu contoh hal yang signifikan adalah
ketika Rinaldy akan menikah dengan Esther, anak mantu saya. Saya terkena kece-
lakaan di mana kepala saya terantuk keras pada pintu kaca sehingga mata kanan
bengkak dan keluar air mata terus menerus. Terus terang saya stress sekali karena
tiga hari saya harus mendampingi anak di panggung pernikahan dan mata saya san-
gat sakit. Saya berdoa dan pergi ke dokter. Menurut dokter mata, dibutuhkan 1-2
minggu untuk sembuh total. Keluarga pun putar otak mencari cara agar saya bisa
tetap hadir di pesta pernikahan. Ada yang menyarankan memakai kaca mata, ada
yang menyarankan pakai perban. Ada juga yang bilang di make up yang tebal. Saya

168
Pelayanan Pendidikan

pribadi tidak ingin aneh-aneh seperti itu. Jadi saya berdoa supaya mata saya normal
di hari H. Ajaibnya di hari H, mata saya normal. Tidak bengkak. Sungguh ini bukti
kebaikan Tuhan. Mengapa saya yakin seperti itu? Karena, sehari setelah pesta, mata
saya bengkak lagi selama dua minggu ke depan, persis seperti prediksi dokter.
Akhirnya selama dua minggu itu saya istirahat dan bengkaknya hilang sendiri. Be-
tapa baiknya Tuhan yang memberikan saya kesempatan mendampingi anak saya
menikah dengan penampilan normal dan semua berlangsung dengan baik.
Tuhan juga hadir dalam hal kecil. Sungguh banyak sebenarnya. Salah satu
yang saya ingat adalah suatu ketika saya ingin membeli sepatu tepat di akhir bulan
saat saya harus membayar uang sekolah anak yang saya asuh. Sementara uangnya
tidak cukup kalau untuk beli sepatu dan bayar uang sekolah. Saya harus memilih
dan akhirnya saya memutuskan membayar uang sekolah. Dua minggu kemudian
seorang teman dari Jakarta datang, dan memberi sepatu persis sama dengan yang
saya batal beli, mulai dari warna, ukuran, merknya. Saya sampai terharu karena
kebaikan Tuhan, sepatu saja Dia perhatikan.
Ada juga hal kecil dan besar bergabung menjadi satu. Anak saya yang
kedua, Rinaldy sempat mengalami masa kesulitan memiliki keturunan, jadi ia dan
istrinya mengikuti program IVF (program bayi tabung). Untuk kebutuhan DHA bagi
calon cucu saya, saya mencari lemak ikan salmon karena katanya bagus untuk
kesehatan kandungan dan bayi. Di supermarket, seorang bapak yang tidak saya ke-
nal, waktu mendengar saya mencari lemak ikan salmon memberikan sebagian le-
mak salmon yang dimilikinya (saya baru tahu kemudian ternyata bapak itu membeli
salmon dalam jumlah banyak untuk dirinya). Waktu saya mau gantikan, ia malah
berkata, “Saya lihat wajah ibu dan Tuhan gerakkan saya untuk memberikan ikan
salmon tersebut kepada ibu!” Saya kaget dan bersyukur. Saya ingat ibu saya selalu
berkata: banyak orang baik, nak! Sepertinya Tuhan juga mau menunjukkan prinsip
itu kepada saya, bahwa orang-orang baik itu ada di mana-mana.
Ada juga kejadian sakit gigi yang cukup drama dan panjang saya alami.
Awalnya seperti misteri mengapa gusi saya berdarah terus menerus. Lalu saya
bingung mengapa pipi saya berlubang dan makin lama makin dalam. Waktu di

169
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

periksa ternyata ada gigi yang tumbuh ke dalam dan melubangi pipi. Sungguh
mengherankan karena biasanya gigi bungsu tumbuh di usia 20an tahun ya. Dokter
mengatakan gigi itu harus dicabut dengan cara dioperasi. Saya ragu-ragu karena
pada dasarnya saya enggan sekali mendapat segala tindakan di rumah sakit.
Kemudian, saya diberi tahu kalau di Jakarta ada dokter bedah mulut yang bagus.
Ketika saya pergi ke rumah sakit di mana dokter itu praktek, saya berpapasan
dengan dokter tersebut yang ternyata adalah orang Makassar juga. Ia adalah
seorang spesialis bedah mulut yang mumpuni. Begitu takutnya saya akan efek
samping yang orang-orang peringatkan (tidak bisa makan, pipi bengkak, sakit dll).
Namun, yang terjadi sebaliknya, operasi berjalan lancar, bahkan tidak terasa sakit
sama sekali. Saya pun dibebaskan dari biaya oleh dokter tersebut. Luar biasa me-
mang karya Tuhan. Selalu ada alasan untuk mengucap syukur.

170
Pelayanan Pendidikan

BAGIAN 2

Prinsip dan Pelajaran Kehidupan

171
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Melihat Dunia
S
aya senang traveling, mungkin karena sejak kecil ayah sering mengadakan
lokakarya di berbagai kota di Indonesia dan saya sering diajak. Sampai
sekarang saya jadi senang jalan-jalan. Dalam setahun minimal dua kali saya
dan keluarga besar pergi ke luar kota atau ke luar negeri. Saya dan suami juga se-
tahun beberapa kali ke luar kota. Kadang juga saya pergi ke berbagai kota karena
tugas atau rapat. Dengan bepergian ini, selain melihat berbagai pemandangan, saya
juga bisa punya teman di mana-mana. Saya mengenal berbagai kebudayaan, ber-
teman dengan orang dari berbagai suku, agama dan ras.
Bagi saya traveling bukanlah sekadar hobi tapi adalah kebiasaan baik untuk
membuka mata kita tentang dunia yang Tuhan ciptakan. Tidak cuma mata, tetapi
pandangan kita pun bisa terbuka terhadap perbedaan dan bagaimana suatu hal
disikapi berbeda di tempat yang berbeda. Saya rasa, penggunaan uang dan waktu
untuk travelling adalah pengeluaran yang tepat guna. Bolehlah kita menyisihkan
uang dan waktu untuk traveling. Dijamin, Anda tidak akan menyesalinya.

172
Pelayanan
MelihatPendidikan
Dunia

Berikut adalah sebagian foto-foto saat saya traveling.

173
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

174
Pelayanan Pendidikan

Sederhana dan Berdampak

M
enurut saya, hal-hal sederhana yang dilakukan dengan baik pasti akan
berdampak besar. Hal ini saya alami dalam hidup saya. Mulai dari
bangun tidur sampai akan tidur lagi. Saya selalu berusaha menjalani
hidup yang disiplin sekecil apapun itu. Rutinitas saya setiap pagi hari, bangun, ke
kamar mandi, lalu berdoa. Kadang-kadang bisa juga saya berdoa dulu sebelum ke
kamar mandi. Setiap hari saya membaca Alkitab 30 menit. Saya juga ikut grup
whatsapp ABA (Ayo Baca Alkitab), yang bertujuan memandu baca dan membuat
laporan baca Alkitab. Minimal dalam sehari kami dianjurkan membaca 15 ayat.
Tujuannya membuat orang lebih dekat kepada Tuhan dan mempelajari Firman Tu-
han.
Setelah menyapa Tuhan, barulah saya melakukan kegiatan sehar-hari se-
bagai ibu rumah tangga, ke pasar dan memasak buat keluarga. Bagi saya menjadi

175
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

ibu rumah tangga bukan sebuah rutinitas atau kewajiban belaka tetapi adalah suatu
hal yang menyenangkan.
Saya juga selalu menyempatkan diri berolahraga, tidak perlu yang trending
atau hits sih, cukup treadmill, sepeda statis atau jalan pagi. Di sela-sela kesibukan
saya selalu menyempatkan diri untuk bersosialisasi dengan teman-teman lewat te-
lepon dan media sosial, diantaranya dengan Whatsapp. Saya senang bertukar
pikiran dengan orang lain, apalagi saya punya banyak teman di seluruh Indonesia.
Saya memiliki lebih dari 30 group Whatsapp dengan berbagai bidang yang berbeda.
Saya menikmati menjaga komunikasi dengan berbagai kalangan. Bersosialisasi me-
mang salah satu kesukaan saya.
Foto beberapa kelompok di mana saya terlibat di dalamnya

176
Sederhana dan
Pelayanan Berdampak
Pendidikan

Selain dengan teman, saya selalu ada waktu dengan keluarga. Saya selalu
ada waktu tiap hari untuk menelepon anak saya lalu minta bicara dengan cucu wa-
lau cuma 5 menit. Cucu saya yang paling besar berusia 12 tahun bernama Aretha. Ia
anak yang tekun dan pernah jadi juara umum di sekolahnya. Ia suka balet dan pintar
mengajar. Mungkinkah ia juga mau jadi guru seperti kakek buyutnya ya?, Cucu
kedua saya, Jayden, berusia 9 tahun. Anaknya konsisten dan persisten sekali. Ia sa-
ngat suka berolahraga. Kedua cucu saya ini sejak kecil juga belajar musik karena
kedua orang tuanya memang senang musik. Aretha memilih piano dan biola, se-
dangkan Jayden memilih gitar dan drum. Kedua cucu saya terlibat dalam pelayanan
paduan suara anak sejak 4 tahun. Saya bersyukur sekali anak-anak dapat melayani
Tuhan sejak mereka kecil. Mereka berharap bisa sama-sama melayani sebagai satu
keluarga di gereja di dalam bidang musik. Cucu saya yang ketiga, Erina, berusia 3
tahun, anaknya mungil dan manis sekali. Ia senang bernyanyi dan selalu riang
menyapa saya, baik ketika kami bersama maupun ketika berkomunikasi lewat video
call. Lalu ada Mirielle, cucu saya yang keempat, usianya 2 tahun, terpaut jauh dari
kakak dan abangnya, Aretha dan Jayden. Datang sebagai kejutan dalam keluarga

177
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

kami dan setiap hari ada saja tingkahnya yang membuat kami terkejut. Ia menyerap
segala sesuatu seperti spons dan selalu meniru apa yang kita lakukan.
Foto Mirielle

Kakak-kakak saya juga merupakan bagian yang penting dalam hidup saya.
Kalau kami lagi di ada di satu kota, kami selalu makan bersama, kadang pagi-kadang
malam, bahkan bisa pagi sampai malam. Kami sangat dekat lho. Hal yang kami
lakukan sederhana saja, kadang cuma duduk-duduk sore sambil ngobrol dan kakak
saya minum kopi. Kadang kami nonton bersama. Tahun 2020 ini, saya ulang tahun
pernikahan yang ke 40, angka yang cukup signifikan untuk disyukuri dengan
berkumpul bersama keluarga besar dan bersukacita bersama. Sayangnya ada Covid-
19 yang memisahkan kita. Tak kurang akal, kami janjian bertemu secara online,
mereka semua menyediakan waktu untuk saya. Saya sungguh terhibur dengan
“hadir”nya kakak-kakak saya, berserta seluruh keluarga besar semuanya. Walau kita
semua tidak dapat berjumpa tetapi hati kami dekat.
178
Sederhana dan
Pelayanan Berdampak
Pendidikan

Saya juga berusaha menjaga hubungan dengan teman-teman. Sebulan


sekali saya bergabung dalam pertemuan dengan teman-teman SD, SMP, SMU. Bi-
asanya kami berkumpul kira-kira 50 orang. Setiap kali bertemu kami mengumpul-
kan Rp.100.000,- untuk biaya konsumsi. Biasanya kami bertemu di hari Sabtu siang
di akhir bulan untuk makan-makan dan berbagi pengalaman sambil bicara menge-
nai kehidupan. Pertemuan ini dilakukan bergantian tempat di rumah salah satu dari
kami agar bisa saling berkenalan satu sama lain dengan keluarganya. Kami juga ka-
dang-kadang melakukan acara ke luar kota setahun sekali, pernah di Bali, Manado,
Yogyakarta, dll, untuk mempererat tali persaudaraan.
Apa yang saya bagikan di atas adalah hal-hal kecil, sederhana. Tapi karena
dilakukan dengan setia dan rutin, maka dampaknya pun besar. Selain memiliki ba-
nyak teman, relasi, saya juga banyak dikuatkan dari hubungan-hubungan tadi.

179
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Demokrasi dalam Keluarga

D
alam keluarga saya menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Anak-anak
boleh memberikan pendapat, tetapi kalau ada pendapat tidak sesuai
dengan prinsip saya maka saya mengarahkan ke arah atau jalan yang
benar, termasuk dalam hal memilih pasangan hidup. Tentu saja sebelum bisa
mengarahkan mereka, saya harus menjadi teladan bagi anak-anak saya. Karena itu-
lah saya selalu berusaha hidup benar, karena perbuatan akan berbicara lebih kuat
dari perkataan. Contohnya ketika saya mengajar mereka untuk taat beribadah. Saya
sendiri memberi contoh tidak pernah terlambat ke gereja setiap minggu.
Bagi saya, dalam mendidik anak, mereka harus tahu kalau kami, orang
tuanya, mengasihi mereka. Kalau saya menegur ketika mereka salah maka itu ada-
lah dalam rangka mendidik. Kalau saya keras terhadap anak-anak saya, itu karena
saya ingin mereka maju. Kalau saya memberi mereka tekanan-tekanan dan tan-
tangan-tantangan, itu karena saya ingin mereka punya karakter yang baik.

180
Demokrasi Dalam
Pelayanan Keluarga
Pendidikan

Semuanya karena kasih. Kasih adalah modal dasar di dalam keluarga. Saya percaya
bahwa dengan kasih maka sebuah keluarga akan dipersatukan di dalam kasih Tu-
han.
Bagi saya mengasihi itu bukanlah mengasihani. Saya perlu mendisiplinkan
anak-anak ketika mereka memang membutuhkannya. Saya mengajar mereka disi-
plin demi kebaikan mereka juga. Lita misalnya saya haruskan latihan piano setiap
hari. Awalnya berat, tapi sekarang mereka bersyukur karenanya.
Karakter yang baik, yang berada dalam kebenaran adalah hal yang penting.
Saya selalu ajarkan kepada anak saya bahwa orang pintar itu banyak, tetapi yang
penting harus ada adalah integritas dan kejujuran. Inilah nilai-nilai yang saya wa-
riskan kepada anak cucu. Warisan yang saya harap akan mereka nilai lebih berharga
dari permata.
Foto Keluarga dan Sahabat Kouwagam

181
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Bicara tentang anak, cucu, berikut adalah kesaksian dari generasi beri-
kutnya dari keluarga Kouwagam: keponakan-keponakan dan cucu-cucu saya.

Sang Wanita Pemberani


Dr. Adityawarman M. Kouwagam, SH,M.Kn
(Pengacara, Makassar)

P
ertama-tama saya harus katakan bahwa saya sangat bangga ketika diminta
memberikan testimoni oleh Tante Meily Kouwagam, karena saya tahu beliau
adalah seorang tokoh pendidik yang banyak memberi inspirasi bagi semua
orang sehingga tulisan saya ini juga pasti akan banyak dibaca.
Saya adalah kemenakan tertua beliau, lahir dari Bapak Ir. Jinhard Kou-
wagam & Ny. Rocella Singara. Sejak dulu keluarga besar Kouwagam tumbuh sangat
dekat satu sama lain, oleh karena itu saya juga dari kecil hingga dewasa sangat akrab
182
Demokrasi Dalam
Pelayanan Keluarga
Pendidikan

dengan para om dan tante serta sepupu-sepupu saya, khususnya kepada Tante Meily
dan anak anaknya yang sudah saya anggap sama seperti saudara kandung saya. Se-
tiap momen baik kecil maupun besar, suka maupun duka, pasti selalu diisi dengan
kehadiran yang lain, karena kami selalu ingat ajaran Opa Kouwagam bahwa hidup
harus seperti sapu lidi, yang mudah patah jika sendiri-sendiri tapi akan kuat jika
bersatu.
Sejak kecil saya kagum dengan tante saya, yang sangat berani dalam me-
nyuarakan dan memperjuangkan kebenaran. Keberanian beliau ini saya lihat juga
turun kepada anak-anaknya sehingga mereka semua sekarang juga dapat menjadi
orang orang sukses dan berani dalam menjalani kehidupan.
Tante saya ini gemar mengkoleksi berbagai macam karet penghapus yang
unik dan rupanya ada falsafah mendalam di balik hobinya tersebut, beliau menga-
jarkan agar kita tidak mengingat-ingat kesalahan orang lain bahkan jika ada orang
yang berseteru, kita diharap bisa menjadi juru damai yang menghapus kesalahan
para pihak hingga semuanya kembali seperti kertas putih yang bersih.
Selamat ulang tahun ke-60 Tante tersayang. Teruslah melayani dan men-
jadi karet penghapus yang menginspirasi semua orang.
***

The Meaning of Meily


dr. Anggrainy D Kouwagam, M.Kes, Sp.OG
(dokter Kandungan, Makassar)

P
ada kesempatan kali ini, saya ingin menulis sedikit tentang tante saya yang
luar biasa, Meily Lunanta Kouwagam, yang dalam kesehariannya kami me-
manggilnya dengan sebutan tante Meily.

183
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Tidak cukup kata-kata yang dapat dipakai untuk menggambarkan sosok


tante saya yang satu ini, dia panutan bagi keluarga kami, embun yang sejuk dalam
hati kami. Di sini saya ingin menggambarkannya dengan 6 kata, sesuai dengan ak-
ronim namanya. Menurut saya 6 kata ini dapat menggambarkan pribadinya.
MEILY = Motivation, Educated, Inspiring dana Imaginative, Loving, Youthful
M = Motivation
Tanteku ini merupakan seorang yang penuh dengan motivasi. Sejak saya mengenal-
nya saya selalu melihatnya sebagai sosok yang mempunyai motivasi, misalnya mo-
tivasi untuk selalu belajar, motivasi untuk melayani sesama dan motivasi untuk
menjadi seorang pendidik. Tidak heran dalam sebuah artikel di tahun 2012 dia
diberikan julukan sebagai “Kartini cantik dan enerjik dari Makassar”. Artikel ini sa-
ngat tepat untuk menggambarkan dirinya.
Motivasinya sebagai seorang pendidik terutama di bidang keagamaan
membuatnya bergabung dalam sederet organisasi yang tidak bisa kami sebutkan
namanya satu per satu, baik organisasi/perkumpulan yang bergerak di bidang ke-
agamaan maupun kemanusiaan. Di sini kita dapat melihatnya sebagai seseorang
yang peduli terhadap sesama, tanpa membeda-bedakan orang berdasarkan status
dan derajatnya. Sosok opa kami, drs. Setianegara Kouwagam, yang merupakan
seorang pendidik yang tegas, dan oma kami, Teowati, seorang ibu rumah tangga
yang penuh cinta dan mempunyai hati yang lembut dan penyayang bergabung da-
lam diri Tante Meily sehingga menjadikannya pribadi yang tegas tapi penuh dengan
cinta dan kelembutan hati.
E= Educated
Dari sederet gelar yang dicapainya dan tercantum di belakang namanya, dapat
dilihat bahwa Tante Meily merupakan seorang yang well-educated dan mahir di bi-
dang yang digelutinya yaitu bidang pendidikan keagamaan. Hal ini tidak terlepas
dari ajaran opa kami. Opa merupakan seorang guru bahkan pernah menjabat se-
bagai kepala sekolah dan kepala yayasan di Sekolah Gamaliel Makassar. Muridnya
sudah tersebar di mana-mana dan banyak pula yang sudah menjadi orang sukses.

184
Demokrasi Dalam
Pelayanan Keluarga
Pendidikan

Sosok opa yang lekat di ingatan saya sebagai guru dan pendidik, dapat saya lihat
kembali di masa sekarang ini dalam diri Tante Meily. Tante Meily dengan semangat
yang berkobar-kobar di bidang pendidikan membawa dirinya menjadi seorang
dosen di sekolah theologia di Makassar. Jiwa pendidik turun temurun dalam
keluarga kami, dan menjadi contoh dan warisan yang akan kami teruskan kepada
anak-anak generasi penerus kami. Guru adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa.
Profesi mulia yang hanya dapat dilakoni oleh orang-orang yang berhati tulus dan
tidak mengharapkan imbalan apapun.
I = Inspiring and Imaginative
Tanteku adalah sosok yang penuh inspirasi. Dia menjadi pembicara di berbagai se-
minar pendidikan dan masuk dalam “The Most Inspiring Women” di Makassar.
Kiprahnya di dunia pendidikan membuatnya menjadi sosok yang dipandang di kota
kelahirannya.
Imajinasinya dapat kita lihat dari tulisannya mengenai “Filosofi Penghapus
kesukaanku”. Tulisan ini dimuat disebuah media di Makassar tahun 2014 silam.
Lebih dari 30 tahun lamanya dia mengkoleksi penghapus, dan dari penghapus ini
lahirlah sebuah tulisan. Tulisan ini menggambarkan tentang bagaimana hidup ini
perlu seperti penghapus. Mampu menghapus kenangan negatif dan belajar
menerima bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dihapus. Prinsip ini juga yang dia
terapkan dalam kehidupannya selama ini dan diajarkan kepada kami anak-anak,
keponakan dan juga cucu-cucu yang mulai beranjak remaja.
L = Loving
Loving, kata ini sangat cocok menggambarkan sosok tante saya yang penuh dengan
rasa cinta terhadap keluarga, sahabat, murid, dan semua orang termasuk orang-
orang yang kadang melukai hatinya. Tidak sedikit pun ada rasa benci atau tidak suka
yang timbul dalam hatinya melainkan dia selalu menggantinya dengan doa. Kepada
masyarakat dan sahabat, Tante Meily dikenal sebagai seorang konselor, termasuk
konselor kepada para narapidana di lapas. Banyak hati yang sudah dia pulihkan.
Kepada keluarganya, rasa penuh cinta dan sayang kepada kami semua ditunjukkan

185
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

baik dari setiap salam dan ucapan yang dikirimnya setiap hari dan perhatian-per-
hatiannya kepada kami terutama jika ada anggota keluarga yang sakit. Sewaktu
mama saya sakit dan harus menjalani pengobatan di negeri seberang, Tante Meily
juga hadir menemani dan selalu memberi dukungan-dukungan moral kepada kami.
Tante Meily merupakan penyejuk keluarga kami.
Y = Youthful
Tanteku berjiwa muda. Di usianya yang tak muda lagi, dia selalu tampil cantik dan
fashionable. Tak pernah sekalipun kami melihatnya tampil tidak cantik, walaupun
di rumahnya sendiri. Tidak perlu barang-barang mewah dan perhiasan berlimpah
dalam setiap penampilannya, tapi sehari-hari kita dapat melihatnya sebagai seorang
wanita cantik, sederhana namun bersahaja dan elegan.
Akhir kata sebagai penutup tulisan ini, saya menggambarkan Tante Meily
sebagai seorang wanita cantik, berpendidikan, berjiwa muda, berhati penuh cinta
yang hidupnya dipenuhi motivasi dan imajinasi sehingga menjadikannya sosok yang
menginspirasi kehidupan banyak orang.
***

186
Demokrasi Dalam Keluarga
Pelayanan Pendidikan

Cahaya Dalam Keluarga


Adipradana T. Kouwagam, S.Ars., M.Sc (RE)
(Arsitek, Makassar)

S
alam sejahtera bagi kita semua. Saya sangat senang ketika diminta oleh Tante
Meily untuk menuliskan sepenggal cerita mengenai kehidupan dari seorang
Meily Lunanta. Begitu banyak orang yang telah menuliskan betapa luar bia-
sanya Tante Meily, dan itu adalah benar adanya. Namun saya tertarik untuk mem-
berikan testimoni dari sisi yang mungkin jarang orang melihat. Oleh karena itu,
izinkan saya untuk menulis beberapa kata untuk menggambarkan betapa luar bia-
sanya Tante Meily ini.
“Anak-anak itu seperti selembar kertas putih, apa yang orang tua tuliskan,
itulah yang terjadi ke anakanaknya”. Ini adalah kata-kata seorang Tante Meily Lu-
nanta yang pernah disampaikan kepada saya dahulu ketika saya akhirnya menjadi
seorang ayah. Terlepas dari kesuksesan beliau dalam bidang pendidikan, bagi saya
yang menjadi tolak ukur keberhasilan seorang pengajar adalah ketika dia berhasil
mendidik anak-anaknya sendiri, orang terdekat yang berada dengan dia. Seseorang
bisa saja memasang topeng yang begitu bagus di depan semua orang, tetapi ter-
hadap keluarga dekatnya tentunya akan mengenal sifat aslinya.
Saya adalah seorang yang beruntung karena mengenal Tante Meily semen-
jak saya lahir. Dulu, ketika opa dan oma Kouwagam masih hidup, setiap hari Minggu
pasti kami keluarga besar berkumpul di rumah opa, dan dengan demikian saya juga
bertemu dengan Tante Meily beserta keluarganya. Oleh karena itu, saya merasa ber-
ada di posisi yang tepat untuk menceritakan mengenai bagaimana kehidupan Tante
Meily bersama keluarganya.

187
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Tante Meily Bersama om Lunanta diberkati dengan 2 anak yang sangat luar
biasa, yaitu kakak Lita Lunanta dan Rinaldi Prabowo. Kakak Lita Lunanta merupa-
kan kakak sepupu tertua kami di keluarga Kouwagam. Dia merupakan role model
yang sangat ideal di dalam hidup saya. Selalu juara kelas, masuk di kelas unggulan,
dan pada akhirnya masuk di salah satu universitas terbaik Indonesia, yaitu Univer-
sitas Indonesia. Semenjak saya kecil, saya sangat mengidolakan kakak Lita, baik dari
caranya berbicara, memberi perhatian kepada kami sepupu-sepupu yang masih
kecil, atau dengan prestasi yang dia peroleh baik dari segi musik maupun pendidi-
kan. Ketika dia masuk di Universitas Indonesia, di pikiran saya yang terbersit hanya
satu, bahwa saya pun harus mengikuti jejak dia, dan juga harus masuk di Universi-
tas Indonesia. Ketika kakak Lita menikah, seingat saya tidak ada satupun dari om-
om dan tante yang tidak menangis terharu, melihat keponakan kesayangannya
akhirnya menikah.
Kakak Naldi sendiri merupakan salah satu teman terbaik saya. Saya tahu
dari dulu kakak Naldi sangat mengutamakan orang tuanya. Semenjak dari kecil,
saya merasa dispesialkan karena mungkin saya adalah sepupu laki-laki yang paling
kecil. Ketika saya bermain di rumahnya dan dia harus pergi kursus, Kakak Naldi
akan menyalakan komputernya dan membuka Prince of Persia untuk kemudian
saya main ketika dia sedang pergi. Ketika saya berada di Jakarta pasti kakak Naldi
akan mencari saya untuk mengajak keluar.
Hingga kakak Naldi pergi mencari pengalaman kerja di Singapura dan
kemudian kembali dan melanjutkan usahanya hingga saat ini, kegigihannya bagi
saya merupakan sesuatu yang patut diteladani. Saya percaya bahwa keberhasilan
kakak Lita dan kakak Naldi, tidak lepas dari didikan orang tuanya. Dan apa yang
diajarkan bukan hanya dari segi akademis tetapi juga sifat interpersonal yang bagi
saya lebih penting. Value yang ditanamkan oleh Tante Meily kepada kedua anaknya
ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa dan tidak bisa tergantikan. Saya
sendiri ketika akhirnya menjadi seorang ayah, baru mengerti betapa susahnya
membentuk karakter seorang anak supaya kemudian mereka bisa menjadi anak
yang baik dan membanggakan sebagaimana kakak Lita dan kakak Naldi telah
dididik dengan sempurna dan membanggakan Tante Meily.
188
Demokrasi Dalam
Pelayanan Keluarga
Pendidikan

Saya yakin, di usianya yang ke-60, Tante Meily dapat melihat ke belakang
dengan bangga atas apa yang telah dia capai. Sederet prestasi serta capaian yang
telah dia peroleh akan selalu dikenang dan membanggakan bagi kami yang meru-
pakan bahagian dari keluarga Tante Meily. Namun satu prestasi yang bagi saya tidak
tergantikan adalah ketika Tante Meily melihat kedua anaknya yang telah besar dan
sukses, dan Tante Meily tahu bahwa apa yang dia ajarkan melalui gaya hidup serta
penuturan kata-katanya selama ini telah berhasil diterapkan dengan baik, dan kedua
anaknya kini menjadi pribadi yang sangat baik dan menyenangkan dan telah men-
jadi cahaya di tengah-tengah dunia yang gelap ini.
***

Bundaku Tersayang
drg. Anggriana C Kouwagam, S.Kg
(Dokter gigi, Jakarta)

M
eily Lunanta Kouwagam. Seorang wanita tangguh, yang menjunjung
nilai kedisiplinan yang tinggi, dengan ekstra hati emas di dadanya. Sebut
saja dia “Bunda”, yang merupakan sapaan akrabku kepadanya.
Kurang lebih satu bulan yang lalu, Bunda menelpon dan memintaku untuk
menulis tentang dirinya. Sebuah permintaan yang cukup menantang, untuk men-
ceritakan dalam secarik kertas, tentang kisah hidupnya yang penuh bermakna.
Aku terdiam, dan aku pun mulai berpikir tentang memori dahulu bersa-
manya. Kupilah-pilah di dalam otakku, kejadian demi kejadian yang membuatku
semakin hari semakin terkagum-kagum dengannya. Dan seketika aku pun men-
dapatkan ilham, yang sebentar lagi akan kutuangkan dalam tulisan singkat ini.
Bundaku adalah seorang ibu dan istri yang baik.

189
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Di balik kesehariannya yang sangat penuh dengan jadwal kesibukan, bunda


telah melahirkan dua anak yang sangat sukses di bidangnya, menjadi oma yang sa-
ngat membanggakan bagi cucu-cucunya, istri yang sangat berbakti kepada sua-
minya, dan tentunya tante yang menjadi inspirasi bagi keponakan-keponakannya.
Dan kemudian aku pun bertanya, apa yang menjadi resepnya bisa seperti itu? Ter-
nyata setelah kuamati, mungkin terkesan sangat simpel, namun karena terus dija-
lankan dalam keseharian, makanya memiliki dampak yang sangat besar.
Setiap pagi Bunda bangun sekitar jam 5 subuh, dan dia memulai harinya
dengan berdoa. Setelah itu dia akan turun ke dapur untuk memasak makanan yang
akan dimakan oleh mereka di rumah. Sebuah kegiatan yang mungkin terasa simpel,
tetapi tidak bagi bundaku yang sangat sangat sibuk.
Setelah itu, dia akan mulai menelpon kedua anaknya, untuk sekadar meng-
ucapkan selamat pagi dan selamat beraktivitas. Setelah suaminya ke kantor, Bunda
akan mulai beraktivitas dengan setumpuk kegiatan sosial dan pendidik yang bijak-
sana. Di sela perjalanannya menuju ke tempat tujuannya, dia akan menelpon be-
berapa orang tersayangnya, hanya untuk bertanya kabar dan memberikan energi
positif bagi orang yang diteleponnya. Demikian keseharian Bunda sebagai ibu & istri
yang baik. Dari kisah hidupnya ini, aku bisa memetik bahwa kedisiplinan akan
membuahkan dampak yang sangat besar.
Bundaku adalah guru Sekolah Mingguku saat kecil, dan ketika aku sudah
beranjak dewasa, bundaku tetap menjadi guru Sekolah Minggu seperti sedia kala.
Aku pernah membaca quotes tentang konsisten bahwa, “Konsisten itu tidak mudah,
tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Mulai saja dari yang kecil, mulai saja dari
yang mudah. Dan nikmatilah setiap proses di dalamnya.”
Ketika membaca quotes ini, aku merasa bahwa quotes ini persis dengan
kehidupan Bunda. Hal ini juga ada di Alkitab, Lukas 16:10. “Barangsiapa setia dalam
perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa
tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara
besar. Siapa pun yang setia dalam hal-hal yang kecil, ia juga setia dalam hal-hal yang
besar.”
190
Demokrasi Dalam
Pelayanan Keluarga
Pendidikan

Dan aku melihat Tuhan memberkati hidupnya luar biasa, Tuhan memakai
ia dengan begitu dahsyat, karena Ia begitu setia di dalam perkara kecil. Bundaku
adalah teman curhatku, inspirator, motivator, dan penjaga rahasiaku. Sebagai
seorang master konselor, aku begitu berbahagia, karena diberikan privilege oleh Tu-
han, untuk dapat menelponnya setiap saat, ketika aku merindukannya. Dan aku pun
tahu, bahwa begitu banyak orang yang merasa aman dan nyaman di dekatnya. Bun-
daku bagaikan embun sejuk dan jernih di pagi hari yang senantiasa hadir untuk kita
semua.
Bunda selalu memberikan rasa aman ketika kita berdiskusi/bertukar piki-
ran, karena ia sangat profesional di bidangnya. Bundaku adalah seorang malaikat
yang dikirimkan oleh Tuhan, untuk mempertemukanku dengan cinta sejatiku.
Keakraban kami sejak dahulu, membuatku begitu percaya kepadanya. Karena aku
tahu, dia hanya akan memperkenalkanku dengan orang yang baik, karena ia
menganggapku seperti anaknya sendiri. Dan ternyata, orang yang ia kenalkan pada-
ku 6 tahun lalu, adalah orang yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi pendam-
ping hidupku, Glenn Alexander Tumewa. Terima kasih bundaku sayang, engkau te-
lah memperkenalkanku dengan manusia yang begitu sempurna.
Bundaku adalah seorang wanita yang mengambil penghapus sebagai
filosofi hidupnya. Dengan motto hidup, jadilah penghapus kesedihan bagi orang
lain, ia pun terkenal sebagai kolektor penghapus yang terbanyak di masanya.
Bundaku adalah seorang pendidik bijaksana, yang begitu dicintai oleh
muridnya, dan menjadi role model bagi banyak orang. Di balik kesehariannya yang
begitu lembut, ada sifat tegas dan jiwa pendidik yang mengalir erat di tubuhnya.
Yang membuat ia menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa, dan tidak pernah
lelah membagi ilmu bagi anak didiknya.

191
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Bundaku adalah pelayan Tuhan yang setia, dengan jadwal pelayanan yang
begitu banyak, namun selalu ia lakukan dengan hati yang tulus dan sukacita di da-
lamnya. Bundaku adalah seorang tante yang sangat sempurna untukku.
Selamat ulang tahun yang ke 60 Bunda Meily Lunanta Kouwagam, semoga
panjang umur sehat selalu, dan senantiasa menjadi berkat bagi kami semua.
***

192
Demokrasi Dalam
Pelayanan Keluarga
Pendidikan

Melihat Persamaan dan Mengingat Kekeluargaan


Dr. Santy Kouwagam (Pengacara, Leiden)
Sigit Kouwagam (Singapura)

B
anyak hal yang bisa kami tuliskan mengenai Tante Meily. Dia seseorang
yang disiplin dan sangat aktif di kegiatan sosial dan punya banyak sekali
teman. Dia selalu membawa keceriaan kalau datang ke rumah, terutama
Papi yang selalu senang kalau Tante Meily sedang berkunjung. Semua orang sayang
pada Tante Meily dan banyak orang yang sudah menunjukkannya dengan tulisan-
tulisan mereka di dalam buku ini.
Di tulisan kami yang singkat ini, kami ingin menulis tentang pelajaran pa-
ling penting yang Tante Meily ajarkan kepada kami. Pelajaran ini tidak pernah ia
sampaikan berupa instruksi atau nasihat dengan kata-kata, tetapi dengan memberi
contoh dan mempraktikkannya sendiri. Dengan cara tersebut, kami belajar dari
Tante Meily dengan mengikuti contohnya. Pelajaran ini ada dua, tentang persamaan
dan nilai kekeluargaan.
“Kita ini sama lho”, “kau dan saya mirip ya”, ini adalah kata-kata yang pa-
ling sering kami dengar dari Tante Meily. Tadinya kami tidak berpikir banyak ten-
tang kata-kata ini, sebab dia selalu menyampaikannya dengan konteks berbeda-
beda. Wajar saja, sebab kami mengenal Tante Meily sepanjang hidup kami. Kadang
mengenai makanan yang kami sukai, atau tentang kesamaan pendapatnya dan cara
berpikirnya dengan kami, atau kesamaan mengenai penampilan kami dengannya,
entah itu bentuk mata, atau model sepatu yang kami sukai.
Mengapa kata-kata ini penting? Sekarang, semakin banyak perbedaan yang
ditekankan orang-orang di seluruh penjuru dunia walaupun kadang maksudnya
baik. Misalnya perbedaan ras dan budaya. Kita lihat protes yang sedang berlangsung

193
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

di Amerika tentang orang kulit hitam. Ada juga perbedaan budaya yang dimiliki
orang Indonesia beretnis Tionghoa. Juga sampai masalah tentang perbedaan agama.
Tetapi kita mulai lupa untuk melihat kesamaan yang kita miliki dengan orang lain.
Inilah pelajaran paling penting yang diajarkan Tante Meily kepada kami.
Semua orang pasti berbeda-beda. Selalu ada perbedaan yang bisa kita dapatkan an-
tara kita dan orang lain. Tante Meily memilih bukan untuk melihat perbedaan ter-
sebut, tetapi hal-hal yang sama yang kita miliki dengan orang lain. Kami harap se-
makin banyak dari kita yang bisa menyadari pelajaran tersebut.
Pelajaran kedua adalah mengenai nilai kekeluargaan. “Oh ternyata kita ini
bersaudara”. Ini juga yang sangat sering diucapkan Tante Meily. Dengan ucapan ini
dia bisa menghubungkan satu orang dengan orang lain, dan akhirnya mempunyai
banyak teman-teman dan jaringan yang sangat besar.
Tante Meily punya tiga kakak laki-laki, jadi mungkin hal ini yang menye-
babkan dia menjadi seorang pendamai, dan merukunkan orang lain adalah sifat na-
tural yang dia miliki. Kami bayangkan kalau ketiga kakak laki-lakinya sedang
bertengkar, dia adalah hal yang merukunkan mereka kembali. Dengan nilai per-
saudaraan dan kekeluargaannya, Tante Meily tidak hanya membangun jaringan
pertemanan yang luas, tetapi dia juga bisa menjadi penengah yang selalu men-
damaikan orang-orang sekelilingnya. Hal inilah juga yang coba kami contoh dari
Tante Meily.
Kami harap semakin banyak orang yang bisa mengambil kedua contoh ter-
sebut dari Tante Meily, dan kami percaya dunia akan semakin baik karenanya.
***

194
Demokrasi Dalam
Pelayanan Keluarga
Pendidikan

What I Love About Granny


Rodrick Jayden Simanjuntak
(Pelajar, Jakarta)

W
hat I love about Granny is that when she visits she usually makes our
fridge full! And she also gives gifts when I get appreciations like on June
13, 2020 at the end of year celebration, my sister and I got appreciations
and she asks what I want for a present. She gives gifts on my birthday, too, and on
any other day. That’s quite a lot presents, right. When she visits, Granny & Opa
sometimes takes us to restaurants, and plays with me.

Thank you, Granny for everything!


I

you!

Foto: Jayden waktu mendapat Student of the Year

195
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

My Granny a.k.a Granny-ku


Racquelle Aretha Simanjuntak
(Pelajar, Jakarta)

E
very time my granny comes she comes with lots of food. And every day we
always have food never too little. What I like about my Granny is her cro-
quette (kroket), it is the best. I only like her croquette (kroket). Never anyone
else’s. She always tries to come to all my celebrations. One time I was the main cast
of a ballet, she sat up front because of that, she always cheers for me. And when we
have end year celebration or Christmas celebration at school, sometimes she would
come. I don’t know why, but if she comes I get special awards like Bible Scripture
award and many more.
I really miss going to Makassar. When I was little if I go there Granny will
ask me to sleep in her room. I never wanted to, but one time I urged myself to sleep
with her, but in the middle of the night I went to my mother’s room. Then, in the
morning Granny would ask,” Why did you move last night?” (Kenapa kamu tadi
malam pindah?”) then I will say something like,” Last night was hot.” or “It was too
dark.” (“Tadi malam panas”) (“Terlalu gelap”). Granny put extra king size mattrass
in her room for us to sleep for when we visit her. Actually this year we plan to go to
Makassar but Covid make us change our plan, it’s so sad but Granny always do video
calls with us so I feel like she is always near.
In Granny’s house, after we had breakfast, we sometime go gardening. I
love her garden because it’s big, with her dog and my mom. Every time I visit her in
Makassar I will ask things like “Do you have any ripe mangoes?”, “Can we have
bacang?”, “When will we have mantau?”, “Would you make us croquette?”, “Can we
have nasi goreng merah, mie Makassar, and bihun Makassar?”. My appetite is like

196
Demokrasi Dalam
Pelayanan Keluarga
Pendidikan

my Granny’s, maybe because when I was a little girl everybody would say that I look
exactly like my Granny .
I would love to play with Granny again!
Miss you, Granny!

197
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

9
Mengalami Kuasa Doa Dalam Keluarga

D
oa itu berkuasa. Saya yakin sekali karena beberapa kali mengalaminya.
Bukan hanya saya saja yang secara pribadi mengalaminya tetapi juga
keluarga besar. Di bagian sebelumnya, saya menyinggung mengenai kesu-
litan anak saya Rinaldy mendapatkan keturunan sehingga memutuskan ikut pro-
gram bayi tabung.
Kedengarannya sederhana tetapi bayi tabung juga bukanlah sebuah sulap.
Dalam prosesnya banyak air mata, dana, dan waktu yang diinvestasikan. Anak saya
Rinaldi dan istrinya Ester menunggu enam tahun untuk mendapat keturunan sam-
pai akhirnya mereka memutuskan mencoba bayi tabung. Pertama kali mencoba
suntik hormon, gagal. Tentu saja hal itu membuat stres. Tapi mereka tidak menye-
rah. Mereka mencoba lagi. Sampai empat kali program, barulah Tuhan berkenan
memberikan mereka keturunan. Selama proses itu, Esther menantu saya dikuatkan
dan dihiburkan oleh Tuhan. Ia tidak lelah berdoa untuk hadirnya seorang anak da-
lam keluarga kecil mereka.
198
Mengalami Kuasa Doa
Pelayanan Dalam Keluarga
Pendidikan

Tanggal 18 Januari 2017, datanglah hari yang membuat keluarga besar


kami bersukacita. Kami semua masih ingat hari-hari di mana kami mendoakan ha-
dirnya Erina, cucu saya itu. Erina – singkatan nama dari orang tuanya, Ester dan
Rinaldy, juga berarti beautiful lady (perempuan yang cantik), yang tentunya saya
harap akan menjadi kecantikan dari dalam yang terpancar keluar dalam diri cucu
saya ini.
Kelahiran Erina bagi saya bukan sekadar keberhasilan ilmu kedokteran
belaka. Memang kami didukung oleh dokter spesialis bayi tabung di Surabaya, tapi
bila usaha tersebut tidak dibarengi dengan doa maka menurut saya peluang keber-
hasilannya pun kecil. Saya sangat mengagumi usaha Ester berdoa setiap pagi bagi
keberhasilan program ini. Saya pun turut mendoakan mereka. Saya yakin banyak
orang lain yang dengan setia memberikan dukungan doa kepada kami. Jadi kuasa
doa dalam kelahiran Erina benar-benar sangat nyata.

Foto-foto Erina, cucu saya

199
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Berikut ini adalah kesaksian dari Devy Aswarie, sahabat saya, yang kebetulan sua-
minya, dr Aucky Hinting, yang membantu Ester dan Rinaldy menjalankan program
bayi tabung.

200
Mengalami Kuasa Doa
Pelayanan Dalam Keluarga
Pendidikan

Sahabat yang Selalu Berpikiran Positif


Devy Aswarie
(Arsitek, Surabaya)

4 2 tahun yang lalu tepatnya 22 Februari 1979 Saya berkenalan dengan Meily
Lunanta di Makassar. Waktu itu saya ke Makassar mengunjungi adik suami
saya Audrey yang tinggal di sana.
Meily adalah temannya Audrey. Waktu itu saya masih berumur 21 tahun
dan Meily masih berusia 18 tahun. Meily bersama kedua orang tuanya berkunjung
ke rumah Audrey. Dan dia anak perempuan satu-satunya dan anak yang paling
bungsu, ayahnya seorang kepala sekolah.
Setelah pertemuan itu kami tidak pernah kontak selama belasan tahun,
maklum pada zaman itu alat komunikasi hanyalah surat menyurat atau lewat tele-
pon yang relatif sangat mahal. Tanpa terasa waktu berlalu, saya tidak pernah lagi
mendengar berita tentang Meily.
Suatu hari Audrey menceritakan kalau dia bertemu dengan Meily, kira-kira
tahun 2010, dan Meily menanyakan kabar kami semua. Saya mencoba mengingat
kembali sosok Meily yang dulu.
Setelah itu dia rajin menyapa dengan mengirimkan ayat firman, selamat
pagi melalui SMS. Sekitar tahun 2014 Meily dan suami datang ke Surabaya, ternyata
Meily tidak berubah, tetap cantik dan ceria. Pertemuan antara kami sangat akrab,
walaupun sudah bertahun tahun tidak ada kontak. Kami bercerita tentang pengala-
man dan juga keluarga masing-masing. Seperti sahabat yang lama tidak berjumpa.
Di tahun 2015 Meily datang ke Surabaya bersama suami, anak dan me-
nantu. Ternyata mereka ini datang untuk pengobatan anaknya. Kebetulan suami
saya yang menanganinya, yang mana sebelumnya sudah mengikuti program bayi
201
Mengalami
Melebihi Permata: KuasaKebaikan
Menulis Doa Dalam Keluarga Air Mata
Menghapus

tabung di Jakarta tetapi tidak berhasil. Semua terjadi atas kehendak Tuhan, akhirnya
Meily mendapatkan si cantik Erina yang lahir 2017, dan juga bukan satu kebetulan
tanggal lahir Erina sama dengan saya. Di tahun 2017, saya bertemu kembali dengan
Meily di Makassar, di mana saya mengikuti suami sedang ada kongress di sana.
Selama di kota itu saya selalu ditemani Meily.
Meily sosok yang sangat enerjik, suka pelayanan, mengajar di Sekolah
Minggu, seorang dosen, konseling dan kegiatan sosial pun tidak terlewatkan dan
juga berdedikasi sebagai pendidik sesuai dengan gelarnya, dan semua ini tidak lepas
dari latar belakang dan contoh yang baik orang tua yang ditularkan ke Meily.
Ini secuil kisah tentang sahabat saya Meily Lunanta Kouwagam, S.PAK.,
M.A., M.Pd.K. Meily yang selalu rapi dan berpikiran positif terhadap siapa pun. Tidak
pernah menanggapi seseorang dengan berpikiran negatif. Seperti filosofi tentang
penghapus yang sudah dikoleksinya selama 30 tahun. Selalu ingin menolong orang.
Dan juga sangat peduli dengan lingkungan dan selalu berusaha membuat orang
menjadi baik, dan sukses. Selalu siap mendengarkan keluhan orang dan mem-
berikan nasihat-nasihat juga ada solusi di setiap persoalan. Inilah kunci keberhasilan
Meily sebagai pendidik selama 40 tahun.
***

202
Pelayanan Pendidikan

Pengalaman lain berkaitan dengan doa yang pernah saya alami adalah ketika
mendapatkan tanah di belakang rumah. Setiap pagi saya berdoa agar tanah itu boleh
saya miliki. Saya kerap membayangkan cucu saya bisa bermain-main di halaman
belakang yang luas dan bisa memetik hasil buah-buahan yang saya tanam di hala-
man tersebut. Sampai beberapa waktu berlalu, tidak ada tanda-tanda akan dijual.
Saya tetap saja berdoa, saya pikir tidak ada salahnya menyatakan keinginan kepada
Tuhan dalam doa, sampai suatu hari pemilik tanah tersebut memberi saya informasi
hendak menjual tanah tersebut dengan sistem lelang. Pada lelang pertama harga
masih terlalu tinggi. Saat lelang kedua masih tidak sanggup saya beli. Ketika lelang
ketiga barulah saya mengajukan penawaran, disepakati dan tanah itu pun menjadi
milik kami.
Pengalaman mengalami kuasa doa ini membuat saya makin sering berdoa.
Saya selalu menekankan pada keluarga dan teman-teman persekutuan tentang
pentingnya berdoa. Khusus dalam keluarga, kami selalu mengadakan acara doa ber-
sama. Bagi kami doa sama pentingnya dengan bernapas. Tanpa doa, tidak mungkin
mengalami banyak mukjizat ini.
Tahun 2020 ini sungguh banyak pemurnian yang Tuhan lakukan. Pada saat
seluruh dunia untuk keluarga kami lewat kelahiran dan kepergian tiga cucu saya
menjadi malaikatNya. Ya, Tiga. Anak saya Rinaldy mendapatkan kesempatan sekali
lagi untuk menambah keturunan. Lewat program bayi tabung yang tidak disangka-
sangka positif, anak menantu saya Esther mengandung bayi kembar tiga. Proses
kehamilan memang sangat sulit dilalui oleh karena usia ibu dan keadaan mengan-
dung bayi kembar tiga yang tentunya lebih berisiko tinggi. Esther beberapa kali ha-
rus rawat inap karena terjadi pendarahan dan kontraksi selama proses kehamil-
annya. Puncaknya pada suatu ketika terjadi kontraksi yang tidak bisa lagi dihentikan
walaupun sudah dengan berbagai macam obat dan bedrest total di rumah sakit. Ke-
tiga cucu saya, Reynand Alexander, Elena Bellvania, dan Edriana Caroline dilahirkan
tanggal 5 Februari 2020, dengan usia kandungan 25 minggu saja, dengan berat mas-
ing-masing tidak sampai 1 kg. Begitu banyak yang berdoa untuk ketiga cucu kami,
bahkan begitu banyak yang langsung datang mendoakan ke rumah sakit namun
hari demi hari keadaan triplets yang semula stabil mengalami penurunan sampai
203
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

akhirnya Tuhan memanggil ketiganya satu per satu. Tanggal 14 Februari 2020, pada
hari kasih sayang, dua cucu saya pergi menjadi malaikat Tuhan dan besoknya disu-
sul oleh yang ketiga. Mereka mungkin ingin bersama-sama meramaikan Sorga.
Sedih. Kecewa. Marah. Menyesal. Semua perasaan campur aduk. Saya berdoa me-
minta Tuhan membuat saya memahami semua ini. Mengapa Ia mengijinkan ke-
hamilan tersebut terjadi jika akhirnya Ia mengambil mereka semua sebelum orang
tuanya diberi kesempatan membesarkan mereka?
Tuhan baik. Tuhan menjawab saya lewat orang-orang yang hadir menguat-
kan kami. Tuhan memberi keluarga kami kesempatan untuk mengingat Dia dan
mencari Dia lebih dekat lagi lewat hidup tiga cucu kami ini. Anak-anak yang
menyatukan keluarga. Anak-anak yang membuat keluarga datang kepada Tuhan.
Anak-anak yang membuat kami merenung betapa kehidupan ini, bagaimanapun
singkatnya, bisa berdampak untuk orang lain.
Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup;
bibirku akan memegahkan Engkau
(Mzm 63:3)
Kami bersyukur dalam kedukaan kami, bersyukur untuk pemeliharaan-
Nya yang sempurna. Bersyukur untuk kasih sayang yang boleh juga kami rasakan
lewat teman-teman dan keluarga besar yang sudah menjadi perpanjangan tangan
Tuhan.
***

204
Mengalami Kuasa Doa
Pelayanan Dalam Keluarga
Pendidikan

205
Melebihi Permata:
Rahasia
Menulis
Melayani
Kebaikan
Tuhan
Menghapus Air Mata

10

Rahasia Melayani Tuhan


S
aya sering ditanya orang, bagaimana bisa saya melayani di berbagai pela-
yanan, aktif di banyak organisasi, dan tetap bertahan. Sebenarnya, tidak ada
rahasia. Saya bisa tetap bertahan melayani walau harus mengeluarkan tenaga,
waktu, dana semata-mata karena ada tiga pribadi yang mendukung saya. Siapa
mereka bertiga itu?
1. Keluarga
Suami, anak-anak dan menantu selalu memberikan dukungan kepada saya
untuk melayani. Bahkan mereka pun rela ikut terjun dalam pelayanan ber-
sama saya. Mereka tidak pernah berkeberatan ketika saya harus menge-
luarkan waktu atau dana untuk mendukung suatu pelayanan tertentu.

2. Tuhan
206
Pelayanan Pendidikan

Anugerah Tuhan bagi saya lewat cara-cara yang ajaib selalu membuat saya
semangat melayani-Nya. Berkali-kali saya ingin menyerah, mengakhiri
atau sekadar mengurangi pelayanan dengan berbagai alasan, namun
dengan banyak cara juga, Tuhan memberi saya kekuatan dan penyertaan-
Nya yang luar biasa.
3. Teman-teman sepelayanan
Memiliki teman-teman yang mengasihi dalam bentuk perhatian, penghi-
buran, dukungan materiil dan non materiil membuat saya terus semangat
melayani. Mereka adalah saudara dan sahabat saya dalam pelayanan. Kami
berjalan bersama-sama. Ketika yang satu lelah, maka yang lain menguat-
kan. Prinsip inilah yang membuat saya terus maju dalam Tuhan.

207
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

11

Filosofi Penghapus

S
alah satu prinsip yang saya terapkan dalam hidup adalah filosofi penghapus.
Anda tentu tahu penghapus. Benda sederhana tetapi berguna sekali. Zaman
dulu, saat komputer masih belum menjadi tren dan orang menulis dengan
pulpen, atau pensil, maka penghapus menjadi salah satu benda yang dibutuhkan.
Sampai sekarang pun saya rasa penghapus masih dibutuhkan, apalagi da-
lam kehidupan. Kita tentu sering mengalami gesekan dengan orang lain. Ada saja
masalah, hal-hal tidak enak yang mungkin terjadi pada kita. Jika itu yang kita alami,
apa yang harus kita lakukan?
Di sinilah kita bisa menerapkan filosofi penghapus. Filosofi apakah ini?
Penghapus fungsinya adalah menghapus atau dengan kata lain, menghilangkan ba-
gian yang salah, untuk ditimpa lagi dengan tulisan yang benar. Ketika ada hal tidak
enak yang terjadi pada kita, jangan disimpan apalagi sampai menjadi dendam.

208
Filosofi Penghapus
Pelayanan Pendidikan

Segeralah hapus, lupakan, dengan begitu kita akan menjalani hidup dengan lebih
bersyukur. Inilah rahasianya saya bisa menjalani hari-hari dengan ucapan syukur.
Saya selalu melatih diri untuk senantisa bersyukur dan merasa cukup.
Dengan perasaan ini, saya tidak akan jadi orang yang banyak maunya. Saya belajar
bersyukur apa bila keadaan baik atau tidak. Saya belajar bersyukur dan bukannya
membandingkan diri dengan orang lain. Saya belajar melupakan kesalahan orang
dan mengingat kebaikannya. Bukankah firman Tuhan juga mengajar kita untuk ber-
syukur dalam segala keadaan?
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
1 Tesalonika 5:18
Hal ini juga yang sering saya bagikan kepada anak-anak saya. Hidup me-
mang tidak mudah. Tapi berfokus pada hal-hal menyakitkan sampai kita lupa
bahwa ada hal baik juga tidak baik. Saya selalu menekankan pada keluarga bahwa
dalam hidup kita harus pintar menggunakan “penghapus”. Lupakan hal tidak enak
dan syukuri hal baik.
Saya mempelajari hal ini cukup lama. Saya dan suami pernah mengalami
masa-masa sulit. Pernah suatu kali bisnis kami bangkrut. Pernah juga saya merasa
seorang diri. Belum lagi dalam proses studi dan pelayanan, ada banyak tantangan.
Banyak kesulitan yang tidak bisa dituliskan satu persatu di sini. Dari sana saya bela-
jar untuk tidak berfokus pada kegagalan, tetapi mensyukuri berkat yang Tuhan beri.
Inilah yang membuat saya menjadi kuat dalam menjalani kehidupan.

209
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Pada waktu saya tampil di Official NET News: IMS - Kolektor penghapus karet
aneka bentuk dan warna. https://youtu.be/SlBuHfLKjcU.

210
Pelayanan Pendidikan

12

Melipatgandakan Kebaikan

A
khir tahun 1800an di Philadelphia terjadi sebuah kejadian nyata yang
sampai sekarang dikenang. Kisahnya sendiri tentang seorang gadis kecil
berumur enam tahun bernama Hattie May Wiatt. Suatu Minggu pagi, ia
berdiri di depan pintu sebuah gereja. Ia tidak diperbolehkan masuk karena gere-
janya sudah terlalu penuh. Pdt. Russell H. Conwell yang kebetulan lewat bertanya
kenapa ia menangis. Hattie menjelaskan alasannya. Berkat bantuan pak pendeta,
Hettie bisa mendapat tempat di Sekolah Minggu walau berdesak-desakan.
Kejadian hari itu berbekas di hati Hattie, hingga sebelum tidur ia masih
memikirkannya. Akhirnya ia bercerita kepada ibunya bahwa ia merasa kasihan
dengan anak-anak lain yang tidak bisa bersekolah minggu hanya karena tempatnya
211
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

tidak muat. Sebenarnya memang gereja berencana melakukan renovasi, hanya saja
belum ada biayanya.
Dua tahun berselang, Hattie meninggal. Orang tuanya meminta bantuan
Pdt. Conwell memimpin acara pemakaman yang sangat sederhana. Selesai pema-
kaman, Ibu Hattie memberikan sebuah tas kecil kepada pak pendeta berisi 57 sen
dan secarik kertas tulisan tangan Hattie: “Uang ini untuk membantu pembangunan
gereja kecil agar gereja tersebut bisa diperluas sehingga lebih banyak anak bisa
menghadiri Sekolah Minggu.” Rupanya sejak ditolak masuk gereja, Hattie menabung
sampai terkumpul 57 sen.
Tapi apalah artinya 57 sen dibandingkan jumlah total yang dibutuhkan un-
tuk merenovasi gereja? Oleh Pdt. Conwell, uang itu ditukarkan menjadi pecahan
paling kecil (1 sen). Uang sen itu lalu dijual oleh pak pendeta sebagai sumbangan
bagi pembangunan gereja. Dari hasil penjualan sen pertama didapat dana 250 dolar
57 sen. Uang yang 57 sen dikembalikan ke Ibu Hattie sementara yang 250 dolar
dipecah menjadi pecahan sen lagi dan dijual untuk dijadikan dana pembangunan
gereja.
Hal ini dilakukan terus sampai akhirnya terkumpul sejumlah besar uang
yang cukup untuk membangun gedung gereja, bahkan sampai harus dibuat sebuah
yayasan yang diberi nama Yayasan Wiatt Mite Society untuk mengelolanya. Dua
puluh enam tahun kemudian, dalam sebuah talkshow sang pendeta menjelaskan
bahwa dari 57 sen mereka bisa membangun sebuah gereja yang memuat 5600
orang, rumah sakit yang bisa melayani 10.000 orang, 80.000 beasiswa bagi maha-
siswa, dan mengutus 2.000 misionaris ke berbagai belahan dunia.
Hattie kecil tidak pernah menyangka bahwa satu tindakan kebaikannya
yang sepertinya kecil bisa menjadi sebuah bola salju. Kebaikan hatinya dilipatgan-
dakan oleh Tuhan sehingga bisa memberi dampak yang besar bukan hanya bagi
gerejanya saja, tetapi juga orang yang lebih banyak.
Ketika Anda melakukan satu kebaikan, sekecil apa pun itu, lakukan saja.
Jangan pikirkan apakah akan ada dampaknya atau tidak. Yang penting bukanlah apa

212
Melipatgandakan Kebaikan
Pelayanan Pendidikan

yang akan didapat tetapi langkah pertama. Pelipatgandaan adalah bagian Tuhan,
bagian kita adalah melangkah dan memulainya. Sama seperti kisah lima roti dan
dua ikan, sang anak hanya perlu memberikan bekal makan siangnya, pelipatgan-
daan adalah urusan Tuhan.
Prinsip inilah yang saya pegang dalam pelayanan. Sekecil apa pun tindakan
yang bisa dilakukan, akan saya kerjakan dan menyerahkan sisanya kepada Tuhan.
Biar Dia yang melipatgandakan apa yang sudah saya perbuat.

213
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

BAGIAN III

Warisan

214
Pelayanan Pendidikan

13

Warisan dari Papi


S
etiap orang tua tentu ingin meninggalkan warisan bagi anak-anaknya. Begitu
juga dengan orang tua saya. Hanya saja warisan yang mereka tinggalkan
bukan berupa materi tetapi pelajaran kehidupan.
Seperti yang sudah saya ceritakan di awal, ayah saya adalah seorang guru.
Namanya Setianegara Kouwagam atau orang biasa memanggilnya Pak Kho atau
saya dengan bangga memanggilnya Papi.
Papi lahir tahun 1916 dan meninggal tahun 1996. Sudah cukup lama keber-
samaan kami berlalu, tapi saya selalu mengingat kata-kata, tindakan, bahkan geng-
gaman tangannya yang erat. Semua itu begitu membekas dalam kenangan saya.
Papi adalah seorang guru sejati. Bukan hanya dalam pekerjaan tetapi juga dalam
kehidupan sehari-hari. Ia benar-benar bisa digugu dan ditiru tidak hanya ketika ada

215
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

di kelas tetapi juga saat di rumah. Warisan yang saya dapatkan dari Papi, itu juga
yang saya teruskan kepada kedua anak saya.

Cinta Pertama Saya


Ada yang mengatakan bahwa bagi anak perempuan, ayah adalah cinta pertama
mereka. Saya mengamininya. Sebagai anak bungsu saya besar dengan kasih sayang
yang sangat besar bahkan bisa dibilang overdosis. Saya dilindungi sedemikian rupa.
Saya disayang dengan sangat. Papi selalu menyediakan dirinya untuk menjadi an-
dalan saya. Itu sebabnya saya bertumbuh tanpa kenangan negatif tentang ayah.
Ketika bertumbuh dewasa, rasa cinta saya kepada Papi semakin besar apa-
lagi ketika orang tahu saya anaknya. Komentar seperti “Pak Kho itu kayak bapak
saya sendiri,” “Kamu anaknya Pak Kho? Kalau begitu kita bersaudara, saya juga
anaknya,” yang saya dengar dari mantan murid dan mahasiswanya membuat rasa
kagum saya kepada beliau semakin besar. Ya, Papi memang seorang manusia biasa,
tapi kasihnya begitu besar sehingga membuat orang menghormati, mengaguminya.

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa


Papi menjadi guru sejak usia 16 tahun sampai masuk masa pensiun. Setelah
pensiun, ia dan beberapa teman mendirikan Sekolah Kristen Gamaliel di Makassar.
Setelahnya ia menjadi pembina di sna di sana). Selama puluhan tahun mengajar,
Papi pernah mengajar dari Sekolah Dasar, hingga Sekolah Pendidikan Guru, bahkan
Perguruan Tinggi.
Kekonsistenan dan kesetiaan Papi terhadap dunia pendidikan menjadi se-
buah warisan berharga bagi saya. Ia selalu menekankan, “Jangan memilih pekerjaan
berdasarkan bayarannya, namun berdasarkan manfaatnya untuk orang lain dan un-
tuk kemuliaan bagi Tuhan.” Dengan nada bercanda, Papi berkata, “Barang siapa
berpikir hanya dengan perut, maka hasil pemikirannya akan bau kentut.”

216
Warisan Dari
Pelayanan Papi
Pendidikan

Papi adalah orang yang disiplin dan teratur. Mungkin itu sebabnya saya
juga seperti itu. Ia bangun pada jam yang sama dan tidur pada jam yang sama setiap
harinya. Setiap pagi ia berolahraga ringan dan sarapan telur setengah matang. Ia
mendengarkan berita di radio pada jam-jam tertentu setiap harinya. Ia juga ber-
jalan-jalan keluar rumah setiap harinya pada jam-jam tertentu. Ia meletakkan ba-
rangnya di tempatnya masing-masing, dan mampu menyadari kalau ada yang
memindahkannya walau sedikit.
Papi adalah seorang pemimpin alami. Ia jarang menghukum, tetapi orang
segan kepadanya karena ia selalu menunjukkan teladan. Ia tidak banyak bicara,
tetapi orang tahu bahwa ia akan melakukan apa yang dikatakannya. Ia adalah orang
yang tegas namun hangat. Disegani oleh murid-muridnya tetapi peduli.
Warisan inilah yang bagi saya sangat berharga. Ketika meninggal Papi tidak
meninggalkan banyak harta. Tetapi jauh sebelum itu ia sudah mewariskan banyak
pelajaran kehidupan dalam diri saya dan kakak-kakak saya.

217
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

14
Mamiku, Bintangku
Oleh Lita Lunanta

Mami,
When you thought I was not looking, you went out and be kind to others.
When you thought I was not looking, you took the extra miles to plan my future
and drew visions for my excellence.
When you thought I was not looking, you prayed to God and worshiped
wholeheartedly.
When you thought I was not looking, I watched you closely and made you my idol.
Thank you Mami for doing all those things, when you thought I was not looking.

Dalam satu tes psikologi yang melihat interaksi seseorang dengan


significant othersnya, saya menggambarkan sesuatu yang dapat diartikan bahwa
perasaan Mami dan saya itu seperti berasal dari satu danau yang sama. Lama saya
merenung akan apa artinya ini. Mami dan saya secara penampilan sangatlah
berbeda, selera kami pun berbeda sekali, kecuali dalam hal makanan. Saya
menyadari setelah beberapa waktu berlalu, ada suatu keterhubungan antara Mami

218
Mamiku, Bintangku
Pelayanan Pendidikan

dan saya. Ia adalah ibu yang sangat terlibat dalam kehidupan anak-anaknya
sehingga nilai-nilai yang ia miliki begitu jelas dipahami oleh anak-anaknya. Hari-
hari Mami sekarang penuh dengan berbagai aktivitas dan pelayanan sosial namun
ketika kami masih kecil, Mami selalu fokus pada kami dan hanya memikirkan anak-
anak saja. Mami selalu ada dalam masa pertumbuhan kami.
Saya ingat Mami mengantar, menunggu, dan menemani saya les, mulai
dari les piano, les electone, bahkan panas-panasan di les renang. Semua yang pen-
ting-penting, semua life skills yang bermakna untuk masa depan, ia pikirkan dan
persiapkan semua itu untuk anak-anaknya. Sikap, kata-kata dan perilaku Mami
sangat terintegrasi sehingga pesan yang ingin ia sampaikan kepada saya mengenai
kehidupan menjadi begitu jelas. Harapannya kemudian menjadi harapan saya juga,
senangnya adalah senang saya, dan sedihnya pun adalah sedih saya.
Mami masih berusia 21 tahun ketika mengandung saya. Muda sekali. Di
usia yang sama saya masih bermain, bertamasya, dan bersenang-senang. Saya
sungguh salut dengan Mami punya visi untuk anak-anaknya. Bahkan ia berusaha
mewujudkannya. Tahun 1981 (ketika saya lahir), belum banyak informasi mengenai
bagaimana mengasuh anak, jadi Mami belajar belajar otodidak mengenai parenting
dari berbagai sumber dan merumuskan sendiri pola parenting-nya.
Walau sangat terlibat dalam kehidupan anak-anaknya, Mami tidak meman-
jakan anak-anaknya. Tidak mudah jadi anak Mami. Mami menuntut anak-anaknya
untuk mandiri. Standarnya tinggi sekali. Tidak ada maaf untuk usaha setengah-
setengah dan tidak ada pujian untuk hasil yang tidak mengerahkan yang terbaik.
Tough Love. A really tough love. But I think, that is the bravest kind of love.
Mami tidak takut anak-anak membencinya karena ia hanya memikirkan
yang terbaik untuk anak-anaknya. Melihat ke belakang, sungguh bersyukur untuk
semua kedisiplinan dan ketegasan yang Mami tunjukkan. Ia teladan kami. Siapa lagi
yang mau berkorban jadi “bad cop” agar kita bisa jadi orang yang terbaik? Mami
menuntut saya mandiri, menguasai banyak skill, jadi yang terbaik di bidang saya.
Namun demikian, Mami berdiri paling depan dan paling cepat bila ada sesuatu
terjadi pada saya. Sekali waktu saya sedang main electone dan kaki penyangganya
219
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

patah, electonenya jatuh dengan bunyi yang cukup keras, belum sempat saya
terkejut, saya lihat Mami sudah ada di depan saya. Mami lebih cepat dari kilat kalau
anaknya ada sesuatu. Sekali waktu saya pernah mendapat penilaian tidak adil dari
guru di sekolah, tanpa ragu Mami mendatangi rumah guru tersebut dan
meluruskan perkaranya untuk saya. Air mata saya adalah aksi untuk Mami. Tidak
pernah saya ragukan, Mami sayang sekali sama saya.
My mom is a star. She really is, and I’m not saying this because I am her
daughter. Siapa yang tidak sayang dengan Meily Kouwagam? Kalangan apa pun,
bidang apa pun, semua dengan mudah berbaur dengannya. Mami bergaul dengan
petinggi-petinggi dengan santai dan melayani di lembaga pemasyarakatan dengan
sukacita. Mami tidak fokus pada hal-hal besar tetapi ia sangat konsisten melakukan
hal-hal kecil terus-menerus. Hal-hal kecil yang akhirnya membawa dampak yang
besar. Seperti bola salju yang meluncur dan membesar dan membesar sampai
menyebabkan pergerakan pada bumi. Banyak hal-hal yang Mami kerjakan tanpa
merasa bahwa kami memerhatikan. Ada yang bilang, tidak usah khawatir anak-
anak tidak mendengar nasihatmu, tapi khawatirlah karena ia pasti melihat tingkah
lakumu. Saya lihat Mami. Saya lihat hal-hal yang ia kerjakan. Ia benar-benar bin-
tang. She is a star everywhere and most importantly, she is my star.

220
Pelayanan Pendidikan

15

My Other Mother
Oleh Reinhard Simanjuntak

A
da kata bijak yang mengatakan ada bayangan ibu mertua dalam dapur
rumah kita. Kalimat itu menggambarkan besarnya pengaruh ibu mertua
dalam pembentukan karakter pasangan kita. Dan itu saya alami sendiri
dalam pernikahan saya dengan Lita (anak pertama Mami Meily).
Mengenal Lita membuat saya mengenal salah seorang wanita hebat yang
saya kagumi, Meily Kouwagam Lunanta. Mami Meily bukan hanya sekadar ibu mer-
tua bagi saya tetapi juga sudah seperti ibu sendiri. Ketika kami main ke Makassar,
ia pasti akan menyiapkan berbagai bekal makanan untuk kami bawa ke Jakarta.
Sampai-sampai saya jatuh cinta dengan kuliner asal negeri angin Mamiri itu.

221
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Setiap hari ia pasti menyempatkan waktu untuk menelepon kami atau ber-
bicara dengan cucu-cucunya. Kadang yang dibicarakan hanya sekadar cerita kegitan
sehari-hari atau bertanya kabar, tetapi itu menunjukkan bagaimana Mami Meily
sangat memerhatikan kami. Anak-anak kami pun senang berbicara dengan ne-
neknya tentang sekolah mereka, kegiatan balet, paduan suara, les bahasa, dan hal-
hal lain yang kadang terasa sepele. Hal-hal kecil seperti ini membuat kami merasa
diperhatikan, disayang. Bahkan ketika ada kegiatan khusus seperti anak kami akan
konser atau dapat peran di pagelaran balet, Mami Meily dan Papi pasti terbang dari
Makassar untuk bisa menyaksikannya langsung. Kalau terjadi sesuatu yang di luar
rencana, ia segera bertanya, “Mau dibantu apa? Mami terbang ke situ ya!”
Begitulah Mami Meily. Wanita yang luar biasa. Yang bukan hanya menun-
jukkan sayang lewat kata-kata, tetapi juga lewat tindakan.

To my Other Mother,
You are the other mother I received, the day I wed your daughter
And I want to thank you Mom for all the loving things you’ve done
You have given me a gracious woman, with whom I share my life
You are her lovely mother and I her lucky husband
You used to pat her little head, and now I hold her hand
You raised in love a little girl, and then gave me the Woman.

222
Pelayanan Pendidikan

16
Ibu Terbaik
Oleh Rinaldy Prabowo Lunanta

S
aya paling tidak bisa menulis. Banyak dan besar pengaruh Mami dalam ke-
hidupan saya, bahkan sampai sekarang tetapi saya bingung menuliskan
semuanya. Yang paling saya ingat dari Mami adalah disiplinnya. Waktu kecil,
mungkin ya, saya merasa cukup “menderita” dibanding anak lain. Waktu kecil, saya
dan kakak diikutkan les organ, menggambar, gitar, dan lain-lain. Memang tidak ada
les pelajaran/akademis tetapi saya waktu itu hanya berpikir mau main dan main
saja. Saya merasa tidak punya waktu luang untuk bersantai. Belum lagi hal sehari-
hari, seperti makan harus habis dan sikat gigi sebelum tidur, perasaan saya, di ru-
mah lain boleh di skip sesekali hal-hal semacam ini. Perlu tumbuh dewasa dulu baru
saya menyadari pentingnya disiplin yang dari Mami ini. Ketika saya merantau, saya

223
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

merasa sangat terampil dan siap hidup sendiri, oleh karena Mami mau sedikit “ke-
jam” kepada anaknya. Saat ini, saya mengucap syukur untuk disiplin tersebut, yang
membuat saya mampu memimpin keluarga kecil saya sendiri.
Walau Mami ini cenderung tegas, tapi jangan salah ya, Mami ini sangat per-
hatian. Bahkan sampai sekarang pun, kalau datang ke Jakarta, ia akan membawakan
segala macam makanan kesukaan saya. Mainan dan pakaian untuk Erina, anak saya,
itu juga tidak pernah absen. Waktu kuliah apalagi, mulai dari membantu mencari-
kan kos sampai tinggal beberapa waktu di Jakarta untuk menemani saya menye-
suaikan diri di awal-awal merantau.
Kebaikan hati Mami bukan hanya dirasakan ketika saya masih ada di bawah
pengasuhannya saja, tetapi juga ketika saya sudah menjadi seorang suami. Istri saya
adalah seorang notaris. Lulus dari sekolah notariat, ia wajib ditempatkan di daerah,
di Serang. Walau tidak keberatan, tetapi ini juga menjadi kesulitan tersendiri bagi
kami karena jaraknya cukup jauh dari rumah. Waktu Mami mengetahui kesulitan
ini, ia segera turun tangan, meminta bantuan kepada temannya sehingga ada jalan
untuk istri saya pindah penempatan ke Jakarta Barat. Hebat kan Mami saya, hehehe.
Tidak sampai di situ saja. Ketika kami kesulitan mendapatkan keturunan, hampir
lima tahun, Mami juga sibuk mengubungi teman-temannya, mencari tahu dokter
spesialis agar bisa membantu kami mendapatkan anak. Mami itu orangnya benar-
benar menunjukkan dengan perbuatan nyata bagaimana kasih dan perhatiannya.
Mami itu Direktur Marketing saya. Setiap Mami bertemu teman dan
keluarga, dia pasti menyelipkan promosi untuk usaha yang saya kerjakan. Kadang
rasanya sedikit malu tetapi saya tahu dari Mamilah saya mendapatkan keberhasilan
dalam usaha saya. Melalui teman-teman Mami saya kerap mendapatkan project dan
mendapatkan jalan untuk usaha saya. Mami adalah kunci utama saya dalam
pemasaran hehehe.
Saya juga selalu kagum dengan Mami karena ia juga selalu melayani dan
membantu orang lain. Staminanya luar biasa. Saya sungguh heran. Saya ingat
berkali-kali Mami baru sampai Makassar jam dua pagi di hari Minggu dan tetap
mengajar Sekolah Minggu di jam tujuhnya. Komitmennya luar biasa dan ini menjadi
224
Ibu Terbaik
Pelayanan Pendidikan

hal yang saya berusaha teladani dari Mami. Sebagai pendidik, Mami sangat konsis-
ten. Bahkan di usianya yang sudah tidak muda, Mami tetap mau belajar, membaca
buku, mengajar. Sungguh suatu teladan yang luar biasa.
Setiap saya merasa lelah dengan rutinitas, merasa lelah dengan pekerjaan,
ingatan akan Mami menguatkan saya kembali. Melihat Mami selalu semangat, saya
juga mau semangat. Melihat Mami selalu maksimal, saya juga mau maksimal.
Melihat Mami punya rasa ingin tahu, saya juga jadi ingin terus belajar. Melihat Mami
berserah pada Tuhan, saya pun ingin dekat dengan Tuhan. Terimakasih, Mami.
Saya harap, saya juga bisa jadi orang tua yang meninggalkan jejak
sedemikian positif untuk anak saya.

225
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

17
Mertua Idaman
Oleh Esther Angela Agus

K
etika diminta menulis tentang Mami Meily Lunanta Kouwagam, saya sempat
terdiam dan berpikir keras, apa yang harus ditulis oleh saya menantunya ten-
tang mertuanya? Tapi semakin dipikir, semakin saya kagum kepada sosok
Mami Meily. Bahkan tidak salah kalau saya bilang Mami Meily adalah sosok mertua
idaman semua menantu.
Saya pertama kali kenal Mami Meily 10 tahun lalu di sebuah pernikahan.
Kami sama-sama menjadi tamu. Bedanya saya dari Jakarta, beliau dari Makassar.
Kesan pertama yang didapat adalah Mami Meily itu wanita yang elegan, anggun,
ramah dan penuh welas asih. Beberapa bulan kemudian, beliau meminta saya
menemaninya ke pameran di Jakarta sambil membawa anak laki-lakinya. Dengan
senang hati saya menemani mereka. Menyenangkan sekali berjalan bersama Mami

226
Mertua Pendidikan
Pelayanan Idaman

Meily. Kami bisa berdiskusi apa pun dari yang ringan sampai berat. Candaan ringan
pun berselang saat ngobrol.
Setelah menjadi menantunya, saya jadi makin kagum dibuatnya. Selain
mengurus rumah tangganya, ia juga dosen, Ketua umum Majelis Pendidikan Kristen
Wilayah (MPKW) Sulselbara, Ketua Tim Peduli Pendidikan (TPP) KAMS dan aktif di
berbagai kegiatan sosial mulai dari Konselor, Gloria Ministry, Haggai institute,
Yayasan STT Jaffray, DPP GEPENTA (Gerakan Nasional Peduli Anti Narkoba dan
Tawuran), BPK PKK KAMS juga Inspiring woman 2012, Namun, banyaknya kegia-
tannya tidak membuat Mami Meily lupa keluarga. Ia selalu menelepon kami setiap
hari menanyakan kabar saya, suami dan cucunya.
Saya ingat support-nya ketika saya kesulitan memiliki keturunan. Tidak
seperti kebanyakan mertua yang menuntut memberi cucu, Mami Meily tetap mem-
beri semangat dan mendoakan hingga menemani waktu program memiliki anak di
Surabaya. Ia menemani selama seminggu bahkan tetap mendukung waktu perco-
baan pertama tidak berhasil. Ia tidak pernah bertanya kapan akan dapat cucu, tetapi
menunggu bersama kami dengan sabar. Hingga akhirnya di usia pernikahan yang
ke-6 kami bisa memberikannya kado seorang cucu yang cantik. Di sela-sela
kesibukannya, ia menyempatkan diri ke Jakarta, menengok kelahiran cucunya,
memberi kursus singkat buatku si ibu baru.
Melihat sendiri kehidupan Mami Meily membuatku tidak heran jika ia ter-
pilih sebagai salah satu dari 10 orang paling berpengaruh di Makassar. Mami Meily
memang seperti padi, makin berumur makin merunduk makin berisi, makin ma-
tang dan tidak sombong.
Kenangan berikut adalah waktu saya berjuang memiliki keturunan anak
kedua Mami menyempatkan menjenguk kami di Surabaya tempat kami program
selama dua bulan dan ternyata positif hamil triplet, besar suka cita kami sekeluarga.
Sejak dinyatakan hamil kembar tiga Mami tidak henti-hentinya memberi
nasihat untuk menjaga kehamilan. Suatu hari tepat 25 minggu 3 hari kontraksi saya

227
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

terus menghebat, air ketuban berkurang setengah, serta terjadi pendarahan se-
hingga tindakan medis harus dilakukan untuk mempertahankan kehidupan triplet
dan si ibu harus dilakukan operasi. Suratan takdir Tuhan berkata lain, sehingga tri-
plet lahir dengan berat rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan saya terpuruk dan
Mami tidak hanya menghibur dan telepon tetapi langsung mengambil penerbangan
malam untuk datang dan menghibur langsung serta melihat keadaan kami dan
bayi-bayi kami yang sedang kritis. Mami tidak hanya menghibur dan mendoakan
sendiri, tapi juga keluarga dan teman-teman pendoa dipanggilnya untuk men-
doakan dan menghibur saya, Mami juga tiap hari mendoakan triplet dan bangun
subuh. Walau terlihat kuat, tetapi Mami tidak mau menunjukkan raut wajah lelah
selama masa kritis bayi untuk mendampingi kami menjenguk triplet. Selang 10 hari
walaupun kami sudah usaha dan berdoa Tuhan mengambil triplet ke pangkuanNya,
Tuhan lebih sayang mereka dan kami harus menerima duka di sisi lain sakitnya
pasca operasi belum hilang. Di situ hati kami sebagai orang tua merasa hancur.
Mami walaupun sedih tetap menghibur kami dan mendampingi kami men-
gurus kremasi dan memanggil pendoa untuk mengantar jenazah triplet. Di situ saya
bersyukur memiliki Mami dan menyadari bahwa kasih Yesus yang tidak pernah
meninggalkan Anaknya itu benar adanya yaitu lewat Mami Meily. Ya, teladan per-
buatan Mami seperti kasih seperti yang disebut dalam 1 Korintus 13:4-8 saya bisa
merasakan kasih Kristus terpancar melalui Mami.
Begitulah sepenggal cerita singkat dari menantu untuk mertua kebang-
gaanku. Semoga sukses selalu dan Tuhan berkati dan beri kesehatan supaya selalu
bisa melayani dan berkarya untuk sesama.

228
Mertua Idaman
Pelayanan Pendidikan

229
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Lampiran

Guru Kehidupan

S
etiap kali membaca kutipan ini, saya teringat akan Setianegara Kouwagam.
Seorang yang sangat saya idolakan. Seorang guru yang pengaruhnya tak
berujung. Dialah ayah saya. Benar memang, jika ingin dirangkum ke dalam
satu kata, “guru” adalah kata yang sangat menggambarkan keseluruhan pribadi
Ayah saya. Ia benar-benar dapat di “gugu” dan di “tiru”, namun lebih daripada itu,
beliau adalah seorang ayah yang pengaruh kasih sayang dan kebijaksanaannya tak
kunjung berakhir. Saya pernah membaca bahwa kebaikan itu bukanlah suatu pen-
jumlahan. Satu kebaikan tidak semata-mata mendapatkan satu balasan yang sama
nilainya; kebaikan adalah perkalian, satu kebaikan yang dilakukan akan mendapat-
kan hasil yang berlipat ganda dan diteruskan dari generasi ke generasi. Seandainya
saya tidak mengalaminya sendiri, saya akan menganggap bahwa konsep ini cuma
slogan semata. Namun kebaikan demi kebaikan serta kemudahan demi kemudahan
yang saya dan bahkan anak-anak saya peroleh hanyalah karena orang mengenal
kami sebagai keturunan dari seorang Setianegara Kouwagam, yang lebih dikenal
dengan nama Pak Kho, atau orang yang dengan bangga saya panggil “Papi”.
Ayah saya lahir tahun 1916 dan meninggal tahun 1996. Sudah cukup lama
waktu berlalu sejak kebersamaan kami berakhir, namun semua masih terasa begitu
jelas. Kata-kata, tindakan, bahkan genggaman tangannya yang erat masih demikian
terang di ingatan. Kata-kata ayah saya tentang kehidupan masih bergaung di telinga
saya. Nasihatnya mengenai kebahagiaan yang kita peroleh lewat membahagiakan
orang lain masih terus berusaha saya lakukan. Tangan ayah saya, yang begitu erat
menggenggam tangan saya terutama ketika kami berjalan kaki dan menyeberang

230
Guru Kehidupan
Pelayanan Pendidikan

jalan, masih memberikan rasa aman yang sama. Rindu yang ada masih sama
kuatnya.

Saya, Papi, dan Cinta Pertama


Saya adalah anak bungsu, perempuan satu-satunya dari empat bersaudara. Saya
selalu merasa paling disayang, walaupun kemungkinan Kakak-Kakak saya akan
mengatakan hal yang sama.
Ayah saya melindungi saya sedemikian rupa sehingga saya tumbuh
dibesarkan dengan overdosis kasih sayang. Beliau adalah kesayangan saya, cinta
pertama saya. Saya tidak memendam kekecewaan atau emosi negatif dalam bentuk
apa pun terhadap ayah saya. Beliau selalu bisa saya andalkan. Saya belum pernah
menemukan individu yang lebih passionate dalam hal pendidikan dibanding ayah
saya. Ia mengasihi murid-muridnya satu per satu. Rumah kami terbuka untuk para
mahasiswanya. Ayah saya membangun dapur di samping rumah utama yang selalu
menyediakan beras, terigu, telur, dan minyak. Setiap mahasiswa bisa datang,
masak, dan makan di rumah kami. Semua siswanya dianggap sebagai anaknya
sendiri.
Sentuhan pribadi, selalu itu kesan yang saya dengar dari para maha-
siswanya. “Pak Kho itu kayak bapak saya sendiri,” atau “Kamu anaknya Pak Kho?
Kalau begitu kita bersaudara, saya juga anaknya.” Bahkan anak saya pernah punya
pengalaman disapa orang, “Kamu cucunya Pak Kho? Berarti kamu itu anak saya,
karena Pak Kho itu Bapak saya.” Selanjutnya, datanglah kemudahan demi kemu-
dahan, hanya karena kami dikenal sebagai kepunyaannya. Sungguh suatu warisan
yang sangat berharga.

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa


Sebagaimana halnya semua guru dianggap pahlawan bangsa, dan semua ayah di-
anggap pahlawan oleh putrinya, lebih-lebih lagi ayah saya di mata saya. Beliau
memulai karirnya menjadi guru sejak berusia 16 tahun, dan ia terus menjadi guru
231
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

hingga masa pensiun. Setelah pensiun, beliau bersama dengan beberapa orang te-
man mendirikan Sekolah Kristen Gamaliel di Makassar untuk dan seterusnya ia
menjadi pembina di sekolah Kristen tersebut. Beliau mengajar di beberapa jenjang
persekolahan, mulai dari mengajar Sekolah Dasar, hingga Sekolah Pendidikan Guru,
bahkan Perguruan Tinggi. Konsistensi ini yang membuatnya tampil sebagai pahla-
wan di mata saya. Di zaman serba instan seperti sekarang ini, saya rindu bisa me-
miliki konsistensi dan kesetiaan dalam perkara-perkara kecil sehingga dalam jangka
panjang ini bisa menjadi berkat untuk banyak orang. Dalam memilih pekerjaan, ia
selalu menekankan, “Jangan memilih pekerjaan berdasarkan bayarannya, namun
berdasarkan manfaatnya untuk orang lain dan untuk kemuliaan bagi Tuhan.”
Dengan nada bercanda, Ayah saya mengatakan, “Barang siapa berpikir hanya
dengan perut, maka hasil pemikirannya akan bau kentut.”

Inspirasi Kehidupan
Kehidupan sehari-hari ayah saya mencerminkan suatu keteraturan dan kedisipli-
nan. Ia bangun pada jam yang sama dan tidur pada jam yang sama setiap harinya.
Setiap pagi ia berolahraga ringan dan sarapan telur setengah matang. Ia
mendengarkan berita radio pada jam-jam tertentu setiap harinya. Ia juga berjalan-
jalan keluar rumah setiap harinya pada jam-jam tertentu. Namun secara kese-
luruhan terlihat ada suatu keteraturan, yang herannya tidak dengan mudah ditiru
oleh saya dan saudara-saudara saya. Ia meletakkan barangnya secara rapi di tem-
patnya masing-masing, serta mampu menyadari perubahan posisi dari setiap ba-
rang miliknya. Mungkin terkesan sederhana, tetapi semua ini yang saya kenang se-
bagai fondasi dari rasa aman saya.
Dari segi kepribadian, Ayah saya memiliki wibawa dalam memimpin. Ia
adalah seorang pemimpin alami. Ia jarang menggunakan hukuman, tetapi kon-
sistensi yang ditunjukkannya membuat bawahan, murid, dan anak-anaknya cender-
ung segan dan menaati aturannya. Ia tidak banyak menasihati, tetapi selalu menun-
jukkan suatu contoh dan teladan perbuatan. Bagi saya, mudah sekali mengikuti na-
sihat dari seseorang yang juga melakukan hal-hal yang ia nasihatkan. Ayah saya
232
Guru Kehidupan
Pelayanan Pendidikan

adalah orang yang tegas namun sekaligus hangat. Ia termasuk guru yang ditakuti,
namun ia punya kepedulian terhadap para siswanya, atau yang dia sebut sebagai
“anak-anaknya”.
Saya sungguh berharap agar tiap individu, khususnya generasi muda,
dapat juga melihat kebijaksanaan hidup yang ditunjukkan oleh ayah mereka mas-
ing-masing. Saya berharap mereka bisa melihat bahwa di balik kekurangan yang
dimiliki, ayah mereka selalu berusaha mengerjakan yang terbaik untuk keberlang-
sungan keluarga.

Tulisan ini pernah dimuat di buku Ayahku Pahlawanku 72 Kisah Hidup Inspirator
Bangsa Dalam Menjalin Hubungan Bersama Sang Ayah (Jakarta: Growing
Publishing, 2017) 204-207.

233
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

Galeri Foto

234
Pelayanan Pendidikan

235
Melebihi Permata: Menulis Kebaikan Menghapus Air Mata

236
Pelayanan Pendidikan

237

Anda mungkin juga menyukai